Formulasi Pasta Gigi yang Mengandung Minyak Kemangi (Ocimum Americanum L.)

(1)

FORMULASI PASTA GIGI YANG MENGANDUNG

MINYAK KEMANGI (Ocimum americanum L.)

SKRIPSI

OLEH: NASTITI WIDANTY

NIM 091501046

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

FORMULASI PASTA GIGI YANG MENGANDUNG

MINYAK KEMANGI (Ocimum americanum L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas SumateraUtara

OLEH: NASTITI WIDANTY

NIM 091501046

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

FORMULASI PASTA GIGI YANG MENGANDUNG

MINYAK KEMANGI (Ocimum americanum L.)

OLEH:

NASTITI WIDANTY NIM 091501046

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal: 9 Mei 2014

Pembimbing I, Panitia Penguji:

Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. Prof. Dr. Karsono, Apt.

NIP 196005111989022001 NIP 195409091982011001

Pembimbing II, Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt.

NIP 196005111989022001

Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt.

NIP 195107031977102001 NIP 195011171980022001

Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt. NIP 195306251986012001

Medan, Juni 2014 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,


(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim,

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

penyusunan skripsi yang berjudul “Formulasi Pasta Gigi yang Mengandung

Minyak Kemangi (Ocimum americanum L.)”. Skripsi ini disusun untuk

melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

Bapak Dekan Fakultas Farmasi Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., yang

telah memberikan fasilitas kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

pendidikan. Kepada Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Djendakita

Purba, M.Si., Apt., yang telah membimbing penulis dengan sabar sehingga

penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Kepada Ibu Dwi Lestari P., S.Si.,

M.Si., Apt., selaku penasehat akademik yang telah memberikan nasehat dan

arahan kepada penulis selama masa perkuliahan dan Bapak/Ibu Pembantu

Dekan, Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU atas ilmu yang

telah diberikan. Kepada Bapak Prof. Dr. Karsono, Apt., Ibu Dra. Fat Aminah,

M.Sc., Apt., dan Ibu Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., selaku dosen penguji

yang telah memberikan saran, arahan, kritik dan masukan kepada penulis


(5)

Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih serta penghargaan

yang tulus dan tak terhingga kepada orangtua tersayang Ayahanda Swis

Erwanto dan Ibunda Maidasri Nur atas doa dan dukungan baik moril maupun

materil, adik tersayang Nadya dan Prasetyo, kerabat-kerabat, dan teman-teman

semua atas motivasi dan segala bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata

penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan

khususnya di bidang Farmasi.

Medan, 9 Mei 2014

Penulis,

Nastiti Widanty NIM 091501046


(6)

FORMULASI PASTA GIGI YANG MENGANDUNG MINYAK KEMANGI (Ocimum americanum L.)

ABSTRAK

Dalam bidang kesehatan mulut, salah satu masalah yang sering dihadapi adalah bau mulut karena adanya plak gigi. Menyikat gigi merupakan suatu kontrol plak. Pewangi merupakan salah satu bagian penting dari pasta gigi karena mempengaruhi daya terima konsumen. Salah satu herbal yang dapat digunakan sebagai bahan pewangi adalah kemangi (Ocimum americanum L.). Minyak kemangi memiliki wangi yang khas dan dapat membunuh mikroorganisme oral sehingga dapat dimanfaatkan untuk menyegarkan bau mulut. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dapat atau tidaknya minyak kemangi diformulasikan dalam sediaan pasta gigi dan penerimaan konsumen terhadap pasta gigi yang mengandung minyak kemangi.

Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Minyak kemangi diformulasikan dalam sediaan pasta gigi dengan konsentrasi minyak kemangi yang digunakan adalah 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; dan 0,5%. Komposisi pasta gigi terdiri dari kalsium karbonat, kalsium hidroksida, magnesium karbonat, gliserin, gom arab, SLS, asam sitrat, sakarin, metil paraben, akuades dan pewarna hijau. Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan yaitu: uji homogenitas, pemeriksaan warna, kemampuan menyebar, pengukuran pH, uji organoleptis sediaan berupa pemeriksaan aroma, mempertahankan bentuk, daya alir, dan stabilitas penyimpanan, uji penerimaan konsumen terhadap pasta gigi mengenai warna, aroma, rasa dan tekstur.

Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan pasta gigi yang dihasilkan semuanya homogen. Sediaan pasta gigi mempunyai pH 8,53 – 8,76 dan tidak mengalami perubahan pH selama penyimpanan, stabil dalam penyimpanan selama 12 minggu. Semua sediaan mempunyai kemampuan menyebar 5,2 – 5,5 cm. Dari hasil uji organoleptis dan penerimaan konsumen maka produk yang paling disukai adalah pasta gigi yang mengandung minyak kemangi 0,4% (F4) dan 0,5% (F5). Produk mudah dipencet dari tube, dapat mempertahankan bentuknya pada sikat gigi dan menghasilkan wangi di mulut. Dapat disimpulkan bahwa minyak kemangi dapat diformulasi dalam sediaan pasta gigi dan semakin besar konsentrasi minyak kemangi yang digunakan maka semakin kuat aroma pasta gigi sehingga menambah daya terima oleh konsumen.


(7)

FORMULATION OF TOOTHPASTE CONTAINING BASIL OIL (Ocimum americanum L.)

ABSTRACT

In the field of oral health, one of the problems often encountered is bad breath due to dental plaque. Brushing teeth is a plaque control. Deodorizer is one of important parts of the toothpaste because it affects the consumer preference. One of herbs that can be used as a deodorizer is basil (Ocimum americanum L.). Basil oil has a distinctive aroma and can inhibit the growth of oral microorganisms that can be used to freshen bad breath. Goals of this research were to find out whether basil oil can be formulated in toothpaste and consumer acceptance of toothpaste containing basil oil.

Method of this research was experimental research. Basil oil was formulated in toothpaste by using 0.1; 0.2; 0.3; 0.4; and 0.5% concentration of basil oil. Compositions of toothpaste were calsium carbonate, calsium hydroxide, magnesium carbonate, glycerin, guar gum, SLS, citric acid, saccharin, methyl paraben, distilled water and green dye. Some tests had been done to the preparations including: homogeneity test, colour examination, spread ability determination, pH determination, organoleptic test included aroma, shape retention, threading property and storage stability, consumer preference test of colour, aroma, taste and texture.

The result of homogeneity test showed that all of toothpaste preparations were homogenous. Preparations had pH value 8.53 – 8.76 and didn’t have pH change in storage, were stable in storage for 12 weeks. All the preparations had spread ability value 5.2 - 5.5 cm. The results of organoleptic and consumer preference test showed that the most preferred products were toothpaste containing basil oil 0.4% (F4) and 0.5% (F5). The products were easy to squeeze out of the tube, retained its shape on the toothbrush and freshened mouth. Therefore, it could be concluded that basil oil could be formulated in toothpaste and the higher concentration of basil oil was used, the stronger aroma of toothpaste so rose the consumer preference.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Kemangi ... 5

2.1.1 Morfologi dan budidaya kemangi ... 5

2.1.2 Kandungan dan manfaat kemangi ... 6


(9)

2.2 Rongga Mulut ... 8

2.2.1 Struktur gigi ... 10

2.2.2 Bau mulut ... 12

2.3 Pasta Gigi ... 14

2.3.1 Fungsi pasta gigi ... 15

2.3.2 Bahan pasta gigi ... 16

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Alat-Alat ... 20

3.2 Bahan-Bahan ... 20

3.3 Pemeriksaan Standar Mutu Minyak Kemangi ... 20

3.4 Formulasi Sediaan Pasta Gigi ... 21

3.4.1 Formula standar ... 21

3.4.2 Formula modifikasi ... 21

3.4.3 Pembuatan sediaan pasta gigi ... 23

3.5 Pemeriksaan Pasta Gigi ... 24

3.5.1 Pemeriksaan homogenitas ... 24

3.5.2 Pemeriksaan warna ... 24

3.5.3 Pemeriksaan kemampuan menyebar ... 24

3.5.4 Pemeriksaan pH ... 25

3.5.5 Pemeriksaan angka lempang total (ALT) ... 25

3.5.6 Pemeriksaan stabilitas sediaan ... 26

3.5.7 Uji organoleptis ... 26


(10)

3.5.7.2 Uji organoleptis oleh sukarelawan ... 26

3.5.8 Uji penerimaan konsumen ... 28

3.6 Bagan Alur Penelitian ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

4.1 Hasil Pemeriksaan Standar Mutu Minyak Kemangi ... 31

4.2 Hasil Pemeriksaan Pasta Gigi ... 31

4.2.1 Homogenitas sediaan ... 32

4.2.2 Warna sediaan ... 33

4.2.3 Kemampuan menyebar sediaan ... 34

4.2.4 pH sediaan ... 35

4.2.5 Angka lempang total (ALT) sediaan ... 37

4.2.6 Pemeriksaan stabilitas sediaan ... 38

4.2.7 Uji organoleptis ... 39

4.2.7.1 Uji organoleptis oleh peneliti ... 39

4.2.7.2 Uji organoleptis oleh sukarelawan ... 40

4.2.8 Uji penerimaan konsumen ... 43

4.2.8.1 Uji penerimaan konsumen terhadap warna ... 43

4.2.8.2 Uji penerimaan konsumen terhadap aroma ... 44

4.2.8.3 Uji penerimaan konsumen terhadap rasa .. 46

4.2.8.4 Uji penerimaan konsumen terhadap tesktur ... 47


(11)

5.2 Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Kegunaan dari bagian-bagian tanaman kemangi ... 7

2.2 Sifat fisika kimia minyak kemangi ... 8

2.3 Syarat mutu pasta gigi ... 15

3.1 Formula sediaan pasta gigi ... 23

4.1 Hasil pemeriksaan standar mutu minyak kemangi ... 31

4.2 Data pengamatan warna sediaan selama penyimpanan ... 33

4.3 Data pengukuran kemampuan menyebar sediaan ... 34

4.4 Data pengukuran pH sediaan pada saat selesai dibuat ... 36

4.5 Data pengukuran pH sediaan setelah penyimpanan 12 minggu ... 36

4.6 Data penentuan angka lempeng total (ALT) sediaan ... 37

4.7 Data pengamatan stablitas sediaan (pemisahan komponen pasta gigi) selama penyimpanan ... 39

4.8 Data hasil pengamatan organoleptis sediaan ... 40

4.9 Total skor hasil pengujian organolpetis sediaan oleh sukarelawan ... 41


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar` Halaman

2.1 Struktur gigi ... 11

4.1 Hasil uji homogenitas sediaan pasta gigi minyak kemangi ... 32

4.2 Histogram uji penerimaan konsumen terhadap warna pasta gigi

minyak kemangi ... 44

4.3 Histogram uji penerimaan konsumen terhadap aroma pasta gigi minyak kemangi ... 45

4.4 Histogram uji penerimaan konsumen terhadap rasa pasta gigi

minyak kemangi ... 47

4.5 Histogram uji penerimaan konsumen terhadap tekstur pasta gigi minyak kemangi ... 48


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Gambar minyak kemangi ... 54

2 Gambar sediaan pasta gigi ... 55

3 Gambar alat analisa minyak kemangi ... 56

4 Gambar alat pH meter ... 57

5 Gambar hasil uji daya sebar sediaan pasta gigi ... 58

6 Gambar sediaan pasta gigi yang diberikan kepada sukarelawan ... 59

7 Gambar sediaan pasta gigi yang diletakkan pada sikat gigi ... 60

8 Data uji organoleptis sediaan pasta gigi terhadap sukarelawan ... 61

9 Lembar kuisioner uji penerimaan konsumen ... 63

10 Data uji penerimaan konsumen terhadap sediaan pasta gigi dan analisis one way ANOVA ... 64

11 Hasil analisa minyak kemangi ... 82


(15)

FORMULASI PASTA GIGI YANG MENGANDUNG MINYAK KEMANGI (Ocimum americanum L.)

ABSTRAK

Dalam bidang kesehatan mulut, salah satu masalah yang sering dihadapi adalah bau mulut karena adanya plak gigi. Menyikat gigi merupakan suatu kontrol plak. Pewangi merupakan salah satu bagian penting dari pasta gigi karena mempengaruhi daya terima konsumen. Salah satu herbal yang dapat digunakan sebagai bahan pewangi adalah kemangi (Ocimum americanum L.). Minyak kemangi memiliki wangi yang khas dan dapat membunuh mikroorganisme oral sehingga dapat dimanfaatkan untuk menyegarkan bau mulut. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dapat atau tidaknya minyak kemangi diformulasikan dalam sediaan pasta gigi dan penerimaan konsumen terhadap pasta gigi yang mengandung minyak kemangi.

Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Minyak kemangi diformulasikan dalam sediaan pasta gigi dengan konsentrasi minyak kemangi yang digunakan adalah 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; dan 0,5%. Komposisi pasta gigi terdiri dari kalsium karbonat, kalsium hidroksida, magnesium karbonat, gliserin, gom arab, SLS, asam sitrat, sakarin, metil paraben, akuades dan pewarna hijau. Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan yaitu: uji homogenitas, pemeriksaan warna, kemampuan menyebar, pengukuran pH, uji organoleptis sediaan berupa pemeriksaan aroma, mempertahankan bentuk, daya alir, dan stabilitas penyimpanan, uji penerimaan konsumen terhadap pasta gigi mengenai warna, aroma, rasa dan tekstur.

Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan pasta gigi yang dihasilkan semuanya homogen. Sediaan pasta gigi mempunyai pH 8,53 – 8,76 dan tidak mengalami perubahan pH selama penyimpanan, stabil dalam penyimpanan selama 12 minggu. Semua sediaan mempunyai kemampuan menyebar 5,2 – 5,5 cm. Dari hasil uji organoleptis dan penerimaan konsumen maka produk yang paling disukai adalah pasta gigi yang mengandung minyak kemangi 0,4% (F4) dan 0,5% (F5). Produk mudah dipencet dari tube, dapat mempertahankan bentuknya pada sikat gigi dan menghasilkan wangi di mulut. Dapat disimpulkan bahwa minyak kemangi dapat diformulasi dalam sediaan pasta gigi dan semakin besar konsentrasi minyak kemangi yang digunakan maka semakin kuat aroma pasta gigi sehingga menambah daya terima oleh konsumen.


(16)

FORMULATION OF TOOTHPASTE CONTAINING BASIL OIL (Ocimum americanum L.)

ABSTRACT

In the field of oral health, one of the problems often encountered is bad breath due to dental plaque. Brushing teeth is a plaque control. Deodorizer is one of important parts of the toothpaste because it affects the consumer preference. One of herbs that can be used as a deodorizer is basil (Ocimum americanum L.). Basil oil has a distinctive aroma and can inhibit the growth of oral microorganisms that can be used to freshen bad breath. Goals of this research were to find out whether basil oil can be formulated in toothpaste and consumer acceptance of toothpaste containing basil oil.

Method of this research was experimental research. Basil oil was formulated in toothpaste by using 0.1; 0.2; 0.3; 0.4; and 0.5% concentration of basil oil. Compositions of toothpaste were calsium carbonate, calsium hydroxide, magnesium carbonate, glycerin, guar gum, SLS, citric acid, saccharin, methyl paraben, distilled water and green dye. Some tests had been done to the preparations including: homogeneity test, colour examination, spread ability determination, pH determination, organoleptic test included aroma, shape retention, threading property and storage stability, consumer preference test of colour, aroma, taste and texture.

The result of homogeneity test showed that all of toothpaste preparations were homogenous. Preparations had pH value 8.53 – 8.76 and didn’t have pH change in storage, were stable in storage for 12 weeks. All the preparations had spread ability value 5.2 - 5.5 cm. The results of organoleptic and consumer preference test showed that the most preferred products were toothpaste containing basil oil 0.4% (F4) and 0.5% (F5). The products were easy to squeeze out of the tube, retained its shape on the toothbrush and freshened mouth. Therefore, it could be concluded that basil oil could be formulated in toothpaste and the higher concentration of basil oil was used, the stronger aroma of toothpaste so rose the consumer preference.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam bidang kesehatan terutama kesehatan mulut, salah satu masalah

yang sering dihadapi adalah bau mulut. Sejumlah penelitian menunjukkan

bahwa penyebab beberapa masalah yang menimpa rongga mulut diantaranya

bau mulut adalah karena adanya dental plaque atau plak gigi (Siregar, dkk.,

2011).

Bakteri yang berperan penting dalam pembentukan plak gigi adalah

bakteri yang mempunyai kemampuan untuk membentuk polisakarida

ekstraseluler, yaitu jenis Streptococcus. Bakteri Streptococcus yang ditemukan

dalam jumlah besar pada plak penderita karies adalah Streptococcus mutans

(Roeslan, 1996).

Bau mulut selain disebabkan oleh bakteri juga disebabkan oleh sisa-sisa

makanan yang tertinggal di dalam mulut. Hal ini erat kaitannya dengan

kebersihan mulut yang tidak terjaga (Nirmala, dkk., 2012).

Menyikat gigi merupakan suatu kontrol plak. Saat ini kontrol plak telah

dilengkapi dengan penambahan bahan aktif yang mengandung bahan dasar

alami ataupun sintetik sebagai bahan antibakteri yang tersedia dalam bentuk

sediaan obat kumur dan pasta gigi (Pratiwi, 2005).

Pasta gigi adalah campuran bahan penggosok, pembersih dan tambahan


(18)

maupun membran mukosa mulut (Dewan Standardisasi Nasional, 1995). Pasta

gigi berisi antibakteri, penggosok, pelembab, pemanis, pengikat dan perasa.

Selain itu terdapat juga bahan-bahan tambahan yaitu deterjen, pengawet,

penyedap dan pewarna (Ash dan Ash, 1977).

Bahan pewangi adalah salah satu bagian penting dari pasta gigi karena

mempengaruhi daya terima konsumen. Pewangi juga merupakan bagian yang

paling eksklusif dari formulasi. Pewangi yang umum digunakan dalam pasta

gigi adalah minyak mint (Poucher, 2000).

Oleh karena itu bahan alternatif dari bahan minyak esensial dan ekstrak

tumbuhan-tumbuhan herbal merupakan hal yang menarik untuk dijadikan

pilihan sebagai bahan pewangi dalam pasta gigi.

Salah satu herbal yang dapat digunakan sebagai bahan pewangi adalah

kemangi (Ocimum americanum L.). Daun kemangi belum banyak

dimanfaatkan, padahal memiliki wangi yang khas. Tanaman ini dapat

dimanfaatkan untuk menyegarkan bau mulut (Putriyanti, 2009). Tanaman

kemangi mengandung minyak atsiri yang jika disuling menghasilkan rendemen

sekitar 0,2% sampai 0,7%. Komponen kimia yang terkandung dalam minyak

atsiri adalah eugenol, metil chavicol, linool, dan hidrokarbon bertitik didih

rendah (pinene dan olefin terpene). Minyak kemangi banyak digunakan sebagai

flavoring agent dan juga campuran parfum dan pewangi sabun (Ketaren, 1985). Hasil penelitian Thaweebon & Thaweebon (2009) menunjukkan bahwa

minyak kemangi dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme oral yaitu


(19)

minimum 0,08%. Menurut Thaweebon & Thaweebon (2009) minyak kemangi

dapat digunakan sebagai komponen dalam produk kesehatan oral seperti, obat

kumur dan pasta gigi.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk memformulasi

minyak kemangi dalam sediaan pasta gigi. Aplikasi wangi kemangi diharapkan

dapat memberikan nilai tambah pada produk pasta gigi yang dihasilkan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah

penelitian adalah:

1. Apakah minyak kemangi dapat diformulasi dalam sediaan pasta gigi?

2. Apakah formulasi sediaan pasta gigi yang dihasilkan memiliki sifat fisik

dan stabilitas yang baik?

3. Apakah sediaan pasta gigi yang mengandung minyak kemangi dapat

diterima oleh konsumen?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian

ini adalah:

1. Minyak kemangi dapat diformulasi dalam sediaan pasta gigi.

2. Formulasi sediaan pasta gigi yang dihasilkan memiliki sifat fisik dan

stabilitas yang baik.


(20)

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah minyak kemangi dapat diformulasi dalam

sediaan pasta gigi.

2. Untuk mengetahui sifat fisik dan stabilitas formulasi sediaan pasta gigi

yang dihasilkan.

3. Untuk mengetahui apakah sediaan pasta gigi yang mengandung minyak

kemangi dapat diterima oleh konsumen.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah dapat memberikan alternatif

formula pasta gigi yang berasal dari bahan alam sehingga dapat bermanfaat

bagi bidang kesehatan dan farmasi serta menambah daya guna tanaman


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemangi

Kemangi adalah jenis sayur yang daunnya memiliki aroma yang khas.

Kemangi juga dikenal sebagai sayuran yang dapat dimakan sebagai lalapan

segar. Tanaman yang beraroma wangi ini dapat dimanfaatkan untuk

menyegarkan bau badan dan bau mulut (Putriyanti, 2009).

Menurut Pitojo (1996) sistematika tumbuhan kemangi adalah sebagai

berikut:

Divisio : Magnoliophyta

Sub divisio : Angiospermae

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Lamiales

Famili : Lamiaceae

Genus : Ocimum

Spesies : Ocimum americanum L.

2.1.1 Morfologi dan budidaya kemangi

Kemangi merupakan tanaman semak semusim dengan tinggi 30-150

cm, batangnya berkayu, segi empat, beralur, bercabang, dan memiliki bulu

berwarna hijau. Daunnya tunggal dan berwarna hijau, bersilang, berbentuk

bulat telur, ujungnya runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi, dan pertulangan


(22)

pendek berwarna hijau, mahkota bunga berbentuk bulat telur dengan warna

keunguan. Buah berbentuk kotak dan berwarna coklat tua, bijinya berukuran

kecil, tiap buah terdiri dari empat biji yang berwarna hitam, akarnya tunggang

dan berwarna putih kotor (Depkes RI, 2001).

Kemangi tahan terhadap cuaca panas dan dingin. Jika ditanam di daerah

dingin daunnya lebih lebar dan lebih hijau, sedangkan di daerah panas daunnya

kecil, tipis dan berwarna lebih pucat. Kemangi tidak menuntut syarat tumbuh

yang rumit, sehingga dapat ditanam di berbagai daerah, khususnya yang

bertanah asam.

Kemangi tumbuh pada tepi-tepi jalan, ladang dan sawah-sawah kering,

dalam hutan jati, dan disemaikan di kebun-kebun. Tanaman ini dapat di

temukan di seluruh pulau Jawa pada ketinggian 450-1100 meter di atas

permukaan laut (Kharisma, 2002).

2.1.2. Kandungan dan manfaat kemangi

Kemangi mengandung minyak atsiri, asam askorbat, asam kafeat,

iskulin, histidin, magnesium, beta karoten, dan betasitosterol (Putriyanti, 2009).

Menurut Siemonsma dan Piluek (1994) komposisi gizi daun kemangi per 100

gram bahan mengandung air 87 gram, protein 3,3 gram, serat sebanyak 2 gram,

unsur Ca 320 mg, unsur Fe 4,5 mg, dan vitamin C sebesar 27 mg.

Tanaman kemangi memiliki banyak manfaat yaitu dapat digunakan

sebagai bumbu masakan karena aroma yang dihasilkan dari daun (Sulianti,

2008). Selain itu, daun kemangi juga bermanfaat untuk kesehatan tubuh.


(23)

ASI kurang subur (Rosadi, 2007). Tanaman kemangi juga dapat digunakan

sebagai antipiretik, antiemetik, diuretik, dan kardiotonik (Muralidharan dan

Dhananjayan, 2009).

Bagian-bagian dari tanaman kemangi juga dapat digunakan sebagai

obat. Kegunaan dari bagian-bagian tanaman kemangi dapat dilihat pada Tabel

2.1 (Afrensi, 2007).

Tabel 2.1 Kegunaan dari bagian-bagian tanaman kemangi

Bagian Tanaman Kegunaan

Akar Penyakit kulit

Daun Tonikum, karminatif, stomatikum, obat borok, batuk, peluruh haid, demam, sariawan

Biji Penyakit mata, borok, sedatif, pencahar, sembelit, kejang perut

Semua bagian Pewangi, penambah nafsu makan, disentri, demam

2.1.3 Minyak kemangi

Simon (1992) menyatakan bahwa kemangi mengandung minyak atsiri

yang dapat digunakan sebagai parfum, farmasi, dan industri makanan.

Kandungan minyak atsiri kemangi meliputi metil kavikol, linalool, kamfor,

sitral, dan eugenol. Menurut Ketaren (1985) hasil penyulingan kemangi

menghasilkan rendemen minyak atsiri sekitar 0,2 % dengan kandungan yang

terdiri atas sineol, metil kavikol, dan hidrokarbon bertitik rendah. Minyak

kemangi banyak digunakan sebagai flavoring agent terutama pada kembang

gula, bahan pangan, sambal sup, pasta tomat, asinan dan sebagai bumbu pada

daging dan sosis. Minyak kemangi juga digunakan untuk campuran parfum dan


(24)

Minyak kemangi merupakan cairan yang berwarna kuning dan

beraroma tajam khas kemangi. Sifat fisika kimia minyak kemangi (basil oil)

menurut Ketaren (1985) yaitu:

Tabel 2.2 Sifat fisika kimia minyak kemangi

Karakteristik Nilai

Rendemen (%) 0,18 – 0,32

Bobot Jenis 15o/15oC 0,9246 – 0,9303 Putaran Optik (-)7o0 – (+)8o15’ Indeks Bias pada 20oC 1,49250 – 1,49497

Bilangan Asam 0,8 – 1,5

Selain sebagai flavoring agent, minyak kemangi juga berkhasiat

sebagai antibakteri. Minyak kemangi telah menunjukkan aktivitas antibakteri

terhadap Staphylococcus aureus, Streptomyces pygoneses, Escherichia coli dan

Salmonella typhosa. Aktivitas antituberkular melawan Mycobacterium sp ditemukan pada konsentrasi 100 ppm minyak kemangi (Thaweebon dan

Thaweebon, 2009).

Hasil peneltian Thaweebon & Thaweebon (2009) menunjukkan bahwa

minyak kemangi memilki akitvitas antibakteri terhadap bakteri oral terutama S.

mutans dan L. casei. Minyak kemangi mungkin dapat digunakan sebagai komponen dalam produk perawatan oral seperti obat kumur dan pasta gigi

karena telah terbukti dapat melawan bakteri oral.

2.2 Rongga Mulut

Rongga mulut dilapisi oleh membran mukosa yang berfungsi untuk


(25)

menghasilkan cairan yang disebut mukus yang berfungsi menjaga rongga

mulut agar selalu lembab. Mulut terdiri dari beberapa bagian yaitu:

1. Bibir

Bibir terdiri dari dua bagian, yaitu bagian yang tertutup kulit di bagian luar dan

bagian yang tertutup membran mukosa di bagian dalam. Bibir mempunyai

peran dalam proses bicara dan makan, serta memiliki fungsi estetik atau

keindahan. Bibir dan pipi berfungsi menutup rongga mulut agar makanan atau

air ludah tidak keluar dari rongga mulut.

2. Langit-langit atau palatum

Merupakan atap dari rongga mulut yang membatasi rongga mulut dan rongga

hidung di atasnya. Langit-langit terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang keras

di sebelah depan, dan bagian lunak di belakangnya.

Pada bagian langit-langit lunak terdapat uvula yang menggantung di belakang

mulut. Ketika menelan makanan, langit-langit lunak akan menutup saluran ke

hidung sehingga makanan tidak masuk ke hidung.

3. Lidah

Lidah merupakan suatu organ yang berisi jaringan otot yang menempel pada

dasar mulut. Pada permukaannya terdapat tonjolan-tonjolan yang disebut papil

lidah, dimana terdapat indra perasa. Selain berperan sebagai indra perasa, lidah

juga berperan penting dalam proses fonasi atau berbicara, proses pengunyahan

(membantu mengatur posisi makanan di dalam mulut), dan proses penelanan


(26)

4. Dasar mulut

Bagian bawah lidah disebut sebagai dasar mulut. Disitu terdapat lubang yang

merupakan muara dari kelenjar saliva. Selain di dasar mulut, muara kelenjar

saliva juga terdapat di dinding pipi kanan dan kiri bagian atas sebelah

belakang.

Kelenjar saliva menghasilkan saliva atau air ludah yang mengandung enzim

amilase. Enzim ini berfungsi untuk memecah karbohidrat di dalam makanan

agar lebih mudah dicerna. Selain itu saliva, juga berfungsi menjaga

kelembaban gigi dan mulut, membersihkan sisa makanan yang tertinggal dan

menjaga tingkat keasaman di mulut agar tetap rendah.

5. Gigi

Gigi merupakan suatu organ keras yang fungsi utamanya adalah mengunyah

makanan. Gigi tertanam di tulang alveolar, yaitu suatu tulang yang menempel

di permukaan tulang rahang. Tulang alveolar yang ditutupi oleh gusi berfungsi

menopang gigi agar gigi dapat berdiri dengan kokoh. Tulang alveolar dan gusi

merupakan bagian dari jaringan periodontal yaitu jaringan yang berfungsi

sebagai pendukung atau penopang gigi (Ramadhan, 2010).

2.2.1 Struktur gigi

Manusia memiliki 2 susunan gigi: gigi primer (desiduos atau gigi susu)

dan gigi sekunder (permanen).

a. Gigi primer dalam setengah lengkung gigi (dimulai dari ruang diantara dua

gigi depan) terdiri dari dua gigi seri, satu taring, dua geraham (molar),


(27)

b. Gigi sekunder mulai keluar pada usia lima sampai enam tahun. Setengah

dari lengkung gigi terdiri dari dua gigi seri, satu taring, dua premolar

(bikuspid), dan tiga geraham (trikuspid), untuk total keseluruhan 32 buah.

Gambar 2.1 Struktur gigi (Poucher, 2000)

Sebuah gigi mempunyai mahkota, leher dan akar. Gigi terbuat dari

bahan yang sangat keras yaitu dentin. Bagian gigi yang menjulang di atas gusi

ditutupi email yang jauh lebih keras daripada dentin. Komponen gigi sebagai

berikut:

a. Mahkota adalah bagian gigi yang terlihat.

b. Akar gigi merupakan bagian gigi yang tertanam ke dalam prosesus

(kantong) alveolar tulang rahang.

c. Mahkota dan akar bertemu pada leher yang diselubungi gingiva (gusi)

d. Membran periodontal merupakan jaringan ikat yang melapisi kantong

alveolar dan melekat pada sementum di akar. Membran ini menahan gigi

di rahang.

mahkota email dentin Gingiva (gusi)

pulpa sementum


(28)

e. Rongga pulpa dalam mahkota melebar ke dalam saluran akar, berisi pulpa

gigi yang mengandung pembuluh darah dan saraf. Saluran akar membuka

ke tulang melalui foramen apikal (Sloane, 2004).

2.2.2 Bau mulut

Masalah bau mulut atau bau nafas tidak sedap dapat menjadi masalah

dalam pergaulan sehari-hari karena menyebabkan orang lain menjaga jarak dan

menghindar. Bau mulut juga dapat menjadi pertanda gangguan atau penyakit

tertentu (Wijayakusuma, 2008).

Penyebab bau mulut bisa disebabkan oleh beberapa hal. Namun

penyebab bau mulut yang paling sering adalah masalah kebersihan mulut.

Brikut ini adalah hal-hal yang bisa menimbulkan kondisi bau mulut

(Ramadhan, 2010):

1. Masalah gigi

Kebersihan mulut yang buruk dan penyakit periodontal bisa menjadi sumber

terjadinya bau mulut. Jika rongga mulut tidak dibersihkan dengan menyikat

gigi, plak yang berisi bakteri akan semakin menumpuk. Selain berbahya bagi

kesehatan gigi dan gusi, bakteri-bakteri ini bisa mengeluarkan senyawa sulfur

yang bisa membuat nafas “harum semerbak”.

2. Makanan

Partikel-partikel makanan yang tertinggal di dalam mulut bisa menimbulkan

bau yang tidak enak. Beberapa makanan tertentu seperti bawang putih dan

bawang bombay mengandung suatu senyawa yang bisa menimbulkan bau.


(29)

dalam peredaran darah, senyawa ini akan dibawa ke dalam paru-paru dan bisa

menimbulkan bau ketika berbicara. Selain dari makanan, minuman alkohol

juga bekerja dengan cara yang sama dalam menimbulkan bau mulut.

3. Mulut kering

Air ludah membantu melembabkan dan menjaga kebersihan mulut. Jika

produksi air ludah berkurang, plak dan karang gigi semakin mudah terbentuk.

sel yang sudah mati juga akan menumpuk pada gusi, lidah, dan pipi.

Sel-sel ini akan terurai dan menghasilkan bau yang tidak enak. Mulut kering

biasanya terjadi secara alami ketika bagun tidur. Hal inilah yang menyebabkan

bau mulut ketika bangun tidur di pagi hari. Kebiasaan bernafas lewat mulut,

merokok, dan obat-obatan tertentu juga bisa menyebabkan mulut kering.

4. Penyakit

Ada berbagai penyakit yang bisa mengakibatkan timbulnya bau mulut,

diantaranya, infeksi pada rongga mulut dan saluran pernafasan, penyakit hati,

ginjal, diabetes dan hiatal hernia.

5. Kebiasaan merokok

Merokok bisa mengakibatkan mulut kering dan menimbulkan bau yang khas

dari rokok. Kebiasaan ini juga meningkatkan resiko terjadinya penyakit

periodontal yang juga berhubungan dengan bau mulut.

6. Diet yang berlebihan

Diet dan puasa juga bisa menimbulkan bau mulut akibat proses ketoasidosis,


(30)

Karena bau mulut paling sering disebabkan oleh masalah kebersihan

mulut, maka bau mulut dapat dicegah dengan menjaga kebersihan dan

kesehatan rongga mulut. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk

mencegah bau mulut (Ramadhan, 2010):

• Menyikat gigi secara teratur terutama setelah makan. Penggunaan obat kumur biasanya hanya menyegarkan nafas secara sementara. Tanpa

menyikat gigi, obat kumur tidak akan efektif menghilangkan bau mulut.

• Menyikat lidah bisa dengan menggunakan sikat gigi ataupun sikat lidah. Sikatlah permukaan lidah sebanyak 5 sampai 15 gosokan, terutama bagian

tengah lidah.

• Apabila menggunakan kawat gigi lepasan ataupun gigi tiruan lepasan, bersihkan alat-alat ini secara rutin.

• Jagalah agar mulut tetap lembab dengan cara minum air putih yang cukup (bukan kopi ataupun softdrink), atau dengan mengunyah permen karet atau

menghisap permen (sebaiknya yang tidak mengandung gula).

• Gantilah sikat gigi dengan yang baru setiap 3 bulan sekali.

• Lakukan pemeriksaan gigi di dokter gigi minimal setiap 6 bulan sekali.

2.3 Pasta Gigi

Pasta gigi adalah campuran bahan penggosok, pembersih dan tambahan

yang digunakan untuk membantu membersihkan gigi tanpa merusak gigi


(31)

Syarat mutu pasta gigi (Dewan Standarisasi Nasional, 1995) sebagai

berikut:

Tabel 2.3 Syarat mutu pasta gigi

No Jenis Uji Satuan Syarat

1 Sukrosa atau karbohidrat

lain yang terfermentasi - Negatif

2 pH - 4,5-10,5

3 Cemaran logam a. Pb b. Hg c. As ppm ppm ppm Maksimal 5,0 Maksimal 0,02 Maksimal 2,0 4 Cemaran mikroba a. Angka lempeng total b. E.coli

- -

<105 Negatif

5 Zat Pengawet Sesuai dengan yang diijinkan Dept

Kes 6 Formaldehida maks

sebagai formaldehida bebas % 0,1

7 Flour bebas Ppm 800-1500

8 Zat warna - Sesuai dengan yang diijinkan Dept

Kes

9

Organoleptik a. Keadaan

b. Benda Asing

Harus lembut, serba sama (homogen) tidak terlihat adanya gelembung udara, gumpalan, dan partikel yang terpisah.

Tidak tampak

2.3.1 Fungsi pasta gigi

Secara umum fungsi pasta gigi dapat disimpulkan sebagai berikut:

• menghilangkan plak.

• mengurangi kerusakan gigi akibat karies gigi.

• memberikan efek lain, seperti: mengurangi rasa nyeri akibat pencabutan gigi, dan sebagainya.


(32)

• membersihkan gigi dan memberikan rasa segar pada mulut (Cawson dan Spector, 1985).

2.3.2 Bahan pasta gigi

Pada umumnya pasta gigi mengandung bahan abrasif, surfaktan,

humektan, bahan pengikat, pemanis, bahan pewangi dan perasa serta bahan

minor lainnya seperti pewarna dan pengawet (Poucher, 2000).

Di bawah ini adalah komposisi umum dan kandungan bahan aktif yang

biasa diaplikasikan ke dalam pasta gigi:

a. Bahan Abrasif

Bahan abrasif yang terdapat dalam pasta gigi umumnya berbentuk

bubuk pembersih yang dapat memolish dan menghilangkan stain dan plak.

Bentuk dan jumlah bahan abrasif dalam pasta gigi membantu untuk menambah

kekentalan pasta gigi. Contoh bahan abrasif ini antara lain silika atau silika

hidrat, sodium bikarbonat, aluminium oksid, dikalsium fosfat dan kalsium

karbonat (Siregar, dkk., 2011).

Kalsium karbonat adalah salah satu abrasif yang paling sering

digunakan dalam pasta gigi. Endapan kalsium karbonat (kapur) tersedia dengan

warna putih atau semi putih dan ukuran serta bentuk kristal yang bervariasi,

tergantung kondisi pembuatannya. Karena kandungan kalsium maka endapan

kalsium karbonat tidak kompatibel bila dicampurkan dengan natrium fluorida,

tetapi sedikit lebih stabil dengan natrium monofluoropospat. Kalsium karbonat

juga digunakan pada konsentrasi antara 30% dan 50% untuk memberikan


(33)

b. Surfaktan

Surfaktan digunakan dalam pasta gigi untuk membantu penetrasi film

pada permukaan gigi dengan menurunkan tegangan permukaan. Surfaktan juga

memberikan manfaat sekunder dengan menghasilkan busa untuk

membersihkan dan menghapus debris.

Surfaktan yang digunakan dalam pasta gigi tidak boleh beracun dan

non-iritasi untuk mukosa oral dalam kondisi normal. Hal ini membatasi pilihan

bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai surfaktan.

Awalnya, sabun yang digunakan sebagai surfaktan, tetapi sabun sangat

alkali sehingga tidak sesuai dengan beberapa komponen lain dari pasta. Selain

itu, sabun juga dapat mempengaruhi rasa produk karena memiliki bau yang

tidak enak dan rasa pahit. Oleh karena itu, bahan sintetis lebih disukai karena

memiliki daya berbusa lebih baik, dan lebih kompatibel dengan bahan lain

karena memiliki rentang pH yang umumnya netral. Bahan sintetis juga tersedia

dengan tingkat kemurnian yang tinggi sehingga dapat menghilangkan beberapa

komponen rasa pahit. Secara umum, surfaktan digunakan pada konsentrasi

sekitar 1-2% dari berat pasta gigi (Poucher, 2000).

Surfaktan yang banyak terdapat dalam pasta gigi di pasaran adalah

Sodium Lauryl Sulfat (SLS) yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan,

mengemulsi (melarutkan lemak) dan memberikan busa sehingga pembuangan

plak, debris, material alba dan sisa makanan menjadi lebih mudah. SLS ini juga


(34)

c. Humektan

Humektan digunakan untuk mencegah pasta kering dan mengeras.

Humektan juga memberikan penampilan pasta yang mengkilat. Contoh

humektan antara lain gliserin, sorbitol, propilen glikol dan xylitol. Humektan

biasanya digunakan dalam pasta gigi pada konsentrasi 10-30%.

Gliserin merupakan humektan yang paling umum digunakan dalam

pasta gigi. Penggunaan gliserin sebagai humektan dapat menghasilkan produk

mengkilat. Gliserin stabil, tidak beracun, tersedia dalam bentik sintesis dan

alami, dan memberikan rasa manis untuk pasta.

d. Bahan Pengikat

Bahan pengikat adalah koloid hidrofil yang dapat terdispersi dan

mengembang dalam fase air pasta gigi dan diperlukan untuk menjaga

kestabilan pasta, mencegah pemisahan fase solid dan liquid pada pasta gigi.

Pemilihan bahan pengikat dapat mempengaruhi dispersibilitas pasta di dalam

mulut, pembentukan busa dan pelepasan komponen perasa. Beberapa formulasi

mengkombinasikan beberapa bahan pengikat untuk mencapai tekstur yang

diinginkan konsumen. Konsentrasi pengunaan bahan pengikat dalam pasta gigi

bervariasi antara 0,5-2,0%. Contoh bahan pengikat antara lain Sodium

Carboximethyl Cellulose (CMC), karagenan, xanthan gum, gom arab, dll. e. Pemanis

Bahan ini penting bagi penerimaan produk, karena produk akhir harus

tidak terlalu manis atau terlalu pahit. Pengunaan bahan-bahan ini harus


(35)

Sakarin adalah bahan pemanis yang paling sering digunakan secara

komersil, dan umumnya digunakan pada konsentrasi antara 0,05-0,5%.

f. Bahan pewangi dan perasa

Bahan ini merupakan bagian penting dari pasta gigi karena

mempengaruhi kesukaan konsumen. Secara umum digunakan rasa mint pada

pasta gigi.

Bahan pewangi dan perasa umumnya merupakan campuran dari

berbagai minyak yang cocok seperti peppermint dan spearmint. Minyak yang

juga sering digunakan adalah minyak yang mengandung thymol, anethole,

mentol (untuk memberikan efek pendinginan menyenangkan), eugenol

(minyak cengkeh). Minyak kayu manis, eucalyptol, adas manis, dan

wintergreen juga digunakan sebagai bahan perasa pada pasta gigi yang juga

dapat memberikan efek antibakteri (Poucher, 2000).

g. Pewarna

Kebanyakan pasta gigi mengandung zat warna untuk memberikan

penampilan yang menarik. Zat warna yang digunakan adalah yang

diklasifikasikan oleh Colour Index (CI), atau dengan sistem yang disebut F D

& C Colours. Titanium Dioksida sering ditambahkan ke pasta gigi untuk

memberi warna putih buram (Storehagen, et al., 2003).

h. Pengawet

Pengawet mencegah pertumbuhan mikro-organisme dalam pasta gigi.

Bahan pengawet yang umum digunakan adalah natrium benzoat, metil paraben


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat-Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik

(Boeco Germany), pH meter (Hanna Instruments), mikroskop, piknometer 50

ml, polarimeter, refraktometer, buret, colony counter, penangas air, batang

pengaduk, gelas ukur, beaker glass, pipet tetes, cawan porselen, kaca bulat,

anak timbangan, lumpang porselen, stamfer, objek dan dek gelas, spatel, sudip,

pot plastik, tube.

3.2 Bahan-Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuades, gom arab,

kalsium karbonat, magnesium karbonat, kalsium dihidroksida, gliserin, natrium

lauril sulfat, sakarin, nipagin, asam sitrat, minyak kemangi (CV Jujur Mujur).

3.3 Pemeriksaan Standar Mutu Minyak Kemangi

Pemeriksaan standar mutu minyak kemangi meliputi pemeriksaan berat

jenis, putaran optik, indeks bias, bilangan asam dan kelarutan dalam etanol.

Pemeriksaan dilakukan di UPTD Balai Pengujian dan Sertifikasi Pemeriksaan

Mutu Barang Medan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Provinsi Sumatera


(37)

3.4 Formulasi Sediaan Pasta Gigi 3.4.1 Formula standar

Formula standar yang dipilih pada pembuatan pasta gigi dalam

penelitian ini dengan komposisi sebagai berikut (Jellinek, 1977):

R/ Kalsium Karbonat 44

Kalsium Hidroksida 3,5

Magnesium Karbonat 2

Gliserin 30

Gom Arab 1

Natrium Lauril Sulfat 1

Sakarin 0,1

Akuades ad 100

3.4.2 Formula modifikasi

Formula standar pasta gigi yang digunakan dimodifikasi dengan

penambahan pengawet (nipagin). Dari hasil orientasi, terjadi pemisahan

komponen cairan pasta gigi selama penyimpanan sehingga komposisi gom arab

dinaikkan menjadi 2%. Tekstur sediaan pasta gigi yang dihasilkan terlalu keras

dan juga dihasilkan pH sebesar 12. Hal ini tidak sesuai dengan SNI pasta gigi.

Maka untuk mendapatkan pasta gigi yang bertekstur pasta dan juga pH yang

sesuai standar maka dikurangi jumlah kalsium hidroksida yang dipakai pada

formula.

Dari hasil pengamatan, warna sediaan kelima formula mengalami


(38)

karena terjadi oksidasi pada minyak kemangi. Salah satu kandungan minyak

kemangi adalah kavikol. Kavikol bersifat mudah teroksidasi dan dapat

menyebabkan perubahan warna (Afrilla, 2011). Maka untuk mencegah hal

tersebut ditambahkan asam sitrat ke dalam sediaan pasta gigi yang berfungsi

sebagai agen pengkelat dan juga penurun nilai pH..

Asam sitrat berfungsi sebagai agen pengkelat (pengikat) ion logam

yang biasanya menjadi katalis reaksi oksidasi (Hambali, dkk., 2005). Asam

sitrat juga berfungsi sebagai penurun nilai pH (Kirk, et al., 1957).

Hasil penelitian melaporkan konsentrasi asam sitrat terbaik dalam

pembuatan sabun adalah 5% (Purnawati, 2006) sehingga digunakan asam sitrat

5% dalam formula pasta gigi minyak kemangi.

Untuk itu, formula pasta gigi yang digunakan adalah:

R/ Kalsium Karbonat 44

Kalsium Hidroksida 1

Magnesium Karbonat 2

Gliserin 30

Gom Arab 2

Natrium Lauril Sulfat 2

Asam Sitrat 5

Sakarin 0,2

Nipagin 0,1

Lime green C-945 0,2


(39)

Konsentrasi minyak kemangi yang digunakan dalam orientasi dimulai

dari 0,1 - 1%. Namun diperoleh hasil pada konsentrasi 0,6% sediaan pasta gigi

minyak kemangi menyebabkan iritasi pada mulut sehingga pada penelitian

digunakan konsentrasi minyak kemangi sebesar 0,1 – 0,5%. Komposisi

formula sediaan pasta gigi yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat

pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Formula sediaan pasta gigi

No Komposisi Jumlah Bahan (g)

F1 F2 F3 F4 F5

1 Kalsium Karbonat 44 44 44 44 44

2 Kalsium Hidroksida 1 1 1 1 1

3 Magnesium Karbonat 2 2 2 2 2

4 Gliserin 30 30 30 30 30

5 Gom Arab 2 2 2 2 2

6 Natrium Lauril Sulfat 2 2 2 2 2

7 Asam Sitrat 5 5 5 5 5

8 Sakarin 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2

9 Nipagin 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1

10 Lime green C-945 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2

11 Minyak kemangi 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5

12 Akuades 13,6 13,5 13,4 13,3 13,2

3.4.3 Pembuatan sediaan pasta gigi

Gom arab didispersikan dalam air sebanyak 1,5 kali bobot gom arab (3

ml air), diaduk hingga terbentuk massa gom arab. Setelah itu dimasukkan asam

sitrat ke dalam gliserin, ditambahkan bahan pengisi pasta gigi (CaCO3,

MgCO3, Ca(OH)2) yang telah dihaluskan, kemudian dimasukkan ke dalam

massa gom arab, diaduk hingga diperoleh massa yang homogen. Lalu sakarin


(40)

homogen. Ditambahkan pewarna (lime green C-945), diaduk terus hingga

homogen. Kemudian ditambahkan minyak kemangi dan diaduk perlahan agar

tidak terjadi pembentukan busa hingga diperoleh massa pasta yang lembut.

3.5 Pemeriksaan Pasta Gigi 3.5.1 Pemeriksaan homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas, lalu

diamati di bawah mikroskop.

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan

transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang

homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).

Tiap formula pasta gigi minyak kemangi ditimbang sebanyak 0,1 gram

pasta, kemudian diamati dibawah mikroskop pada perbesaran 10 kali.

3.5.2 Pemeriksaan warna

Pasta gigi yang telah selesai dibuat segera dimasukkan ke dalam wadah

dan disimpan pada suhu kamar. Dilakukan pengamatan perubahan warna

selama 12 minggu dengan interval pengamatan sekali seminggu.

3.5.3 Pemeriksaan kemampuan menyebar

Kemampuan menyebar pada pasta gigi ditetapkan dengan cara

meletakkan 0,5 gram pasta di tengah sebuah kaca bulat. Kaca bulat lain yang

telah ditimbang, diletakkan di atas pasta tadi secara hati-hati dan dijaga agar

tidak ada gelembung udara. Biarkan 1 (satu) menit dan diukur diameter pasta


(41)

adanya kenaikan penyebarannya (merupakan kenaikan berat beban

maksimum).

3.5.4 Pemeriksann pH

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.

Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar

netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH basa (pH 10) hingga alat menunjukkan

harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan akuades, lalu

dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu

ditimbang 0,5 gram sediaan dan ditambahkan akuades sampai 50 ml.

Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat

menunjukkan nilai pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter

merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).

3.5.5 Pemeriksann angka lempeng total (ALT)

Pemeriksaan angka lempeng total (ALT) dilakukan pada Laboratorium

Mikrobiologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam USU, dengan

prosedur sebagai berikut

Ditimbang 1 g sampel dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

ditambahkan akuades sampai 10 ml sehingga konsentrasi awal tabung

dianggap 100. Dilakukan pengenceran sampai 105. Diambil sebanyak 1 ml dari

tabung reaksi pengenceran terakhir menggunakan pipet skala, lalu dimasukkan

ke dalam petri steril. Ditambahkan media PCA steril, yang dihangatkan pada


(42)

Dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Setelah itu diinkubasi 48 jam dgn suhu

37oC. Dihitung jumlah koloni dgn colony counter.

3.5.6 Pemeriksaan stabilitas sediaan

Pasta gigi yang telah selesai dibuat segera dimasukkan ke dalam wadah

untuk disimpan selama 12 minggu pada suhu kamar. Diaamati apakah terjadi

pemisahan fase padat dan fase cair (sineresis) dengan interval pengamatan

setiap 1, 4, 8 dan 12 minggu (Lopez, 1999).

3.5.7 Uji organoleptis

Pengujian organoleptis dilakukan dengan dua metode yaitu berdasarkan

pengamatan peneliti dan juga oleh sukarelawan

3.5.7.1 Uji organoleptis oleh peneliti

Sediaan pasta gigi yang dihasilkan dimasukkan ke dalam tube.

Masing-masing pasta gigi dipencet dari tube dan diletakkan pada sikat gigi kemudian

dilakukan pemeriksaan organoleptis meliputi pemeriksaan aroma, daya alir dari

tube dan kemampuan mempertahankan bentuk pasta gigi pada sikat gigi.

3.5.7.2 Uji organoleptis oleh sukarelawan

Pemeriksaan organoleptis terdiri dari pemeriksaan aroma,

mempertahankan bentuk, daya alir dan stabilitas penyimpanan. Pengujian

dilakukan oleh 10 relawan yang berusia antara 23-28 tahun. Penilaian

dilakukan dalam bentuk angket, dengan memilih salah satu dari tiga kriteria

pengamatan yang diberi skor. Kemudian dihitung total nilai skor dari


(43)

a. Pemeriksaan aroma

Relawan diminta menggosok giginya selama 2 menit. Mereka menilai

intensitas aroma yang dihasilkan oleh pasta gigi. Intensitasnya dinilai setelah

relawan berkumur dengan air untuk membersihkan mulut dari pasta gigi.

Penilaian dilakukan berdasarkan kriteria:

1 = Aroma spesifik dengan intensitas lemah.

2 = Aroma spesifik dengan intensitas tajam.

3 = Aroma spesifik dengan intensitas sangat tajam.

b. Pemeriksaan daya alir

Pasta gigi dipencet dari tube dan diletakkan pada sikat gigi lalu secara

perlahan tube ditarik ke atas. Pengamatan dilakukan berdasarkan kriteria:

1 = Pasta gigi tidak dapat diletakkan dengan lancar karena terjadi

threading.

2 = Pasta gigi dapat diletakkan dengan lancar, walaupun sedikit terjadi

threading.

3 = Pasta gigi dapat diletakkan dengan lancar tanpa terjadi threading.

c. Pemeriksaan mempertahankan bentuk

Masing-masing pasta gigi dipencet dari tube dan diletakkan pada sikat

gigi. Pasta gigi dibiarkan selama 10 detik, diamati keadaannya berdasarkan

kriteria:

1 = Setelah dipencet, pasta gigi tenggelam pada sikat gigi dan tak dapat


(44)

2 = Setelah dipencet, pasta gigi sedikit tenggelam pada sikat gigi

walaupun sedikit mengalami perubahan bentuk ataupun tetap dapat

mempertahankan bentuknya.

3 = Setelah dipencet, pasta gigi tetap dapat duduk pada sikat gigi dan

dapat mempertahankan bentuknya.

d. Pemeriksaan stabilitas penyimpanan

Pasta gigi dimasukkan ke dalam tube untuk disimpan selama 12 minggu

pada suhu kamar. Tube kemudian dipotong, dan diamati apakah ada komponen

cairan terpisah dari pasta atau tidak, berdasarkan kriteria:

1 = Terjadi pemisahan komponen cairan pasta.

2 = Terjadi sedikit pemisahan komponen cairan pasta.

3 = Tidak terjadi pemisahan komponen cairan pasta.

3.5.8 Uji penerimaan konsumen

Uji penerimaan konsumen dilakukan oleh 30 orang sukarelawan

mengenai warna, aroma, rasa dan tekstur. Uji ini dilakukan dengan

menggunakan skala 1 sampai 7 yaitu:

1 = Sangat tidak suka

2 = Tidak suka

3 = Agak tidak suka

4 = Netral

5 = Agak suka

6 = Suka


(45)

Kemudian dihitung interval nilai mutu rerata dari setiap panelis

terhadap masing-masing sediaan dengan rumus sebagai berikut (Badan

Standardisasi Nasional, 2006):

Keterangan:

n : banyaknya panelis

1,96 : koefisien standar deviasi pada taraf 95 % : nilai mutu rata-rata;

xi : nilai mutu dari panelis ke i, dimana i = 1,2,3...n


(46)

3.6 Bagan Alur Penelitian

Minyak Kemangi

Pemeriksaan standar mutu minyak kemangi

Perancangan formula pasta gigi

Pembuatan sediaan pasta gigi

Diuji homogenitas, warna, kemampuan menyebar, pH,

ALT dan stabilitas penyimpanan

Pengujian organoleptis pasta gigi

Diuji aroma, daya alir,

kemampuan mempertahankan bentuk dan stabilitas

penyimpanan

Pembahasan, kesimpulan dan saran

Pengujian penerimaan konsumen

Diuji warna, aroma, rasa dan tekstur


(47)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pemeriksaan Standar Mutu Minyak Kemangi

Pemeriksaan standar mutu minyak kemangi dilakukan di UPTD. Balai

Pengujian dan Sertifikasi Pemeriksaan Mutu Barang Medan, Dinas

Perindustrian dan Perdagangan, Provinsi Sumatera Utara. Sampai saat ini

minyak kemangi belum memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI) sehingga

hasil pemeriksaan dibandingkan dengan standar yang terdapat pada Ketaren

(1985).

Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan standar mutu minyak kemangi

Karakteristik Hasil Pemeriksaan Ketaren (1985)

Bobot Jenis 15o/15oC 0,9252 0,9246 – 0,9303

Putaran Optik (+) 5,25o (-)7o0 – (+) 8o15’

Indeks Bias pada 20oC 1,4942 1,49250 – 1,49497

Bilangan Asam 1,3390 0,8 – 1,5

Kelarutan etanol 90% 1:1 larut -

Minyak kemangi merupakan cairan yang berwarna kuning dan

beraroma tajam khas kemangi. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat

disimpulkan bahwa minyak kemangi yang digunakan dalam penelitian ini telah

memenuhi standar yang terdapat pada Ketaren (1985).

4.2 Hasil Pemeriksaan Pasta Gigi

Pada penelitian ini, dilakukan pemeriksaan pasta gigi berdasarkan


(48)

4.2.1 Homogenitas sediaan

Homogenitas adalah salah satu faktor penting dan merupakan tolak

ukur kualitas sediaan pasta gigi. Hasil pemeriksaan homogenitas sediaan pasta

gigi minyak kemangi dapat dilihat pada Gambar 4.1.

A B1

B2 B3

B4 B5

Gambar 4.1 Hasil uji homogenitas sediaan pasta gigi minyak kemangi

Keterangan: A : secara visual

B : menggunakan mikroskop:

1 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,1% 2 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,2% 3 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,3% 4 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,4%


(49)

Dari percobaan yang dilakukan pada kelima sedíaan pasta gigi minyak

kemangi tidak diperoleh butiran-butiran kasar pada objek glass. Namun pada

pemeriksaan di bawah mikroskop diperoleh hasil bahwa sediaan F5 lebih

homogen dibandingkan sediaan yang lain. Hal ini dikarenakan pengerjaan

secara manual sehingga proses pengadukan yang tidak sama pada pembuatan

masing-masing formula dapat mempengaruhi homogenitas sediaan yang

dihasilkan.

4.2.2 Warna sediaan

Pasta gigi yang diperoleh setelah proses pembuatan adalah pasta

berwarna hijau muda karena penambahan pewarna lime green. Warna hijau

muda yang diperoleh pada setiap sediaan adalah sama karena menggunakan

konsentrasi pewarna yang sama pula. Hasil pengamatan warna sediaan selama

penyimpanan 12 minggu dapat dilihat pada Tabel 3.2

Tabel 4.2 Data pengamatan warna sediaan selama penyimpanan

Formula Warna sediaan setelah minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

F1 HM HM HM HM HM HM HM HM HM HM HM HM

F2 HM HM HM HM HM HM HM HM HM HM HM HM

F3 HM HM HM HM HM HM HM HM HM HM HM HM

F4 HM HM HM HM HM HM HM HM HM HM HM HM

F5 HM HM HM HM HM HM HM HM HM HM HM HM

Keterangan:

F1 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,1% F2 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,2% F3 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,3% F4 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,4% F5 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,5% HM : Hijau Muda


(50)

Dari Tabel 4.2 diperoleh hasil bahwa pada kelima sediaan pasta gigi

minyak kemangi tidak mengalami perubahan warna selama 12 minggu

penyimpanan, yaitu memberikan warna hijau muda.

4.2.3 Kemampuan menyebar sediaan

Pengukuran kemampuan menyebar dilakukan untuk mengetahui

seberapa besar kemampuan setiap formula pasta gigi minyak kemangi untuk

menyebar saat digunakan. Kemampuan ini bertujuan untuk mengetahui

kelunakan dari sediaan sehingga memberi kenyamanan pada saat pemakaian.

Hasil pengukuran kemampuan menyebar sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Data pengukuran kemampuan menyebar sediaan

Beban (g) Diameter (cm)

F1 F2 F3 F4 F5

53,75 2,3 2,4 2,4 2,6 2,7

103,75 2,5 2,6 2,8 2,8 2,8

153,75 2,8 3,1 3,0 3,1 3,0

203,75 3,2 3,3 3,4 3,4 3,5

253,75 3,3 3,5 3,6 3,7 3,8

303,75 3,6 3,7 3,7 3,9 4,0

353,75 3,9 3,9 3,9 4,0 4,2

403,75 4,1 4,2 4,2 4,2 4,4

453,75 4,3 4,4 4,4 4,5 4,6

503,75 4,4 4,5 4,5 4,8 4,8

553,75 4,6 4,7 4,7 4,9 4,9

603,75 4,8 4,9 4,9 5,0 5,1

653,75 5,1 5,1 5,2 5,3 5,3

703,75 5,2 5,3 5,3 5,4 5,5

753,75 5,2 5,3 5,3 5,4 5,5

Keterangan:

F1 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,1% F2 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,2% F3 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,3% F4 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,4% F5 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,5%


(51)

Pada pemberian beban 53,75 g formula F2 dan F3 mengalami

penyebaran diameter sebesar 2,4 cm. Sedangkan formula F1 menyebar sebesar

2,3 cm, formula F4 menyebar sebesar 2,6 cm, dan formula F5 menyebar

sebesar 2,7 cm. Selanjutnya diberikan pemberian beban dengan kelipatan 50 g.

Pasta tidak lagi mengalami penyebaran pada pemberian beban 753,75 g dengan

diameter penyeberan 5,2 – 5,5 cm. Semakin besar konsentrasi minyak kemangi

yang digunakan maka semakin besar diameter penyebaran pasta gigi. Namun

diameter penyebaran kelima formula pasta gigi minyak kemangi tidak

menunjukkan perbedaan yang signifikan.

Semakin besar nilai diameter kemampuan menyebar maka semakin

besar luas permukaan yang bisa dijangkau oleh sediaan pasta gigi. Luas

penyebaran berbanding lurus dengan kenaikan penambahan beban, semakin

besar beban yang ditambahkan kemampuan menyebar yang dihasilkan semakin

luas.

4.2.4 pH sediaan

Sediaan pasta gigi diusahakan memiliki pH yang sama dengan pH

fisiologis mulut dan apabila terdapat perbedaan pH harus aman bila digunakan.

Berdasarkan SNI 12-3524-1995, pH pasta gigi yang aman yaitu antara 4,5 –

10,5. Hasil pengukuran pH sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan 4.5.

Hasil pengukuran pH sediaan pada saat sediaan selesai dibuat,

didapatkan bahwa pH dari kelima formula adalah 8,53 – 8,76. Setelah

penyimpanan selama 12 minggu, tidak terjadi perubahan pH yang signifikan


(52)

Tabel 4.4 Data pengukuran pH sediaan pada saat selesai dibuat

Formula pH pH rata-rata

pH 1 pH 2 pH 3

F1 8,5 8,5 8,6 8,53

F2 8,8 8,8 8,7 8,76

F3 8,6 8,6 8,6 8,60

F4 8,8 8,7 8,7 8,73

F5 8,7 8,6 8,6 8,63

Keterangan:

F1 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,1% F2 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,2% F3 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,3% F4 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,4% F5 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,5%

Tabel 4.5 Data pengukuran pH sediaan setelah penyimpanan 12 minggu

Formula pH pH rata-rata

pH 1 pH 2 pH 3

F1 8,3 8,5 8,5 8,43

F2 8,8 8,7 8,8 8,76

F3 8,4 8,6 8,7 8,56

F4 8,6 8,6 8,7 8,63

F5 8,6 8,6 8,6 8,60

Keterangan:

F1 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,1% F2 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,2% F3 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,3% F4 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,4% F5 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,5%

Pasta gigi minyak kemangi mempunyai pH yang tinggi karena pada

pasta gigi minyak kemangi terdapat bahan CaCO3 dan MgCO3 yang memiliki

pH tinggi. Namun dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa pH pasta gigi


(53)

4.2.5 Angka lempeng total (ALT) sediaan

Pemeriksaan Angka lempeng total (ALT) dilakukan untuk mengetahui

jumlah cemaran mikroba pada sediaan. Angka lempeng total (ALT) adalah

jumlah bakteri aerob mesofil dalam tiap 1 gram atau 1 ml contoh kosmetika.

Hasil penentuan ALT sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Data penentuan angka lempeng total (ALT) sediaan

No Formula Ulangan Hasil ALT (x105) Rata-rata (x105)

1 F1 I 20 18

II 16

2 F2 I 12 16

II 19

3 F3 I 5 5

II 5

4 F4 I 4 6

II 2

5 F5 I 2 2

II 2

Keterangan :

F1 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,1% F2 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,2% F3 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,3% F4 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,4% F5 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,5%

Dari Tabel 4.6 didapatkan bahwa ALT tertinggi pada perlakuan

konsentrasi minyak kemangi 0,1% yaitu 18 x 105 sedangkan nilai yang paling

rendah pada perlakuan konsentrasi minyak kemangi 0,5% yaitu 2 x 105. Hal ini

menunjukkan semakin besar konsentrasi minyak kemangi maka dihasilkan

nilai ALT yang semakin rendah.


(54)

sebelumnya telah menemukan bahwa eugenol dan trepinol memiliki aktivitas

antibakteri dengan cara merusak dinding sel dan mitokondria bakteri. Kavikol

juga memiliki aktivitas antibakteri dengan merusak permeabilitas membran

(Sharma, et al., 2009). Hal ini menjelaskan semakin banyak minyak kemangi

yang digunakan dalam formula pasta gigi maka semakin besar aktivitas

antibakterinya sehingga dihasilkan nilai ALT yang semakin rendah.

Berdasarkan hasil yang diperoleh diketahui bahwa ALT semua sediaan

pasta gigi minyak kemangi tersebut tidak memenuhi syarat ALT pasta gigi

yaitu 105 (Direktur Jenderal Pengawas Obat dan Makanan, 1994).

Nilai ALT tidak memenuhi persyaratan karena penelitian dilakukan

dalam skala laboratorium kecil dengan menggunakan bahan standar biasa dan

pengerjaan secara manual sehingga ada kemungkinan telah terjadi pencemaran

pada bahan ataupun alat yang digunakan.

4.2.6 Pemeriksaan stabilitas sediaan

Parameter pemeriksaan stabilitas sediaan berupa pengamatan

pemisahan komponen pasta gigi. Sediaan pasta gigi harus stabil selama waktu

penyimpanan dan tidak boleh terjadi sineresis (Lopez, 1999) yaitu pemisahan

komponen pasta gigi antara komponen cair dengan komponen padat. Data

pengamatan stabilitas sediaan dapat dilihat pada tabel 4.7.

Hasil pemeriksaan stabilitas sediaan selama penyimpanan 12 minggu

menunjukkan bahwa kelima formula pasta gigi mempunyai kestabilan yang


(55)

fase padat. Selain itu, dari hasil pengamatan juga tidak terlihat pasta gigi

mengalami pengerasan.

Tabel 4.7 Data pengamatan stabilitas sediaan (pemisahan komponen pasta

gigi) selama penyimpanan

Formula Pengamatan sediaan setelah

1 minggu 4 minggu 8 minggu 12 minggu

F1 - - - -

F2 - - - -

F3 - - - -

F4 - - - -

F5 - - - -

Keterangan:

F1 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,1% F2 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,2% F3 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,3% F4 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,4% F5 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,5% - : Tidak terjadi pemisahan fase

√ : Terjadi pemisahan fase (sineresis)

Kelima sediaan pasta gigi memenuhi persyaratan kestabilan sehingga

minyak kemangi konsentrasi 0,1 – 0,5% dapat diformulasi dalam bentuk

sediaan pasta gigi.

4.2.7 Uji organoleptis

4.2.7.1 Uji organoleptis oleh peneliti

Uji organoleptis adalah cara pengujian menggunakan indera manusia

sebagai alat utama untuk menilai mutu produk. Hasil pengamatan organoleptis

sediaan pasta gigi dapat dilihat pada tabel 4.8.

Dari hasil pemeriksaan organoleptis diperoleh bahwa kelima formula


(56)

minyak kemangi yang digunakan maka semakin kuat aroma sediaan pasta gigi

yang dihasilkan.

Tabel 4.8 Data hasil pengamatan organoleptis sediaan

Formula Aroma

Sediaan Daya Alir Mempertahankan bentuk

F1 aroma

lemah

Mudah mengalir dari tube dengan lancar

Dapat duduk pada sikat gigi dan mempertahankan bentuknya

F2 aroma

lemah

Mudah mengalir dari tube dengan lancar

Dapat duduk pada sikat gigi dan mempertahankan bentuknya

F3 aroma

sedang

Mudah mengalir dari tube dengan lancar

Dapat duduk pada sikat gigi dan mempertahankan bentuknya

F4 aroma

sedang

Mudah mengalir dari tube dengan lancar

Dapat duduk pada sikat gigi dan mempertahankan bentuknya

F5 aroma

kuat

Mudah mengalir dari tube dengan lancar

Dapat duduk pada sikat gigi dan mempertahankan bentuknya

Keterangan:

F1 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,1% F2 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,2% F3 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,3% F4 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,4% F5 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,5%

Kelima formula pasta gigi minyak kemangi mudah mengalir dari tube

dan setelah dipencet, pasta gigi tetap dapat duduk dan mampu

mempertahankan bentuknya. Hal ini dikarenakan kelima formula pasta gigi

minyak kemangi tidak memiliki perbedaan tekstur yang signifikan.

4.2.7.2 Uji organoleptis oleh sukarelawan

Uji organoleptis merupakan parameter yang penting untuk melihat

kesukaan dan penerimaan konsumen terhadap produk. Parameter pengujian ini

meliputi pemeriksaan aroma sediaan, daya alir, kemampuan mempertahankan


(57)

masing-masing sediaan pasta gigi terhadap setiap parameter pengujian organoleptis

dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9 Total skor hasil pengujian organoleptis sediaan oleh sukarelawan

Formula Nilai Pengamatan Total Aroma Sediaan Daya Alir Mempertahankan Bentuk Stabilitas Penyimpanan

F1 11 27 30 30 98

F2 14 28 30 30 102

F3 19 30 29 30 108

F4 25 30 29 30 114

F5 28 30 27 30 115

Keterangan :

F1 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,1% F2 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,2% F3 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,3% F4 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,4% F5 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,5%

a. Aroma

Aroma mempengaruhi kesukaan konsumen untuk membeli kembali

suatu produk pasta gigi. Pengukuran intensitas aroma dilakukan dengan cara

pengujian sensorik (manusia) untuk mengukur intensitas aroma sediaan pasta

gigi yang optimal yang masih dapat diterima konsumen.

Data pengujian organoleptis terhadap aroma sediaan pasta gigi minyak

kemangi terlampir (Lampiran 8). Kesukaan sukarelawan berbeda-beda

terhadap aroma sediaan. Dari Tabel 4.9 diperoleh nilai tertinggi terdapat pada

perlakuan konsentrasi minyak kemangi 0,5% (F5) yaitu sebesar 28 sedangkan

nilai terendah terdapat pada perlakuan konsentrasi minyak kemangi 0,1% (F1)


(58)

b. Daya alir

Pasta gigi memiliki kecenderungan untuk mengeras saat kering dan

dapat mempengaruhi daya alirnya saat dipencet dari tube. Pengerasan dapat

terjadi karena penguapan komponen cairan yang terdapat pada pasta gigi.

Penggunaan humektan dapat mencegah pengerasan pada pasta gigi sehingga

pasta gigi mudah dipencet dari tube.

Data pengujian organoleptis terhadap daya alir sediaan pasta gigi

minyak kemangi terlampir (Lampiran 8). Dari Tabel 4.9 diperoleh bahwa pada

uji daya alir, formula yang paling baik adalah formula pasta gigi yang

mengandung minyak kemangi 0,3% (F3), 0,4% (F4), dan 0,5% (F5) dengan

nilai tertinggi yaitu sebesar 30.

c. Mempertahankan bentuk

Sediaan tidak boleh terpisah menjadi fase cair dan fase padat selama

penyimpanan. Solidnya suatu pasta berpengaruh terhadap bentuk yang

dihasilkan saat dipencet dari tube. Pasta gigi harus memiliki sifat

mempertahankan bentuk pada saat dipencet dari tube dan dapat ‘duduk’ pada

sikat gigi. Pasta yang tenggelam pada sikat gigi tentu akan menyulitkan saat

digunakan konsumen. Konsentrasi komponen pasta gigi yang bersifat cair

sangat berpengaruh terhadap sifat ini.

Data pengujian organoleptis terhadap kemampuan mempertahankan

bentuk sediaan pasta gigi minyak kemangi terlampir (Lampiran 8). Tabel 4.9


(59)

yang paling baik adalah formula pasta gigi yang mengandung minyak kemangi

0,1% (F1) dan 0,2% (F2), dengan nilai tertinggi yaitu sebesar 30.

d. Stabilitas penyimpanan

Komponen dalam formulasi pasta gigi secara umum terbagi atas fase

padat seperti zat pembersih dan fase cair seperti humektan dan air. Pasta gigi

juga mengandung pengikat agar fase padat bercampur dengan fase cair dalam

kondisi yang stabil sehingga pasta gigi tidak terpisah dalam penyimpanan yang

lama.

Data pengujian organoleptis terhadap stabilitas sediaan pasta gigi

minyak kemangi terlampir (Lampiran 8). Dari tabel 4.9 diperoleh bahwa

kelima formula yaitu formula pasta gigi yang mengandung minyak kemangi

0,1% - 0,5 % menunjukkan stabilitas sediaan yang baik pada uji kestabilan.

Berdasarkan hasil uji organoleptis secara keseluruhan (Tabel 4.9) maka

formula yang paling disukai adalah formula pasta gigi yang mengandung

minyak kemangi 0,5% (F5) dengan total nilai tertinggi yaitu sebesar 115.

Sediaan menghasilkan pasta yang memberikan mudah dipencet dari tube, dapat

mempertahankan bentuknya pada sikat gigi dan menghasilkan wangi di mulut.

4.2.8 Uji penerimaan konsumen

4.2.8.1 Uji penerimaan konsumen terhadap warna

Warna merupakan kesan pertama yang diperoleh konsumen dari suatu

produk. Oleh karena itu, warna memiliki peranan yang penting dalam


(60)

Histogram tingkat kesukaan panelis terhadap warna pasta gigi minyak

kemangi dapat dilihat pada Gambar 4.2. Nilai yang diperoleh rentangnya

adalah 4,40 – 4,86 atau dapat diartikan antara netral sampai agak suka.

Gambar 4.2 Histogram uji penerimaan konsumen terhadap warna pasta gigi

minyak kemangi

Hasil analisa one way ANOVA terhadap warna pasta gigi minyak

kemangi (Lampiran 10, A.2) menyatakan bahwa formulasi produk yang

berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap kesukaan warna pasta gigi yang

dihasilkan (P > 0,05). Hal ini dikarenakan digunakan penambahan pewarna

dengan jumlah yang sama untuk setiap formula yaitu sebesar 0,2% sehingga

tidak terdapat perbedaan warna.

4.2.8.2 Uji penerimaan konsumen terhadap aroma

Aroma merupakan ciri khas suatu sediaan pasta gigi dan parameter


(61)

Pada uji kesukaan terhadap aroma pasta gigi minyak kemangi (Gambar 4.3),

nilai yang diperoleh rentangnya 3,17 – 4,80 atau dapat diartikan antara agak

tidak suka sampai agak suka. Tingkat kesukaan panelis terhadap aroma pasta

gigi berbeda-beda. Produk yang paling disukai adalah produk dari formula F5

sedangkan produk yang mendapatkan penilaian paling kecil adalah produk

yang dihasilkan dari formula F1.

Gambar 4.3 Histogram uji penerimaan konsumen terhadap aroma pasta gigi

minyak kemangi

Hasil analisa one way ANOVA terhadap aroma pasta gigi minyak

kemangi (Lampiran 10, B.2) menyatakan bahwa formulasi produk yang

berbeda berpengaruh nyata terhadap kesukaan aroma pasta gigi yang

dihasilkan (P < 0,05).

Uji lanjut menunjukkan bahwa pasta gigi yang yang dihasilkan dari


(62)

aroma yang dihasilkan pasta gigi dari formula F3, F4 dan F5. Selain itu,

formula kedua yaitu F2 juga menghasilkan aroma yang berbeda nyata dengan

pasta gigi yang dihasilkan dari formula F4 dan F5.

Tingkat kesukaan menunjukkan peningkatan dengan meningkatnya

konsentrasi penggunaan minyak kemangi. Semakin besar konsentrasi minyak

kemangi yang digunakan maka semakin kuat aroma pasta gigi sehingga

menambah kesukaan terhadap produk.

4.2.8.3 Uji penerimaan konsumen terhadap rasa

Rasa merupakan salah satu faktor yang menentukan keputusan

konsumen untuk menerima atau menolak suatu produk. Rasa dimulai melalui

tanggapan rangsangan indera pencicip hingga akhirnya terjadi keseluruhan

interaksi antara sifat aroma, rasa dan tekstur sebagai keseluruhan rasa produk.

Tingkat kesukaan panelis tertinggi yaitu sebesar 4,60 yaitu pada pasta

gigi dari formula F4 dan tingkat kesukaan terendah sebesar 2,60 yaitu pada

pasta gigi dari formula F1 (Gambar 4.4).

Hasil analisa one way ANOVA terhadap rasa pasta gigi minyak kemangi

(Lampiran 10, C.2) menyatakan bahwa formulasi produk yang berbeda

berpengaruh nyata terhadap kesukaan rasa pasta gigi yang dihasilkan (P <

0,05).

Uji lanjut menunjukkan bahwa pasta gigi yang yang dihasilkan dari

formula pertama yaitu F1 menghasilkan rasa yang berbeda nyata dengan rasa

yang dihasilkan pasta gigi dari formula F3, F4 dan F5. Selain itu, formula


(63)

yang dihasilkan dari formula F4 dan F5. Perbedaan rasa juga terjadi pada pasta

gigi dari formula F3 dengan pasta gigi formula F1 dan F4.

Gambar 4.4 Histogram uji penerimaan konsumen terhadap rasa pasta gigi

minyak kemangi

Perbedaan rasa dapat disebabkan karena peningkatan konsentrasi

minyak kemangi yang digunakan sehingga memberikan rasa pedas dan segar

pada pasta gigi. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya peningkatan kesukaan

terhadap produk.

4.2.8.4 Uji penerimaan konsumen terhadap tekstur

Tekstur merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi

kesukaan konsumen terhadap suatu produk. Histogram uji kesukaan panelis

terhadap tekstur pasta gigi minyak kemangi dapat dilihat pada Gambar 4.5.


(64)

terhadap tekstur produk hampir sama yaitu dalam rentang nilai 4,05 – 4,22,

atau dapat diartikan netral

Gambar 4.5 Histogram uji penerimaan konsumen terhadap tekstur pasta gigi

minyak kemangi

Hasil analisa one way ANOVA terhadap tekstur pasta gigi minyak

kemangi (Lampiran 10, D.2) menyatakan bahwa formulasi produk yang

berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap kesukaan tekstur pasta gigi yang


(65)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa

1. Minyak kemangi dengan konsentrasi 0,1 – 0,5 % dapat diformulasi dalam

sediaan pasta gigi karena memenuhi persyaratan sediaan pasta gigi.

2. Formulasi sediaan pasta gigi yang mengandung minyak kemangi dengan

konsentrasi 0,1 – 0,5 % memiliki sifat fisik yang baik dan memenuhi

persyaratan kestabilan sediaan.

3. Sediaan pasta gigi yang mengandung minyak kemangi dengan konsentrasi

0,1 – 0,5 % dapat diterima oleh konsumen. Dari hasil uji organoleptik dan

penerimaan konsumen maka produk yang paling disukai adalah pasta gigi

yang mengandung minyak kemangi 0,4% (F4) dan 0,5% (F5). Produk

mudah dipencet dari tube, dapat mempertahankan bentuknya pada sikat

gigi dan menghasilkan wangi di mulut. Semakin besar konsentrasi minyak

kemangi yang digunakan maka semakin kuat aroma pasta gigi sehingga

menambah daya terima oleh konsumen.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar menguji daya antibakteri


(66)

DAFTAR PUSTAKA

Afrensi, D.O. (2007). Pengaruh Minyak Atsiri Kemangi (Ocimum basilicum forma citratum back) Terhadap Infestasi Larva Lalat Hijau (Chrysomya megacephala) Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio). Skripsi. Bogor: Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Afrilla, M.S. (2011). Efektifitas Ekstrak Daun Sirih Hijau Terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans (In Vitro). Skripsi. Medan: Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara.

Ash, M., dan Ash, I. (1977). A Formulary of Cosmetics Preparation. New York: Chemical Co. Hal. 327.

Badan Standardisasi Nasional. (2006). Petunjuk Pengujian Organoleptik dan atau Sensori. SNI 12-2346-2006. Jakarta: Badan Standardisasi Nasionall. Hal. 5-6.

Cawson, R.A., dan Spector R.G. (1985). Clinical Pharmacology in Densitry. Edisi ke-4. New York: Churchill Livingstone. Hal. 89-90.

Depkes RI. (2001). Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid II. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 147.

Dewan Standardisasi Nasional. (1995). Standar Nasional Indonesia Pasta Gigi. SNI 12-3524-1995. Jakarta: Dewan Standardisasi Nasional. Hal. 1-3.

Direktur Jenderal Pengawas Obat dan Makanan (1994). Persyaratan Cemaran Mikroba pada Kosmetika. Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan Nomor: HK.00.06.4.02894. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 1-7.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Departemen Kesehatan RI. Hal. 33.

Hambali, E., Suryani, A., dan Rivai, M. (2005). Membuat Sabun Transparan untuk Gift dan Kecantikan. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal.73.

Jellinek, J.S. (1977). Formulation and Function of Cosmetics. New York: John Wiley & Sons, Inc. Hal. 268.


(67)

Katou, K. (2006). Toothpaste Composition. Tokyo: Kao Corp. Research Lab. Hal. 1-6.

Ketaren, S. (1985). Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: PN Balai Pustaka. Hal. 19-29.

Kharisma, D.P. (2002). Potensi Aktivitas Antiagregasi Platelet Lalap-Lalapan dan Pemanfaatan Pada Jeli Agar Pohpohan (Pilea trinervia), Kemangi (Ocimum americanum), dan Daun Kemang (Mangifera kemanga). Skripsi. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kirk, R.E., Othamer, D.F., Scott, J.D., dan Standen, A. (1957). Encyclopedia of

Chemical Technology. Volume 12. Edisi ke-4. New York: John Wiley & Sons. Hal. 321.

Lopez, J.P. (1999). Toothpaste Composition Containing Fluidized Polymer Suspensions of Carboxymethyl Cellulosa. Wilmington: Hercules Incorporated Hal. 4-5.

Muralidharan, A., dan Dhananjayan, R. (2009). Cardiac Stimulant Activity Of Ocimum basilicum Linn. Extracts. Indian Journal of Pharmacology. 36(3): 163-166.

Nirmala, W., Budiyanto, E., Wardani, A.Y., dan Stiyawan, H., (2012). Pemanfaatan Ekstrak Daun Kemangi (Ocinum canum) Sebagai Permen Herbal Pencegah Bau Mulut. Yogyakarta: UNY. Hal. 1-10.

Pitojo, S. (1996). Kemangi dan Selasih. Jakarta: Penerbit Trubus Agriwidya. Hal. 2.

Poucher, J. (2000). Poucher’s Perfumes, Cosmetics, and Soaps. Edisi ke-10. Editor: Hilda Buttler. Netherlands: Kluwer Academic Publisher. Hal. 220-230.

Pratiwi, R. (2005). Perbedaan Daya Hambat Terhadap Streptococcus mutans Dari Beberapa Pasta Gigi Yang Mengandung Herbal. Majalah Kedokteran Gigi (Dent. J). 38(2): 64-67.

Purnawati, D. (2006). Kajian Pengaruh Konsentrasi Sukrosa dan Asam Sitrat Terhadap Mutu Sabun Transparan. Skripsi. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Instititut Pertanian Bogor.

Putriyanti, D. (2009). 100% Cantik Rahasia Dibalik Buah + Sayur. Jakarta: Best Publisher. Hal. 45.


(68)

Ramadhan, A.G. (2010). Serba-Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta: Bukune. Hal. 2-4, 115-118.

Rawlins, E.A. (2003). Bentley's Textbook of Pharmaceutics. Edisi ke-18. London: Bailliere Tindall. Hal. 22.

Roeslan, B.O. (1996). Karakteristik Streptococcus mutans Penyebab Karies Gigi. Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi FKG Usakti: 10: 112.

Rosadi, A. (2007). Pembuatan Permen Tablet Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum basilicum). Skripsi. Bogor: Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Shadia, E., El-Aziz, A., Omer, E.A., Sabra, A.S., (2007). Chemical Composition of Ocimum americanum Essential Oil And The Biological Effects Against Agrotis Ipsilon, (Lepidoptera: Noctuidae). Res J Agric Biol Sci: 3: 740-747.

Sharma, S., Khan, I.A., Ali, I., Ali, F., Kumar, M., Kumar, A., Johri, R.K., Abdullah, S.T., Bani, S., Pandey, A., Suri, K.A., Gupta, B.D., Satti, N.K., Dutt, P., dan Qazi, G.N. (2009). Evaluation of The Antimicrobial, Antioxidant, and Anti-Inflammatoryactivities of Hydroxychavicol For Its Potential Use As An Oral Care Agent. Antimicrob Chemother. 53: 216-22.

Siemonsma, J.S., dan Piluek, K. (1994). Plant Resources of South-East Asia Vegetables. Bogor: Prosea Foundation. Hal. 412.

Simon, J.E. (1992). Basil: Promising New Essential Oil Crop. New Crops News 2(1): 458-462

Siregar, T., Dhiksawan, F.S., dan Farida, A. (2011). Pertumbuhan Streptococcus mutans pada Bioaktivitas Ekstrak Rimpang Lengkuas Secara In Vitro Dan Pemanfaatannya Sebagai Zat Aktif Pada Pasta Gigi. Jurnal Kimia. 5 (1): 9-23.

Sloane, E. (2004). Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC. Hal. 284.

Storehagen, S., Ose, N., dan Midha, N. (2003). Dentrifice and Mouthwashes Ingredients and Their Use. Oslo: Institutt for klinisk odontologi, Det odontologiske fakultet, Universitetet i Oslo. Hal. 7.

Sulianti, S.B (2008). Studi Fitokimia Ocimum spp.: Komponen Kimia Minyak Atsiri Kemangi dan Ruku-Ruku. Jurnal Ilmu-ilmu Hayati. 9(3): 237.


(1)

D.1. Data uji penerimaan konsumen terhadap tekstur pasta gigi minyak kemangi

Panelis Kode Sampel Jumlah Rata-rata

F1 F2 F3 F4 F5

1 4 4 5 3 3 19 3,8

2 5 4 5 4 6 24 4,8

3 4 5 6 6 5 26 5,2

4 4 6 6 6 6 28 5,6

5 6 6 6 5 4 27 5,4

6 4 5 4 6 4 23 4,6

7 4 3 4 5 6 22 4,4

8 4 5 5 5 6 25 5,0

9 5 4 3 2 2 16 3,2

10 3 3 3 2 6 17 3,4

11 4 3 4 4 4 19 3,8

12 6 5 3 5 3 22 4,4

13 3 3 4 4 4 18 3,6

14 5 6 6 6 7 30 6,0

15 5 4 4 5 3 21 4,2

16 4 5 6 6 6 27 5,4

17 7 7 7 7 5 33 6,6

18 3 6 6 6 5 26 5,2

19 5 3 6 5 4 23 4,6

20 5 4 3 4 4 20 4,0

21 6 5 4 2 5 22 4,4

22 4 6 7 7 7 31 6,2

23 3 4 3 3 3 16 3,2

24 5 5 6 7 6 29 5,8

25 6 5 5 5 5 26 5,2

26 3 4 5 4 4 20 4,0

27 3 4 3 4 4 18 3,6

28 5 4 4 4 4 21 4,2

29 4 5 4 5 5 23 4,6

30 4 2 3 2 1 12 2,4

Jumlah 133 135 140 139 137


(2)

Lampiran 10 (lanjutan)

Perhitungan

- Formula 1 (F1)

Interval nilai kesukaan tekstur F1 adalah 4,05 – 4,81 dan untuk penulisan nilai akhir diambil dari niai terkecil adalah 4,05.

- Formula 2 (F2)

Interval nilai kesukaan tekstur F2 adalah 4,09 – 4,91 dan untuk penulisan nilai akhir diambil dari niai terkecil adalah 4,09.


(3)

- Formula 3 (F3)

Interval nilai kesukaan tekstur F3 adalah 4,22 – 5,12 dan untuk penulisan nilai akhir diambil dari niai terkecil adalah 4,22.

- Formula 4 (F4)

Interval nilai kesukaan tekstur F4 adalah 4,10 – 5,16 dan untuk penulisan nilai akhir diambil dari niai terkecil adalah 4,10.


(4)

Lampiran 10 (lanjutan)

- Formula 5 (F5)

Interval nilai kesukaan tekstur F5 adalah 4,07 – 5,07 dan untuk penulisan nilai akhir diambil dari niai terkecil adalah 4,07.

D.2. Analisis one way ANOVA terhadap tekstur pasta gigi minyak kemangi

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

kode sampel 150 3,00 1,419 1 5

skor kesukaan 150 4,56 1,287 1 7

ANOVA

skor kesukaan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1,093 4 ,273 ,161 ,958

Within Groups 245,867 145 1,696


(5)

(6)