Pengan Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Mastektomi di Medan Chapter III V

BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan desain
fenomenologi. Desain ini digunakan untuk mengungkapkan kajian pengalaman
pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi. Hal ini sesuai dengan asumsi
bahwa ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia hanya dapat diperoleh melalui
penggalian secara langsung terhadap pengalaman yang didefenisikan oleh
manusia tersebut . Fokus utama dari studi fenomenologi adalah bagaimana orang
mengalami suatu pengalaman hidup dan menginterpretasikan pengalamannya
(Polit & Beck, 2012). Pemahaman yang mendalam tentang pengalaman pasien
kanker payudara yang menjalani mastektomi diharapkan dapat diperoleh melalui
pendekatan fenomenologi.
3.2 Partisipan
Pengambilan sampel pada penelitian kualitatif tidak diarahkan pada jumlah
tetapi berdasarkan pada asas kesesuaian dan saturasi data tercapai (Polit & Beck,
2012). Pemilihan partisipan dalam penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling yaitu metode pemilihan partisipan dalam suatu penelitian dengan
menentukan terlebih dahulu kriteria yang dimasukkan dalam penelitian (Polit &
Beck, 2012). Adapun kriteria partisipan dalam penelitian ini adalah 1) Pasien
kanker payudara yang sudah diangkat salah satu atau kedua payudara setelah 2

tahun , 2) Komunikatif, 3) Bersedia menjadi partisipan yang dinyatakan secara
verbal atau dengan menandatangani surat perjanjian penelitian dan 4) Mampu
29

Universitas Sumatera Utara

30

menceritakan pengalamannya sehingga diperoleh informasi yang lebih kaya (rich
information).
Penelitian ini melibatkan 10 orang partisipan dimana semua partisipan
tersebut telah memenuhi kriteria dan bersedia untuk menjadi partisipan yang
dinyatakan secara verbal maupun dengan menandatangani surat perjanjian
penelitian (inform consent). Saturasi data sudah tercapai pada partisipan
kesepuluh.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
3.3.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
(RSUP HAM) Medan khususnya Poliklinik Bedah Onkologi yang berada di lantai
3 RSUP HAM.

3.3.2 Waktu Penelitian
Pengumpulan data dimulai dari bulan April 2017 sampai dengan bulan
Mei 2017, yaitu mulai pengumpulan data sampai dengan selesai pengumpulan
data.
3.4 Pertimbangan Etik
Etika penelitian penting untuk dipertimbangkan dalam penelitian kualitatif
karena peneliti sebagai instrumen pengumpul data berhubungan langsung dengan
partisipan. Oleh karena itu peneliti harus menyesuaikan diri dan melupakan nilai
dan budaya sendiri (Moleong,2010).
Sebelum melakukan pengumpulan data, penelitian ini sudah mendapat
rekomendasi dari bagian pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Universitas Sumatera Utara

31

Utara. Selanjutnya ethical clearance diperoleh dari Komisi Etik Penelitian
Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapat
persetujuan untuk melakukan penelitian, selanjutnya peneliti mencari partisipan
sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

Setelah terbina hubungan saling percaya antara peneliti dan partisipan,
peneliti menjelaskan tujuan dari penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian
kepada partisipan. Calon partisipan yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian
dipersilakan untuk menandatangani inform consent.
Peneliti tidak memaksa saat partisipan menolak untuk diwawancarai dan
menghormati hak-haknya sebagai partisipan dalam penelitian ini. Untuk menjaga
kerahasiaan identitas partisipan maka peneliti tidak mencantumkan nama dari
partisipan (anonymity). Nama partisipan dibuat dengan inisial. Selanjutnya
identitas partisipan juga dirahasiakan (confidentiality) dimana hanya informasi
yang diperlukan saja yang dituliskan dan dicantumkan dalam penelitian. Peneliti
juga tidak merugikan partisipan baik dalam hal fisik maupun psikologis (nonmaleficiency).
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian pada penelitian ini adalah peneliti sendiri dan tidak
dapat diwakilkan atau didelegasikan oleh siapapun. Pada penelitian kualitatif,
peneliti terlibat secara langsung dalam pengumpulan data, sehingga peneliti
benar-benar mengenal partisipan. Data diperoleh dengan cara pengisian kuesioner
data demografi meliputi inisial, usia, pendidikan, agama, suku, dan pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara


32

Kekurangan dari form data demografi adalah lama pasien menjalani mastektomi,
namun pada tahap prolonged engagement peneliti mendapat informasi tersebut.
Peneliti juga menggunakan panduan wawancara. Panduan wawancara berisi
pertanyaan yang diajukan kepada partisipan dimana pertanyaan tersebut dibuat
sendiri oleh peneliti. Panduan wawancara berisi 5 pertanyaan terbuka seputar
pengalaman pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi yang dibuat oleh
peneliti sendiri dan telah divalidasi oleh dosen ahli Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara. Hasil dari validasi kelima pertanyaan yang dibuat
oleh peneliti dinyatakan clear. Proses wawancara direkam dengan tape recorder.
3.6 Prosedur Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan pada 10 partisipan yang merupakan pasien kanker
payudara yang menjalani mastektomi. Lama mastektomi yang dialami partisipan
dalam penelitian ini 2-3 tahun sebanyak 9 orang dan 3.5 tahun sebanyak 1 orang,
yang diketahui dari data rekam medis dan pernyataan partisipan. Pengumpulan
data dilakukan dengan melakukan wawancara di ruang tunggu Poliklinik Bedah
Onkologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik yang berada di lantai 3.
Lama waktu wawancara bervariasi antara 15 - 58 menit dan berusaha dilakukan
dalam satu kali pertemuan tetapi ada 3 partisipan yang diwawancarai dalam dua

kali pertemuan.
Penelitian dimulai dengan pilot study, yang merupakan partisipan pertama
dalam penelitian, dengan tujuan untuk menguji apakah peneliti sebagai instrumen
sudah cukup baik dalam melakukan wawancara yang komunikatif dan dapat
dipahami serta dapat menganalisa data kualitatif. Pilot study dilakukan dengan

Universitas Sumatera Utara

33

cara mencari partisipan yang sesuai dengan kriteria penelitian melalui rekam
medis di poliklinik bedah onkologi pada sore hari. Rekam medis yang masuk ke
bagian poliklinik bedah onkologi pada sore hari merupakan rekam medis pasien
yang akan berkunjung keesokan harinya. Setelah mendapatkan data yang sesuai,
pada hari pertama peneliti mendekati partisipan dengan menyapa dan melakukan
kontrak waktu untuk keesokan harinya. Pada hari kedua peneliti menjumpai
partisipan yang sudah dilakukan kontrak waktu dengan tempat ruang tunggu
poliklinik bedah onkologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Sebelum
melakukan wawancara, peneliti menjelaskan tujuan dan prosedur penelitian serta
menyerahkan inform consent untuk ditandatangani oleh partisipan sebagai

kesediaan partisipan dalam penelitian. Wawancara dilakukan selama 58 menit dan
direkam dengan perekam suara. Peneliti menggunakan panduan wawancara yang
dibuat untuk membantu peneliti dalam mengumpulkan informasi. Kemudian
peneliti juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih dalam dari apa yang
sudah dinyatakan partisipan pada pertanyaan-pertanyaan sebelumnya (probing).
Setelah wawancara selesai, peneliti membuat transkrip wawancara dan
menganalisanya. Analisa dilakukan dengan membaca transkrip wawancara,
menemukan pernyataan signifikan, melakukan pengkodingan, mengelompokkan
pernyataan signifikan yang telah dikodingkan ke dalam satu kategori,
mengelompokkan beberapa kategori yang sesuai menjadi satu sub tema,
mengelompokkan sub tema menjadi tema dan mengkonfirmasi pada partisipan
yang diwawancarai bahwa pernyataan yang disampaikan tidak ada yang diubah.
Setelah melakukan analisa data, peneliti membawa hasil analisa tersebut kepada

Universitas Sumatera Utara

34

dosen ahli kualitatif di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk
berkonsultasi apakah peneliti cukup baik dalam melakukan wawancara dan

menganalisa data kualitatif. Hasilnya, peneliti dinyatakan sudah cukup baik dalam
melakukan wawancara yang komunikatif dan dapat dipahami serta dapat
menganalisa data kualitatif.
Selanjutnya peneliti mulai melakukan pengumpulan data pada partisipan
kedua sampai dengan kesepuluh. Saturasi data sudah terjadi pada partisipan
kesepuluh. Prosedur pengumpulan data saat pilot study dilakukan sama pada
partisipan kedua sampai kesepuluh.
3.7 Analisa Data
Proses analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan secara analisis isi
(content analysis) segera setelah selesai setiap satu proses wawancara yaitu
bersamaan dengan dibuatnya transkrip data. Rekaman hasil wawancara
didengarkan dan diketik dalam bentuk transkrip. Peneliti memberikan nomor
untuk setiap baris hasil transkrip (line). Penomoran ini membantu peneliti dalam
menemukan kembali kutipan wawancara partisipan. Penelitian ini dianalisa
berdasarkan 7 (tujuh) tahapan Colaizzi atau Colaizzi’s Method (Polit & Beck,
2012).
Transkrip wawancara yang telah dibuat dibaca secara berulang-ulang
untuk menentukan pernyataan-pernyataan yang signifikan dan bermakna pada
setiap transkrip yang berhubungan dengan pengalaman partisipan, beberapa
pernyataan signifikan yang mempunyai makna yang sama digabungkan menjadi

satu kategori sedangkan pernyataan yang berbeda di pertimbangkan untuk

Universitas Sumatera Utara

35

dijadikan

kategori

yang

baru

atau

dihilangkan.

Selanjutnya


peneliti

mengelompokkan kategori yang saling berhubungan membentuk sub tema atau
tema terkait pengalaman pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi.
Setelah itu, mengintegrasikan hasil yang telah didapat menjadi deskripsi
fenomena yang lengkap. Merumuskan deskripsi lengkap dari fenomena yang
diteliti dan kemudian mengidentifikasi struktur dasar atau bisa disebut sebagai
esensi dari transkip tersebut. Pada tahap terakhir membawa kembali temuantemuan yang ada pada partisipan, kemudian meminta partisipan tersebut
memvalidasi dari beberapa tema yang ada apakah ada pengubahan dari hasil-hasil
ide yang sudah muncul atau dapat disebut dengan “member check”.
3.8 Keabsahan Data
Untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya maka data divalidasi
dengan beberapa kriteria, yaitu Credibility, Transferability, Dependability,
Confirmability dan Authenticity (Lincoln & Guba, 1985 dalam Polit & Beck,
2012).
Credibility merupakan kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan
informasi yang dikumpulkan. Peneliti melakukan teknik prolonged engagement
yaitu mengadakan pertemuan dengan partisipan 1-2 kali ditempat yang sudah
dijanjikan bersama partisipan, sehingga antara peneliti dan partisipan memiliki
keterkaitan yang lama sehingga semakin akrab, semakin terbuka, dan saling

mempercayai.
Langkah

selanjutnya

adalah

confirmability

yang

dilakukan

dengan

memperlihatkan seluruh transkrip, tabel analisa tema kepada ahli kualitatif. Dalam

Universitas Sumatera Utara

36


hal ini dilakukan oleh pembimbing yang merupakan pakar penelitian kualitatif.
Peneliti dan pembimbing berdiskusi bersama untuk menentukan tema dari hasil
penelitian yang disusun dalam bentuk matriks tema. Confirmability adalah
objektivitas dan netralitas data, dimana tercapai persetujuan antara dua orang atau
lebih tentang relevansi dan arti kata, untuk menjamin kenetralan data atau
bebasnya data dari pengaruh asumsi peneliti.
Dependability merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai kualitas dari
proses yang peneliti lakukan. Dalam penelitian ini, beberapa catatan yang dapat
digunakan untuk menilai kualitas dari proses penelitian adalah data mentah yang
diperoleh melalui pengumpulan transkrip-transkrip wawancara, hasil analisa data,
pembuatan koding (pengkodean), dan draft hasil laporan penelitian untuk
menunjukkan adanya kesimpulan yang ditarik pada akhir penelitian.
Transferability dilakukan dengan cara peneliti menulis laporan penelitian
yang diuraikan dengan rinci, jelas, sistematis dan mudah dimengerti oleh pembaca
sehingga pembaca dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang pengalaman
pasien kanker payudara pasca mastektomi.
Authenticity memfokuskan pada sejauh mana peneliti dapat menunjukkan
berbagai realitas. Authenticity muncul dalam penelitian ketika partisipan
menyampaikan pengalaman mereka dengan penuh perasaan. Penelitian memiliki
keaslian jika dapat mengajak pembaca merasakan pengalaman kehidupan yang
digambarkan, dan memungkinkan pembaca untuk mengembangkan kepekaan
yang meningkat sesuai masalah yang digambarkan.

Universitas Sumatera Utara

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan serta
pembahasan hasil penelitian dengan literatur yang berhubungan dengan
pengalaman pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi di Medan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman pasien kanker
payudara yang menjalani mastektomi di Medan. Hasil penelitian ini memunculkan
lima tema yang memberi suatu gambaran atau fenomena pengalaman pasien
kanker payudara yang menjalani mastektomi di Medan. Hasil penelitian yang
dibahas adalah karakteristik partisipan dan tema hasil analisa data penelitian
4.1 Hasil penelitian
4.1.1 Karakteristik partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah pasien kanker payudara yang
menjalani mastektomi di Medan. Jumlah partisipan adalah 10 orang. Kesepuluh
partisipan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah partisipan yang
memenuhi kriteria dan bersedia untuk diwawancarai serta menandatangani
persetujuan menjadi partisipan penelitian sebelum wawancara dimulai. Semua
partisipan melakukan mastektomi di Medan. Usia kesepuluh partisipan berusia
34-56 tahun dengan lama menjalani mastektomi 2 - 3.5 tahun. Dari kesepuluh
partisipan, enam orang beragama Islam dan empat orang beragama Kristen
Protestan. Enam orang berasal dari suku Batak dan empat orang berasal dari suku
Jawa. Partisipan dengan pendidikan terakhir Diploma sebanyak satu orang, SMA
sebanyak lima orang, SMP sebanyak tiga orang, dan SD sebanyak satu orang.
37

Universitas Sumatera Utara

38

Kesepuluh partisipan yang tidak bekerja sebanyak enam orang, petani sebanyak
tiga orang, dan guru SD sebanyak satu orang. Karakteristik partisipan
selengkapnya disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1.1 Karakteristik Partisipan
Karakteristik

Frekuensi

Persentase (%)

26 - 35 tahun

1

10

36 - 45 tahun

5

50

46 - 55 tahun

3

30

56 - 65 tahun

1

10

SD

1

10

SMP

3

30

SMA

5

50

Diploma

1

10

Islam

6

60

Kristen Protestan

4

40

Batak

6

60

Jawa

4

40

Tidak bekerja

6

60

Petani

3

30

Guru SD

1

10

2 – 3 tahun

9

90

> 3 tahun

1

10

Usia

Pendidikan

Agama

Suku

Pekerjaan

Lama Mastektomi

Universitas Sumatera Utara

39

4.1.2 Hasil wawancara pengalaman pasien kanker payudara yang
menjalani mastektomi di Medan
Berdasarkan hasil analisis wawancara yang dilakukan, peneliti telah
mengidentifikasi lima tema yang memaparkan tentang pengalaman pasien kanker
payudara yang menjalani mastektomi di Medan. Tema - tema tersebut yaitu 1)
memiliki emosi campur baur setelah menjalani mastektomi , 2) mengalami proses
berduka yang berkepanjangan, 3) merasakan konsep diri yang rendah, 4)
merasakan kesulitan dalam beradaptasi dengan kondisi tubuh saat ini, dan 5)
berupaya kuat untuk pulih secara sempurna meskipun kehilangan mahkota
kewanitaan.
1.

Memiliki emosi campur baur setelah menjalani mastektomi
Setelah dilakukan pengangkatan payudara, pasien memiliki emosi yang

berbeda dalam menghadapinya. Emosi dapat dibagi menjadi emosi positif dan
emosi negatif.
a.

Memiliki emosi positif setelah menjalani mastektomi
Enam dari sepuluh partisipan memiliki emosi yang positif. Mereka merasa

lebih tenang, lega, dan senang setelah dilakukan pengangkatan payudara. Emosi
positif tersbut timbul karena penyakit yang dianggap sebagai beban sudah tidak
ada lagi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:
“...,Rasanya cem mana lah ya, lebih tenang lah lebih lega...,”
(Partisipan 3)
“..., Senang, udah banyak yang kurang penyakitnya itu, udah,
kek nya udah bebas lah badan kita itu setelah diangkat penyakit itu...,”
(Partisipan 2)

Universitas Sumatera Utara

40

“...,Ya rasanya lega, ringan, terang dunia rasanya, sudah tidak
ada beban...,”
(Partisipan 5)
b.

Memiliki emosi negatif setelah menjalani mastektomi
Empat partisipan lainnya memiliki emosi yang negatif. Mereka merasa

sedih, malu, dan tidak percaya diri setelah dilakukan pengangkatan payudara.
Emosi negatif tersebut timbul karena sebagai makhluk ciptaan Tuhan merasa
sedih dikurangi salah satu ciptaan Tuhan yang ada pada dirinya dalam hal ini
payudara. Berikut pernyataan partisipan:
“...,Ya merasa sedih lah namanya sudah setelah nggak ada,
tapi karena udah penyakit ya harus dibuang, dibuang lah...,”
(Partisipan 1)
“...,Sedih, malu, enggak percaya diri lagi...,”
(Partisipan 7)
“...,Ya sedih lah, ini kan namanya dikurangi ciptaan Tuhan,
diambil dari kita kan sedih...,”
(Partisipan 8)
2.

Mengalami proses berduka yang berkepanjangan
Pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi, mulai dari awal

didiagnosis sampai dengan dilakukan operasi pengangkatan mengalami suatu
proses berduka. Proses berduka yang ditunjukkan oleh partisipan antara lain
penolakan (denial), perasaan tidak percaya penyakit berada di bagian payudara
bahkan sudah menyebar ke bagian lain seperti tulang. Hal tersebut tampak pada
pernyataan partisipan berikut ini:
“...,Ya sedih, sedihnya gini, karena saya ee..iih..kok mesti
bagian ini ya, gitu karena terus terang aja, suami pun,

Universitas Sumatera Utara

41

kita merasa hati suami pasti sakit gitu lah, itu satu...,”
(Partisipan 9)
“...,Ya gimana lah ini ya hidupku ini, kok jadi gini ya kondisi
tubuhku, gitu...,”
(Partisipan 6)
“...,kena ke tulang lagi ya kan, kenapa lah bisa lagi kena
begitu lah aku berpikir, mudah mudahan sembuh lah ini
Tuhan...,”
(Partisipan 6)
Proses berduka marah (anger) juga terjadi, seperti memarahi orang lain tanpa
sebab. Hal tersebut tampak pada pernyataan partisipan berikut:
“...,Iya direpet repetin, lantaran aku duluan ngerepet, aku
duluan yang marahin dia...,”
(Partisipan 2)
Proses berduka tawar menawar (bargaining), mempertanyakan kemampuan diri
sendiri apakah mampu sehat kembali seperti sebelumnya. Hal tersebut tampak
pada pernyataan berikut:
”...,Kalau awak tengok kawan ini sehat, dari dalam hatiku
lah ya kan, iihhh gimana lah aku bisa nanti aku kek gitu
juga..itu aku, kadang mau pikiran gitu...,”
(Partisipan 6)
Proses berduka depresi, merasa sedih dan menjadi tidak bersemangat bahkan tidak
memiliki keinginan untuk hidup juga dirasakan oleh partisipan. Hal tersebut
tampak pada pernyataan berikut:
“...,Kalau ibaratnya Tuhan mengenankan aku lewat, lewat aja gitu,
enggak usah lah saya hidup...,”
(Partisipan 1)
“...,Ya gimana lah, emang merasa agak sedih juga jadi kurang
semangat lah adalah kurang semangatnya gitu...,”
(Partisipan 6)

Universitas Sumatera Utara

42

Proses berduka penerimaan (acceptance), melakukan pengobatan dan ikhlas
menjalani pengobatan serta pasrah dengan kondisi salah satu payudara sudah tidak
ada lagi merupakan tanda bahwa partisipan sudah menerima keadaannya
sekarang. Hal tersebut tampak pada pernyataan berikut:
“...,Ya udah lah kalau untuk yang terbaik ya udah enggak pa pa
diangkat kalau mau yang terbaik supaya jangan kemana mana
lagi kan gitu...,”
(Partisipan 4)
“...,Namanya juga penyakit ya kita ikhlaskan aja ya...,”
(Partisipan 9)
“...,Saya cuman diam aja lah enggak bisa ngomong apa apa,
kan memang kenyataannya seperti itu, memang saya udah
enggak ada sebelah, memang saya kemo kepala saya botak...,”
(Partisipan 1)
3.

Merasakan konsep diri yang rendah
Konsep diri pada pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi

khususnya wanita akan mengalami perubahan karena payudara merupakan salah
satu aset berharga bagi wanita. Konsep diri yang berubah pada partisipan antara
lain ideal diri, gambaran diri, harga diri, peran diri dan identitas diri.
a.

Mengalami perubahan pada ideal diri
Ideal nya seorang wanita memiliki dua payudara. Pengangkatan payudara

merupakan operasi untuk mengangkat salah satu atau kedua payudara, sehingga
pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi mengalami perubahan pada
ideal diri, putus asa tidak dapat menjadi wanita seutuhnya dan menginginkan
payudara kembali seperti teman-teman yang lain. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan partisipan berikut:

Universitas Sumatera Utara

43

“...,Ibaratnya kalok kita tahankan pun, kalau sudah ada
penyakitnya apa yang bisa kita lakukan nggak bagus juga,
yaa lebih bagus yaa kalok apa dokter kata dokter seperti ini
harus dibuang, yaa saya pasrah, pasrah aja...,”
(Partisipan 1)
“...,Kok kek gini, gitu.., kawan saya sehat, kadang ada juga
perasaan gitu...,”
(Partisipan 6)
b.

Mengalami perubahan pada gambaran diri
Perubahan fisik pada pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi

akan merubah gambaran dirinya. Mereka merasa tubuh tidak sempurna dan malu
memiliki 1 payudara. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut:
“...,Ibaratnya kan itu kan kek nya kalau kita enggak punya
lagi kan udah enggak sempurna kan, kek aib kita yang kita
bilang sama orang kan...,”
(Partisipan 7)
“...Ya kita tarok lah pandai pandai entah apa lah entah kek mana
lah gitu dibentuk bentuk gitu...,”
(Partisipan 6)
“...,Walaupun itu memang dengan kain yang digulung-gulung
atau pun busa busa yang dibentuk gitu kan, aa..itu ya gak pa pa
lah yang penting bisa kita PD ditengok orang gitu...,”
(Partisipan 9)
c.

Mengalami perubahan pada harga diri
Harga diri pada pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi juga

mengalami perubahan. Dukungan dari orang-orang terdekat seperti keluarga dan
teman diperlukan untuk meningkatkan harga diri pasien kanker payudara yang
menjalani mastektomi, jika dukungan kurang maka pasien kanker payudara yang
menjalani mastektomi menjadi tidak bersemangat dalam menjalani pengobatan.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut:

Universitas Sumatera Utara

44

“...,Ya maunya anak anak lah maunya.. keluarga yang bikin
semangat apalagi anak mau nya jangan bandel mudah diatur
gitu lah baru aku semangat...,”
(Partisipan 6)
d.

Mengalami perubahan pada peran diri
Perubahan peran juga terjadi pada pasien dengan kanker payudara yang

menjalani mastektomi. Perubahan peran yang terjadi seperti memiliki batasan
dalam mengurus rumah tangga, sesuai dengan pernyataan berikut:
“...,Enggak bisa banyak bergerak dan bekerja tapi kita kan
enggak mungkin begolek di tempat tidur aja ya kan, nanti nyuci
piring aja udah capek kali, udah ngos ngosan lah itu...,”
(Partisipan 4)
“...,Selama mamaknya menderita itu kan ya pekerjaan diemban
oleh dia (anak)...,”
(Partisipan 5)
“...,Salah satunya dukungan dari keluarga juga macem suami saya,
semua di anu kan, dia yang masak ya kan, dia masak makan makan
enggak pa pa itu
(Partisipan 5)
Perubahan peran sebagai ibu dan istri juga berubah, ketidakmampuan dalam
merawat/mendidik anak serta merasa tidak mampu memenuhi kebutuhan seksual
suami. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan berikut:
“...,Ikhlas aku ngasih anakku sama opungnya, kek mana pun
dibikin opungnya anakku itu sudah ikhlas aku...,”
(Partisipan 2)
“...,Maaf lah suami istri ya, jadi kita aja gitu menjaga,
menjaga kita aja gitu dia sampai ditahankannya enggak itu
(melakukan hubungan seksual)...,”
(Partisipan 9)

Universitas Sumatera Utara

45

e.

Mengalami perubahan pada identitas diri
Perubahan identitas diri pada pasien yang menjalani mastektomi juga

terjadi. Pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi memilih untuk tinggal
di rumah dari pada bersosialisasi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan berikut:
“...,Ibu sama tetangga jarang ngobrol-ngobrol gitu
istilahnya malas lah ngobrol-ngobrol gosip-gosip, malas,
bagus dirumah ya kan, baca-baca Al Quran...,”
(Partisipan 4)
“...,Kawan kawan enggak nya, cuman kita kan malu gitu,
malu, apalagi ditanya nanti seputar penyakit kita kan...,”
(Partisipan 7)
4.

Merasakan kesulitan dalam beradaptasi dengan kondisi tubuh saat ini
Setelah dilakukan operasi pengangkatan payudara, hambatan yang dialami

partisipan antara lain mengalami kesulitan saat memakai baju dan merasa tangan
tidak seperti dulu lagi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut:
“...,Adalah terkadang pakai baju susah harus disumpel ya kan
hahaha kalau pakai apa kan jelek sebelah ada sebelah lagi nggak...,”
(Partisipan 1)
“...,Pakai baju payah memang namanya juga sudah operasi,
tangan kita nggak bisa bebas mau ngapa-ngapain gitu...,”
(Partisipan 2)
“...,Tangan kita satu nggak bisa diangkat tinggi karena narik
disini dia, sakit karena kurasa udah panjang apa itu penyakit
itu sampai disini dibuka semua...,”
(Partisipan 3)
Selain memiliki hambatan, pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi
juga harus bisa beradaptasi dengan kondisi tubuh mereka, seperti tidak memakai
bra untuk meningkatkan perasaan nyaman, sesuai dengan pernyataan partisipan
berikut:

Universitas Sumatera Utara

46

“...,Ya kedodoran yang sebelah, udah lepes sebelah ya biarin aja,
kadang orang kan dikasih kaos kaki apa, malah nggak nyaman
kurasa...,”
(Partisipan 8)
“...,Saya ini nggak menggunakan bra, biasanya saya kalau keluar
menggunakan bra, kalau di rumah total nggak, pakai daster saya
di rumah, baju yang longgar –longgar pake hijab...,”
(Partisipan 10)
Membatasi aktivitas mengangkat berat, sesuai dengan pernyataan partisipan
berikut:
“...,Ya gitu juga udah enggak kuat lagi gitu lah...,”
(Partisipan 6)
“...,Udah berkuranglah nggak kayak dulu, kalau dulu badan
kita fit, semangat, ini nggak fit lagi udah berkurang, pelan - pelan..
angkat – angkat berat udah nggak lagi...,”
(Partisipan 8)
“...,Takut lepas lah, paling kalau mau ngangkat air ya minta
tolong orang rumah lah kalau misalnya orang rumah enggak
ada yaa dipindahkan dikit-dikit pakai ceret baru dihidupkan
apinya...,”
(Partisipan 4)
Memberikan rangsangan pada lidah yang kebas dan menggerakkan tangan supaya
tidak kaku, hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut:
“...,Dokter aja kalau lidah kita anu, es krim, saos, supaya
jangan kebas...,”
(Partisipan 5)
“...,Kadang saya coba-coba saya tindihkan, tidur ke arah
sini supaya apa dia lemas, urat-urat itu tadi enggak tegang...,”
(Partisipan 7)
“...,Saya sekarang latih-latih gini juga di rumah supaya
jangan apa? Supaya lemas seperti ini, kek tadi saya kek
macem ngempit dompet gini, tebel, kek ada yang ganjal
gitu kan tapi saya sudah biasa...,”
(Partisipan 9)

Universitas Sumatera Utara

47

5.

Berupaya untuk pulih secara sempurna meskipun kehilangan mahkota

kewanitaan
Pada pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi membuat
mereka berharap untuk kembali menjadi sehat dan penyakit tidak terulang
kembali. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut:
“...,Aku pokoknya sembuh, sembuh.. itu aja cuman...,”
(Partisipan 7)
“...,Mudah mudahan sembuh lah ini Tuhan.. begitu lah aku
berdoa sama Tuhan biar bisa aku sehat kembali...,”
(Partisipan 6)
“...,Mudah mudahan dengan terbuangnya itu, penyakitnya
jangan datang lagi gitu.. itu lah harapan kita...,”
(Partisipan 9)
Selain berharap para partisipan juga memotivasi diri sendiri untuk sembuh dan
semangat. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut:
“...,Iya bagusan diangkat habis itu biar tinggal pemulihan ya kan...,”
(Partisipan 3)
“...,Kita harus jangan minta dikasihanin orang gitu, kita
harus percaya diri.. jangan mau dikasihani orang ya kan,kalau kita
dikasihani orang gitu lah jadi enggak maju kan enggak, jadi pikiran
kita pun jadi enggak berkembang kan, kita minta dikasihanin terus,
maunya semangat lah, semangat,semangat terus...,”
(Partisipan 7)
“...,Segala sesuatunya itu kita yang melawan saya bilang,kalau kita
enggak punya semangatnya kita dituruti ee.. enggak selera makan
enggak mau makan, kita yang merasakan sakit,udah kita sakit payudara
tambah lagi lambung kita ngisap kan double double...,”
(Partisipan 5)

Universitas Sumatera Utara

48

Tabel 4.1.2 Matriks tema
Matriks Tema
Pengalaman Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Mastektomi di Medan
Tema 1: Memiliki emosi campur baur setelah menjalani mastektomi
Sub Tema:
Kategori:
1. Memiliki emosi positif setelah menjalani
a. Merasa senang
mastektomi
b. Merasa tidak ada beban
c. Memiliki peraaan lega
2. Memiliki emosi negatif setelah menjalani
a. Merasa sedih
mastektomi
b. Merasa sensitif
Tema 2: Mengalami proses berduka yang berkepanjangan
Sub Tema:
Kategori:
1. Menolak kondisi yang dialami (Denial)
a. Tidak percaya dengan kondisi yang dialami
2. Melampiaskan kemarahan pada orang lain
a. Memarahi orang lain tanpa sebab
(Anger)
3. Melakukan penawaran mengenai kondisi
a. Mempertanyakan kemampuan diri sendiri untuk kembali
yang dialami (Bargaining)
sehat
4. Menutup diri dengan dunia luar
a. Merasa sedih dan menjadi tidak bersemangat
(Depression)
b. Tidak memiliki keinginan untuk hidup
5. Mencari cara untuk sembuh dan menerima
a. Melakukan pengobatan supaya sembuh
kondisi tubuh (Acceptance)
b. Pasrah dengan keadaan
c. Mengikhlaskan payudara yang diangkat
d. Menerima keadaan sekarang
Tema 3: Merasakan perubahan pada konsep diri
Sub Tema:
Kategori:
1. Mengalami perubahan pada ideal diri
a. Putus asa tidak dapat menjadi wanita seutuhnya
b. Menginginkan payudara normal seperti teman
2. Mengalami perubahan pada gambaran diri
a. Merasa tubuh tidak sempurna
b. Merasa malu memiliki 1 payudara
3. Mengalami perubahan pada harga diri
a. Tidak semangat
b. Mendapatkan dukungan dari keluarga dan teman
4. Mengalami perubahan pada peran diri
a. Merasa tidak mampu memenuhi kebutuhan seksual suami
b. Memiliki batasan dalam mengurus rumah tangga
c. Tidak bisa merawat dan mendidik anak
5. Mengalami perubahan pada identitas diri
a. Memilih tinggal di rumah daripada bersosialisasi
Tema 4: Merasakan kesulitan dalam beradaptasi dengan kondisi tubuh saat ini
Sub tema:
Kategori:
1. Kesulitan yang dirasakan
a. Mengalami kesulitan dalam memakai baju
b. Merasa tangan tidak seperti dulu
2. Beradaptasi dengan kondisi tubuh saat ini
a. Tidak menggunakan bra di rumah
b. Membatasi aktivitas mengangkat berat
c. Memberikan rangsangan pada lidah
d. Menggerakkan tangan supaya tidak kaku
Tema 5: Berupaya kuat untuk pulih secara sempurna meskipun kehilangan mahkota kewanitaan
Sub tema:
Kategori:
1. Berharap untuk sembuh dari penyakit
a. Berharap untuk sembuh dari penyakit
2. Memotivasi diri sendiri
a. Memotivasi diri sendiri

Universitas Sumatera Utara

49

4.2 Pembahasan
4.2.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil
Bagian ini akan diuraikan tentang pembahasan hasil penelitian dengan
konsep atau teori yang ada, perbandingan dengan hasil penelitian yang pernah
dilakukan sebelumnya berhubungan dengan pengalaman pasien kanker payudara
yang menjalani mastektomi di Medan. Bagian ini akan membahas mengenai
keseluruhan tema yang didapatkan dari hasil penelitian.
1.

Memiliki emosi campur baur setelah menjalani mastektomi
Emosi campur baur dirasakan oleh pasien kanker payudara yang menjalani

mastektomi. Perasaan senang karena penyakit sudah diangkat dan perasaan sedih
karena payudara diangkat. Secara umum emosi yang terdapat di dalam diri
manusia terdiri dari dua bagian yaitu emosi positif dan emosi negatif (Reynold
1998). Enam dari sepuluh partisipan memiliki emosi positif setelah dilakukan
operasi pengangkatan payudara, sebagian besar telah menerima kondisi yang
dialami sekarang. Mereka merasa senang, lega dan ringan karena penyakit sudah
diangkat. Hal ini sesuai dengan penelitian Guntari & Suariyani (2016) bahwa
pasien kanker payudara post mastektomi berada di tingkat depresi minimal.
Wanita yang tidak memenuhi kriteria untuk didiagnosis depresi mengalami hasil
positif yang disebut post traumatic growth (Buxton, 2011).
Empat dari sepuluh partisipan juga merasa sedih, malu dan tidak percaya
diri setelah melakukan mastektomi. Hal ini sesuai dengan penelitian Mahleda &
Hartini (2012) bahwa operasi pengangkatan payudara pada wanita akan
menimbulkan emosi negatif seperti rasa sedih, kecewa dan rasa tidak percaya diri.

Universitas Sumatera Utara

50

2.

Mengalami proses berduka yang berkepanjangan
Proses berduka dialami oleh pasien kanker payudara yang menjalani

mastektomi. Proses berduka dibagi menjadi 5 tahap yaitu tahap penyangkalan
(denial), tahap marah (anger), tahap penawaran (bargaining), tahap depresi dan
tahap penerimaan acceptance) (Yusuf, Fitryasari dan Nihayati, 2015). Partisipan
dalam penelitian ini awalnya tidak menyangka bisa terkena penyakit kanker di
bagian payudara. Selanjutnya, hanya satu partisipan yang menunjukkan adanya
rasa marah yang sering muncul saat belum dilakukan operasi pengangkatan
payudara. Respon marah ditunjukkan kepada keluarga yang memberikan tempat
tinggal selama di Medan. Rasa sedih yang mendalam akan hilangnya salah satu
payudara membuat partisipan menjadi tidak bersemangat dan tidak ingin hidup
lagi. Setelah menjalani pengobatan dan merasakan perbedaan sebelum dan setelah
dilakukan operasi pengangkatan payudara, partisipan mulai menerima keadaan
dengan mengikhlaskan payudara yang diangkat dan tidak menghiraukan sindiran
yang ditujukan padanya.
3.

Merasakan perubahan pada konsep diri
Konsep diri terbagi atas 5 komponen yaitu citra tubuh (body image), ideal

diri (self ideal), harga diri (self esteem), identitas diri (self identity) dan peran diri
(self role) (Dalami, 2009). Hasil penelitian mengenai perubahan pada ideal diri
dan gambaran diri ditunjukkan oleh perasaan tidak sempurna karena hanya
memiliki 1 payudara. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Herawati (2005)
bahwa wanita yang mengalami kanker payudara akan mengalami gangguan
gambaran diri dan ideal diri. Hasil penelitian ini mengenai perubahan pada harga

Universitas Sumatera Utara

51

diri terlihat dari perasaan malu yang dialami oleh partisipan. Hal ini sesuai dengan
Taylor (1995) yang menyatakan bahwa kehilangan payudara akan mengubah
penampilan fisik penderita dan mengubah cara pandangnya terhadap tubuhnya.
Hasil penelitian ini mengenai peran diri terlihat dari perasaan tidak mampu
memenuhi kebutuhan seksual suami, memiliki batasan dalam mengurus rumah
tangga dan ketidakmampuan dalam merawat atau mendidik anak. Hal ini sesuai
dengan penelitian Hartati (2008) yang menyatakan bahwa penderita kanker
payudara sejak menderita kanker payudara tidak dapat melakukan pekerjaan yang
baik, ketidakmampuan dalam merawat keluarga dengan baik serta tidak dapat
melakukan kegiatan sosial. Dan hasil dari penelitian ini mengenai perubahan pada
identitas diri ditunjukkan dengan merasa malu jika ditanya oleh teman dan merasa
tidak mampu memuaskan suami. Hal ini sesuai dengan penelitian Hartati (2008)
yang menyatakan bahwa penderita kanker payudara pasca tindakan pembedahan
akan merasa tidak memiliki kemampuan baik dalam melakukan aktivitas maupun
menjalin hubungan sosialisasi.
Setiap individu berbeda dalam menghadapi suatu kejadian sehingga
lamanya waktu setelah menjalani mastektomi tidak selalu diiringi oleh konsep diri
yang semakin baik. Hal ini sesuai dengan penelitian Meilinda (2016), yang
menyatakan bahwa pasien pasca mastektomi dengan waktu pasca mastektomi
yang lebih lama tidak menjamin memiliki tingkat kebahagiaan yang tinggi tetapi
semakin tinggi harga diri pasien akan semakin tinggi tingkat kebahagiaan pada
pasien.

Universitas Sumatera Utara

52

4.

Merasakan kesulitan dalam beradaptasi dengan kondisi tubuh saat ini
Salah satu hal yang perlu diperhatikan setelah dilakukan operasi

pengangkatan payudara adalah kapan boleh menggerakkan lengan untuk
mencegah kekakuan serta untuk beraktivitas. Partisipan dalam penelitian ini
mengalami kesulitan seperti saat memakai baju dan merasa tangan tidak seperti
dulu lagi. Banyak wanita yang menjalani mastektomi terkejut dengan minimnya
rasa sakit setelah dilakukan operasi pengangkatan payudara tetapi mereka merasa
tidak nyaman dengan rasa kebas/ mati rasa dan tertarik di bagian ketiak (Mulyani
& Rinawati, 2013). Partisipan dalam penelitian ini memiliki cara untuk
mengatasinya seperti menggerakkan dan menindih tangan dan membatasi
aktivitas mengangkat berat. Partisipan juga tidak menggunakan bra saat di rumah
untuk meningkatkan perasaan nyaman dan saat merasa lidah kebas karena efek
pengobatan, lidah akan diberi rangsangan seperti es krim atau saos.
5.

Berupaya kuat untuk pulih secara sempurna meskipun kehilangan mahkota

kewanitaan
Kemampuan individu beradaptasi dan meminimalkan efek negatif saat
terjadi kesulitan disebut resiliensi. Semakin tinggi resiliensi maka semakin rendah
depresi wanita pasca mastektomi (Dewi, Djoenaina, & Melisa, 2004). Partisipan
dalam penelitian ini selain mendapatkan dukungan dari keluarga dan teman,
mereka memotivasi diri sendiri untuk sembuh dan tidak mau dikasihani oleh
orang lain dan berharap untuk sembuh dan penyakit tidak datang kembali. Hal ini
sesuai dengan penelitian Kuntari (2008) bahwa kemampuan dan kepuasan pasien
kanker payudara terhadap diri sendiri dapat meningkatkan penerimaan diri pasien.

Universitas Sumatera Utara

53

4.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini masih memiliki banyak keterbatasan dan kekurangan
diantaranya yaitu:
1. Penelitian ini merupakan pengalaman pertama peneliti dalam melakukan
penelitian kualitatif dengan metode wawancara mendalam (in-depth interview).
Pada pelaksanaan pengambilan data di lapangan peneliti kadang mengalami
kesulitan dalam berkomunikasi pada partisipan, sehingga peneliti harus
menyederhanakan pertanyaan tanpa mengubah tujuan pertanyaan dan tidak
memberikan pertanyaan yang mengarahkan jawaban partisipan.
2. Dalam kuesioner data demografi peneliti tidak memasukkan data tentang lama
menjalani mastektomi, tetapi data tersebut diperoleh saat prolonged engagement
dan wawancara dengan partisipan.
3. Peneliti juga mengalami keterbatasan dalam menemukan referensi jurnal
penelitian kualitatif mengenai pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi
di Medan.

Universitas Sumatera Utara

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan terhadap sepuluh
partisipan, maka penelitian ini menemukan ada 5 tema terkait dengan pengalaman
pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi di Medan, yaitu (1) memiliki
emosi campur baur setelah menjalani mastektomi, (2) mengalami proses berduka
yang berkepanjangan, (3) merasakan perubahan pada konsep diri, (4) merasakan
kesulitan dalam beradaptasi dengan kondisi tubuh saat ini, dan (5) berupaya kuat
untuk pulih secara sempurna meskipun kehilangan mahkota kewanitaan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan kepada kesepuluh partisipan terdapat
banyak persamaan antara teoritis dan penelitian sebelumnya dengan hasil
penelitian ini. Dapat disimpulkan bahwa kesepuluh partisipan memiliki emosi
yang berbeda setelah menjalani mastektomi, proses berduka, serta perubahan pada
konsep diri. Partisipan juga merasakan kesulitan, mencoba untuk beradaptasi
dengan kondisi tubuh saat ini dan berupaya untuk sembuh.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan landasan konsep bagi
perkembangan ilmu keperawatan atau sumber informasi bagi mahasiswa terkait
dengan asuhan keperawatan pada pasien kanker payudara yang menjalani
mastektomi.

54

Universitas Sumatera Utara

55

5.2.2 Bagi Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
pemahaman pada tenaga kesehatan khususnya perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi seperti
memberi edukasi tentang mobilisasi dini khususnya pergerakan tangan setelah
menjalani mastektomi, memotivasi pasien untuk melakukan latihan pergerakan
tangan setelah menjalani mastektomi dan memberikan waktu untuk mendengar
keluh kesah pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi.
5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk
mengembangkan penelitian keperawatan bagi penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan pengalaman pasien kanker payudara yang menjalani
mastektomi.
5.2.4 Bagi Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Mastektomi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi motivasi bagi pasien kanker
payudara yang menjalani mastektomi bahwa mereka tidak sendiri, banyak yang
mengalami hal yang sama dengan mereka. Perasaan setelah menjalani mastektomi
setiap orang berbeda beda, lebih baik menerima kondisi tubuh saat ini sehingga
emosi positif lebih dominan. Perasaan sedih, marah, penolakan dan tawar
menawar mengenai kondisi tubuh saat ini diperbolehkan tetapi perasaan itu tidak
boleh lebih dari 6 bulan. Saat merasa kesulitan dalam melakukan aktivitas tidak
ada salahnya meminta bantuan dari orang lain dan tetap semangat menjalani
pengobatan meskipun kehilangan mahkota kewanitaan.

Universitas Sumatera Utara