Potensi Integrasi Problem Based Learning

Potensi Integrasi Problem Based Learning dengan Pembelajaran Kooperatif
Jigsaw dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa
Oleh
Muhiddin Palennari
Jurusan Biologi FMIPA UNM
email: din.biologi@gmail.com
HP. 081342757964
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi integrasi PBL dengan
pembelajaran kooperatif Jigsaw dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis
mahassiwa. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu dengan pretest-postest
nonequivalent control group design pola faktorial 2 x 2. Variabel bebas terdiri atas variable
bebas A yaitu strategi integrasi PBL+ Jigsaw dan pembelajaran konvensional dan variabel
bebas B yaitu kemampuan akademik atas dan bawah. Variabel terikatnya adalah
keterampilan berpikir kritis. Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa baru yang
tersebar pada 4 program studi yaitu program studi Biologi, pendidikan Biologi, Kimia, dan
pendidikan Kimia FMIPA UNM semester ganjil tahun akademik 2011/2012. Sampel
penelitian dipilih 2 kelas yaitu program studi Pendidikan Kimia (N=36) sebagai kelas
eksperimen sedang program studi Biologi (N=30) sebagai kelas pembanding
(konvensional). Pada kedua kelas dipilih mahasiswa berkemampuan akademik atas dan
bawah berdasarkan hasil test pengelompokan. Instrumen yang digunakan adalah tes

pemahaman konsep Biologi Dasar terintegrasi keterampilan berpikir krtisi. Keterampilan
berpikir kritis yang diukur meliputi interpretasi (interpretation), analisis (analysis), evaluasi
(evaluation), inferensi (inference), penjelasan (explanation), dan self-regulation. Data
penelitian dikumpulkan dengan pemberian tes sebelum dan setelah perkuliahan dan
dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik inferensial
anakova digunakan untuk menguji hipotesis perbedaan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa (1) strategi pembelajaran berpengaruh terhadap keterampilan berpikri krtisi
mahasiswa, sehingga strategi integrasi PBL+Jigsaw lebih berpotensi meningkatkan
keterampilan berpikir kritis mahasiswa dibanding strategi pembelajaran konvensional, (2)
tidak ada perbedaan keterampilan berpikir kritis antara mahasiswa berkemampuan
akademik atas dengan mahasiswa berkemampuan akademik bawah, dan (3) tidak ada
pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dengan kemampuan akademik terhadap
keterampilan berpikir kritis mahasiswa.
Kata kunci: integrasi PBL dengan Pembelajaran kooperatif Jigsaw, kemampuan akademik,
keterampilan berpikir kritis.

1

The Potency of The Integration Strategy of Problem Based Learning With
Cooperative Learning of Jigsaw in Improving The Critical Thinking Skills

of Students
Abstract
This research aims at finding out the potency of the integration strategy of PBL with
cooperative learning of Jigsaw in improving the critical thinking skills of the students. This
research belongs to quasi-experimental with pretest-posttest nonequivalent control group
design factorial 2x2. The research variables consist of independents variable A & B, the
former is the integration strategy of PBL + Jigsaw and conventional learning strategy and the
latest is low and high academic ability. While the dependent variable is critical thinking
skills. The research population is the new student of four study programs: Biology, Biology
Education, Chemistry, and Chemistry Education in the faculty of Math and Science UNM in
academic years 2011/2012. The research samples selected in two classes, Chemistry
Education (N=36) as the experimental class, and Biology class (N=30) as a control class
(using conventional strategy). On those two classes, the students with high and low academic
ability are selected based on the result of grouping test. The instrument used is essay test on
Fundamental Biology course integrated critical thinking skills. Critical thinking skills consist
of interpretation, analysis, evaluation, inference, explanation, and self-regulation. The
research data were collected by giving test before and after treatment then analyzed using
descriptive and inferential statistics. Anacova is used to test the hypothesis of differences.
The research result shows that (1) the strategy of learning has an influence on the critical
thinking skills of the students so that the integration strategy of PBL+Jigsaw has more

potency to improve critical thinking skills of the students rather than conventional one, (2)
There is no differences of critical thinking skills on high and low academic ability, (3) there is
no influence of interaction between the learning strategy with academic ability toward critical
thinking skills.

Keywords: Integration of PBL with Jigsaw, academic ability, critical thinking
skill
I.

Pendahuluan

Pendidikan pada saat ini diperhadapkan oleh era pengetahuan yang
membutuhkan berbagai modal dan keterampilan intelektual misalnya
keterampilan berpikir kritis dan kooperatif yang harus dimiliki oleh peserta didik.
Dimana era tersebut menuntut adanya perbaikan sektor pendidikan pada semua
jalur dan jenjang pendidikan. Perbaikan tersebut dimaksudkan untuk
mempersiapkan peserta didik agar bisa bersaing dalam dunia kerja pada abad
XXI. Abad ini lebih dikenal sebagai era ekonomi berbasis pengetahuan
(knowledge based economic) yang memerlukan adanya paradigma baru pedagogik
(Tan, 2003) dan membutuhkan kualitas manusia yang berpendidikan (Tilaar,

2009). Sidi (2001) menyebutnya bahwa paradigma pendidikan berubah dari
teaching (mengajar) ke learning (belajar) atau dari pembelajaran teacher
centered ke pembelajaran student centered. Oleh karena itu pembelajaran perlu
dirancang dalam bentuk lingkungan pembelajaran aktif, kolaborasi, self regulated,
dan self directed learning (Tan, 2003).
Tan (2004) menyebutkan bahwa di abad XXI peserta didik perlu memiliki
kompetensi metakognisi dan regulasi diri sebagai kunci untuk meningkatkan
2

kemampuan berpikirnya. Menurut Duch dkk. (1999), beberapa kompetensi yang
diperlukan untuk sukses adalah kemampuan untuk (1) berpikir secara kritis,
menganalisis dan memecahkan masalah dunia nyata yang komplek, (2)
menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan sumber belajar yang sesuai, (3)
bekerja sama dalam tim dan kelompok kecil, (4) keterampilan komunikasi lisan
dan tertulis secara efektif dan (5) menggunakan pengetahuan konten dan
keterampilan intelektual untuk menjadi pebelajar yang terus-menerus.
Selanjutnya, Trilling dan Hood (1999) menyebutkan bahwa beberapa
keterampilan yang harus dimiliki di era pengetahuan yaitu (1) keterampilan
berpikir kritis dan kerja keras, (2) kreativitas, (3) kolaborasi, (4) pemahaman
lintas budaya, (5) komunikasi, (6) komputasi, dan (7) karir dan kemandirian.

Kompetensi-kompetensi tersebut di atas misalnya keterampilan berpikir
kritis, kerja keras, pemecahan masalah, kolaborasi dan kooperatif belum
diberdayakan secara maksimal pada semua jenjang pendidikan termasuk
pendidikan tinggi. Seperti yang dikemukakan oleh Sanjaya (2008) bahwa
pembelajaran saat ini kelihatannya peserta didik kurang didorong untuk
mengembangkan kemampuan berpikir, peserta didik diarahkan untuk menghafal
informasi dan dipaksa mengingat, serta menimbun berbagai informasi tanpa
dituntut memahami informasi yang diingatnya untuk dihubungkan dengan
kehidupan sehari-hari.
Berbagai pengertian tentang berpikir kritis telah dikemukakan oleh
beberap ahli. Berpikir kritis adalah salah satu komponen dalam proses berpikir
tingkat tinggi, menggunakan dasar analisis argumen dan wawasan terhadap tiaptiap makna dan interpretasi untuk mengembangkan penalaran yang kohesif dan
logis (Liliasari, 2003). Menurut Moore dan Parker (1986), Meyer dan Goodchild
(1990), Feldman dan Schwartzber, (1990) dalam Takwin, 1997) bahwa berpikir
kritis adalah suatu usaha yang aktif dan sistemastis dan masuk akal,
mempertimbangkan berbagai sudut pandang untuk memahami dan mengevaluasi
suatu informasi dengan tujuan menentukan apakah informasi itu diterima, ditolak
atau ditangguhkan penilaiannya. Weissinger (2004) menyatakan bahwa berpikir
kritis adalah kesadaran berpikir sendiri (self-reflection), dan kemampuan
(keterampilan dasar) serta kemauan (kemauan untuk bertanya) untuk

mengklarifikasi dan meningkatkan pemahaman yang membantu dalam menarik
kesimpulan yang tepat dan membuat keputusan terbaik dalam konteks (basis
pengetahuan). Keterampilan kognitif yang merupakan inti dari keterampilan
berpikir kritis meliputi; interpretasi (interpretation), analisis (analysis), evaluasi
(evaluation), inferensi (inference), penjelasan (explanation), dan self-regulation
(Facione, 2010).
Peserta didik dipandang sebagai individu yang unik dan berbeda antara
satu dengan yang lainnya memiliki kemampuan berbeda seperti kemampuan
akademik dan kemampuan berpikir. Arikunto (2003) menyebutkan bahwa ada
peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Selain itu
peserta didik dapat digolongkan kedalam kategori pandai, sedang, dan bodoh
Nasution (2006). Menurut Sidi (2001), perbedaan kemampuan akademik sangat
penting diperhatikan dalam pembelajaran. Kesenjangan antara peserta didik
berkemampuan atas dan bawah harus diperhatikan dan diharapkan kesenjangan
tersebut semakin diperkecil baik dalam proses maupun hasil akhir pembelajaran
(Corebima, 2009). Pembelajaran kooperatif berpengaruh pada keberhasilan belajar
3

peserta didik berkemampuan akademik rendah, akademik sedang, dan akademik
tinggi (Amnah, 2009). Andayani (2008) dan Suyanik (2010) menemukan bahwa

kemampuan akademik berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis peserta
didik.
Salah satu pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan yang
diperlukan di era pengetahuan adalah problem based learning (PBL) (Duch,
dkk., 1999). Seperti disebutkan oleh Duch dkk., (2001) bahwa PBL membantu
peserta didik membangun penalaran dan komunikasi agar peserta didik bisa
sukses pada abad XXI. PBL memberikan banyak manfaat bagi peserta didik untuk
mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti berpikir kritis,
menemukan dan menggunakan sumber-sumber belajar, mengembangkan
kemampuan bekerja kooperatif, dan belajar sepanjang hayat.
Menurut Barell (2010), PBL dapat mempersiapkan peserta didik menjadi
inquirers, pemecah masalah, pemikir kritis dan pemikir kreatif dalam menghadapi
tantangan yang kompleks. PBL membantu peserta didik mengembangkan
keterampilan yang diperlukan untuk sukses di perguruan tinggi dan dunia kerja.
PBL adalah sebuah pedagogik dimana masalah menjadi penyebab terjadinya
proses berpikir dan belajar (Goh, & Rachel Ong. Tanpa Tahun). PBL menyediakan
lingkungan yang sangat baik bagi peserta didik untuk mengembangkan
keterampilan berpikir kritis (Weissinger, 2004). PBL dapat membantu mengatasi
defisit dalam berpikir kritis (Tiwari, dkk., 1999). PBL meningkatkan keterampilan
berpikir kritis secara signifikan bila dibandingkan dengan pembelajaran

tradisional (Dehkordi, 2008) dan PBL mempromosikan keterampilan berpikir
kritis (Gurses dkk, 2007). PBL merupakan salah satu strategi yang dapat
memberdayakan kemampuan berpikir (Corebima, 2010) dan PBL berpengaruh
signifikan terhadap keterampilan berpikir kritis (Yuan, dkk. 2008).
Tan (2003) menyatakan bahwa pendidikan di abad XXI berkaitan dengan
masalah dunia nyata sehingga PBL relevan untuk diterapkan. PBL dapat
diaplikasikan di perguruan tinggi karena PBL berbasiskan pada masalah,
melibatkan aktivitas berpikir untuk memecahkan masalah, berkorelasi dengan
fungsi kognitif yang berisi berbagai macam aktivitas berpikir (Izzaty, 2006). Pada
PBL, peserta didik menjadi komunitas pebelajar yang terus-menerus (Duch, dkk.,
1999; 2001). Selain itu PBL memanfaatkan intelegensi dari individu, kelompok,
dan lingkungan untuk memecahkan masalah yang bermakna, relevan, dan
kontekstual.
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa berpikir kritis dipengaruhi oleh
strategi pembelajaran (Arnyana, 2004; Andayani, 2008; Warouw, 2008;
Muhfaroyin, 2009; Maasawet, 2009, dan Florentina, 2010). Demikian pula hasilhasil penelitian tentang strategi pembelajaran kooperatif dan Jigsaw memberikan
pengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis. Strategi pembelajaran Jigsaw
mendukung pengembangan keterampilan berpikir kritis (Charania dkk., 2001).
Pembelajaran biologi dengan strategi PBL dan integrasi PBL dengan STAD
berpengaruh terhadap skor kemampuan berpikir kritis (Karmana, 2010).

Dalam PBL peserta didik bekerja secara kooperatif untuk menyelesaikan
suatu masalah. Agar kerja kooperatif bisa menjadikan peserta didik bertanggung
jawab terhadap masalah yang ditanganinya maka dapat dilakukan pembentukan
kelompok kooperatif mengikuti model kelompok pada kooperatif Jigsaw. Strategi
pembelajaran Jigsaw memiliki karakter yang menonjol yaitu intensitas kerjasama
4

peserta didik dalam kelompok adalah tinggi. Jika sintaks Jigsaw diintegrasikan ke
dalam PBL, maka masalah akan dipertanggungjawabkan oleh setiap anggota
kelompok asal. Dengan demikian peserta didik memiliki tanggung jawab untuk
memberikan tutor sebaya kepada sesama anggota kelompoknya. Menurut Allen
dkk. (2001), jika ada beberapa masalah yang akan diselesaikan maka skema
kelompok Jigsaw dapat menjadi cara yang efektif agar pembelajaran lebih
mendalam sebelum sharing informasi dengan kelompok permanennya (kelompok
asal). Pada pembelajaran skema kelompok Jigsaw dengan konteks PBL, peserta
didik memulai suatu masalah dalam kelompok permanen kemudian membentuk
kelompok baru (kelompok ahli). Integrasi kedua strategi pembelajaran tersebut
diharapkan dapat menjadi lebih efektif dalam mengembangkan metakognisi,
keterampilan berpikir kritis, penguasaan materi dan retensi mahasiswa.
Berdasarkan rasionalitas, kelebihan dan kelemahan PBL maka dilakukan

penelitian strategi pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui potensi
integrasi PBL dengan pembelajaran kooperatif Jigsaw dalam meningkatkan
keterampilan berpikir kritis mahasiswa.
II.

Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan pretestpostest nonequivalent control group design pola faktorial 2 x 2 (Ary dkk., 1982;
Sukardi, 2008; Sugiyono, 2009). Variabel bebas sebagai faktor A adalah integrasi
PBL dengan pembelajaran kooperatif Jigsaw dan pembelajaran konvensional,
sedangkan faktor B yaitu kemampuan akademik atas dan bawah. Variabel
terikatnya adalah keterampilan berpikir kritis. Populasi penelitian ini adalah
seluruh mahasiswa baru program studi Pendidikan Biologi, program studi Biologi,
program studi Pendidikan Kimia, dan program studi Kimia FMIPA UNM
semester satu tahun akademik 2011/2012. Sampel penelitian yang terpilih adalah
program studi Pendidikan Kimia (N = 36) sebagai kelas eksperimen dan program
studi Biologi (N = 30) sebagai kelas pembanding (konvensional). Setiap kelas
perlakuan ditentukan mahasiswa berkemampuan akademik atas (N = 32) dan
bawah ( N = 34) berdasarkan tes pengelompokan yang dilakukan oleh peneliti.
Pembelajaran pada kelas eksperiman menggunakan perangkat pembelajaran
integrasi PBL dengan pembelajaran kooperatif Jigsaw yang telah dikembangkan

oleh peneliti Perangkat tersebut terdiri atas silabus, rencana pelaksanaan
perkuliahan (RPP), dan lembar kegiatan mahasiswa (LKM). Pembelajaran
dilakukan selama 13 kali pertemuan dengan 9 standar kompetensi dalam mata
kuliah Biologi Dasar.
Instrumen yang digunakan adalah tes pemahaman konsep Biologi Dasar
yang teringerasi dengan keterampilan berpikir kritis dan berbentuk essay terdiri
atas 24 item dengan nilai reliabilitas sebesar 0,7553. Keterampialn berpikir kritis
yang diukur adalah keterampilan mahasiswa dalam hal:interpretation, analysis,
evaluation,
inference,
explanation,
dan
Self-regulation
(Facione,
2010).Pengumpulan data dilakukan sebelum dan setelah pembelajaran. Data
penelitian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik
inferensial anakova.
III. Hasil dan Pembahasan
5

a.

Hasil
Pada Tabel 1 ditunjukkan bahwa strategi pembelajaran yang memiliki
rerata nilai keterampilan berpikir kritis tertinggi baik pada pretest maupun posttest
adalah strategi integrasi PBL+Jigsaw yaitu masing-masing sebesar 21,11 dan
62.01. Kombinasi strategi integrasi PBL+Jigsaw dengan kemampuan akademik
atas memiliki rerata nilai keterampilan berpikir kritis tertinggi dibanding
kombinasi lainnya baik pada pretest maupun posttest yaitu masing-masing 23,57
dan 67,36. Demikian pula rerata keterampilan berpikir kritis mahasiswa
berkemampuan akademik atas lebih tinggi dibanding dengan rerata nilai
keterampilan berpikir mahasiswa berkemampuan akademik bawah baik pretest
maupun posttes yaitu masing-masing 22,63 dan 59,17. Berdasarkan pada Tabel 1,
terlihat bahwa peningkatan keterampilan berpikir kritis tertinggi adalah
mahasiswa berkemampuan akademik bawah yang dibelajarkan melalui integrasi
PBL+Jigsaw yaitu 203,697% dan terendah adalah mahasiswa berkemampuan
akademik atas yang dibelajarkan melalui strategi pembelajaran konvensional yaitu
126,925%. Berdasarkan kemampuan akademik, peningkatan keteranpilan berpikir
kritis pada mahasiswa berkemampuan akademik atas yaitu 161,467% sedangkan
pada mahasiswa berkemampuan akademik bawah yaitu 172,773%.
Tabel 1. Rerata Pretest, Posttest, dan Selisih Nilai Keterampilan Berpikir Kritis
Strategi
Pembelajaran
Integrasi

Konvensional

Total
Keterangan:
KA
KB
Integrasi

Rerata

Kemampuan
Akademik

Pretest

Posttest

Peningkatan
(%)

KA
KB

23,57
18,66

67,36
56,67

185,787
203,698

Total

21,11

62,01

KA
KB

21,43
16,61

48,63
43,96

193,747
126,925
164,660

Total

18,86

46,14

KA
KB

22,63
17,70

59,17
50,69

144,645
161,467
186,384

Total

20,09

54,80

172,773

: Kemampuan akademik atas
: Kemampuan akademik bawah
: Integrasi PBL+Jigsaw

Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil uji anakova pada strategi pembelajaran
diperoleh nilai signifikansi p = 0,000, dimana p < 0.01. Hasil ini berarti bahwa
strategi pembelajaran berpengaruh sangat nyata. Ini berarti hipotesis yang
menyatakan bahwa“ada perbedaan keterampilan berpikir kritis mahasiswa antara
yang diberi integrasi PBL+Jigsaw dengan yang diberi pembelajaran
konvensional”, diterima. Dengan demikian disimpulkan ada pengaruh integrasi
PBL+Jigsaw terhadap keterampilan berpikir kritis mahasiswa.
Tabel 2. Hasil Uji Anakova Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Kemampuan Akademik
terhadap Keterampilan Berpikir Kritis

6

Source
Corrected
Model
Intercept
Pretest4
Strategi
K.A
Strategi *
K.A
Error
Total
Corrected
Total

Type III Sum of
Squares

df

Mean
Square

F

Sig.

10824.039a

4

2706,010

28,451

0,000

8551,263
5507,742
2842,762
64,574

1
1
1
1

8551,263
5507,742
2842,762
64,574

89,907
57,908
29,888
,679

0,000
0,000
0,000
0,413

142,731

1

142,731

1,501

0,225

5801,853
214807,901

61
66

95,112

16625,892

65

Hasil anakova pada kemampuan akademik dan interaksi strategi
pembelajaran dengan kemampuan akademik diperoleh nilai signifikansi masingmasing p = 0,413 dan p = 0,225, dimana keduanya memiliki p > 0,05. Ini berarti
kemampuan akademik tidak berpengaruh nyata. Begipula interaksi antara strategi
pembelajaran dengan kemampuan akademik. Dengan demikian, hipotesis yang
menyatakan bahwa “tidak ada perbedaan keterampilan berpikir kritis antara
mahasiswa berkemampuan akademik atas dengan berkemampuan akademik
bawah” dan “tidak ada perbedaan keterampilan berpikir kritis akibat interaksi
antara strategi pembelajaran dengan kemampuan akademik”, keduanya diterima
sehingga disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan keterampilan berpikir kritis
antara mahasiswa berkemampuan akademik atas dengan berkemampuan
akademik bawah dan tidak ada pengaruh interaksi strategi pembelajaran dengan
kemampuan akademik terhadap keterampilan berpikir kritis mahasiswa.
Tabel 3. Rerata Terkoreksi Nilai Keterampilan Berpikir Kritis pada Setiap Variabel
Pembelajaran
Strategi Pembelajaran
Integrasi
Konvensional

Mean
60,834
47,524

Std. Error
1,633
1,792

KA

55,219

1,776

KB

53,139

1,716

Integrasi-KA
Integrasi-KB
Konvensional-KA
Konvensional-KB

63,352
58,316
47,086
47,963

2,358
2,309
2,614
2,494

Keterangan:
KA
: Kemampuan akademik atas
KB
: Kemampuan akademik bawah
Integrasi
: Integrasi PBL+Jigsaw

7

Pada Tabel 3 ditunjukkan bahwa rerata nilai terkoreksi keterampilan
berpikir kritis pada integrasi PBL+Jigsaw sebesar 60,834 dan strategi
pembelajaran konvensional sebesar 47,524. Ini berarti rerata terkoreksi nilai
keterampilan berpikir kritis pada strategi integrasi PBL+Jigsaw 21,88% lebih
tinggi dibanding strategi pembelajaran konvensional. Rerata terkoreksi nilai
keterampilan berpikir kritis mahasiswa berkemampuan akademik atas sebesar
55,219 dan kemampuan akademik bawah sebesar 53,139. Ini berarti rerata
terkoreksi nilai keterampilan berpikir kritis mahasiswa berkemampuan akademik
atas 3,77% lebih tinggi dibanding mahasiswa berkemampuan akademik bawah.
Rerata terkoreksi nilai keterampilan berpikir kritis pada masing-masing interaksi
strategi pembelajaran dengan kemampuan akademik secara berurutan mulai dari
terendah ke tertinggi adalah adalah: (1) interaksi pembelajaran konvensional-KA
47,086; (2) interaksi pembelajaran konvensional-KB 47,963; (3) interaksi
integrasi PBL+Jigsaw-KB 58,316; dan (4) interaksi integrasi PBL+Jigsaw-KA
63,352. Berdasarkan rerata nilai tersebut terlihat bahwa interaksi integrasi
PBL+Jigsaw-KA memiliki rerata terkoreksi nilai keterampilan berpikir kritis
tertinggi dan interaksi strategi pembelajaran konvensional-KB memiliki rerata
nilai terendah.
b. Pembahasan
Berdasarkan hasil anakova pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05)
diperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan sangat nyata keterampilan berpikir
kritis mahasiswa antara yang dibelajarkan strategi integrasi PBL+Jigsaw dengan
yang dibelajarkan strategi pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukkan
bahwa strategi pembelajaran berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis
mahasiswa. Selanjutnya rerata nilai keterampilan berpikir kritis mahasiswa yang
dibelajarkan dengan strategi integrasi PBL+Jigsaw lebih tinggi dari rerata nilai
keterampilan berpikir mahasiswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran
konvesional. Dengan demikian disimpulkan bahwa strategi integrasi PBL+Jigsaw
lebih berpotensi meningkatkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa dibanding
strategi pembelajaran konvensional. Hasil-hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya yang telah dilaporkan bawah strategi pembelajaran
berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis (Arnyana, 2004; Andayani,
2008; Warouw, 2008; Muhfaroyin, 2009; Maasawet, 2009, dan Florentina, 2010).
Amnah (2009) melaporkan bahwa pembelajaran kooperatif berpengaruh pada
keberhasilan belajar peserta didik berkemampuan akademik rendah, akademik
sedang, dan akademik tinggi.
Adanya pengaruh strategi integrasi PBL+Jigsaw disebabkan karena
adanya sintaks pembelajaran yang telah dikembangkan oleh peneliti. Sintaks
tersebut memadukan sintaks PBL dengan sintaks Jigsaw. Kedua strategi
pembelajaran tersebut sudah terbukti berpenagruh keterampilan berpikir kritis
sehingga jika sintaks keduanya dipadu akan menjadikan strategi tersebut lebih
berpotensi meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Pola kerja kelompok dalam
strategi pembelajaran kooperatif Jigsaw yang disisipkan ke dalam sintaks PBL
menyebabkan intensitas kerjasama menjadi tinggi dan tanggung jawab individu
terbentuk pada integrasi keduanya. Perpaduan tersebut menjadikan integrasi
PBL+Jigsaw lebih unggul dibanding pembelajaran konvensional.
8

Pada strategi integrasi PBL+Jigsaw, mahasiswa mendapatkan
permasalahan yang sama pada saat berada dalam kelompok asal, kemudian
masing-masing anggota kelompok bergabung dengan anggota kelompok lainnya
membentuk kelompok ahli untuk membahas permasalahan tersebut. Selanjutnya
diakhiri dengan adalah tahap penghargaan kepada kelompok. Menurut Hulten dan
DeVries (1975) dalam (Slavin, 2010) bahwa pemberian penghargaan kelompok
membuat peserta didik menyadari diri atas tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya sehingga setiap anggota kelompok sadar bahwa teman sekelompoknya
menginginkan mereka belajar dan saling membelajarkan. Dengan demikian setiap
anggota kelompok memiliki tanggung jawab individu untuk menguasai
permasalahan dan mengajarkan kepada sesama anggota kelompoknya. Kegiatan
seperti ini membuat mahasiswa dapat berpikir lebih banyak untuk
mengembangkan kemampuan menganalisis, mengeksplanasi, menginterpretasi,
dan menginferensi permasalahan yang sedang mereka bahas karena jika
mahasiswa tidak melakukan aktivitas tersebut dengan serius maka mahasiswa
tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai tutor ketika kembali ke kelompok
asalnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Susilo (2005) bahwa strategi
pembelajaran Jigsaw memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjadi
“ahli” sehingga dalam diri peserta didik terdapat ciri dan proses berpikir. Adanya
keinginan mahasiswa menjadi “ahli” menyebabkan mahasiswa berusaha untuk
menguasai permasalahan.
Tingginya nilai keterampilan berpikir kritis mahasiswa yang dibelajarkan
dengan integrasi PBL+Jigsaw tentu tidak lepas dari keunggulan kedua strategi
tersebut. Sebagaimana disebutkan lebih lanjut tentang peranan PBL dan Jigsaw
pada pengembangan keterampilan berpikir kritis. PBL dapat mengembangkan dan
meningkatkan keterampilan berpikir kritis (Weissinger, 2004 Sungur dan Ceren,
2006; Yuan dkk.,2008). PBL dapat membantu mengatasi defisit dalam berpikir
kritis (Tiwari, dkk. 1999). Pembelajaran biologi dengan strategi PBL dan integrasi
PBL dengan STAD berpengaruh terhadap skor kemampuan berpikir kritis
(Karmana, 2010). Selain itu, PBL dapat mengembangkan keterampilan
pemecahan masalah, membantu peserta didik memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan (Akcay, 2009). PBL memungkinkan peserta didik
berpartisipasi untuk belajar dan menghadapi situasi pemecahan dalam kerja
kelompok kecil selama proses pembelajaran (Yuan dkk, 2008). Menurut HmeloSilverm (2004) adalah PBL menjadi kolaborator efektif; dan menjadi motivasi
intrinsik untuk belajar. Demikian pula Tan (2004) menyebutkan tujuan PBL
adalah untuk membuat peserta didik belajar sepanjang hayat. PBL mengutamakan
self-directed learning, sehingga memiliki tanggung jawab penuh untuk mencari
informasi dan pengetahuan (Tan, 2003). PBL membantu peserta didik menjadi
pebelajar seumur hidup, sehingga untuk mencapai tujuan ini, keterampilan selfdirected learning adalah suatu keharusan (Gassner, 2009). Demikian pula, strategi
pembelajaran Jigsaw mendukung pengembangan keterampilan berpikir kritis
(Charania dkk., 2001) dan berpotensi meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
(Miranda, 2008). Sanjaya (2008) menyebutkan bahwa strategi pembelajaran
kooperatif dapat menambah kemampuan berpikir peserta didik. Adanya kegiatan
diskusi dan saling berargumentasi pada Jigsaw akan memunculkan perluasan dan
konflik kognitif pada peserta didik, akibatnya peserta didik terbiasa berpikir (Lie,
2008; Slavin, 2010)
9

Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa tidak ada perbedaan
keterampilan berpikir kritis antara mahasiswa berkemampuan akademik atas
dengan kemampuan akademik bawah. Begitupula dengan interaksi antara strategi
pembelajaran dengan kemampuan akademik. Hasil penelitian ini sejalan hasil
penelitian Muhfahroyin (2009) bahwa tidak ada perbedaan keterampilan berpikir
kritis antara siswa berkemampuan akademik atas dengan siswa berkemampuan
akademik bawah dan juga tidak ada pengaruh interaksi strategi pembelajaran
dengan kemampuan akademik terhadap keterampilan berpikir kritis. Artinya
mahasiswa yang berkemampuan akademik atas dan mahasiswa berkemampuan
akademik bawah memiliki nilai keterampilan berpikir kritis yang sama setelah
dilakukan pembelajaran. Hal ini bisa terjadi karena mahasiswa berkemampuan
akademik bawah berusaha untuk menguasai permasalahan secara lebih dalam agar
mereka bisa menjadi tutor dalam kelompoknya. Sebagaimana disebutkan bahwa
aktivitas mahasiswa yang paling penting pada pembelajaran integrasi PBL+Jigsaw
adalah semua anggota kelompok memiliki tanggung jawab individu untuk
menjadi ahli agar mereka dapat menjadi tutor pada saat kembali kelompok
asalnya. Strategi pembelajaran integrasi PBL+Jigsaw menjadikan mahasiswa
berkemampuan akademik bawah menyamai keterampilan berpikir kritis
mahasiswa berkemampuan akademik atas. Sebagaimana yang disebutkan oleh
Sanjaya (2008) bahwa strategi pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam
pembelajaran menghendaki seluruh peserta didik memperoleh keberhasilan dalam
belajar. Artinya pada strategi integrai PBL+Jigsaw, bukan hanya mahasiswa
berkemampuan akademik atas yang memperoleh keberhasilan belajar tetapi juga
mahasiswa berkemampuan akademik bawah. Hal ini diperkuat oleh temuan
penelitian dimana persentase peningkatan keterampilan berpikir kritis mahasiswa
berkemampuan akademik bawah lebih besar dibandingkan mahasiswa
berkemampuan akademik atas. Tidak adanya perbedaan tersebut disebabkan
karena pembentukan kelompok yang heterogen antara mahasiswa berkemampuan
akademik atas dan bawah. Menurut Slavin (2010), kelompok yang heterogen
dapat saling menguntungkan antara peserta didik berkemampuan akademik tinggi
dan rendah.
IV.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penilitan dan pembahasan, disimpulkan bahwa (1)
strategi pembelajaran berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis
mahasiswa berkemampuan akademik berbeda, sehingga strategi integrasi
PBL+Jigsaw lebih berpotensi meningkatkan keterampilan berpikir mahasiswa, (2)
Tidak ada perbedaan keterampilan berpikir kritis mahasiswa berkemampuan
akademik atas dengan mahasiswa berkemampuan akademik bawan, dan (3) tidak
ada pengaruh interaksi strategi pembelajaran dengan kemampuan akademik
terhadap keterampilan berpikir kritis. Dari hasil penelitian ini disarankan agar
pengajar dapat menerapkan pembelajaran integrasi PBL+Jigsaw supaya (1)
keterampilan berpikir kritis mahasiswa dapat tumbuh dan berkembang dan (2)
keterampilan berpikir kritis mahasiswa berkemampuan akademik bawah dapat
menyamai mahasiswa berkemampuan akademik atas.
DAFTAR RUJUKAN
10

Akcay, B. 2009. Problem-Based Learning in Science Education. Journal of
Turkish Science Education. Vol 6 (1): 26 -36.
Allen, D.E., Duch, B.J., and Groh S.E. 2001. Strategies for Using Groups. In
Duch. B.J et. (ed). The Power of Problem Based Learning: A Practical
“How To” for Teaching Undergraduate Courses in Any Discipline.
Sterling: Stylus Publishing.
Amnah, S. 2009. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif TPS, Jigsaw, Kombinasi
dengan Strategi Metakognitif dan Kemampuan Akademik terhadap
Kesadaran Metakognitif, Keterampilan Metakognitif, dan Hasil Belajar
Kognitif Siswa di SMA Negeri Kota Pekan Baru Riau. Disertasi Tidak
Diterbitkan. Malang: PPS Universitas Negeri Malang.
Andayani. 2008. Pengaruh penerapan strategi pembelajaran think pair share
terhadap hasil belajar kognitif, ketrerampilan metakognitif, kemampuan
berpikir kritis, dan respon siswa kelas XII di MAN 3 Malang. Tesis Tidak
Diterbitkan. Malang: PPS Universitas Negeri Malang.
Arikunto, S. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arnyana, I.B.P. 2004. Pengembangan Perangkat Model Belajar Berdasarkan
Masalah Dipadu Strategi Kooperatif serta Pengaruh Implementasinya
terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa SMA
pada Pelajaran Ekosistem. Disertasi Tidak Diterbitkan. Malang: PPS
Universitas Negeri Malang.
Barel, J. 2010. Excerpts from “Problem-Based Learning: The Foundation for 21st
Century Skills”, (Online), (http:// www.morecuriousminds.com /docs/
21stCSummary2.pdf), diakses pada tanggal 13 Desember 2010.
Charania, N.A.M.A., Farida K. and Shanaz C. 2001. Playing Jigsaw: a
Cooperative Learning Experience. Journal of Nursing Education. Vol. 40
(9): 420 - 421.
Corebima, A.D. 2009. Jadikan Peserta Didik Pebelajar Mandiri. Makalah.
Disampaikan pada Seminar di UNM pada tanggal 19 Desember 2009.
Corebima, A.D. 2009. Pengalaman Berupaya Menjadi Guru Profesional. Pidato
Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Genetika pada Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, disampaikan pada Sidang
Terbuka Senat Universitas Negeri Malang, 30 Juli 2009.
Corebima, A.D. 2010. Berdayakan Keterampilan Berpikir Selama Pembelajaran
Sains Demi Masa Depan Kita. Makalah Disampaikan pada Seminar
Nasional Sains di Universitas Negeri Surabaya pada tanggal 16 Januari
2010.
11

Dehkordi, A.H. and Saeed, M. H. 2008. The Effects of Problem-Based Learning
and Lecturing on The Development of Iranian Nursing Students’ Critical
Thinking. Pak J Med Sci. Volume 24 (5):740-43.
Duch, B.J., Allen, D.E. & White, III H. B. 1999. Problem-Based Learning:
Preparing Students to Succeed in the
21st Century. (Online),
(http://teaching.polyu.edu.hk/ datafiles/ L62.pdf), diakses tanggal 13
Desember 2010.
Duch, B.J, Susan E.Groh, and Debora.E.Allen. 2001a. The Power of Problem
Based Learning: A Practical “How To” for Teaching Undergraduate
Courses in Any Discipline. Sterling: Stylus Publishing.
Duch, B.J, Susan E.Groh, and Debora.E.Allen. 2001b. Why Problem-Based
Learnin. In Duch. B.J et. (ed). The Power of Problem Based Learning: A
Practical “How To” for Teaching Undergraduate Courses in Any
Discipline. Sterling: Stylus Publishing.
Facione. 2010. Critical Thinking: What It Is and Why It Counts, (Online),
(http:
//www.insightassessment.com/pdf_files/what%26why2006.pdf),
diakses tanggal 28 September 2010.
Florentina. 2010. Pembelajaran metakognitif pada strategi pembelajaran
kooperatif TAI (Team Assisted Individualization) dan pengaruhnya
terhadap keterampilan metakognitif, kemampuan berpikir kritis dan hasil
belajar kognitif sains biologi pada siswa SMP swasta di kota Kupang.
Tesis Tidak Diterbitkan. Malang: PPS Universitas Negeri Malang.
Gassner, L. 2009. Developing Metacognitive Awareness: Modified Model of a
PBL-Tutorial. Thesis. Malmo University.
Goh, K & Rachel Ong. Tanpa Tahun. A Problem-Based Thinking Programme.
(Online),
(http://www.myrp.sg/ced/research/papers/
pbl_thinking_
programme.pdf), diakses tanggal 5 Pebruari 2011.
Gurses, A. et.al 2007. An Investigation Into the Effectiveness of ProblemBased Learning in a Physical Chemistry Laboratory Course.
Research in Science & Technological Education, 25(1), 99-113.
Hmelo-Silverm, Cindy E. 2004. Problem-Based Learning: What and How Do
Students Learn? Educational Psychology Review, Vol. 16 (3): 235-266
Izzaty, R.E. 2006. Problem Based Learning dalam Pembelajaran di Perguruan
Tinggi. Paradigma. Vol. 1 (01): 77 – 83
Karmana, I. W. 2010. Pengaruh Strategi PBL dan Integrasinya dengan STAD
terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah, Kemampuan Berpikir
12

Kritis, Kesadaran Metakognitif dan Hasil Belajar Kognitif Biologi pada
Siswa SMA Negeri 4 Mataram. Tesis Tidak Diterbitkan. Malang: PPS
Universitas Negeri Malang.
Lie, A. 2002. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Liliasari. 2003. Peningkatan Mutu Guru dalam Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi Melalui Model Pembelajaran Kapita Selekta Kimia Sekolah
Lanjutan.Jurna Pendidikan Matematika dan Sains. Edisi III Tahun VIII,
hal: 174 -181.
Maasawet, E. T. 2009. Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Snowballing
dan Numbered Heads Together (NHT) pada Sekolah Multietnis
terhadap Kemampuan Berpikir Kritis, Hasil Belajar Kognitif Sains
Biologi dan Sikap Sosial Siswa SMP Samarinda. Disertasi Tidak
Diterbitkan. Malang: PPS Universitas Negeri Malang.
Miranda, Y. 2008. Pembelajaran metakognitif dalam strategi kooperatif thinkpair-share dan Jigsaw serta pengaruhnya terhadap hasil belajar biologi
siswa di SMA Negeri Kalimantan Tengah. Disertasi Tidak Diterbitkan.
Malang: PPS Universitas Negeri Malang.
Muhfahroyin. 2009. Pengaruh Strategi Pembelajaran Integrasi STAD dengan
TPS dan Kemampuan Akademik terhadap Hasil Belajar Kognitif Biologi,
Kemampuan Berpikir Kritis, dan Keterampilan Proses Siswa SMA Di
Kota Metro. Disertasi Tidak Diterbitkan. Malang: PPS Universitas Negeri
Malang.
Nasution. 2006. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara
Sanjaya, W. 2008. Startegi Pembelajaran Standar Berorientasi Standar Proses.
Jakarta: Kencana Predana Media Group.
Slavin, R.E. 2010. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Terjemahan
Oleh Narulta Yusron. Bandung: Penerbit Nusa Media.
Sidi, I.D. 2001. Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma Baru
Pendidikan. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya.
Yogyakarta: Bumi Aksara.

13

Sungur, S. and Ceren, T. 2006. Effect of Problem Based Learning and Traditional
Instruction on Self-Regulated Learning. The Journal of Educational
Research. Vol. 99 No. 5: 307-317.
Susilo, H. 2005. Pembelajaran Kooperatif Jigsrnv II sebagai Strategi Pemberdayaan
berpikir dalam Pembelajaran IP A Biologi. Makalah disajikan dalam rangka
Pelatihan Pemberdayaan Berpikir pada Pembelajaran IPA Biologi dalam rangka
RUKK VA di Malang, 25 Juli 2005.
Suyanik. 2010. Pengaruh Penerapan Pola Pemberdayaan Berpikir Melalui
Pertanyaan (PBMP) dengan Model Pembelajaran Think Pair Share
(TPS) dan Strategi ARIAS terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan
Hasil Belajar Kognitif pada Siswa Kelas X SMA Laboratorium UM
Malang. Tesis Tidak Diterbitkan. Malang: PPS Universitas Negeri
Malang.
Takwin,

B.
1997.
Sekilas
tentang
Berpikir
Kritis,
(Online).
(http://www.staff.ui.ac.id/internal/.../material/metodedanindikans
berpikirkritis.doc), diakses tanggal 2 oktober 2010.

Tilaar, A.R. 2009. Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.
Tan, O.S. 2004. Cognition, Metacognition, and Problem Based Learning. In Tan,
OOn Seng (Ed). Enhancing Thinking through Problem Based Learning
Approaches. Singapure: Thomson.
Tan, O.S. 2003. Problem Based Learning Innovation. Using Problem to Power
Learning in the 21st Century. Singapure: Cengage Learning Asia Pte.
Ltd.
Tiwari, A., et.al. 1999. Enhancing Students’ Critical Thinking Through ProblemBased Learning. In J. Marsh (Ed.) Implementing Problem Based
Learning Project: Proceedings of the First Asia Pacific Conference on
Problem Based Learning (pp.75-86). Hong Kong: The University Grants
Committee of Hong Kong, Teaching Development Project. (Online),
(http://teaching.polyu.edu.hk/datafiles/ R93.pdf), diakses tanggal
5
Pebruari 2011.
Trilling, B and P. Hood, 1999. Learning, Technology, and Education Reform in
the Knowledge Age or " We 're Wired, Webbed, and Windowed, Now
What? Educational Technology. May-June. 5 – 18.
Warouw, Z. W. M. 2009. Pengaruh pembelajaran metakognitif dengan strategi
cooperative script, dan reciprocal teaching pada kemampuan akademik
berbeda terhadap kemampuan dan keterampilan metakognitif, berpikir
kritis, hasil belajar biologi siswa, serta retensinya di SMP Negeri
Manado. Disertasi Tidak Diterbitkan. Malang: PPS Universitas Negeri
Malang.
14

Weissinger, P.A. 2004. Critical Thinking, Metacognition, and Problem Based
Learning. In Tan Oon Seng (ed). Enhancing Thinking through Problem
Based Learning Approaches. Singapure: Thomson.
Yuan, H., et.al. 2008. Promoting Critical Thinking Skills Through Problem-Based
Learning. Journal of social Science and humanities. Vol. 2(2): 85 – 100.

15