Kajian dampak Sarang Burung Walet terhad

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

• Pemerintah daerah telah menerbitkan perda No 14 Tahun
2011 tentang pengelolaan usaha sarang burung walet
dengan tujuan untuk menata dan menertibkan terkait
pengelolaan
usaha sarang burung walet buatan di
beberapa kecamatan yang
telah tersebar di Kutai
Kartanegara
• Salah satu amanah perda ini adalah
a. adanya persyaratan kepada para pelaku usaha walet
sebelum membuat gedung /rumah walet
b. diharapkan melalui usaha sarang burung walet dapat
memberi konstribusi terhadap PAD

• Disebabkan harga sarang burung walet yang
tinggi, fungsi dan perannya yang baik untuk
kesehatan memicu perkembangan budidaya
sarang burung walet di wilayah kabupaten Kutai

Kartanegara hingga saat ini cukup pesat.
• Bahkan
isu yang berkembang tidak hanya
sekedar jumlah sarang burung walet yang
meningkat, akan tetapi dampak lingkungan akibat
keberadaan sarang burung walet buatan di
sekitar
pemukiman
telah
menimbulkan
keresahan bagi masyarakat

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah keberadaan sarang burung walet berpotensi
memberikan dampak terhadap lingkungan fisik, sosial
ekonomi dan kesehatan
2. Apa saja yang menjadi dampak penting pada usaha
sarang burung walet yang perlu mendapat perhatian
untuk dikelolah dan dipantau

3. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk
mengelola dan mengatasi dampak usaha sarang
burung walet yang ada disekitar pemukiman
masyarakat

1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi dampak potensial pada usaha sarang
burung walet buatan yang ada di lokasi penelitian
2. Mengkaji dan mengevaluasi dampak penting usaha
sarang burung walet buatan terhadap lingkungan
fisik, sosial ekonomi, dan kesehatan Masyarakat
3. Mengetahui cara dan langka yang perlu dilakukan
untuk pengelolaan dampak dari keberadaan sarang
burung walet terhadap aspek lingkungan fisik, sosial,
ekonomi, kesehatan

1.4. Output/Keluaran

1. Diketahui dampak potensial usaha sarang burung
walet di Kabupaten Kutai Kartanegara

2. Diketahui dampak penting yang perlu dikelola atau
dikendalikan guna untuk mengeliminir dampak
negatif dan mengembangkan dampak positif
terhadap lingkungan fisik, sosial ekonomi, dan
kesehatan
3. Ditemukannya langka dan cara pengelolaan dampak
usaha sarang burung walet sehingga dapat mencegah
terjadinya penurunan kualitas lingkungan fisik, sosial,
ekonomi, dan kesehatan

II. Tinjauan Pustaka
• Burung Walet merupakan burung pemakan serangga
dan suka meluncur. Burung ini berwarna gelap,
terbangnya cepat dengan ukuran tubuh sedang/kecil,
dan memiliki sayap berbentuk sabit yang sempit dan
runcing, kaki dan paruhnya sangat kecil, serta tidak
pernah hinggap di pohon.
• Burung walet mempunyai kebiasaan berdiam di guagua atau rumah-rumah yang cukup lembab, remangremang sampai gelap dan menggunakan langit-langit
untuk menempelkan sarang sebagai tempat
beristirahat dan berbiak (BPPT, 2000).


• Menurut penelitian para ahli, sarang walet
memiliki nilai ekonomi tinggi dan mengandung
protein 47,81%, lemak 1,54%, karbohidrat
15,21%, kalsium 0,4%, phosphor 0,007% dan abu
6,97%.
• Sarang burung walet mengandung senyawa
pembugar tubuh yang tak dimiliki bahan pangan
lain.
• Selanjutnya dinyatakan bahwa Sarang burung,
yang berasal dari air liur burung walet
mengandung glyco-protein yang
merangsang pembelahan sel-sel dalam
sistem kekebalan tubuh

Berdasarkan warnanya sarang burung walet di bagi dua
jenis. Ada sarang burung putih (Aerodramus fuciphagus)
yang seluruhnya terbuat dari air liur burung walet, dan
sarang burung hitam (Aerodramus maximus), yang
terbuat dari campuran air liur dan bulu – bulu burung.

• Sarang burung walet yang berwarna putih lebih mahal
harganya. Sarang burung yang putih bersih, harganya
bisa mencapai 14 juta rupiah per kg, sedang yang
hitam sekitar 1-2 juta per kg.
• Sedangkan sarang burung yang memiliki serat – serat
merah di sarangnya seperti darah harganya lebih mahal
berkisar sekitar 17 juta per kg.

• Pencemaran suara yang bersifat terus-menerus dengan
tingkat kebisingan di atas 80 dB dapat mengakibatkan
efek atau dampak yang merugikan kesehatan manusia.
Efek samping negatif dari pencemaran suara :
a. stres
b. gila
c. perubahan denyut nadi
d. tekanan darah berubah
e. gangguan fungsi jantung
f. kontraksi perut
• Berikut ini adalah contoh kebisingan yang menimbulkan
pencemaran suara :

1. Orang ngobrol biasa = 40 dB
2. Orang ribut / silat lidah = 80 dB
3. Suara kereta api / krl = 95 db
4. mesin motor 5 pk = 104 dB
5. suara gledek / geledek / petir = 120 dB
6. Pesawat jet tinggal landas = 150 dB

• Burung walet bisa menyebabkan 24 jenis penyakit pada
manusia jika letak kandangnya tidak sesuai dengan
aturan. Ke-24 jenis penyakit ini menyerang otak, syaraf,
dan penyakit lainnya yang ada pada burung walet.
• Menurut peneliti burung dari Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), Nurjito, penyakit
tersebut disebarkan melalui air liur, napas, dan kotoran
walet. Orang yang terkena virus dari burung walet
biasanya merasa pusing, lemas, dan lelah

• Selanjutnya dr. Aminuddin dan dr. Armyn saat
seminar sarang burung walet di Bontang
menyatakan bahwa para pelaku usaha sarang

harus menjaga kebersihan karena sawang burung
walet dapat mendatangkan penyakit demam
berdarah Apalagi dengan bentuk tertutup dan
ventilasi yang jarang, terutama pada musim
hujan. Keberadaan sarang walet tersebut sangat
berpotensi menyebarkan penyakit demam
berdarah. Selain itu, timbunan kotoran walet
yang
bertahun-tahun
lamanya
dapat
menyebabkan penyakit batuk berdarah dan
leptospirosis atau sejenis types.

• Hasibuan (2010) menyatakan bahwa beberapa
akses sosial yang ditimbulkan oleh keberadaan
sarang burung walet adalah kebisingan suara
walet yang menganggu masyarakat, limbah dari
kotoran walet yang bisa menimbulkan penyakit
dan mengotori lokasi sekitar penangkaran walet.

Selain itu, kesenjangan antara warga sekitar
dengan pemilik penangkaran walet juga bisa
memicu konflik antara pengusaha dengan
masyarakat sekitar jika tidak segera dipikirkan
solusinya.


III. METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian
• Penelitian dirancang dalam tiga tahapan
berdasarkan tujuan yang ingin dicapai.
1. mengidentifikasi dampak potensial
2. mengevaluasi dampak potensial menjadi
dampak penting
3. menyusun langka-langka pengelolaan dampak
penting lingkungan

3.2. Pengambilan Sample
• Sampel diambil pada sebagian pelaku usaha sarang burung walet

buatan di 5 kecamatan yakni : Kecamatan Muara Jawa, Samboja,
Anggana, Muara Badak, dan Sanga-sanga.
• Responden dibedakan atas 3 yaitu :
a. Masyarakat disekitar pelaku usaha sarang burung walet,
• b. Para pelaku usaha dan
• c. Aparatur kecamatan/desa/kelurahan setempat.
• Pengambilan sampel dilakukan secara aksidental sampling dan
snowball sampling (responden pelaku usaha dan masyarakat sekitar
tempat usaha sarang burung walet). sedangkan untuk pemerintah
daerah dilakukan sampling secara purposive sampling.

3.3. Teknik pengumpulan data.
• Teknik pengumpulan data dilakukan dengan :
a.
b.
c.
d.

Menyebarkan kuisioner,
Observasi Lapangan, dan

Wawancara mendalam (indepth interview)
Studi Literatur, mengumpulkan data dengan
mempelajari, menelaah dan menganalisa data
literatur, dokumen, peraturan serta referensi
lainnya yang erat kaitannya dengan masalah
yang diteliti.

3.4. Teknik Analisis Data
• Studi ini menggunakan metode deskriptif. Analisis deskriptif
(Deskriftive Analysis) diartikan sebagai analisis untuk
menjelaskan dan menggambarkan suatu kondisi dari objek
yang dikaji dari hasil pengumpulan data melalui kuesioner,
observasi, wawancara, dan penelusuran pustaka

• Analisis deskriptif dilakukan dengan cara mengumpulkan
berbagai informasi terkait kegiatan usaha sarang burung walet
buatan di 5 kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara dan
dampaknya terhadap masyarakat sekitar baik dampak sosial,
ekonomi, maupun lingkungan fisik dan kesehatan, serta
langka dan cara pengelolaan dampak tersebut.



a. Data kualitatif dan kuantitatif dianalisa melalui
pendekatan isi dan kedalaman menterjemahkan
suatu fenomena berdasarkan standar porsentase.

b.Sedangkan data kuantitatif diklasifikasi dan diolah
sebagai dasar pengukuran dan analisis untuk
memberikan penjelasan dan penilaian terkait
dengan dampak usaha sarang burung walet
buatan di 5 kecamatan di Kutai Kartanegara
c. Untuk menyusun usaha pengelolaan dampak
lingkungan didasakan hasil observasi, kuesioner
dan kajian pustaka

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Responden

SLTA
18%

Sarjana
82%

Gambar 1. Pendidikan responden aparatur kecamatan/
desa/kelurahan

Gambar 2. Pendidikan responden masyarakat di sekitar usaha sarang burung
walet (SBW) di Muara Badak, Muara Jawa, Samboja, Anggana,
dan Sanga-sanga

Tidak Tamat

SD

SLTP

9%

50%

SLTA

Diploma

Sarjana

23%

18%

Gambar 3. Pendidikan responden pelaku usaha sarang burung
walet (SBW)

Retribusi IMB Gedung SBW
NO

Kecamatan
Tahun 2010
1
Muara badak
Jumlah
Tahun 2011
1
samboja
2
Anggana
3
Muara Jawa
4
Tenggarong
5
Loa Kulu
6
Muara Badak
Jumlah
Tahun 2012
1
Saboja
2
Tenggarong
3
T. Seberang
4
Marangkayu
Jumlah
Januari s/d Agustus 2012

Retribusi
2.734.892.000

2.734.892.000
341.202.000
12.096.000
108.093.000
40.320.000
2.772.000
3.260.497.500

3.764.980.500

Sumber Data : BP2T Kukar (2012)

42.252.000
10.080.000
9.261.000
13.440.000

75.033,000

Gambaran Umum
Usaha SBW
di 5 Kecamatan

NO

Pelaku Usaha Walet Per
kecamatan (Responden)

14

Kecamatan Samboja
H. Abdul Rasyid
Nur Zaman
H. Idris
Mursyid
Tono Supratman
Kecamatan Muara Badak
Amrin Mamatang
Susanto Halim
Peter Setiawan
Samuel wijaya
Paiman
Kecamatan Muara Jawa
H. Lukman
Aspianti
H. Zahrani
Jaya Setiawan

15
16

Kecamatan Anggana
H. Rasyid
H. Muin

1
2
3
4
5

Tabel 1.
Lama usaha, luas bangunan,
hasil panen, jumlah tenaga 6
7
kerja dan informasi
8
9
pembelian SBW yang
10
dimiliki pelaku usaha
11
sarang burung walet
12
di 5 kecamatan.
13

17
18
19
20
21
22

H. Aminuddin
Akhmad Zainuddin
Kecamatan Sanga-Sanga
H. Hendra
Djuriansyah
Karta
H. Sabri
Total
Rata-rata
Nilai Max
Nilai Min

Lama
Usaha
(Tahun)

Luas
Hasil SBW
Bangunan
setiap Panen
Usaha SBW
(Kg)
(m2)

Jumlah
Tenaga
Kerja
(Orang)

Pembeli
datang
sendiri

2
2
1
3
2

1062
416
324
19,84
-

1
-

2
1
1
1
1







2
2
2
2
2

236
539,545
239
436, 75
900,86

-

2
2
2
2
1







3
2
8
2

2160
815
1760
416

3
2,7
-

2
1
2
1



-

2
2

576
264

1
5 ons (1/2 kg)
(Rp 2,6 juta)

1
1




2
2

600
200

0,5 Kg

1
1



3
1
1
3
51
2,3
8
1

800
960
500
450
13238,3
630,4
2160
19,84

1 kg
1,5 kg
-

2
1
1
2
31
1,4
2
1



-

Responden

Tabel 2.
Pembinaan,
pendataan, dan
pajak usaha sarang
burung walet

No

1.

2.

3.

Pertanyaan

Apakah pernah ada
pembinaan atau bantuan
yang dilakukan oleh
pemerintah daerah atau
camat, SKPD terkait, luruh,
kepala desa
Jenis pembinaan yang
dilakukan oleh pemerintah
daerah/lurah/camat
(pelatihan/dampak
lingkungan dll)
Pendataan usaha sarang
burung walet yang
diusahakan

4.

lembaga pendata

5.

Penarikan pajak dari usaha
sarang burung walet

Aparatur
Kecamatan/Desa
Tidak
Pernah
Pernah

Pelaku Usaha

Pernah

Tidak
Pernah

-

100 %

-

100 %

-

100 %

-

100 %

88 %

12 %

64 %

36 %

Aparatur Kecamatan

-

100 %

Aparatur
kecamatan/Desa/
kelurahan
18 %

82 %

Tabel 3.
Hasil
identifikasi
dampak
potensial

Komponen
Lingkungan

Dampak potensial
Tahap
Tahap Tahap Operasi
Prakontruk Konsi
struksi
1

2

1

1

2

3

Tahap
Pasca
Operasi
1

2

1. Fisik
X (-)

-kebisingan
-limbah padat/cair
-kotoran burung
2. Sosial ekonomi
-Kesempatan kerja
-Peningkatan
pendapatan
-Konflik sosial
-presepsi dan sikap
masyarakat

X (-)

X (-) X (-)
X (-)

X (+)

X (+)
X (+)

X (+)
X (-)

X (+)

X (+)

X (-)
X (-)

x (-) X (+)
X (+) X (-) X (+)
X (-)

X (-)

3. Kesehatan
1. jenis penyakit
2. bau yang tidak
menyenangkan

X (-)

X (-)

Kegiatan SBW

I.Tahap Prakonstruksi
(persiapan)
1.Penerimaan
tenaga kerja
2. Konsultasi publik/
sosialisasi
II.Tahap Kontruksi
1.Pembangunan sarana
dan prasarana
III. Tahap Operasi
1. Menghidupkan alat
pemanggil burung
2. Masa Pembuatan
sarang burung
3. panen
IV. Pasca Operasi
1. Pemutusan hubungan
kerja
2. Pembongkaran
rumah walet

Dampak Terhadap Kesehatan
Tabel 4. Penyakit dan jenis penyakit sebelum dan sesudah
pelaku usaha berusaha walet
No

Sebelum

Persen
(%)

Jenis Penyakit

Sesudah

Persen
(%)

Jenis Penyakit

1.

Demam/Flu/Batuk

84

Demam/Flu/Batuk

93

2.

Types

11

Types

7

3.

Lainnya

5

Lainnya

0

Total

100 %

100 %

Tabel 5. Presepsi aparatur kecamatan/desa, masyarakat dan pelaku usaha
SBW pada dampak SBW terhadap kesehatan
Aparatur
Kec./desa
NO

Masyarakat

Pernyataan
n

Persen (%)
ya tidak

N

Persen
(%)
ya tidak

N

51

75

22

1.

SBW penyebab
penyakit tertentu

17

2.

Jenis penyakit

n

Persen (%)

N

a. Types
b. Malaria
c. Flu Burung
Lainnya(gatal/de
mam berdarah,
d.
penyakit kulit, flu,
dan demam

11
-

79
-

7
3
6

Persen
(%)
18
8
15

3

21

23

59

82

18

Pelaku Usaha
SBW

25

N

Persen (%)
ya
Tidak
-

100

Persen (%)

-

-

-

-

-

-

DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN FISIK
Tabel 6. Dampak Sarang Burung Walet terhadap Lingkungan Fisik
Aparatur kec/desa
NO

1.

2.

3.

4.

Pernyataan
SBW penyebab
limbah padat/cair
SBW penyebab
Kebisingan
SBW Penyebab
penyakit antara
burung dengan
unggas
SBW Penyebab
penyakit antara
burung dengan
manusia

n

Persen (%)
1

2

3

17

100

0

0

17

65

0

17

0

17

76

Masyarakat
n

Pelaku Usaha SBW

Persen (%)
1

2

3

48

96

4

0

35

48

83

17

0

100

48

58

0

24

48

42

N

Persen (%)
1

2

22

73

27

0

0

22

9

91

0

19

23

22

0

100

0

35

23

22

5

95

0

Sumber : Data Primer Hasil Olah (2012)
Keterangan : 1 (setuju); 2 (tidak setuju); 3 (tidak tahu)

3

DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN SOSIAL
Tabel 7. Keberatan masyarakat terhadap keberadaan sarang burung walet
disekitar pemukiman penduduk
Aparatur kec/desa

NO Pernyataan

1.

Adanya
keberatan
masyarakat
terhadap
keberadaan
SBW/konflik
sosial

Masyarakat

Persen (%)

N

Pelaku Usaha SBW

Persen (%)
N

1

17 53

2

3

47

0

Persen (%)
N

1

48 29

2

3

71

0

22

1

2

3

9

86

5

Sumber data : Hasil Analisis (2012)
keterangan : 1 = Pernah; 2 = Tidak Pernah; 3 = Tidak Tahu

DAMPAK TERHADAP EKONOMI

Gambar 4. Usaha pelaku sarang burung walet
sebelum berusaha sarang burung walet

Tabel 8. Dampak peralihan usaha lama ke usaha walet
No
1

Pernyataan
Pelaku usaha walet masih
pempertahankan usaha lama

No
Pernyataan
Alasan mempertahankan usaha
lama
1. usaha walet dapat dikerjakan
bersama usaha lama
2.

3.

%

Pernyataan
Tidak mempertahankan
76 usaha lama

%
24

%

Pernyataan
%
Alasan tidak mempertahankan usaha
lama
walet dapat memenuhi
62
58
kebutuhan keluarga
Usaha lama tidak
menguntungkan

Usaha lama masih lebih
menguntungkan
dibandingkan usaha walet
Walet hanya usaha sampingan

33

-

-

Total

100

Total

100

5

Sumber : Data primer hasil olah (2012)

42

ya

tidak

sama saja

lainnya

18%
9%
9%

64%

Gambar 5. Porsentase peningkatan pendapatan (ekonomi) pelaku
usaha walet

Gambar 6. Porsentase perbaikan ekonomi pelaku usaha walet

Tabel 9.
Komponen
Hasil evaluasi
Lingkungan
dampak
penting akibat
Keberadaan
sarang
1. Fisik
burung walet

Dampak Penting Hipotetik
Tahap
Tahap Tahap Operasi Tahap
Prakontruk KonPasca
si
struksi
Operasi
1

2

-kebisingan
-limbah padat/cair
-kotoran burung
2. Sosial ekonomi
-Kesempatan kerja
-Peningkatan
pendapatan
-Konflik sosial
-presepsi dan sikap
masyarakat
3. Kesehatan
1. jenis penyakit
2. bau yang tidak
menyenangkan

1

X (-)

X (+)

X (+)
X (+)

X (+)

X (+)

X (+)

1

2

3

1

Kegiatan SBW

2

I.Tahap Prakonstruksi
(persiapan)
X (-)
1.Penerimaan
X (-)
X (-)
tenaga kerja
X (-)
2. Konsultasi publik/
sosialisasi
II.Tahap Kontruksi
x (-) X (+) 1.Pembangunan sarana
dan prasarana
X (+)
III. Tahap Operasi
X (-)
1. Menghidupkan alat
pemanggil burung
2. Masa Pembuatan
sarang SBW
3. panen
IV. Pasca Operasi
X (-)
1. Pemutusan hubungan
kerja
2. Pembongkaran
rumah walet

Usaha Pengelolaan Dampak Sarang Burung Walet
Tabel 10. Pengelolaan kotoran burung walet

No

1.

2.

3.

4.

Pernyataan

Kotoran di
Buang
Kotoran
burung
dibuat pupuk
Kotoran
Dibiarkan
saja
Lainnya
Total

Penggunaan Kotoran Sarang Burung Walet
Aparatur Kec/Desa
Masyarakat
Pelaku Usaha
Persen
persen
n
Persen (%)
n
n
(%)
(%)

Total
(n)

Persen
(%)

3

18

8

17

4

18

15

17

13

76

27

56

13

59

53

61

1

6

12

25

4

18

17

20

100

1
48

2
100

1
22

5
100

2
87

2
100

0
17

Sumber Data : Hasil Analisis (2012)

Tabel 11. Pengelolaan sarang burung walet melalui pembersihan sarang
Pembersihan Sarang Burung Walet
Aparatur Kec/Desa

Masyarakat

Pelaku Usaha

No Pernyataan
n

Persen
(%)

n

Persen
(%)

N

persen
(%)

Total Persen
(n)
(%)

1.

Pernah

11

65

15

31

22

100

48

55

2.

Tidak
Pernah

6

35

33

69

0

0

39

45

Total

17

100

48

100

22

100

87

100

Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2012)

Gambar 7. Porsentase Pembersihan sarang burung walet oleh
pelaku usaha

Tabel 12. Kepemilikan dokumen UKL-UPL pelaku usaha sarang burung walet
Kepemilikan UKL-UPL

No

Pernyataa
n

Aparatur
Kec/Desa
N

Masyarakat

Persen
n
(%)

Pelaku Usaha

Persen
(%)

n

persen
(%)

Total Persen
(n)
(%)

1.

Ada

0

0

0

0

2

9

2

2

2.

Tidak ada

17

100

48

100

20

91

85

98

Total

17

100

48

100

22

100

87

100

Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2012)

V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1. Kesimpulan
1. Keberadaan sarang burung walet dapat memberikan
dampak terhadap lingkungan fisik, lingkungan sosial
ekonomi, dan kesehatan
1. Hasil evaluasi dampak penting dari lingkungan fisik
yaitu kebisingan dan kotorang burung, lingkungan
sosial ekonomi yaitu kesempatan kerja, peningkatan
pendapatan, konflik sosial, serta presepsi dan sikap
masyarakat, dan lingkungan kesehatan yaitu
mempengaruhi berbagai jenis penyakit

• Upaya
pengelolaan
lingkungan
untuk
mengurangi dampak lingkungan , yaitu
dengan cara melakukan konsultasi publik atau
sosialisasi sebelum pelaku usaha sarang
burung walet berusaha sarang burung walet,
rutin melakukan pembersihan sarang burung
walet, mengatur waktu pembunyikan alat
suara pemanggil burung walet, dan kotoran
burung walet dibuat pupuk organik

5.2. Rekomendasi
1.

Pelaku usaha
Pelaku usaha sarang burung walet dalam mengatasi atau
mengendalikan dampak lingkungan diwajibkan agar sebelum
berusaha sarang burung walet harus memenuhi persyaratan
yang sesuai dengan syarat yang terdapat dalam perda No 14
Tahun 2012 tentang pengelolaan usaha sarang burung walet,
yaitu harus mendapat izin dari penduduk yang berada di
sekitar lokasi pembangunan rumah walet, berjarak 100 meter
dari rumah penduduk, dan membuat dokumen usaha
pengelolaan lingkungan dan usaha pemantauan lingkungan
(UKL-UPL) atau SPPL agar dapat meminimalisir dampak negatif
dan meningkatkan dampak positif.

2. Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah harus melakukan sosialisasi perda
no 14 tahun 2012 yang telah diterbitkan atau
diperlakukan terutama yang terkait dengan
persyaratan membangunan rumah walet dan
kewajiban-kewajiban para pelaku usaha dalam
berusaha sarang burung walet
Disarankan pemerintah daerah (instansi teknis yang
diberi kewenangan) sesering mungkin melakukan
pembinaan, pemantauan dan pengawasan ke pelaku
usaha sarang burung walet agar pelaku usaha dapat
menjalankan usaha dengan baik dan memenuhi
kewajiban-kewajibannya baik dalam mengatasi
dampak lingkungan (pengelolaan lingkungan) maupun
membayar retribusi (pajak)

3. Masyarakat
• Diharapkan kepada masyarakat sekitar usaha
sarang burung walet agar menjaga ketertiban
dan keamanan agar tidak terjadi konflik sosial
dengan pelaku usaha SBW
• Ikut melakukan pengawasan dan pemantauan
dampak yang ditimbulkan oleh sarang burung
walet disekitar lingkungannya