Politik Lingkungan: Analisis Dampak Pengusahaan Sarang Burung Walet di Kota Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1

Jalan Pattimura

Gambar 2

Jalan Honein

93

Gambar 3

Jalan Cokroaminoto

Jalan Kopral Abdullah

94

Jalan Mardan


Gambar 4

Jalan Ahmad Dahlan

95

Gambar 5

Jalan Imam Bonjol

Gambar 6

Jalan Sanusi

96

Gambar 7

Jalan Air Bersih


97

LAMPIRAN 1
TRANSKRIP WAWANCARA
Bapak Suparji, SE, Ketua Komisi D DPRD Labuhan Batu
1. Bagaimana pandangan DPRD terhadap usaha walet?
 Kalau kami memandang, usaha walet sebetulnya usaha yang tidak layak
berada di permukiman warga. Tetapi memang sudah seperti inilah kondisi di
Rantauprapat kita ini, usaha ini sudah berjalan sejak waktu yang lama. Dan
sudah daerah Labuhan Batu sudah menjelma sebagai penghasil sarang burung
walet yang terkenal di luar negeri. Tetapi kita juga harus malu pada diri
sendiri, pemerintah kita belum membuat peraturan yang tegas terhadap usaha
ini..
2. Bagaimana peran DPRD dalam pengusahaan sarang burung walet ini?
 Kita pun baru saja sembilan bulan jadi DPRD, dan kami harus cepat
mempelajari masalah-masalah di komisi kami. Salah satunya, masalah walet
ini. DPRD dalam rapat paripurna dengan Pemerintah Daerah memberikan
usulan untuk mempertegas peraturan tentang usaha walet ini. Tetapi sampai
saat ini tidak ada respon yang jelas.


3. Apa saja usulan DPRD?
 DPRD mengusulkan untuk dibuatnya peraturan yang tegas saja. Kalau mau
tetap ada usaha walet, harus dibuat izinnya sah. Dengan demikian, bisa jelas
untuk mengontrol kegiatan mereka. Ditambah lagi, usaha ini dapat efektif

98

dikutip retribusinya. Bisa untuk meningkatkan pendapatan daerah kita. Kalau
seperti itu kan kita bisa memikirkan rencana selanjutnya.

4. Bagaimana DPRD memandang kondisi pengusahaan yang tidak resmi ini?
 Itu tadi, ketidakjelasan pemerintah membuat pengusaha sesuka hatinya saja.
Kami pun sudah pernah mencoba memanggil pengusaha, tapi mereka tidak
datang. Kesulitannya, karena mereka selalu tidak ada di tempat usaha mereka.
Mereka itu menggaji pegawai untuk menjaga dan merawat. Sementara
pemiliknya, ada yang berdomisili di Medan, Kisaran dan banyak lagi.

5. Apa solusi yang ditawarkan DPRD dalam hal ini?
 Kami berencana untuk rapat dengan SKPD terkait untuk membicarakan hal
ini. Rencananya kami akan menyusun dulu proposal kemudian kami akan

mengundang SKPD terkait, untuk memperjelas status usaha walet di
Rantauprapat ini. Kami sedang merencanakan untuk membuat model dua
pintu. Artinya, pengusaha punya gembok utk ruko mereka, dan kami punya
gembok atas ruko mereka. Jadi, kalau mereka mau panen nanti, mereka akan
datang ke kami. Tapi itu masih rencana, kita belum tahu SKPD mana yang
menangani itu. Nanti pada waktu pertemuan itulah akan dibahas.

6. Sejauh ini bagaimana respon masyarakat?
 Tidak ada protes yang berarti. Itu mungkin dikarenakan warga dan pengusaha
sudah saling pengertian. Sudah tau sama tau saja.
99

7. Apakah pernah kasus penyakit terkait pengusahaan ini?
 Tidak pernah ada setahu saya.

8. Apa hambatan DPRD?
 Mungkin waktu kami yang masih baru menjabat Komisi D ini, jadi kami
masih perlu banyak mempelajari masalah-masalah di Komisi kami. Karena
Komisi D bukan hanya masalah lingkungan saja, tapi bidang pembangunan
lainnya.


100

LAMPIRAN 2
TRANSKRIP WAWANCARA
Bapak Mangontang Sitompul, Kabid AMDAL BLH
1. Bagaimana peran BLH dalam pengusahaan sarang burung walet?
 BLH sejauh ini tidak memiliki peran dalam pengusahaan sarang burung walet.
Karena sepengetahuan kami, usaha ini tidak pernah disinggung-singgung
dampaknya. Tidak pernah ada protes dari warga sama kami. BLH pernah
dapat laporan tentang limbah galian C yang meresahkan warga. Itu sajalah
yang pernah kami terima. Tetapi, kami pernah sekali melakukan penyuluhan
tentang kesehatan lingkungan di daerah-daerah ruko walet. Pada waktu itu,
kita sedang menjalankan program sosialisasi kelestarian lingkungan.

2. Mengapa BLH tidak inisiatif?
 BLH ini sifatnya menghimbau saja sebenarnya, kalau tindakan langung,
bukan wewenang kita itu. Lagian, usaha walet ini sebenarnya kan usaha ruko
saja nya. Tinggal memasang musik walet itu sajanya kerja mereka. Udah itu,
setahu kami pun sudah ada laranganya itu mengusahakan walet di Kota. Jadi,

ilegal mereka itu. Badan Perizinannya sebenarnya yang harus turun disitu.
Baru kegiatan mereka bisa kami pantau. Entah bahayanya udara gara-gara itu,
entah berjatuhannya kotorannya itu ke halaman orang. Kita pun ga tau. Orang
ga pernah ada laporan sama kita.

101

3. Apa kendala BLH?
 Peraturan tadi itu lah. Maunya, diperjelas lah gimananya usaha walet ini.
Masih boleh tetap gak dibuat di Kota. Karena memang bisingnya itu musiknya
itu. Tergganggunya memang orang dibuatnya. Tapi kalau memang masih
boleh, harus dibagusilah peraturannya. Biar bisa efektif dia. Dari segi
ekonomi, pajaknya bisa dapat, terus dari segi lingkungan pun dapat kita
pantau dan kelola. Melihat kondisi nanti lah itu. Setiap pengusahaan yang
berdiri di lingkungan, seharusnya punya izin menjalankan usaha. Dan kalau
mempunyai dampak terhadap lingkungan, maka harus di uji lingkungan dulu.
Uji kelayakan, izin gangguan serta kalau perlu mengurus izin AMDAL nya.
Tapi seperti itulah, usaha walet di Rantauprapat ini tidak jelas peraturannya.

4. Apakah pernah ada dampak yang terjadi?

 Kalau dampak sudah pasti ada, lingkungan pasti tercemar. Tetapi, untuk
kesehatan sepertinya tidak ada pernah ada kasusnya. Karena kalau untuk mau
mengetahui dampak suatu kegiatan, harus ada dokumen lingkungannya.
Setiap kegiatan atau usaha yang dinilai memiliki dampak terhadap
lingkungan, harus mengurus dokumen lingkungan itu. Mulai dari yang kecil
sampai ke yang kompleks. Kalau dampaknya dinilai kecil, dokumennya itu
cukup SPPL saja. Ini biasanya usaha-usaha kecil, pertokoan, studio foto,
apotek, pokoknya yang dampaknya itu tidak tampak tetapi sebenarnya ada.
Kemudian, usaha yang dampaknya sedang dengan dokumen UKLUPL. Ini
hampir mirip dengan SPPL, namun dalam UKLUPL ini mereka wajib
102

memberikan laporan rutin. Nah, yang terakhir inilah dokumen AMDAL. Ini
mencakup kegiatan yang dampaknya besar. Kalau di Rantauprapat ini, yang
punya dokumen AMDAL itu Cuma PTPN 3, karena itu lebih dari 3.000 Ha
luasnya. Jadi perlu analisis mendalam tentang dampak kegiatan itu. Kalau
contoh lainnya, pertambangan mineral bumi, pabrik skala nasional, pokoknya
yang usahanya besar dan dampaknya kelihatan. Di AMDAL itulah dianalisis
bagaimana mengelola dan memantau dampak tersebut.


5. Apa solusi BLH untuk pengusahaan sarang burung walet?
 Kami berpendapat, pengusahaan ini sebaiknya tidak dijalankan di kawasan
perkotaan. Karena jelas sekali tidak memberikan kenyamanan bagi
masyarakat. Mungkin saja masyarakat tidak sadar akan ketidaknyamanan ini,
sehingga mereka tidak pernah protes. Karena sebenarnya, usaha walet ini
sekarang urusannya cuma sama warga sekitar sajalah. Kalau pandainya
mereka mengambil hati warga, aman lah itu. Ga pala ada protes dari warga.
Kalau ada usaha yang berdiri di lingkungan, itu harus ada itu dokumen
lingkungannya. Macam usaha walet itulah, sebenarnya itu harus kita teliti lagi
itu, layak ga dia di perkotaan.

103

LAMPIRAN 3
TRANSKRIP WAWANCARA
Bapak A. Sitanggang, Kepala Seksi Tata Ruang Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang
Kabupaten Labuhan Batu
1. Bagaimana tata ruang kecamatan Rantau Utara?
 Kita sudah menyusun Rencana Tata Ruang Perkotaan Kabupaten Labuhan
Batu Tahun 2013. Inilah yang akan dipakai sebagai acuan pembangunan tata

ruang perkotaaan sampai 20 tahun ke depan. Sesuai dengan itu, kecamatan
Rantau Utara ini diarahkan menjadi pusat perkotaan. Karena memang sudah
sejak dulu, Kecamatan ini sebagai pusat kegiatan perkotaan. Kantor-kantor
pemerintahan banyak disini, permukiman juga padat, bangunan-bangunan,
kegiatan ekonomi juga tinggi.

2. Bagaimana pengaruh pengusahaan sarang burung walet dengan tata ruang
perkotaan di Kecamatan Rantau Utara?
 Usaha walet di Rantauprapat ini sebenarnya sudah sejak lampau sudah ada
dan banyak. Bahkan dulu, di sebelah kantor polisi lalu lintas di tengah kota
itu, ada ruko walet. Itu sekitar tahun 2002, walet masih mahal-mahalnya,
rukonya pun meledak, bertambah terus. Itulah yang terjadi di Jalan Sanusi,
awalnya itu kawasan tidak ada ruko bertingkat, lalu sekitar tahun 2003 atau
2004, barulah banyak pembangunan ruko-ruko walet di Rantauprapat ini.
Kalau pengaruh, kita bisa lihat sendiri sebenarnya, fungsi kawasan perkotaan

104

menjadi terganggu. Sebagaimana hasil rencana tata ruang kita, Kecamatan
Rantau Utara ini akan diproyeksikan sebagai pusat pelayanan kota karena

memang pada kecamatan ini banyak perkantoran pemerintah maupun swasta.
Jadi kalau berbicara tentang tata ruang di Kecamatan Rantau Utara ini sudah
jelas, fasilitas perkotaan merupakan tujuan tata ruang kita. Dan dengan
banyaknya ruko walet di Kecamatan ini akan menimbulkan tata ruang yang
kurang efektif. Daya dukung perkotaan akan mengalami kemerosotan.
Ditambah lagi, sepengetahuan saya, bisnis walet itu ternyata kurang efektif
retribusinya.

3. Bagaimana pengendalian dari pihak Cipta Karya?
 Tugas dan fungsi kami sebenarnya fasilitator. Kita lihat dulu lingkungan
tempat walet itu, ada yang sepi penduduk, ada juga yang rapat dengan
penduduk. Untuk itu, kita berjalan sesuai dengan program pemerintah,
pengendalian lingkungan yang kami kerjakan hanya bersumber dari sampah.
Itulah program pengadaaan tempat sampah sementara bagi warga-warga.
Kalau pengendalian lingkungan dampak walet itu sebenarnya dinaungi SKPD
lain. Karena sekali lagi, kami sendiri belum tahu jelas bagaimana pengusahaan
itu. Harusnya pemerintah mempertegas peraturan dulu. Harus ada identitas
ruko walet itu, supaya kita bisa melihat dampaknya. Supaya bisa dikendalikan
dampaknya.


105

4. Apa solusi Dinas Cipta Karya untuk pengusahaan ini?
 Kita harus melihat dulu, sejak awal, pemerintah memang tidak memberikan
kebijakan pasti terhadap usaha walet di Rantauprapat ini. Semua orang bebas
mendirikan ruko walet meskipun hanya bermodal IMB. Tetapi, setelah itu,
mereka tidak melaporkan kegiatan mereka. Kami mencoba mengusulkan
untuk dilarang untuk usaha walet di Rantauprapat ini, nanti di rapat dengan
SKPD dan Bupati. Usaha walet sebenarnya lebih bagus diletakkan di
kecamatan lain, mengingat Rantau Utara ini kawasan pusat perkotaan. Seperti
kecamatan Pangkatan, yang dipinggir sanalah.

106

LAMPIRAN 4
TRANSKRIP WAWANCARA
Bapak Lindung, Kabid Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Labuhan Batu
1. Bagaimana kondisi kesehatan lingkungan di Kecamatan Rantau Utara?
 Kondisi kesehatan lingkungan kita sebenarnya sudah baik. Kalau berbicara
tentang kesehatan lingkungan, ada beberapa indikator kesehatan lingkungan,
antara lain; akses terhadap air minum berkualitas, akses terhadap sanitasi
dasar, rumah sehat, dan tempat umum dan pengelolaan makanan sehat.
Gambaran secara umum di Labuhan Batu, sudah berjalan hampir 90%. Hanya
tinggal di daerah-daerah pinggiran sana saja yang kurang, misalnya
Pangkatan, Danobale, Tanjung Pasir. Di Rantau Utara, program ini sudah
berjalan dan hasilnya pun baik.

2. Bagaimana hubungan kesehatan lingkungan dengan usaha walet?
 Kalau melihat dari indikator kesehatan lingkungan kita, sebenarnya kita bisa
lihat bahwa tidak ada hubungannya kesehatan lingkungan dengan usaha walet.
Tapi kalau kita kaji lagi, sebenarnya bisa jadi ada hubungannya. Saya yakin,
daerah tempat ruko-ruko walet itu belum tentu steril dari gangguan penyakit.
Kita sendiri juga tidak tahu bagaimana kondisi di dalam ruko itu. Apakah di
dalam itu tempat bersarang dan perkembangbiakan nyamuk, kita belum teliti
itu. Tapi memang sejauh ini, usaha walet di sini belum ada dampaknya
terhadap kesehatan.

107

3. Bagaimana peran dinas kesehatan terhadap usaha walet ini?
 Saat ini kita sedang gencar tentang sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS). Ini salah satu program kita untuk mengajarkan kepada
masyarakat untuk berperilaku bersih dan sehat. Kita memberikan informasi
dan edukasi kepada masyarakat untuk dapat mempraktekkan rutinitas
kesehatan. Kalau langsung terhadap usaha walet, kita ga ada. Kita langsung
kepada semua masyarakat

4. Menurut penelitian dari LIPI, bahwa penangkaran burung walet itu dapat
membawa penyakit-penyakit pernapasan, alergi, maupun virus yang dibawa si
burung, bagaimana dengan daerah Labuhan Batu, apakah pernah dilakukan
penelitian serupa?
 Belum. Kita belum pernah buat penelitian semacam itu. Karena itu tadi,
sejauh ini tidak ada pernah ketahuan dampaknya terhadap kesehatan di
Labuhan Batu ini. Tapi bukan berarti saya menyimpulkan bahwa di Labuhan
Batu ini bebas dari penyakit-penyakit seperti penelitian LIPI itu. Tapi nanti
kita akan cobalah koordinasi dulu dengan pihak-pihak terkait, SKPD-SKPD,
untuk meneliti ini. Karena memang, kalau berbicara penyakit, dia bisa tidak
tampak langsung, bisa saja dia berkembang di dalam dan pada waktunya
baru ketahuan.

5. B agaimana hubungan antara penyakit yang paling sering terjadi di Rantauprapat
dengan kegiatan usaha walet?
108

 Menurut data tentang 10 penyakit yang paling sering terjadi di Rantauprapat
salah satunya tentang ISPA, alergi kult, diare. Kalau penyakit ISPA ini
mencakup usia-usia sedang ke lanjut. Diduga penyebab utama penyakit ini
karena kotornya udara yang dihirupnya, sehingga menimbulkan radang
pernapasan. Nah, kalau sudah begini, ini dapat tertular kepada orang lain,
ketika dia berkomunikasi, sekarang tergantung daya tahan tubuh orang saja.
Kalau antibody-nya kuat biasanya tahan, kalau yang lemah biasanya tertular.
Itu juga tergantung aktivitas dan pekerjaan juga. Biasanya, pekerja-pekerja
lapangan, kuli, dan yang aktif merokok selama 30 tahun inilah yang sering
mengidap penyakit ISPA ini. Kalau alergi kulit, diare, ini disebabkan
kebersihan air, makanan maupun udara. Bisa jadi disebabkan oleh tidak
sehatnya perilaku makanan, jajan sembarangan. Tapi sejauh ini, tidak pernah
ada yang mengaku sakit ISPA ataupun alergi itu disebabkan dari ruko walet.

6. Bagaimana solusi dinas kesehatan terhadap usaha walet di Rantau Utara?
 Kalau memang mau menjaga kesehatan lingkungan, sudah jelas, kita harus
bersama-sama menjaganya. Usaha walet seharusnya memang tidak layak
berada di perkotaan. Meskipun belum terbukti mendatangkan penyakit,
tetapi memang efeknya akan mengganggu kesehatan lingkungan. Mungkin
udara disekitaran situ berbahaya kita belum tahu. Belum pernah ada
penelitian tentang itu. Tetapi, yang jelas kebisingan usaha itu sudah bisa
membuat lingkungan menjadi tidak nyaman. Kalau teorinya bilang,

109

lingkungan masyarakat yang sehat akan melahirkan warga yang sehat pula.
Begitu juga sebaliknya.

110

LAMPIRAN 5
TRANSKRIP WAWANCARA
Bapak Ibnu Akbar S.Sos., MM, Lurah Cendana

9. Berapa banyak ruko walet di Kelurahan Cendana?
 Kalau jumlah, saya pun tak tahu pasti. Karena ada juga ruko-ruko disini
yang sudah kosong. Dia ga ada lagi walet di dalam. Tapi kalau mau
dikisarkan, jumlahnya sekitar 40-an lah.

10. Bagaimana dampak yang disebabkan dari usaha walet di sini?
 Di kelurahan Cendana ini, memang sudah sejak dulu banyak ruko walet.
Bahkan sejak saya kecil, orang-orang cina ranto disini sudah punya
banyak ruko walet. Bahkan dulu lebih banyak lagi daripada sekarang. Di
sini juga, mayoritas penduduknya orang Cina, jadi ruko walet di daerah
sini udah biasa. Kalau bicara tentang dampak, memang yang nampak itu
sebenarnya kebisingan itu saja. Sejauh ini, dari saya kecil pun, itu ajanya
dampaknya. Suaranya itu yang ribut. Karena dia kan memanggil burung
liar, jadi harus kuatlah suaranya itu supaya terdengar burung walet yang
terbang-terbang itu. Kalau kesehatan, belum pernah ada kasus yang saya
tahu.

111

11. Bagaimana upaya dari kelurahan untuk menjaga kesehatan lingkungan?
 Kalau bicara upaya, sebenarnya ini tanggung jawab bersama kita.
Pemerintah kan sudah buat tempat-tempat sampah, tinggal kita saja yang
ga sadar. Tapi memang, itulah kendala di Rantauprapat ini, kita ga bisa
bicara sama orang yang kaya. Karena, banyak penduduk pribumi kita
kerja sama mereka.

12. Bagaimana tanggapan masyarakat di kelurahan ini?
 Masyarakat di Kelurahan Cendana ini mayoritas orang Cina, jadi mau gak
mau ya mereka-mereka juga yang tahu sama tahu. Ga pernah ada laporan
ke lurah kalau ada warga yang terganggu langsung. Karena semua warga
disini pun samanya. Sama-sama mendengar keributan itu.

13. Bagaimana hubungan pengusaha walet dengan masyarakat?
 Itu tadi, karena di sini mayoritas warganya suku Tionghoa. Jadi amanaman saja. Lagian, yang punya walet itu pun ga pernah datang ke sini.
Udah ada anggota mereka yang jaga.

112

LAMPIRAN 6
TRANSKRIP WAWANCARA
Pak Muksin, Pengusaha sarang burung walet di Rantau Utara
1. Sejak kapan anda menjalankan usaha ini?
 Sejak tahun 2002. Saya awalnya seorang pakar walet, baru kemudian saya
ikut usaha walet. Saya sekarang tidak lagi terlalu mengurus usaha walet saya
karena sudah ada anggota kita yang menjaga. Udah itu, harga walet sekarang
udah ga ada lagi, agak malas kita melihatnya. Kerja saya sekarang jadi
pengumpul sarang burung walet aja, kita yang penampung aja. Ada berapaberapa ons yang mereka dapat, bisa langsung dijual ke saya. Ada yang mau
membersihkan, ada juga yang langsung jual aja. Tergantung pengusahanya
itu.

2. Bagaimana pengelolaan pengusahaan walet anda?
 Sebetulnya ya, walet ini bukan kepemilikan, walet ini binatang liar. Kita ga
memelihara walet, dia kan bebas pergi kapan saja. Hari ini mungkin dia di
ruko saya, besok saya ga tau. Karena dia ini tipe burung hutan, kebiasaanya
terbang jauh sampai berhari-hari menuju hutan, sampai beberapa hari, baru dia
terbang lagi entah kemana. Jadi, kita buat lah pemangcing walet itu supaya dia
mau datang..Rukonya pun disetel macam gua-gua walet. Kita pasang papan
broti di langit-langit, supaya tempat dia bersarang. Udah itu, kita buat lagi
ember-ember di di bawah, dia itu suka masuk air. Di dalam itu suhunya pun
lembab dan seperti itulah kemauan walet. Musik pemancingnya ada dua, yang
113

untuk di dalam dan di luar. Di dalam itu hidup 24 jam, suaranya hanya
terdengar di ruangan tersebut. Supaya betah waletnya di dalam. Yang di luar,
kita atur hidup jam 06.00-20.00 WIB pake timer, itu untuk memanggil walet
yang berterbangan di luar. Karena walet ini pun sensitif, dia memilih-milih
suara ruko mana yang dia suka, baru dia mau masuk ke dalam.

3. Bagaimana pengelolaan limbah?
 Sebenarnya ya, tak ada limbahnya walet ini. Kotoran walet itu seperti abu.
Kalau kita pegang itu, persis kayak abu, langsung habis di remas. Kotorannya
pun hanya ada di ruko itu saja, mana mau dia hinggap-hinggap. Kalaupum ada
jarang lah itu. Biasanya kami waktu panen lah membersih-bersihkan tempat
walet itu, kotorannya dikumpulkan terus dimasukkan ke goni. Itu biasanya
kami buang ke Tempat Pembuangan Sampah yang di Perlayuan. Sekalian,
mengganti air di ember-ember itulah.

4. Kemana pasar sarang burung walet dari Rantauprapat?
 Kalau sarang burung walet di Labuhan Batu ini hampir semuanya diekspor ke
luar negeri. China yang paling banyak, lainnya Hongkong, Jepang. Ga pernah
itu dipakai di negeri sendiri. Karena peminat walet ini, katanya sarang burung
walet ini cocok sama orang yang tinggal di daerah dingin, yang ada saljunya.

114

5. Apakah anda pernah diprotes warga atas pengusahaan anda?
 Kalau protes sebenarnya tidak ada. Kalau musik pemancing itu rusak timernya. Jadi dia hidup sepanjang hari, itulah paling. Karena pernah saya begitu,
musiknya hidup sampai lima hari. Gara-gara timer-nya rusak. Waktu itu saya
ditelpon sama warga disitu, supaya mematikan musiknya itu. Besoknya saya
ganti lah timer-nya supaya ga terganggu juga warga disitu.

6. Dampak apa saja yang pernah terjadi?
 Dampaknya sebenarnya tidak ada. Paling cuma kebisingan saja dari suara
pemancing itu. Itupun, kan sudah kita atur jam-jamnya. Jam 20.00 WIB itu
rata-rata udah mati semua itu ruko walet. Tapi memang kalau di jalan Sanusi
itu, 24 jam itu. Karena disitu lah ruko walet paling banyak. Kalau pencemaran
udara atau air, hanya sedikit saja. Karena walet mau sesekali keluar untuk
mencari makanan di sungai atau kolam-kolam, waduk. Kalau dampak
kesehatan sejauh ini tidak pernah ada kasus. Malah orang-orang yang
memanen sarang burung walet tidak pernah ada sakit apapun. Apalagi, banyak
juga ruko walet itu ditinggali oleh yang punya di bawahnya. Jadi soal
kesehatan itu tidak ada gangguan.

7. Berapa harga walet dahulu dan sekarang?
 Dulu waktu jaya-jayanya, harga walet Rantauprapat mencapai 20-an juta.
Pada waktu itu, sarang walet dari Rantauprapat sangat dikenal oleh negaranegara importir. Tapi mulai lima tahun terakhir, harga kita jatuh drastis. Saya
115

meyakini penyebabnya karena ada oknum pengusaha yang membuat pemutih
kimia pada sarang walet agar terlihat menjadi kualitas yang super. Tapi orang
luar negeri kan pintar, mereka sejak saat itu langsung banyak memutuskan
kontrak dengan pengusaha-pengusaha di sini.

8. Bagaimana peran pemerintah dalam pengusahaan ini?
 Pemerintah pernah mendatangi pengusaha untuk sosialisasi tentang kesehatan
dan ketentraman lingkungan. Supaya menjaga pengusahaan masing-masing
agar tidak mengganggu aktivitas warga. Kalau soal kebijakan setau saya tidak
ada.

9. Apakah anda memiliki izin dan membayar retribusi?
 Dulu saya pernah mengurus izin. Tapi tidak saya lanjutkan lagi. Harga walet
sekarang tidak ada lagi. Jadi sebenarnya, ini usaha yang tidak menjanjikan
lagi. Banyak pengusaha yang menjual ruko-ruko nya.

10. Menurut penelitian LIPI, pengusahaan sarang burung walet di wilayah
pemukiman warga bisa mendatangkan penyakit. Apakah sejauh ini ada pernah
kasus penyakit di Rantauprapat yang disebabkan usaha walet?
 Wah, tidak pernah itu. Saya sudah lama sekali bermain walet, tidak pernah
ada penyakit apapun. Sama sekali tidak ada. Bahkan, orang yang sering
memanen sarang burung walet saja, saya tahu dia sehat-sehat saja. Tidak

116

pernah mengeluh sakit, begitu juga dengan orang-orang lain yang saya tahu
dia kerjanya manen walet.

117

LAMPIRAN 7
DOKUMENTASI PENELITIAN

118

119

120

121