18384 ID analisis faktor risiko gangguan pendengaran sensorineural pada pekerja pt x sema

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

ANALISIS FAKTOR RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN
SENSORINEURAL PADA PEKERJA PT. X SEMARANG
Sinta Marlina, Ari Suwondo, Siswi Jayanti

ABSTRAK
Gangguan pendengaran sensorineural merupakan gangguan pada sistem
sensor yang pada koklea. PT. X Semarang adalah perusahan manufaktur yang
memproduksi lembaran baja seng. Di perusahaan tersebut, terdapat beberapa
bagian kerja yang intensitas kebisingannya sudah melebihi NAB yaitu 86,9-93,6
dBA pada bagian produksi. Dari hasil audiometri, ditemukan 18 pekerja yang
memiliki gangguan pendengaran sensorineural. Dari hasil medical checkup,
diketahui terdapat 6 pekerja mengalami hipertensi, 6 pekerja mengalami diabetes
mellitus, dan 15 pekerja mengalami hiperkolesterol. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menganalisis faktor-faktor (intensitas kebisingan, usia, masa kerja,
kedisiplinan penggunaan earplug, hipertensi, DM, dan hiperkolesterol) yang
berpengaruh terhadap gangguan pendengaran sensorineural pada pekerja. Jenis
penelitian ini observasional analitik dengan desain cross sectional. Populasi

penelitian ini adalah 120 pekerja yang berasal dari bagian produksi,
maintenance, dan administrasi. Sampel penelitian berjumlah 66 responden,
dihitung secara proporsional sehingga didapatkan 29 responden berasal dari
bagian produksi, 13 responden berasal dari bagian maintenance, dan 24
responden berasal dari bagian administrasi. Analisis multivariat dengan regresi
logistik ganda menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh yaitu intensitas
kebisingan (OR= 13,153: p= 0,002), usia (OR= 11,838: p= 0,033), dan riwayat
hipertensi (OR= 14,368: p= 0,031). Disimpulkan bahwa intensitas kebisingan,
usia, dan riwayat hipertensi merupakan faktor risiko gangguan pendengaran
sensorineural pada pekerja di PT. X Semarang.
Kata Kunci

: Gangguan Pendengaran Sensorineural, Faktor Risiko

PENDAHULUAN

dalam telinga oleh gelombang longitudinal

Salah satu Penyakit Akibat Kerja (PAK)


yang

ditimbulkan

dari

getaran

dan

yang sering terjadi dalam dunia industri

merambat lewat udara atau penghantar

adalah

yang

lainnya yang mana tidak dikehendaki dan


disebabkan oleh kebisingan. Kebisingan

timbul di luar kemauan orang yang

diartikan sebagai sebuah bunyi atau suara

bersangkutan.1

yang

gangguan

didengar

pendengaran

sebagai

bentuk


WHO juga menyebutkan bahwa pada

rangsangan pada sel saraf pendengar

tahun 2014 ada 360 juta orang di dunia

359

JURNAL
KESEHATAN
MASYARAKAT
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN:
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

(e-Journal)
2356-3346)

(328 juta dewasa dan 32 juta anak-anak)

merupakan merupakan gangguan pada


yang memiliki gangguan pendengaran

sistem sensor yang letak masalahnya

yang diakibatkan oleh beberapa faktor

terdapat

termasuk akibat pajanan kebisingan yang

terutama

pada

berlebihan.

hearing

loss


World

Organization(WHO)

Health

tahun

pada

penurunan

2007

bagian

dalam

koklea.


telinga

Sensorineural

merupakan

pendengaran

gangguan

sensorineural

menyatakan bahwa prevalensi ketulian

yang dimulai pada frekuensi yang lebih

mencapai 4,2% di Indonesia.

tinggi (3000 Hz sampai 6000 Hz) dan

bertambah

Telinga yang terpapar bising dalam

parah

secara

berangsur-

jangka waktu yang lama dapat terusak

angsur yang diakibatkan oleh paparan

bagian dalamnya sehingga kemampuan

kronis

untuk


berlebihan dalam jangka waktu yang

mendengar

suara

berfrekuensi

meningkat

hingga

bising

mungkin

terhadap

terjadi


menetap.

yang

Beberapa penelitian menyatakan juga

2

bahwa ada hubungan usia, masa kerja,
dan

pendengaran

semenatara

bising

suara

berfrekuensi rendah tidak dapat didengar.

Efek

intensitas

lama.4

tinggi akan hilang bahkan kerusakan
dapat

dari

kedisiplinan

penggunaan

earplug

terhadap gangguan pendengaran pada

atau

pekerja.5,6

Apabila perubahan ambang

Beberapa

penelitian

juga

batas pendengaran bersifat reversibel

menyatakan bahwa hipertensi, diabetes

maka disebut pergeseran ambang batas

melitus, dan hiperkolesterol berpengaruh

pendengaran

terhadap

berkurangnya
ireversibel

sementara

dan

pendengaran

maka

disebut

bila

pendengaran

sensorineural. Hal ini disebabkan karena

bersifat

penyakit

pergeseran

ambang batas pendengaran permanen.

penurunan

3

seperti

melitus

dan

langsung

Dalam kasus NIHL (Noise Induced

hipertensi,

diabetes

hiperkolesterol

secara

dapat

mempengaruhi

Hearing Loss) yang banyak terjadi pada

pembuluh

pekerja

mengakibatkan menurunnya transportasi

di

berbagai

belahan

dunia

dilaporkan

termasuk

dalam

jenis

gangguan

pendengaran

nutrisi

dan

darah

secara

koklea

aliran

tidak

yang

langsung

mengakibatkan degenerasi sekunder pada

sensorineural

saraf pendengaran.7,8

yang khas sebagai lesi koklea dan lebih
jelas terlihat pada daerah frekuensi tinggi

PT. X Semarang merupakan sebuah

audiogram antara 3 kHz dan 6 kHz,

perusahaan yang bergerak di bidang

konfigurasi

disebut

industri pengolahan di Semarang. Produk

cekungan atau tukik di frekuensi 4 kHz.3

yang dihasilkan berupa Baja Lembaran

Gangguan

Lapis Seng. Kebisingan yang terdapat di

audiometri

pendengaran

ini

sensorineural

360

JURNAL
KESEHATAN
MASYARAKAT
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN:
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

(e-Journal)
2356-3346)

PT. X Semarang sudah melebihi NAB

lembaran

yang berlaku di Indonesia yaitu 85 dBA

pengukuran kebisingan yang dilakukan

untuk 8 jam kerja serta tidak sesuai

oleh peneliti, terdapat beberapa unit di

dengan

perusahaan yang intensitas kebisingannya

durasi

pajanan

yang

lapis

seng.

Dari

hasil

direkomendasikan NIOSH. Pekerja yang

melebihi

bekerja di PT. X mencapai usia 55 tahun.

Recoiler, Ketel, dan Diesel. Dari hasil

Pada survey pendahuluan pun ditemukan

pengamatan dan informasi yang teliti

pekerja

dapat,

banyak

yang

tidak

memakai

NAB

seperti

perusahaan

earplug. Diketahui juga adanya beberapa

pengendalian

pekerja yang memiliki hipertensi, diabetes

Secara

mellitus, dan hiperkolesterol.

melakukan

Corrugating,

belum

terhadap

teknik,

melakukan
kebisingan.

perusahaan

usaha

seperti

belum

memasang

Tujuan dari penelitian ini dilakukan

peredam pada mesin-mesin besar, atau

adalah untuk menganalisis faktor risiko

secara administratif seperti melakukan

(intensitas kebisingan, usia, masa kerja,

penyusunan jadwal kerja berdasarkan

kedisiplinan

perhitungandosis

hipertensi,

penggunaan
diabetes

hiperkolesterol)

earplug,

mellitus,

terhadap

dan

pemeriksaan

gangguan

paparanserta

kesehatanawal,

berkala

maupun pemerikasaan kesehatan secara

pendengaran sensorineural pada pekerja

khusus

yang

di

Bahkan,

perusahaan sendiri diketahui

PT.

X

Semarang.

Penelitian

ini

mencakup

audiomteri.

merupakan penelitian kuantitatif dengan

belum pernah melakukan pengukuran

jenis

observasional

pendekatan

cross

menggunakan

analitik

dengan

kebisingan di dalam perusahaan dan

sectional

dengan

pemeriksaan audiometri pekerja baik yang

multivariat.

dilakukan oleh pihak perusahaan sendiri

analisis

Populasi penelitian adalah pekerja di

atau

bagian

Sehingga

produksi,

maintenance

dan

dengan

bantuan

pihak

pemasangan

ketiga.
informasi

administrasi di PT. X Semarang sejumlah

intensitas kebisingan pun tidak tertera di

120 pekerja dan sampel adalah 66

dalam perusahaan untuk dibaca oleh

responden yang berasal dari produksi,

pekerja. Secara APD, perusahaan sudah

maintenance, dan administrasi.

menyediakan APD untuk telinga berupa
earplug, namun pemakaiannya terlihat

HASIL DAN PEMBAHASAN

tidak diawasi dan tidak ada sanksi khusus

A. Gambaran Perusahaan

untuk bentuk pelanggaran tersebut.

PT. X Semarang merupakan sebuah
perusahaan yang bergerak di bidang
industri pengolahan produk yang baja

361

JURNAL
KESEHATAN
MASYARAKAT
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN:
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

B. Hasil Analisis Univariat

Usia

Frekuensi

Responden
Jenis Kelamin

Frekuensi

Laki-laki
Perempuan
Total

57
9
66

Presentase
(%)
86,4
13,6
100,0

(e-Journal)
2356-3346)

Presentase
(%)

40 tahun

41

62,1

< 40 tahun

25

37,9

Total

66

100,0

Jumlah responden terbanyak berada

Berdasarkan tabel di atas dapat
responden

pada kategori usia lebih dari atau sama

terbanyak berjenis kelamin laki-laki yaitu

dengan 40 tahun yaitu 41 responden

sebanyak 57 orang (86,4%).

(62,1%) yang berasal dari semua bagian

diketahui

bahwa

jumlah

yaitu produksi sebanyak 16 responden,
Bagian di
Perusahaan
Produksi
Administrasi
Maintenance
Total

Frekuensi
29
24
13
66

Presentase
(%)
43,9
36,4
19,7
100,0

maintenance sebanyak 6 responden, dan
administrasi sebanyak 19 responden.
Masa Kerja
5 tahun
< 5 tahun
Total

Berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui

bahwa

jumlah

responden

terbanyak berasal dari bagian produksi

Frekuensi

Responden
responden

terbanyak

(77,3%)

masa kerja lebih dari atau sama dengan 5
tahunyaitu

Presentase
(%)
77,3
22,7
100,0

51
15
66

yaitu

terpajan

Kedisiplinan
Penggunaan
Earplug
Disiplin
Tidak disiplin
Total

51

dengan

Responden

yang

tiap

ruangan.

terpajan

intensitas

Presentase
(%)

25
17
42

59,5
40,5
100,0

responden (9,1%). Untuk riwayat penyakit

yang

DM, yang memiliki riwayat DM sebanyak 6

responden kunjungi dan durasi responden
di

Frekuensi

memiliki riwayat hipertensi sebanyak 6

responden dalam 8 jam kerja dengan

berada

responden

diketahui bahwa jumlah responden yang

perkiraan paparan yang diterima tiap

tersebut

52

Berdasarkan tabel di atas dapat

Hasil ini didapatkan dari penghitungan

ruangan-ruangan

sebanyak

(78,8%).

intensitas yang masih di bawah NAB.

memperhatikan

52
14
66

Presentase
(%)
78,8
21,2
100,0

Responden dominan sudah memiliki

yaitu sebanyak 29 orang (43,9%).
Intensitas
Kebisingan
Di bawah NAB
Di atas NAB
Total

Frekuensi

responden

(9,1%),

sedangkan

yang

memiliki riwayat hiperkolesterol sebanyak
15 responden (22,7%).

kebisingan yang melebihi NAB berasal
dari bagian produksi dan maintenance.

362

JURNAL
KESEHATAN
MASYARAKAT
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN:
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

(e-Journal)
2356-3346)

diabetes mellitus, sedangkan kedisiplinan
penggunaan
Gangguan
Pendengeran
Sensorineural
Tidak mengalami
Mengalami
Total

Jumlah

Frekuensi

Presentase
(%)

48
18
66

72,7
27,3
100,0

responden

yang

gangguan

pendengaran

diketahui

sebanyak

(27,3%).

Dari

18

secara

riwayat

statistik.

Sedangkan

melalui

perhitungan Prevalens Ratio, diketahui
bahwa intensitas kebisingan, usia, riwayat
hipertensi dan riwayat diabetes mellitus

memiliki

merupakan
gangguan

responden

responden,

dan

hiperkolesterol tidak memiliki hubungan

sensorineural

18

earplug

faktor

risiko

pendengaran

kejadian

sensorineural

pada pekerja (OR>1).

11

responden berasal dari bagian produksi, 4
responden

berasal

dari

D. Hasil Analisis Multivariat

bagian

maintenance, dan 3 responden berasal

P

OR

0,002

13,153

Usia

0,033

11,838

Riwayat
Hipertensi

0,031

14,368

dari bagian administrasi.

Variabel
Intensitas
Kebisingan

C. Hasil Analisis Bivariat
Variabel Bebas
Intensitas
Kebisingan
Usia
Masa Kerja
Kedisiplinan
Penggunaan
Earplug
Riiwayat
Hipertensi
Riwayat
Diabetes
Mellitus
Riwayat
Hiperkolesterol

Value

OR

CI 95%

0,000

10,75*

2,89-39,39

0,001
0,006

17,00*
0,654

2,09-138,08
0,53-0,79

0,542

1,488

0,413-5,351

0,005

18,07*

1,93-168,64

Berdasarkan pengujian regresi logistik
terdapat 3 variabel yang masuk dalam
model akhir multivariat, artinya 3 variabel
bebas

tersebut

mempengaruhi
0,043

6,57*

1,08-39,74

0,384

1,46

0,42-5,07

secara

variabel

bermakna

terikat,

yaitu

intensitas kebisingan, usia, dan riwayat
hipertensi.
Berdasarkan
disimpulkan

Pada tabel di atas diringkaskan hasil

CI 95%
2,678 64,591
1,215 115,35
1,277 161,67

hasil

bahwa

analisis,

dari

keseluruhan

analisis bivariat pada penelitian faktor

variabel

risiko

mempengaruhi gangguan pendengaran

gangguan

sensorineural

pada

pendengaran
pekerja

PT.

indenpenden

dapat

yang

sensorineural terdapat satu variabel yang

X

Semarang. Berdasarkan tabel tersebut,

paling

hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa

kebisingan di atas NAB (p = 0,002)

variabel

dengan PR sebesar 13,153 (CI 95% =

gangguan

yang

berhubungan

pendengaran

dengan

berpengaruh

yaitu

intensitas

2,678 - 64,591).

sensorineural

(p

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22