Pengan Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Mastektomi di Medan

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam kelompok
penyakit tidak menular (Non-Communicable Disease atau NCD). NCD
merupakan penyebab kematian terbesar di dunia dengan 38 juta kematian dari
total 56 juta kematian terjadi di seluruh dunia selama 2012. Penyebab kematian
NCD di tahun 2012 adalah penyakit kardiovaskular (17.5 juta kematian atau
46.2% kematian NCD), kanker (8.2 juta kematian atau 21.7% kematian NCD),
penyakit pernapasan termasuk asma dan penyakit paru obstruktif kronis (4.0 juta
kematian atau 10.7% kematian NCD) dan diabetes (1.5 juta kematian atau 4%
kematian NCD) (WHO, 2014). Kanker merupakan penyebab kematian ke 2
setelah penyakit kardiovaskular di dunia. Di Indonesia, kanker merupakan
penyebab kematian nomor 3 setelah asma, dan PPOK (Penyakit Paru Obstruksi
Kronis), diikuti DM (Diabetes Melitus), hipertiroid, hipertensi, jantung koroner,
gagal jantung, stroke, gagal ginjal kronis, batu ginjal, dan penyakit sendi/rematik
(Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Khusus penyakit kanker, the World Cancer Report memperkirakan bahwa
terdapat 14.1 juta kasus baru terjadi di tahun 2012. Kanker paru – paru, payudara,
kolorektal dan lambung menyumbang lebih dari 40% dari semua kasus yang
didiagnosis di seluruh dunia (IARC, 2014). Di Indonesia, prevalensi penyakit

kanker cukup tinggi. Prevalensi kanker di Indonesia adalah 1.4 per 1000
penduduk, atau sekitar 347.792 orang (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Pada
1

Universitas Sumatera Utara

2

pria, kanker paru – paru adalah kanker paling umum (16.7% dari semua kasus
baru pada pria). Sedangkan pada wanita kanker payudara adalah kanker yang
paling umum (25.2% dari semua kasus baru pada wanita) (IARC, 2014).
Terhitung 23% dari total kasus kanker dan 14% meninggal karena kanker (Jemal,
et.al, 2011). Perbandingan resiko wanita dengan kanker payudara adalah 1:11.
Insiden kanker payudara juga akan meningkat sesuai pertambahan usia (Dewar,
et.al, 2007).
Jaringan terbentuk dari kumpulan sel – sel yang bekerja dan berkembang
biak. Sel yang terkena kanker akan berubah sifat, sebagian besar dipakai untuk
berkembang biak, bukan untuk bekerja (Purwoastuti, 2008). Kanker merupakan
pertumbuhan sel yang abnormal yang dapat menyusup ke jaringan tubuh normal
sehingga memengaruhi fungsi tubuh (Diananda, 2009).

Beberapa istilah yang sering digunakan dalam pembicaraan tentang kanker
yaitu tumor dan neoplasma. Tumor adalah benjolan yang tidak normal pada tubuh,
sedangkan neoplasma adalah pertumbuhan sel yang tidak normal dari suatu
bagian tubuh yang tidak dapat dikendalikan oleh tubuh itu sendiri (Purwoastuti,
2008). Neoplasma dibedakan menjadi dua yaitu neoplasma jinak, dengan ciri –
ciri tumbuh lambat dan terbatas, tidak berakar sehingga mudah digerakkan,
biasanya tidak atau jarang menyebabkan kematian; dan neoplasma ganas (kanker)
dengan ciri – ciri tumbuh cepat, berakar sehingga sulit digerakkan, bila terlambat
diketahui dapat menyebar ke bagian lain dari tubuh, sering menimbulkan
kematian (Purwoastuti, 2008). Harken & Moore (2009) mendefinisikannya
menjadi tumor atau neoplasma adalah pertumbuhan baru dimana sel tumbuh

Universitas Sumatera Utara

3

dengan cepat dibawah kondisi yang tidak mengganggu pertumbuhan sel normal
sedangkan kanker atau neoplasma ganas terdiri dari sel – sel yang menyerang
jaringan lain dan menyebar.
Kanker payudara bermula dari sel – sel payudara (Pamungkas, 2011), dan

menyebabkan sel serta jaringan payudara berubah bentuk menjadi abnormal
(Mardiana, 2009). Kanker payudara dapat menimbulkan kematian bila terlambat
ditemukan atau diobati. Penatalaksanaan untuk kanker payudara antara lain
pembedahan, terapi penyinaran, kemoterapi dan obat penghambat hormon.
Pembedahan dapat dilakukan untuk pengobatan kanker yang terbatas pada
payudara. Beberapa pilihan pembedahan, diantaranya breast conserving (hanya
mengangkat tumor dan jaringan normal di sekitarnya) dan mastektomi
(pengangkatan seluruh payudara) (El Manan, 2011). Pembedahan pada penderita
kanker payudara bertujuan untuk memastikan kontrol lokal dan regional serta
untuk melengkapi informasi untuk membimbing ke terapi lebih jauh. Luasnya
operasi akan tergantung pada ukuran lesi. Wide local excision adalah pilihan yang
tepat untuk gumpalan kecil di payudara, sedangkan mastektomi disarankan untuk
yang lebih luas (Lim et.al, 2009).
Mastektomi adalah pemotongan melintang dan pengangkatan jaringan
payudara dari tulang selangka (superior) ke batas depan latissimus dorsi (lateral)
ke rectus sheath (inferior) dan midline (medial) (Lim et.al, 2009). Kehilangan
akan satu atau kedua payudara adalah peristiwa traumatik dalam kehidupan
wanita dan berdampak pada aspek psikososial serta kehidupan seksualnya (Dian,
et.al, 2006). Mastektomi juga berperan dalam hilangnya gambaran harga diri yang


Universitas Sumatera Utara

4

meninggalkan fraktur corporal imaginary (keadaan yang terputus dalam skema
seksual tubuh atau sexual body schema) (Arroyo & Lopez, 2011).
Depresi pada wanita mastektomi dilatarbelakangi oleh adanya kehilangan
keterikatan fisik terhadap kehilangan payudara. Kehilangan keterikatan fisik
seperti perasaan kecewa, sedih karena merasa tidak normal dan memiliki
penampilan yang berbeda, serta kehilangan keterikatan psikis berupa perasaan
tidak berharga sebagai seorang wanita; cara berpikir negatif, adanya pikiran
tentang evaluasi negatif diri seperti diri yang tidak berharga, evaluasi negatif masa
depan seperti kehidupan hampa, evaluasi negatif terhadap Tuhan seperti
menyalahkan Tuhan dan menganggap Tuhan tidak adil, ketakutan akan kematian,
persepsi negatif tentang kemoterapi, ketakutan akan masa depan, ketakutan akan
kekambuhan penyakit, ketakutan tidak dapat mengurus anak dan suami; adanya
ketegangan peran yang dapat diketahui dari adanya perasaan sedih, kecewa karena
tidak dapat melakukan kegiatan sehari – hari, mengurus rumah tangga seperti
sebelumnya, yang tadinya bekerja setelah mastektomi tidak bekerja lagi, dan sisi
yang dioperasi hanya bisa digunakan untuk melakukan pekerjaan ringan

(Lisnawati, 2010).
Hasil penelitian oleh Guntari dan Suariyani (2016) tentang gambaran fisik
dan psikologis penderita kanker payudara post mastektomi di RSUP Sanglah
Denpasar tahun 2014 didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden berada
pada kondisi sindrom depresi minimal yaitu sebesar 51.6%, diikuti dengan depresi
ringan sebesar 29.3%, depresi sedang sebesar 12.2%, dan depresi berat 2.4%.
Terkait body image yang dimiliki responden yaitu responden yang merasa

Universitas Sumatera Utara

5

penampilannya tidak menarik lagi setelah melakukan operasi mastektomi sebesar
41.5%, rasa tidak percaya diri terhadap bentuk tubuh yang dimiliki sekarang yaitu
sebesar 22.0% dan 19.5% penderita merasa tidak menyukai payudara yang
dimiliki sekarang, disimpulkan bahwa sebagian besar pasien memiliki body image
positif (90.2%) dan hanya 9.8% pasien yang memiliki body image negatif.
Apabila dilihat dari gambaran produktivitas kerja penderita berdasarkan sindrom
depresi yang dimiliki, menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah
dinyatakan tidak produktif (53.7%).

Konsep diri terdiri dari komponen gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran
diri dan identitas diri (Dalami, 2009). Penelitian oleh Hartati (2008) dengan judul
Konsep diri dan Kecemasan Wanita Penderita Kanker Payudara di Poli Bedah
Onkologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan mengungkapkan
bahwa konsep diri wanita penderita kanker payudara yang terdiri dari komponen
gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran diri dan identitas diri dijabarkan sebagai
berikut: 1) Gambaran diri, 20 orang responden (60.6%) memiliki gambaran diri
yang negatif; 2) Ideal diri, 22 responden (66.7%) memiliki ideal diri yang tidak
realitas; 3) Harga diri, 21 responden (63.3%) memiliki harga diri yang rendah; 4)
Peran, 25 responden (75.6%) tidak memiliki kepuasan dalam peran yang
dijalankannya; dan 5) Identitas diri, 17 responden (45.5%) memiliki
ketidakjelasan dalam identitas.
Tingginya pemahaman pasien terhadap pengetahuan tentang fisik diri sendiri,
pemahaman yang realistis tentang kemampuan diri dan kepuasan terhadap diri
sendiri dapat meningkatkan penerimaan diri pasien kanker payudara pasca

Universitas Sumatera Utara

6


mastektomi (Kuntari, 2008). Pasien pasca mastektomi dengan waktu pasca
mastektomi yang lebih lama tidak menjamin memiliki tingkat kebahagiaan yang
lebih tinggi, tetapi semakin tinggi harga diri pada pasien akan semakin tinggi
tingkat kebahagiaan pada pasien (Meilinda, 2016).
Sebuah studi dengan pasien kanker dari Malaysia, Indonesia dan Singapura
menunjukkan bahwa sebagian besar pasien mengambil manfaat akibat kanker
yang dideritanya. Pasien – pasien tersebut lebih menghargai hidup dan sadar akan
kebutuhan untuk mengembangkan hubungan baik dengan orang lain (Rahmah &
Widuri, 2011). Penelitian sebelumnya yang berjudul Post Traumatic Growth pada
Pasien Kanker Payudara Pasca Mastektomi Usia Dewasa Madya oleh Rahmah &
Widuri (2011), mengungkapkan bahwa operasi pengangkatan payudara pada
wanita dapat menimbulkan emosi negatif seperti sedih, kecewa dan tidak percaya
diri. Namun, wanita dewasa madya dapat beradaptasi lebih baik. Ketika wanita
usia dewasa madya melakukan perenungan yang bersifat reflektif, yaitu
mengevaluasi cara mereka melihat kondisi mereka pasca mastektomi, maka
wanita dewasa madya akan lebih menghasilkan emosi positif (Mahleda & Hartini,
2012).
Selain penelitian tentang Post Traumatic Growth, bangkit kembali seperti
sedia kala setelah kejadian traumatis khususnya secara psikologis, ada juga
penelitian tentang resiliensi, usah individu untuk menyelesaikan suatu masalah.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi proses resiliensi penderita kanker payudara
antara lain religiusitas dan dukungan sosial (Nisa, 2013). Jika resiliensi seseorang

Universitas Sumatera Utara

7

baik, maka dapat memberikan pengaruh positif terhadap kondisi biologis dan
psikologis seseorang.
Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti melakukan penelitian untuk
mengeksplorasi pengalaman pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi.
1.2 Perumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana pengalaman pasien kanker
payudara yang menjalani mastektomi?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi pengalaman pasien kanker
payudara yang menjalani mastektomi di Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh mahasiswa keperawatan

sebagai informasi serta mendukung dalam pemberian asuhan keperawatan pada
pasien kanker payudara pasca mastektomi menjadi lebih optimal.
1.4.2 Bagi Pelayanan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh tenaga medis khususnya
perawat untuk mengetahui pengalaman pasien kanker payudara pasca mastektomi
sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik.
1.4.3 Bagi Penelitian Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan terhadap penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan pasien kanker payudara pasca mastektomi.

Universitas Sumatera Utara