Komunikasi Kesehatan Antara Mitra Keseha

Komunikasi Kesehatan Antar Mitra Kesehatan
Oleh Marisa Diah Lestari, 1306409394, Ilmu Keperawatan, FG 1
Komunikasi kesehatan merupakan proses penyampaian informasi terkait kesehatan.
Menurut The Centers of Disease Control and Prevention (CDC) dalam Apriningsih dan
Hippy (2003) mendefinisikan komunikasi kesehatan sebagai suatu ilmu dan sebagai
penggunaan strategi komunikasi untuk menyampaikan informasi dan mempengaruhi
keputusan individu serta masyarakat yang dapat meningkatkan ksehatan. Jika komunikasi
kesehatan digunakan secara baik, akan memberikan pengaruh kepada individu. Individu akan
memiliki persepsi yang positif tentang masalah kesehatan, individu memiliki pengetahuan
yang lebih baik terkait kesehatan, serta individu dapat merubah perilaku atau pola hidup yang
sehat.
Komunikasi kesehatan antar mitra kesehatan diperlukan sebuah cara atau strategi agar
komunikasi menjadi komunikasi ksehatan yang efektif. Beberapa cara agar terjalin
komunikasi kesehatan antar mitra kesehatan yang efektif yaitu berkomunikasi dengan detail,
cepat, akurat, serta disrtai dengan bukti. Komunikasi secara detail seperti melakukan
pertukaran informasi dengan lebih terperinci. Contohnya saat perawat melakukan pengkajian
atas data dari klien, perawat memberitahukan informasi yang ia dapatkan secara detail
kepada dokter atau mitra kesehatan lainnya.
Pada saat berkomunikasi dengan mitra kesehatan, tidak hanya dibutuhkan komunikasi
secara detail, tetapi juga dibutuhkan komunikasi secara cepat dan akurat. Hal ini untuk
meminimalisasi kejadian buruk yang mungkin terjadi. Contoh komunikasi secara cepat dan

akurat apabila suatu hari klien datang dengan kondisi yang gawat sehingga mitra kesehatan
harus menangani klien tersebut dengan segera. Pada saat menangani klien tersebut,
dibutuhkan kerja sama oleh tenaga kesehatan lainnya denga cara berkomunikasi secara cepat
dan akurat.
Setiap klien memiliki sifat atau karakter yang berbeda. Seperti contoh terdapat klien
dengan sifat extrovert, bersifat terbuka dan bersedia berkomunikasi kepada orang lain apa
yang terjadi pada dirinya, memudahkan tenaga kesehatan dalam berkomunikasi dengan klien
tersebut. Akan tetapi, tenaga kesehatan akan merasa sulit melakukan komunikasi dengan
klien yang memiliki sifat introvert, bersifat menutup diri kepada orang lain. Menurut Djauzi
dan Supartondo dalam Sudarma (2008) mengatakan bahwa tenaga kesehatan memerlukan

usaha yang keras dalam berkomunikasi dengan klien dengan sifat introvert agar diagnosis
serta tindakan medis yang dilakukan oleh para tenaga kesehatan dapat berjalan dengan baik.
Menurut Djauzi dan Supartondo dalam Sudarma (2008) mengatakan bahwa setiap
tenaga kesehatan dituntut memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif, yaitu dengan
mengedepankan rasa empati dan simpati kepada tenaga kesehatan lainnya ataupun kepada
kien. Dalam berkomunikasi antar tim kesehatan tidak hanya membutuhkan rasa empati dan
simpati, tetapi juga membutuhkan rasa tanggung jawab pada diri sendiri dan orang lain, serta
menghargai profesi kesehatan lainnya.
Keberhasilan dari komunikasi yang efektif antara tim kesehatan bergantung pada

hubungan baik di antara tenaga kesehatan. Menurut Kumala (1995) keberhasilan kerja
kelompok bergantung pada hubungan baik di antara anggota tim, terutama antara pemimpin
tim dengan anggota tim lainnya. Pemimpin tim memiliki fungsi yaitu, mendorong terjadinya
komunikasi, mengamati proses komunikasi yang terjalin, serta memberi perhatian kepada
semua anggota agar komunikasi berjalan dengan efektif. Menurut Kumala (1995)
mengatakan bahwa prinsip-prinsip untuk mendukung komunikasi di antara tim yaitu:
1. Setiap individu dalam tim memiliki hak untuk mengemukakan dan menjelaskan
pendapatnya atau pandangan mereka untuk melakukan sesuatu tindakan.
2. Pesan yang diberikan, maupun dalam bentuk lisan maupun tulisan, harus
dinyatakan dengan menggunakan bahasa serta ungkapan yang jelas dan mudah
dimengerti oleh semua individu dalam tim tersebut.
3. Setiap individu dalam tim menghindari dari perselisihan dan pertentangan sesama
individu dalam tim agar komunikasi atau hubungan yang terjalin lebih baik.

Daftar Pustaka
Aprianingsih., Hippy, N. S. I., 2003. Metode pendidikan kesehatan masyarakat, Ed. 2.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Sudarma, M. 2008. Sosiologi untuk kesehatan. Jakarta: Salemba Medika
Kumala, P. 1995. Manajemen pelayanan kesehatan primer. Jakarta: Buku Kedokteran EGC