Analisis Yuridis Kewenangan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Pengaturan Dan Pengawasan Terhadap Lembaga Pembiayaan Konsumen

ABSTRAK
Lembaga pembiayaan konsumen merupakan bagian dari kegiatan usaha di
industri jasa keuangan dan melakukan kegiatan usaha pembiayaan pengadaan barang
berdasarkan kebutuhan konsumen berupa pembiayaan kendaraan bermotor,
pembiayaan alat-alat rumah tangga, pembiayaan barang-barang elektronik dan
pembiayaan perumahan. Pranata hukum pembiayaan konsumen di Indonesia dimulai
pada tahun 1988, yaitu dengan dikeluarkannya Keppres No.61 Tahun 1988 Tentang
Lembaga Pembiayaan, dan Keputusan Menteri Keuangan No.1251/KMK.013/1988
Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. Lembaga
Pembiayan Konsumen dalam pranata hukum di Indonesia diatur dalam Buku III
KUHPerdata Tentang Perikatan, UU No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa
Keuangan, PMK No. 84/PMK.012/2006 Tentang Perusahaan Pembiayaan, Peraturan
Presiden RI Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan dan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan yang mengatur tentang kegiatan usaha lembaga pembiayaan.
Bentuk pengaturan Otoritas Jasa Keuangan berupa penetapan peraturan dan
kebijakan terhadap kegiatan usaha pembiayaan konsumen dan bentuk pengawasan
Otoritas Jasa Keuangan berupa pengawasan tidak langsung dan pengawasan
langsung. Pengawasan juga dilakukan sebagai sarana pencegahan terjadinya
penyimpangan atas aktivitas sebelum dilaksanakan suatu kegiatan. Dengan adanya
pengawasan maka gerak-gerik perbuatan yang kurang baik dapat terdeteksi dengan
mudah yang pada akhirnya aktivitas penyimpangan dapat segera dicegah. Selain itu,

tujuan pengaturan dan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan terhadap kegiatan usaha
perusahaan pembiayaan konsumen agar tercipta ketertiban, dan keamanan dalam
perekonomian, kemakmuran, meningkatkan kepercayaan masyarakat dalam
bertransaksi dan menambah keuntungan bagi pelaku usaha dengan terlaksananya tata
kelola perusahaan yang baik.
Pelanggaran atas peraturan/ketentuan dan tidak dipenuhinya ketentuan Otoritas
Jasa Keuangan akan mengakibatkan perusahaan pembiayaan ini terkena sanksi hukum
yaitu sanksi administratif. Sanksi administratif dapat berupa pemberitahuan atau
pemenuhan ketentuan yang telah ditetapkan, peringatan tertulis, pembekuan kegiatan
usaha dan pencabutan izin usaha. Kewenangan ini diperoleh berdasarkan UU No.21
Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan.
Sanksi administratif yang dikeluarkan Otoritas Jasa Keuangan berupa
pemberitahuan, peringatan tertulis dan pembekuan kegiatan usaha tidak
mengakibatkan aktivitas kegiatan usaha perusahaan pembiayaan terhenti.
Sedangkan sanksi pencabutan izin kegiatan usaha akan mengakibatkan kegiatan
usaha perusahaan pembiayaan terhenti. Selain itu, sanksi yang dikeluarkan Otoritas
Jasa Keuangan tidak mempengaruhi perjanjian pembiayaan yang telah diadakan
sebelumnya antara konsumen dengan perusahaan tersebut.
Kata kunci : Otoritas Jasa Keuangan, Pengaturan Dan Pengawasan, Lembaga
Pembiayaan Konsumen.

i

\

ii