18384 ID analisis faktor risiko gangguan pendengaran sensorineural pada pekerja pt x sema
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
ANALISIS FAKTOR RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN
SENSORINEURAL PADA PEKERJA PT. X SEMARANG
Sinta Marlina, Ari Suwondo, Siswi Jayanti
ABSTRAK
Gangguan pendengaran sensorineural merupakan gangguan pada sistem
sensor yang pada koklea. PT. X Semarang adalah perusahan manufaktur yang
memproduksi lembaran baja seng. Di perusahaan tersebut, terdapat beberapa
bagian kerja yang intensitas kebisingannya sudah melebihi NAB yaitu 86,9-93,6
dBA pada bagian produksi. Dari hasil audiometri, ditemukan 18 pekerja yang
memiliki gangguan pendengaran sensorineural. Dari hasil medical checkup,
diketahui terdapat 6 pekerja mengalami hipertensi, 6 pekerja mengalami diabetes
mellitus, dan 15 pekerja mengalami hiperkolesterol. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menganalisis faktor-faktor (intensitas kebisingan, usia, masa kerja,
kedisiplinan penggunaan earplug, hipertensi, DM, dan hiperkolesterol) yang
berpengaruh terhadap gangguan pendengaran sensorineural pada pekerja. Jenis
penelitian ini observasional analitik dengan desain cross sectional. Populasi
penelitian ini adalah 120 pekerja yang berasal dari bagian produksi,
maintenance, dan administrasi. Sampel penelitian berjumlah 66 responden,
dihitung secara proporsional sehingga didapatkan 29 responden berasal dari
bagian produksi, 13 responden berasal dari bagian maintenance, dan 24
responden berasal dari bagian administrasi. Analisis multivariat dengan regresi
logistik ganda menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh yaitu intensitas
kebisingan (OR= 13,153: p= 0,002), usia (OR= 11,838: p= 0,033), dan riwayat
hipertensi (OR= 14,368: p= 0,031). Disimpulkan bahwa intensitas kebisingan,
usia, dan riwayat hipertensi merupakan faktor risiko gangguan pendengaran
sensorineural pada pekerja di PT. X Semarang.
Kata Kunci
: Gangguan Pendengaran Sensorineural, Faktor Risiko
PENDAHULUAN
dalam telinga oleh gelombang longitudinal
Salah satu Penyakit Akibat Kerja (PAK)
yang
ditimbulkan
dari
getaran
dan
yang sering terjadi dalam dunia industri
merambat lewat udara atau penghantar
adalah
yang
lainnya yang mana tidak dikehendaki dan
disebabkan oleh kebisingan. Kebisingan
timbul di luar kemauan orang yang
diartikan sebagai sebuah bunyi atau suara
bersangkutan.1
yang
gangguan
didengar
pendengaran
sebagai
bentuk
WHO juga menyebutkan bahwa pada
rangsangan pada sel saraf pendengar
tahun 2014 ada 360 juta orang di dunia
359
JURNAL
KESEHATAN
MASYARAKAT
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN:
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal)
2356-3346)
(328 juta dewasa dan 32 juta anak-anak)
merupakan merupakan gangguan pada
yang memiliki gangguan pendengaran
sistem sensor yang letak masalahnya
yang diakibatkan oleh beberapa faktor
terdapat
termasuk akibat pajanan kebisingan yang
terutama
pada
berlebihan.
hearing
loss
World
Organization(WHO)
Health
tahun
pada
penurunan
2007
bagian
dalam
koklea.
telinga
Sensorineural
merupakan
pendengaran
gangguan
sensorineural
menyatakan bahwa prevalensi ketulian
yang dimulai pada frekuensi yang lebih
mencapai 4,2% di Indonesia.
tinggi (3000 Hz sampai 6000 Hz) dan
bertambah
Telinga yang terpapar bising dalam
parah
secara
berangsur-
jangka waktu yang lama dapat terusak
angsur yang diakibatkan oleh paparan
bagian dalamnya sehingga kemampuan
kronis
untuk
berlebihan dalam jangka waktu yang
mendengar
suara
berfrekuensi
meningkat
hingga
bising
mungkin
terhadap
terjadi
menetap.
yang
Beberapa penelitian menyatakan juga
2
bahwa ada hubungan usia, masa kerja,
dan
pendengaran
semenatara
bising
suara
berfrekuensi rendah tidak dapat didengar.
Efek
intensitas
lama.4
tinggi akan hilang bahkan kerusakan
dapat
dari
kedisiplinan
penggunaan
earplug
terhadap gangguan pendengaran pada
atau
pekerja.5,6
Apabila perubahan ambang
Beberapa
penelitian
juga
batas pendengaran bersifat reversibel
menyatakan bahwa hipertensi, diabetes
maka disebut pergeseran ambang batas
melitus, dan hiperkolesterol berpengaruh
pendengaran
terhadap
berkurangnya
ireversibel
sementara
dan
pendengaran
maka
disebut
bila
pendengaran
sensorineural. Hal ini disebabkan karena
bersifat
penyakit
pergeseran
ambang batas pendengaran permanen.
penurunan
3
seperti
melitus
dan
langsung
Dalam kasus NIHL (Noise Induced
hipertensi,
diabetes
hiperkolesterol
secara
dapat
mempengaruhi
Hearing Loss) yang banyak terjadi pada
pembuluh
pekerja
mengakibatkan menurunnya transportasi
di
berbagai
belahan
dunia
dilaporkan
termasuk
dalam
jenis
gangguan
pendengaran
nutrisi
dan
darah
secara
koklea
aliran
tidak
yang
langsung
mengakibatkan degenerasi sekunder pada
sensorineural
saraf pendengaran.7,8
yang khas sebagai lesi koklea dan lebih
jelas terlihat pada daerah frekuensi tinggi
PT. X Semarang merupakan sebuah
audiogram antara 3 kHz dan 6 kHz,
perusahaan yang bergerak di bidang
konfigurasi
disebut
industri pengolahan di Semarang. Produk
cekungan atau tukik di frekuensi 4 kHz.3
yang dihasilkan berupa Baja Lembaran
Gangguan
Lapis Seng. Kebisingan yang terdapat di
audiometri
pendengaran
ini
sensorineural
360
JURNAL
KESEHATAN
MASYARAKAT
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN:
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal)
2356-3346)
PT. X Semarang sudah melebihi NAB
lembaran
yang berlaku di Indonesia yaitu 85 dBA
pengukuran kebisingan yang dilakukan
untuk 8 jam kerja serta tidak sesuai
oleh peneliti, terdapat beberapa unit di
dengan
perusahaan yang intensitas kebisingannya
durasi
pajanan
yang
lapis
seng.
Dari
hasil
direkomendasikan NIOSH. Pekerja yang
melebihi
bekerja di PT. X mencapai usia 55 tahun.
Recoiler, Ketel, dan Diesel. Dari hasil
Pada survey pendahuluan pun ditemukan
pengamatan dan informasi yang teliti
pekerja
dapat,
banyak
yang
tidak
memakai
NAB
seperti
perusahaan
earplug. Diketahui juga adanya beberapa
pengendalian
pekerja yang memiliki hipertensi, diabetes
Secara
mellitus, dan hiperkolesterol.
melakukan
Corrugating,
belum
terhadap
teknik,
melakukan
kebisingan.
perusahaan
usaha
seperti
belum
memasang
Tujuan dari penelitian ini dilakukan
peredam pada mesin-mesin besar, atau
adalah untuk menganalisis faktor risiko
secara administratif seperti melakukan
(intensitas kebisingan, usia, masa kerja,
penyusunan jadwal kerja berdasarkan
kedisiplinan
perhitungandosis
hipertensi,
penggunaan
diabetes
hiperkolesterol)
earplug,
mellitus,
terhadap
dan
pemeriksaan
gangguan
paparanserta
kesehatanawal,
berkala
maupun pemerikasaan kesehatan secara
pendengaran sensorineural pada pekerja
khusus
yang
di
Bahkan,
perusahaan sendiri diketahui
PT.
X
Semarang.
Penelitian
ini
mencakup
audiomteri.
merupakan penelitian kuantitatif dengan
belum pernah melakukan pengukuran
jenis
observasional
pendekatan
cross
menggunakan
analitik
dengan
kebisingan di dalam perusahaan dan
sectional
dengan
pemeriksaan audiometri pekerja baik yang
multivariat.
dilakukan oleh pihak perusahaan sendiri
analisis
Populasi penelitian adalah pekerja di
atau
bagian
Sehingga
produksi,
maintenance
dan
dengan
bantuan
pihak
pemasangan
ketiga.
informasi
administrasi di PT. X Semarang sejumlah
intensitas kebisingan pun tidak tertera di
120 pekerja dan sampel adalah 66
dalam perusahaan untuk dibaca oleh
responden yang berasal dari produksi,
pekerja. Secara APD, perusahaan sudah
maintenance, dan administrasi.
menyediakan APD untuk telinga berupa
earplug, namun pemakaiannya terlihat
HASIL DAN PEMBAHASAN
tidak diawasi dan tidak ada sanksi khusus
A. Gambaran Perusahaan
untuk bentuk pelanggaran tersebut.
PT. X Semarang merupakan sebuah
perusahaan yang bergerak di bidang
industri pengolahan produk yang baja
361
JURNAL
KESEHATAN
MASYARAKAT
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN:
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
B. Hasil Analisis Univariat
Usia
Frekuensi
Responden
Jenis Kelamin
Frekuensi
Laki-laki
Perempuan
Total
57
9
66
Presentase
(%)
86,4
13,6
100,0
(e-Journal)
2356-3346)
Presentase
(%)
40 tahun
41
62,1
< 40 tahun
25
37,9
Total
66
100,0
Jumlah responden terbanyak berada
Berdasarkan tabel di atas dapat
responden
pada kategori usia lebih dari atau sama
terbanyak berjenis kelamin laki-laki yaitu
dengan 40 tahun yaitu 41 responden
sebanyak 57 orang (86,4%).
(62,1%) yang berasal dari semua bagian
diketahui
bahwa
jumlah
yaitu produksi sebanyak 16 responden,
Bagian di
Perusahaan
Produksi
Administrasi
Maintenance
Total
Frekuensi
29
24
13
66
Presentase
(%)
43,9
36,4
19,7
100,0
maintenance sebanyak 6 responden, dan
administrasi sebanyak 19 responden.
Masa Kerja
5 tahun
< 5 tahun
Total
Berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui
bahwa
jumlah
responden
terbanyak berasal dari bagian produksi
Frekuensi
Responden
responden
terbanyak
(77,3%)
masa kerja lebih dari atau sama dengan 5
tahunyaitu
Presentase
(%)
77,3
22,7
100,0
51
15
66
yaitu
terpajan
Kedisiplinan
Penggunaan
Earplug
Disiplin
Tidak disiplin
Total
51
dengan
Responden
yang
tiap
ruangan.
terpajan
intensitas
Presentase
(%)
25
17
42
59,5
40,5
100,0
responden (9,1%). Untuk riwayat penyakit
yang
DM, yang memiliki riwayat DM sebanyak 6
responden kunjungi dan durasi responden
di
Frekuensi
memiliki riwayat hipertensi sebanyak 6
responden dalam 8 jam kerja dengan
berada
responden
diketahui bahwa jumlah responden yang
perkiraan paparan yang diterima tiap
tersebut
52
Berdasarkan tabel di atas dapat
Hasil ini didapatkan dari penghitungan
ruangan-ruangan
sebanyak
(78,8%).
intensitas yang masih di bawah NAB.
memperhatikan
52
14
66
Presentase
(%)
78,8
21,2
100,0
Responden dominan sudah memiliki
yaitu sebanyak 29 orang (43,9%).
Intensitas
Kebisingan
Di bawah NAB
Di atas NAB
Total
Frekuensi
responden
(9,1%),
sedangkan
yang
memiliki riwayat hiperkolesterol sebanyak
15 responden (22,7%).
kebisingan yang melebihi NAB berasal
dari bagian produksi dan maintenance.
362
JURNAL
KESEHATAN
MASYARAKAT
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN:
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal)
2356-3346)
diabetes mellitus, sedangkan kedisiplinan
penggunaan
Gangguan
Pendengeran
Sensorineural
Tidak mengalami
Mengalami
Total
Jumlah
Frekuensi
Presentase
(%)
48
18
66
72,7
27,3
100,0
responden
yang
gangguan
pendengaran
diketahui
sebanyak
(27,3%).
Dari
18
secara
riwayat
statistik.
Sedangkan
melalui
perhitungan Prevalens Ratio, diketahui
bahwa intensitas kebisingan, usia, riwayat
hipertensi dan riwayat diabetes mellitus
memiliki
merupakan
gangguan
responden
responden,
dan
hiperkolesterol tidak memiliki hubungan
sensorineural
18
earplug
faktor
risiko
pendengaran
kejadian
sensorineural
pada pekerja (OR>1).
11
responden berasal dari bagian produksi, 4
responden
berasal
dari
D. Hasil Analisis Multivariat
bagian
maintenance, dan 3 responden berasal
P
OR
0,002
13,153
Usia
0,033
11,838
Riwayat
Hipertensi
0,031
14,368
dari bagian administrasi.
Variabel
Intensitas
Kebisingan
C. Hasil Analisis Bivariat
Variabel Bebas
Intensitas
Kebisingan
Usia
Masa Kerja
Kedisiplinan
Penggunaan
Earplug
Riiwayat
Hipertensi
Riwayat
Diabetes
Mellitus
Riwayat
Hiperkolesterol
Value
OR
CI 95%
0,000
10,75*
2,89-39,39
0,001
0,006
17,00*
0,654
2,09-138,08
0,53-0,79
0,542
1,488
0,413-5,351
0,005
18,07*
1,93-168,64
Berdasarkan pengujian regresi logistik
terdapat 3 variabel yang masuk dalam
model akhir multivariat, artinya 3 variabel
bebas
tersebut
mempengaruhi
0,043
6,57*
1,08-39,74
0,384
1,46
0,42-5,07
secara
variabel
bermakna
terikat,
yaitu
intensitas kebisingan, usia, dan riwayat
hipertensi.
Berdasarkan
disimpulkan
Pada tabel di atas diringkaskan hasil
CI 95%
2,678 64,591
1,215 115,35
1,277 161,67
hasil
bahwa
analisis,
dari
keseluruhan
analisis bivariat pada penelitian faktor
variabel
risiko
mempengaruhi gangguan pendengaran
gangguan
sensorineural
pada
pendengaran
pekerja
PT.
indenpenden
dapat
yang
sensorineural terdapat satu variabel yang
X
Semarang. Berdasarkan tabel tersebut,
paling
hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa
kebisingan di atas NAB (p = 0,002)
variabel
dengan PR sebesar 13,153 (CI 95% =
gangguan
yang
berhubungan
pendengaran
dengan
berpengaruh
yaitu
intensitas
2,678 - 64,591).
sensorineural
(p
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
ANALISIS FAKTOR RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN
SENSORINEURAL PADA PEKERJA PT. X SEMARANG
Sinta Marlina, Ari Suwondo, Siswi Jayanti
ABSTRAK
Gangguan pendengaran sensorineural merupakan gangguan pada sistem
sensor yang pada koklea. PT. X Semarang adalah perusahan manufaktur yang
memproduksi lembaran baja seng. Di perusahaan tersebut, terdapat beberapa
bagian kerja yang intensitas kebisingannya sudah melebihi NAB yaitu 86,9-93,6
dBA pada bagian produksi. Dari hasil audiometri, ditemukan 18 pekerja yang
memiliki gangguan pendengaran sensorineural. Dari hasil medical checkup,
diketahui terdapat 6 pekerja mengalami hipertensi, 6 pekerja mengalami diabetes
mellitus, dan 15 pekerja mengalami hiperkolesterol. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menganalisis faktor-faktor (intensitas kebisingan, usia, masa kerja,
kedisiplinan penggunaan earplug, hipertensi, DM, dan hiperkolesterol) yang
berpengaruh terhadap gangguan pendengaran sensorineural pada pekerja. Jenis
penelitian ini observasional analitik dengan desain cross sectional. Populasi
penelitian ini adalah 120 pekerja yang berasal dari bagian produksi,
maintenance, dan administrasi. Sampel penelitian berjumlah 66 responden,
dihitung secara proporsional sehingga didapatkan 29 responden berasal dari
bagian produksi, 13 responden berasal dari bagian maintenance, dan 24
responden berasal dari bagian administrasi. Analisis multivariat dengan regresi
logistik ganda menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh yaitu intensitas
kebisingan (OR= 13,153: p= 0,002), usia (OR= 11,838: p= 0,033), dan riwayat
hipertensi (OR= 14,368: p= 0,031). Disimpulkan bahwa intensitas kebisingan,
usia, dan riwayat hipertensi merupakan faktor risiko gangguan pendengaran
sensorineural pada pekerja di PT. X Semarang.
Kata Kunci
: Gangguan Pendengaran Sensorineural, Faktor Risiko
PENDAHULUAN
dalam telinga oleh gelombang longitudinal
Salah satu Penyakit Akibat Kerja (PAK)
yang
ditimbulkan
dari
getaran
dan
yang sering terjadi dalam dunia industri
merambat lewat udara atau penghantar
adalah
yang
lainnya yang mana tidak dikehendaki dan
disebabkan oleh kebisingan. Kebisingan
timbul di luar kemauan orang yang
diartikan sebagai sebuah bunyi atau suara
bersangkutan.1
yang
gangguan
didengar
pendengaran
sebagai
bentuk
WHO juga menyebutkan bahwa pada
rangsangan pada sel saraf pendengar
tahun 2014 ada 360 juta orang di dunia
359
JURNAL
KESEHATAN
MASYARAKAT
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN:
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal)
2356-3346)
(328 juta dewasa dan 32 juta anak-anak)
merupakan merupakan gangguan pada
yang memiliki gangguan pendengaran
sistem sensor yang letak masalahnya
yang diakibatkan oleh beberapa faktor
terdapat
termasuk akibat pajanan kebisingan yang
terutama
pada
berlebihan.
hearing
loss
World
Organization(WHO)
Health
tahun
pada
penurunan
2007
bagian
dalam
koklea.
telinga
Sensorineural
merupakan
pendengaran
gangguan
sensorineural
menyatakan bahwa prevalensi ketulian
yang dimulai pada frekuensi yang lebih
mencapai 4,2% di Indonesia.
tinggi (3000 Hz sampai 6000 Hz) dan
bertambah
Telinga yang terpapar bising dalam
parah
secara
berangsur-
jangka waktu yang lama dapat terusak
angsur yang diakibatkan oleh paparan
bagian dalamnya sehingga kemampuan
kronis
untuk
berlebihan dalam jangka waktu yang
mendengar
suara
berfrekuensi
meningkat
hingga
bising
mungkin
terhadap
terjadi
menetap.
yang
Beberapa penelitian menyatakan juga
2
bahwa ada hubungan usia, masa kerja,
dan
pendengaran
semenatara
bising
suara
berfrekuensi rendah tidak dapat didengar.
Efek
intensitas
lama.4
tinggi akan hilang bahkan kerusakan
dapat
dari
kedisiplinan
penggunaan
earplug
terhadap gangguan pendengaran pada
atau
pekerja.5,6
Apabila perubahan ambang
Beberapa
penelitian
juga
batas pendengaran bersifat reversibel
menyatakan bahwa hipertensi, diabetes
maka disebut pergeseran ambang batas
melitus, dan hiperkolesterol berpengaruh
pendengaran
terhadap
berkurangnya
ireversibel
sementara
dan
pendengaran
maka
disebut
bila
pendengaran
sensorineural. Hal ini disebabkan karena
bersifat
penyakit
pergeseran
ambang batas pendengaran permanen.
penurunan
3
seperti
melitus
dan
langsung
Dalam kasus NIHL (Noise Induced
hipertensi,
diabetes
hiperkolesterol
secara
dapat
mempengaruhi
Hearing Loss) yang banyak terjadi pada
pembuluh
pekerja
mengakibatkan menurunnya transportasi
di
berbagai
belahan
dunia
dilaporkan
termasuk
dalam
jenis
gangguan
pendengaran
nutrisi
dan
darah
secara
koklea
aliran
tidak
yang
langsung
mengakibatkan degenerasi sekunder pada
sensorineural
saraf pendengaran.7,8
yang khas sebagai lesi koklea dan lebih
jelas terlihat pada daerah frekuensi tinggi
PT. X Semarang merupakan sebuah
audiogram antara 3 kHz dan 6 kHz,
perusahaan yang bergerak di bidang
konfigurasi
disebut
industri pengolahan di Semarang. Produk
cekungan atau tukik di frekuensi 4 kHz.3
yang dihasilkan berupa Baja Lembaran
Gangguan
Lapis Seng. Kebisingan yang terdapat di
audiometri
pendengaran
ini
sensorineural
360
JURNAL
KESEHATAN
MASYARAKAT
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN:
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal)
2356-3346)
PT. X Semarang sudah melebihi NAB
lembaran
yang berlaku di Indonesia yaitu 85 dBA
pengukuran kebisingan yang dilakukan
untuk 8 jam kerja serta tidak sesuai
oleh peneliti, terdapat beberapa unit di
dengan
perusahaan yang intensitas kebisingannya
durasi
pajanan
yang
lapis
seng.
Dari
hasil
direkomendasikan NIOSH. Pekerja yang
melebihi
bekerja di PT. X mencapai usia 55 tahun.
Recoiler, Ketel, dan Diesel. Dari hasil
Pada survey pendahuluan pun ditemukan
pengamatan dan informasi yang teliti
pekerja
dapat,
banyak
yang
tidak
memakai
NAB
seperti
perusahaan
earplug. Diketahui juga adanya beberapa
pengendalian
pekerja yang memiliki hipertensi, diabetes
Secara
mellitus, dan hiperkolesterol.
melakukan
Corrugating,
belum
terhadap
teknik,
melakukan
kebisingan.
perusahaan
usaha
seperti
belum
memasang
Tujuan dari penelitian ini dilakukan
peredam pada mesin-mesin besar, atau
adalah untuk menganalisis faktor risiko
secara administratif seperti melakukan
(intensitas kebisingan, usia, masa kerja,
penyusunan jadwal kerja berdasarkan
kedisiplinan
perhitungandosis
hipertensi,
penggunaan
diabetes
hiperkolesterol)
earplug,
mellitus,
terhadap
dan
pemeriksaan
gangguan
paparanserta
kesehatanawal,
berkala
maupun pemerikasaan kesehatan secara
pendengaran sensorineural pada pekerja
khusus
yang
di
Bahkan,
perusahaan sendiri diketahui
PT.
X
Semarang.
Penelitian
ini
mencakup
audiomteri.
merupakan penelitian kuantitatif dengan
belum pernah melakukan pengukuran
jenis
observasional
pendekatan
cross
menggunakan
analitik
dengan
kebisingan di dalam perusahaan dan
sectional
dengan
pemeriksaan audiometri pekerja baik yang
multivariat.
dilakukan oleh pihak perusahaan sendiri
analisis
Populasi penelitian adalah pekerja di
atau
bagian
Sehingga
produksi,
maintenance
dan
dengan
bantuan
pihak
pemasangan
ketiga.
informasi
administrasi di PT. X Semarang sejumlah
intensitas kebisingan pun tidak tertera di
120 pekerja dan sampel adalah 66
dalam perusahaan untuk dibaca oleh
responden yang berasal dari produksi,
pekerja. Secara APD, perusahaan sudah
maintenance, dan administrasi.
menyediakan APD untuk telinga berupa
earplug, namun pemakaiannya terlihat
HASIL DAN PEMBAHASAN
tidak diawasi dan tidak ada sanksi khusus
A. Gambaran Perusahaan
untuk bentuk pelanggaran tersebut.
PT. X Semarang merupakan sebuah
perusahaan yang bergerak di bidang
industri pengolahan produk yang baja
361
JURNAL
KESEHATAN
MASYARAKAT
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN:
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
B. Hasil Analisis Univariat
Usia
Frekuensi
Responden
Jenis Kelamin
Frekuensi
Laki-laki
Perempuan
Total
57
9
66
Presentase
(%)
86,4
13,6
100,0
(e-Journal)
2356-3346)
Presentase
(%)
40 tahun
41
62,1
< 40 tahun
25
37,9
Total
66
100,0
Jumlah responden terbanyak berada
Berdasarkan tabel di atas dapat
responden
pada kategori usia lebih dari atau sama
terbanyak berjenis kelamin laki-laki yaitu
dengan 40 tahun yaitu 41 responden
sebanyak 57 orang (86,4%).
(62,1%) yang berasal dari semua bagian
diketahui
bahwa
jumlah
yaitu produksi sebanyak 16 responden,
Bagian di
Perusahaan
Produksi
Administrasi
Maintenance
Total
Frekuensi
29
24
13
66
Presentase
(%)
43,9
36,4
19,7
100,0
maintenance sebanyak 6 responden, dan
administrasi sebanyak 19 responden.
Masa Kerja
5 tahun
< 5 tahun
Total
Berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui
bahwa
jumlah
responden
terbanyak berasal dari bagian produksi
Frekuensi
Responden
responden
terbanyak
(77,3%)
masa kerja lebih dari atau sama dengan 5
tahunyaitu
Presentase
(%)
77,3
22,7
100,0
51
15
66
yaitu
terpajan
Kedisiplinan
Penggunaan
Earplug
Disiplin
Tidak disiplin
Total
51
dengan
Responden
yang
tiap
ruangan.
terpajan
intensitas
Presentase
(%)
25
17
42
59,5
40,5
100,0
responden (9,1%). Untuk riwayat penyakit
yang
DM, yang memiliki riwayat DM sebanyak 6
responden kunjungi dan durasi responden
di
Frekuensi
memiliki riwayat hipertensi sebanyak 6
responden dalam 8 jam kerja dengan
berada
responden
diketahui bahwa jumlah responden yang
perkiraan paparan yang diterima tiap
tersebut
52
Berdasarkan tabel di atas dapat
Hasil ini didapatkan dari penghitungan
ruangan-ruangan
sebanyak
(78,8%).
intensitas yang masih di bawah NAB.
memperhatikan
52
14
66
Presentase
(%)
78,8
21,2
100,0
Responden dominan sudah memiliki
yaitu sebanyak 29 orang (43,9%).
Intensitas
Kebisingan
Di bawah NAB
Di atas NAB
Total
Frekuensi
responden
(9,1%),
sedangkan
yang
memiliki riwayat hiperkolesterol sebanyak
15 responden (22,7%).
kebisingan yang melebihi NAB berasal
dari bagian produksi dan maintenance.
362
JURNAL
KESEHATAN
MASYARAKAT
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN:
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal)
2356-3346)
diabetes mellitus, sedangkan kedisiplinan
penggunaan
Gangguan
Pendengeran
Sensorineural
Tidak mengalami
Mengalami
Total
Jumlah
Frekuensi
Presentase
(%)
48
18
66
72,7
27,3
100,0
responden
yang
gangguan
pendengaran
diketahui
sebanyak
(27,3%).
Dari
18
secara
riwayat
statistik.
Sedangkan
melalui
perhitungan Prevalens Ratio, diketahui
bahwa intensitas kebisingan, usia, riwayat
hipertensi dan riwayat diabetes mellitus
memiliki
merupakan
gangguan
responden
responden,
dan
hiperkolesterol tidak memiliki hubungan
sensorineural
18
earplug
faktor
risiko
pendengaran
kejadian
sensorineural
pada pekerja (OR>1).
11
responden berasal dari bagian produksi, 4
responden
berasal
dari
D. Hasil Analisis Multivariat
bagian
maintenance, dan 3 responden berasal
P
OR
0,002
13,153
Usia
0,033
11,838
Riwayat
Hipertensi
0,031
14,368
dari bagian administrasi.
Variabel
Intensitas
Kebisingan
C. Hasil Analisis Bivariat
Variabel Bebas
Intensitas
Kebisingan
Usia
Masa Kerja
Kedisiplinan
Penggunaan
Earplug
Riiwayat
Hipertensi
Riwayat
Diabetes
Mellitus
Riwayat
Hiperkolesterol
Value
OR
CI 95%
0,000
10,75*
2,89-39,39
0,001
0,006
17,00*
0,654
2,09-138,08
0,53-0,79
0,542
1,488
0,413-5,351
0,005
18,07*
1,93-168,64
Berdasarkan pengujian regresi logistik
terdapat 3 variabel yang masuk dalam
model akhir multivariat, artinya 3 variabel
bebas
tersebut
mempengaruhi
0,043
6,57*
1,08-39,74
0,384
1,46
0,42-5,07
secara
variabel
bermakna
terikat,
yaitu
intensitas kebisingan, usia, dan riwayat
hipertensi.
Berdasarkan
disimpulkan
Pada tabel di atas diringkaskan hasil
CI 95%
2,678 64,591
1,215 115,35
1,277 161,67
hasil
bahwa
analisis,
dari
keseluruhan
analisis bivariat pada penelitian faktor
variabel
risiko
mempengaruhi gangguan pendengaran
gangguan
sensorineural
pada
pendengaran
pekerja
PT.
indenpenden
dapat
yang
sensorineural terdapat satu variabel yang
X
Semarang. Berdasarkan tabel tersebut,
paling
hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa
kebisingan di atas NAB (p = 0,002)
variabel
dengan PR sebesar 13,153 (CI 95% =
gangguan
yang
berhubungan
pendengaran
dengan
berpengaruh
yaitu
intensitas
2,678 - 64,591).
sensorineural
(p