Peran Orang Tua Pada Remaja Yang Berperilaku Seks Pra-Nikah Remaja Di Dusun VIII Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa. Perubahan pada masa remaja mencakup perubahan fisik, kognitif dan
sosial. Perubahan secara kognitif pada remaja meliputi peningkatan idealisme dan
penalaran logis. Secara sosial, jika dikaitkan dengan arah perkembangan dapat
dilihat adanya dua macam gerak yaitu berkurangnya ketergantungan remaja
dengan orangtua, sehingga remaja biasanya akan semakin mengenal komunitas
luar melalui interaksi sosial yang dilakukannya disekolah, pergaulan dengan
teman sebaya maupun masyarakat luas. Perubahan fisik yang terjadi pada masa
remaja yaitu semakin matangnya organ – organ tubuh termasuk organ reproduksi
dan seksualnya yang menyebabkan munculnya minat seksual dan keinginan
remaja tentang seksual (Santrock, 2008).
Periode remaja merupakan masa yang telah matang dari segi biologis dan
dapat menjalankan fungsi seksualnya. Sesuai dengan kematangannya itu maka
muncul pada diri remaja yaitu dorongan ingin berkenalan dan bergaul dengan
lawan jenis. Rasa ketertarikan pada remaja kemudian di wujudkan dalam bentuk
berpacaran di antara mereka. Perilaku seksual pada remaja dapat diwujudkan
dalam tingkah laku yang bermacam – macam, mulai dari perasaan tertarik,

berkencan, berpegangan tangan, mencium pipi, berpelukan, mencium bibir,
memegang buah dada diatas baju, memegang buah dada di balik baju, memegang

1

alat kelamin diatas baju, memegang alat kelamin di bawah baju, dan melakukan
senggama (Sarwono, 2011).
World Heald Organization (WHO) tahun 2010 mengatakan bahwa setiap
tahun terdapat 210 juta remaja yang hamil di seluruh dunia. Dari angka tersebut,
46 juta diantaranya melakukan aborsi yang diakibatkan karena terlalu nafsu birahi
selama pacaran. Akibatnya terdapat 70.000 kematian remaja akibat melakukan
aborsi tidak aman sementara empat juta lainnya mengalami kesakitan dan
kecacatan. Menurut WHO 20 juta kejadian aborsi tidak aman (unsafe abortion) di
dunia 9,5% (19 dari 20 juta tindakan aborsi tidak aman) diantaranya terjadi di
negara berkembang. Sekitar 13% dari total remaja yang melakukan aborsi tidak
aman

berakhir

dengan


kematian.

Di

wilayah

Asia

Tenggara,

WHO

memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahun, dan sekitar 750.000 sampai
1,5 juta terjadi di Indonesia, dimana 2.500 diantaranya berakhir dengan kematian
(Soetjiningsih, 2011).
Perilaku seksual remaja pranikah pada usia 15 hingga 24 tahun terus
meningkat setiap tahun. Ini terjadi tak lain disebabkan perilaku pacaran. Menurut
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 2012) dibandingkan dengan
SDKI, 2002 dan 2007, terjadi peningkatan hubungan seks pranikah usia 15 – 24

tahun. Survei yang menggunakan data sekunder SDKI 2012 tentang Kesehatan
Reproduksi Remaja ini dilakukan terhadap remaja perempuan dan laki- laki yang
belum menikah. Hasilnya, 8,3% remaja laki – laki dan 1% remaja perempuan
yang melakukan hubungan seks pranikah. Hubungan seksual terbanyak dilakukan
pada remaja usia 20 -24 tahun sebesar 9,9% dan 2,7% pada usia 15-19 tahun.

2

Hampir 80% responden pernah berpegangan tangan, 48,2% remaja laki-laki dan
29,4% remaja perempuan pernah berciuman, serta 29,5% remaja laki-laki dan
6,2% remaja perempuan pernah saling merangsang. Perilaku berpacaran sampai
pada tahap ciuman berpotensi melakukan hubungan seksual. Faktor penyebab
utama yakni perilaku pacaran remaja di samping semakin banyaknya remaja yang
berpacaran. Remaja di bawah 13 tahun sekarang sudah banyak yang berpacaran,
sehingga melakukan hubungan seks sebelum menikah tambah banyak. Akibat
yang paling besar, kehamilan sebelum menikah (Roswita, 2014).
Menurut

Soetjiningsih


(2010)

menunjukkan

bahwa

faktor

yang

mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja adalah hubungan orangtua remaja,
tekanan negatif teman sebaya, pemahaman tingkat agama (religiusitas) dan
eksposur media pornografi memiliki pengaruh yang signifikan, baik langsung
maupun tidak langsung terhadap perilaku seksual pranikah remaja. Faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku reproduksi remaja diantaranya
adalah faktor keluarga. Remaja yang melakukan hubungan seksual sebelum
menikah banyak diantaranya berasal dari keluarga yang bercerai atau pernah cerai,
keluarga dengan banyak konflik dan perpecahan (Kinnaird, 2003).
Dalam hal ini peran orangtua sangat penting mengarahkan remaja menuju
tingkah laku yang positif dan terutama dalam pendidikan sehingga dapat

mencapai sasaran belajar yang dikehendaki. Disamping itu tingkah laku orangtua
pun menjadi contoh dan menjadi panutan remaja dalam bertingkah laku.
Mendampingi remaja saat ini sangat penting sehingga tercapai cita-cita dan tidak
merugikan masa depan remaja untuk yang lebih baik. Selain itu pendidikan seks

3

sangat diperlukan, sehingga terdapat pengertian yang benar tentang berbagai
masalah hubungan seksual (Manuaba, 2010)
Perilaku seksual bebas itu dapat dicegah melalui keluarga, sehendaknya
orangtua lebih memperhatikan anak-anaknya apalagi anak yang baru beranjak
dewasa dan memberi pengertian pada anak tentang apa itu seks dan akibatnya jika
seks itu dilakukan.
Peran orangtua dalam mencegah seks bebas adalah menjelaskan soal nafsu
kepada anak, berbagai pengalaman, pembatasan pergaulan, jelaskan kasus- kasus
kejahatan seks pada anak. Semua langkah diatas sebaiknya jangan dilakukan
secara memaksa, mendikte, menggurui, melainkan santai, seperti selayaknya
mengobrol biasa. Apabila sejak kecil anak sudah terbiasa diajak bersikap terbuka
mengenai seks, sehingga remaja pun akan memandang seks sebagai suatu hal
yang tidak tabu, sehinga akan bersikap terbuka dan tidak merahasiakan sesuatu

pada orangtua saat ada masalah (Niken, 2012).
Orangtua sebagai pendamping harus dapat menjadi panutan teladan dan
orangtua yang istimewa bagi remaja, agar mereka tidak mudah tergoda untuk
berprilaku seks bebas yang merugikan kehidupannya. Tugas orangtua adalah
memberikan pendidikan kesehatan reproduksi yang benar sebagai upaya untuk
mencegah terjadinya perilaku seks bebas akan terjadi kehidupan remaja berbudaya
hidup sehat (Dianawati, 2006).
Dalam hal komunikasi orangtua dengan remaja, remaja seringkali merasa
tidak nyaman atau tabu untuk membicarakan masalah seksualitas dan kesehatan
reproduksinya (Syafudin, 2008). Remaja lebih senang menyimpan dan memilih

4

jalannya sendiri tanpa berani mengungkapkan kepada orangtua. Hal ini
disebabkan karena ketertutupan orangtua terhadap anak terutama masalah seks
yang dianggap tabu untuk dibicarakan serta kurang terbukanya anak terhadap
orangtua karena anak merasa takut untuk bertanya (Dhede, 2002).
Orangtua dalam memberikan informasi kesehatan reproduksi kecil,
kecilnya peranan orangtua untuk memberikan informasi kesehatan reproduksi dan
seksualitas disebabkan oleh rendahnya pengetahuan orangtua mengenai kesehatan

reproduksi serta masih mengganggap tabu membicarakan tentang kesehatan
reproduksi. Apabila orangtua merasa memiliki pengetahuan yang cukup
mendalam tentang kesehatan reproduksi, remaja lebih yakin dan tidak merasa
canggung untuk membicarakan topik yang berhubungan dengan masalah seks
pranikah (Hurlock, 2007).
Penilitian Niken Sulistiani (2012) tentang peran orangtua dalam mencegah
perilaku seks bebas pada remaja di desa Gondang Kecamatan Karangrejo
Kabupaten Magetan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 45% sebanyak 27
responden mempunyai peran baik dalam pencegahan perilaku seks bebas pada
remaja, dan setengahnya lagi 55% sebanyak 34 responden mempunyai peran
buruk dalam pencegahan perilaku seks bebas pada remaja.
Menurut Santrock (2008), mengatakan bahwa masa remaja adalah masa
transisi dalam rentang kehidupan manusia. Bagi remaja membicarakan tentang
seks adalah tabu, sehingga membuat enggan untuk membicarakan hal tersebut
dengan orangtua. Kurangnya informasi tentang seks membuat remaja mencoba
mengakses atau berusaha mencari tahu tentang seks dan melakukan eksplorasi diri

5

sendiri. Informasi yang salah dan pengetahuan yang kurang tentang seks

mengakibatkan penyimpangan perilaku seks itu sendiri. Hal ini menjadi salah satu
indikator meningkatnya perilaku seks dikalangan remaja saat ini. Banyak remaja
yang melakukan aktivitas seks tanpa informasi yang akurat tentang kesehatan
reproduksi. Kurangnya informasi tentang ini dapat menyebabkan resiko
kehamilan yang tidak direncanakan dan tidak diinginkan serta meningkatnya
penyakit menular seksual.
Menurut Sarwono (2011) salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku
seksual pranikah yang dilakukan remaja adalah hubungan dalam keluarga
khususnya hubungan orangtua dengan anak. Kurangnya dukungan keluarga
seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap kegiatan anak, kurangnya kasih
sayang orangtua dan komunikasi yang tidak efektif dalam keluarga dapat menjadi
pemicu munculnya perilaku seksual pranikah pada remaja. Selain itu, orangtua
perlu mengembangkan kepercayaan anak pada orangtua, sehingga remaja lebih
terbuka dan mau bercerita agar orangtua bisa memantau dan mengarahkan
pergaulan anak remajanya serta bisa menjadi teman / sahabat mereka dalam
mengembangkan kepercayaan anak terhadap orangtua.
Berdasarkan wawancara singkat penelitian dengan 5 orangtua pada remaja
yang berperilaku seks pranikah. Terdapat 4 orangtua yang sudah mengetahui
bahwa anak remaja mereka telah melakukan perilaku seks pranikah dan anak
remaja tersebut telah di nikahkan dengan usia yang masih muda. Dan 1 orangtua

tidak mengetahui bahwa anak remaja sudah berperilaku seks pranikah dan juga
tidak tahu bahwa anak remaja sudah pernah melakukan aborsi. Kurangnya

6

pendamping dari keluarga dan panutan dalam kesehatan reproduksi ini membuat
mereka pun enggan membahas akan kesehatan reproduksi mereka. Oleh karena
itu, peran orang tua sangatlah penting buat perkembangan dalam kesehatan
reproduksi remaja saat ini. Kurangnya peran orangtua dalam memberikan
pendidikan seks dengan remaja, dan kurangnya orangtua untuk menjadikan
anaknya sebagai teman dan sahabatnya dapat membuat remaja untuk mencari info
seks sendiri langsung dari teman sebaya. Sehingga remaja seringkali bersikap
tidak tepat terhadap kesehatan reproduksinya.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat diambil
adalah bagaimana peran orangtua pada remaja yang berperilaku seks pranikah
remaja di Dusun VIII Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2015.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1


Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran orangtua pada

remaja yang berperilaku seks pranikah remaja di Dusun VIII Desa Bandar Klippa
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.
1.3.2

Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui peran orangtua dalam memberikan pendidikan
tentang seks pranikah di Dusun VIII Desa Bandar Klippa Kecamatan
Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.

7

2. Untuk mengetahui perilaku orangtua terhadap anak yang telah
berperilaku seks pranikah di Dusun VIII Desa Bandar Klippa
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.
3. Untuk mengetahui dukungan yang diberikan orangtua dalam perilaku
seks pranikah remaja di Dusun VIII Desa Bandar Klippa Kecamatan

Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi Remaja
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat, khususnya bagi remaja agar
dapat mengantisipasi perilaku seksual yang tidak baik.
b. Bagi Orangtua
Diharapkan dapat mengenal perilaku dan kepribadian remaja sehingga
dapat melakukan edukasi dini dan perhatian lebih kepada anak- anaknya yang
berada pada masa remaja.
c. Bagi Instansi Kesehatan
Diharapkan dapat bermanfaat bagi Dinas Kesehatan, dan instansi terkait
untuk perbaikan perencanaan maupun implementasi program kesehatan
reproduksi.
d. Bagi Peneliti Lain
Dapat digunakan sebagai referensi ilmiah dalam melakukan penelitian
yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja.

8

Dokumen yang terkait

Peran Orang Tua Pada Remaja Yang Berperilaku Seks Pra-Nikah Remaja Di Dusun VIII Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

1 65 108

TANGGAPAN MASYARAKAT TERHADAP KEGIATAN ORGANISASI REMAJA MASJID NURUL FATIMAH DI DESA BANDAR KLIPPA KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG.

1 5 25

Peran Orang Tua Pada Remaja Yang Berperilaku Seks Pra-Nikah Remaja Di Dusun VIII Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 0 15

Peran Orang Tua Pada Remaja Yang Berperilaku Seks Pra-Nikah Remaja Di Dusun VIII Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 0 2

Peran Orang Tua Pada Remaja Yang Berperilaku Seks Pra-Nikah Remaja Di Dusun VIII Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 0 29

Peran Orang Tua Pada Remaja Yang Berperilaku Seks Pra-Nikah Remaja Di Dusun VIII Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 0 3

Peran Orang Tua Pada Remaja Yang Berperilaku Seks Pra-Nikah Remaja Di Dusun VIII Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 0 8

Hubungan Pendidikan Seks oleh Orang Tua dengan Perilaku Seksual Remaja di SMA Al-Maksum Desa Cinta Rakyat Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

0 0 19

Hubungan Pendidikan Seks oleh Orang Tua dengan Perilaku Seksual Remaja di SMA Al-Maksum Desa Cinta Rakyat Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

0 0 2

Hubungan Pendidikan Seks oleh Orang Tua dengan Perilaku Seksual Remaja di SMA Al-Maksum Desa Cinta Rakyat Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

0 0 10