Hubungan Kontrol Nyeri dengan Intensitas Nyeri pada Penderita Kanker di RSUP H. AdamMalik Medan Chapter III VI

BAB III
KERANGKA PENELITIAN
3.1

Kerangka Konseptual
Kerangka konsep dalam penelitian ini disusun untuk mengidentifikasi

bagaimana hubungan kontrol nyeri dengan intensitas nyeri pada penderita kanker
di RSUP H. Adam Malik Medan.
Kontrol nyeri (pain control) pada pasien kanker adalah cara atau metode
yang dilakukan oleh pasien sendiri dalam mengendalikan nyeri yang dirasakan
(National Cancer Institute, 2014). Menurut KBBI cara atau metode yang
dilakukan adalah kemampuan sedangkan nyeri menurut The Interntional
Association for the Study of Pain (1979 dalam Potter Perry, 2009) didefinisikan
sebagai perasaan sensori dan emosional yang tidak menyenangkan/menyakitkan,
bersifat subjektif. Jadi dapat disimpulkan kontrol nyeri adalah kemampuan pasien
kanker dalam mengendalikan sensasi tidak menyenangkan /menyakitkan yang
dirasakan oleh pasien kanker.
Menurut National Cancer Institute (2014) adapun cara atau metode yang
biasa dilakukan pasien dalam mengontrol nyeri dengan obat. Obat adalah terapi
yang paling sering digunakan pasien kanker untuk mengontrol nyeri. Sedangkan

Potter & Perry (2009) menyatakan klien memiliki cara yang efektif dalam
mengontrol nyeri dengan cara mengubah posisi , berjalan, mengayun, menggosok,
makan, meditasi, berdoa, memberikan sensasi hangat atau dingin pada lokasi
nyeri. Menurut American Cancer Society (2014) ada beberapa kontrol nyeri tanpa
medikasi yang dapat dilakukan pasien yaitu relaksasi, bernafas ritmik, imajinasi
33

Universitas Sumatera Utara

34

terbimbing, mendengarkan musik, relaksasi progresif, distraksi, hipnosis,
stimulasi kulit (massage, tekanan, getaran, panas/dingin), akupuntur, dukungan
emosional keluarga dan konseling dengan ahli keagamaan meditasi atau berdoa
kepada Tuhan.
Sedangkan menurut Robinson (2016) cara lain untuk mengontrol nyeri
adalah relax atau santai dengan posisi yang aman dan nyaman, bernafas dalam
dan lambat, megunakan benda yang dingin, meninggikan tungkai, dan alihkan
dirimu. Mengalihkan diri dapat dilakukan dengan banyak cara seperti memikirkan
tentang sesuatu, menonton televisi, mendengarkan musik, bermain, membaca,

atau mengunjungi teman dan bersama keluarga dan mengikuti aktivitas sosial atau
kegiatan di sekitar lingkungan (Intermountain Healthcare, 2013).
Intensitas nyeri adalah gambaran seberapa parah nyeri yang dirasakan
individu. Skala intensitas nyeri meliputi tidak nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang,
nyeri berat dan nyeri sangat berat (Hariyanto, 2015). Nyeri adalah alasan paling
umum untuk mencari layanan kesehatan (Baradero, 2008) . Adanya kontrol nyeri
diharapkan dapat mempengaruhi intensitas nyeri. Pengunaan kontrol nyeri
berkontribusi terhadap peningkatan kemampuan untuk mengatasi nyeri serta
memberikan kepuasan terhadap pengendalian nyeri (Black, 2014).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan kontrol nyeri
dengan intensitas nyeri. Hubungan kontrol nyeri dengan intensitas nyeri
merupakan hubungan dua arah yaitu : pasien dengan kontrol nyeri yang baik
biasanya memiliki kemampuan untuk mencari cara atau metode sehingga dapat
menurunkan intensitas nyeri. Sedangkan pasien dengan kontrol nyeri rendah

Universitas Sumatera Utara

35

menunjukkan intensitas nyeri yang berat. Sementara itu, pasien dengan intensitas

nyeri yang berat biasanya lebih memiliki kemampuan untuk mencari cara atau
metode untuk mengurangi nyerinya. Sedangkan pasien dengan intensitas nyeri
yang ringan dan sedang kurang memiliki kemampuan untuk mencari cara atau
metode untuk mengurangi nyerinya.
Berdasarkan pemaparan konsep diatas maka peneliti membuat kerangka
penelitian ini seperti skema dibawah ini :

Kontrol nyeri kanker
(pain control)

Intensitas nyeri

Skema 3.1 Skema Kerangka Penelitian Hubungan Kontrol nyeri (Pain Control)
dengan intensitas nyeri pada penderita kanker
3.2

Definisi Operasional
Tabel 3.1 Variabel berdasarkan instrumen penelitian

No


Variabel

Definisi
operasional
Kemampuan pasien
kanker
dalam
mengendalikan
sensasi
tidak
menyenangkan dan
menyakitkan yang
dirasakan
oleh
pasien kanker.

1.

Kontrol

nyeri
(pain
control)

2.

Intensitas Suatu sensasi tidak
nyeri
menyenangkan dan
menyakitkan yang
dirasakan
oleh
pasien kanker.

Alat ukur

Hasil ukur

Skala


Kuesioner
Pengendalia
n nyeri (pain
control)

Total mean
skor

Ratio

Lembar
pengkajian
skala nyeri
Numeric
Rating Scale

Total mean
skor

Ratio


Universitas Sumatera Utara

36

3.3 Hipotesa
Berdasarkan kerangka penelitian terdapat dua hipotesa:
3.3.1

Hipotesa alternatif terdapat hubungan kontrol nyeri terhadap intensitas
nyeri.

3.3.2

Hipotesa null yaitu tidak terdapat hubungan

kontrol nyeri terhadap

intensitas nyeri.


Universitas Sumatera Utara

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1

Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan peneliti adalah deskriptif korelasi dengan

pendekatan retrospektif yaitu untuk mengidentifikasi hubungan antara kontrol
nyeri dengan intensitas nyeri pada penderita kanker.
4.2

Populasi, sampel dan teknik sampling

4.2.1 Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien kanker yang dirawat di
ruang rawat inap RSUP H. Adam Malik Medan. Jumlah populasi pasien kanker
yang dirawat inap RSUP H. Adam Malik Medan dari bulan Januari – Desember
2016 sebanyak 640 orang.

4.2.2 Sampel dan teknik sampling penelitian
Pengambilan jumlah sampel dilakukan dengan cara purposive sampling
yaitu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi
sesuai dengan kriteria yang diperlukan oleh peneliti (Arikunto, 2010).
Adapun kriteria inklusi yang ditentukan dalam penelitian ini yaitu:
usia 20-65 tahun, pasien pria/wanita dengan diagnosa kanker, yang mengalami
nyeri selama lebih dari enam bulan, memiliki kesadaran penuh, dapat
berkomunikasi dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik, dan bersedia
menjadi responden penelitian.

37

Universitas Sumatera Utara

38

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan rumus sebagai
berikut:

Keterangan:

n

= Besaran sampel
= Standar normal deviasi untuk α

P

= Prediksi proporsi berdasarkan literature atau hasil pilot study

d

= Deviasi dari prediksi proporsi atau presisi absolute (absolute precision)

Perhitungan sebagai berikut:

Dengan menggunakan rumus confidance level dan perkiraan sesuai data
yang di dapat pada tahun 2014 dan tingkat kesalahan yang di pilih yaitu 0.05
maka jumlah yang diperoleh 38 orang, kemudian peneliti menambahkan jumlah
responden sebanyak 10% sehingga total sampel yang diteliti adalah sebanyak 42
orang.

4.3

Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat inap pasien kanker di RSUP H.

Adam Malik Medan Mulai dari Oktober 2016 sampai Juli 2017. Sedangkan
pengambilan data mulai dari Mei sampai Juni 2017. Alasan peneliti mengambil
lokasi tersebut karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit pendidikan dan

Universitas Sumatera Utara

39

rumah sakit rujukan nasional sebagai pelaksana registrasi kanker di Sumatera
Utara sehingga peneliti mendapatkan jumlah sampel yang dibutuhkan dalam
penelitian ini.
4.4 Pertimbangan etik
Penelitian ini akan dilakukan setelah proposal penelitian mendapat
persetujuan dari bagian pendidikan Fakultas Keperawatan dan permohonan izin
dari direktur RSUP H. Adam Malik. Dalam penelitian ini, hal yang berkaitan
dengan permasalahan etik adalah sebagai berikut yaitu peneliti memberikan
penjelasan kepada responden penelitian tentang tujuan, manfaat, dan prosedur
pengisian kuesioner, meminta persetujuan responden dengan menandatangani
informed consent, menjelaskan kepada responden bahwa responden berhak
menolak dan mengundurkan diri pada saat proses pengisian kuesioner dengan
alasan mereka tidak mendapat paksaan dari pihak lain. Pengambilan data nyeri
saat pasien tidak sedang nyeri dan pada saat titik terendah efek obat. Penelitian ini
tidak mengakibatkan kerugian/ resiko bagi responden, untuk menjaga kerahasiaan
responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar.
Kerahasiaan informasi responden terjamin oleh peneliti, hanya data tertentu saja
yang dilaporkan sebagai hasil penelitian, dan membuat nomor kode pada lembar
pengumpulan data (Hidayat, 2007).
4.5

Instrumen penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data

demografi , kuesioner kontrol nyeri (pain control) dan lembar pengkajian nyeri
Numerical Rating Scale (NRS)

Universitas Sumatera Utara

40

4.5.1 Data Demografi
Kuesioner data demografi responden terdiri dari 7 pertanyaan dan cara
pengisian dengan memberi tanda cheklist (√) pada salah satu pilihan yang tersedia
dan mengisi jawaban pada tempat yang disediakan. Pernyataan terdiri dari usia,
jenis kelamin, pendidikan terakhir, status pernikahan, pekerjaan, jenis kanker,
dan terapi yang diberikan.
4.5.2

Kuesioner kontrol Nyeri (Pain Control)
Kuesioner kontrol nyeri yang dimodifikasi dari peneliti terdahulu yaitu

Purba (2015) terdiri dari 27 pernyataan, menggunakan skala Likert dengan pilihan
jawaban tidak pernah = 1, jarang = 2, sering = 3, dan selalu = 4. Pengisian
kuesioner dengan memberi tanda cheklist (√) pada salah satu pilihan yang tersedia
dari pernyataan yang ada berkaitan dengan pengendalian nyeri (pain control) pada
pasien kanker. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 108 dan nilai terendah adalah
27 . Skala ukur yang digunakan dalam variabel ini adalah skala rasio, dimana
nilainya menggunakan rumus statistik, yaitu:
P = Rentang kelas
Panjang kelas
Berdasarkan rumus statistik di atas, maka skore pengendalian nyeri (pain
control) diklarifikasikan ke dalam tiga kelas yaitu: baik, cukup, dan kurang baik.
Dimana P = panjang kelas dengan rentang sebesar 81 (selisih nilai tertinggi dan
nilai terendah) dan banyak kelas adalah 3 sehingga didapatkan panjang kelas
sebesar 27, maka didapatkan nilai interval pengendalian nyeri (pain control)
pasien kanker kronik adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

41

Baik

: 81 – 108

Cukup

: 54 – 80

Kurang baik

: 27 – 53

4.5.3 Lembar pengkajian nyeri
Peneliti menggunakan Numerical Rating Scale (NRS) sebagai alat untuk
mengukur nyeri, diharapkan akan memudahkan peneliti dalam mengkaji intensitas
nyeri yang dialami pasien dan mengkategorikannya ke dalam empat tingkatan
nyeri.
Dalam lembar pengkajian nyeri Numerical Rating Scale (NRS) peneliti
mengukur intensitas nyeri 6 bulan lalu pada pasien kanker. Skala penilaian
numerik (Numerical rating scales, NRS) digunakan sebagai pengganti alat
pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala
0-10. Angka 0 diartikan kondisi klien tidak merasakan nyeri, angka 10
mengindikasikan nyeri yang paling berat yang dirasakan klien (Prasetyo, 2010).
4.6

Uji Validitas dan Rehabilitas

4.6.1 Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan
kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai
validitas yang tinggi (Arikunto, 2010). Uji validitas dilakukan oleh 3 pakar yang
ahli, menggunakan uji validitas konten dengan perhitungan CVI (Content Validity
Index).
Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kuesioner ini
dinyatakan valid dengan nilai 0,94 Sedangkan untuk mengukur intensitas nyeri

Universitas Sumatera Utara

42

digunakan lembar pengkajian nyeri Numeric Rating Scale (NRS) yang diadopsi
dari Mc Caffery,et.all (2001) menyatakan bahwa skala nyeri Numeric Rating
Scale (NRS) dinyatakan valid dengan nilai 0,90.
4.6.2 Uji reliabilitas
Uji reliabilitas kuesioner kontrol nyeri dilakukan pada 10 orang responden
di RSUP H. Adam Malik Medan diluar sampel penelitian yang memenuhi kriteria
sampel. Menggunakan uji Cronbach’s Alpha. Uji reliabel ini dibantu dengan
menggunakan teknik komputerisasi. Menurut Polit & Hungler (1995) bahwa suatu
instrumen dapat diterima jika memiliki nilai lebih dari 0,70. Pernyataan kuesioner
dinyatakan reliab setelah diolah menggunakan program statistik dengan nilai
0,798.
4.7

Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dilakukan setelah mengajukan permohonan izin

pelaksanaan penelitian didapatkan melalui institusi pendidikan (Fakultas
Keperawatan USU), kemudian mengajukan permohonan izin pelaksanaan pada
bagian penelitian RSUP H. Adam Malik Medan. Setelah mendapat izin dari
kepala ruangan, peneliti akan menentukan calon responden yang sesuai dengan
kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah mendapatkan calon responden,
selanjutnya peneliti menjelaskan kepada calon responden mengenai tujuan,
manfaat, dan prosedur pelaksanaan penelitian, lalu calon responden yang bersedia
menandatangani surat persetujuan (informed consent) untuk ikut serta dalam
penelitian yang akan dilaksanakan. Peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner
demografi, kuesioner kontrol nyeri, dan lembar intensitas nyeri. Peneliti meminta

Universitas Sumatera Utara

43

responden untuk mengisi kuesioner data demografi, kuesioner kontrol nyeri dan
lembar intensitas nyeri. Waktu yang diperlukan 15-20 menit, bila ada pernyataan
yang tidak jelas dapat langsung menjelaskan kepada responden dengan tidak
bermaksud mengarahkan jawaban responden. Setelah seluruh data dari semua
instrumen terkumpul, peneliti mulai mengolah/ menganalisa data.
4.8

Analisa Data
Setelah semua kuesioner terkumpul, maka dilakukan analisa data melalui

beberapa tahap. Menurut Notoatmodjo (2012) pertama editing, yaitu pengecekan
dan perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut serta memastikan bahwa
semua jawaban telah di isi sesuai petunjuk. Kedua coding, yaitu mengubah data
berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan tertentu dengan
memberi kode pada kuesioner. Ketiga entry data, yaitu jawaban-jawaban dari
masing-masing responden yang dalam bentuk kode dimasukkan ke dalam
program software komputer. Keempat cleaning, yaitu pengecekan ulang dan
pembersihan data dari kesalahan. Langkah selanjutnya yaitu pengolahan data
dengan menggunakan program komputerisasi.
Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis secara univariat dan bivariat.
4.8.1

Analisis Univariat
Statistik univariat adalah suatu prosedur untuk menganalisa data dari suatu

variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian. Pada
penelitian ini analisa data dengan metode statistik univarat akan digunakan untuk
menganalisa data variabel independen dan variabel dependen serta data demografi

Universitas Sumatera Utara

44

meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, status pernikahan, pekerjaan,
diagnosa medis, dan terapi yang diberikan.
Data demografi dalam analisis ini akan menghasilkan distribusi frekuensi dan
persentase dari tiap variabel. Untuk data numerik digunakan nilai rata-rata (mean),
dan standar deviasi.
4.8.2 Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen, sehingga dapat diketahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan kontrol nyeri pada pasien nyeri kanker. Uji statistik
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji korelasi Product Moment Pearson
(Pearson’s). Uji Pearson’s ini digunakan jika mememenuhi syarat yaitu, data
terdistribusi normal. Jika ditemukan data tidak terdistribusi normal maka
diupayakan data menjadi normal, jika tetap tidak terdistribusi normal maka
analisa data dikembalikan ke nonparametrik dengan menggunakan Spearman
(Dahlan, 2008). Uji Pearson’s digunakan untuk mengetahui hubungan antara
variable kontrol nyeri dan intensitas nyeri. Batas kemaknaan yang digunakan
adalah 0,05. Pengambilan keputusan statistik dilakukan dengan membandingkan
nilai p (p value) dengan nilai α (0,05), dengan ketentuan:
a. Bila p value≤

nilai α (0,05), maka ada hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.
b. Bila p value > nilai α (0,05), maka tidak ada hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen.

Universitas Sumatera Utara

45

Interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi, nilai p, dan
arah korelasinya (Dahlan, 2008) sebagai berikut:
No

Parameter

Nilai

Interpretasi

1

Kekuatan korelasi (r)

0,00-0,199
0,20-0,399
0,40-0,599
0,60-0,799
0,80-1,000

Sangat lemah
Lemah
Sedang
Kuat
Sangat kuat

2

Nilai P

P < 0,05

Terdapat korelasi yang
bermakna
antara dua
variabel yang diuji

P > 0,05

Tidak terdapat korelasi
yang bermakna antara dua
variabel yang diuji

+ (positif)

Searah, semakin besar nilai
satu variabel semakin besar
pula nilai variabel lainnya

- (negatif)

Berlawanan, semakin besar
nilai satu variabel semakin
kecil pula nilai variabel
lainnya

3

Arah korelasi

Universitas Sumatera Utara

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian serta pembahasan mengenai
hubungan kontrol nyeri dengan intensitas nyeri pada penderita kanker RSUP H.
Adam Malik Medan. Pengumpulan data dilakukan terhadap 42 orang responden
yaitu pasien kanker di ruang rawat inap Rindu B RSUP H. Adam Malik Medan
pada tanggal 26 Mei 2015 sampai tanggal 26 Juni 2017.
5.1

Hasil penelitian
Hasil penelitian ini menguraikan tentang karakteristik data demografi

responden, kontrol nyeri, intensitas nyeri, dan hubungan kontrol nyeri dengan
intensitas nyeri pada penderita kanker di RSUP H. Adam Malik Medan.
5.1.1 Karakteristik data demografi responden
Karakteristik responden yang diuraikan mencakup usia, jenis kelamin,
pendidikan, status pernikahan, pekerjaan, jenis kanker, dan terapi yang
didapat. Penelitian ini menemukan bahwa usia responden penelitian berada
pada usia dewasa madya dengan rata rata usia 47,69 (SD=10,410).
Mayoritas responden (85,7%) penelitian berjenis kelamin perempuan.
Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir, lebih dari sepertiga responden
(38,1%) adalah berjenjang pendidikan SMA (38,1%) dan hanya (4,8%)
responden yang tidak sekolah. Berdasarkan status pernikahan lebih dari dua
pertiga responden (69%) sudah menikah. Berdasarkan pekerjaan, lebih dari
dua per tiga reponden (71,4%) tidak memiliki pekerjaan.

46

Universitas Sumatera Utara

47

Berdasarkan jenis kanker, kurang dari sepertiga responden (31,0%)
menderita kanker payudara. Berdasarkan terapi yang didapat, kurang dari
sepertiga responden (31,0%) menjalani kemoterapi.
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik demografi
responden (n=42)
Karakteristik Responden
Usia
25-40 tahun
41-60 tahun
>60 tahun
Mean=47.69, SD=10.410
Min=25, max=64

f

%

11
25
6

26,2
59,5
14,3

Jenis kelamin
Perempuan
Laki-laki

36
6

85,7
14,3

Pendidikan
Tidak Sekolah
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi

2
12
7
16
5

4,8
28,6
16,7
38,1
11,9

Status Pernikahan
Menikah
Janda/ Duda
Belum Menikah

29
6
5

69
19
11,9

Pekerjaan
Buruh/ bertani
PNS
Wiraswasta
Tidak bekerja

7
3
2
30

16,7
7,1
4,8
71,4
berlanjut

Universitas Sumatera Utara

48

lanjutan
Karakteristik responden
Jenis kanker
Kanker payudara
Kanker serviks
Kanker ovarium
Kanker rekti
Kanker gaster
Kanker kolon
Kanker rongga mulut
Kanker endometrium
Kanker paru
Kanker nasofaring
Leukemia
Hepatoma
Lymphoma
Kanker otak
Kanker tulang

f

%

13
5
5
4
3
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1

31
11,9
11,9
9,5
7,1
4,8
4,8
2,4
2,4
2,4
2,4
2,4
2,4
2,4
2,4

Terapi yang didapat
Tidak ada
Kemoterapi
Operasi
Kemoterapi dan operasi

11
13
11
7

26,2
31
26,2
16,7

5.1.2 Kontrol nyeri pada penderita kanker
Penelitian ini menemukan bahwa kontrol nyeri responden adalah cukup
dengan rata rata skor kontrol nyeri 63,26 (SD=9,689). Nilai mean, standar
deviasi, min dan max kontrol nyeri pada penderita kanker dapat dilihat pada
tabel 5.2.
Tabel 5.2 Kontrol nyeri pada penderita kanker di RSUP H.Adam Malik
Medan (n=42)
Variabel
Kontrol nyeri

Mean
63,26

Standar deviasi
9,698

Min
42

Max
78

Universitas Sumatera Utara

49

Berdasarkan kategori skor kontrol nyeri, ditemukan bahwa kurang dari
tiga per empat responden (73,8%) memiliki kontrol nyeri yang cukup, diikuti
dengan kontrol nyeri yang kurang (26,2%). Distribusi frekuensi dan
persentase kontrol nyeri dapat dilihat pada tabel 5.3
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase kontrol nyeri pada penderita
kanker di RSUP H. Adam Malik Medan (n=42)
Tingkatan kontrol nyeri
Cukup (54-80)
Kurang (27-53)

f
31
11

%
73,8
26,2

Penelitian ini juga menemukan dari 27 item pernyataan kontrol nyeri
terdapat tiga item dengan nilai rata-rata tertinggi, urutan pertama item nomer
11 dengan rata-rata skor 3,45 (SD=0,832), urutan kedua item nomer 24
dengan rata-rata skor 3,36 (SD=0,821) dan urutan ketiga item nomer 20
dengan rata-rata skor 3,31(SD=1,000). Sedangkan yang berada pada urutan
tiga terbawah, yaitu: item nomer 27 dengan nilai rata-rata 1,43 (SD=0,630),
item nomer 13 dengan rata-rata skor 1,40 (SD=0,627) dan item nomer enam
dengan rata-rata skor 1,38 (SD=0,731). Data mean skor dan standar deviasi
dapat dilihat pada lampiran 7.
5.1.3 Intensitas nyeri pada penderita kanker
Penelitian ini menemukan bahwa intensitas nyeri responden, adalah
nyeri berat dengan nilai rata-rata skor intensitas nyeri 7,21 (SD=1,747). Nilai
mean, standar deviasi, min dan max intensitas nyeri pada penderita kanker
dapat dilihat pada tabel 5.4.

Universitas Sumatera Utara

50

Tabel 5.4 Intensitas nyeri pada penderita kanker di RSUP H. Adam Malik
Medan (n=42)
Variabel

Mean

Standar deviasi

Min

Max

Intensitas nyeri

7.21

1.747

4

10

Berdasarkan kategori skor intensitas nyeri, ditemukan bahwa dari dua
per tiga responden (66,7%) memiliki intensitas nyeri yang cukup, kemudian
diikuti dengan intensitas nyeri sedang (33,3%). Distribusi frekuensi dan
persentase intensitas nyeri dapat dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan persentase intensitas nyeri pada penderita
kanker (n=42).
Intensitas Nyeri
Nyeri Sedang (4- 6)
Nyeri Berat (7- 10)

f
14
28

%
33,3
66,7

5.1.4 Hubungan kontrol nyeri dan intensitas nyeri pada penderita kanker
Sebelum menentukan uji korelasi untuk mengidentifikasi hubungan
antara kontrol nyeri dengan intensitas nyeri, terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas data dengan menggunakan metode analitis Kolmogorov-Smirnov.
Berdasarkan hasil uji, didapat bahwa variabel

kontrol nyeri terdistribusi

normal dengan nilai p=0,259 dan intensitas nyeri terdistribusi normal dengan
nilai p=0,187.
Dengan hasil ini, maka uji yang dilakukan untuk menganalisa kedua
variabel adalah uji parametrik korelasi Pearson. Berdasarkan hasil penelitian
ditemukan bahwa terdapat hubungan significant antara kontrol nyeri dengan
intensitas nyeri pada penderita kanker di RSUP H. Adam Malik Medan
dengan nilai p=0,000 dan hasil kekuatan korelasi -0,684 yang artinya terdapat

Universitas Sumatera Utara

51

arah hubungan negatif (-) dengan interpretasi yang kuat antara kontrol nyeri
dengan intensitas nyeri. Ini berarti bahwa pasien dengan tingkat kontrol nyeri
baik menunjukkan intensitas nyeri yang ringan dan sebaliknya apabila tingkat
kontrol nyeri kurang maka intensitas nyeri semakin berat. Hubungan kontrol
nyeri dengan intensitas nyeri pada penderita kanker dapat dilihat pada tabel
5.6.
Tabel 5.6 Hubungan kontrol nyeri dengan intensitas nyeri pada penderita
kanker (n=42).
Variabel

5.2

Korelasi
Kontrol Nyeri

Intensitas Nyeri

Kontrol Nyeri

-

r= -0.684 (p=0.000)

Intensitas Nyeri

r= -0.684 (p=0.000)

-

Pembahasan
Dari hasil penelitian, peneliti membahas mengenai kontrol nyeri, intensitas

nyeri dan hubungan antara kontrol nyeri dengan intensitas nyeri pada penderita
kanker di RSUP H. Adam Malik Medan.
5.2.1 Kontrol nyeri pada penderita kanker
Kontrol nyeri (pain control) pada penderita kanker adalah cara atau
metode yang dilakukan oleh pasien sendiri dalam mengendalikan nyeri yang
dirasakan (National Cancer Institute, 2014). Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan ditemukan bahwa mayoritas responden (73, 8%)
memiliki kontrol nyeri pada tingkat cukup.

Universitas Sumatera Utara

52

Hal ini dapat terjadi dikarenakan ada beberapa faktor

yang

mempengaruhi, salah satunya adalah usia (LeMone, 2016). Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa lebih dari setengah responden
memiliki usia 40-60 tahun. Hurlock (1999) menjelaskan bahwa rentang usia
tersebut termasuk ke dalam masa dewasa madya. Dimana pada usia tersebut
seseorang telah memiliki pengalaman. Pengalaman dapat mempengaruhi
persepsi. Persepsi adalah proses pemikiran subjektif yang meliputi faktor
psikologis, emosional, dan perilaku (Ardinata, 2007). Berdasarkan beberapa
faktor diatas menyebabkan seseorang yang memiliki pengalaman nyeri
juga memiliki pengetahuan tentang nyeri sehingga dapat berpikir dalam
mencari penanganan yang dapat dilakukan dalam mengontrol nyeri.
Mayoritas responden pada penelitian ini berjenis kelamin perempuan
(85,7%). Menurut Black (2014) jenis kelamin merupakan faktor signifikan
dalam meresponden nyeri, pria lebih jarang merespon nyeri dibanding
wanita. Sehingga pria jarang mencari penanganan nyerinya.
Tingkat pendidikan terakhir responden terbanyak adalah SMA (38,1%).
Gill (1990) menyatakan bahwa tingkat pengetahuan berpengaruh terhadap
pengalaman dalam menangani nyeri yang dirasakan pasien. Pengetahuan
yang baik mendorong tercapainya kontrol nyeri yang optimal.
Berdasarkan Status pernikahan, lebih dari dua pertiga responden (69,0%)
sudah menikah. Kozier (2009) mengatakan orang yang memiliki individu
pendukung disekitarnya merasakan nyeri sedikit berkurang). Salah satu
manajemen nyeri nonfarmakologik yang efektif untuk menurunkan

Universitas Sumatera Utara

53

intensitas nyeri adalah dengan mengalihkan perhatian individu terhadap hal
yang lain (Potter & Perry, 2006). Interaksi dengan keluarga terdekat dapat
mengalihkan perhatian pasien dari nyeri yang dihadapinya sehingga dapat
mengurangi kecemasan dan depresi.
Pada penelitian ini ditemukan tiga item tertinggi yang berkontribusi
terhadap kontrol nyeri. Item yang paling berkontribusi yaitu menarik napas
dalam dengan rata rata skor 3,45 (SD= 0,83). Menarik napas merupakan
teknik relaksasi. Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan
mental dan fisik dari ketegangan dan stres, sehingga dapat meningkatkan
toleransi terhadap nyeri (Prasetyo, 2010). Teknik tarik nafas dalam
merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan pasien kanker ketika
sedang merasakan nyeri, manfaat dari teknik ini adalah dapat menurunkan
intensitas nyeri (Brunner & Suddart, 2001). Hal ini didukung oleh
Intermountain Healthcare (2013) bahwa seseorang jika masih merasakan
nyeri ringan dapat melakukan tarik nafas dalam, hal tersebut akan membuat
kekuatanmu kembali dengan cepat dan mudah. Urutan kedua yaitu berpikir
positif dengan rata rata skor 3,36 (SD=0,821). Junaidi (2008) menyatakan
bahwa berpikir positif merupakan obat ampuh melawan kanker. Berpikir
positif dapat membuat pasien kanker lebih semangat dan tidak ada kata
menyerah dalam menjalani kehidupannya sehingga dapat mengurangi nyeri
yang dirasakan. Kemudian berdoa pada urutan ketiga dengan rata rata skor
3,31 (SD=1,000). Potter & Perry (2007) menyatakan bahwa kepercayaan
pada

agama

dapat

memberi

kenyamanan

dengan

cara

berdoa,

Universitas Sumatera Utara

54

ketidaknyamanan yang dirasakan pasien kanker akan teratasi dan
memberikan banyak kekuatan pada dirinya dalam menjalani kehidupannya
sehingga nyeri teralihkan.
5.2.2 Intensitas nyeri pada penderita kanker
Dari hasil penelitian yang didapat, mayoritas responden memiliki nyeri
berat (66.7%) dengan rata-rata 7.12 (SD= 1.747). Hal ini terjadi karena
beberapa faktor yaitu: usia, jenis kelamin, jenis kanker, satus pernikahan
terapi yang didapatkan.
Berdasarkan hasil penelitian, lebih dari setengah responden (59,0%)
memiliki usia 40-60 tahun. Brunner & Suddart (2001) juga menyatakan
bahwa semakin tinggi usia maka respon terhadap nyeri semakin menurun.
International Association for the Study of Pain (IASP) menyatakan bahwa
usia tua cenderung mengalami penurunan respon terhadap nyeri. Hal ini
berkaitan dengan perubahan-perubahan biologis yang dialami oleh lansia,
seperti saraf, muskuloskletal, kekebalan tubuh dan lain sebagainya (IASP,
2006). Hal ini menunjukkan bahwa pada rentang usia tersebut, beresiko
tinggi terkena kanker. Hasil ini sesuai dengan pendapat Rikesdas (2013)
yaitu prevalensi penyakit kanker mengalami peningkatan yang cukup tinggi
pada kelompok umur 25-34 tahun, 35-44 tahun, dan 45-54 tahun.
Mayoritas responden pada penelitian ini berjenis kelamin perempuan
(85,7%). Muttaqin (2008) menyatakan pria dan wanita tidak berbeda secara
signifikan dalam berespon terhadap nyeri. Namun Hallin (2003) mengatakan
bahwa perempuan memilki persepsi terhadap nyeri lebih tinggi dari pada

Universitas Sumatera Utara

55

laki-laki dikarenakan hormon seks pada mamalia berpengaruh terhadap
tingkat toleransi terhadap nyeri. Hormon seks testosteron menaikkan
ambang nyeri sedangkan estrogen meningkatkan sensitivitas terhadap nyeri.
Pada manusia rasa nyeri lebih kompleks, dipengaruhi oleh personal, sosial,
budaya, dan lain-lain. Namun, tergantung dari individu bagaimana
menanggapi nyeri (Prasetyo, 2010).
Berdasarkan jenis kanker, lebih dari setengah responden (57,2%)
merupakan pasien gynekologi onkologi yaitu kaker payudara (31,0%),
kanker serviks dan ovarium masing-masing (11,9%) dan dan kanker
endometrium (2,4%). Hal ini dikarenakan penelitian dilakukan di ruang
rindu B dimana pada salah satu ruangan tersebut merupakan ruangan
gynekologi. Hal ini sejalan dengan American Cancer Society (2015),
Kementrian Kesehatan RI (2015) dan Oemiati,et al., (2011) menyatakan
Beberapa kanker dengan prevalensi tinggi di Indonesia adalah kanker
ovarium, kanker serviks, kanker payudara, kanker kulit, kanker gondok,
kanker endokrin, kanker jaringan lunak, kanker kolon, dan kanker hati.
Ardinata(2007) menyatakan bahwa jenis kanker dapat mempengaruhi
intensitas nyeri yang dirasakan seseorang.
Berdasarkan Status pernikahan, lebih dari dua pertiga responden (69,0%)
sudah menikah. Kozier (2009) mengatakan orang yang memiliki individu
pendukung disekitarnya merasakan nyeri sedikit berkurang). Hal ini
menunjukkan keluarga dapat menjadi sumber dukungan bagi responden

Universitas Sumatera Utara

56

untuk mengatasi nyeri dan melindungi pasien dari efek negatif stress yang
dapat memperberat nyeri pasien (Friedman, 1998 dalam Aritonang, 2010).
Berdasarkan

terapi,

kurang

dari

sepertiga

responden

(31,0%)

mendapatkan kemoterapi, lebih dari sepersepuluh responden (26,2%) telah
di operasi. Pada penelitian ini juga ditemukan sepersepuluh responden
(26,2%) pasien tidak mendapat terapi. Hal ini dikarenakan pasiennya sendiri
yang tidak mau menjalankan terapi yang dianjurkan oleh dokter. Kemudian
diikuti oleh (16,7%) responden yang mendapat kan kemoterapi dan operasi .
Menurut Ardinata (2007) penanganan kanker juga dapat berkontribusi dalam
merangsang nyeri yang dialami pasien dalam prosedur diagnostik dan
standar modalitas terapi seperti pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.
Standar terapi ini dapat menimbulkan nyeri akut dalam jangka pendek atau
juga bahkan nyeri kronik.tergantung dari pengobatan yang diberikan.
5.2.3 Hubungan kontrol nyeri dan intensitas nyeri pada penderita kanker
Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan dengan kekuatan
korelasi

yang kuat antara kontrol nyeri dengan intensitas nyeri. Arah

korelasi negatif r= -0.684 dengan p=0.000 artinya ketika pasien dengan
kontrol nyeri yang baik akan menunjukkan intensitas nyeri yang ringan dan
sebaliknya pasien dengan kontrol nyeri yang kurang akan menunjukkan
intensitas nyeri yang berat.
Pada penelitian mayoritas pasien memiliki nyeri berat. Nyeri pada
kanker biasanya bersifat kronis atau menahun dan dapat berlangsung sampai
kematian (Junaidi, 2008). Brunner dan Suddarth (2002) menyatakan bahwa

Universitas Sumatera Utara

57

nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang
satu periode waktu yang biasanya terjadi lebih dari 6 bulan. Cohen (2005)
menyatakan nyeri berkepanjangan dapat mempengaruhi aspek kehidupan
penderita yaitu fisik, psikologis dan psikososial. Studi pendahuluan
menjelaskan efek negatif dari nyeri akut maupun kronis dapat menetap
meskipun gejala nyerinya hilang dan dapat membuat kesulitan dalam
beraktivitas sehari-hari (Hammel et. al, dalam Gartner, A.M, 2011). Salah
satu sumber distress pada penderita kanker adalah gejala fisik yang
berhubungan dengan aspek psikologis seperti kelelahan, nyeri, ketegangan
otot dan penurunan nafsu makan (Manne,S L dan Ostroff, J.S., 2008).
Gejala distress dapat meningkatkan respon fisik/prilaku seperti : kecemasan,
ketakutan, cepat marah (agresi), sedih, menarik diri, gangguan tidur,
menguranggi mobilitas, serta hubungan soaial yang buruk (Vitek et.all
dalam Gartner A.M, 2011). Pasien memandang dirinya tidak berdaya dan
dapat mempengaruhi nyerinya, sehingga penting untuk menyediakan
treatment yang efektif untuk mengatasi nyeri. Menurut Potter & Perry
(2009) klien memiliki cara yang efektif dalam mengontrol nyeri dengan
mengubah posisi seperti: berjalan, mengayun, menggosok, makan, meditasi,
berdoa, memberikan sensasi hangat atau dingin pada lokasi nyeri.
Manajemen nyeri dengan terapi komplementer seperti teknik relaksasi,
imajinasi terbimbing, distraksi, stimulasi kutaneus, akupresur, dan hypnosis
telah berkontribusi terhadap peningkatan kemampuan untuk mengatasi nyeri
(Black, 2014).

Universitas Sumatera Utara

58

Jihan (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Efektivitas Terapi
Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di RSUP H. Adam Malik Medan”,
menyatakan bahwa dari hasil pengukuran nyeri yang dirasakan responden
sebelum dan sesudah dilakukan terapi distraksi dan relaksasi diperoleh
jumlah responden yang rentang nyerinya 2-4 (ringan) bertambah hingga
62,5% baik pada relaksasi dan distraksi. Sedangkan responden yang
mengalami nyeri berat sebelum diberikan terapi relaksasi dan distraksi
sebanyak 37,5% dan sesudah diberikan menjadi 0,0%. Hal ini membuktikan
dengan terapi relaksasi dan distraksi efektif untuk mengontrol nyeri.

Universitas Sumatera Utara

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data, dapat diambil kesimpulan dan
saran mengenai hubungan kontrol nyeri dengan intensitas nyeri pada penderita
kanker di RSUP H. Adam Malik Medan.
6.1 Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kurang dari empat pertiga responden
melakukan kontrol nyeri pada tingkat cukup, kemudian diikuti dengan kontrol
nyeri pada tingkat kurang. Intensitas nyeri yang ditunjukan lebih dari dua pertiga
responden adalah nyeri berat. Untuk menentukan hubungan kedua variabel, diuji
dengan menggunakan uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan antara
kontrol nyeri dengan intensitas nyeri. Arah korelasi penelitian ini negatif atau
berlawanan arah dengan kekuatan korelasi yang kuat. Artinya individu yang
memiliki kontrol nyeri yang kurang memiliki intensitas nyeri yang berat, dan
sebaliknya, jika individu memiiki kontrol nyeri yang baik, intensitas nyeri yang
dirasakan semakin ringan.
6.2 Saran
6.2.1 Pendidikan Keperawatan
Diharapkan dari hasil penelitian ini, mahasiswa dapat mengembangkan
kontrol nyeri (Pain Control) sebagai intervensi tambahan nantinya untuk
mengurangi rasa nyeri pada pasien.

59

Universitas Sumatera Utara

60

6.2.2 Pelayananan Keperawatan
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara kontrol nyeri dengan intensitas nyeri. Ada tiga yang memiliki konstribusi
nilai tertinggi pada kontrol nyeri yaitu : menarik napas dalam, berpikiran positif
dan berdoa dan yang memiliki konstribusi nilai terendah pada kontrol nyeri yaitu :
bernyanyi, latihan fisik. Agar kontrol nyeri tetap baik diharapkan perawat
mempertahankan kontrol nyeri yang memiliki konstribusi nilai tertinggi dalam
kontrol nyeri dan meningkatkan semua kontrol nyeri yang memiliki konstribusi
nilai terendah. Dan mengembangkan kontrol nyeri (pain control) pada perawatan
sebagai intervensi tambahan nantinya untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien..
6.2.3 Penelitian Keperawatan
Dalam penelitian ini Kuesioner yang digunakan oleh peneliti saat
melakukan penelitian ini dibuat berdasarkan teori pada bab dua, sehingga
diharapkan peneliti selanjutnya mencari referensi terbaru mengenai instrument
baku kontrol nyeri.
Pada penelitian ini ditemukan bahwa aktivitas fisik memiliki nilai rata-rata
terendah dalam konstribusi nilai pada kontrol nyeri sehingga diharapkan peneliti
selanjutnya dapat meneliti tentang keefektifan aktivitas fisik terhadap kontrol
nyeri .

Universitas Sumatera Utara