Formulasi Pasta Gigi yang Mengandung Minyak Kemangi (Ocimum Americanum L.)
FORMULASI PASTA GIGI YANG MENGANDUNG
MINYAK KEMANGI (Ocimum americanum L.)
SKRIPSI
OLEH: NASTITI WIDANTY
NIM 091501046
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
FORMULASI PASTA GIGI YANG MENGANDUNG
MINYAK KEMANGI (Ocimum americanum L.)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas SumateraUtara
OLEH: NASTITI WIDANTY
NIM 091501046
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
PENGESAHAN SKRIPSI
FORMULASI PASTA GIGI YANG MENGANDUNG
MINYAK KEMANGI (Ocimum americanum L.)
OLEH:
NASTITI WIDANTY NIM 091501046
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal: 9 Mei 2014
Pembimbing I, Panitia Penguji:
Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. Prof. Dr. Karsono, Apt.
NIP 196005111989022001 NIP 195409091982011001
Pembimbing II, Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt.
NIP 196005111989022001
Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt.
NIP 195107031977102001 NIP 195011171980022001
Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt. NIP 195306251986012001
Medan, Juni 2014 Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Dekan,
(4)
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim,
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penyusunan skripsi yang berjudul “Formulasi Pasta Gigi yang Mengandung
Minyak Kemangi (Ocimum americanum L.)”. Skripsi ini disusun untuk
melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Dekan Fakultas Farmasi Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., yang
telah memberikan fasilitas kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
pendidikan. Kepada Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Djendakita
Purba, M.Si., Apt., yang telah membimbing penulis dengan sabar sehingga
penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Kepada Ibu Dwi Lestari P., S.Si.,
M.Si., Apt., selaku penasehat akademik yang telah memberikan nasehat dan
arahan kepada penulis selama masa perkuliahan dan Bapak/Ibu Pembantu
Dekan, Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU atas ilmu yang
telah diberikan. Kepada Bapak Prof. Dr. Karsono, Apt., Ibu Dra. Fat Aminah,
M.Sc., Apt., dan Ibu Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., selaku dosen penguji
yang telah memberikan saran, arahan, kritik dan masukan kepada penulis
(5)
Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih serta penghargaan
yang tulus dan tak terhingga kepada orangtua tersayang Ayahanda Swis
Erwanto dan Ibunda Maidasri Nur atas doa dan dukungan baik moril maupun
materil, adik tersayang Nadya dan Prasetyo, kerabat-kerabat, dan teman-teman
semua atas motivasi dan segala bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan
khususnya di bidang Farmasi.
Medan, 9 Mei 2014
Penulis,
Nastiti Widanty NIM 091501046
(6)
FORMULASI PASTA GIGI YANG MENGANDUNG MINYAK KEMANGI (Ocimum americanum L.)
ABSTRAK
Dalam bidang kesehatan mulut, salah satu masalah yang sering dihadapi adalah bau mulut karena adanya plak gigi. Menyikat gigi merupakan suatu kontrol plak. Pewangi merupakan salah satu bagian penting dari pasta gigi karena mempengaruhi daya terima konsumen. Salah satu herbal yang dapat digunakan sebagai bahan pewangi adalah kemangi (Ocimum americanum L.). Minyak kemangi memiliki wangi yang khas dan dapat membunuh mikroorganisme oral sehingga dapat dimanfaatkan untuk menyegarkan bau mulut. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dapat atau tidaknya minyak kemangi diformulasikan dalam sediaan pasta gigi dan penerimaan konsumen terhadap pasta gigi yang mengandung minyak kemangi.
Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Minyak kemangi diformulasikan dalam sediaan pasta gigi dengan konsentrasi minyak kemangi yang digunakan adalah 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; dan 0,5%. Komposisi pasta gigi terdiri dari kalsium karbonat, kalsium hidroksida, magnesium karbonat, gliserin, gom arab, SLS, asam sitrat, sakarin, metil paraben, akuades dan pewarna hijau. Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan yaitu: uji homogenitas, pemeriksaan warna, kemampuan menyebar, pengukuran pH, uji organoleptis sediaan berupa pemeriksaan aroma, mempertahankan bentuk, daya alir, dan stabilitas penyimpanan, uji penerimaan konsumen terhadap pasta gigi mengenai warna, aroma, rasa dan tekstur.
Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan pasta gigi yang dihasilkan semuanya homogen. Sediaan pasta gigi mempunyai pH 8,53 – 8,76 dan tidak mengalami perubahan pH selama penyimpanan, stabil dalam penyimpanan selama 12 minggu. Semua sediaan mempunyai kemampuan menyebar 5,2 – 5,5 cm. Dari hasil uji organoleptis dan penerimaan konsumen maka produk yang paling disukai adalah pasta gigi yang mengandung minyak kemangi 0,4% (F4) dan 0,5% (F5). Produk mudah dipencet dari tube, dapat mempertahankan bentuknya pada sikat gigi dan menghasilkan wangi di mulut. Dapat disimpulkan bahwa minyak kemangi dapat diformulasi dalam sediaan pasta gigi dan semakin besar konsentrasi minyak kemangi yang digunakan maka semakin kuat aroma pasta gigi sehingga menambah daya terima oleh konsumen.
(7)
FORMULATION OF TOOTHPASTE CONTAINING BASIL OIL (Ocimum americanum L.)
ABSTRACT
In the field of oral health, one of the problems often encountered is bad breath due to dental plaque. Brushing teeth is a plaque control. Deodorizer is one of important parts of the toothpaste because it affects the consumer preference. One of herbs that can be used as a deodorizer is basil (Ocimum americanum L.). Basil oil has a distinctive aroma and can inhibit the growth of oral microorganisms that can be used to freshen bad breath. Goals of this research were to find out whether basil oil can be formulated in toothpaste and consumer acceptance of toothpaste containing basil oil.
Method of this research was experimental research. Basil oil was formulated in toothpaste by using 0.1; 0.2; 0.3; 0.4; and 0.5% concentration of basil oil. Compositions of toothpaste were calsium carbonate, calsium hydroxide, magnesium carbonate, glycerin, guar gum, SLS, citric acid, saccharin, methyl paraben, distilled water and green dye. Some tests had been done to the preparations including: homogeneity test, colour examination, spread ability determination, pH determination, organoleptic test included aroma, shape retention, threading property and storage stability, consumer preference test of colour, aroma, taste and texture.
The result of homogeneity test showed that all of toothpaste preparations were homogenous. Preparations had pH value 8.53 – 8.76 and didn’t have pH change in storage, were stable in storage for 12 weeks. All the preparations had spread ability value 5.2 - 5.5 cm. The results of organoleptic and consumer preference test showed that the most preferred products were toothpaste containing basil oil 0.4% (F4) and 0.5% (F5). The products were easy to squeeze out of the tube, retained its shape on the toothbrush and freshened mouth. Therefore, it could be concluded that basil oil could be formulated in toothpaste and the higher concentration of basil oil was used, the stronger aroma of toothpaste so rose the consumer preference.
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Hipotesis ... 3
1.4 Tujuan Penelitian ... 4
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Kemangi ... 5
2.1.1 Morfologi dan budidaya kemangi ... 5
2.1.2 Kandungan dan manfaat kemangi ... 6
(9)
2.2 Rongga Mulut ... 8
2.2.1 Struktur gigi ... 10
2.2.2 Bau mulut ... 12
2.3 Pasta Gigi ... 14
2.3.1 Fungsi pasta gigi ... 15
2.3.2 Bahan pasta gigi ... 16
BAB III METODE PENELITIAN ... 20
3.1 Alat-Alat ... 20
3.2 Bahan-Bahan ... 20
3.3 Pemeriksaan Standar Mutu Minyak Kemangi ... 20
3.4 Formulasi Sediaan Pasta Gigi ... 21
3.4.1 Formula standar ... 21
3.4.2 Formula modifikasi ... 21
3.4.3 Pembuatan sediaan pasta gigi ... 23
3.5 Pemeriksaan Pasta Gigi ... 24
3.5.1 Pemeriksaan homogenitas ... 24
3.5.2 Pemeriksaan warna ... 24
3.5.3 Pemeriksaan kemampuan menyebar ... 24
3.5.4 Pemeriksaan pH ... 25
3.5.5 Pemeriksaan angka lempang total (ALT) ... 25
3.5.6 Pemeriksaan stabilitas sediaan ... 26
3.5.7 Uji organoleptis ... 26
(10)
3.5.7.2 Uji organoleptis oleh sukarelawan ... 26
3.5.8 Uji penerimaan konsumen ... 28
3.6 Bagan Alur Penelitian ... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31
4.1 Hasil Pemeriksaan Standar Mutu Minyak Kemangi ... 31
4.2 Hasil Pemeriksaan Pasta Gigi ... 31
4.2.1 Homogenitas sediaan ... 32
4.2.2 Warna sediaan ... 33
4.2.3 Kemampuan menyebar sediaan ... 34
4.2.4 pH sediaan ... 35
4.2.5 Angka lempang total (ALT) sediaan ... 37
4.2.6 Pemeriksaan stabilitas sediaan ... 38
4.2.7 Uji organoleptis ... 39
4.2.7.1 Uji organoleptis oleh peneliti ... 39
4.2.7.2 Uji organoleptis oleh sukarelawan ... 40
4.2.8 Uji penerimaan konsumen ... 43
4.2.8.1 Uji penerimaan konsumen terhadap warna ... 43
4.2.8.2 Uji penerimaan konsumen terhadap aroma ... 44
4.2.8.3 Uji penerimaan konsumen terhadap rasa .. 46
4.2.8.4 Uji penerimaan konsumen terhadap tesktur ... 47
(11)
5.2 Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA ... 50
(12)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Kegunaan dari bagian-bagian tanaman kemangi ... 7
2.2 Sifat fisika kimia minyak kemangi ... 8
2.3 Syarat mutu pasta gigi ... 15
3.1 Formula sediaan pasta gigi ... 23
4.1 Hasil pemeriksaan standar mutu minyak kemangi ... 31
4.2 Data pengamatan warna sediaan selama penyimpanan ... 33
4.3 Data pengukuran kemampuan menyebar sediaan ... 34
4.4 Data pengukuran pH sediaan pada saat selesai dibuat ... 36
4.5 Data pengukuran pH sediaan setelah penyimpanan 12 minggu ... 36
4.6 Data penentuan angka lempeng total (ALT) sediaan ... 37
4.7 Data pengamatan stablitas sediaan (pemisahan komponen pasta gigi) selama penyimpanan ... 39
4.8 Data hasil pengamatan organoleptis sediaan ... 40
4.9 Total skor hasil pengujian organolpetis sediaan oleh sukarelawan ... 41
(13)
DAFTAR GAMBAR
Gambar` Halaman
2.1 Struktur gigi ... 11
4.1 Hasil uji homogenitas sediaan pasta gigi minyak kemangi ... 32
4.2 Histogram uji penerimaan konsumen terhadap warna pasta gigi
minyak kemangi ... 44
4.3 Histogram uji penerimaan konsumen terhadap aroma pasta gigi minyak kemangi ... 45
4.4 Histogram uji penerimaan konsumen terhadap rasa pasta gigi
minyak kemangi ... 47
4.5 Histogram uji penerimaan konsumen terhadap tekstur pasta gigi minyak kemangi ... 48
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Gambar minyak kemangi ... 54
2 Gambar sediaan pasta gigi ... 55
3 Gambar alat analisa minyak kemangi ... 56
4 Gambar alat pH meter ... 57
5 Gambar hasil uji daya sebar sediaan pasta gigi ... 58
6 Gambar sediaan pasta gigi yang diberikan kepada sukarelawan ... 59
7 Gambar sediaan pasta gigi yang diletakkan pada sikat gigi ... 60
8 Data uji organoleptis sediaan pasta gigi terhadap sukarelawan ... 61
9 Lembar kuisioner uji penerimaan konsumen ... 63
10 Data uji penerimaan konsumen terhadap sediaan pasta gigi dan analisis one way ANOVA ... 64
11 Hasil analisa minyak kemangi ... 82
(15)
FORMULASI PASTA GIGI YANG MENGANDUNG MINYAK KEMANGI (Ocimum americanum L.)
ABSTRAK
Dalam bidang kesehatan mulut, salah satu masalah yang sering dihadapi adalah bau mulut karena adanya plak gigi. Menyikat gigi merupakan suatu kontrol plak. Pewangi merupakan salah satu bagian penting dari pasta gigi karena mempengaruhi daya terima konsumen. Salah satu herbal yang dapat digunakan sebagai bahan pewangi adalah kemangi (Ocimum americanum L.). Minyak kemangi memiliki wangi yang khas dan dapat membunuh mikroorganisme oral sehingga dapat dimanfaatkan untuk menyegarkan bau mulut. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dapat atau tidaknya minyak kemangi diformulasikan dalam sediaan pasta gigi dan penerimaan konsumen terhadap pasta gigi yang mengandung minyak kemangi.
Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Minyak kemangi diformulasikan dalam sediaan pasta gigi dengan konsentrasi minyak kemangi yang digunakan adalah 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; dan 0,5%. Komposisi pasta gigi terdiri dari kalsium karbonat, kalsium hidroksida, magnesium karbonat, gliserin, gom arab, SLS, asam sitrat, sakarin, metil paraben, akuades dan pewarna hijau. Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan yaitu: uji homogenitas, pemeriksaan warna, kemampuan menyebar, pengukuran pH, uji organoleptis sediaan berupa pemeriksaan aroma, mempertahankan bentuk, daya alir, dan stabilitas penyimpanan, uji penerimaan konsumen terhadap pasta gigi mengenai warna, aroma, rasa dan tekstur.
Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan pasta gigi yang dihasilkan semuanya homogen. Sediaan pasta gigi mempunyai pH 8,53 – 8,76 dan tidak mengalami perubahan pH selama penyimpanan, stabil dalam penyimpanan selama 12 minggu. Semua sediaan mempunyai kemampuan menyebar 5,2 – 5,5 cm. Dari hasil uji organoleptis dan penerimaan konsumen maka produk yang paling disukai adalah pasta gigi yang mengandung minyak kemangi 0,4% (F4) dan 0,5% (F5). Produk mudah dipencet dari tube, dapat mempertahankan bentuknya pada sikat gigi dan menghasilkan wangi di mulut. Dapat disimpulkan bahwa minyak kemangi dapat diformulasi dalam sediaan pasta gigi dan semakin besar konsentrasi minyak kemangi yang digunakan maka semakin kuat aroma pasta gigi sehingga menambah daya terima oleh konsumen.
(16)
FORMULATION OF TOOTHPASTE CONTAINING BASIL OIL (Ocimum americanum L.)
ABSTRACT
In the field of oral health, one of the problems often encountered is bad breath due to dental plaque. Brushing teeth is a plaque control. Deodorizer is one of important parts of the toothpaste because it affects the consumer preference. One of herbs that can be used as a deodorizer is basil (Ocimum americanum L.). Basil oil has a distinctive aroma and can inhibit the growth of oral microorganisms that can be used to freshen bad breath. Goals of this research were to find out whether basil oil can be formulated in toothpaste and consumer acceptance of toothpaste containing basil oil.
Method of this research was experimental research. Basil oil was formulated in toothpaste by using 0.1; 0.2; 0.3; 0.4; and 0.5% concentration of basil oil. Compositions of toothpaste were calsium carbonate, calsium hydroxide, magnesium carbonate, glycerin, guar gum, SLS, citric acid, saccharin, methyl paraben, distilled water and green dye. Some tests had been done to the preparations including: homogeneity test, colour examination, spread ability determination, pH determination, organoleptic test included aroma, shape retention, threading property and storage stability, consumer preference test of colour, aroma, taste and texture.
The result of homogeneity test showed that all of toothpaste preparations were homogenous. Preparations had pH value 8.53 – 8.76 and didn’t have pH change in storage, were stable in storage for 12 weeks. All the preparations had spread ability value 5.2 - 5.5 cm. The results of organoleptic and consumer preference test showed that the most preferred products were toothpaste containing basil oil 0.4% (F4) and 0.5% (F5). The products were easy to squeeze out of the tube, retained its shape on the toothbrush and freshened mouth. Therefore, it could be concluded that basil oil could be formulated in toothpaste and the higher concentration of basil oil was used, the stronger aroma of toothpaste so rose the consumer preference.
(17)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam bidang kesehatan terutama kesehatan mulut, salah satu masalah
yang sering dihadapi adalah bau mulut. Sejumlah penelitian menunjukkan
bahwa penyebab beberapa masalah yang menimpa rongga mulut diantaranya
bau mulut adalah karena adanya dental plaque atau plak gigi (Siregar, dkk.,
2011).
Bakteri yang berperan penting dalam pembentukan plak gigi adalah
bakteri yang mempunyai kemampuan untuk membentuk polisakarida
ekstraseluler, yaitu jenis Streptococcus. Bakteri Streptococcus yang ditemukan
dalam jumlah besar pada plak penderita karies adalah Streptococcus mutans
(Roeslan, 1996).
Bau mulut selain disebabkan oleh bakteri juga disebabkan oleh sisa-sisa
makanan yang tertinggal di dalam mulut. Hal ini erat kaitannya dengan
kebersihan mulut yang tidak terjaga (Nirmala, dkk., 2012).
Menyikat gigi merupakan suatu kontrol plak. Saat ini kontrol plak telah
dilengkapi dengan penambahan bahan aktif yang mengandung bahan dasar
alami ataupun sintetik sebagai bahan antibakteri yang tersedia dalam bentuk
sediaan obat kumur dan pasta gigi (Pratiwi, 2005).
Pasta gigi adalah campuran bahan penggosok, pembersih dan tambahan
(18)
maupun membran mukosa mulut (Dewan Standardisasi Nasional, 1995). Pasta
gigi berisi antibakteri, penggosok, pelembab, pemanis, pengikat dan perasa.
Selain itu terdapat juga bahan-bahan tambahan yaitu deterjen, pengawet,
penyedap dan pewarna (Ash dan Ash, 1977).
Bahan pewangi adalah salah satu bagian penting dari pasta gigi karena
mempengaruhi daya terima konsumen. Pewangi juga merupakan bagian yang
paling eksklusif dari formulasi. Pewangi yang umum digunakan dalam pasta
gigi adalah minyak mint (Poucher, 2000).
Oleh karena itu bahan alternatif dari bahan minyak esensial dan ekstrak
tumbuhan-tumbuhan herbal merupakan hal yang menarik untuk dijadikan
pilihan sebagai bahan pewangi dalam pasta gigi.
Salah satu herbal yang dapat digunakan sebagai bahan pewangi adalah
kemangi (Ocimum americanum L.). Daun kemangi belum banyak
dimanfaatkan, padahal memiliki wangi yang khas. Tanaman ini dapat
dimanfaatkan untuk menyegarkan bau mulut (Putriyanti, 2009). Tanaman
kemangi mengandung minyak atsiri yang jika disuling menghasilkan rendemen
sekitar 0,2% sampai 0,7%. Komponen kimia yang terkandung dalam minyak
atsiri adalah eugenol, metil chavicol, linool, dan hidrokarbon bertitik didih
rendah (pinene dan olefin terpene). Minyak kemangi banyak digunakan sebagai
flavoring agent dan juga campuran parfum dan pewangi sabun (Ketaren, 1985). Hasil penelitian Thaweebon & Thaweebon (2009) menunjukkan bahwa
minyak kemangi dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme oral yaitu
(19)
minimum 0,08%. Menurut Thaweebon & Thaweebon (2009) minyak kemangi
dapat digunakan sebagai komponen dalam produk kesehatan oral seperti, obat
kumur dan pasta gigi.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk memformulasi
minyak kemangi dalam sediaan pasta gigi. Aplikasi wangi kemangi diharapkan
dapat memberikan nilai tambah pada produk pasta gigi yang dihasilkan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah
penelitian adalah:
1. Apakah minyak kemangi dapat diformulasi dalam sediaan pasta gigi?
2. Apakah formulasi sediaan pasta gigi yang dihasilkan memiliki sifat fisik
dan stabilitas yang baik?
3. Apakah sediaan pasta gigi yang mengandung minyak kemangi dapat
diterima oleh konsumen?
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian
ini adalah:
1. Minyak kemangi dapat diformulasi dalam sediaan pasta gigi.
2. Formulasi sediaan pasta gigi yang dihasilkan memiliki sifat fisik dan
stabilitas yang baik.
(20)
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah minyak kemangi dapat diformulasi dalam
sediaan pasta gigi.
2. Untuk mengetahui sifat fisik dan stabilitas formulasi sediaan pasta gigi
yang dihasilkan.
3. Untuk mengetahui apakah sediaan pasta gigi yang mengandung minyak
kemangi dapat diterima oleh konsumen.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah dapat memberikan alternatif
formula pasta gigi yang berasal dari bahan alam sehingga dapat bermanfaat
bagi bidang kesehatan dan farmasi serta menambah daya guna tanaman
(21)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kemangi
Kemangi adalah jenis sayur yang daunnya memiliki aroma yang khas.
Kemangi juga dikenal sebagai sayuran yang dapat dimakan sebagai lalapan
segar. Tanaman yang beraroma wangi ini dapat dimanfaatkan untuk
menyegarkan bau badan dan bau mulut (Putriyanti, 2009).
Menurut Pitojo (1996) sistematika tumbuhan kemangi adalah sebagai
berikut:
Divisio : Magnoliophyta
Sub divisio : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Ocimum
Spesies : Ocimum americanum L.
2.1.1 Morfologi dan budidaya kemangi
Kemangi merupakan tanaman semak semusim dengan tinggi 30-150
cm, batangnya berkayu, segi empat, beralur, bercabang, dan memiliki bulu
berwarna hijau. Daunnya tunggal dan berwarna hijau, bersilang, berbentuk
bulat telur, ujungnya runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi, dan pertulangan
(22)
pendek berwarna hijau, mahkota bunga berbentuk bulat telur dengan warna
keunguan. Buah berbentuk kotak dan berwarna coklat tua, bijinya berukuran
kecil, tiap buah terdiri dari empat biji yang berwarna hitam, akarnya tunggang
dan berwarna putih kotor (Depkes RI, 2001).
Kemangi tahan terhadap cuaca panas dan dingin. Jika ditanam di daerah
dingin daunnya lebih lebar dan lebih hijau, sedangkan di daerah panas daunnya
kecil, tipis dan berwarna lebih pucat. Kemangi tidak menuntut syarat tumbuh
yang rumit, sehingga dapat ditanam di berbagai daerah, khususnya yang
bertanah asam.
Kemangi tumbuh pada tepi-tepi jalan, ladang dan sawah-sawah kering,
dalam hutan jati, dan disemaikan di kebun-kebun. Tanaman ini dapat di
temukan di seluruh pulau Jawa pada ketinggian 450-1100 meter di atas
permukaan laut (Kharisma, 2002).
2.1.2. Kandungan dan manfaat kemangi
Kemangi mengandung minyak atsiri, asam askorbat, asam kafeat,
iskulin, histidin, magnesium, beta karoten, dan betasitosterol (Putriyanti, 2009).
Menurut Siemonsma dan Piluek (1994) komposisi gizi daun kemangi per 100
gram bahan mengandung air 87 gram, protein 3,3 gram, serat sebanyak 2 gram,
unsur Ca 320 mg, unsur Fe 4,5 mg, dan vitamin C sebesar 27 mg.
Tanaman kemangi memiliki banyak manfaat yaitu dapat digunakan
sebagai bumbu masakan karena aroma yang dihasilkan dari daun (Sulianti,
2008). Selain itu, daun kemangi juga bermanfaat untuk kesehatan tubuh.
(23)
ASI kurang subur (Rosadi, 2007). Tanaman kemangi juga dapat digunakan
sebagai antipiretik, antiemetik, diuretik, dan kardiotonik (Muralidharan dan
Dhananjayan, 2009).
Bagian-bagian dari tanaman kemangi juga dapat digunakan sebagai
obat. Kegunaan dari bagian-bagian tanaman kemangi dapat dilihat pada Tabel
2.1 (Afrensi, 2007).
Tabel 2.1 Kegunaan dari bagian-bagian tanaman kemangi
Bagian Tanaman Kegunaan
Akar Penyakit kulit
Daun Tonikum, karminatif, stomatikum, obat borok, batuk, peluruh haid, demam, sariawan
Biji Penyakit mata, borok, sedatif, pencahar, sembelit, kejang perut
Semua bagian Pewangi, penambah nafsu makan, disentri, demam
2.1.3 Minyak kemangi
Simon (1992) menyatakan bahwa kemangi mengandung minyak atsiri
yang dapat digunakan sebagai parfum, farmasi, dan industri makanan.
Kandungan minyak atsiri kemangi meliputi metil kavikol, linalool, kamfor,
sitral, dan eugenol. Menurut Ketaren (1985) hasil penyulingan kemangi
menghasilkan rendemen minyak atsiri sekitar 0,2 % dengan kandungan yang
terdiri atas sineol, metil kavikol, dan hidrokarbon bertitik rendah. Minyak
kemangi banyak digunakan sebagai flavoring agent terutama pada kembang
gula, bahan pangan, sambal sup, pasta tomat, asinan dan sebagai bumbu pada
daging dan sosis. Minyak kemangi juga digunakan untuk campuran parfum dan
(24)
Minyak kemangi merupakan cairan yang berwarna kuning dan
beraroma tajam khas kemangi. Sifat fisika kimia minyak kemangi (basil oil)
menurut Ketaren (1985) yaitu:
Tabel 2.2 Sifat fisika kimia minyak kemangi
Karakteristik Nilai
Rendemen (%) 0,18 – 0,32
Bobot Jenis 15o/15oC 0,9246 – 0,9303 Putaran Optik (-)7o0 – (+)8o15’ Indeks Bias pada 20oC 1,49250 – 1,49497
Bilangan Asam 0,8 – 1,5
Selain sebagai flavoring agent, minyak kemangi juga berkhasiat
sebagai antibakteri. Minyak kemangi telah menunjukkan aktivitas antibakteri
terhadap Staphylococcus aureus, Streptomyces pygoneses, Escherichia coli dan
Salmonella typhosa. Aktivitas antituberkular melawan Mycobacterium sp ditemukan pada konsentrasi 100 ppm minyak kemangi (Thaweebon dan
Thaweebon, 2009).
Hasil peneltian Thaweebon & Thaweebon (2009) menunjukkan bahwa
minyak kemangi memilki akitvitas antibakteri terhadap bakteri oral terutama S.
mutans dan L. casei. Minyak kemangi mungkin dapat digunakan sebagai komponen dalam produk perawatan oral seperti obat kumur dan pasta gigi
karena telah terbukti dapat melawan bakteri oral.
2.2 Rongga Mulut
Rongga mulut dilapisi oleh membran mukosa yang berfungsi untuk
(25)
menghasilkan cairan yang disebut mukus yang berfungsi menjaga rongga
mulut agar selalu lembab. Mulut terdiri dari beberapa bagian yaitu:
1. Bibir
Bibir terdiri dari dua bagian, yaitu bagian yang tertutup kulit di bagian luar dan
bagian yang tertutup membran mukosa di bagian dalam. Bibir mempunyai
peran dalam proses bicara dan makan, serta memiliki fungsi estetik atau
keindahan. Bibir dan pipi berfungsi menutup rongga mulut agar makanan atau
air ludah tidak keluar dari rongga mulut.
2. Langit-langit atau palatum
Merupakan atap dari rongga mulut yang membatasi rongga mulut dan rongga
hidung di atasnya. Langit-langit terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang keras
di sebelah depan, dan bagian lunak di belakangnya.
Pada bagian langit-langit lunak terdapat uvula yang menggantung di belakang
mulut. Ketika menelan makanan, langit-langit lunak akan menutup saluran ke
hidung sehingga makanan tidak masuk ke hidung.
3. Lidah
Lidah merupakan suatu organ yang berisi jaringan otot yang menempel pada
dasar mulut. Pada permukaannya terdapat tonjolan-tonjolan yang disebut papil
lidah, dimana terdapat indra perasa. Selain berperan sebagai indra perasa, lidah
juga berperan penting dalam proses fonasi atau berbicara, proses pengunyahan
(membantu mengatur posisi makanan di dalam mulut), dan proses penelanan
(26)
4. Dasar mulut
Bagian bawah lidah disebut sebagai dasar mulut. Disitu terdapat lubang yang
merupakan muara dari kelenjar saliva. Selain di dasar mulut, muara kelenjar
saliva juga terdapat di dinding pipi kanan dan kiri bagian atas sebelah
belakang.
Kelenjar saliva menghasilkan saliva atau air ludah yang mengandung enzim
amilase. Enzim ini berfungsi untuk memecah karbohidrat di dalam makanan
agar lebih mudah dicerna. Selain itu saliva, juga berfungsi menjaga
kelembaban gigi dan mulut, membersihkan sisa makanan yang tertinggal dan
menjaga tingkat keasaman di mulut agar tetap rendah.
5. Gigi
Gigi merupakan suatu organ keras yang fungsi utamanya adalah mengunyah
makanan. Gigi tertanam di tulang alveolar, yaitu suatu tulang yang menempel
di permukaan tulang rahang. Tulang alveolar yang ditutupi oleh gusi berfungsi
menopang gigi agar gigi dapat berdiri dengan kokoh. Tulang alveolar dan gusi
merupakan bagian dari jaringan periodontal yaitu jaringan yang berfungsi
sebagai pendukung atau penopang gigi (Ramadhan, 2010).
2.2.1 Struktur gigi
Manusia memiliki 2 susunan gigi: gigi primer (desiduos atau gigi susu)
dan gigi sekunder (permanen).
a. Gigi primer dalam setengah lengkung gigi (dimulai dari ruang diantara dua
gigi depan) terdiri dari dua gigi seri, satu taring, dua geraham (molar),
(27)
b. Gigi sekunder mulai keluar pada usia lima sampai enam tahun. Setengah
dari lengkung gigi terdiri dari dua gigi seri, satu taring, dua premolar
(bikuspid), dan tiga geraham (trikuspid), untuk total keseluruhan 32 buah.
Gambar 2.1 Struktur gigi (Poucher, 2000)
Sebuah gigi mempunyai mahkota, leher dan akar. Gigi terbuat dari
bahan yang sangat keras yaitu dentin. Bagian gigi yang menjulang di atas gusi
ditutupi email yang jauh lebih keras daripada dentin. Komponen gigi sebagai
berikut:
a. Mahkota adalah bagian gigi yang terlihat.
b. Akar gigi merupakan bagian gigi yang tertanam ke dalam prosesus
(kantong) alveolar tulang rahang.
c. Mahkota dan akar bertemu pada leher yang diselubungi gingiva (gusi)
d. Membran periodontal merupakan jaringan ikat yang melapisi kantong
alveolar dan melekat pada sementum di akar. Membran ini menahan gigi
di rahang.
mahkota email dentin Gingiva (gusi)
pulpa sementum
(28)
e. Rongga pulpa dalam mahkota melebar ke dalam saluran akar, berisi pulpa
gigi yang mengandung pembuluh darah dan saraf. Saluran akar membuka
ke tulang melalui foramen apikal (Sloane, 2004).
2.2.2 Bau mulut
Masalah bau mulut atau bau nafas tidak sedap dapat menjadi masalah
dalam pergaulan sehari-hari karena menyebabkan orang lain menjaga jarak dan
menghindar. Bau mulut juga dapat menjadi pertanda gangguan atau penyakit
tertentu (Wijayakusuma, 2008).
Penyebab bau mulut bisa disebabkan oleh beberapa hal. Namun
penyebab bau mulut yang paling sering adalah masalah kebersihan mulut.
Brikut ini adalah hal-hal yang bisa menimbulkan kondisi bau mulut
(Ramadhan, 2010):
1. Masalah gigi
Kebersihan mulut yang buruk dan penyakit periodontal bisa menjadi sumber
terjadinya bau mulut. Jika rongga mulut tidak dibersihkan dengan menyikat
gigi, plak yang berisi bakteri akan semakin menumpuk. Selain berbahya bagi
kesehatan gigi dan gusi, bakteri-bakteri ini bisa mengeluarkan senyawa sulfur
yang bisa membuat nafas “harum semerbak”.
2. Makanan
Partikel-partikel makanan yang tertinggal di dalam mulut bisa menimbulkan
bau yang tidak enak. Beberapa makanan tertentu seperti bawang putih dan
bawang bombay mengandung suatu senyawa yang bisa menimbulkan bau.
(29)
dalam peredaran darah, senyawa ini akan dibawa ke dalam paru-paru dan bisa
menimbulkan bau ketika berbicara. Selain dari makanan, minuman alkohol
juga bekerja dengan cara yang sama dalam menimbulkan bau mulut.
3. Mulut kering
Air ludah membantu melembabkan dan menjaga kebersihan mulut. Jika
produksi air ludah berkurang, plak dan karang gigi semakin mudah terbentuk.
sel yang sudah mati juga akan menumpuk pada gusi, lidah, dan pipi.
Sel-sel ini akan terurai dan menghasilkan bau yang tidak enak. Mulut kering
biasanya terjadi secara alami ketika bagun tidur. Hal inilah yang menyebabkan
bau mulut ketika bangun tidur di pagi hari. Kebiasaan bernafas lewat mulut,
merokok, dan obat-obatan tertentu juga bisa menyebabkan mulut kering.
4. Penyakit
Ada berbagai penyakit yang bisa mengakibatkan timbulnya bau mulut,
diantaranya, infeksi pada rongga mulut dan saluran pernafasan, penyakit hati,
ginjal, diabetes dan hiatal hernia.
5. Kebiasaan merokok
Merokok bisa mengakibatkan mulut kering dan menimbulkan bau yang khas
dari rokok. Kebiasaan ini juga meningkatkan resiko terjadinya penyakit
periodontal yang juga berhubungan dengan bau mulut.
6. Diet yang berlebihan
Diet dan puasa juga bisa menimbulkan bau mulut akibat proses ketoasidosis,
(30)
Karena bau mulut paling sering disebabkan oleh masalah kebersihan
mulut, maka bau mulut dapat dicegah dengan menjaga kebersihan dan
kesehatan rongga mulut. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk
mencegah bau mulut (Ramadhan, 2010):
• Menyikat gigi secara teratur terutama setelah makan. Penggunaan obat kumur biasanya hanya menyegarkan nafas secara sementara. Tanpa
menyikat gigi, obat kumur tidak akan efektif menghilangkan bau mulut.
• Menyikat lidah bisa dengan menggunakan sikat gigi ataupun sikat lidah. Sikatlah permukaan lidah sebanyak 5 sampai 15 gosokan, terutama bagian
tengah lidah.
• Apabila menggunakan kawat gigi lepasan ataupun gigi tiruan lepasan, bersihkan alat-alat ini secara rutin.
• Jagalah agar mulut tetap lembab dengan cara minum air putih yang cukup (bukan kopi ataupun softdrink), atau dengan mengunyah permen karet atau
menghisap permen (sebaiknya yang tidak mengandung gula).
• Gantilah sikat gigi dengan yang baru setiap 3 bulan sekali.
• Lakukan pemeriksaan gigi di dokter gigi minimal setiap 6 bulan sekali.
2.3 Pasta Gigi
Pasta gigi adalah campuran bahan penggosok, pembersih dan tambahan
yang digunakan untuk membantu membersihkan gigi tanpa merusak gigi
(31)
Syarat mutu pasta gigi (Dewan Standarisasi Nasional, 1995) sebagai
berikut:
Tabel 2.3 Syarat mutu pasta gigi
No Jenis Uji Satuan Syarat
1 Sukrosa atau karbohidrat
lain yang terfermentasi - Negatif
2 pH - 4,5-10,5
3 Cemaran logam a. Pb b. Hg c. As ppm ppm ppm Maksimal 5,0 Maksimal 0,02 Maksimal 2,0 4 Cemaran mikroba a. Angka lempeng total b. E.coli
- -
<105 Negatif
5 Zat Pengawet Sesuai dengan yang diijinkan Dept
Kes 6 Formaldehida maks
sebagai formaldehida bebas % 0,1
7 Flour bebas Ppm 800-1500
8 Zat warna - Sesuai dengan yang diijinkan Dept
Kes
9
Organoleptik a. Keadaan
b. Benda Asing
Harus lembut, serba sama (homogen) tidak terlihat adanya gelembung udara, gumpalan, dan partikel yang terpisah.
Tidak tampak
2.3.1 Fungsi pasta gigi
Secara umum fungsi pasta gigi dapat disimpulkan sebagai berikut:
• menghilangkan plak.
• mengurangi kerusakan gigi akibat karies gigi.
• memberikan efek lain, seperti: mengurangi rasa nyeri akibat pencabutan gigi, dan sebagainya.
(32)
• membersihkan gigi dan memberikan rasa segar pada mulut (Cawson dan Spector, 1985).
2.3.2 Bahan pasta gigi
Pada umumnya pasta gigi mengandung bahan abrasif, surfaktan,
humektan, bahan pengikat, pemanis, bahan pewangi dan perasa serta bahan
minor lainnya seperti pewarna dan pengawet (Poucher, 2000).
Di bawah ini adalah komposisi umum dan kandungan bahan aktif yang
biasa diaplikasikan ke dalam pasta gigi:
a. Bahan Abrasif
Bahan abrasif yang terdapat dalam pasta gigi umumnya berbentuk
bubuk pembersih yang dapat memolish dan menghilangkan stain dan plak.
Bentuk dan jumlah bahan abrasif dalam pasta gigi membantu untuk menambah
kekentalan pasta gigi. Contoh bahan abrasif ini antara lain silika atau silika
hidrat, sodium bikarbonat, aluminium oksid, dikalsium fosfat dan kalsium
karbonat (Siregar, dkk., 2011).
Kalsium karbonat adalah salah satu abrasif yang paling sering
digunakan dalam pasta gigi. Endapan kalsium karbonat (kapur) tersedia dengan
warna putih atau semi putih dan ukuran serta bentuk kristal yang bervariasi,
tergantung kondisi pembuatannya. Karena kandungan kalsium maka endapan
kalsium karbonat tidak kompatibel bila dicampurkan dengan natrium fluorida,
tetapi sedikit lebih stabil dengan natrium monofluoropospat. Kalsium karbonat
juga digunakan pada konsentrasi antara 30% dan 50% untuk memberikan
(33)
b. Surfaktan
Surfaktan digunakan dalam pasta gigi untuk membantu penetrasi film
pada permukaan gigi dengan menurunkan tegangan permukaan. Surfaktan juga
memberikan manfaat sekunder dengan menghasilkan busa untuk
membersihkan dan menghapus debris.
Surfaktan yang digunakan dalam pasta gigi tidak boleh beracun dan
non-iritasi untuk mukosa oral dalam kondisi normal. Hal ini membatasi pilihan
bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai surfaktan.
Awalnya, sabun yang digunakan sebagai surfaktan, tetapi sabun sangat
alkali sehingga tidak sesuai dengan beberapa komponen lain dari pasta. Selain
itu, sabun juga dapat mempengaruhi rasa produk karena memiliki bau yang
tidak enak dan rasa pahit. Oleh karena itu, bahan sintetis lebih disukai karena
memiliki daya berbusa lebih baik, dan lebih kompatibel dengan bahan lain
karena memiliki rentang pH yang umumnya netral. Bahan sintetis juga tersedia
dengan tingkat kemurnian yang tinggi sehingga dapat menghilangkan beberapa
komponen rasa pahit. Secara umum, surfaktan digunakan pada konsentrasi
sekitar 1-2% dari berat pasta gigi (Poucher, 2000).
Surfaktan yang banyak terdapat dalam pasta gigi di pasaran adalah
Sodium Lauryl Sulfat (SLS) yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan,
mengemulsi (melarutkan lemak) dan memberikan busa sehingga pembuangan
plak, debris, material alba dan sisa makanan menjadi lebih mudah. SLS ini juga
(34)
c. Humektan
Humektan digunakan untuk mencegah pasta kering dan mengeras.
Humektan juga memberikan penampilan pasta yang mengkilat. Contoh
humektan antara lain gliserin, sorbitol, propilen glikol dan xylitol. Humektan
biasanya digunakan dalam pasta gigi pada konsentrasi 10-30%.
Gliserin merupakan humektan yang paling umum digunakan dalam
pasta gigi. Penggunaan gliserin sebagai humektan dapat menghasilkan produk
mengkilat. Gliserin stabil, tidak beracun, tersedia dalam bentik sintesis dan
alami, dan memberikan rasa manis untuk pasta.
d. Bahan Pengikat
Bahan pengikat adalah koloid hidrofil yang dapat terdispersi dan
mengembang dalam fase air pasta gigi dan diperlukan untuk menjaga
kestabilan pasta, mencegah pemisahan fase solid dan liquid pada pasta gigi.
Pemilihan bahan pengikat dapat mempengaruhi dispersibilitas pasta di dalam
mulut, pembentukan busa dan pelepasan komponen perasa. Beberapa formulasi
mengkombinasikan beberapa bahan pengikat untuk mencapai tekstur yang
diinginkan konsumen. Konsentrasi pengunaan bahan pengikat dalam pasta gigi
bervariasi antara 0,5-2,0%. Contoh bahan pengikat antara lain Sodium
Carboximethyl Cellulose (CMC), karagenan, xanthan gum, gom arab, dll. e. Pemanis
Bahan ini penting bagi penerimaan produk, karena produk akhir harus
tidak terlalu manis atau terlalu pahit. Pengunaan bahan-bahan ini harus
(35)
Sakarin adalah bahan pemanis yang paling sering digunakan secara
komersil, dan umumnya digunakan pada konsentrasi antara 0,05-0,5%.
f. Bahan pewangi dan perasa
Bahan ini merupakan bagian penting dari pasta gigi karena
mempengaruhi kesukaan konsumen. Secara umum digunakan rasa mint pada
pasta gigi.
Bahan pewangi dan perasa umumnya merupakan campuran dari
berbagai minyak yang cocok seperti peppermint dan spearmint. Minyak yang
juga sering digunakan adalah minyak yang mengandung thymol, anethole,
mentol (untuk memberikan efek pendinginan menyenangkan), eugenol
(minyak cengkeh). Minyak kayu manis, eucalyptol, adas manis, dan
wintergreen juga digunakan sebagai bahan perasa pada pasta gigi yang juga
dapat memberikan efek antibakteri (Poucher, 2000).
g. Pewarna
Kebanyakan pasta gigi mengandung zat warna untuk memberikan
penampilan yang menarik. Zat warna yang digunakan adalah yang
diklasifikasikan oleh Colour Index (CI), atau dengan sistem yang disebut F D
& C Colours. Titanium Dioksida sering ditambahkan ke pasta gigi untuk
memberi warna putih buram (Storehagen, et al., 2003).
h. Pengawet
Pengawet mencegah pertumbuhan mikro-organisme dalam pasta gigi.
Bahan pengawet yang umum digunakan adalah natrium benzoat, metil paraben
(36)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat-Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik
(Boeco Germany), pH meter (Hanna Instruments), mikroskop, piknometer 50
ml, polarimeter, refraktometer, buret, colony counter, penangas air, batang
pengaduk, gelas ukur, beaker glass, pipet tetes, cawan porselen, kaca bulat,
anak timbangan, lumpang porselen, stamfer, objek dan dek gelas, spatel, sudip,
pot plastik, tube.
3.2 Bahan-Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuades, gom arab,
kalsium karbonat, magnesium karbonat, kalsium dihidroksida, gliserin, natrium
lauril sulfat, sakarin, nipagin, asam sitrat, minyak kemangi (CV Jujur Mujur).
3.3 Pemeriksaan Standar Mutu Minyak Kemangi
Pemeriksaan standar mutu minyak kemangi meliputi pemeriksaan berat
jenis, putaran optik, indeks bias, bilangan asam dan kelarutan dalam etanol.
Pemeriksaan dilakukan di UPTD Balai Pengujian dan Sertifikasi Pemeriksaan
Mutu Barang Medan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Provinsi Sumatera
(37)
3.4 Formulasi Sediaan Pasta Gigi 3.4.1 Formula standar
Formula standar yang dipilih pada pembuatan pasta gigi dalam
penelitian ini dengan komposisi sebagai berikut (Jellinek, 1977):
R/ Kalsium Karbonat 44
Kalsium Hidroksida 3,5
Magnesium Karbonat 2
Gliserin 30
Gom Arab 1
Natrium Lauril Sulfat 1
Sakarin 0,1
Akuades ad 100
3.4.2 Formula modifikasi
Formula standar pasta gigi yang digunakan dimodifikasi dengan
penambahan pengawet (nipagin). Dari hasil orientasi, terjadi pemisahan
komponen cairan pasta gigi selama penyimpanan sehingga komposisi gom arab
dinaikkan menjadi 2%. Tekstur sediaan pasta gigi yang dihasilkan terlalu keras
dan juga dihasilkan pH sebesar 12. Hal ini tidak sesuai dengan SNI pasta gigi.
Maka untuk mendapatkan pasta gigi yang bertekstur pasta dan juga pH yang
sesuai standar maka dikurangi jumlah kalsium hidroksida yang dipakai pada
formula.
Dari hasil pengamatan, warna sediaan kelima formula mengalami
(38)
karena terjadi oksidasi pada minyak kemangi. Salah satu kandungan minyak
kemangi adalah kavikol. Kavikol bersifat mudah teroksidasi dan dapat
menyebabkan perubahan warna (Afrilla, 2011). Maka untuk mencegah hal
tersebut ditambahkan asam sitrat ke dalam sediaan pasta gigi yang berfungsi
sebagai agen pengkelat dan juga penurun nilai pH..
Asam sitrat berfungsi sebagai agen pengkelat (pengikat) ion logam
yang biasanya menjadi katalis reaksi oksidasi (Hambali, dkk., 2005). Asam
sitrat juga berfungsi sebagai penurun nilai pH (Kirk, et al., 1957).
Hasil penelitian melaporkan konsentrasi asam sitrat terbaik dalam
pembuatan sabun adalah 5% (Purnawati, 2006) sehingga digunakan asam sitrat
5% dalam formula pasta gigi minyak kemangi.
Untuk itu, formula pasta gigi yang digunakan adalah:
R/ Kalsium Karbonat 44
Kalsium Hidroksida 1
Magnesium Karbonat 2
Gliserin 30
Gom Arab 2
Natrium Lauril Sulfat 2
Asam Sitrat 5
Sakarin 0,2
Nipagin 0,1
Lime green C-945 0,2
(39)
Konsentrasi minyak kemangi yang digunakan dalam orientasi dimulai
dari 0,1 - 1%. Namun diperoleh hasil pada konsentrasi 0,6% sediaan pasta gigi
minyak kemangi menyebabkan iritasi pada mulut sehingga pada penelitian
digunakan konsentrasi minyak kemangi sebesar 0,1 – 0,5%. Komposisi
formula sediaan pasta gigi yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Formula sediaan pasta gigi
No Komposisi Jumlah Bahan (g)
F1 F2 F3 F4 F5
1 Kalsium Karbonat 44 44 44 44 44
2 Kalsium Hidroksida 1 1 1 1 1
3 Magnesium Karbonat 2 2 2 2 2
4 Gliserin 30 30 30 30 30
5 Gom Arab 2 2 2 2 2
6 Natrium Lauril Sulfat 2 2 2 2 2
7 Asam Sitrat 5 5 5 5 5
8 Sakarin 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
9 Nipagin 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
10 Lime green C-945 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
11 Minyak kemangi 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
12 Akuades 13,6 13,5 13,4 13,3 13,2
3.4.3 Pembuatan sediaan pasta gigi
Gom arab didispersikan dalam air sebanyak 1,5 kali bobot gom arab (3
ml air), diaduk hingga terbentuk massa gom arab. Setelah itu dimasukkan asam
sitrat ke dalam gliserin, ditambahkan bahan pengisi pasta gigi (CaCO3,
MgCO3, Ca(OH)2) yang telah dihaluskan, kemudian dimasukkan ke dalam
massa gom arab, diaduk hingga diperoleh massa yang homogen. Lalu sakarin
(40)
homogen. Ditambahkan pewarna (lime green C-945), diaduk terus hingga
homogen. Kemudian ditambahkan minyak kemangi dan diaduk perlahan agar
tidak terjadi pembentukan busa hingga diperoleh massa pasta yang lembut.
3.5 Pemeriksaan Pasta Gigi 3.5.1 Pemeriksaan homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas, lalu
diamati di bawah mikroskop.
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang
homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).
Tiap formula pasta gigi minyak kemangi ditimbang sebanyak 0,1 gram
pasta, kemudian diamati dibawah mikroskop pada perbesaran 10 kali.
3.5.2 Pemeriksaan warna
Pasta gigi yang telah selesai dibuat segera dimasukkan ke dalam wadah
dan disimpan pada suhu kamar. Dilakukan pengamatan perubahan warna
selama 12 minggu dengan interval pengamatan sekali seminggu.
3.5.3 Pemeriksaan kemampuan menyebar
Kemampuan menyebar pada pasta gigi ditetapkan dengan cara
meletakkan 0,5 gram pasta di tengah sebuah kaca bulat. Kaca bulat lain yang
telah ditimbang, diletakkan di atas pasta tadi secara hati-hati dan dijaga agar
tidak ada gelembung udara. Biarkan 1 (satu) menit dan diukur diameter pasta
(41)
adanya kenaikan penyebarannya (merupakan kenaikan berat beban
maksimum).
3.5.4 Pemeriksann pH
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.
Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar
netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH basa (pH 10) hingga alat menunjukkan
harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan akuades, lalu
dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu
ditimbang 0,5 gram sediaan dan ditambahkan akuades sampai 50 ml.
Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat
menunjukkan nilai pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter
merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).
3.5.5 Pemeriksann angka lempeng total (ALT)
Pemeriksaan angka lempeng total (ALT) dilakukan pada Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam USU, dengan
prosedur sebagai berikut
Ditimbang 1 g sampel dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
ditambahkan akuades sampai 10 ml sehingga konsentrasi awal tabung
dianggap 100. Dilakukan pengenceran sampai 105. Diambil sebanyak 1 ml dari
tabung reaksi pengenceran terakhir menggunakan pipet skala, lalu dimasukkan
ke dalam petri steril. Ditambahkan media PCA steril, yang dihangatkan pada
(42)
Dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Setelah itu diinkubasi 48 jam dgn suhu
37oC. Dihitung jumlah koloni dgn colony counter.
3.5.6 Pemeriksaan stabilitas sediaan
Pasta gigi yang telah selesai dibuat segera dimasukkan ke dalam wadah
untuk disimpan selama 12 minggu pada suhu kamar. Diaamati apakah terjadi
pemisahan fase padat dan fase cair (sineresis) dengan interval pengamatan
setiap 1, 4, 8 dan 12 minggu (Lopez, 1999).
3.5.7 Uji organoleptis
Pengujian organoleptis dilakukan dengan dua metode yaitu berdasarkan
pengamatan peneliti dan juga oleh sukarelawan
3.5.7.1 Uji organoleptis oleh peneliti
Sediaan pasta gigi yang dihasilkan dimasukkan ke dalam tube.
Masing-masing pasta gigi dipencet dari tube dan diletakkan pada sikat gigi kemudian
dilakukan pemeriksaan organoleptis meliputi pemeriksaan aroma, daya alir dari
tube dan kemampuan mempertahankan bentuk pasta gigi pada sikat gigi.
3.5.7.2 Uji organoleptis oleh sukarelawan
Pemeriksaan organoleptis terdiri dari pemeriksaan aroma,
mempertahankan bentuk, daya alir dan stabilitas penyimpanan. Pengujian
dilakukan oleh 10 relawan yang berusia antara 23-28 tahun. Penilaian
dilakukan dalam bentuk angket, dengan memilih salah satu dari tiga kriteria
pengamatan yang diberi skor. Kemudian dihitung total nilai skor dari
(43)
a. Pemeriksaan aroma
Relawan diminta menggosok giginya selama 2 menit. Mereka menilai
intensitas aroma yang dihasilkan oleh pasta gigi. Intensitasnya dinilai setelah
relawan berkumur dengan air untuk membersihkan mulut dari pasta gigi.
Penilaian dilakukan berdasarkan kriteria:
1 = Aroma spesifik dengan intensitas lemah.
2 = Aroma spesifik dengan intensitas tajam.
3 = Aroma spesifik dengan intensitas sangat tajam.
b. Pemeriksaan daya alir
Pasta gigi dipencet dari tube dan diletakkan pada sikat gigi lalu secara
perlahan tube ditarik ke atas. Pengamatan dilakukan berdasarkan kriteria:
1 = Pasta gigi tidak dapat diletakkan dengan lancar karena terjadi
threading.
2 = Pasta gigi dapat diletakkan dengan lancar, walaupun sedikit terjadi
threading.
3 = Pasta gigi dapat diletakkan dengan lancar tanpa terjadi threading.
c. Pemeriksaan mempertahankan bentuk
Masing-masing pasta gigi dipencet dari tube dan diletakkan pada sikat
gigi. Pasta gigi dibiarkan selama 10 detik, diamati keadaannya berdasarkan
kriteria:
1 = Setelah dipencet, pasta gigi tenggelam pada sikat gigi dan tak dapat
(44)
2 = Setelah dipencet, pasta gigi sedikit tenggelam pada sikat gigi
walaupun sedikit mengalami perubahan bentuk ataupun tetap dapat
mempertahankan bentuknya.
3 = Setelah dipencet, pasta gigi tetap dapat duduk pada sikat gigi dan
dapat mempertahankan bentuknya.
d. Pemeriksaan stabilitas penyimpanan
Pasta gigi dimasukkan ke dalam tube untuk disimpan selama 12 minggu
pada suhu kamar. Tube kemudian dipotong, dan diamati apakah ada komponen
cairan terpisah dari pasta atau tidak, berdasarkan kriteria:
1 = Terjadi pemisahan komponen cairan pasta.
2 = Terjadi sedikit pemisahan komponen cairan pasta.
3 = Tidak terjadi pemisahan komponen cairan pasta.
3.5.8 Uji penerimaan konsumen
Uji penerimaan konsumen dilakukan oleh 30 orang sukarelawan
mengenai warna, aroma, rasa dan tekstur. Uji ini dilakukan dengan
menggunakan skala 1 sampai 7 yaitu:
1 = Sangat tidak suka
2 = Tidak suka
3 = Agak tidak suka
4 = Netral
5 = Agak suka
6 = Suka
(45)
Kemudian dihitung interval nilai mutu rerata dari setiap panelis
terhadap masing-masing sediaan dengan rumus sebagai berikut (Badan
Standardisasi Nasional, 2006):
Keterangan:
n : banyaknya panelis
1,96 : koefisien standar deviasi pada taraf 95 % : nilai mutu rata-rata;
xi : nilai mutu dari panelis ke i, dimana i = 1,2,3...n
(46)
3.6 Bagan Alur Penelitian
Minyak Kemangi
Pemeriksaan standar mutu minyak kemangi
Perancangan formula pasta gigi
Pembuatan sediaan pasta gigi
Diuji homogenitas, warna, kemampuan menyebar, pH,
ALT dan stabilitas penyimpanan
Pengujian organoleptis pasta gigi
Diuji aroma, daya alir,
kemampuan mempertahankan bentuk dan stabilitas
penyimpanan
Pembahasan, kesimpulan dan saran
Pengujian penerimaan konsumen
Diuji warna, aroma, rasa dan tekstur
(47)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pemeriksaan Standar Mutu Minyak Kemangi
Pemeriksaan standar mutu minyak kemangi dilakukan di UPTD. Balai
Pengujian dan Sertifikasi Pemeriksaan Mutu Barang Medan, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan, Provinsi Sumatera Utara. Sampai saat ini
minyak kemangi belum memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI) sehingga
hasil pemeriksaan dibandingkan dengan standar yang terdapat pada Ketaren
(1985).
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan standar mutu minyak kemangi
Karakteristik Hasil Pemeriksaan Ketaren (1985)
Bobot Jenis 15o/15oC 0,9252 0,9246 – 0,9303
Putaran Optik (+) 5,25o (-)7o0 – (+) 8o15’
Indeks Bias pada 20oC 1,4942 1,49250 – 1,49497
Bilangan Asam 1,3390 0,8 – 1,5
Kelarutan etanol 90% 1:1 larut -
Minyak kemangi merupakan cairan yang berwarna kuning dan
beraroma tajam khas kemangi. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat
disimpulkan bahwa minyak kemangi yang digunakan dalam penelitian ini telah
memenuhi standar yang terdapat pada Ketaren (1985).
4.2 Hasil Pemeriksaan Pasta Gigi
Pada penelitian ini, dilakukan pemeriksaan pasta gigi berdasarkan
(48)
4.2.1 Homogenitas sediaan
Homogenitas adalah salah satu faktor penting dan merupakan tolak
ukur kualitas sediaan pasta gigi. Hasil pemeriksaan homogenitas sediaan pasta
gigi minyak kemangi dapat dilihat pada Gambar 4.1.
A B1
B2 B3
B4 B5
Gambar 4.1 Hasil uji homogenitas sediaan pasta gigi minyak kemangi
Keterangan: A : secara visual
B : menggunakan mikroskop:
1 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,1% 2 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,2% 3 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,3% 4 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,4%
(49)
Dari percobaan yang dilakukan pada kelima sedíaan pasta gigi minyak
kemangi tidak diperoleh butiran-butiran kasar pada objek glass. Namun pada
pemeriksaan di bawah mikroskop diperoleh hasil bahwa sediaan F5 lebih
homogen dibandingkan sediaan yang lain. Hal ini dikarenakan pengerjaan
secara manual sehingga proses pengadukan yang tidak sama pada pembuatan
masing-masing formula dapat mempengaruhi homogenitas sediaan yang
dihasilkan.
4.2.2 Warna sediaan
Pasta gigi yang diperoleh setelah proses pembuatan adalah pasta
berwarna hijau muda karena penambahan pewarna lime green. Warna hijau
muda yang diperoleh pada setiap sediaan adalah sama karena menggunakan
konsentrasi pewarna yang sama pula. Hasil pengamatan warna sediaan selama
penyimpanan 12 minggu dapat dilihat pada Tabel 3.2
Tabel 4.2 Data pengamatan warna sediaan selama penyimpanan
Formula Warna sediaan setelah minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
F1 HM HM HM HM HM HM HM HM HM HM HM HM
F2 HM HM HM HM HM HM HM HM HM HM HM HM
F3 HM HM HM HM HM HM HM HM HM HM HM HM
F4 HM HM HM HM HM HM HM HM HM HM HM HM
F5 HM HM HM HM HM HM HM HM HM HM HM HM
Keterangan:
F1 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,1% F2 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,2% F3 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,3% F4 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,4% F5 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,5% HM : Hijau Muda
(50)
Dari Tabel 4.2 diperoleh hasil bahwa pada kelima sediaan pasta gigi
minyak kemangi tidak mengalami perubahan warna selama 12 minggu
penyimpanan, yaitu memberikan warna hijau muda.
4.2.3 Kemampuan menyebar sediaan
Pengukuran kemampuan menyebar dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan setiap formula pasta gigi minyak kemangi untuk
menyebar saat digunakan. Kemampuan ini bertujuan untuk mengetahui
kelunakan dari sediaan sehingga memberi kenyamanan pada saat pemakaian.
Hasil pengukuran kemampuan menyebar sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Data pengukuran kemampuan menyebar sediaan
Beban (g) Diameter (cm)
F1 F2 F3 F4 F5
53,75 2,3 2,4 2,4 2,6 2,7
103,75 2,5 2,6 2,8 2,8 2,8
153,75 2,8 3,1 3,0 3,1 3,0
203,75 3,2 3,3 3,4 3,4 3,5
253,75 3,3 3,5 3,6 3,7 3,8
303,75 3,6 3,7 3,7 3,9 4,0
353,75 3,9 3,9 3,9 4,0 4,2
403,75 4,1 4,2 4,2 4,2 4,4
453,75 4,3 4,4 4,4 4,5 4,6
503,75 4,4 4,5 4,5 4,8 4,8
553,75 4,6 4,7 4,7 4,9 4,9
603,75 4,8 4,9 4,9 5,0 5,1
653,75 5,1 5,1 5,2 5,3 5,3
703,75 5,2 5,3 5,3 5,4 5,5
753,75 5,2 5,3 5,3 5,4 5,5
Keterangan:
F1 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,1% F2 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,2% F3 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,3% F4 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,4% F5 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,5%
(51)
Pada pemberian beban 53,75 g formula F2 dan F3 mengalami
penyebaran diameter sebesar 2,4 cm. Sedangkan formula F1 menyebar sebesar
2,3 cm, formula F4 menyebar sebesar 2,6 cm, dan formula F5 menyebar
sebesar 2,7 cm. Selanjutnya diberikan pemberian beban dengan kelipatan 50 g.
Pasta tidak lagi mengalami penyebaran pada pemberian beban 753,75 g dengan
diameter penyeberan 5,2 – 5,5 cm. Semakin besar konsentrasi minyak kemangi
yang digunakan maka semakin besar diameter penyebaran pasta gigi. Namun
diameter penyebaran kelima formula pasta gigi minyak kemangi tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Semakin besar nilai diameter kemampuan menyebar maka semakin
besar luas permukaan yang bisa dijangkau oleh sediaan pasta gigi. Luas
penyebaran berbanding lurus dengan kenaikan penambahan beban, semakin
besar beban yang ditambahkan kemampuan menyebar yang dihasilkan semakin
luas.
4.2.4 pH sediaan
Sediaan pasta gigi diusahakan memiliki pH yang sama dengan pH
fisiologis mulut dan apabila terdapat perbedaan pH harus aman bila digunakan.
Berdasarkan SNI 12-3524-1995, pH pasta gigi yang aman yaitu antara 4,5 –
10,5. Hasil pengukuran pH sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan 4.5.
Hasil pengukuran pH sediaan pada saat sediaan selesai dibuat,
didapatkan bahwa pH dari kelima formula adalah 8,53 – 8,76. Setelah
penyimpanan selama 12 minggu, tidak terjadi perubahan pH yang signifikan
(52)
Tabel 4.4 Data pengukuran pH sediaan pada saat selesai dibuat
Formula pH pH rata-rata
pH 1 pH 2 pH 3
F1 8,5 8,5 8,6 8,53
F2 8,8 8,8 8,7 8,76
F3 8,6 8,6 8,6 8,60
F4 8,8 8,7 8,7 8,73
F5 8,7 8,6 8,6 8,63
Keterangan:
F1 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,1% F2 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,2% F3 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,3% F4 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,4% F5 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,5%
Tabel 4.5 Data pengukuran pH sediaan setelah penyimpanan 12 minggu
Formula pH pH rata-rata
pH 1 pH 2 pH 3
F1 8,3 8,5 8,5 8,43
F2 8,8 8,7 8,8 8,76
F3 8,4 8,6 8,7 8,56
F4 8,6 8,6 8,7 8,63
F5 8,6 8,6 8,6 8,60
Keterangan:
F1 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,1% F2 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,2% F3 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,3% F4 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,4% F5 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,5%
Pasta gigi minyak kemangi mempunyai pH yang tinggi karena pada
pasta gigi minyak kemangi terdapat bahan CaCO3 dan MgCO3 yang memiliki
pH tinggi. Namun dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa pH pasta gigi
(53)
4.2.5 Angka lempeng total (ALT) sediaan
Pemeriksaan Angka lempeng total (ALT) dilakukan untuk mengetahui
jumlah cemaran mikroba pada sediaan. Angka lempeng total (ALT) adalah
jumlah bakteri aerob mesofil dalam tiap 1 gram atau 1 ml contoh kosmetika.
Hasil penentuan ALT sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Data penentuan angka lempeng total (ALT) sediaan
No Formula Ulangan Hasil ALT (x105) Rata-rata (x105)
1 F1 I 20 18
II 16
2 F2 I 12 16
II 19
3 F3 I 5 5
II 5
4 F4 I 4 6
II 2
5 F5 I 2 2
II 2
Keterangan :
F1 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,1% F2 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,2% F3 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,3% F4 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,4% F5 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,5%
Dari Tabel 4.6 didapatkan bahwa ALT tertinggi pada perlakuan
konsentrasi minyak kemangi 0,1% yaitu 18 x 105 sedangkan nilai yang paling
rendah pada perlakuan konsentrasi minyak kemangi 0,5% yaitu 2 x 105. Hal ini
menunjukkan semakin besar konsentrasi minyak kemangi maka dihasilkan
nilai ALT yang semakin rendah.
(54)
sebelumnya telah menemukan bahwa eugenol dan trepinol memiliki aktivitas
antibakteri dengan cara merusak dinding sel dan mitokondria bakteri. Kavikol
juga memiliki aktivitas antibakteri dengan merusak permeabilitas membran
(Sharma, et al., 2009). Hal ini menjelaskan semakin banyak minyak kemangi
yang digunakan dalam formula pasta gigi maka semakin besar aktivitas
antibakterinya sehingga dihasilkan nilai ALT yang semakin rendah.
Berdasarkan hasil yang diperoleh diketahui bahwa ALT semua sediaan
pasta gigi minyak kemangi tersebut tidak memenuhi syarat ALT pasta gigi
yaitu 105 (Direktur Jenderal Pengawas Obat dan Makanan, 1994).
Nilai ALT tidak memenuhi persyaratan karena penelitian dilakukan
dalam skala laboratorium kecil dengan menggunakan bahan standar biasa dan
pengerjaan secara manual sehingga ada kemungkinan telah terjadi pencemaran
pada bahan ataupun alat yang digunakan.
4.2.6 Pemeriksaan stabilitas sediaan
Parameter pemeriksaan stabilitas sediaan berupa pengamatan
pemisahan komponen pasta gigi. Sediaan pasta gigi harus stabil selama waktu
penyimpanan dan tidak boleh terjadi sineresis (Lopez, 1999) yaitu pemisahan
komponen pasta gigi antara komponen cair dengan komponen padat. Data
pengamatan stabilitas sediaan dapat dilihat pada tabel 4.7.
Hasil pemeriksaan stabilitas sediaan selama penyimpanan 12 minggu
menunjukkan bahwa kelima formula pasta gigi mempunyai kestabilan yang
(55)
fase padat. Selain itu, dari hasil pengamatan juga tidak terlihat pasta gigi
mengalami pengerasan.
Tabel 4.7 Data pengamatan stabilitas sediaan (pemisahan komponen pasta
gigi) selama penyimpanan
Formula Pengamatan sediaan setelah
1 minggu 4 minggu 8 minggu 12 minggu
F1 - - - -
F2 - - - -
F3 - - - -
F4 - - - -
F5 - - - -
Keterangan:
F1 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,1% F2 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,2% F3 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,3% F4 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,4% F5 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,5% - : Tidak terjadi pemisahan fase
√ : Terjadi pemisahan fase (sineresis)
Kelima sediaan pasta gigi memenuhi persyaratan kestabilan sehingga
minyak kemangi konsentrasi 0,1 – 0,5% dapat diformulasi dalam bentuk
sediaan pasta gigi.
4.2.7 Uji organoleptis
4.2.7.1 Uji organoleptis oleh peneliti
Uji organoleptis adalah cara pengujian menggunakan indera manusia
sebagai alat utama untuk menilai mutu produk. Hasil pengamatan organoleptis
sediaan pasta gigi dapat dilihat pada tabel 4.8.
Dari hasil pemeriksaan organoleptis diperoleh bahwa kelima formula
(56)
minyak kemangi yang digunakan maka semakin kuat aroma sediaan pasta gigi
yang dihasilkan.
Tabel 4.8 Data hasil pengamatan organoleptis sediaan
Formula Aroma
Sediaan Daya Alir Mempertahankan bentuk
F1 aroma
lemah
Mudah mengalir dari tube dengan lancar
Dapat duduk pada sikat gigi dan mempertahankan bentuknya
F2 aroma
lemah
Mudah mengalir dari tube dengan lancar
Dapat duduk pada sikat gigi dan mempertahankan bentuknya
F3 aroma
sedang
Mudah mengalir dari tube dengan lancar
Dapat duduk pada sikat gigi dan mempertahankan bentuknya
F4 aroma
sedang
Mudah mengalir dari tube dengan lancar
Dapat duduk pada sikat gigi dan mempertahankan bentuknya
F5 aroma
kuat
Mudah mengalir dari tube dengan lancar
Dapat duduk pada sikat gigi dan mempertahankan bentuknya
Keterangan:
F1 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,1% F2 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,2% F3 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,3% F4 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,4% F5 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,5%
Kelima formula pasta gigi minyak kemangi mudah mengalir dari tube
dan setelah dipencet, pasta gigi tetap dapat duduk dan mampu
mempertahankan bentuknya. Hal ini dikarenakan kelima formula pasta gigi
minyak kemangi tidak memiliki perbedaan tekstur yang signifikan.
4.2.7.2 Uji organoleptis oleh sukarelawan
Uji organoleptis merupakan parameter yang penting untuk melihat
kesukaan dan penerimaan konsumen terhadap produk. Parameter pengujian ini
meliputi pemeriksaan aroma sediaan, daya alir, kemampuan mempertahankan
(57)
masing-masing sediaan pasta gigi terhadap setiap parameter pengujian organoleptis
dapat dilihat pada tabel 4.9.
Tabel 4.9 Total skor hasil pengujian organoleptis sediaan oleh sukarelawan
Formula Nilai Pengamatan Total Aroma Sediaan Daya Alir Mempertahankan Bentuk Stabilitas Penyimpanan
F1 11 27 30 30 98
F2 14 28 30 30 102
F3 19 30 29 30 108
F4 25 30 29 30 114
F5 28 30 27 30 115
Keterangan :
F1 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,1% F2 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,2% F3 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,3% F4 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,4% F5 : Sediaan mengandung minyak kemangi 0,5%
a. Aroma
Aroma mempengaruhi kesukaan konsumen untuk membeli kembali
suatu produk pasta gigi. Pengukuran intensitas aroma dilakukan dengan cara
pengujian sensorik (manusia) untuk mengukur intensitas aroma sediaan pasta
gigi yang optimal yang masih dapat diterima konsumen.
Data pengujian organoleptis terhadap aroma sediaan pasta gigi minyak
kemangi terlampir (Lampiran 8). Kesukaan sukarelawan berbeda-beda
terhadap aroma sediaan. Dari Tabel 4.9 diperoleh nilai tertinggi terdapat pada
perlakuan konsentrasi minyak kemangi 0,5% (F5) yaitu sebesar 28 sedangkan
nilai terendah terdapat pada perlakuan konsentrasi minyak kemangi 0,1% (F1)
(58)
b. Daya alir
Pasta gigi memiliki kecenderungan untuk mengeras saat kering dan
dapat mempengaruhi daya alirnya saat dipencet dari tube. Pengerasan dapat
terjadi karena penguapan komponen cairan yang terdapat pada pasta gigi.
Penggunaan humektan dapat mencegah pengerasan pada pasta gigi sehingga
pasta gigi mudah dipencet dari tube.
Data pengujian organoleptis terhadap daya alir sediaan pasta gigi
minyak kemangi terlampir (Lampiran 8). Dari Tabel 4.9 diperoleh bahwa pada
uji daya alir, formula yang paling baik adalah formula pasta gigi yang
mengandung minyak kemangi 0,3% (F3), 0,4% (F4), dan 0,5% (F5) dengan
nilai tertinggi yaitu sebesar 30.
c. Mempertahankan bentuk
Sediaan tidak boleh terpisah menjadi fase cair dan fase padat selama
penyimpanan. Solidnya suatu pasta berpengaruh terhadap bentuk yang
dihasilkan saat dipencet dari tube. Pasta gigi harus memiliki sifat
mempertahankan bentuk pada saat dipencet dari tube dan dapat ‘duduk’ pada
sikat gigi. Pasta yang tenggelam pada sikat gigi tentu akan menyulitkan saat
digunakan konsumen. Konsentrasi komponen pasta gigi yang bersifat cair
sangat berpengaruh terhadap sifat ini.
Data pengujian organoleptis terhadap kemampuan mempertahankan
bentuk sediaan pasta gigi minyak kemangi terlampir (Lampiran 8). Tabel 4.9
(59)
yang paling baik adalah formula pasta gigi yang mengandung minyak kemangi
0,1% (F1) dan 0,2% (F2), dengan nilai tertinggi yaitu sebesar 30.
d. Stabilitas penyimpanan
Komponen dalam formulasi pasta gigi secara umum terbagi atas fase
padat seperti zat pembersih dan fase cair seperti humektan dan air. Pasta gigi
juga mengandung pengikat agar fase padat bercampur dengan fase cair dalam
kondisi yang stabil sehingga pasta gigi tidak terpisah dalam penyimpanan yang
lama.
Data pengujian organoleptis terhadap stabilitas sediaan pasta gigi
minyak kemangi terlampir (Lampiran 8). Dari tabel 4.9 diperoleh bahwa
kelima formula yaitu formula pasta gigi yang mengandung minyak kemangi
0,1% - 0,5 % menunjukkan stabilitas sediaan yang baik pada uji kestabilan.
Berdasarkan hasil uji organoleptis secara keseluruhan (Tabel 4.9) maka
formula yang paling disukai adalah formula pasta gigi yang mengandung
minyak kemangi 0,5% (F5) dengan total nilai tertinggi yaitu sebesar 115.
Sediaan menghasilkan pasta yang memberikan mudah dipencet dari tube, dapat
mempertahankan bentuknya pada sikat gigi dan menghasilkan wangi di mulut.
4.2.8 Uji penerimaan konsumen
4.2.8.1 Uji penerimaan konsumen terhadap warna
Warna merupakan kesan pertama yang diperoleh konsumen dari suatu
produk. Oleh karena itu, warna memiliki peranan yang penting dalam
(60)
Histogram tingkat kesukaan panelis terhadap warna pasta gigi minyak
kemangi dapat dilihat pada Gambar 4.2. Nilai yang diperoleh rentangnya
adalah 4,40 – 4,86 atau dapat diartikan antara netral sampai agak suka.
Gambar 4.2 Histogram uji penerimaan konsumen terhadap warna pasta gigi
minyak kemangi
Hasil analisa one way ANOVA terhadap warna pasta gigi minyak
kemangi (Lampiran 10, A.2) menyatakan bahwa formulasi produk yang
berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap kesukaan warna pasta gigi yang
dihasilkan (P > 0,05). Hal ini dikarenakan digunakan penambahan pewarna
dengan jumlah yang sama untuk setiap formula yaitu sebesar 0,2% sehingga
tidak terdapat perbedaan warna.
4.2.8.2 Uji penerimaan konsumen terhadap aroma
Aroma merupakan ciri khas suatu sediaan pasta gigi dan parameter
(61)
Pada uji kesukaan terhadap aroma pasta gigi minyak kemangi (Gambar 4.3),
nilai yang diperoleh rentangnya 3,17 – 4,80 atau dapat diartikan antara agak
tidak suka sampai agak suka. Tingkat kesukaan panelis terhadap aroma pasta
gigi berbeda-beda. Produk yang paling disukai adalah produk dari formula F5
sedangkan produk yang mendapatkan penilaian paling kecil adalah produk
yang dihasilkan dari formula F1.
Gambar 4.3 Histogram uji penerimaan konsumen terhadap aroma pasta gigi
minyak kemangi
Hasil analisa one way ANOVA terhadap aroma pasta gigi minyak
kemangi (Lampiran 10, B.2) menyatakan bahwa formulasi produk yang
berbeda berpengaruh nyata terhadap kesukaan aroma pasta gigi yang
dihasilkan (P < 0,05).
Uji lanjut menunjukkan bahwa pasta gigi yang yang dihasilkan dari
(62)
aroma yang dihasilkan pasta gigi dari formula F3, F4 dan F5. Selain itu,
formula kedua yaitu F2 juga menghasilkan aroma yang berbeda nyata dengan
pasta gigi yang dihasilkan dari formula F4 dan F5.
Tingkat kesukaan menunjukkan peningkatan dengan meningkatnya
konsentrasi penggunaan minyak kemangi. Semakin besar konsentrasi minyak
kemangi yang digunakan maka semakin kuat aroma pasta gigi sehingga
menambah kesukaan terhadap produk.
4.2.8.3 Uji penerimaan konsumen terhadap rasa
Rasa merupakan salah satu faktor yang menentukan keputusan
konsumen untuk menerima atau menolak suatu produk. Rasa dimulai melalui
tanggapan rangsangan indera pencicip hingga akhirnya terjadi keseluruhan
interaksi antara sifat aroma, rasa dan tekstur sebagai keseluruhan rasa produk.
Tingkat kesukaan panelis tertinggi yaitu sebesar 4,60 yaitu pada pasta
gigi dari formula F4 dan tingkat kesukaan terendah sebesar 2,60 yaitu pada
pasta gigi dari formula F1 (Gambar 4.4).
Hasil analisa one way ANOVA terhadap rasa pasta gigi minyak kemangi
(Lampiran 10, C.2) menyatakan bahwa formulasi produk yang berbeda
berpengaruh nyata terhadap kesukaan rasa pasta gigi yang dihasilkan (P <
0,05).
Uji lanjut menunjukkan bahwa pasta gigi yang yang dihasilkan dari
formula pertama yaitu F1 menghasilkan rasa yang berbeda nyata dengan rasa
yang dihasilkan pasta gigi dari formula F3, F4 dan F5. Selain itu, formula
(63)
yang dihasilkan dari formula F4 dan F5. Perbedaan rasa juga terjadi pada pasta
gigi dari formula F3 dengan pasta gigi formula F1 dan F4.
Gambar 4.4 Histogram uji penerimaan konsumen terhadap rasa pasta gigi
minyak kemangi
Perbedaan rasa dapat disebabkan karena peningkatan konsentrasi
minyak kemangi yang digunakan sehingga memberikan rasa pedas dan segar
pada pasta gigi. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya peningkatan kesukaan
terhadap produk.
4.2.8.4 Uji penerimaan konsumen terhadap tekstur
Tekstur merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
kesukaan konsumen terhadap suatu produk. Histogram uji kesukaan panelis
terhadap tekstur pasta gigi minyak kemangi dapat dilihat pada Gambar 4.5.
(64)
terhadap tekstur produk hampir sama yaitu dalam rentang nilai 4,05 – 4,22,
atau dapat diartikan netral
Gambar 4.5 Histogram uji penerimaan konsumen terhadap tekstur pasta gigi
minyak kemangi
Hasil analisa one way ANOVA terhadap tekstur pasta gigi minyak
kemangi (Lampiran 10, D.2) menyatakan bahwa formulasi produk yang
berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap kesukaan tekstur pasta gigi yang
(65)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
1. Minyak kemangi dengan konsentrasi 0,1 – 0,5 % dapat diformulasi dalam
sediaan pasta gigi karena memenuhi persyaratan sediaan pasta gigi.
2. Formulasi sediaan pasta gigi yang mengandung minyak kemangi dengan
konsentrasi 0,1 – 0,5 % memiliki sifat fisik yang baik dan memenuhi
persyaratan kestabilan sediaan.
3. Sediaan pasta gigi yang mengandung minyak kemangi dengan konsentrasi
0,1 – 0,5 % dapat diterima oleh konsumen. Dari hasil uji organoleptik dan
penerimaan konsumen maka produk yang paling disukai adalah pasta gigi
yang mengandung minyak kemangi 0,4% (F4) dan 0,5% (F5). Produk
mudah dipencet dari tube, dapat mempertahankan bentuknya pada sikat
gigi dan menghasilkan wangi di mulut. Semakin besar konsentrasi minyak
kemangi yang digunakan maka semakin kuat aroma pasta gigi sehingga
menambah daya terima oleh konsumen.
5.2 Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar menguji daya antibakteri
(66)
DAFTAR PUSTAKA
Afrensi, D.O. (2007). Pengaruh Minyak Atsiri Kemangi (Ocimum basilicum forma citratum back) Terhadap Infestasi Larva Lalat Hijau (Chrysomya megacephala) Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio). Skripsi. Bogor: Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Afrilla, M.S. (2011). Efektifitas Ekstrak Daun Sirih Hijau Terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans (In Vitro). Skripsi. Medan: Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara.
Ash, M., dan Ash, I. (1977). A Formulary of Cosmetics Preparation. New York: Chemical Co. Hal. 327.
Badan Standardisasi Nasional. (2006). Petunjuk Pengujian Organoleptik dan atau Sensori. SNI 12-2346-2006. Jakarta: Badan Standardisasi Nasionall. Hal. 5-6.
Cawson, R.A., dan Spector R.G. (1985). Clinical Pharmacology in Densitry. Edisi ke-4. New York: Churchill Livingstone. Hal. 89-90.
Depkes RI. (2001). Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid II. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 147.
Dewan Standardisasi Nasional. (1995). Standar Nasional Indonesia Pasta Gigi. SNI 12-3524-1995. Jakarta: Dewan Standardisasi Nasional. Hal. 1-3.
Direktur Jenderal Pengawas Obat dan Makanan (1994). Persyaratan Cemaran Mikroba pada Kosmetika. Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan Nomor: HK.00.06.4.02894. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 1-7.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Departemen Kesehatan RI. Hal. 33.
Hambali, E., Suryani, A., dan Rivai, M. (2005). Membuat Sabun Transparan untuk Gift dan Kecantikan. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal.73.
Jellinek, J.S. (1977). Formulation and Function of Cosmetics. New York: John Wiley & Sons, Inc. Hal. 268.
(67)
Katou, K. (2006). Toothpaste Composition. Tokyo: Kao Corp. Research Lab. Hal. 1-6.
Ketaren, S. (1985). Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: PN Balai Pustaka. Hal. 19-29.
Kharisma, D.P. (2002). Potensi Aktivitas Antiagregasi Platelet Lalap-Lalapan dan Pemanfaatan Pada Jeli Agar Pohpohan (Pilea trinervia), Kemangi (Ocimum americanum), dan Daun Kemang (Mangifera kemanga). Skripsi. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kirk, R.E., Othamer, D.F., Scott, J.D., dan Standen, A. (1957). Encyclopedia of
Chemical Technology. Volume 12. Edisi ke-4. New York: John Wiley & Sons. Hal. 321.
Lopez, J.P. (1999). Toothpaste Composition Containing Fluidized Polymer Suspensions of Carboxymethyl Cellulosa. Wilmington: Hercules Incorporated Hal. 4-5.
Muralidharan, A., dan Dhananjayan, R. (2009). Cardiac Stimulant Activity Of Ocimum basilicum Linn. Extracts. Indian Journal of Pharmacology. 36(3): 163-166.
Nirmala, W., Budiyanto, E., Wardani, A.Y., dan Stiyawan, H., (2012). Pemanfaatan Ekstrak Daun Kemangi (Ocinum canum) Sebagai Permen Herbal Pencegah Bau Mulut. Yogyakarta: UNY. Hal. 1-10.
Pitojo, S. (1996). Kemangi dan Selasih. Jakarta: Penerbit Trubus Agriwidya. Hal. 2.
Poucher, J. (2000). Poucher’s Perfumes, Cosmetics, and Soaps. Edisi ke-10. Editor: Hilda Buttler. Netherlands: Kluwer Academic Publisher. Hal. 220-230.
Pratiwi, R. (2005). Perbedaan Daya Hambat Terhadap Streptococcus mutans Dari Beberapa Pasta Gigi Yang Mengandung Herbal. Majalah Kedokteran Gigi (Dent. J). 38(2): 64-67.
Purnawati, D. (2006). Kajian Pengaruh Konsentrasi Sukrosa dan Asam Sitrat Terhadap Mutu Sabun Transparan. Skripsi. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Instititut Pertanian Bogor.
Putriyanti, D. (2009). 100% Cantik Rahasia Dibalik Buah + Sayur. Jakarta: Best Publisher. Hal. 45.
(68)
Ramadhan, A.G. (2010). Serba-Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta: Bukune. Hal. 2-4, 115-118.
Rawlins, E.A. (2003). Bentley's Textbook of Pharmaceutics. Edisi ke-18. London: Bailliere Tindall. Hal. 22.
Roeslan, B.O. (1996). Karakteristik Streptococcus mutans Penyebab Karies Gigi. Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi FKG Usakti: 10: 112.
Rosadi, A. (2007). Pembuatan Permen Tablet Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum basilicum). Skripsi. Bogor: Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Shadia, E., El-Aziz, A., Omer, E.A., Sabra, A.S., (2007). Chemical Composition of Ocimum americanum Essential Oil And The Biological Effects Against Agrotis Ipsilon, (Lepidoptera: Noctuidae). Res J Agric Biol Sci: 3: 740-747.
Sharma, S., Khan, I.A., Ali, I., Ali, F., Kumar, M., Kumar, A., Johri, R.K., Abdullah, S.T., Bani, S., Pandey, A., Suri, K.A., Gupta, B.D., Satti, N.K., Dutt, P., dan Qazi, G.N. (2009). Evaluation of The Antimicrobial, Antioxidant, and Anti-Inflammatoryactivities of Hydroxychavicol For Its Potential Use As An Oral Care Agent. Antimicrob Chemother. 53: 216-22.
Siemonsma, J.S., dan Piluek, K. (1994). Plant Resources of South-East Asia Vegetables. Bogor: Prosea Foundation. Hal. 412.
Simon, J.E. (1992). Basil: Promising New Essential Oil Crop. New Crops News 2(1): 458-462
Siregar, T., Dhiksawan, F.S., dan Farida, A. (2011). Pertumbuhan Streptococcus mutans pada Bioaktivitas Ekstrak Rimpang Lengkuas Secara In Vitro Dan Pemanfaatannya Sebagai Zat Aktif Pada Pasta Gigi. Jurnal Kimia. 5 (1): 9-23.
Sloane, E. (2004). Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC. Hal. 284.
Storehagen, S., Ose, N., dan Midha, N. (2003). Dentrifice and Mouthwashes Ingredients and Their Use. Oslo: Institutt for klinisk odontologi, Det odontologiske fakultet, Universitetet i Oslo. Hal. 7.
Sulianti, S.B (2008). Studi Fitokimia Ocimum spp.: Komponen Kimia Minyak Atsiri Kemangi dan Ruku-Ruku. Jurnal Ilmu-ilmu Hayati. 9(3): 237.
(1)
D.1. Data uji penerimaan konsumen terhadap tekstur pasta gigi minyak kemangi
Panelis Kode Sampel Jumlah Rata-rata
F1 F2 F3 F4 F5
1 4 4 5 3 3 19 3,8
2 5 4 5 4 6 24 4,8
3 4 5 6 6 5 26 5,2
4 4 6 6 6 6 28 5,6
5 6 6 6 5 4 27 5,4
6 4 5 4 6 4 23 4,6
7 4 3 4 5 6 22 4,4
8 4 5 5 5 6 25 5,0
9 5 4 3 2 2 16 3,2
10 3 3 3 2 6 17 3,4
11 4 3 4 4 4 19 3,8
12 6 5 3 5 3 22 4,4
13 3 3 4 4 4 18 3,6
14 5 6 6 6 7 30 6,0
15 5 4 4 5 3 21 4,2
16 4 5 6 6 6 27 5,4
17 7 7 7 7 5 33 6,6
18 3 6 6 6 5 26 5,2
19 5 3 6 5 4 23 4,6
20 5 4 3 4 4 20 4,0
21 6 5 4 2 5 22 4,4
22 4 6 7 7 7 31 6,2
23 3 4 3 3 3 16 3,2
24 5 5 6 7 6 29 5,8
25 6 5 5 5 5 26 5,2
26 3 4 5 4 4 20 4,0
27 3 4 3 4 4 18 3,6
28 5 4 4 4 4 21 4,2
29 4 5 4 5 5 23 4,6
30 4 2 3 2 1 12 2,4
Jumlah 133 135 140 139 137
(2)
Lampiran 10 (lanjutan)
Perhitungan
- Formula 1 (F1)
Interval nilai kesukaan tekstur F1 adalah 4,05 – 4,81 dan untuk penulisan nilai akhir diambil dari niai terkecil adalah 4,05.
- Formula 2 (F2)
Interval nilai kesukaan tekstur F2 adalah 4,09 – 4,91 dan untuk penulisan nilai akhir diambil dari niai terkecil adalah 4,09.
(3)
- Formula 3 (F3)
Interval nilai kesukaan tekstur F3 adalah 4,22 – 5,12 dan untuk penulisan nilai akhir diambil dari niai terkecil adalah 4,22.
- Formula 4 (F4)
Interval nilai kesukaan tekstur F4 adalah 4,10 – 5,16 dan untuk penulisan nilai akhir diambil dari niai terkecil adalah 4,10.
(4)
Lampiran 10 (lanjutan)
- Formula 5 (F5)
Interval nilai kesukaan tekstur F5 adalah 4,07 – 5,07 dan untuk penulisan nilai akhir diambil dari niai terkecil adalah 4,07.
D.2. Analisis one way ANOVA terhadap tekstur pasta gigi minyak kemangi
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
kode sampel 150 3,00 1,419 1 5
skor kesukaan 150 4,56 1,287 1 7
ANOVA
skor kesukaan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1,093 4 ,273 ,161 ,958
Within Groups 245,867 145 1,696
(5)
(6)