Formulasi Pasta Gigi yang Mengandung Minyak Kemangi (Ocimum Americanum L.)

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemangi

Kemangi adalah jenis sayur yang daunnya memiliki aroma yang khas. Kemangi juga dikenal sebagai sayuran yang dapat dimakan sebagai lalapan segar. Tanaman yang beraroma wangi ini dapat dimanfaatkan untuk menyegarkan bau badan dan bau mulut (Putriyanti, 2009).

Menurut Pitojo (1996) sistematika tumbuhan kemangi adalah sebagai berikut:

Divisio : Magnoliophyta Sub divisio : Angiospermae Kelas : Magnoliopsida Ordo : Lamiales Famili : Lamiaceae Genus : Ocimum

Spesies : Ocimum americanum L.

2.1.1 Morfologi dan budidaya kemangi

Kemangi merupakan tanaman semak semusim dengan tinggi 30-150 cm, batangnya berkayu, segi empat, beralur, bercabang, dan memiliki bulu berwarna hijau. Daunnya tunggal dan berwarna hijau, bersilang, berbentuk bulat telur, ujungnya runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi, dan pertulangan daun menyirip. Bunga majemuk berbentuk tandan memiliki bulu tangkai


(2)

pendek berwarna hijau, mahkota bunga berbentuk bulat telur dengan warna keunguan. Buah berbentuk kotak dan berwarna coklat tua, bijinya berukuran kecil, tiap buah terdiri dari empat biji yang berwarna hitam, akarnya tunggang dan berwarna putih kotor (Depkes RI, 2001).

Kemangi tahan terhadap cuaca panas dan dingin. Jika ditanam di daerah dingin daunnya lebih lebar dan lebih hijau, sedangkan di daerah panas daunnya kecil, tipis dan berwarna lebih pucat. Kemangi tidak menuntut syarat tumbuh yang rumit, sehingga dapat ditanam di berbagai daerah, khususnya yang bertanah asam.

Kemangi tumbuh pada tepi-tepi jalan, ladang dan sawah-sawah kering, dalam hutan jati, dan disemaikan di kebun-kebun. Tanaman ini dapat di temukan di seluruh pulau Jawa pada ketinggian 450-1100 meter di atas permukaan laut (Kharisma, 2002).

2.1.2. Kandungan dan manfaat kemangi

Kemangi mengandung minyak atsiri, asam askorbat, asam kafeat, iskulin, histidin, magnesium, beta karoten, dan betasitosterol (Putriyanti, 2009). Menurut Siemonsma dan Piluek (1994) komposisi gizi daun kemangi per 100 gram bahan mengandung air 87 gram, protein 3,3 gram, serat sebanyak 2 gram, unsur Ca 320 mg, unsur Fe 4,5 mg, dan vitamin C sebesar 27 mg.

Tanaman kemangi memiliki banyak manfaat yaitu dapat digunakan sebagai bumbu masakan karena aroma yang dihasilkan dari daun (Sulianti, 2008). Selain itu, daun kemangi juga bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Lalapan kemangi segar dapat mengatasi masalah bau badan, bau mulut, dan


(3)

ASI kurang subur (Rosadi, 2007). Tanaman kemangi juga dapat digunakan sebagai antipiretik, antiemetik, diuretik, dan kardiotonik (Muralidharan dan Dhananjayan, 2009).

Bagian-bagian dari tanaman kemangi juga dapat digunakan sebagai obat. Kegunaan dari bagian-bagian tanaman kemangi dapat dilihat pada Tabel 2.1 (Afrensi, 2007).

Tabel 2.1 Kegunaan dari bagian-bagian tanaman kemangi

Bagian Tanaman Kegunaan

Akar Penyakit kulit

Daun Tonikum, karminatif, stomatikum, obat borok, batuk, peluruh haid, demam, sariawan

Biji Penyakit mata, borok, sedatif, pencahar, sembelit, kejang perut

Semua bagian Pewangi, penambah nafsu makan, disentri, demam

2.1.3 Minyak kemangi

Simon (1992) menyatakan bahwa kemangi mengandung minyak atsiri yang dapat digunakan sebagai parfum, farmasi, dan industri makanan. Kandungan minyak atsiri kemangi meliputi metil kavikol, linalool, kamfor, sitral, dan eugenol. Menurut Ketaren (1985) hasil penyulingan kemangi menghasilkan rendemen minyak atsiri sekitar 0,2 % dengan kandungan yang terdiri atas sineol, metil kavikol, dan hidrokarbon bertitik rendah. Minyak kemangi banyak digunakan sebagai flavoring agent terutama pada kembang gula, bahan pangan, sambal sup, pasta tomat, asinan dan sebagai bumbu pada daging dan sosis. Minyak kemangi juga digunakan untuk campuran parfum dan pewangi sabun.


(4)

Minyak kemangi merupakan cairan yang berwarna kuning dan beraroma tajam khas kemangi. Sifat fisika kimia minyak kemangi (basil oil) menurut Ketaren (1985) yaitu:

Tabel 2.2 Sifat fisika kimia minyak kemangi

Karakteristik Nilai

Rendemen (%) 0,18 – 0,32 Bobot Jenis 15o/15oC 0,9246 – 0,9303 Putaran Optik (-)7o0 – (+)8o15’ Indeks Bias pada 20oC 1,49250 – 1,49497 Bilangan Asam 0,8 – 1,5

Selain sebagai flavoring agent, minyak kemangi juga berkhasiat sebagai antibakteri. Minyak kemangi telah menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus, Streptomyces pygoneses, Escherichia coli dan

Salmonella typhosa. Aktivitas antituberkular melawan Mycobacterium sp ditemukan pada konsentrasi 100 ppm minyak kemangi (Thaweebon dan Thaweebon, 2009).

Hasil peneltian Thaweebon & Thaweebon (2009) menunjukkan bahwa minyak kemangi memilki akitvitas antibakteri terhadap bakteri oral terutama S. mutans dan L. casei. Minyak kemangi mungkin dapat digunakan sebagai komponen dalam produk perawatan oral seperti obat kumur dan pasta gigi karena telah terbukti dapat melawan bakteri oral.

2.2 Rongga Mulut

Rongga mulut dilapisi oleh membran mukosa yang berfungsi untuk melapisi dan melindungi jaringan yang ada di bawahnya. Membran mukosa


(5)

menghasilkan cairan yang disebut mukus yang berfungsi menjaga rongga mulut agar selalu lembab. Mulut terdiri dari beberapa bagian yaitu:

1. Bibir

Bibir terdiri dari dua bagian, yaitu bagian yang tertutup kulit di bagian luar dan bagian yang tertutup membran mukosa di bagian dalam. Bibir mempunyai peran dalam proses bicara dan makan, serta memiliki fungsi estetik atau keindahan. Bibir dan pipi berfungsi menutup rongga mulut agar makanan atau air ludah tidak keluar dari rongga mulut.

2. Langit-langit atau palatum

Merupakan atap dari rongga mulut yang membatasi rongga mulut dan rongga hidung di atasnya. Langit-langit terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang keras di sebelah depan, dan bagian lunak di belakangnya.

Pada bagian langit-langit lunak terdapat uvula yang menggantung di belakang mulut. Ketika menelan makanan, langit-langit lunak akan menutup saluran ke hidung sehingga makanan tidak masuk ke hidung.

3. Lidah

Lidah merupakan suatu organ yang berisi jaringan otot yang menempel pada dasar mulut. Pada permukaannya terdapat tonjolan-tonjolan yang disebut papil lidah, dimana terdapat indra perasa. Selain berperan sebagai indra perasa, lidah juga berperan penting dalam proses fonasi atau berbicara, proses pengunyahan (membantu mengatur posisi makanan di dalam mulut), dan proses penelanan makanan.


(6)

4. Dasar mulut

Bagian bawah lidah disebut sebagai dasar mulut. Disitu terdapat lubang yang merupakan muara dari kelenjar saliva. Selain di dasar mulut, muara kelenjar saliva juga terdapat di dinding pipi kanan dan kiri bagian atas sebelah belakang.

Kelenjar saliva menghasilkan saliva atau air ludah yang mengandung enzim amilase. Enzim ini berfungsi untuk memecah karbohidrat di dalam makanan agar lebih mudah dicerna. Selain itu saliva, juga berfungsi menjaga kelembaban gigi dan mulut, membersihkan sisa makanan yang tertinggal dan menjaga tingkat keasaman di mulut agar tetap rendah.

5. Gigi

Gigi merupakan suatu organ keras yang fungsi utamanya adalah mengunyah makanan. Gigi tertanam di tulang alveolar, yaitu suatu tulang yang menempel di permukaan tulang rahang. Tulang alveolar yang ditutupi oleh gusi berfungsi menopang gigi agar gigi dapat berdiri dengan kokoh. Tulang alveolar dan gusi merupakan bagian dari jaringan periodontal yaitu jaringan yang berfungsi sebagai pendukung atau penopang gigi (Ramadhan, 2010).

2.2.1 Struktur gigi

Manusia memiliki 2 susunan gigi: gigi primer (desiduos atau gigi susu) dan gigi sekunder (permanen).

a. Gigi primer dalam setengah lengkung gigi (dimulai dari ruang diantara dua gigi depan) terdiri dari dua gigi seri, satu taring, dua geraham (molar), untuk total keseluruhan 20 gigi.


(7)

b. Gigi sekunder mulai keluar pada usia lima sampai enam tahun. Setengah dari lengkung gigi terdiri dari dua gigi seri, satu taring, dua premolar (bikuspid), dan tiga geraham (trikuspid), untuk total keseluruhan 32 buah.

Gambar 2.1 Struktur gigi (Poucher, 2000)

Sebuah gigi mempunyai mahkota, leher dan akar. Gigi terbuat dari bahan yang sangat keras yaitu dentin. Bagian gigi yang menjulang di atas gusi ditutupi email yang jauh lebih keras daripada dentin. Komponen gigi sebagai berikut:

a. Mahkota adalah bagian gigi yang terlihat.

b. Akar gigi merupakan bagian gigi yang tertanam ke dalam prosesus (kantong) alveolar tulang rahang.

c. Mahkota dan akar bertemu pada leher yang diselubungi gingiva (gusi) d. Membran periodontal merupakan jaringan ikat yang melapisi kantong

alveolar dan melekat pada sementum di akar. Membran ini menahan gigi di rahang.

mahkota email dentin Gingiva (gusi)

pulpa sementum


(8)

e. Rongga pulpa dalam mahkota melebar ke dalam saluran akar, berisi pulpa gigi yang mengandung pembuluh darah dan saraf. Saluran akar membuka ke tulang melalui foramen apikal (Sloane, 2004).

2.2.2 Bau mulut

Masalah bau mulut atau bau nafas tidak sedap dapat menjadi masalah dalam pergaulan sehari-hari karena menyebabkan orang lain menjaga jarak dan menghindar. Bau mulut juga dapat menjadi pertanda gangguan atau penyakit tertentu (Wijayakusuma, 2008).

Penyebab bau mulut bisa disebabkan oleh beberapa hal. Namun penyebab bau mulut yang paling sering adalah masalah kebersihan mulut. Brikut ini adalah hal-hal yang bisa menimbulkan kondisi bau mulut (Ramadhan, 2010):

1. Masalah gigi

Kebersihan mulut yang buruk dan penyakit periodontal bisa menjadi sumber terjadinya bau mulut. Jika rongga mulut tidak dibersihkan dengan menyikat gigi, plak yang berisi bakteri akan semakin menumpuk. Selain berbahya bagi kesehatan gigi dan gusi, bakteri-bakteri ini bisa mengeluarkan senyawa sulfur yang bisa membuat nafas “harum semerbak”.

2. Makanan

Partikel-partikel makanan yang tertinggal di dalam mulut bisa menimbulkan bau yang tidak enak. Beberapa makanan tertentu seperti bawang putih dan bawang bombay mengandung suatu senyawa yang bisa menimbulkan bau. Ketika makanan-makanan seperti ini dicerna dan senyawa tersebut masuk ke


(9)

dalam peredaran darah, senyawa ini akan dibawa ke dalam paru-paru dan bisa menimbulkan bau ketika berbicara. Selain dari makanan, minuman alkohol juga bekerja dengan cara yang sama dalam menimbulkan bau mulut.

3. Mulut kering

Air ludah membantu melembabkan dan menjaga kebersihan mulut. Jika produksi air ludah berkurang, plak dan karang gigi semakin mudah terbentuk. sel yang sudah mati juga akan menumpuk pada gusi, lidah, dan pipi. Sel-sel ini akan terurai dan menghasilkan bau yang tidak enak. Mulut kering biasanya terjadi secara alami ketika bagun tidur. Hal inilah yang menyebabkan bau mulut ketika bangun tidur di pagi hari. Kebiasaan bernafas lewat mulut, merokok, dan obat-obatan tertentu juga bisa menyebabkan mulut kering.

4. Penyakit

Ada berbagai penyakit yang bisa mengakibatkan timbulnya bau mulut, diantaranya, infeksi pada rongga mulut dan saluran pernafasan, penyakit hati, ginjal, diabetes dan hiatal hernia.

5. Kebiasaan merokok

Merokok bisa mengakibatkan mulut kering dan menimbulkan bau yang khas dari rokok. Kebiasaan ini juga meningkatkan resiko terjadinya penyakit periodontal yang juga berhubungan dengan bau mulut.

6. Diet yang berlebihan

Diet dan puasa juga bisa menimbulkan bau mulut akibat proses ketoasidosis, pemecahan suatu senyawa yang terjadi selama berpuasa.


(10)

Karena bau mulut paling sering disebabkan oleh masalah kebersihan mulut, maka bau mulut dapat dicegah dengan menjaga kebersihan dan kesehatan rongga mulut. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah bau mulut (Ramadhan, 2010):

• Menyikat gigi secara teratur terutama setelah makan. Penggunaan obat kumur biasanya hanya menyegarkan nafas secara sementara. Tanpa menyikat gigi, obat kumur tidak akan efektif menghilangkan bau mulut.

• Menyikat lidah bisa dengan menggunakan sikat gigi ataupun sikat lidah. Sikatlah permukaan lidah sebanyak 5 sampai 15 gosokan, terutama bagian tengah lidah.

• Apabila menggunakan kawat gigi lepasan ataupun gigi tiruan lepasan, bersihkan alat-alat ini secara rutin.

• Jagalah agar mulut tetap lembab dengan cara minum air putih yang cukup (bukan kopi ataupun softdrink), atau dengan mengunyah permen karet atau menghisap permen (sebaiknya yang tidak mengandung gula).

• Gantilah sikat gigi dengan yang baru setiap 3 bulan sekali.

• Lakukan pemeriksaan gigi di dokter gigi minimal setiap 6 bulan sekali.

2.3 Pasta Gigi

Pasta gigi adalah campuran bahan penggosok, pembersih dan tambahan yang digunakan untuk membantu membersihkan gigi tanpa merusak gigi maupun membran mukosa mulut (Dewan Standarisasi Nasional, 1995).


(11)

Syarat mutu pasta gigi (Dewan Standarisasi Nasional, 1995) sebagai berikut:

Tabel 2.3 Syarat mutu pasta gigi

No Jenis Uji Satuan Syarat

1 Sukrosa atau karbohidrat

lain yang terfermentasi - Negatif

2 pH - 4,5-10,5

3 Cemaran logam a. Pb b. Hg c. As ppm ppm ppm Maksimal 5,0 Maksimal 0,02 Maksimal 2,0 4 Cemaran mikroba a. Angka lempeng total b. E.coli

- -

<105 Negatif

5 Zat Pengawet Sesuai dengan yang diijinkan Dept Kes

6 Formaldehida maks

sebagai formaldehida bebas % 0,1

7 Flour bebas Ppm 800-1500

8 Zat warna - Sesuai dengan yang diijinkan Dept Kes

9

Organoleptik a. Keadaan

b. Benda Asing

Harus lembut, serba sama (homogen) tidak terlihat adanya gelembung udara, gumpalan, dan partikel yang terpisah.

Tidak tampak

2.3.1 Fungsi pasta gigi

Secara umum fungsi pasta gigi dapat disimpulkan sebagai berikut:

• menghilangkan plak.

• mengurangi kerusakan gigi akibat karies gigi.

• memberikan efek lain, seperti: mengurangi rasa nyeri akibat pencabutan gigi, dan sebagainya.


(12)

• membersihkan gigi dan memberikan rasa segar pada mulut (Cawson dan Spector, 1985).

2.3.2 Bahan pasta gigi

Pada umumnya pasta gigi mengandung bahan abrasif, surfaktan, humektan, bahan pengikat, pemanis, bahan pewangi dan perasa serta bahan minor lainnya seperti pewarna dan pengawet (Poucher, 2000).

Di bawah ini adalah komposisi umum dan kandungan bahan aktif yang biasa diaplikasikan ke dalam pasta gigi:

a. Bahan Abrasif

Bahan abrasif yang terdapat dalam pasta gigi umumnya berbentuk bubuk pembersih yang dapat memolish dan menghilangkan stain dan plak. Bentuk dan jumlah bahan abrasif dalam pasta gigi membantu untuk menambah kekentalan pasta gigi. Contoh bahan abrasif ini antara lain silika atau silika hidrat, sodium bikarbonat, aluminium oksid, dikalsium fosfat dan kalsium karbonat (Siregar, dkk., 2011).

Kalsium karbonat adalah salah satu abrasif yang paling sering digunakan dalam pasta gigi. Endapan kalsium karbonat (kapur) tersedia dengan warna putih atau semi putih dan ukuran serta bentuk kristal yang bervariasi, tergantung kondisi pembuatannya. Karena kandungan kalsium maka endapan kalsium karbonat tidak kompatibel bila dicampurkan dengan natrium fluorida, tetapi sedikit lebih stabil dengan natrium monofluoropospat. Kalsium karbonat juga digunakan pada konsentrasi antara 30% dan 50% untuk memberikan tekstur pasta yang relatif baik (Poucher, 2000).


(13)

b. Surfaktan

Surfaktan digunakan dalam pasta gigi untuk membantu penetrasi film pada permukaan gigi dengan menurunkan tegangan permukaan. Surfaktan juga memberikan manfaat sekunder dengan menghasilkan busa untuk membersihkan dan menghapus debris.

Surfaktan yang digunakan dalam pasta gigi tidak boleh beracun dan non-iritasi untuk mukosa oral dalam kondisi normal. Hal ini membatasi pilihan bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai surfaktan.

Awalnya, sabun yang digunakan sebagai surfaktan, tetapi sabun sangat alkali sehingga tidak sesuai dengan beberapa komponen lain dari pasta. Selain itu, sabun juga dapat mempengaruhi rasa produk karena memiliki bau yang tidak enak dan rasa pahit. Oleh karena itu, bahan sintetis lebih disukai karena memiliki daya berbusa lebih baik, dan lebih kompatibel dengan bahan lain karena memiliki rentang pH yang umumnya netral. Bahan sintetis juga tersedia dengan tingkat kemurnian yang tinggi sehingga dapat menghilangkan beberapa komponen rasa pahit. Secara umum, surfaktan digunakan pada konsentrasi sekitar 1-2% dari berat pasta gigi (Poucher, 2000).

Surfaktan yang banyak terdapat dalam pasta gigi di pasaran adalah Sodium Lauryl Sulfat (SLS) yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan, mengemulsi (melarutkan lemak) dan memberikan busa sehingga pembuangan plak, debris, material alba dan sisa makanan menjadi lebih mudah. SLS ini juga memiliki efek antibakteri (Siregar, dkk., 2011).


(14)

c. Humektan

Humektan digunakan untuk mencegah pasta kering dan mengeras. Humektan juga memberikan penampilan pasta yang mengkilat. Contoh humektan antara lain gliserin, sorbitol, propilen glikol dan xylitol. Humektan biasanya digunakan dalam pasta gigi pada konsentrasi 10-30%.

Gliserin merupakan humektan yang paling umum digunakan dalam pasta gigi. Penggunaan gliserin sebagai humektan dapat menghasilkan produk mengkilat. Gliserin stabil, tidak beracun, tersedia dalam bentik sintesis dan alami, dan memberikan rasa manis untuk pasta.

d. Bahan Pengikat

Bahan pengikat adalah koloid hidrofil yang dapat terdispersi dan mengembang dalam fase air pasta gigi dan diperlukan untuk menjaga kestabilan pasta, mencegah pemisahan fase solid dan liquid pada pasta gigi. Pemilihan bahan pengikat dapat mempengaruhi dispersibilitas pasta di dalam mulut, pembentukan busa dan pelepasan komponen perasa. Beberapa formulasi mengkombinasikan beberapa bahan pengikat untuk mencapai tekstur yang diinginkan konsumen. Konsentrasi pengunaan bahan pengikat dalam pasta gigi bervariasi antara 0,5-2,0%. Contoh bahan pengikat antara lain Sodium Carboximethyl Cellulose (CMC), karagenan, xanthan gum, gom arab, dll. e. Pemanis

Bahan ini penting bagi penerimaan produk, karena produk akhir harus tidak terlalu manis atau terlalu pahit. Pengunaan bahan-bahan ini harus diperhatikan efek kombinasinya dengan bahan perasa.


(15)

Sakarin adalah bahan pemanis yang paling sering digunakan secara komersil, dan umumnya digunakan pada konsentrasi antara 0,05-0,5%.

f. Bahan pewangi dan perasa

Bahan ini merupakan bagian penting dari pasta gigi karena mempengaruhi kesukaan konsumen. Secara umum digunakan rasa mint pada pasta gigi.

Bahan pewangi dan perasa umumnya merupakan campuran dari berbagai minyak yang cocok seperti peppermint dan spearmint. Minyak yang juga sering digunakan adalah minyak yang mengandung thymol, anethole, mentol (untuk memberikan efek pendinginan menyenangkan), eugenol (minyak cengkeh). Minyak kayu manis, eucalyptol, adas manis, dan wintergreen juga digunakan sebagai bahan perasa pada pasta gigi yang juga dapat memberikan efek antibakteri (Poucher, 2000).

g. Pewarna

Kebanyakan pasta gigi mengandung zat warna untuk memberikan penampilan yang menarik. Zat warna yang digunakan adalah yang diklasifikasikan oleh Colour Index (CI), atau dengan sistem yang disebut F D & C Colours. Titanium Dioksida sering ditambahkan ke pasta gigi untuk memberi warna putih buram (Storehagen, et al., 2003).

h. Pengawet

Pengawet mencegah pertumbuhan mikro-organisme dalam pasta gigi. Bahan pengawet yang umum digunakan adalah natrium benzoat, metil paraben dan etil paraben (Storehagen, et al., 2003).


(1)

Karena bau mulut paling sering disebabkan oleh masalah kebersihan mulut, maka bau mulut dapat dicegah dengan menjaga kebersihan dan kesehatan rongga mulut. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah bau mulut (Ramadhan, 2010):

• Menyikat gigi secara teratur terutama setelah makan. Penggunaan obat kumur biasanya hanya menyegarkan nafas secara sementara. Tanpa menyikat gigi, obat kumur tidak akan efektif menghilangkan bau mulut.

• Menyikat lidah bisa dengan menggunakan sikat gigi ataupun sikat lidah. Sikatlah permukaan lidah sebanyak 5 sampai 15 gosokan, terutama bagian tengah lidah.

• Apabila menggunakan kawat gigi lepasan ataupun gigi tiruan lepasan, bersihkan alat-alat ini secara rutin.

• Jagalah agar mulut tetap lembab dengan cara minum air putih yang cukup (bukan kopi ataupun softdrink), atau dengan mengunyah permen karet atau menghisap permen (sebaiknya yang tidak mengandung gula).

• Gantilah sikat gigi dengan yang baru setiap 3 bulan sekali.

• Lakukan pemeriksaan gigi di dokter gigi minimal setiap 6 bulan sekali.

2.3 Pasta Gigi

Pasta gigi adalah campuran bahan penggosok, pembersih dan tambahan yang digunakan untuk membantu membersihkan gigi tanpa merusak gigi maupun membran mukosa mulut (Dewan Standarisasi Nasional, 1995).


(2)

Syarat mutu pasta gigi (Dewan Standarisasi Nasional, 1995) sebagai berikut:

Tabel 2.3 Syarat mutu pasta gigi

No Jenis Uji Satuan Syarat

1 Sukrosa atau karbohidrat

lain yang terfermentasi - Negatif

2 pH - 4,5-10,5

3 Cemaran logam a. Pb b. Hg c. As ppm ppm ppm Maksimal 5,0 Maksimal 0,02 Maksimal 2,0 4 Cemaran mikroba a. Angka lempeng total b. E.coli

- -

<105 Negatif

5 Zat Pengawet Sesuai dengan yang diijinkan Dept Kes

6 Formaldehida maks

sebagai formaldehida bebas % 0,1

7 Flour bebas Ppm 800-1500

8 Zat warna - Sesuai dengan yang diijinkan Dept Kes

9

Organoleptik a. Keadaan

b. Benda Asing

Harus lembut, serba sama (homogen) tidak terlihat adanya gelembung udara, gumpalan, dan partikel yang terpisah.

Tidak tampak

2.3.1 Fungsi pasta gigi

Secara umum fungsi pasta gigi dapat disimpulkan sebagai berikut:

• menghilangkan plak.

• mengurangi kerusakan gigi akibat karies gigi.

• memberikan efek lain, seperti: mengurangi rasa nyeri akibat pencabutan gigi, dan sebagainya.


(3)

• membersihkan gigi dan memberikan rasa segar pada mulut (Cawson dan Spector, 1985).

2.3.2 Bahan pasta gigi

Pada umumnya pasta gigi mengandung bahan abrasif, surfaktan, humektan, bahan pengikat, pemanis, bahan pewangi dan perasa serta bahan minor lainnya seperti pewarna dan pengawet (Poucher, 2000).

Di bawah ini adalah komposisi umum dan kandungan bahan aktif yang biasa diaplikasikan ke dalam pasta gigi:

a. Bahan Abrasif

Bahan abrasif yang terdapat dalam pasta gigi umumnya berbentuk bubuk pembersih yang dapat memolish dan menghilangkan stain dan plak. Bentuk dan jumlah bahan abrasif dalam pasta gigi membantu untuk menambah kekentalan pasta gigi. Contoh bahan abrasif ini antara lain silika atau silika hidrat, sodium bikarbonat, aluminium oksid, dikalsium fosfat dan kalsium karbonat (Siregar, dkk., 2011).

Kalsium karbonat adalah salah satu abrasif yang paling sering digunakan dalam pasta gigi. Endapan kalsium karbonat (kapur) tersedia dengan warna putih atau semi putih dan ukuran serta bentuk kristal yang bervariasi, tergantung kondisi pembuatannya. Karena kandungan kalsium maka endapan kalsium karbonat tidak kompatibel bila dicampurkan dengan natrium fluorida, tetapi sedikit lebih stabil dengan natrium monofluoropospat. Kalsium karbonat juga digunakan pada konsentrasi antara 30% dan 50% untuk memberikan tekstur pasta yang relatif baik (Poucher, 2000).


(4)

b. Surfaktan

Surfaktan digunakan dalam pasta gigi untuk membantu penetrasi film pada permukaan gigi dengan menurunkan tegangan permukaan. Surfaktan juga memberikan manfaat sekunder dengan menghasilkan busa untuk membersihkan dan menghapus debris.

Surfaktan yang digunakan dalam pasta gigi tidak boleh beracun dan non-iritasi untuk mukosa oral dalam kondisi normal. Hal ini membatasi pilihan bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai surfaktan.

Awalnya, sabun yang digunakan sebagai surfaktan, tetapi sabun sangat alkali sehingga tidak sesuai dengan beberapa komponen lain dari pasta. Selain itu, sabun juga dapat mempengaruhi rasa produk karena memiliki bau yang tidak enak dan rasa pahit. Oleh karena itu, bahan sintetis lebih disukai karena memiliki daya berbusa lebih baik, dan lebih kompatibel dengan bahan lain karena memiliki rentang pH yang umumnya netral. Bahan sintetis juga tersedia dengan tingkat kemurnian yang tinggi sehingga dapat menghilangkan beberapa komponen rasa pahit. Secara umum, surfaktan digunakan pada konsentrasi sekitar 1-2% dari berat pasta gigi (Poucher, 2000).

Surfaktan yang banyak terdapat dalam pasta gigi di pasaran adalah Sodium Lauryl Sulfat (SLS) yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan, mengemulsi (melarutkan lemak) dan memberikan busa sehingga pembuangan plak, debris, material alba dan sisa makanan menjadi lebih mudah. SLS ini juga memiliki efek antibakteri (Siregar, dkk., 2011).


(5)

c. Humektan

Humektan digunakan untuk mencegah pasta kering dan mengeras. Humektan juga memberikan penampilan pasta yang mengkilat. Contoh humektan antara lain gliserin, sorbitol, propilen glikol dan xylitol. Humektan biasanya digunakan dalam pasta gigi pada konsentrasi 10-30%.

Gliserin merupakan humektan yang paling umum digunakan dalam pasta gigi. Penggunaan gliserin sebagai humektan dapat menghasilkan produk mengkilat. Gliserin stabil, tidak beracun, tersedia dalam bentik sintesis dan alami, dan memberikan rasa manis untuk pasta.

d. Bahan Pengikat

Bahan pengikat adalah koloid hidrofil yang dapat terdispersi dan mengembang dalam fase air pasta gigi dan diperlukan untuk menjaga kestabilan pasta, mencegah pemisahan fase solid dan liquid pada pasta gigi. Pemilihan bahan pengikat dapat mempengaruhi dispersibilitas pasta di dalam mulut, pembentukan busa dan pelepasan komponen perasa. Beberapa formulasi mengkombinasikan beberapa bahan pengikat untuk mencapai tekstur yang diinginkan konsumen. Konsentrasi pengunaan bahan pengikat dalam pasta gigi bervariasi antara 0,5-2,0%. Contoh bahan pengikat antara lain Sodium Carboximethyl Cellulose (CMC), karagenan, xanthan gum, gom arab, dll. e. Pemanis

Bahan ini penting bagi penerimaan produk, karena produk akhir harus tidak terlalu manis atau terlalu pahit. Pengunaan bahan-bahan ini harus diperhatikan efek kombinasinya dengan bahan perasa.


(6)

Sakarin adalah bahan pemanis yang paling sering digunakan secara komersil, dan umumnya digunakan pada konsentrasi antara 0,05-0,5%.

f. Bahan pewangi dan perasa

Bahan ini merupakan bagian penting dari pasta gigi karena mempengaruhi kesukaan konsumen. Secara umum digunakan rasa mint pada pasta gigi.

Bahan pewangi dan perasa umumnya merupakan campuran dari berbagai minyak yang cocok seperti peppermint dan spearmint. Minyak yang juga sering digunakan adalah minyak yang mengandung thymol, anethole, mentol (untuk memberikan efek pendinginan menyenangkan), eugenol (minyak cengkeh). Minyak kayu manis, eucalyptol, adas manis, dan wintergreen juga digunakan sebagai bahan perasa pada pasta gigi yang juga dapat memberikan efek antibakteri (Poucher, 2000).

g. Pewarna

Kebanyakan pasta gigi mengandung zat warna untuk memberikan penampilan yang menarik. Zat warna yang digunakan adalah yang diklasifikasikan oleh Colour Index (CI), atau dengan sistem yang disebut F D & C Colours. Titanium Dioksida sering ditambahkan ke pasta gigi untuk memberi warna putih buram (Storehagen, et al., 2003).

h. Pengawet

Pengawet mencegah pertumbuhan mikro-organisme dalam pasta gigi. Bahan pengawet yang umum digunakan adalah natrium benzoat, metil paraben dan etil paraben (Storehagen, et al., 2003).