Politik Lingkungan: Analisis Dampak Pengusahaan Sarang Burung Walet di Kota Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu

(1)

27 BAB II

PROFIL KOTA RANTAUPRAPAT

DAN KEBERADAAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

2.1 Profil Kota Rantauprapat

Kabupaten Labuhanbatu adalah salah satu daerah yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis, kabupaten Labuhan Batu berada pada 1º41’ - 2º44’ Lintang Utara, 99º33’ - 100º22’ Bujur Timur dengan ketinggian 0 – 700 meter diatas permukaan laut (dpl).24

 Kabupaten Labuhanbatu (kabupaten induk)

Kabupaten Labuhanbatu merupakan salah satu kabupaten yang luas dan berada di wilayah pantai timur di bagian timur Provinsi Sumatera Utara. Karena luas wilayah yang begitu besar (922.318 Ha) maka Kabupaten Labuhanbatu pada Tahun 2008 dimekarkan menjadi 3 Kabupaten menjadi:

 Kabupaten Labuhanbatu Utara (berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Utara Di Provinsi Sumatera Utara)

 Kabupaten Labuhanbatu Selatan (berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Selatan Di Provinsi Sumatera Utara).25

24Labuhan Batu Dalam Angka 2014, hlm. 2 25


(2)

28

Dari pemekaran tersebut,posisi Kabupaten Labuhanbatu berada diantara Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Meskipun telah mekar, Kabupaten Labuhanbatu tetap memiliki wilayah yang bervariasi dari laut hingga bukit.Jikadiperhatikan posisi geografis Kabupaten Labuhanbatu, Kota Rantauprapat khususnya merupakan pintu gerbang menuju Provinsi Sumatera Utara dari arah pantai timur Pulau Sumatera khususnya dari Provinsi Riau dan sekaligus pusat pertumbuhan di bagian Timur Sumatera Utara. Sebagai daerah lintasan dan pusat pertumbuhan, Kabupaten Labuhanbatu memiliki peranan yang sangat penting dalam melayani wilayah hinterland-nya.26

Dalam konteks Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Labuhanbatu yang dalam hal ini direpresentasikan dengan Kota Rantauprapat memiliki jarak yang bervariasi ke kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Kota utama yang paling jauh untuk ditempuh dari Kota Rantauprapat adalah Kota Sidikalang (Kabupaten Dairi), sedangkan Kota terdekat utama adalah Kota Kisaran (Kabupaten Asahan). hal ini menunjukan tingkat hubungan interaksi atau antar kota baik dalam bentuk orang maupun barang. Dengan mengadopsi rumus fisika, bahwa kekuatan tarik menarik antar kota merupakan fungsi jarak, semakin dekat jarak kota maka semakin besar pula interaksi orang dan barangnya dan sebaliknya semakin jauh jarak antar kota tersebut maka semakin kecil pula tingkat interaksi orang dan barangnya.27

26Ibid., hlm 1 27


(3)

29

Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Utara Di Provinsi Sumatera Utara dan Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Selatan Di Provinsi Sumatera Utara, maka wilayah administrasi Kabupaten Labuhanbatu menjadi berkurang. Saat ini secara administrasi, wilayah Kabupaten Labuhan Batu memiliki batas wilayah, yaitu :

Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Selat Malaka

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu Selatan Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu Utara Sebelah Timur : berbatasan dengan Provinsi Riau.

Pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu dipimpin oleh seorang Bupati.Kabupaten Labuhanbatu terdiri dari 9 Kecamatan yang terbagi menjadi 98 desa/kelurahan. Dari hasil pemilu 2009, ada 40 orang wakil rakyat dari 17 partai yang duduk sebagai anggota DPRD II Kabupaten Labuhanbatu, dimana yang terbanyak berasal dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Golkar masing-masing sebanyak 5 orang. Anggota DPRD tersebut terdiri dari 35 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Sepanjang tahun 2013, DPRD II Kabupaten Labuhanbatu telah menghasilkan 36 keputusan yang terdiri dari 6 Keputusan DPRD, 4 Keputusan Pimpinan DPRD, 2 Keputusan Daerah, dan 24 hasil rapat-rapat. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Labuhanbatu pada tahun 2013 sebanyak 6.212 orang, yang terdiri dari 103 orang bergolongan I, 1.308 orang bergolongan II, 3.257 orang bergolongan III, dan 1.544 orang bergolongan IV. Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar


(4)

30

PNS tersebut merupakan tamatan SLTA yaitu sebanyak 1.713 orang, kemudian 2.978 orang tamat S1/S2/S3, dan1.314 orang tamat DI/DII/DIII28

NO.

TABEL 2.1

LUAS KECAMATAN DAN RASIO KECAMATAN TERHADAP LUAS KABUPATEN LABUHANBATU TAHUN 2007

KECAMATAN LUAS WILAYAH

(KM2)

RASIO TERHADAP LUAS TOTAL (%)

1 Bilah Hulu 293.23 11.45

2 Pangkatan 355.47 13.88

3 Bilah Barat 202.98 7.92

4 Bilah Hilir 430.83 16.82

5 Panai Hulu 276.31 10.79

6 Panai Tengah 483.74 18.89

7 Panai Hilir 342.03 13.35

8 Rantau Selatan 64.32 2.51

9 Rantau Utara 112.47 4.39

KAB. LABUHANBATU 2,561.38 100.00

Sumber : BPS Kabupaten Labuhan Batu. Catatan: Data setelah pemekaran.

Setelah mengalami pemekaran menjadi 3 (tiga) kabupaten, Kabupaten Labuhanbatu (induk) memiliki luas 2.561,38 Km2 dari 9.223,18 Km2 luas sebelumnya atau 27,7 % dari luas sebelumnya. Kabupaten Labuhanbatu yang dulunya memiliki 22 kecamatan, dengan pemekaran menjadi 9 kecamatan.29

28 Labuhan Batu Dalam Angka 2014, hlm 12 29

Ibid., hlm 2

Jumlah penduduk Kabupaten Labuhanbatu sebelum pemekaran, merupakan salah satu kabupaten/kota


(5)

31

yang memiliki jumlah penduduk lebih dari 1 juta (1,007,185 jiwa), sedangkan Kabupaten/kota lainnya seperti Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Langkat. Hal ini menunjukan bahwa daya tarik Kabupaten Labuhanbatu relatif tinggi sehingga menarik banyak penduduk. Namun jika ditelusuri lebih jauh terkait dengan jumlah penduduk Kabupaten Labuhanbatu setelah pemekaran, jumlah penduduknya 40% dari Kabupaten Labuhanbatu keseluruhan (tanpa pemekaran).30

Dalam konteks tingkat pertumbuhanpun, Kabupaten Labuhanbatu (sebelum mekar) termasuk pada kabupaten/kota dengan tingkat pertumbuhannya termasuk tinggi dan relatif tetap dalam kurun waktu 25 tahun. Pada Tahun 1985 – 1990 tingkat pertumbuhannya mencapai 2,55% dan pada Tahun 2007 sekitar 2,03%. Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Sumatera Utara, kabupaten/kota yang memiliki tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi adalah Kabupaten Deli Serdang. Kabupaten Pakpak Bharat meskipun mengalami peningkatan pertumbuhan penduduk tetapi sebenarnya jumlah penduduknya masih sangat kecil dan terjadilonjakan yang signifikan karena adanya pemindahan pusat pemerintahan kabupaten yang diikuti oleh kegiatan.31

Dari sisi distribusi penduduk penyebaran penduduk diProvinsi Sumatera Utara, Kabupaten Labuhanbatu merupakan salah satu wilayah tujuan distribusi. Pada Tahun 2007 jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara adalah 12,834,371 jiwa, sedangkan jumlah penduduk Kabupaten Labuhanbatu setelah dipisahkan dari Kabupaten

30Ibid., hlm 9 31


(6)

32

Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah kira-kira sejumlah 400.850 jiwa (pemisahan penduduk perkecamatan). Artinya, ada sekitar 3,12% penduduk Provinsi Sumatera Utara yang tinggal di Kabupaten Labuhanbatu. Sedangkan sebaran penduduk yang banyak tersebut berada di Kota Medan, kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Langkat. Untuk kabupaten/kota dengan tingkat distribusinya rendah berada di Kabupaten Pakpak Bharat dan Kota Sibolga.32

Laju pertumbuhan ekonomi rata-rata di Provinsi Sumatera Utara selama 4 (empat) tahun terakhir (2004-2007) sebesar 6,08%. Kabupaten/kota yang memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi paling tinggi adalah Kabupaten Serdang Bedagai yaitu 4,16% sedangkan laju pertumbuhan ekonomi paling rendah terjadi di Kabupaten Asahan yaitu -13,03% (hal ini disebabkan pemekaran yang terjadi pada Tahun 2007).Kabupaten Labuhanbatu sendiri rata-rata pertumbuhan ekonominya (sebelum pemekaran) selama 4 (empat) tahun terakhir sebesar 1,91% (Tahun 2004 sebesar 0,17%, Tahun 2005 2,62%, Tahun 2006 2,16% dan Tahun 2007 sebesar 4,58%). Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Sumatera Utara maka laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Labuhanbatu tergolong sedang.33

Dalam kurun waktu Tahun 2004-2008 struktur perekonomian di Provinsi Sumatera Utara didominasi oleh sektor pertanian dengan nilai berkisar di angka 23,9%-26,3% sedangkan peranan terkecil dipegang oleh sektor listrik, gas dan air minum dengan kontribusi berkisar antara 0,74%-0,84%. Secara sektoral ada 3 sektor

32Ibid., hlm 10 33


(7)

33

yang dominan dalam pembentukan PDRB Provinsi Sumatera Utara yaitu sektor pertanian 23,19%, sektor industri 23,66% dan perdagangan, hotel dan restoran 18,42%.34

Badan Lingkungan Hidup (BLH) Daerah Labuhan Batu lahir berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 14 ayat 1 menyatakan bahwa pengendalian Lingkungan Kabupaten/Kota merupakan kewenangan Pemerintah Daerah.Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Labuhan Batu No. 36 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Labuhan Batu dan bertanggung jawab kepada Bupati Labuhan Batu. Badan Lingkungan Hidup (BLH) Daerah Labuhan Batu dipimpin oleh seorang Kepala

Pada kurun waktu Tahun 2004-2008, struktur perekonomian baik di Kabupaten Labuhanbatu maupun Provinsi Sumatera Utara tidak banyak mengalami pergeseran, masih didominasi oleh tiga sektor utama yaitu sektor pertanian, industri serta perdagangan, hotel dan restoran. Berdasarkan data yang diperoleh, sejak Tahun 2004-2008, sektor pertanian terus mengalami penurunan kontribusi terhadap total nilai PDRB Kabupaten Labuhanbatu dan Provinsi Sumatera Utara, yang mengindikasikan bahwa telah terjadi pergeseran struktur ekonomi, dimana peran sektor primer mulai digantikan oleh sektor sekunder (industri) dan sektor tersier (perdagangan, hotel dan restoran).

2.2 Profil Badan Lingkungan Hidup (BLH) Daerah Labuhan Batu

34


(8)

34

Badan dengan pangkat eselon II. Kepala Badan dibantu oleh lima orang pejabat struktural dengan pangkat eselon III.35

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang Lingkungan Hidup,

Berdasarkan Peraturan Bupati Labuhan Batu No. 20 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok dan Fungsi serta Rincian Tugas Jabatan Struktural Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Labuhan Batu, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Daerah Kabupaten Labuhan Batu mengemban tugas membantu Bupati Labuhan Batu dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang Lingkungan Hidup berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan dengan fungsi sebagai berikut:

b. Pengkoordinasian pengelolaan Lingkungan Hidup,

c. Pembinaan dan pelaksanaan pelayanan penunjang penyelenggaraan urusan pemerintah daerah dalam bidang Lingkungan Hidup, dan

d. Melakukan pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Badan di bidang Lingkungan Hidup.36

Adapun visi Badan Lingkungan Hidup (BLH) Daerah Labuhan Batu, yaitu Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan Lingkungan, sedangkan misinya adalah : a) meningkatkan kualitas lingkungan hidup dengan melakukan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup, b) mewujudkan kebijakan pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup guna mendukung tercapainya pembangunan yang

35 Dokumen Rencana Strategis Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2011-2015, hlm 6 36


(9)

35

berkelanjutan, dan c)memberikan perlindungan terhadap masyarakat mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat.

Adapun Tujuan Program Badan Lingkungan Hidup (BLH) Daerah Labuhan Batu, antara lain: a) mewujudkan lingkungan yang berkualitas, bersih dan sehat, b) meningkatnya kesadaran masyarakat dan pihak kegiatan usaha dalam pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, dan c) mewujudkan perlindungan sumber daya untuk pembangunan yang berkelanjutan37

SASARAN

TABEL 2.2

SASARAN DAN PROGRAM BLH

PROGRAM

1. Terwujudnya Lingkungan Hidup yang

bersih dan sehat

1.1 Pengembangan kinerja pengelolaan

persampahan

1.2 Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau

(RTH) Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Air

2. Terwujudnya lingkungan yang lestari melalui peningkatan peran serta masyarakat dan perusahaan

2.1 Pengendalian pencemaran dan

perusakan Lingkungan Hidup

2.2 Peningkatan Kualitas dan Akses

Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

3. Terciptanya sumber daya alam yang

baik untuk masyarakat

3.1 Perlindungan dan konservasi Sumber Daya Alam

Sumber: Badan Lingkungan Hidup (BLH) Daerah Labuhan Batu

37


(10)

36

Dalam upaya pengendalian lingkungan, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Daerah Labuhan Batu, memiliki tiga dokumen lingkungan yang pengimplementasiannya disesuaikan dengan dampak yang akan dihasilkan oleh kegiatan atau usaha yang akan dilakukan, antara lain:

1. SPPL (Surat Pernyataan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan)

Kegiatan-kegiatan yang dapat dikenakan dalam dokumen SPPL ini adalah kegiatan atau usaha yang dampaknya terhadap lingkungan hampir tidak ada atau kecil.Misalnya, kegiatan pertokoan, usaha rumahan, kios kecil, wirausaha dalam skala kecil.

2. UKLUPL (Upaya Pengelolaan dan Upaya Pemantauan Lingkungan)

Kegiatan-kegiatan yang dapat dikenakan dalam UKLUPL ini adalah kegiatan atau usaha yang dampaknya terhadap lingkungan sedang.Kegiatan atau usaha yang tergolong berdampak sedang ini harus memberikan laporan pengelolaan lingkungan atas kegiatan atau usaha yang dijalankannya.Contoh kegiatan atau usaha yang dapat dikenakan UKLUPL misalnya, sekolah, bank, penjara, rumah sakit, dan sebagainya.

3. AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)

Kegiatan-kegiatan yang dapat dikenakan dalam dokumen AMDAL ini adalah kegiatan atau usaha yang dampaknya terhadap lingkungan besar atau kompleks. Kegiatan atau usaha ini harus melalui tahapan-tahapan sebelum memiliki dokumen AMDAL, antara lain dokumen ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan) yang berisi analisis dampak lingkungan mengenai kegiatan atau usaha yang akan dilakukan, dokumen RKL (Rencana


(11)

37

Pengelolaan Lingkungan) yang berisi tentang pengelolaan, serta RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan yang bertujuan untuk pemantauan. Kegiatan yang tergolong memiliki dampak besar atau kompleks ini misalnya perkebunan yang luasnya lebih dari 3.000 Ha, kawasan pertambangan, pabrik skala nasional.38

1. Pelayanan pencegahan pencemaran air

Pelayanan Badan Lingkungan Hidup sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 19 tahun 2008 tentang Standarisasi Pelayanan Minimal (SPM) maka, SPM BLH Labuhan Batu terdiri dari:

Penetapan status mutu air merupakan tahapan yang sangat penting dalam rangka pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, karena akan menjadi titik tolak untuk pelaksanaan suatu program/kegiatan selanjutnya. Status mutu air juga merupakan hak masyarakat yang harus diakomodir, sebagaimana diatur dalam pasal 30 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran, bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan informasi mengenai status mutu air dan pengelolaan kualitas air serta pengendalian pencemaran air.

2. Pelayanan pencegahan pencemaran udara dari sumber tidak bergerak

Udara merupakan komponen kehidupan yang sangat penting bagi manusia maupun makhluk hidup lainnya. Kualitas udara sangat berhubungan dengan

38


(12)

38

tingkat kesehatan masyarakat dan kegiatan pembangunan. Udara yang tercemar dapat meningkatkan berbagai jenis penyakit seperti ISPA dan bahkan menyebabkan kematian apabila kadarnya berbahaya untuk jangka waktu yang lama.

3. Pelayanan informasi status kerusakan lahan dan atau tanah untuk produksi biomassa

Biomassa adalah tumbuhan atau bagian-bagiannya termasuk tanaman yang dihasilkan oleh kegiatan pertanian, perkebunan, dan hutan tanaman. Manusia pada saat ini memanfaatkan sumber daya tanah yang terlalu besar untuk produksi biomassa sehingga daya dukung tanah semakin rusak sehingga menimbulkan kerusakan tanah/lahan seperti hutan gundul, erosi, dan lain-lain.

4. Pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup penegakan hukum lingkungan.

Meningkatnya pembangunan di berbagai sektor telah mengakibatkan pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Kondisi tersebut didorong oleh meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mendapatkan haknya atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, menyebabkan makin meningkatnya pengaduan masyarakat akibat dugaan pencemaran. Salah satu upaya pemerintah untuk menyikapi kondisi terebut dengan peningkatan efektivitas pengelolaan pengaduan masyarakat.39

39


(13)

39

Kerusakan lingkungan di Kabupaten Labuhan Batu disebabkan antara lain, penambangan galian C di mana kegiatan usaha tersebut mengakibatkan kerusakan di bantaran sungai, sehingga sungai mengalami erosi serta pelebaran aliran sungai dan pendangkalan di daerah-daerah tertentu. Di samping itu juga, penyebab lain kerusakan lingkungan di Kabupaten Labuhan Batu yakni penanaman tanaman perkebunan di areal yang sangat miring, sehingga apabila ada land clearing (pembersihan lahan) akan mengakibatkan longsor dan erosi. Kerusakan lainnya ditimbulkan dari kebakaran hutan dan perambahan hutan menjadi kawasan lahan pertanian dan perkebunan.40

Tantangan dan peluang pengembangan Pelayanan Badan Lingkungan Hidup terdapat pada faktor internal dan eksternal. Pada faktor internal, masih sedikit pegawai yang mengikuti diklat pengelolaan lingkungan hidup serta masih kurangnya peralatan laboratorium. Pada faktor eksternal, yang terdiri dari masyarakat dan pihak kegiatan usaha/industri, yang belum menaati pengelolaan limbah dan masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga sarana dan prasarana pengelolaan persampahan dan menjaga lingkungan sekitarnya. Peluang yang mungkin adalah perlengkapan laboratorium dapat diadakan secara bertahap dalam setiap tahun anggaran dan memberikan motivasi dan sosialiasi juga informasi kepada masyarakat serta kegiatan usaha/industri tentang pengelolaan lingkungan.41

40Ibid., hlm 8 41


(14)

40

2.3 Deskripsi Keberadaan Pengusahaan Sarang Burung Walet

Pada awalnya sarang burung walet tidak pernah diusahakan.Artinya, sarang burung walet merupakan hasil alami dari walet tersebut tanpa ada usaha ataupun upaya manusia untuk membuatnya. Burung walet sendiri secara alamiah tinggal pada gua-gua yang gelap dan lembab.Manusia awalnya hanya memanfaatkan sarang burung walet alami, dengan mencari di gua-gua walet. Air liur burung walet ini dipercaya berkhasiat positif bagi kesehatan. Air liur burung walet dipercaya dapat menyehatkan tubuh, meningkatkan stamina.

Burung walet merupakan burung dengan tubuh berukuran kecil, sekitar 9 cm. Berwarna hitam biru mengkilat. Ekor sedikit bertakik. Dagu abu-abu. Perut putih mencolok. Menukik untuk minum air sungai. Jarang sekali bertengger. Menggunakan ekholokasi. Habitatnya ialah semua tipe hutan. Frekuensi suara burung walet berkisar 7-16 kHz dengan energi utama 2-7 kHz. Burung walet atau dengan nama latin Aerodramus fuciphagus merupakan kerajaan animalia, filum chordata, kelas aves,

ordo apodiformes dan famili apodidae.42

Manusia awalnya hanya memanfaatkan sarang burung walet alami saja. Namun, seiring meningkatnya jumlah penduduk dan permintaan akan sarang burung walet pun meningkat, barulah manusia menciptakan habitat non-alami untuk burung walet. Pengusahaan Sarang Burung Walet di Labuhan Batu sudah ada sejak tahun 1980-an dan terus mengalami peningkatan jumlah pengusahaan dari tahun ke tahun.

42


(15)

41

Ditambah lagi, permintaan terhadap sarang burung walet dari Rantauprapat oleh luar negeri cukup tinggi. Itulah sebabnya lama-kelamaan jumlah pengusahaan ini semakin banyak.

Habitat buatan ini selanjutnya dioperasikan pada ruko-ruko bertingkat, kemudian dibuat sedemikian rupa untuk membuat habitat asli burung walet. Pada ruko-ruko walet akan dijumpai sebuah ciri tertentu yaitu, ada semacam jendela pada bagian paling atas ruko. Jendela tersebut merupakan pintu masuk keluarnya walet yang diusahakan. Pada jendela itu juga, terdapat sebuah alat pemancing yang lazimnya disebut tweeter walet. Tweeteritulah yang berfungsi sebagai pemancing agar burung walet mau masuk ke dalam ruko tersebut.

Lokasi Pengusahaan Sarang Burung Walet di Kecamatan Rantau Utara dilakukan pada ruko-ruko bertingkat dua atau tiga. Ada ruko yang kosong dan juga yang dihuni oleh orang. Artinya, ada sebagian pengusaha yang dengan sengaja tinggal satu atap dengan burung walet yang diusahakannya. Bagi pengusahaan yang ditinggali pemiliknya, musik burung atau tweeter-nya dioperasikan secara manual. Pemilik usaha burung walet mengatur hidup matinya tweeter tersebut. Namun, bagi pengusahaan yang kosong, yang tidak ditinggali oleh orang, tweeter diatur sedemikian rupa dengan alat timer atau pengatur waktu otomatis.

Musik pemancing atau tweeter tersebut pun terdiri atas dua jenis. Pertama, tweeter yang dipasang di dalam tempat walet bergantungan. Hanya saja musiknya


(16)

42

walet dapat betah di dalamnya. Tweeter ini tidak akan terdengar orang jika sedang melintas di depan ruko. Kedua, tweeter yang dipasang di luar ruko. Dipasang di bagian puncak ruko, dengan menggunakan speaker corong. Tweeter yang di luar inilah yang berfungsi untuk memanggil burung walet yang sedang berterbangan dari jauh. Tweeter ini beroperasi mulai pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul 20.00 WIB.

Pada dasarnya, pengusahaan sarang burung walet merupakan pengusahaan ruko saja. Burung walet merupakan jenis binatang liar dan tidak dibudidayakan. Pengusahaan sarang burung walet juga tidak memberikan pakan atau makanan kepada burung walet yang diusahakannya. Hanya menyediakan ruko sebagai tempat burung walet singgah. Burung walet secara alamiah dapat pergi semaunya. Disebabkan habitat alaminya di hutan, burung walet akan terbang jauh menuju hutan dan mencari makan di sana.

TABEL 2.3

NAMA-NAMA PENGUSAHA SARANG BURUNG WALET YANG MEMILIKI IZIN DI KECAMATAN RANTAU UTARA

No Nama Alamat Wajib Pajak Lokasi Penangkaran Izin Diterbitkan

Tahun

1. Hermanto Jl. Torpisang Mata No.

100 Rantauprapat

Jl. Torpisang Mata No. 100 Rantauprapat

2010

2. Wagimin Jl. Mardan No. 7 Kel.

Cendana

Jl. Mardan No. 7 Kel. Cendana

2010


(17)

43

Suhani Cendana Cendana

4. Munir Jl. Imam Bonjol No. 58

Kel. Cendana

Jl. Imam Bonjol No. 58 Kel. Cendana

2011

5. Lok Siu Leng/

Suarti

Jl. Imam Bonjol No. 79 Kel. Cendana

Jl. Imam Bonjol No. 79 Kel. Cendana

2011

Sumber: Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Labuhan Batu

Hanya ada lima pengusaha yang terdaftar mempunyai izin usaha sarang burung walet di Kecamatan Rantau Utara tetapi izin tersebut pun sudah tidak berlaku lagi. Izin terakhir yang terdaftar memiliki izin dikeluarkan pada tahun 2011, sementara izin hanya berlaku selama 4 tahun.Ini menjelaskan bahwa pengusahaan sarang burung walet di Kecamatan Rantau Utara berjalan secara tidak resmi.

Kecamatan Rantau Utara ternyata memiliki lebih dari 30 ruko pengusahaan sarang burung walet namun, tak satupun dari pengusahaan sarang burung walet tersebut yang memiliki izin resmi pengusahaan. Hal tersebut disinyalir terjadi akibat penurunan harga sarang burung walet yang sangat drastis. Pada tahun 2010, harga jual sarang burung walet dengan kualitas terbaik bisa mencapai 20 juta per kilogram-nya. Sementara sekarang, harga jual sarang burung walet dengan kualitas yang sama hanya sekitar 2 juta per kilogram-nya. Penyebab drastisnya penurunan harga jual sarang walet tersebut pun tidak jelas diketahui.

Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu pada tahun 2010 mewacanakan pelarangan menjalankan pengusahaan sarang burung walet di Kecamatan Rantau Utara dan Kecamatan Rantau Selatan. Hal tersebut dikarenakan Kecamatan Rantau Utara dan Rantau Selatan merupakan kawasan padat penduduk, dan merupakan pusat


(18)

44

perkotaan di Rantauprapat (lihat tabel 3.2). Pelarangan tersebut tidak berujung kepada penerbitan Peraturan Daerah. Alhasil, pengusahaan sarang burung walet masih saja beroperasi di Kecamatan Rantau Utara dan Rantau Selatan.

Adapun wacana pelarangan menjalankan pengusahaan sarang burung walet di kawasan perkotaan tersebut dinilai oleh pengusaha sarang burung walet merupakan kebijakan yang sangat tidak masuk akal. Hal tersebut dinilai dapat mengakibatkan puluhan pengusaha mengalami kerugian yang besar. Para pengusaha mengaku bahwa modal yang digelontorkan untuk pengusahaan ini tidaklah sedikit. Modal untuk membangun sebuah ruko dapat mencapai ratusan juta rupiah.

Wacana pelarangan tadipun pada akhirnya hanya sebatas hiasan saja. Pengusahaan sarang burung walet di Kecamatan Rantau Utara tetap berjalan dengan sebagaimana biasanya pada tahun-tahun yang lalu. Namun, pemerintah setempat pun terkesan tidak menunjukkan suatu reaksi atas hal tersebut. Aksi diamnya pemerintah Kabupaten Labuhan Batu pun mengakibatkan pengusahaan sarang burung walet di Kecamatan Rantau Utara tetap berjalan seperti biasa. Kondisi lingkungan perkotaan pada akhirnya tidak terkendali dari gangguan-gangguan yang disebabkan dari pengusahaan sarang burung walet.

Pengusahaan sarang burung walet di Kecamatan Rantau Utara pun terkesan halal, padahal sama sekali tidak satupun dari pengusaha sarang burung walet di Kecamatan Rantau Utara yang memiliki izin usaha. Dengan adanya izin usaha tersebutlah, pemungutan retribusi dapat dilakukan. Nyatanya, pengusahaan sarang


(19)

45

burung walet yang berdiri di lingkungan, sama sekali tidak memiliki peran untuk membayar pajak atas pengusahaannya. Bahkan, peran andil Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Labuhan Batu pun tidak tampak sama sekali. Padahal, BLH merupakan lembaga yang menaungi tentang lingkungan hidup.

Pengusahaan sarang burung walet di Kecamatan Rantau Utara didominasi oleh suku tionghoa, hanya ada satu atau dua saja yang dijalankan oleh masyarakat pribumi. Hal ini disebabkan bahwa kekuatan modal yang mereka punya dalam jumlah yang besar, sebagaimana pengusahaan ini memerlukan modal awal yang sangat besar. Ditambah lagi, pengalaman dan karakteristik mereka yang sangat giat dalam berbisnis.

Lokasi-lokasi pengusahaan sarang burung walet di Kecamatan Rantau Utara terdapat di jalan-jalan perkotaan. Antara lain, jalan Sanusi, Jalan Pattimura, Jalan Honein, Jalan Surau, Jalan Pelita, Jalan Mardan, Jalan Imam Bonjol, Jalan Air Bersih, Jalan Dahlan Hanafiah, Jalan Kopral Abdullah. Pada Jalan Pattimura (lihat gambar 1), yang merupakan kawasan pertokoan, pun tetap terdapat ruko sarang burung walet.Pada Jalan Honein (lihat gambar 2), pengusahaan juga berdiri berdampingan dengan rumah warga. Begitu juga, pada Jalan Cokroaminoto, Jalan Kopral Abdullah, dan Jalan Mardan (lihat gambar 3) yang berada dalam satu baris, ruko sarang burung walet beroperasi di kawasan perumahan warga. Kebersihan lingkungan pada jalan-jalan ini tidak terawat, banyak sampah menumpuk di pinggir jalan-jalan.Ruko-ruko ini rata-rata tidak ada yang menjaga. Artinya, ruko ini berjalan otomatis, yaitu dengan mengatur musik pemancing dengan alat timer.


(20)

46

Selanjutnya, pada lingkungan jalanan kota, di Jalan Ahmad Dahlan (lihat gambar 4), terdapat ruko sarang burung walet yang pada lantai dasarnya menjalankan toko apotik. Sama dengan di Jalan Ahmad Dahlan, pada Jalan Imam Bonjol (lihat gambar 5) pun yang merupakan jalanan perkotaan, masih tetap ada ruko sarang burung walet. Ruko ini juga menjalankan usaha-usaha dagangan di lantai dasarnya.Pada Jalan Sanusi (lihat gambar 6), terdapat 9 buah ruko sarang burung walet. Masing-masing bertingkat tiga. Pada Jalan Sanusi ini juga, ruko walet berdampingan dengan rumah masyarakat. Jalan Dahlan Hanafiah pun yang berdampingan dengan Jalan Sanusi, terdapat pengusahaan sarang burung walet. Namun, pada Jalan ini hanya ada empat ruko saja. Selanjutnya, di Jalan Air Bersih (lihat gambar 7), terdapat empat ruko sarang walet yang juga masih berdampingan dengan perumahan warga. Ruko ini berdiri di samping Sungai Bilah.

Kondisi pengusahaan burung walet yang berdampingan dengan perumahan warga layaknya rumah kosong tetapi, menghasilkan kebisingan sepanjang hari. Ditambah lagi, lingkungan-lingkungan yang terdapat pengusahaan sarang burung walet identik tidak bersih, banyak sampah berserakan, parit yang tersumbat, maupun kondisi jalan yang jelek. Ruko-ruko bertingkat tiga tersebut mengeluarkan suara musik pemancing dengan frekuensi yang sangat tinggi. Kondisi lingkungan yang tidak kondusif sudah menjadi konsekuensi atas berdirinya ruko pengusahaan sarang burung walet.


(21)

47

2.4 Kebijakan Pemerintah Kabupaten Tentang Pengusahaan Sarang Burung Walet

DPRD Kabupaten Labuhan Batu baru terpilih untuk periode 2014-2019. Pada bulan 10 tahun 2014 mereka dilantik, setelah mendapatkan kepercayaan dari masyarakat Labuhan Batu pada pemilihan legislatif. DPRD Kabupaten Labuhan Batu juga terbagi atas fraksi dan komisi.Komisi D DPRD Labuhan Batu merupakan Komisi yang menangani Bidang Pembangunan. Menjalin hubungan sebagai mitra kerja dengan dinas Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Labuhan Batu. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) tersebut meliputi, Bina Marga, Pengairan, Pertambangan dan Energi, Pasar, Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, Perumahan Rakyat, Lingkungan Hidup, Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Kesehatan, Cipta Karya dan Tata Ruang, Bappeda, dan Perpustakaan dan Dokumentasi.43

a. Rapat kerja dengan Pemerintah Daerah yang dihadiri oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menjadi mitra kerjanya,

Komisi D DPRD Labuhan Batu dalam melakukan tugas dapat mengadakan:

b. Rapat dengar pendapat dengan pejabat Pemerintah Daerah yang diwakili oleh pimpinan SKPD yang menjadi mitra kerjanya,

c. Rapat dengar pendapat umum, baik atau permintaan komisi ataupun permintaan pihak lain,

43


(22)

48

d. Kunjungan kerja atau peninjauan lapangan atas persetujuan pimpinan DPRD44

TABEL 2.4

NAMA-NAMA ANGGOTA KOMISI D DPRD LABUHAN BATU PERIODE 2014-2019

No NAMA JABATAN PARTAI POLITIK

1. Suparji, SE Ketua Komisi D PDIP

2. Kamaluddin Rambe Wakil Ketua Komisi D Partai Demokrat

3. H. Ilham Sekretaris Komisi D PPP

4. Saurinah Pangaribuan Anggota Komisi D Hanura

5. Dipa Topan, SE Anggota Komisi D Gerindra

6. Sri Indra Jaya Anggota Komisi D Nasdem

7. Ahmad Saipul Sirait Anggota Komisi D PBB

8. Saut Daniel Tampubolon Anggota Komisi D PKPI

9. Ahmad Jais Anggota Komisi D PAN

10. Hj. Sofa Tanjung Anggota Komisi D Golkar

Sumber: DPRD Kabupaten Labuhan Batu

DPRD Kabupaten Labuhan Batu dalam menyikapi peraturan pengusahaan sarang burung walet yang belum jelas, menyatakan sikap yang tegas untuk memperketat peraturan demi terwujudnya efektivitas dan efisiensi. Dalam Rapat Akhir Masa Jabatan bersama Bupati Labuhan Batu, Komisi D DPRD Labuhan Batu menyatakan hak legislasi mereka untuk dibuatnya perda baru atau memperbaiki perda tentang pengusahaan sarang burung walet. Memberikan saran kepada Satuan Kerja

44


(23)

49

Perangkat Daerah (SKPD) terkait, untuk bisa serius menjalankan tugas dan kewajibannya.

Di samping itu juga, DPRD Kabupaten Labuhan Batu mempertajam solusi untuk pengusahaan sarang burung walet di Kota Rantauprapat jika memang masih diperbolehkan untuk berjalan, dengan mengusulkan untuk mengadakan sistem double lock. Artinya, ruko-ruko pengusahaan sarang burung walet yang ada di Kota

Rantauprapat, digembok oleh pemerintah. Dengan maksud, pengusaha sarang burung walet harus menghadap pemerintah dalam hal ini Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang akan ditentukan, untuk mengurus izin pengusahaannya. Dengan demikian, seluruh pengusahaan sarang burung walet dapat terjaring izin serta dapat memberikan peningkatan terhadap pendapatan daerah.

Kebijakan Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu terhadap pengusahaan sarang burung walet di Kecamatan Rantau Utara sebenarnya sudah dimulai pada tahun 2010, namun hanya sebatas wacana saja.Wacana tersebut menyatakan pelarangan untuk mendirikan atau mengusahakan pengusahaan sarang burung walet di kawasan perkotaan.Kecamatan Rantau Utara dan Kecamatan Rantau Selatan merupakan kawasan perkotaan dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi disertai dengan tingginya aktivitas perkotaan pada kecamatan ini.

Wacana pelarangan tersebut pada akhirnya tidak melahirkan suatu produk kebijakan. Sebagai implikasi akan hal tersebut, pengusahaan sarang burung walet pun masih banyak beroperasi di Kecamatan Rantau Utara dan Rantau Selatan juga. Sudah


(24)

50

menjelang lima tahun sejak wacana tersebut ada, nyatanya sampai saat ini belum ada langkah konkrit pemerintah untuk mengaturnya.

Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu tercatat hanya memiliki 6 pengusahaan sarang burung walet yang memiliki izin pengusahaan dari Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMP2T) di kota Rantauprapat. Terbagi dalam dua kecamatan, Rantau Utara dengan lima pengusahaan yang mempunyai izin dan satu pengusahaan di kecamatan Rantau Selatan. Izin pengusahaan itupun diterbitkan pada tahun 2010 dan 2011 sementara, waktu berlakunya izin pengusahaan sarang burung walet adalah 4 tahun.

Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu baru mengambil kebijakan pertama terhadap pengusahaan sarang burung walet pada tahun 2009, yaitu kebijakan tentang perizinan pengusahaan.Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet diatur dalam Perda No. 17 Tahun 2009. Kemunculan Perda ini dipelopori oleh tingginya harga sarang burung walet disertai maraknya pengusahaan sarang burung walet. Demi meningkatkan pendapatan daerah, pemerintah setempat kemudian menertibkan perizinan atas pengusahaan sarang burung walet tersebut.

Pada tahun 2011, pemerintah Labuhan Batu mengeluarkan sebuah peraturan daerah untuk mengatur tentang retribusi pengusahaan sarang burung walet. Melalui Peraturan Daerah No. 10 tahun 2011 Tentang Pajak Sarang Burung Walet, pemerintah mencoba menertibkan administrasi pengusahaan sarang burung walet demi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Realita yang terjadi malah


(25)

51

sebaliknya, perda tentang retribusi sarang burung walet tersebut tampaknya hanya sebatas pajangan saja. Terbukti, pengusahaan sarang burung walet yang ada di Kota Rantauprapat tidak mempunyai izin, terlebih membayar retribusi.

Perda perizinan ini pada kenyataannya tidak mampu menjaring keseluruhan pengusahaan sarang burung walet yang ada di Kota Rantauprapat.Tercatat hanya 25 pengusahaan yang mempunyai izin dari keseluruhan di Kota Rantauprapat. Terbagi ke dalam delapan kecamatan antara lain, lima perizinan di Kecamatan Rantau Utara, satu perizinan di Kecamatan Rantau Selatan, satu perizinan di Kecamatan Bilah Barat, delapan perizinan di Kecamatan Bilah Hilir, enam perizinan di Kecamatan Panai Hilir, satu perizinan di Kecamatan Panai Tengah, dan tiga perizinan pengusahaan di Kecamatan Pangkatan.

Melalui data dari Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMP2T) Kabupaten Labuhan Batu, perizinan pengusahaan walet tidak pernah ada lagi pembaharuan.Izin terakhir yang pernah diterbitkan yaitu pada tahun 2011. Padahal sampai tahun 2015 ini, pengusahaan sarang burung walet yang ada di Kecamatan Rantau Utara mencapai 60 ruko pengusahaan, tetapi tidak satupun dari antara pengusaha itu mempunyai izin pengusahaan.

Adapun persyaratan perizinan pengusahaan sarang burung walet sesuai dengan Perda No. 17 Tahun 2009 yaitu, dengan menyerahkan berkas permohonan di atas kertas bermaterai Rp 6.000,- yang ditujukan kepada Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMP2T) Kabupaten Labuhan Batu dengan


(26)

52

melampirkan: a) Fotocopy KTP pemohon yang masih berlaku sebanyak 1 (satu) lembar, b) Surat rekomendasi dari Camat setempat, c) Fotocopy Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB), d) Fotocopy Surat Izin Gangguan (H.O) Usaha Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet, dan e) Pas Photo ukuran 3 x 4 sebanyak 2 (dua) lembar.45

No

TABEL 2.5

TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN RUTIN BERSUMBER DARI PAJAK DAERAH TAHUN 2013

JENIS PAJAK (Rp) TARGET (Rp) REALISASI (Rp) PERSENTASE (%)

1. Pajak Hotel 1.100.000.000,00 657.469.942,00 59,77

2. Pajak Restoran dan

Rumah Makan

1.200.000.000,00 864.525.113,00 72,04

3. Pajak Hiburan 200.000.000,00 332.826.522,00 166,41

4. Pajak Reklame 750.000.000,00 541.533.000,00 72,20

5. Pajak Penerangan

Jalan

10.000.000.000,00 11.165.128.074,00 111,65

6. Pajak Pengambilan & Pengolahan Bahan Galian C

2.000.000.000,00 659.215.500,00 32,96

7. Pajak Sarang Burung

Walet

200.000.000,00 89.950.000,00 44,98

45


(27)

53

8. Pajak Perolehan Hak

Atas Tanah & Bangunan

5.619.600.000,00 13.767.020.905,00 244,98

9. Pajak Air Tanah 300.000.000,00 402.137.809,00 134,05

Jumlah 21.369.600.000,00 28.479.806.865,00 133,27 Sumber: Labuhan Batu Dalam Angka Tahun 2013

Sesuai tabel target dan realisasi penerimaan rutin bersumber dari pajak daerah tahun 2013, Pajak Sarang Burung Walet hanya dapat diserap sebesar 44,98 %. Dari target sebesar Rp 200.000.000,00 hanya mampu meraup Rp 89.950.00,00. Hal ini dapat terjadi di mana pada tahun 2011. Hal tersebut hampir senada dengan pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian C yang ada di Kota Rantauprapat yang hanya mampu meraup Rp 659.215.500,00 dari target penerimaan sebesar Rp 2.000.000.000,00. Diketahui keduanya merupakan jenis kegiatan yang memiliki dampak yang besar terhadap kesehatan bahkan kelestarian lingkungan.


(1)

48

d. Kunjungan kerja atau peninjauan lapangan atas persetujuan pimpinan DPRD44

TABEL 2.4

NAMA-NAMA ANGGOTA KOMISI D DPRD

LABUHAN BATU PERIODE 2014-2019

No NAMA JABATAN PARTAI POLITIK

1. Suparji, SE Ketua Komisi D PDIP

2. Kamaluddin Rambe Wakil Ketua Komisi D Partai Demokrat 3. H. Ilham Sekretaris Komisi D PPP

4. Saurinah Pangaribuan Anggota Komisi D Hanura 5. Dipa Topan, SE Anggota Komisi D Gerindra 6. Sri Indra Jaya Anggota Komisi D Nasdem 7. Ahmad Saipul Sirait Anggota Komisi D PBB 8. Saut Daniel Tampubolon Anggota Komisi D PKPI

9. Ahmad Jais Anggota Komisi D PAN

10. Hj. Sofa Tanjung Anggota Komisi D Golkar Sumber: DPRD Kabupaten Labuhan Batu

DPRD Kabupaten Labuhan Batu dalam menyikapi peraturan pengusahaan sarang burung walet yang belum jelas, menyatakan sikap yang tegas untuk memperketat peraturan demi terwujudnya efektivitas dan efisiensi. Dalam Rapat Akhir Masa Jabatan bersama Bupati Labuhan Batu, Komisi D DPRD Labuhan Batu menyatakan hak legislasi mereka untuk dibuatnya perda baru atau memperbaiki perda tentang pengusahaan sarang burung walet. Memberikan saran kepada Satuan Kerja

44 Ibid.,


(2)

49

Perangkat Daerah (SKPD) terkait, untuk bisa serius menjalankan tugas dan kewajibannya.

Di samping itu juga, DPRD Kabupaten Labuhan Batu mempertajam solusi untuk pengusahaan sarang burung walet di Kota Rantauprapat jika memang masih diperbolehkan untuk berjalan, dengan mengusulkan untuk mengadakan sistem double

lock. Artinya, ruko-ruko pengusahaan sarang burung walet yang ada di Kota

Rantauprapat, digembok oleh pemerintah. Dengan maksud, pengusaha sarang burung walet harus menghadap pemerintah dalam hal ini Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang akan ditentukan, untuk mengurus izin pengusahaannya. Dengan demikian, seluruh pengusahaan sarang burung walet dapat terjaring izin serta dapat memberikan peningkatan terhadap pendapatan daerah.

Kebijakan Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu terhadap pengusahaan sarang burung walet di Kecamatan Rantau Utara sebenarnya sudah dimulai pada tahun 2010, namun hanya sebatas wacana saja.Wacana tersebut menyatakan pelarangan untuk mendirikan atau mengusahakan pengusahaan sarang burung walet di kawasan perkotaan.Kecamatan Rantau Utara dan Kecamatan Rantau Selatan merupakan kawasan perkotaan dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi disertai dengan tingginya aktivitas perkotaan pada kecamatan ini.

Wacana pelarangan tersebut pada akhirnya tidak melahirkan suatu produk kebijakan. Sebagai implikasi akan hal tersebut, pengusahaan sarang burung walet pun masih banyak beroperasi di Kecamatan Rantau Utara dan Rantau Selatan juga. Sudah


(3)

50

menjelang lima tahun sejak wacana tersebut ada, nyatanya sampai saat ini belum ada langkah konkrit pemerintah untuk mengaturnya.

Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu tercatat hanya memiliki 6 pengusahaan sarang burung walet yang memiliki izin pengusahaan dari Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMP2T) di kota Rantauprapat. Terbagi dalam dua kecamatan, Rantau Utara dengan lima pengusahaan yang mempunyai izin dan satu pengusahaan di kecamatan Rantau Selatan. Izin pengusahaan itupun diterbitkan pada tahun 2010 dan 2011 sementara, waktu berlakunya izin pengusahaan sarang burung walet adalah 4 tahun.

Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu baru mengambil kebijakan pertama terhadap pengusahaan sarang burung walet pada tahun 2009, yaitu kebijakan tentang perizinan pengusahaan.Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet diatur dalam Perda No. 17 Tahun 2009. Kemunculan Perda ini dipelopori oleh tingginya harga sarang burung walet disertai maraknya pengusahaan sarang burung walet. Demi meningkatkan pendapatan daerah, pemerintah setempat kemudian menertibkan perizinan atas pengusahaan sarang burung walet tersebut.

Pada tahun 2011, pemerintah Labuhan Batu mengeluarkan sebuah peraturan daerah untuk mengatur tentang retribusi pengusahaan sarang burung walet. Melalui Peraturan Daerah No. 10 tahun 2011 Tentang Pajak Sarang Burung Walet, pemerintah mencoba menertibkan administrasi pengusahaan sarang burung walet demi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Realita yang terjadi malah


(4)

51

sebaliknya, perda tentang retribusi sarang burung walet tersebut tampaknya hanya sebatas pajangan saja. Terbukti, pengusahaan sarang burung walet yang ada di Kota Rantauprapat tidak mempunyai izin, terlebih membayar retribusi.

Perda perizinan ini pada kenyataannya tidak mampu menjaring keseluruhan pengusahaan sarang burung walet yang ada di Kota Rantauprapat.Tercatat hanya 25 pengusahaan yang mempunyai izin dari keseluruhan di Kota Rantauprapat. Terbagi ke dalam delapan kecamatan antara lain, lima perizinan di Kecamatan Rantau Utara, satu perizinan di Kecamatan Rantau Selatan, satu perizinan di Kecamatan Bilah Barat, delapan perizinan di Kecamatan Bilah Hilir, enam perizinan di Kecamatan Panai Hilir, satu perizinan di Kecamatan Panai Tengah, dan tiga perizinan pengusahaan di Kecamatan Pangkatan.

Melalui data dari Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMP2T) Kabupaten Labuhan Batu, perizinan pengusahaan walet tidak pernah ada lagi pembaharuan.Izin terakhir yang pernah diterbitkan yaitu pada tahun 2011. Padahal sampai tahun 2015 ini, pengusahaan sarang burung walet yang ada di Kecamatan Rantau Utara mencapai 60 ruko pengusahaan, tetapi tidak satupun dari antara pengusaha itu mempunyai izin pengusahaan.

Adapun persyaratan perizinan pengusahaan sarang burung walet sesuai dengan Perda No. 17 Tahun 2009 yaitu, dengan menyerahkan berkas permohonan di atas kertas bermaterai Rp 6.000,- yang ditujukan kepada Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMP2T) Kabupaten Labuhan Batu dengan


(5)

52

melampirkan: a) Fotocopy KTP pemohon yang masih berlaku sebanyak 1 (satu) lembar, b) Surat rekomendasi dari Camat setempat, c) Fotocopy Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB), d) Fotocopy Surat Izin Gangguan (H.O) Usaha Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet, dan e) Pas Photo ukuran 3 x 4 sebanyak 2 (dua) lembar.45

No

TABEL 2.5

TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN RUTIN BERSUMBER DARI

PAJAK DAERAH TAHUN 2013

JENIS PAJAK (Rp) TARGET (Rp) REALISASI (Rp) PERSENTASE

(%)

1. Pajak Hotel 1.100.000.000,00 657.469.942,00 59,77 2. Pajak Restoran dan

Rumah Makan

1.200.000.000,00 864.525.113,00 72,04

3. Pajak Hiburan 200.000.000,00 332.826.522,00 166,41 4. Pajak Reklame 750.000.000,00 541.533.000,00 72,20 5. Pajak Penerangan

Jalan

10.000.000.000,00 11.165.128.074,00 111,65

6. Pajak Pengambilan & Pengolahan Bahan Galian C

2.000.000.000,00 659.215.500,00 32,96

7. Pajak Sarang Burung Walet

200.000.000,00 89.950.000,00 44,98

45


(6)

53 8. Pajak Perolehan Hak

Atas Tanah & Bangunan

5.619.600.000,00 13.767.020.905,00 244,98

9. Pajak Air Tanah 300.000.000,00 402.137.809,00 134,05

Jumlah 21.369.600.000,00 28.479.806.865,00 133,27

Sumber: Labuhan Batu Dalam Angka Tahun 2013

Sesuai tabel target dan realisasi penerimaan rutin bersumber dari pajak daerah tahun 2013, Pajak Sarang Burung Walet hanya dapat diserap sebesar 44,98 %. Dari target sebesar Rp 200.000.000,00 hanya mampu meraup Rp 89.950.00,00. Hal ini dapat terjadi di mana pada tahun 2011. Hal tersebut hampir senada dengan pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian C yang ada di Kota Rantauprapat yang hanya mampu meraup Rp 659.215.500,00 dari target penerimaan sebesar Rp 2.000.000.000,00. Diketahui keduanya merupakan jenis kegiatan yang memiliki dampak yang besar terhadap kesehatan bahkan kelestarian lingkungan.