Peningkatan hasil belajar pada konsep kesetimbangan kimia melalui model pemebelajaran PBL (probelm Based Learning)

(1)

(Penelitian Tindakan Kelas di SMA Muhammadiyah 2 Cipondoh) SKRIPSI

Oleh:

LIN SUCIANI ASTUTI

106016200616

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011


(2)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KONSEP KESETIMBANGAN KIMIA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBL (

Problem Based Learning

)

(Penelitian Tindakan Kelas Pada SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Lin Suciani Astuti

NIM. 106016200616

Mengesahkan,

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd. Burhanudin Milama, M.Pd.

NIP. 196501151987031020 NIP. 197702012008011001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATUALLAH

JAKARTA


(3)

Learning)”. Oleh Lin Suciani Astuti, NIM 106016200616. Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan LULUS dalam ujian Munaqosah pada tanggal 7 Juni 2011 di hadapan Dewan Penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Kimia.

Jakarta, 7 Juni 2011 Panitia Ujian Munaqosah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Prodi Pendidikan Kimia

Dedi Irwandi, M.Si NIP. 19710528 200003 1 002

Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA

Nengsih Juanengsih, M.Pd . NIP. 19760309 200501 2 002

Penguji I

Dedi Irwandi, M.Si NIP. 19710528 200003 1 002

Penguji II

Tonih Feronika, M.Pd ... NIP. 19760107 200501 1 007

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA NIP. 19571005 198703 1 003


(4)

(5)

i

ABSTRAK

Lin Suciani Astuti. Peningkatan Hasil Belajar Konsep Kesetimbangan Kimia

Melalui Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning), Program Studi

Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA-1 SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh tahun ajaran 2010/2011 dengan jumlah siswa sebanyak 36 orang yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 26 siswa perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep kesetimbangan kimia. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti menerapkan desain tindakan berdasarkan prinsip-prinsip desain pembelajaran model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) diantaranya adalah sikap berpikir kritis siswa dan kemandirian siswa dalam pembentukan konsep kimia. Prinsip berpikir kritis siswa dengan kegiatan eksperimen dan diskusi kelompok. Sedangkan, prinsip kemandirian siswa dilakukan dengan kegiatan pemecahan masalah secara individu.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar konsep

kesetimbangan kimia melalui model pembelajaran PBL (Problem Based

Learning) adalah rata-rata pencapaian hasil belajar siswa setiap siklusnya yaitu 67,33 pada siklus I, dan 77,56 pada siklus II.

Kata kunci: Penelitian Tindakan Kelas, Hasil belajar siswa, model pembelajaran


(6)

ii

ABSTRACT

Lin Suciani Astuti., To Increase The Result of Student’s Learning Equilibrum Chemical Concept Via PBL’s Learning Model (Problem Based learning), Majority of Chemystry Education, The Natural Sciences of Education Departement, The Faculty of Tarbiyah and Teachers Training, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

This research is the classroom action research. It was designed in two cycle. Each cycle consists of planning, action, observation, and reflection. The subjects of this research are students of XI IPA-1 class of SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh in academic year 2010/2011 with amount of students 36 peoples that consists of 10 mens and 26 girls. The research aims to increase the result of student’s learning at equilibrum chemical concept. To reach the effect that, researcher applies to design action bases model learning design principles PBL'S learning ( Problem Based Learning ) amongst those is attitude think critical student and student independence in formation chemical concept. Principle thinks critical student with experiment and group discussion activity. Meanwhile, student independence principle did by trouble-shooting activity individually.

The result of research showing. To Increase The Result of Student’s Learning Equilibrum Chemical Concept Via PBL’s Learning Model (Problem Based learning) Average of the student study result in first cycle is 67,33, the second is 77,56.

Key word: The classroom action research, The result of Student’s Learning, PBL’s Learning Model (Problem Based Learning).


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim,

Puji syukur kehadirat Illahi Rabbi, Tuhan semesta alam, Raja Manusia yang berkat rahmat dan kuasa-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan karya ilmiah berupa skripsi dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Konsep Kesetimbangan Kimia Melalui Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning)”. Skripsi ini ditunjukkan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata I (S1). Salawat serta salam teriring kepada Baginda Rasulullah SAW, sebagai pembawa peradaban yang membawa manusia keluar dari masa kegelapan dan kebodohan menuju masa yang penuh cahaya dan semoga salam tetap tercurah pada keluarga dan para sahabatnya.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari dukungan dan dorongan dari berbagai pihak. Mudah-mudahan Allah SWT membalas jasa dan pengorbanan yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dedi Irwandi, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Ahmad Sofyan, M.Pd., dan Bapak Burhanudin Milama, M.Pd., Dosen


(8)

iv pikirannya untuk memberikan arahan, semangat, dukungan dan bimbingan dengan penuh kesabaran.

6. Ibu Nimmi Pujianti, M.Pd., Kepala Sekolah SMA Muhamadiyah 02

Cipondoh yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.

7. Bapak Karmawan S.Pd., Guru pengajar kimia kelas XI IPA 1 di SMA

Muhamadiyah 02 Cipondoh yang telah memberikan kesempatan dan bersedia bekerjasama dalam pelaksanaan penelitian.

8. Teruntuk keluarga, ayahanda Sumarno dan ibunda Rokhilah tercinta yang

tiada henti memberikan do’a, kasih sayang, dan nasihatnya.

9. Adik (Maghfi) yang selalu memberikan semangat untuk menjadi contoh yang

baik baginya.

10. Sahabat-sahabat, Ferlizha (Fevi, Rida, Lia, Susi, Isyfi, Eka). Persahabatan

kita adalah tali terindah dalam hidup ini, semoga selalu kuat dan terikat selamanya.

11. Seluruh teman-teman kimia angkatan 2006, yang selalu memberikan

dukungan.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis mengharapkan saran dan kritik bagi para pembaca skripsi ini. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak yang membaca dan membutuhkannya.

Akhirnya penulis hanya dapat memanjatkan do’a kepada Allah SWT

semoga segala perhatian, motivasi dan bantuan semua pihak dibalas oleh Allah SWT sebagai amal kebaikan. Amin.

Jakarta, 29 Maret 2011


(9)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

ABSTRACT ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR GAMBAR ...vii

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR LAMPIRAN ...xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 6

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 6

D. Perumusan Masalah Penelitian... 6

E. Tujuan Penelitian... 7

F. Manfaat Hasil Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Kajian Teoretik ... 8

1. Hasil Belajar ... 8

a. Pengertian Belajar Kimia ... 8

b. Ciri-ciri Belajar ... 10

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 10

d. Pengertian Hasil Belajar ... 10

2. Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) ... 14

a. Pengertian Kontruktivisme ... 14

b. Pengertian Model Pembelajaran PBL ... 16

c. Karakteristik PBL ... 17


(10)

vi

e. Tahapan Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) ... 18

f. Langkah-langkah PBL (Problem Based Learning) ... 19

g. Manfaat Pembelajaran Berdasarkan Masalah ... 21

h. Kelebihan dan Kelemahan PBL (Problem Based Learning) ... 21

3. Konsep Kesetimbangan Kimia ... 22

B. Kajian Penelitian Relevan ... 24

C. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan ... 28

D. Hipotesis Tindakan ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tindakan ... 31

B. Metode dan Desain Penelitian Tindakan ... 31

1. Metode Penelitian ... 31

2. Intervensi Tindakan atau Rancangan Setiap Siklus ... 32

C. Subjek/Parsitipan yang Terlibat dalam Penelitian ... 32

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 32

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 33

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 34

G. Data dan Sumber Data ... 35

H. Instrumen-instrumen Pengumpul Data yang Digunakan ... 35

1. Wawancara ... 35

2. Tes ... 36

3. Lembar Observasi ... 37

4. Catatan Lapangan ... 40

I. Teknik Pengumpulan Data ... 40

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness) Studi ... 41

1. Validitas Data ... 41

2. Reliabilitas ... 42

3. Tingkat Kesukaran Soal... 43

4. Daya Beda Soal ... 43


(11)

vii

L. Tindak Lanjut/Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 46

M. Indikator Pencapaian ... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Temuan Penelitian ... 49

1. Siklus I ... 49

a. Perencanaan ... 49

b. Tindakan ... 50

c. Pengamatan ... 50

d. Hasil Belajar ... 54

e. Refleksi ... 55

f. Keputusan ... 57

2. Siklus II ... 58

a. Perencanaan ... 58

b. Tindakan ... 58

c. Pengamatan ... 59

d. Hasil Belajar ... 62

e. Refleksi ... 63

f. Keputusan ... 65

B. Pembahasan ... 65

C. Keterbatasan dalam Penelitian ... 69

BAB V PENUUTUP A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71


(12)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Bagan Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan ... 28 Gambar 3.1. Model Penelitian Tindakan Kelas ... 32


(13)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Lima Tahapan PBL (Problem Based Learning) ... 19

Tabel 3.1. Tahapan Intervensi Tindakan ... 33

Tabel 3.2. Jenis Data, Sumber Data dan Instrumen ... 35

Tabel 3.3. Kisi-kisi Lembar Wawancara ... 36

Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Konsep Kesetimbangan Kimia ... 36

Tabel 3.5. Kisi-kisi Lembar Observasi Siswa pada Model Pembelajaran PBL .. 38

Tabel 3.6. Indikator-indikator PBL (Problem Based Learning) pada Lembar Observasi Guru ... 39

Tabel 3.7. Kisi-kisi Lembar Catatan Lapangan ... 40

Tabel 3.8. Hasil Uji Validitas Soal ... 42

Tabel 3.9. Kriteria Reliabilitas Instrumen ... 42

Tabel 3.10. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 43

Tabel 3.11. Pedoman Kriteria Indeks Kesukaran Soal ... 43

Tabel 3.12. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal ... 43

Tabel 3.13. Pedoman Klasifikasi Daya Pembeda Soal ... 44

Tabel 3.14. Hasil Uji Daya Beda Soal... 44

Tabel 3.15. Klasifikasi Penilaian Indikator PBL (Problem Based Learning) pada Lembar Observasi Guru ... 45

Tabel 4.1. Data Hasil Observasi Kegiatan Siswa pada Siklus I ... 50

Tabel 4.2. Hasil Catatan Lapangan Siklus I ... 51

Tabel 4.3. Hasil Wawancara Siklus I ... 53

Tabel 4.4. Hasil Tes Hasil Belajar siswa pada Siklus I ... 54

Tabel 4.5. Kekurangan dan Perbaikan Siklus I ... 55

Tabel 4.6. Data Hasil Observasi Kegiatan Siswa pada Siklus II ... 59

Tabel 4.7. Hasil Catatan Lapangan Siklus II ... 60

Tabel 4.8. Hasil Wawancara Siklus II ... 61

Tabel 4.9. Hasil Tes Belakar Siswa pada Siklus II ... 62


(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus ...75

Lampiran 2 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ...77

Lampiran 3 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ...90

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa Siklus I ...99

Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa Siklus II ...110

Lampiran 6 Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar Siswa Siklus I ...117

Lampiran 7 Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar Siswa Siklus II ...121

Lampiran 8 Kisi-kisi Kunci Jawaban dan Penskoran Tes Hasil Belajar Siswa Siklus I ...125

Lampiran 9 Kisi-kisi Kunci Jawaban dan Penskoran Tes Hasil Belajar Siswa Siklus II ...133

Lampiran 10 Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis pada Siklus I ...144

Lampiran 11 Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis pada Siklus II ...146

Lampiran 12 Tabel Nilai Kimia Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh Tahun Ajaran 2009/2010 ...147

Lampiran 13 Tabel Analisis Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar Siswa Konsep Kesetimbangan Kimia pada Siklus I dan Siklus II ...149

Lampiran 14 Analisis Validitas dan Reliabilitas Tes Hasil Belajar Siswa pada Siklus I ...150

Lampiran 15 Perhitungan Uji Validitas Instrumen Siklus I ...151

Lampiran 16 Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Siklus I ...152

Lampiran 17 Tingkat Kesukaran Soal Siklus I ...153

Lampiran 18 Daya Beda Soal Siklus I ...154

Lampiran 19 Perhitungan Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Soal Siklus I ...155

Lampiran 20 Analisis Validitas dan Reliabilitas Tes Hasil Belajar Siswa pada siklus II ...156

Lampiran 21 Perhitungan Uji Validitas Instrumen Siklus II ...157

Lampiran 22 Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Siklus II ...158


(15)

xi

Lampiran 24 Daya Beda Soal Siklus II ...160

Lampiran 25 Perhitungan Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Soal Siklus II ....161

Lampiran 26 Tabel Pencapaian Ketuntasan Hasil Belajar Konsep Kesetimbangan Kimia Siklus I ...162

Lampiran 27 Tabel Pencapaian Ketuntasan Hasil Belajar Konsep Kesetimbangan Kimia Siklus II ...163

Lampiran 28 Analisis Pretes Siklus I SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh ...164

Lampiran 29 Analisis Postes Siklus I SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh ...165

Lampiran 30 Analisis Pretes Siklus II SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh ...166

Lampiran 31 Analisis Postes Siklus II SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh ...167

Lampiran 32 Tabel Skor N-gain Siklus I ...168

Lampiran 33 Tabel Skor N-gain Siklus II ...169

Lampiran 34 Tabel Tindakan Kegiatan Guru dan Siswa pada Siklus I ...170

Lampiran 35 Tabel Tindakan Kegiatan Guru dan Siswa pada Siklus II ...173

Lampiran 36 Format Lembar Observasi Kegiatan Siswa (Kelompok) ...175

Lampiran 37 Format Lembar Observasi Kegiatan Siswa (Individu) ...177

Lampiran 38 Tabel Persentase Lembar Observasi Kegiatan Siswa ...178

Lampiran 39 Lembar Observasi Kemampuan PBL (Problem Based Learning) Guru ...179

Lampiran 40 Tabel Hasil Observasi Kegiatan Guru ...182

Lampiran 41 Format Catatan Lapangan ...186

Lampiran 42 Tabel Hasil Catatan Lapangan pada Siklus I ...187

Lampiran 43 Tabel Hasil Catatan Lapangan pada Siklus II ...189

Lampiran 44 Berita Wawancara Observasi Awal Terhadap Guru Bidang Studi Kimia ...191

Lampiran 45 Pedoman Wawancara Siklus I ...193

Lampiran 46 Pedoman Wawancara Siklus II ...194

Lampiran 47 Tabel Hasil Wawancara pada Siklus I ...195

Lampiran 48 Tabel Hasil Wawancara pada Siklus II ...197


(16)

1 A.Latar Belakang Masalah

Dalam Dictionary of Psycohology seperti yang telah dikutip Syah,

pendidikan diartikan sebagai “Tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan

(seperti sekolah dan madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam mengetahui pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya”.1 Penetapan standar proses pendidikan merupakan kebijakan yang sangat penting untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran didalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya? Ketika anak didik kita lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasi. Oleh karena itu, pendidik atau guru harus mengutamakan keterampilan dasar dan meningpkatkan tingkat berpikir kritis yang harus dimiliki oleh peserta didik agar mereka dapat memahami konsep dengan

sistematis, baik secara teoritis maupun aplikasinya.2 Kenyataan ini berlaku

untuk semua mata pelajaran khususnya mata pelajaran Science (IPA) yang

tidak dapat mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir kritis dan sistematis, karena strategi pembelajaran berpikir tidak digunakan secara baik dalam setiap proses pembelajaran di dalam kelas.

1

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendidikan Baru, (Jakarta: Remaja Rosda Karya, 2002) h. 11

2

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2009) h. 1


(17)

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang sangat penting dalam memajukan perkembangan teknologi. Dengan pesatnya perkembangan IPA memberikan sumbangan terhadap perkembangan teknologi, demikian juga

sebaliknya, perkembangan teknologi memberikan wahana yang

memungkinkan IPA dapat menjadi pesat. Perkembangan IPA dan teknologi yang begitu pesat ini menuntut dan menggugah para pendidik untuk dapat merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah pada penguasaan konsep IPA khususnya kimia.

Pada hasil observasi pendahuluan dengan guru kimia di SMA

Muhamadiyah 02 Cipondoh diperoleh data pencapaian hasil belajar kelas XI IPA pada semester 1 tahun ajaran 2009/2010 masih banyak siswa yang mendapat nilai dibawah KKM. Setelah wawancara dengan siswa-siswa kelas XI IPA 1 SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh, bahwa hal yang menyebabkan nilai kimianya rendah dikarenakan mereka sudah memandang awal dari materi kimia itu susah. Dari konsep yang sudah ditanam oleh siswa bahwa mata pelajaran kimia itu susah maka mereka kurang yakin akan belajarnya, apalagi jika dalam proses pembelajaran kimia disekolah hanya diterapkan metode

ceramah tanpa hands-on activity atau kinestetik tertentu dan kebiasaan untuk

berfikir lebih kritis dalam mempelajari suatu masalah pada materi-materi kimia.

Setelah peneliti melakukan observasi di kelas XI.IPA.1 SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh Tangerang, dengan jumlah 36 siswa didapatkan masalah-masalah yang ada pada proses pembelajaran diantaranya: Kurangnya motivasi dalam diri siswa untuk belajar kimia. Hal ini tampak terlihat pada saat proses pembelajaran kimia mereka kurang semangat. Apalagi jika guru studi kimia pada saat belajar memberikan suatu masalah yang berhubungan dengan rumus-rumus kimia, rata-rata siswa menjawabnya sangat lamban. Kemudian apabila diberikan tugas, siswa sering tidak mengerjakannya. Masalah kedua, yaitu sebagian siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran kimia. Pada saat di berikan metode pembelajaran konvensional, siswa hanya terpaku pada guru dan kurang mengembangkan kreatifitasnya masing-masing.


(18)

Misalkan, ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung di kelas XI.IPA 1 guru menerapkan metode pembelajaran ceramah dan latihan soal tanpa ada tanya jawab tertentu, siswa tidak mengembangkan kemampuan berpikirnya untuk mencoba mengerjakan soal-soal di papan tulis, mereka hanya mengandalkan guru untuk menjawabnya. Disamping itu juga guru tidak memberikan kesempatan siswa untuk berfikir aktif dan kreatif. Masalah yang ketiga, Kurangnya interaksi siswa pada saat belajar kimia. Hal ini dikarenakan guru jarang menerapkan metode yang dapat memberikan interaksi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru, seperti metode diskusi, demonstrasi atau praktikum dan metode lainnya yang dapat menimbulkan interaksi siswa yang positif. Di dalam kelas banyak siswa yang melakukan aktivitas diluar kegiatan belajar kimia (misalkan berbicara sesama teman, bermain-main dengan teman sebangku, dan tidak serius dalam belajar). Masalah yang kelima, siswa tidak mempunyai keingintahuan tentang informasi-informasi yang berhubungan dengan kimia. Siswa dikelas XI.IPA 1 apabila diperintah oleh guru untuk mencari suatu informasi yang berhubungan dengan materi-materi kimia dalam kehidupan sehari-hari, siswa selalu mengeluh. Misalkan diperintah untuk mencari artikel tentang zat aditif di dalam makanan. Kemudian masalah yang keenam yaitu sebagian besar siswa malas untuk berfikir lebih kritis dalam memecahkan suatu masalah. Misalkan untuk memecahkan soal-soal yang berhubungan dengan alam yang harus dibuktikan dengan bereksperimen. Jadi bagaimana mereka akan mendapatkan nilai yang maksimal sedangkan dalam memahami konsep kimia saja mereka belum bisa.

Pada wawancara hasil belajar kimia menurut guru bidang studi kimia, siswa yang mendapatkan nilai kimia yang mencapai ketuntasan minimal yaitu 65 hanya ada 14 dari 36 siswa, dengan kata lain siswa yang mencapai nilai ketuntasan minimal hanya ada 42%. Guru studi kimia di kelas XI.IPA 1 belum pernah menerapkan model-model pembelajaran yang menerapkan masalah. Hal ini yang menyebabkan siswa kurang mengerti dan kurang mengkritisi suatu masalah dalam memahami materi-materi kimia. Dengan meningkatnya pemahaman konsep kimia maka diharapkan hasil belajarnya juga meningkat.


(19)

Uraian di atas menunjukkan adanya masalah pembelajaran dikelas XI.IPA 1 yang bermacam-macam. Salah satu diantaranya yaitu siswa malas untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang akan mengakibatkan kesanjangan antara suatu proses dan hasil belajar pada pembelajaran kimia yang tidak diharapkan oleh para ahli pendidikan dengan pembelajaran yang dilaksanakan di SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh. Oleh karena itu, peneliti perlu mengadakan usaha perbaikan proses pembelajaran dengan menerapkan model-model pembelajaran efektif dan inovatif. Model pembelajaran yang dipilih dalam penelitian ini adalah model pembelajaran berdasarkan masalah

atau Problem Based Learning (PBL) pada konsep kesetimbangan kimia, karena

konsep kesetimbangan kimia merupakan salah satu konsep yang dianggap sulit oleh siswa. Hal ini terbukti dengan masih rendahnya nilai rata-rata ulangan harian kelas XI IPA 1 SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh tahun ajaran 2009/2010, sehingga dibutuhkan salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasilbelajar siswa.

Selain itu, pada Kompetensi Dasar yang harus dicapai pada konsep

kesetimbangan kimia yang pertama yaitu menjelaskan pengertian

kesetimbangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan dengan melakukan percobaan. Dengan dimunculkannya masalah yang mengaitkan reaksi kesetimbangan dengan kehidupan sehari-hari maka guru akan lebih menekankan pada proses tingkat berfikir kritis siswa untuk memecahkan masalah tersebut dengan diadakannya penyelidikan (praktikum). Hal inilah siswa dapat menjelaskan apa pengertian kesetimbangan kimia dan faktor-faktor yang mmempengaruhi pergeseran kesetimbangan.

Pada Kompetensi Dasar yang kedua yaitu menentukan hubungan kuantitatif antara pereaksi dengan hasil reaksi dari suatu reaksi kesetimbangan. Setelah siswa mengamati suatu reaksi kesetimbangan kimia dan dapat menjelaskan pengertian kesetimbangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan, maka siswa juga di tekankan untuk dapat memecahkan masalah perhitungan berdasarkan pereaksi dan hasil reaksi pada suatu reaksi kesetimbangan yang telah dipraktikumkan. Kemudian Kompetensi


(20)

Dasar yan ketiga yaitu menjelaskan penerapan prinsip kesetimbangan dalam kehidupan sehari-hari dan industri. Disini siswa di berikan suatu permasalahan bagaimanakah aplikasi reaksi kesetimbangan kimia dalam kehidupan sehari-hari dan industri berdasarkan lembar informasi permasalahan dari guru. Sesuai

dengan tujuan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) yaitu siswa

dapat mengembangkan ketrampilan berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah baik secara kelompok maupun individu, maka untuk mencapai SK dan KD pada konsep kesetimbangan kimia diterapkannya metode yang tepat yaitu dengan melaksanakan praktikum, diskusi, dan proses pemecahan secara individu. Belajar berdasarkan masalah atau PBL adalah model pembelajaran yang dasar filosofinya adalah kontruktivisme.

Dalam pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning),

pembelajaran yang berdasarkan struktur masalah yang nyata dengan kehidupan sehari-hari dan berkaitan dengan konsep-konsep kimia yang akan dibelajarkan. Dengan cara ini, siswa mengetahui mengapa mereka belajar. Semua informasi akan mereka kumpulkan melalui penelaahan materi ajar, eksperimen, ataupun melalui diskusi dengan temannya, untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.

Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri. Dalam model pembelajaran ini guru memandu siswa dalam

menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan.3

Berdasarkan pernyataan di atas peneliti mengambil judul penelitian:

“Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Kesetimbangan Kimia dengan Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning)”.

3

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2010) h. 92


(21)

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Identifikasi masalah dari penelitian tindakan ini adalah :

1. Kimia merupakan pelajaran yang dianggap susah dipahami oleh siswa jika

dibandingkan pelajaran-pelajaran yang lainnya.

2. Kurangnya motivasi internal siswa dalam belajar kimia.

3. Siswa pasif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran kimia.

4. Sebagian besar siswa belum terbiasa untuk berfikir lebih kritis.

5. Siswa kesulitan dalam memecahkan suatu masalah-masalah yang

berhubungan dengan materi kimia

6. Guru masih menerapkan teaching center bukan student center.

7. Hasil belajar kimia siswa masih rendah, hanya ada 42% siswa yang tuntas

dengan nilai KKM (65).

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Dari uraian identifikasi masalah yang telah disebutkan, maka pembahasan dalam ruang lingkup masalah pada judul Peningkatan Hasil Belajar pada Konsep Kesetimbangan Melalui Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) akan dibatasi sebagai berikut:

1. Sebagian siswa belum terbiasa untuk berfikir lebih kritis.

2. Siswa kesulitan dalam memecahkan suatu masalah-masalah yang

berhubungan dengan materi kimia.

3. Hasil belajar siswa masih rendah, hanya ada 42% siswa yang tuntas

dengan nilai KKM (65).

D. Perumusan Masalah Penelitian

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah

penerapan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) pada konsep


(22)

E. Tujuan Penelitian Tindakan

Dalam penelitian ini, diharapkan nilai hasil belajar siswa kelas

XI.IPA.1 dapat meningkat melalui model pembelajaran PBL (Problem based

Learning) pada konsep kesetimbangan kimia.

F. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya, yaitu :

1) Bagi peneliti sendiri, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pemahaman terhadap pembelajaran model pembelajaran PBL (Problem

Based Learning).

2) Bagi sekolah SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh, diharapkan menjadi

bahan masukan guru-guru SMA tersebut dalam memilih model pembelajaran ataupun metode pembelajaran yang paling tepat, agar proses belajar mengajar menjadi efektif dan mencapai kualitas hasil belajar yang baik.

3) Sedangkan bagi siswanya sendiri, diharapkan nilai-nilai hasil belajar

dalam pembelajaran kimia dapat meningkat, khususnya pada konsep kesetimbangan kimia.


(23)

8

INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Hasil Belajar Kimia

a. Pengertian Belajar

“Belajar adalah proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan sendiri atau kelompok, baik mandiri

maupun dibimbing”.1 Belajar merupakan kegiatan yang wajib dilakukan oleh

setiap orang, mulai dari lahir sampai ke liang lahat tidak terkecuali baik pria maupun wanita.

“Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur

yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan, sangat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik

dilingkungan sekolah maupun dilingkungan keluarganya sendiri”.2

Pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan bagi para pendidik khususnya para guru.

Belajar merupakan peristiwa atau kejadian tingkah laku siswa sehari-hari di sekolah yang merupakan suatu hal kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari siswa dan dari guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Bahan belajar tersebut berupa keadaan alam, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, dan bahan yang telah

terhimpun dalam buku-buku pelajaran.3

1

Tonih Feronika, Strategi Pembelajaran Kimia, (Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2008), h. 2

2

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendidikan Baru, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2002), h.89

3


(24)

“Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono adalah kegiatan

belajar mengajar ditinjau dari sudut kegiatan siswa berupa pengalaman belajar siswa yaitu kegiatan siswa yang direncanakan guru untuk dialami

siswa selama kegiatan belajar-mengajar”.4

Beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian belajar, seperti yang

di kutip Syah di antaranya :5

1) Skinner

Belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.

2) Chaplin

Chaplin membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama menyatakan bahwa belajar adalah perolehan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Sedangkan rumusan yang kedua mrnyatakan bahwa belajar adalah proses memperoleh respons-respons akibat adanya latihan khusus.

3) Hintzman

Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organism (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Dalam pandangannya, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme.

4) Wittig

Belajar adalah suatu perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.

5) Reber

Reber membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.

Dari beberapa definisi di atas mengenai belajar dapat di simpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman atau latihan dan proses berfikir.

4 Ibid.

5


(25)

b. Ciri-Ciri Belajar

Berdasarkan pengertian atau definisi-definisi belajar, maka belajar sebagai suatu kegiatan dapat diidentifikasi ciri-ciri kegiatannya sebagai

berikut:6

1) Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu

yang belajar (dalam arti perubahan tingkah laku) baik aktual maupun potensial.

2) Perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya kemampuan baru yang

berlaku dalam waktu relatif lama.

3) Perubahan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja).

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

1) Faktor Internal (faktor dari dalam siswa) yakni keadaan/kondisi jasmani

dan rohani siswa diantaranya adalah:7

- Minat belajar - Kesehatan - Perhatian

- Ketenangan jiwa di waktu belajar - Motivasi

- Kegairahan diri - Cita-cita

2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan disekitar siswa diantaranya adalah:

- Keadaan lingkungan belajar - Cuaca

- Letak kelas

- Faktor interaksi sosial

- Faktor interaksi didik dengan pendidikannya

3) Faktor pendekatan belajar (approach to lerning) yakni jenis upaya belajar

siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

d. Pengertian Hasil Belajar

“Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan

tindak mengajar”. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses

evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar untuk sebagian adalah berkat

6

Tonih Feronika, op.cit., h. 5

7 Ibid.


(26)

tindak guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Pada bagian lain,

merupakan peningkatan kemampuan mental siswa.8 Hasil belajar dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu dampak pengajaran dan dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam angka rapor, angka dalam ijazah, atau kemampuan meloncat setelah latihan. Dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain, suatu transfer belajar.

Menurut Nana Sudjana, hasil belajar adalah “kemampuan-kemampuan

yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya”.9

Menurut Gagne dalam bukunya Nana Sudjana hasil belajar dibagi

menjadi lima macam, yakni:10

1) Informasi verbal

2) Keterampilan intelektual

3) Strategi kognitif

4) Sikap

5) Keterampilan motoris

Prinsip penilaian hasil belajar adalah:11

1) Dalam menilai hasil belajar hendaknya dirancang sedemikian rupa

sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil penilaian.

2) Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses

belajar mengajar. Artinya, penilaian senantiasa dilaksanakan pada setiap saat proses belajar mengajar sehingga pelaksanaannya berkesinambungan.

3) Agar diperoleh hasil belajar yang objektif dalam pengertian

menggambarkan prestasi dan kemampuan siswa sebagaimana adanya, penilaian harus menggunakan berbagai alat penilaian dan sifat komprehensif.

8

Dimyati dan Mudjiono, op.cit., h. 3

9

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja rosdakarya. 2008), h. 22

10 Ibid.

11 Ibid.


(27)

4) Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tindak lanjutnya. Data

hasil penilaian sangat bermanfaat bagi guru maupun bagi siswa.

Hasil belajar merupakan “Prestasi belajar peserta didik secara

keseluruhan yang menjadi indicator kompetensi dasar dan derajat perubahan

perilaku yang bersangkutan”.12

Indikator hasil belajar merupakan target pencapaian kompetensi secara operasional dari kompetensi dasar dan standar kompatansi. Ada tiga aspek kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar pencapaian kompetensi tersebut, yakni penilaian terhadap: 1) Penguasaan materi akademik (kognitif), 2) Hasil belajar yang bersifat proses normatif

(afektif), dan 3) Aplikatif produktif (psikomotor).13

1) Hasil Belajar Penguasaan Materi

Pada ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berfikir, mulai dari yang

tingkatan rendah sampai tinggi, yakni:14

a) Pengetahuan/ingatan –knowledge,

b) Pemahaman –comprehension,

c) Penerapan –application,

d) Analisis –analysis,

e) Sintesis –synthesis

f) Evaluasi –evaluation

2) Hasil Belajar Proses (Normatif/Afektif)

Ranah afektif ini dirinci oleh Krathwohl dkk, menjadi lima jenjang, yakni:

a) Perhatian/Penerimaan (receiving)

b) Tanggapan (responding)

c) Penilaian/penghargaan (valuing)

d) Pengorganisasian (organization)

e) Karakterisasi terhadap suatu atau beberapa nilai.

3) Hasil Belajar Aplikatif (Psikomotor)

Ranah psikomotor dibagi menjadi 7 tingkatan yaitu:

a) Persepsi –perception.

12

E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara 2009), h. 212

13

Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), h.13

14 Ibid.


(28)

b) Kesiapan –set.

c) Gerakan terbimbing –guided response.

d) Gerakan terbiasa –mechanism.

e) Gerakan kompleks –complex overt response.

f) Penyesuaian pola gerakan –adaptation.

g) Kretifitas/keaslian – creativity/origination.15

Penilaian hasil belajar tingkat nasional dilakukan oleh pemerintah untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional. Ujian nasional dilakukan secara objektif, berkeadilan dan akuntabel, serta diadakan sekurang-kurangnya satu kali dan sebanyak-banyaknya dua kali dalam satu tahun pelajaran (SNP).

Penilaian hasil belajar tingkat sekolah atau satuan pendidikan bertujuan menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran. Penilaian hasil belajar tingkat sekolah atau satuan pendidikan

identik dengan Ujian Berbasis Sekolah (UBS) atau School Based Exam

(SBE), yang sering juga disebut EBTA.16 Penilaian hasil belajar tingkat

kelas adalah “penilaian yang dilakukan oleh guru atau pendidik secara

langsung. Penilaian hasil belajar pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta

didik”.17 Suatu tes hasil belajar baru dapat dikatakan tes yang baik apabila

materi yang tercantum dalam item-item tes tersebut merupakan pilihan yang cukup representatif terhadap materi pelajaran yang diberikan di kelas yang

bersangkutan.18

Jadi hasil belajar adalah hasil dari proses pembelajaran yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomorik.

15 Ibid. 16

E. Mulyasa, op.cit., h.203

17 Ibid. 18


(29)

2. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

a. Pengertian Kontruktivisme

Teori kontruktivisme ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk diirinya sendiri, berusaha dengan susah

payah dengan ide-ide.19 Prinsip yang paling umum dan paling esensial yang

dapat diturunkan dari kontruktivisme ialah “anak-anak memperoleh banyak

pengetahuan di luar sekolah, dan pendidikan seharusnya memperhatikan hal

itu dan menunjang proses alamiah ini”.20

Konstruktivisme menjelaskan bahwa pemahaman bisa didapat dari interaksi seseorang dengan lingkungannya, konflik kognitif dapat mendorong seseorang untuk belajar, dan pengetahuan dapat terbentuk ketika siswa menegosiasikan situasi sosial dan mengevaluasi pemahaman individualnya. Terdapat banyak teori yang menjelaskan konstruktivisme. Teori-teori tersebut menjelaskan bagaimana sebuah pengetahuan dan pemahaman terbentuk pada diri seseorang.

Teori konstruktivisme kognitif ini tidak terlepas dengan teori Piaget tentang teori perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif dengan lingkungannya. Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan

penting bagi terjadinya perubahan perkembangan.21 Khususnya

berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis. Piaget menyatakan juga bahwa pembelajaran akan berjalan dengan sukses jika sesuai dengan

19

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-progresif, (Jakarta: Kencana 2010), h. 28

20

Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar, ( Jakarta: Erlangga, 1996), h.160

21


(30)

perkembangan kognitif siswa. Oleh karena itu, konstruktivisme ini disebut dengan konstruktivisme kognitif.

Teori perkembangan Piaget mewakili kontruktivisme, yang

memandang kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka. Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahrkan sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tahapan perkembangan kognitif.

Keempat tahapan tersebut adalah tahap sensorimotor (0 – 2 tahun),

preoperational (2 – 7 tahun), concrete operational ( 7– 11 tahun), dan formal operational (11 – menjelang dewasa).22 Dari keempat tahapan perkembangan kognitif di atas, anak SMA perkembangan kognitifnya masuk pada tahap formal operation (11 – dewasa).

Perspektif kognitif kontruktivisme, yang menjadi landasan PBL, menurut pendapat Piaget, bahwa pelajar dengan umur berapapun terlibat secara aktif dalam proses mendapatkan informasi dan mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri. Pengetahuan tidak statis, tetapi berevolusi dan berubah secara konstan selama pelajar mengkonstruksikan pemgalaman-pengalaman baru yang memaksa mereka untuk mendasarkan diri pada dan

memodifikasikan pengetahuan yang sebelumnya.23

Pernyataan ini sangat berkaitan dan didasarkan dengan konsep Piaget tentang konstruktivisme kognitif dan tahapan-tahapan perkembangan kognitif seseorang. Pengetahuan yang dikonstruksikan berdasarkan pengalaman akan lebih lama tersimpan di dalam otak setiap pelajar sehingga dalam PBL diperlukan suatu proses pembelajaran yang mengutamakan tingktat berfikir kritis yang tinggi.

22 Ibid. 23

Sugiyanto, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Surakarta: Yuma Pustaka bekerja sama dengan FKIP UNS, 2010), h. 159


(31)

b. Pengertian Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning)

PBL (Problem Based Learning) dapat didefinisikan sebagai “Proses

inquiri yang mengutamakan pertanyaan, keingintahuan, keraguan, dan

ketidakpastian tentang fenomena kompleks dalam kehidupan sehari-hari”.24

Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan “suatu model

pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang

membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan

penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata”.25

Menurut Howard Barrows dan Kelson seperti yang telah dikutip Amir Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya dirancang masalah-masalah yang menuntut mahasiswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarnya menggunakan pendekatan-pendekatan yang sistematik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karier dan kehidupan

sehari-hari.26

Strategi pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai

“rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses

penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah”.27 Tujuan yang ingin

dicapai oleh strategi pembelajaran berbasis masalah adalah kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternative pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.

24

John Barell, Problem Based Learning An Inquiry Approach, (California: Corwin press, 2007), h. 3

25

Trianto, op.cit., h. 90

26

M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based learning, (Jakarta: Kencana. 2009), h.21

27

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi standar proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2009), h.212


(32)

Hakekat masalah dalam strategi pembelajaran berbasis masalah adalah gap atau kesanjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan, atau

antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan.28 Kesanjangan

tersebut bisa dirasakan dari adanya keresahan, keluhan, kerisauan, atau kecemasan. Oleh karena itu, maka materi pelajaran atau topik tidak terbatas pada materi pelajaran yang bersumber dari buku saja, akan tetapi juga dapat bersumber dari peristiwa-peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

PBL (Problem Based Learning) mengambil psikologi kognitif sebagai

dukungan teoritisnya. Fokusnya tidak banyak pada apa yang sedang dikerjakan siswa (perilaku mereka), tetapi ada apa yang sedang dipikirkan oleh siswa (kognisi mereka) selama mereka mengerjakannya. Meskipun peran guru dalam pelajaran yang berbasiskan masalah kadang-kadang juga melibatkan, mempresentasikan, dan menjelaskan berbagai hal kepada siswa, tetapi guru lebih harus sering memfungsikan diiri sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa dapat belajar untuk berpikir dan menyelesaikan masalahnya sendiri.

PBL merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Metode ini juga berfokus pada keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Peserta didik tidak lagi diberikan materi belajar secara satu arah seperti pada metode pembelajaran konvensional. Dengan metode ini, diharapkan peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan mereka secara sendiri.

c. Karakteristik PBL (Problem Based Learning)

Dengan karakter dan prinsip PBL, di mana pemelajar harus:29

1. Mengeksplorasi konsep dalam berbagai konteks.

28 Ibid 29


(33)

2. Mengartikulasikan apa yang sudah diketahui tentang masalah (prior

knowledge)

3. Mengidentifikasi dan mencari informasi terkait dengan”apa yang mereka tidak ketahui”

4. Menentukan bagaimana informasi baru terkait dengan pengetahuan

sebelumnya.

5. Saling berbagi dan menguji konsep baru yang mungkin.

6. Mereflesikan bagaimana pemelajar mengkonstruk pengetahuan sendiri

dan menjadi pembuat makna (meaning makers).

d. Tujuan Pembelajaran PBL (Problem Based Learning)

Tujuan pembelajaran berdasarkan masalah atau PBL (Problem Based

Learning) adalah:30

1. Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan

pemecahan masalah

2. Belajar peranan orang dewasa yang autentik

3. Menjadi pembelajar yang mandiri

e. Tahapan Pembelajaran PBL (Problem Based Learning)

Ada lima tahapan utama dalam PBL (Problem Based Learning)

menurut Sugiyanto, kelima tahapan utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima tahapan tersebut disajikan

pada table berikut:31

30

Trianto, op.cit.,

31

Sugiyanto, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Surakarta: Yuma Pustaka bekerja sama dengan FKIP UNS, 2010), h. 159


(34)

Tabel 2.1. Lima tahapan PBL (Problem based Learning)

Tahap Tingkah laku Guru Tahap – 1

Orientasi siswa kepada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. Tahap – 2

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Tahap – 3

Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

Tahap – 4

Mengembangkan dan

mempresentasikan hasil karya

Membantu siswa dalam menerencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai

Tahap – 5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses – proses yang mereka gunakan

f. Langkah – langkah PBL(Pembelajaran Berbasis Masalah)

Menurut Wina Sanjaya, sesuai dengan tujuan strategi pembelajaran berbasis masalah adalah untuk menumbuhkan sikap ilmiah, dari beberapa bentuk strategi pembelajaran yang dikemukakan para ahli, maka secara umum strategi pembelajaran berbasis masalah bisa dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:32

1) Menyadari masalah

Pada tahapan ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya adanya kesanjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa pada tahapan ini adalah siswa dapat menentukan atau menangkap kesanjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada.

2) Merumuskan masalah

32


(35)

Rumusan masalah sangat penting, sebab selanjutnya akan berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan persepsi tentang masalah dan berkaitan

dengan data-data apa yang harus dikumpulkan untuk

menyelesaikannya.kemampuan yang diharapkan siswa dalam langkah ini adalah siswa dapat menentukan prioritas masalah.

3) Merumuskan Hipotesis

Kemampuan yang diharapkan siswa dalam tahapan ini adalah siswa dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan. Melalui analisis sebab akibat inilah pada akhirnya siswa diharapkan dapat menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah.

4) Mengumpulkan data

Proses berpikir ilmiah bukan proses berimajinasi akan tetapi proses yang didasarkan pada pengalaman. Oleh karena itu, dalam tahapan ini siswa didorong untuk mengumpulkan data yang relevan. Kemampuan yang diharapkan pada tahap ini adalah kecakapan siswa untuk mengumpulkan dan memilah data, kemudian memetakan dan menyajikan dalam bentuk berbagai tampilan sehingga mudah untuk dipahami.

5) Menguji hipotesis

Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam tahapan ini adalah kecakapan menelaah data dan sekaligus membahasnya untuk melihat hubungannya dengan masalah yang dikaji. Disamping itu, diharapkan siswa dapat mengambil keputusan dan kesimpulan.

6) Menentukan pilihan penyelesaian

Kemampuan yang diharapkan dari tahapan ini adalah kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang kemungkinan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang akan terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya, termasuk memperhitungkan akibat yang akan

terjadi pada setiap pilihan.33

33


(36)

g. Manfaat Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Menurut Sudjana manfaat khusus yang diperoleh dari metode Dewey adalah metode pemecahan masalah. Tugas guru adalah membantu para siswa merumuskan tugas-tugas, dan bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku, tetapi dari masalah yang ada di

sekitarnya.34

Pengajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pengajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri.

h. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Model pembelajaran berdasarkan masalah memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan pembelajaran berdasarkan masalah sebagai model

pembelajaran adalah:35

1) Realistis dengan kehidupan nyata

2) Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa

3) Memupuk sifat inquiri siswa

4) Retensi konsep jadi kuat

5) Memupuk kemampuan problem solving (pemecahan masalah)

Selain kelebihan tersebut, pembelajaran berdasarkan masalah (Problem

Based learning) juga memiliki beberapa kekurangan antara lain:36

1. Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks

2. Sulitnya mencari problem yang relevan

3. Sering terjadi miss-konsepsi

34

Trianto, op.cit., h. 96

35 Ibid. 36


(37)

4. Konsumsi waktu, dimana model ini mmemerlukan waktu yang cukup

dalam proses penyelidikan. Sehingga terkadang banyak waktu yang tersita untuk proses pembelajan tersebut.

Jadi berdasarkan pengertian-pengertian yang ada, Pembelajaran dengan

model PBL (Problem Based Learning) membantu siswa untuk memproses

informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial maupun ilmiah dan sekitarnya.

3. Konsep Kesetimbangan Kimia

Berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), konsep

yang akan diterapkan dalam model pembelajaran PBL (Problem Based

Learning) adalah konsep kesetimbangan kimia yang telah di sesuaikan pada Standar Kompetensinya adalah Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam SK tersebut di ambil 3 kompetensi dasar yaitu, Menjelaskan kesetimbangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan dengan melakukan percobaan, menentukan hubungan kuantitatif antara pereaksi dengan hasil reaksi dari suatu reaksi kesetimbangan, dan menjelaskan penerapan prinsip kesetimbangan dalam kehidupan

sehari-hari dan industri.37

a) Pengertian Kesetimbangan Kimia

Reaksi yang berlangsung searah atau reaksi yang tidak dapat balik

disebut Irreversible. Sedangkan reaksi yang dapat balik disebut Reversible.

Salah satu diantaranya adalah reaksi antara nitrogen dengan hidrogen membentuk ammonia. Jika campuran gas nitrogen dan hidrogen dipanaskan

akan menghasilkan amonia.38

37

Michael Purba, Buku Kimia SMA Kelas XI, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 2 38


(38)

Kapankah suatu reaksi mencapai kesetimbangan? Suatu rekasi kimia mencapai kesetimbangan, jika laju reaksi ke kanan sama dengan laju reaksi ke kiri sehingga tidak terjadi lagi perubahan dalam sistem kesetimbangan. Pada keadaan setimbang, tidak ada perubahan yang dapat diamati atau diukur sehingga tidak ada perubahan makroskopis. Keadaan sebenarnya, reaksi tetap terjadi secara terus menerus pada kedua arah.

Kondisi yang demikian disebut kesetimbangan dinamis.39

b) Persamaan Tetapan Kesetimbangan

mA + nB ⇌ pC + qD

persamaan kesetimbangannya adalah:

Kc = 40

c) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pergeseran Kesetimbangan

Jika terdapat sebuah sistem setimbang, kemudian diganggu oleh beberapa pengaruh luar, seperti perubahan suhu, kosentrasi, volume, atau tekanan dari salah satu pereaksi atau hasil reaksi, apa yang terjadi? Seorang kimiawan Prancis, Hanry Le Chatelier, pada tahun 1884 mengungkapkan pernyataan yang dapat menjawab pertanyaan tersebut. Berikut ini prinsip Le Chatelier.

“Sebuah sistem dalam keadaan kesetimbangan yang mengalami suatu

gangguan akan bereaksi sedemikian rupa sehingga cenderung melawan pengaruh gangguan tersebut”.41

39

Muchtaridi dan Sandri Justiana, Buku Kimia 2 Sesuai Standar Isi 2006 KTSP, (Jakarta: Yudistira, 2009), h. 101

40

Micheal Purba, op.cit., h. 139

41 Ibid


(39)

B. Kajian Penelitian Relevan

I Nyoman Suadarna dalam jurnal pendidikan dan pengajaran IKIP singaraja, menyimpulkan penelitiannya yaitu kualitas kemampuan mahasiswa

dalam melakukan pemecahan masalah (Problem Solving) dapat ditingkatkan

atau dikembangkan melalui strategi pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan kooperatif berbantuan modul, dapat meningkatkan aktivitas mahasiswa atau kualitas proses pembelajaran Kimia Fisika I dan hasil belajar mahasiswa dalam mata kuliah Kimia Fisika I dapat ditingkatkan melalui strategi pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan kooperatif

berbantuan modul.42

Nurhayati Abbas, dalam jurnal pendidikan dan kebudayaan, menyimpulkan penelitiannya tentang penerapan model pembelajaran

berdasarkan masalah (Problem Based Instruction) dalam pembelajaran

Matematika di SMU menyimpulkan bahwa berdasarkan analisis inferensial dengan menggunakan Anakova, diperoleh F= 54,25>F(1-@,k-1,N-2k) = F(0,95,1,80) = 3,97. Hal ini menunjukan bahwa ada perbedaan hasil belajar antara peserta didik yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah dengan peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran

konvensional.43

Ida Bagus Putu Arnyana, jurnal pendidikan dan pengajaran tentang pengaruh penerapan model belajar berdasarkan masalah dan model pengajaran langsung dipandu strategi kooperatif terhadap hasil belajar biologi siswa SMA menyimpulkan bahwa 1. Model belajar berdasarkan masalah dapat meningkatkan hasil belajar lebih baik dibandingkan dengan model pengajaran langsung. 2. Strategi kooperatif GI dapat meningkatkan hasil belajar lebih baik dibandingkan dengan strategi kooperatif STAD. 3. Interaksi model belajar berdasarkan masalah dengan strategi kooperatif GI memberikan pengaruh

42

I Nyoman Suadarna, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Singaraja, Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pendekatan Kooperatif Berbantuan Modul untuk Meningkatkan kualitas proses dan Hasil Belajar Mahasiswa, 2006, h. 766

43

Nurhayati Abbas, jurnal pendidikan dan kebudayaan, Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) dalam Pembelajaran Matematika di SMU, 2004, h. 842


(40)

paling baik dalam meningkatkan hasil belajar, diikuti berturut-turut oleh interaksi model belajar berdasarkan masalah dengan strategi kooperatif STAD, interaksi model pengajaran langsung dengan strategi kooperatif GI, dan

interaksi model pengajaran langsung dengan strategi kooperatif STAD.44

I Ketut Tika, jurnal pendidikan dan pengajaran UNDIKSHA tentang

penerapan problem based learning berorientasi penilaian kinerja dalam

pembelajaran fisika untuk meningkatkan kompetensi kerja ilmiah siswa, dalam penelitiannya disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah berorientasi pada penilaian kerja dapat meningkatkan kompetensi kerja ilmiah siswa kelas XI IPA3 SMAN 1 Singaraja dalam pembelajaran Fisika. Hal ini dapat dilihat dari capaian kompetensi kerja ilmiah pada siklus 1 adalah 78,8 dengan kategori baik meningkat pada siklus II menjadi 87,5 dengan kategori sangat baik. Jika dianalisis per aspek kerja ilmiah yaitu aspek kegiatan laboratorium, aspek membuat paper, aspek laporan praktikum, dan aspek penyajian tugas proyek, ternyata terjadi peningkatan secara signifikan untuk masing-masing aspek dari siklus I ke siklus II.45

Ali Muhson, Jurnal kependidikan tentang peningkatan minat belajar dan pemahaman mahasiswa melalui penerapan problem based learning menyimpulkan penerapan metode problem based learning dalam pembelajaran statistika lanjut mampu meningkatkan minat belajar mahasiswa baik minat belajar di dalam maupun di luar kelas hal ini terjadi karena proses pembelajaran lebih banyak diberikan penugasan analisis kasus baik secara individual maupun kelompok sehingga menuntut partisipasi semua mahasiswa

dalam proses pembelajaran.46

44

Ida Bagus Putu Arnyana, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Pengaruh Penerapan Model Belajar Berdasarkan Masalah dan Model Pengajaran Langsung Dipandu Strategi Kooperatif terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA , 2006, h. 710

45

I ketut Tika, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, Penerapan Problem Based Learning Berorientasi Penilaian Kinerja dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Kompetensi Kerja Ilmiah Siswa, 2008, h. 698

46

Ali Muhson, Peningkatan minat Belajar dan Pemahaman Mahasiswa Melalui Penerapan Problem Based Learning, Jurnal Kependidikan, 2009, h. 181


(41)

I wayan Sadia, jurnal pendidikan dan pengajaran UNDIKSHA, penelitiannya tentang pengembangan kemampuan berfikir formal siswa SMA melalui penerapan Model pembelajaran “Problem based Learning” dan “Cycle Learning” dalam pembelajara Fisika, menyimpulkan bahwa model PBL (Problem Based Learning) atau LCM (Learning Cycle Model) ternyata efektif

dalam mengembangkan kemampuan berpikir formal siswa.47

Ida Bagus Putu Arnyana, jurnal pendidikan dan pengajaran penelitiannya tentang penerapa model PBL pada pelajaran biologi untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA Negeri 1 singaraja tahun pelajaran 2006/2007 menyimpulkan bahwa 1. Model

belajar berdasarkan masalah atau problem based learning (PBL) dapat

meningkatkan pemahaman konsep biologi siswa kelas X SMA Negeri 1 Singaraja tahun pelajaran 2006/2007. 2. Model PBL dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah biologi siswa kelas X SMA Negeri 1 singaraja tahun pelajaran 2006/2007. 3. Meningkatkan sikap positif siswa terhadap pelajaran biologi, dan 4. Metode PBL dapat meningkatkan

kemampuan berfikir kritis siswa.48

Menurut Brian E. Myers, Assistant Professor dan James E. Dyer, Associate Professor, jurnal international menyimpulkan penelitiannya yaitu

tujuan studi ini akan menentukan efek investigasi laboratorium

pengintegrasian terpasang ilmu pengetahuan dan pengetahuan isi siswa memproses prestasi keterampilan dan gaya belajarnya. Pemeliharaan dalam berkelompok menggunakan salah satu dari tiga tingkatan: pokok mendekati tanpa percobaan di laboratorium, pokok mendekati dengan laboratorium yang

47

I Wayan Sadia, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Pengembangan Kemampuan Berpikir Formal Siswa SMA Melalui Penerapan Model Pembelajaran PBL ddan CL dalam Pembelajaran Fisika, 2007, h. 17

48

Ida bagus Putu Arnyana, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Penerapan Model PBL pada Pelajaran Biologi untuk Meningkatkan Kompetensi dan Kemampuan Berpikir kritis Siswa kelas X SMA N 1 Singaraja, 2007, h. 249


(42)

menentukan percobaan, dan pokok mendekati dengan investigasi laboratorium

percobaaan.49

Menurut Chris Keil Bowling Green State University, jurnal elektronik

pendidikan sains tentang penelitian tindakan kelas dalam abstraknya menyatakan bahwa, tujuh tahun yang didanai pemerintah federal pengembangan profesi guru tengah menyiapkan program guru kelas untuk merancang dan mengimplementasikan integratif, yang berbasis masalah, kurikulum kesehatan lingkungan dengan lebih dari 1600 siswa. Artikel ini

menguji bagaimana program ini dilakukan, melalui kurikulum yang

dikembangkan dan dilaksanakan, mempengaruhi kedua negara yang berbasis masalah, skor tes kemahiran dan keterampilan proses tes. Analisis kemahiran dan skor kinerja menunjukkan efek positif bagi kedua tindakan, menawarkan pendidik lebih lanjut dukungan untuk penggunaan integratif berbasis masalah

kurikulum ilmu kesehatan lingkungan.50

49

Brian E. Myers, Assistant Professor dan james E. Dyer, Associate Professor, Effects Of Investigative Laboratory Instruction On Content Knowladge and Science Procces Skill Achievment Across Learning Styles,2006, h. 52

50

Chris Keil Bowling Green State University Bowling Green State University,

Improvements in Student Achievement and Science Process Skills Environmental Health Science Problem-Based Learning curricula, 2009, h. 1


(43)

C. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan

Gambar 2.2. Bagan Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan

Model, pendekatan dan metode dalam pembelajaran kimia merupakan suatu komponen yang memiliki peranan yang sangat penting. Tidak ada satu pun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode dan pendekatan pembelajaran. Hal ini karena metode digunakan sebagai alat atau cara yang digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan melalui suatu pendekatan. Penggunaan metode dan pendekatan yang tepat akan menentukan efektifitas dan efisien pembelajaran. Dengan demikian, metode dan pendekatan harus dipilih dan dikembangkan untuk meningkatkan kualitas hasil belajar kimia siswa.

Hasil Belajar

Internal Eksternal

1. Minat Belajar 2. Kesehatan 3. Perhatian

4. Ketenangan Jiwa dalam belajar 5. Motivasi 6. Kegairahan diri 7. Cita-cita

1. Keadaan lingkungan belajar

2. Cuaca 3. Letak kelas 4. Faktor social

5. Interaksi peserta didik dengan pendidiknya

Model Pembelajaran PBL (Problem Based

Learning)

Penerapan Model

Interaksi peserta didik dengan pendidiknya

Keadaan lingkungan belajar Kognitif


(44)

Ilmu kimia sebagai cabang IPA (Knowladge Nature Science)

merupakan ilmu pengetahuan yang berlandaskan pada eksperimen atau

percobaan (experimental science). Berdasarkan hal tersebut, maka penggunaan

metode praktikum sangatlah diperlukan dalam proses pembelajaran kimia disekolah. Melalui kegiatan praktikum, siswa diberikan kesempatan untuk ikut aktif dalam proses belajar mengajar, dapat mempelajari kimia tidak hanya sebagai produk tapi juga sebagai proses karena dalam kegiatan praktikum dimungkinkan untuk dilatihkan sejumlah ketrampilan proses IPA yang

meliputi mengamati, menafsirkan hasil pengamatan, meramalkan,

menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep, merencanakan penelitian, mengkomunikasikan, dan mengajukan pertanyaan berdasarkan masalah yang sedang dipelajari siswa. Dari hal tersebut, maka siswa akan lebih tertarik dan termotivasi untuk mempelajari kimia yang pada akhirnya akan berdampak positif terhadap hasil belajar kimia siswa.

Pada saat ini masih banyak guru mata pelajaran kimia yang belum menerapkan model pembelajaran PBL (Pembelajaran Berdasarkan Masalah) dan lebih memilih memakai metode ceramah atau metode yang lain dalam menyampaikan materi pelajaran. Hal ini disebabkan karena sebagai kendala yang dihadapi guru yang dijadikan alasan untuk tidak dapat menerapkan adanya eksperimen pada saat mengajar, apalagi jika ditambakan dengan model

pembelajaran PBL (Problem Based Learning) atau pembelajaran berdasarkan

masalah, tentu saja akan semakin repot. Beberapa kendala antara lain tidak adanya fasilitas laboratorium di sekolah sebagai ruangan khusus untuk melakukan praktikum, kurang tersedianya alat dan bahan kimia di laboratorium, dan lainnya. Untuk itu, perlu diadakannya suatu masalah agar siswa dalam memecahkan masalah tidak hanya dieksperimenkan bisa dengan diskusi informasi, atau dari berbagai artikel tentang masalah yang diajukan oleh guru. Di samping itu, nilai mata pelajaran kimia siswa relatif rendah, siswa kelas XI.IPA.1 SMA Muhamadiyah 2 Cipondoh Tangerang nilai kimianya masih ada yang dibawah standar KKM.


(45)

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor internal dan faktor eksternal, faktor eksternal inilah yang akan membawa pengaruh besar bagi siswa pada keadaan lingkungan belajar (sekolah). Dalam upaya meningkatkan hasil belajar kimia siswa yang mencakup aspek kognitif dan aspek psikomotorik pada konsep kesetimbangan kimia, dengan diterapkannya

model pembelajaran PBL (Problem Based learning).

D.Hipotesis Tindakan

Merujuk kajian teori kerangka pikir yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah penerapan model

pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dapat meningkatkan hasil


(46)

(47)

31 A. Tempat dan Waktu Penelitian Tindakan

Penelitian ini dilakukan di kelas XI.IPA.1 SMA Muhamadiyah Cipondoh Tangerang, tepatnya di Jl. KH. Hasyim Asyari Kec. Cipondoh

Tangerang. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 15 November – 04

Desember 2010 pada semester 1 (ganjil).

B. Metode dan Desain Penelitian Tindakan 1. Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Esensi Classroom Action Research terletak pada adanya tindakan dalam situasi yang alami untuk memperbaiki atau meningkatkan praktek pembelajaran serta mampu memberi solusi pada masalah yang ada baik secara perorangan maupun keseluruhan. Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti dikelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di

kelasnya melalui suatu tindakan tertentu dalam suatu siklus.1

Penelitian tindakan kelas melibatkan deskripsi autentik tentang tindakan. Deskripsi disini bukan penjelasan, melainkan rangkaian cerita tentang kegiatan yang telah terjadi dan biasanya dalam bentuk laporan. Penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas.

1

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru, (jakarta: PT Rajagrafindo persada,2008), h. 44-45


(48)

2. Intervensi Tindakan atau Rancangan Siklus Penelitian

Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas2

C. Subjek/Partisipan yang terlibat dalam Penelitian

Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah guru bidang studi kimia dan siswa kelas XI IPA 1. Peneliti berperan langsung sebagai guru yang melakukan proses pembelajaran kimia pada konsep kesetimbangan

kimia dengan menggunakan model pembelajaran PBL (Problem Based

Learning) pada kelas XI IPA 1 SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh semester 1 Tahun ajaran 2010/2011 dengan jumlah siswa 36 orang yang terdiri dari 10 laki-laki dan 26 perempuan.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti berkolaborasi dengan guru kimia SMA Muhammadiyah 02 Cipondoh. Peneliti berperan dalam merancang Rencana

2

Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi aksara, 2007) h.16

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Pelaksanan Refleksi

Pelaksanaan Refleksi


(49)

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan mengolah data hasil penelitian. Peneliti dan guru bidang studi kimia berperan sebagai pengajar dan observer secara bergantian. Peneliti dan guru kimia berkolaborasi mengevaluasi kegiatan belajar mengajar.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Adapun tahapan intervensi tindakan yang dilakukan pada setiap siklus yaitu: Tabel 3.1 Tahapan Intervensi Tindakan

Kegiatan Pendahuluan

a. Menentukan sekolah yang akan dijadikan subjek

penelitian.

b. Konsultasi dengan guru kimia pada tempat

dilaksanakannya penelitian.

c. Melakukan survei lapangan untuk memperoleh gambaran

kondisi sekolah. Survei dilakukannya dengan wawancara kepada guru bidang studi kimia untuk mengetahui

permasalahan yang ada di sekolah. Survei juga dilakukan terhadap hasil belajar siswa dan pendapat siswa tentang pembelajaran kimia yang selama ini diterapkan oleh guru bidang studi kimia.

Siklus 1 Perencanaan a. Orientasi siswa kepada masalah

b. Menganalisis dan merumuskan

masalah

c. Menyiapkan rencana pembelajaran

yang menerapkan model

pembelajaran PBL (Problem Based

Learning)

d. Menyiapkan LKS (Lembar Kerja

Siswa)

e. Menyiapkan instrumen (tes, lembar

observasi, catatan lapangan, dan wawancara).

f. Melakukan uji coba instrumen

g. Menyusun kelompok belajar siswa

Pelaksanaan (Tindakan)

Melaksanakan langkah-langkah sesuai rencana pembelajaran yang telah disusun.

a. Melakukan tes awal pada kelas

sampel penelitian tindakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa.

b. Memberi perlakuan sesuai dengan


(50)

pembelajaran PBL (Problem based Learning)

c. Ketika selama proses pembelajaran

berlangsung, dilakukannya observasi mengenai kinerja guru dan siswa.

d. Melakukan tes akhir untuk

mengetahui hasil belajar siswa sesudah diterapkannya model

pembelajaran PBL (Problem Based

Learning).

Pengamatan a. Mengumpulkan data penelitian

b. Melakukan diskusi dengan guru

kimia untuk membahas tentang kelemahan atau kekurangan proses pembelajaran yang telah dilakukan.

Refleksi a. Menganalisis data yang diperoleh

untuk memperbaiki dan

menyempurnakan tindakan pada siklus selanjutnya

b. Menganalisis temuan saat

melakukan pengamatan proses pembelajaran yang telah dilakukan

c. Menganalisis kelemahan dan

kelebihan dari proses pembelajaran yang berlangsung dan

mempertimbangkan langkah selanjutnya.

Siklus II dan seterusnya Penulisan laporan penelitian

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil intervensi tindakan yang diharapkan pada penelitian ini adalah hasil belajar kimia siswa pada aspek kognitif mengalami peningkatan setelah proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran PBL (Problem based Learning).

Dalam pembelajaran siswa aktif secara mental menemukan pengetahuan berupa konsep, prinsip maupun yang menjadikan pengetahuan yang mereka dapatkan akan bertahan lama, mempunyai kemandirian yang kuat dalam proses pembelajaran kimia khususnya pada materi kesetimbangan kimia. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, apabila 75% dari


(51)

jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar atau mencapai taraf keberhasilan minimal, optimal bahkan maksimal, maka proses belajar

mengajar berikutnya dapat membahas konsep baru.3 Sehingga keberhasilan

belajar yang diterapkan adalah sebanyak 75% dari jumlah siswa yang mendapat nilai di atas KKM yaitu 65.

G. Data dan Sumber Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa nilai siswa yang mencakup ranah kognitif, aktivitas guru dan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung melalui lembar observasi, catatan lapangan dan wawancara.

Tabel 3.2. Jenis Data, Sumber Data dan Instrumen

Data Sumber Data Instrumen

Kognitif Siswa Pretest dan Postest

Aktivitas guru dan siswa ketika proses pembelajaran

Siswa dan Guru Lembar Observasi dan

Catatan Lapangan

Wawancara Siswa dan Guru Lembar wawancara

H. Instrumen-instrumen Pengumpul Data yang Digunakan

Dalam penelitian ini pengumpulan data mengenai pelaksanaan dan hasil dari program tindakannya akan dilakukan dengan menggunakan beberapa instrumen, diantaranya:

1. Wawancara

Wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukann secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan

penelitian tindakan kelas.4 wawancara dilakukan untuk mengetahuui

kondisi permasalahan didalam kelas maupun di sekolah. Wawancara dilakukan kepada guru kimia pada penelitian pendahuluan, sedangkan pada akhir setiap siklus hanya pada siswa. Wawancara yang diterapkan

3

Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain, Strategi Belajar mengajar, (Jakarta, PT Rineka Cipta, 2006) h. 122

4


(52)

merupakan jenis wawancara tidak terstruktur karena pedoman wawancara yang disiapkan berupa daftar pertanyaan atau pokok-pokok masalah yang perlu ditanyakan kepada responden.

Tabel 3.3. Kisi-kisi Lembar Wawancara

No. Indikator Uraian Hasil Wawancara

1. Kesenangan siswa

2. Motivasi siswa

3. Keaktifan siswa

4. Kekurangan dan kelebihan

model pembelajaran

5. Kemandirian siswa

2. Tes

Tes adalah sejumlah pertanyaan yang disampaikan kepada seseorang atau sejumlah orang untuk mengukur hasil belajar siswa. Untuk mengetahui penguasaan konsep siswa pada konsep kesetimbangan kimia maka instrumen yang digunakan adalah tes tertulis dengan bentuk essay.

Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Konsep Kesetimbangan Kimia

Kompetensi Dasar Indikator C1 C2 C3 C4 C5 C6 ∑

3.3 Menjelaskan kesetimbangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan dengan melakukan percobaan

- Menjelaskan konsep kesetimbangan dinamis - Menjelaskan

kesetimbangan homogen dan heterogen

- Menerapkan tetapan kesetimbangan dan tetapan kesetimbnagan tekanan dalam suatu reaksi kimia - Meramalkan arah

pergeseran

kesetimbangan dengan menggunakan azas Le Chatelier 1 1 1 1 1 1 1 1


(53)

- Menganalisis pengaruh perubahan suhu, kosentrasi, tekanan, dan volum pada pergeseran kesetimbangan

1 1

3.4. Menjelaskan hubungan kuantitatif antara pereaksi dengan hasil reaksidari suatu reaksi kesetimbangan

- Menafsirkan data percobaan mengenai kosentrasi pereaksi dan hasil reaksi pada keadaan setimbang untuk menentukan derajat ionisasi - menghitung harga Kc

berdasarkan kosentrasi zat dalam

kesetimbangan - Menghitung harga Kp

berdasarkan tekanan parsial gas pereaksi dan hasil reaksi pada keadaan kesetimbangan 1 1 1 1 1 1 3.5. Menjelaskan penerapan prinsip kesetimbangan dalam kehidupan sehari-hari

- Menganalisis penerapan prinsip kesetimbangan dalam industri

- Menjelaskan prinsip reaksi kesetimbangan dalam tubuh manusia

1

1 1

1

Jumlah 3 4 3 10

3. Lembar Observasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk

memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.5 Lembar

observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa ketika proses pembelajaran berlangsung dan lembar observasi kegiatan guru. Lembar observasi guru bertujuan untuk melihat konsistensi guru terhadap RPP yang telah dibuat. Aktivitas siswa

5


(1)

dan berpikir lebih mendalam lagi, dan lebih mendapatkan pengetahuan yang lebih luas.

9. Apakah kamu memiliki saran terhadap pembelajaran kimia menggunakan model pembelajaran PBL agar menjadi lebih baik?

Ada : 1) Jangan selalu belajar dengan berkelompok, sesekali secara individu. 2) Diadakannya sebuah permainan dengan memberi reward pada siswa atau kelompok yang berani mengemukakan hasil karyanya dengan baik dan benar. 3) tidak terlalu banyak tugas


(2)

Tabel Hasil wawancara siswa siklus II

No Pertanyaan Peneliti Jawaban Siswa

1. Bagaimana perasaan kamu saat belajar dengan model pembelajaran PBL pada siklus II?

Setelah tahu manfaat dan selalu berlatih untuk belajar dengan masalah model pembelajaran PBL terasa

menyenangkan, karena model atau metode ini menuntut kita untuk memahami suatu konsep dari

permasalahan sehingga kita mempunyai pengetahuan yang luas dari

pembelajaran kimia 2. Kemajuan apa yang kamu rasakan

setelah belajar dengan menggunakan model pembelajaran PBL ini?

Belajar lebih semangat dan lebih aktif sehingga hasil belajar kimia saya bisa meningkat

3. Apakah terdapat keluhan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran PBL pada siklus II?

Ada, sulit untuk mengemukakan ide-ide baru dan kemampuan untuk merancang penyelesaian yang baru dan unik agar lebih mudah dipahami.

4. Apakah siswa terlihat menyukai model pembelajaran ini?

Terlihat sebagian besar siswa mulai menyukai model pembelajaran PBL 5. Menurut kamu, apakah kekurangan

dan kelebihan model pembelajaran PBL pada siklus II ini?

Kekurangannya : langkah-langkah dalam pembelajaran PBL agak merepotkan, dan menekankan siswa untuk selalu berfikir dan terus berfikir.

Kelebihannya : model ini diterapkan pada konsep yang pas yaitu

kesetimbangan kimia, karena pada konsep itu banyak masalah baik dari masalah perhitungan atau aplikasinya. Dan dapat memberi pengetahuan yang luas untuk siswa

6. Bagaimana solusi untuk mengatasi kekurangan yang ada pada tindakan II ini?

Mungkin dari langkah-langkah PBL di selipkan permainan dan motivasi untuk siswa agar siswa tidak jenuh dan bosan.


(3)

DOKUMENTASI KEGIATAN PEMBELAJARAN


(4)

(5)

(6)