Keanekaragaman Jamur Makroskopis di Hutan Pendidikan Universitas Sumatera Utara Desa Tongkoh Kabupaten Karo Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian
Jamur merupakan satu diantara berbagai jenis organisme yang berperan
penting dalam menjaga keseimbangan dan kelestarian alam. Jamur berperan
sebagai dekomposer bersama dengan bakteri dan beberapa spesies protozoa,
sehingga

banyak

membantu

proses

dekomposisi

bahan

organik

untuk


mempercepat siklus materi dalam ekosistem hutan. Dengan demikian, jamur ikut
membantu menyuburkan tanah melalui penyediaan nutrisi bagi tumbuhan,
sehingga hutan tumbuh dengan subur (Suharna, 1993).
Jamur, khususnya kelompok jamur makroskopis atau makrofungi
(Basidiomycota),
lignoselulosa

merupakan

karena

mampu

kelompok

utama

menghasilkan


organisme

pendegradasi

enzim-enzim

pendegradasi

lignoselulosa seperti selulase, ligninase, dan hemiselulase (Munir, 2006), sehingga
siklus materi di alam dapat terus berlangsung. Selain itu, kelompok jamur
makroskopis secara nyata mempengaruhi jaring-jaring makanan di hutan,
kelangsungan hidup atau perkecambahan anakan-anakan pohon, pertumbuhan
pohon, dan keseluruhan kesehatan hutan. Jadi, keberadaan jamur makroskopis
adalah indikator penting komunitas hutan yang dinamis (Moore et al . (ed.), 2001).
Beberapa spesies jamur bersifat parasit bagi tumbuhan ataupun hewan,
sementara spesies jamur yang lain berasosiasi saling menguntungkan (mutualistik)
dengan tumbuhan ataupun hewan. Selain itu, berbagai spesies jamur bermanfaat
langsung bagi manusia seperti sebagai sumber makanan dan bahan obat.
Penggunaan jamur dalam pengobatan tradisional sudah dikenal sejak
ribuan tahun lalu di negara-negara Asia Timur. Spesies jamur yang banyak


Universitas Sumatera Utara

digunakan sebagai bahan obat umumnya merupakan spesies jamur makroskopis
seperti Ganoderma lucidium dan Lentinus edodus. Ganoderma lucidium sudah
lebih dari 2000 tahun dipakai di China sebagai obat non toksik, bahkan
masyarakat China percaya jamur ini dapat menyembuhkan segala jenis penyakit.
Lentinus edodus juga telah digunakan dalam pengobatan tradisional China sejak

2000 tahun sebelum masehi (Gandjar et al., 2006).
Di Indonesia sendiri masih banyak spesies jamur makroskopis yang belum
teridentifikasi dan belum diketahui manfaatnya hingga saat ini, sehingga
pemanfaatan langsung sebagai sumber makanan ataupun bahan obat belum
maksimal

dilakukan.

Spesies

jamur


makroskopis

yang

telah

banyak

dibudidayakan di Indonesia, yakni Pleurotus ostreatus dan Auricularia auricula ,
belum berkembang pesat dalam hal teknik budidaya dan pemasaran, karena belum
terlalu dikenal sebagai bahan makanan yang kaya akan kandungan protein.
Sebagai negara yang memiliki hutan hujan tropis yang luas dengan
keanekaragaman spesies jamur makroskopis yang tinggi, di hutan Indonesia
penelitian mengenai keanekaragaman jamur makroskopis belum banyak
dilakukan. Sampai saat ini data dan literatur mengenai keanekaragaman jamur
makroskopis di Indonesia masih sangat terbatas. Data dan literatur tentang jamur
makroskopis umumnya adalah tentang jamur makroskopis di daerah beriklim
subtropis yang memiliki warna, bentuk, ukuran, dan spesies yang berbeda dengan
jamur makroskopis di daerah beriklim tropis. Di lain pihak, kita dihadapkan pada

cepatnya laju penurunan keanekaragaman hayati baik oleh proses alamiah maupun
oleh ulah manusia. Jika hal ini terus berlanjut, maka banyak spesies jamur
makroskopis yang belum teridentifikasi mungkin akan segera punah.

Universitas Sumatera Utara

Inventarisasi spesies jamur makroskopis iklim subtropis yang memiliki
empat musim menunjukkan hasil yang berbeda dengan spesies jamur makroskopis
iklim tropis. Untuk itu, inventarisasi spesies jamur makroskopis iklim tropis
sangat perlu dilakukan (Nurtjahja dan Widhiastuti, 2009).
Hutan Pendidikan Universitas Sumatera Utara (USU), Desa Tongkoh,
Kecamatan Dolat Rayat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, merupakan satu
contoh kawasan hutan hujan tropis Indonesia yang memiliki keanekaragaman
jamur makroskopis yang tinggi. Hutan Pendidikan USU merupakan bagian dari
kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan, dan mewakili ekosistem hutan hujan
tropis Indonesia.
Penelitian mengenai keanekaragaman jamur makroskopis lokal hutan
hujan tropis, khususnya di kawasan Hutan Pendidikan USU, sejauh ini belum
pernah dilakukan. Mengingat pentingnya peranan jamur makroskopis dalam suatu
ekosistem hutan hujan tropis, seperti Hutan Pendidikan USU, maka penting

dilakukan suatu penelitian untuk menganalisis keanekaragaman spesies jamur
makroskopis di kawasan Hutan Pendidikan USU.
Hutan Pendidikan USU sendiri baru diresmikan pada tanggal 25 Mei 2011,
sehingga wajar jika sampai saat ini belum banyak diketahui kekayaan sumberdaya
alam hayati yang dimiliki hutan pendidikan ini, demikian pula keanekaragaman
spesies jamur makroskopisnya. Setiawan (2012) menyatakan, perlu diadakan
berbagai penelitian untuk menggali kekayaan sumberdaya alam hayati di kawasan
hutan pendidikan ini, guna meningkatkan manajemen pengelolaan, terutama jika
kawasan ini akan dikembangkan menjadi daerah tujuan ekowisata, pendidikan,
dan penelitian.

Universitas Sumatera Utara

Tujuan Penelitian
Mengetahui keanekaragaman spesies jamur makroskopis yang terdapat di
kawasan Hutan Pendidikan

USU, Taman Hutan Raya Bukit Barisan,

Desa Tongkoh, Kecamatan Dolat Rayat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi tentang keanekaragaman spesies jamur makroskopis
yang terdapat di kawasan Hutan Pendidikan USU.
2. Pelengkap dari penelitian-penelitian ekologi hutan sebelumnya, maupun
sebagai data pendukung atau bahan rujukan yang diharapkan bermanfaat
bagi penelitian selanjutnya.
3. Sumber informasi bagi

pihak pengelola Hutan Pendidikan

USU,

BBKSDAH Sumatera Utara, pemerintah dan masyarakat setempat, serta
semua pihak yang membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara