UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia yang berfalsafah Pancasila, memiliki tujuan pendidikan nasional pada
khususnya dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia
seutuhnya, sangatlah tepat. Konsep Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa,
telah memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi setiap individu untuk
mengembangkan hubungan dengan Tuhan, dengan alam lingkungan, dengan
manusia lain, bahkan juga untuk mengembangkan cipta, rasa dan karsanya,
jasmani maupun rohaninya secara integral.
Berkaitan dengan usaha yang menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas,
pemerintah Republik Indonesia telah memberikan perhatian yang cukup besar
terhadap dunia pendidikan dengan berusaha keras untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional. Langkah konkritnya adalah dengan disusunnya UU No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Bab II pasal 3 dinyatakan
bahwa:
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Tujuan Pendidikan tersebut di atas dapat dicapai melalui tiga macam jalur
pendidikan yaitu pendidikan formal, informal, dan nonformal. Pendidikan formal
adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan
dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi. Pendidikan informal adalah jalur
pendidikan keluarga dan lingkungan. Sedangkan pendidikan nonformal adalah jalur
pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur
dan berjenjang. Melalui tiga macam pendidikan tersebut di atas, diharapkan tujuan
pendidikan nasional dapat dicapai sehingga akan tercipta sumber daya manusia
yang benar-benar berkualitas.
Salah satu yang menunjang tercapainya tujuan adalah terciptanya pembelajaran
yang efektif, efisien serta menyenangkan bagi siswa, sehingga pembelajaran yang
di berikan akan menjadi bermakna bagi siswa. Namun, jika peserta didik memiliki
minat yang rendah terhadap proses pembelajaran, maka tujuan pembelajaran tidak
akan tercapai dengan maksimal. Oleh karena itu di perlukan motivasi yang kuat
bagi siswa untuk mengikuti pembelajaran. Dalam proses belajar, motivasi
seseorang tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai
sukses, meskipun dihadang banyak kesulitan. Motivasi juga ditunjukkan melalui
intensitas unjuk kerja dalam melakukan suatu tugas. McClelland (Sutikno, 2007 :23)
“menunjukkan bahwa motivasi berprestasi (achievement motivation) mempunyai
kontribusi sampai 64 persen terhadap prestasi belajar.”

Pada saat ini kita melihat semangat siswa untuk belajar sungguh sangat rendah. hal
itu di tandai dengan rendahnya hasil belajar yang di capai siswa pada semua mata
pelajaran yang mereka pelajari. Sehingga pembelajaran yang di berikan guru tidak
menunjukkan hasil yang maksimal terhadap tujuan pembelajaran yang telah di
tetapkan guru. Selain itu siswa sering bolos dalam belajar merupakan salah satu
penyebab dari kurangnya minat mereka dalam belajar. Jika hal ini di biarkan terus
menerus tentu saja akan berdampak buruk terhadap masa depan mereka. Jika hal
ini terjadi maka tujuan Pendidikan Nasional tidak akan tercapai. Berdasarkan
fenomena tersebut, maka penulis tertarik untuk memaparkan tulisan ini tentang
upaya untuk memotivasi siswa dalam belajar, sehingga minat siswa dalam belajar
dapat lebih meningkat. Maka makalah ini penulis beri judul “ Upaya Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa.”
1. B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas maka yang menjadi
rumusan masalah yang akan penulis bahas adalah :
1.
2.

Apakah penyebab rendahnya motivasi belajar siswa di Sekolah Dasar?
Bagaimana cara meningkatkan motivasi belajar siswa di Sekolah Dasar?


II. KAJIAN TEORI

A. Pengertian Motivasi
Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak
yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern
(kesiapsiagaan). Adapun menurut Mc. Donald (Sondang, 2002 : 35) , “motivasi
adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
“feeling” dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”. Dari
pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen/ciri
pokok dalam motivai itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan
energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.
Menurut Maslow (Jalaludin, 2007 : 56) motivasi ada dua, yaitu:
“Motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik. a) Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini
timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain,
tetapi atas dasar kemauan sendiri. b) Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul
sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan,
atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau
melakukan sesuatu atau belajar.”

Maslow memaparkan tata lima tingkatan motivasi secara secara hierarkis ini adalah
:
“a)Kebutuhan yang bersifat fisiologis (lahiriyah). Manifestasi kebutuhan ini terlihat
dalam tiga hal pokok, sandang, pangan dan papan. Bagi karyawan, kebutuhan akan
gaji, uang lembur, perangsang, hadiah-hadiah dan fasilitas lainnya seperti rumah,
kendaraan dll. Menjadi motif dasar dari seseorang mau bekerja, menjadi efektif dan
dapat memberikan produktivitas yang tinggi bagi organisasi. b) Kebutuhan
keamanan dan ke-selamatan kerja (Safety Needs) Kebutuhan ini mengarah kepada
rasa keamanan, ketentraman dan jaminan seseorang dalam kedudukannya,
jabatan-nya, wewenangnya dan tanggung jawabnya sebagai karyawan. Dia dapat
bekerja dengan antusias dan penuh produktivitas bila dirasakan adanya jaminan
formal atas kedudukan dan wewenangnya. c) Kebutuhan sosial (Social Needs).
Kebutuhan akan kasih sayang dan bersahabat (kerjasama) dalam kelompok kerja
atau antar kelompok. Kebutuhan akan diikutsertakan, mening-katkan relasi dengan
pihak-pihak yang diperlukan dan tumbuhnya rasa kebersamaan termasuk adanya
sense of belonging dalam organisasi. d) Kebutuhan akan prestasi (Esteem Needs).
Kebutuhan akan kedudukan dan promosi dibidang kepegawaian. Kebutuhan akan
simbul-simbul dalam statusnya se¬seorang serta prestise yang ditampilkannya. e)
Kebutuhan mempertinggi kapisitas kerja (Self actualization). Setiap orang ingin
mengembangkan kapasitas kerjanya dengan baik. Hal ini merupakan kebutuhan

untuk mewujudkan segala kemampuan (kebolehannya) dan seringkali nampak pada
hal-hal yang sesuai untuk mencapai citra dan cita diri seseorang. Dalam motivasi
kerja pada tingkat ini diperlukan kemampuan manajemen untuk dapat
mensinkronisasikan antara cita diri dan cita organisasi untuk dapat melahirkan hasil
produktivitas organisasi yang lebih tinggi.”
Menurut McClelland (Sutikno , 2007 : 33) karakteristik orang yang berprestasi tinggi
(high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu :
“a)Sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan
moderat. b)Menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upayaupaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran
misalnya; dan c)Menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan
mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.”
Menurut Diah (2007 : 43) Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim
“ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu : E
= Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhan untuk
berhubungan dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan)
Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa :
1.

Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula
keinginan untuk memuaskannya;

2. Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin
besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;

3.

Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih
tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih
mendasar.
4. Tampaknya pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh
manusia. Artinya, karena menyadari keterbatasannya, seseorang dapat
menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan antara
lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin dicapainya.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan
(energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya
dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu
itu sendiri (motivasi instrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
B. Pengertian Belajar
Menurut Moh. Surya (1997) Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam
perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang
diperkuat.

“Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon” (Slavin,
2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input
yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja
yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau
tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses
yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena
tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan
respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang
diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur.
Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa, belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang
baru sebagai pengalaman individu itu sendiri.
C. Pengertian Motivasi Belajar
Menurut Colquitt, LePine dan Noe (2000), motivasi untuk belajar didefinisikan
sebagai arah, kemahuan dan tingkah laku yang mengarah kepada pembelajaran
berterusan dan juga telah didapati positif kepada prestasi pembelajaran.
Motivasi belajar adalah keinginan siswa untuk mengambil bagian di dalam proses
pembelajaran (Linda S. Lumsden: 1994).
Menurut Hermine Marshall Istilah motivasi belajar mempunyai arti yang sedikit

berbeda. Ia menggambarkan bahwa motivasi belajar adalah kebermaknaan, nilai,
dan keuntungan-keuntungan kegiatan belajar belajar tersebut cukup menarik bagi
siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Pendapat lain motivasi belajar itu ditandai
oleh jangka panjang, kualitas keterlibatan di dalam pelajaran dan kesanggupan
untuk melakukan proses belajar ( Carole Ames: 1990)
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah kesanggupan
untuk melakukan kegiatan belajar karena didorong oleh keinginannya untuk
memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun yang datang dari luar. Kegiatan
itu dilakukan dengan kesungguhan hati dan terus menerus dalam rangka mencapai
tujuan.
A. Penyebab Rendahnya Motivasi Belajar Siswa
Ada beberapa masalah dalam keluarga yang menyebabkan motivasi belajar siswa
lemah terutama di kota-kota besar misalnya :
a. Sikap menganggap enteng dan mudah. Siswa sekarang hidup dalam dunia yang
kuat godaannya, terutama godaan untuk hidup santai dan meremehkan. Mereka
ingin “tahu beres” serba cepat dan instan kalau perlu ambil jalan pintas. Prinsip
mereka ‘kalau bisa gampang kenapa harus susah? Hal ini juga mereka laksanakan
dalam dunia pendidikan. Mereka menganggap enteng semua mata pelajaran yang
di pelajari.
b. Masalah ekonomi keluarga, siswa harus membantu orangtua bekerja keras untuk

mencari uang sehingga tidak ada waktu untuk belajar. Hal ini menyebabkan waktu

ubtuk mengulang pelajaran di rumah semakin sempit. Selain itu mereka sudah
kelelahan karena bekerja membantu orangtuanya bekerja di rumah.
c. Relasi dengan orangtua kurang.Orangtua bekerja dari pagi hingga malam,
sehibgga perhatian pada anak sangat kurang. Hal inilah yang menyebabkan
semangat belajar siswa rendah.
d. Adanya tekanan psikologis.
Siswa yang mengalamai tekanan psikologis akan mudah emosi. Hal ini sangat
berpengaruh pada minat belajar siswa
e. Siswa kurang simpati dengan guru yang mengajar.
Bila siswa kurang simpati dengan gurunya maka minat mereka juga kurang dengan
mata pelajaran yang diajarkan.
f. Siswa tidak memiliki fasilitas belajar yang memadai.
Misalnya siswa tidak mempunyai meja belajar sendiri, lampu yang tidak terang ,
tidak mempunyai buku kondisi rumah kurang mendukung untuk belajar.
g. Daya juang siswa lemah.
Siswa tidak mau lagi mengerjakan sesuatu yang sedikit sulit, enggan untuk bekerja,
enggan untuk berpikir.
1. B. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Dalam paradigma baru pendidikan, tujuan pembelajaran bukan hanya untuk
merubah perilaku siswa, tetapi membentuk karakter dan sikap mental profesional
yang berorientasi pada global mindset. Fokus pembelajarannya adalah pada
‘mempelajari cara belajar’ (learning how to learn) dan bukan hanya semata pada
mempelajari substansi mata pelajaran. Sedangkan pendekatan, strategi dan
metoda pembelajarannya adalah mengacu pada konsep konstruktivisme yang
mendorong dan menghargai usaha belajar siswa dengan proses enquiry & discovery
learning.
Dengan pembelajaran konstruktivisme memungkinkan terjadinya pembelajaran
berbasis masalah. Siswa sebagai stakeholder terlibat langsung dengan masalah,
dan tertantang untuk belajar menyelesaikan berbagai masalah yang relevan
dengan kehidupan mereka. Dengan skenario pembelajaran berbasis masalah ini
siswa akan berusaha memberdayakan seluruh potensi akademik dan strategi yang
mereka miliki untuk menyelesaikan masalah secara individu/kelompok. Prinsip
pembelajaran konstruktivisme yang berorientasi pada masalah dan tantangan akan
menghasilkan sikap mental profesional, yang disebut researchmindedness dalam
pola pikir siswa, sehingga kegiatan pembelajaran selalu menantang dan
menyenangkan.
Ada 2 faktor yang membuat seseorang dapat termotivasi untuk belajar, yaitu:
Pertama, motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini

terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar
untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan.

Kedua, motivasi belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa
rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat
memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan.
Motivasi belajar dan disiplin merupakan kunci utama kejayaan seseorang pelajar.
Justeru, motivasi untuk belajar perlu diberikan penekanan untuk menggalakkan
pembelajaran serta menyekat perlakuan yang tidak sopan. Beliau menambah lagi,
motivasi merujuk kepada penglibatan pelajar dalam aktiviti pembelajaran dan gerak
kerja dalam kelas. Disiplin pula merujuk kepada pembentukan pelajar terhadap
perlakuan yang boleh diterima. Motivasi yang rendah akan menghasilkan suasana
perlakuan yang negatif.


Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang.
Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak
ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip
motivasi dalam belajar tidak hanya diketahui, tetapi juga harus diterangkan dalam
aktivitas belajar mengajar.

Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan
mengarahkan belajar anak didik di kelas, sebagai berikut.:

dalam

rangka

— Memberikan penghargaan dengan menggunakan kata-kata, seperti ucapan bagus
sekali, hebat, dan menakjubkan. Penghargaan yang dilakukan dengan kata-kata
(verbal) ini mengandung makna yang positif karena akan menimbulkan interaksi
dan pengalaman pribadi bagi diri siswa itu sendiri
— Memberikan nilai ulangan sebagai pemacu siswa untuk belajar lebih giat. Dengan
mengetahui hasi yang diperoleh dalam belajar maka siswa akan termotivasi untuk
belajar lebih giat lagi.
— Menumbuhkan dan menimbulkan rasa ingin tahu dalam diri siswa. Rasa ingin
tahu dapat ditimbulkan oleh suasana yang mengejutkan atau tiba-tiba.
— Mengadakan permainan dan menggunakan simulasi. Mengemas pembelajaran
dengan menciptakan suasana yang menarik sehingga proses pembelajaran menjadi
menyenangkan dan dapat melibatkan afektif dan psikomotorik siswa. Proses
pembelajaran yang menarik akan memudahkan siswa memahami dan mengingat
apa yang disampaikan.
— Menumbuhkan persaingan dalam diri siswa. Maksudnya adalah guru memberikan
tugas dalam setiap kegiatan yang dilakukan, dimana siswa dalam melakukan
tugasnya tidak bekerjasama dengan siswa yang lainnya. Dengan demikian siswa
akan dapat membandingkan hasil pekerjaan yang dilakukannya dengan hasil siswa
lainnya.
— Memberikan contoh yang positif, artinya dalam memberikan pekerjaan kepada
siswa guru tidak dibenarkan meninggalkan ruangan untuk melaksanakan
pekerjaannya Penampilan guru; penampilan guru yang menarik, bersih, rapi, sopan
dan tidak berlebih-lebihan akan memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Termasuk juga kepribadian guru, guru yang masuk kelas dengan wajah tersenyum
dan menyapa siswa dengan ramah akan mebuat siswa merasa nyaman dan senang
mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung.
Jika anak sudah memiliki motivasi yang kuat dalam belajar, di tandai dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
— Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar
Jika motivasi anak sudah kuat dalam belajar, maka semangat dan keinginan belajar
siswa akan tinggi. Guru harus berupaya mempertahankan serta meningkatkan
situasi ini.
— Adanya keinginan, semangat dan kebutuhan dalam belajar.
Anak yang merasa belajar adalah kebutuhan baginya, mereka akan belajar dengan
giat, tekun dan semangat. Maka, hasil belajar yamg mereka capai akan
memuaskan.
— Memiliki harapan dan cita-cita masa depan
Anak yang memiliki cita-cita yang tinggi di masa depannya, mereka akan berusaha
untuk mencapai cita-cita itu. Salaj satunya dengan berusaha untuk belajar dengan
rajin, dengan tujuan meraih prestasi yang memuaskan.
Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa motivasi sangat di butuhkan bagi siswa
dalam mengikuti pelajaran. Dengan motivasi ini diharapkan akan tumbuh semangat
siswa dalam menimba ilmu dari guru sehingga apa yang diharapkan oleh lembaga
pendidikan .
Lewat dengan dukungan Motivasi belajar akan tercipta pembelajaran yang Aktif,
Inovatif ,Kreatif dan Efektif
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif dan Efektif dapat didefinisikan sebagai:
pendekatan mengajar (approach to teaching) yang digunakan bersama metode
tertentu dan pelbagai media pengajaran yang disertai penataan lingkungan
sedemikian rupa agar proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan. Dengan demikian, para siswa merasa tertarik dan mudah
menyerap pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan. Selain itu, juga

memungkinkan siwa melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan
sikap, pemahaman, dan keterampilannya sendiri dalam arti tidak semata-mata
“disuapi” guru. Di antara metode-metode mengajar yang amat mungkin digunakan
untuk mengimplementasikan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif dan Efektif, ialah:
metode ceramah plus, metode diskusi, metode demonstrasi, metode role-play, dan
metode simulasi
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif
beberapa perubahan atau peralihan:

dan

Efektif

dikembangkan

berdasarkan

1.

Peralihan dari belajar perorangan (individual learning) ke belajar bersama
(cooperative
learning).

2.

Peralihan dari belajar dengan cara menghafal (rote learning) ke belajar untuk
memahami
(learning
for
understanding).

3.

Peralihan dari teori pemindahan pengetahuan (knowledge-transmitted) ke
bentuk interaktif, keterampilan proses dan pemecahan masalah.

4.
5.

Peralihan paradigma dari guru mengajar ke siswa belajar.
Beralihnya bentuk evaluasi tradisional ke bentuk authentic assessment
seperti portofolio, proyek, laporan siswa, atau penampilan siswa (Shadiq dalam
Setiawan, 2004).

Dasar peralihan tersebut di atas sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19, ayat (1) yang berbunyi:
“Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik”.
Penjabaran Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif Dan Efektif
1.

1.

Pembelajaran Aktif

Secara harfiah active artinya: ”in the habit of doing things, energetic” (Hornby,
1994:12), artinya terbiasa berbuat segala hal dengan menggunakan segala daya.
Pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran yang memerlukan keaktifan semua
siswa dan guru secara fisik, mental, emosional, bahkan moral dan spiritual. Guru
harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,
membangun gagasan, dan melakukan kegiatan yang dapat memberikan
pengalaman langsung, sehingga belajar merupakan proses aktif siswa dalam
membangun pengetahuannya sendiri. Dengan demikian, siswa didorong untuk
bertanggung jawab terhaap proses belajarnya sendiri.
Menurut Taslimuharrom (2008)
learning) apabila mengandung:

sebuah proses belajar dikatakan aktif (active

1.

Keterlekatan pada tugas (Commitment)

2.

Tanggung jawab (Responsibility)

3.

Motivasi (Motivation)
2.

Pembelajaran Inovatif

McLeod (1989:520) mengartikan inovasi sebagai: “something newly introduced such
as method or device”. Berdasarkan takrif ini, segala aspek (metode, bahan,
perangkat dan sebagainya) dipandang baru atau bersifat inovatif apabila metode

dan sebagainya itu berbeda atau belum dilaksanakan oleh seorang guru meskipun
semua itu bukan barang baru bagi guru lain.
Pembelajaran inovatif dapat menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan apabila
dilakukan dengan cara mengintegrasikan media/alat bantu terutama yang berbasis
teknologi baru/maju ke dalam proses pembelajaran tersebut. Sehingga, terjadi
proses renovasi mental, di antaranya membangun rasa pecaya diri siswa.
Penggunaan bahan pelajaran, software multimedia, dan microsoft power point
merupakan salah satu alternatif.
Membangun pembelajaran inovatif bisa dilakukan dengan cara-cara yang di
antaranya menampung setiap karakteristik siswa dan mengukur kemampuan/daya
serap setiap siswa. Sebagian siswa ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu
dan keterampilan dengan menggunakan daya visual (penglihatan) dan auditory
(pendengaran), sedang sebagian lainnya menyerap ilmu dan keterampilan secara
kinestetik (rangsangan atau gerakan otot dan raga). Dalam hal ini, penggunaan
alat/perlengkapan (tools) dan metode yang relevan dan alat bantu langsung dalam
proses pembelajaran merupakan kebutuhan dalam membangun proses
pembelajaran inovatif.
Selain itu, dalam menerapkan pembelajaran yang inovatif diperlukan adanya
beraneka ragam strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam berbagai
bidang studi.
1.

3.

Pembelajaran Kreatif

Kreatif (creative) berarti menggunakan hasil ciptaan / kreasi baru atau yang
berbeda dengan sebelumnya. Pembelajaran yang kreatif mengandung makna tidak
sekedar melaksanakan dan menerapkan kurikulum. Kurikulum memang merupakan
dokumen dan rencana baku, namun tetap perlu dikritisi dan dikembangkan secara
kreatif. Dengan demikian, ada kreativitas pengembangan kompetensi dan
kreativitas dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas termasuk pemanfaatan
lingkungan sebagai sumber bahan dan sarana untuk belajar. Pembelajaran kreatif
juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga
memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa dan tipe serta gaya belajar siswa.
1.

4.

Pembelajaran Efektif

Pembelajaran dapat dikatakan efektif (effective / berhasil guna) jika mencapai
sasaran atau minimal mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Di
samping itu, yang juga penting adalah banyaknya pengalaman dan hal baru yang
“didapat“ siswa. Guru pun diharapkan memeroleh “pengalaman baru” sebagai hasil
interaksi dua arah dengan siswanya.
Untuk mengetahui keefektifan sebuah proses pembelajaran, maka pada setiap akhir
pembelajaran perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi yang dimaksud di sini bukan
sekedar tes untuk siswa, tetapi semacam refleksi, perenungan yang dilakukan oleh
guru dan siswa, serta didukung oleh data catatan guru. Hal ini sejalan dengan
kebijakan penilian berbasis kelas atau penilaian authentic yang lebih menekankan
pada penilaian proses selain penilaian hasil belajar
. Kesimpulan
Motivasi merupakan keadaan internal organisme yang mendorong untuk berbuat
sesuatu. Motivasi dapat dibedakan kedalam motivasi intrinsic dan ekstrinsik.
Motivasi intrinsic merupakan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri
yang dapat mendorongnya untuk belajar,misalnya perasaan menyenangi materi
dan kebutuhannya terhadap materi tersebut,apakah untuk kehidupannya masa
depan siswa yang bersangkutan atau untuk yang lain. motivasi ekstrinsik
merupakan keadaan yang dating dari individu siswa yang juga mendorongnya untuk
melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah,peraturan atau tata tertib sekolah,
keteladanan orangtua, guru merupakan contoh-contoh kongkret motivasi ekstrinsik
yang dapat mendorong siswa untuk belajar.
Kekurangan atau ketiadaan motivasi baik yang intrinsic maupun ektrinsik akan
menyebabkan siswa kurang bersemangat untuk melakukan kegiatan belajar baik di
sekolah maupun di rumah. Dampak lanjutnya adalah pencapaian hasil belajar yang
kurang memuaskan

Motif atau keinginan untuk berprestasi sangat menentukan prestasi yang
dicapainya.dengan demikian,keinginan seseorang atau siswa untuk berhasil dalam
belajar juga akan menentukan hasil belajarnya motif erat sekali hubungannya
dengan tujuan yang akan dicapai.untuk mencapai suatu tujuan perlu dibuat
sesuatu. Yang menyebabkan seseorang berbuat adalah motifnya. Dengan demikian,
motif berfungsi sebagai daya penggerak atau pendoron Usaha-usaha yang dapat
kita lakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.Sekolah dapat melakukan
banyak hal untuk membantu siswa semangat dalam belajar.
Pendekatan personal akan sangat berguna bagi siswa yang bermasalah. Mengenali
siswa dengan permasalahan yang sedang dihadapi, akan membuat siswa merasa
mempunyai tempat curhat. Ajaklah mereka sharing pengalaman , mereka diberi
kesempatan untuk mengungkapkan masalah-masalah dalam dirinya maka mereka
akan lega dan ceria kembali. Sentuhlah hatinya, beri perhatian khusus, hargailah
setiap ungkapan yang keluar dari hati mereka, apapun yang mereka katakan kita
beri peneguhan dan masalah mereka, mereka akan bebas dan situasi ini akan
membangkitkan semangat belajar mereka.
Mengapa pendekatan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif dan Efektif perlu
diterapkan? Sekurang-kurangnya ada dua alasan perlunya pendekatan
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif dan Efektif diterapkan di sekolah kita, yakni:
a. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif dan Efektif lebih memungkinkan perserta
didik dan guru sama-sama aktif terlibat dalam pembelajaran. Selama ini kita lebih
banyak mengenal pendekatan pembelajaran konvensional. Hanya guru yang aktif
(monologis), sementara para siswanya pasif, sehingga pembelajaran menjemukan,
tidak menarik, tidak menyenangkan, bahkan kadang-kadang menakutkan siswa.
b. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif dan Efektif lebih memungkinkan guru dan
siswa berbuat kreatif bersama. Guru mengupayakan segala cara secara kreatif
untuk melibatkan semua siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu, peserta
didik juga didorong agar kreatif dalam berinteraksi dengan sesama teman, guru,
materi pelajaran dan segala alat bantu belajar, sehingga hasil pembelajaran dapat
meningkat.
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif dan Efektif Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif
dan Efektif dilandasi oleh falsafah konstruktivisme yang menekankan agar peserta
didik mampu mengintegrasikan gagasan baru dengan gagasan atau pengetahuan
awal yang telah dimilikinya, sehingga mereka mampu membangun makna bagi
fenomena yang berbeda. Falsafah pragmatisme yang berorientasi pada tercapainya
tujuan secara mudah dan langsung juga menjadi landasan Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif dan Efektif, sehingga dalam pembelajaran peserta didik selalu
menjadi subjek aktif sedangkan guru menjadi fasilitator dan pembimbing belajar
mereka.
.

Saran
1 Kita tanamkan disiplin diri dan mentalitas kerja keras kepada siswa.
Kita yakinkan
mereka bahwa
sesuatu yang besar
harus dimulai dengan usaha dan pengorbanan yang besar pula.
2.Guru dalam pembelajaran hendaknya menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan sehingga siswa dalam mengikuti pelajaran akan
tidak merasa bosan
3.Dalam suasan pembelajaran guru hendaknya tidak pelit dalam
memberikan penghargaan kepada siswa dalam rangka
meningkatkanminat mereka dalam belajar
3.Guru hendaknya selalu meningkatkan keterampilannya dalam
mengajar dengan menyerap informasi baik secara formal maupun
informal
6.Orangtua hendaknya selalu memperhatikan anaknya dalam belajar
serta siap untuk membantu anak yang mengalami kesulitan belajar
6.Di harapkan kepada pemerintah untuk selalu melengkapi sarana
pembelajaran yang secara tidak langsung akan menambah
semangat siswa dalam belajar

Horas _ Horas _ Horas

Altur Simbolon SPd.K
Nip.196711151986041001