T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Adaptasi Verbal dan Nonverbal Mahasiswa UKSW yang Berasal dari Luar Jawa T1 BAB IV

BAB IV
PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

Dalam sebuah penelitian, siapa yang diteliti dan apa yang diteliti
merupakan dasar dari berlangsungnya penelitian tersebut. Begitu juga dalam
penelitian ini. Terdapat enam aktor yang berperan dalam penelitian ini, tiga
diantaranya merupakan aktor yang berasal dari Kalimantan (Suku Dayak), dan
tiga diantaranya berasal dari Papua. Kehidupan para aktor sebagai anak rantau
yang harus menyesuaikan diri dalam hal interaksi dengan lingkungan barunya dan
juga teman-teman sekitarnya yang berasal dari daerah yang berbeda, akan
mengarahkan para aktor pada penyesuaian tutur dan perilaku saat memberikan
respon dalam suatu interaksi. Berikut akan dijelaskan terlebih dahulu tentang
latarbelakang para aktor, hingga interaksi yang berlangsung dalam hal verbal dan
nonverbal yang akan menghantarkan para aktor pada satu adaptasi.
4.1 Latar Belakang Aktor
4.1.1. Aktor I (A1)
A1 berasal dari Papua Barat, khususnya di daerah kabupaten Tambrauw
yang merupakan daerah pemekaran. Tambrauw merupakan kabupaten yang
berada di daerah pegunungan. Jika dilihat dari peta di mana provinsi Papua
berbentuk seperti burung, daerah tempat tinggalnya berada pada bagian kepala
burung tersebut di antara kota Manokwari dan kota Sorong. Namun, umumnya

masyarakat kabupaten Tambrauw lebih sering berkunjung ke kota Manokwari
karena akses transportasi yang lebih mudah dan dinilai lebih dekat lokasinya.
Kabupaten Tambrauw terdiri dari beberapa distrik yaitu: Distrik Abun, Distrik
Amberbaken,Distrik Fef, Distrik Kebar, Distrik Kwoor, Distrik Miyah, Distrik
Moraid, Distrik Mubrani, Distrik Sausapor, Distrik Senopi, Distrik Yembun.
Dalam satu distrik pun bukan hanya terdapat satu suku, bisa dua bahkan tiga.
Pada distrik dimana ia tinggal terdapat 3 suku yaitu suku Karon, Mpur dan
Miun. A1 sendiri berasal dari suku Karon. Ayah dari A1 merupakan kepala distrik
di mana ia tinggal. Bahasa antara satu suku dengan suku yang lain pun berbeda.
24

Menurutnya bahasa suku Mpur dan Miun sedikit sama hanya berbeda pada
dialeknya, namun berbeda lagi dengan suku Karon. Karena perbedaan bahasa
antara satu suku dengan suku yang lain umumnya mereka menggunakan bahasa
Indonesia untuk berkomunikasi. Dalam keluarganya sendiri memang sudah
terbiasa menggunakan bahasa Indonesia sejak kecil. Namun, jika ada masyarakat
yang menjalin perkawinan silang antar suku, keturunan mereka akan diajarkan
bahasa dari kedua suku orang tuanya. Bukan hanya bahasa yang berbeda, adatistiadat sampai kepercayaan dari tiap-tiap suku pun berbeda.
4.1.2 AKTOR II (A2)
A2 lahir dan besar di kota Jayapura namun orangtuanya berasal dari suku

Serui tapi berbeda kampung. Ibunya lahir dan besar di Jayapura, ayahnya lahir
dan besar di Serui namun berkuliah dan bekerja di Jayapura. Lahir dan besar di
Jayapura membuat A2 tidak terlalu banyak mengetahui tentang daerah asal kedua
orangtuanya ini. Namun bukan berarti tidak tahu sama sekali dengan kebudayaan
Serui. Beberapa sapaan dan kebiasaan umum yang dilakukan suku Serui tetap
diajarkan oleh orangtuanya. Bahasa suku Serui dan Jayapura berbeda. Di Jayapura
pun pada bagian desa bahasa yang digunakan juga berbeda, namun pada kota
Jayapuranya sendiri umumnya mereka menggunakan bahasa Indonesia dengan
logat Papua. Dalam aktifitasnya di dalam keluarga, biasanya A2 menggunakan
bahasa Indonesia dan kadang dibiasakan oleh orang tuanya menggunakan bahasa
Serui untuk belajar.
Jayapura yang merupakan ibu kota provinsi Papua tidak hanya dihuni oleh
penduduk lokal, kini sudah banyak masyarakat rantau dari Jawa dan Madura yang
ada di sana. Sehingga memang di Jayapura sendiri sudah terbiasa menggunakan
bahasa Indonesia.
Sama halnya dengan A1, A2 pun terbiasa menggunakan bahasa Indonesia
dan itu terbawa sampai kepada saat ia kuliah dan bertemu dengan orang-orang
dari berbagai daerah. Hingga ia duduk di bangku kuliah dan mulai beradaptasi
dengan lingkungan barunya yang penuh dengan variasi budaya. Budaya-budaya
yang ada disekitarnya diakui cukup mempengaruhi gaya bahasa dari A2. Namun,


25

A2 merasa untuk tetap mempertahankan gaya bahasa aslinya karena dinilai
kurang cocok dengan bahasa sekitar ia tinggal sekarang.
A2 juga lebih sering terlihat bersama-sama dengan teman-teman yang dari
daerah asal yang sama. Hal ini karena A2 merasa lebih nyaman dalam hal
komunikasi jika bersama dengan teman-teman satu daerah asal.
4.1.3 AKTOR III (A3)
A3 lahir dan besar dari keluarga suku Biak. Dilihat dari silsilah keturunan
A3, nenek moyang mereka dari suku Biak Timur yang merantau ke Jayapura
sehingga orang tua A3 khususnya ayahnya yang besar dan lahir di Jayapura,
sedangkan ibunya lahir dan besar di Biak. Lalu orang tuanya memutuskan untuk
kembali ke Biak. Ketika A3 berpindah dari Jayapura ke Biak barulah ia
mempelajari kebudayaan yang ada di Biak.

Dalam kesehariannya di dalam

keluarga, A3 menggunakan bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan kadang bahasa
Biak. Menurutnya kini bahasa Biak sendiri bukan merupakan suatu keharusan

yang harus digunakan dalam keseharian khususnya dalam hal berkomunikasi.
Apalagi dengan perkembangan jaman dan teknologi yang menurutnya cukup
mempengaruhi aktifitasnya sehari-hari.
Menurutnya bahasa daerah asli Biak hanya digunakan oleh orang tua
(sesepuh) saja khususnya bagi mereka yang tinggal di pedesaan. Jika mereka yang
dari pedesaan datang ke perkotaan mereka akan berkomunikasi dengan
menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Biak. Namun, tidak
semua bahasa Biak dikuasai oleh mereka yang tinggal di perkotaan. Hal tersebut
dikarenakan setiap desa di Biak memiliki dialek yang berbeda-beda.
4.1.4 AKTOR IV (A4)
A4 lahir dan besar di keluarga Dayak. Dari kecil A4 sudah hidup mandiri
karena tinggal terpisah dengan orangtuanya, A4 tinggal di Pontianak dan
orangtuanya tinggal di daerah pedalaman karena tuntutan pekerjaan. Orangtuanya
berasal dari daerah dan suku yang berbeda, ayahnya berasal dari daerah hilir suku
Dayak Kanayan, sedangkan ibunya dari daerah hulu suku Dayak Desa.

26

Interaksi sehari-hari A4 menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini
dikarenakan perbedaan bahasa antara kedua orangtuanya. Menurut A4, jika ia

berbicara menggunakan bahasa suku dayak Kanayan atau bahasa dari suku
ayahnya, ibunya yang berasal dari suku Dayak Desa tidak akan mengerti apa yang
mereka bicarakan, begitu juga sebaliknya. Bahasa daerah hanya digunakan jika
mereka berbicara dengan orang-orang tua atau sesepuh yang berasal dari suku
Dayak mereka. Dari kecil memang A4 sudah dibiasakan menggunakan bahasa
Indonesia untuk memudahkan berkomunikasi dengan sesama dan mengerti saatsaat kapan menggunakan bahasa daerahnya.
Dalam dunia pendidikan dari SD-SMA, A4 bersekolah pada sekolah
swasta yang mayoritasnya bukan anak-anak pribumi. Sehingga A4 terbiasa
menggunakan bahasa Indonesia, bahasa Mandarin, dan bahasa Inggris. Pada
lingkungan tempat tinggalnya pun rata-rata orang Madura dan orang Melayu.
Terlihat dalam kesehariannya kini di bangku kuliah, A4 selalu
menggunakan bahasa Indonesia ketika berbicara dengan teman-temannya.
Menurutnya hal ini dilakukannya untuk memudahkan dalam berinteraksi dengan
teman-temannya yang berbeda daerah.
4.1.5 AKTOR V (A5)
A5 berasal dari suku Dayak Ngaju yang berasal dari daerah susur sungai
Kahayan. Orang tua A5 berasal dari satu suku yang sama namun berbeda daerah
tempat tinggalnya. Ibunya dari daerah susur sungai Kahayan dan ayahnya dari
susur sungai Barito.
A5


tinggal di kota Palangkaraya yang merupakan ibukota provinsi

Kalimantan Tengah. Di kota Palangkaraya bukan hanya terdapat suku Dayak,
namun juga ada beberapa suku yang sudah mulai masuk dan cukup masuk dalam
kategori mayoritas di Palangkaraya misalnya suku Madura, suku Banjar, suku
Jawa, dan suku Sunda. Hal itu pun juga mempengaruhi bahasa yang digunakan di
Palangkaraya. Dalam keseharian masyarakat disana menggunakan bahasa
Indonesia, bahasa Dayak dan bahasa Banjar.

27

Dalam keseharian A5 menggunakan bahasa Dayak. Hal ini dilakukan
sebagai bentuk pelestarian bahasa Dayak di dalam keluarga agar bahasa Dayak
tidak mudah dilupakan. A5 menjelaskan bahwa lebih merasa nyaman ketika
menggunakan bahasa Dayak.
4.1.6 AKTOR VI (A6)
A6 lahir dari keluarga Dayak Ngaju. Suku Dayak Ngaju merupakan suku
hasil dari pernikahan campur antara suku Dayak yang ada di bagian daratan dan
bagian susur sungai. Kedua orang tua dari A6 memang asli suku Dayak Ngaju,

namun memiliki keturunan yang dibedakan berdasarkan marga. Ibunya berasal
dari keturunan marga Gina Sangkar yang berasal dari susur sungai Kahayan,
sedangkan ayahnya berasal dari marga Kumbang yang berasal dari susur sungai
Barito.
A6 dan keluarganya berdomisili di kota Palangkaraya. Di kota
Palangkaraya bukan hanya terdapat orang-orang suku Dayak, tetapi juga suku
Banjar, suku Jawa, suku Batak, suku Madura, suku Bali, dan suku Sunda. Dalam
kesehariannya masyarakat di Palangkaraya menggunkana bahasa Indonesia,
bahasa Dayak dan Bahasa Banjar. Dengan banyaknya suku yang mulai masuk di
Kalimantan Tengah, membuat A6 dan keluarganya membiasakan menggunakan
bahasa daerah suku Dayak agar tidak dengan mudah dilupakan. Begitu juga
dengan adat-istiadat suku Dayak, dalam keluarganya pun masih tetap menjalankan
tradisinya sebagai seorang suku Dayak.
4.2 INTERAKSI AKTOR
Dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa
ingin berhubungan dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini merupakan dorongan
alami yang terjadi dalam diri setiap manusia untuk mengetahui lingkungan
sekitarnya dan peristiwa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu tersebut
membawa manusia untuk dapat berkomunikasi (Nasrudin.2015.135).
Keadaan manusia sebagai makhluk sosial juga membawa manusia dapat

mengatur atau mengontrol dirinya dalam membangun relasi dengan sesamanya.

28

Dalam arti bahwa ketika manusia membangun relasi atau hubungan dengan
manusia lainnya, masing-masing mengatur bagaimana ia harus bertindak dan
berperilaku sesuai dengan lingkungan sosialnya. Hal itu dilakukan sebagai upaya
agar dapat diterima dalam lingkungan tersebut. Apalagi jika lingkungan tersebut
merupakan lingkungan baru bagi kita yang memiliki tatanan sosial, norma,
budaya, dan bahasa yang berbeda. Oleh sebab itu perilaku kita dapat dibedakan
berdasarkan dengan siapa kita berkomunikasi. Begitu juga para aktor dalam
penelitian ini.
Awalnya dalam penelitian ini ingin melihat bagaimana interaksi yang
terjadi antara para aktor sebagai anak rantau dengan teman-teman yang berasal
dari Jawa, namun seiring dengan berlangsungnya penelitian ini dapat ditemukan
bahwa interaksi yang dilakukan oleh pada aktor bukan hanya tentang aktor dan
teman-teman yang berasal dari Jawa, tetapi dengan teman-teman yang berasal dari
daerah lain, bahkan teman-teman yang berasal dari daerah yang sama. Oleh
karena itu, interaksi para aktor dapat dikategorikan dalam beberapa bagian, yaitu
1) interaksi aktor dengan teman-teman yang berbeda budaya, termasuk

didalamnya teman-teman yang berasal dari daerah Jawa, dan 2) interaksi aktor
dengan teman-teman yang berasal dari satu daerah. Namun dalam pengamatan
yang dilakukan, hanya A4 yang ditemukan hanya berinteraksi dengan temanteman yang berbeda budaya. Berikut akan diuraikan berdasarkan masing-masing
aktor dengan interaksinya.
4.2.1 Interaksi A1
Interaksi A1 dengan teman-teman yang berbeda daerah dengannya terlihat
sangat baik. Dalam interaksi yang terjadi, ditemukan bahwa A1 akrab dengan
teman-teman yang berbeda budaya dengannya. Ia sering bersama dengan temantemannya yang berasal dari Solo, Salatiga, Toraja, Bandung, Pati, dan Ambon.
Interaksi A1 dengan teman-teman dekatnya merupakan bagian dari penyesuaian
diri A1 dengan lingkungan barunya. Dekat dan akrab dengan teman-teman yang
berbeda budaya dengannya diakui membutuhkan kerja ekstra apalagi ketika
mereka sedang duduk mengobrol, A1 harus bisa menyesuaikan dan mengartikan

29

apa yang dimaksudkan oleh teman-temannya. Di dalam kelas pun A1 terlihat
cukup baik dalam membangun relasi dengan teman-temannya, selain ke enam
temannya di atas. Dalam berinteraksi dengan teman-teman yang berbeda daerah
asal, A1 menggunakan bahasa Indonesia. Namun, sewaktu-waktu A1 juga pernah
tanpa sengaja mengunakan dialek Papua, seperti penyebutan-penyebutan dalam

panggilan kepada orang lain.
Interaksi berikutnya adalah interaksi antara A1 dengan teman-teman yang
sama-sama berasal dari Papua. Dalam hubungan antara A1 dengan teman-teman
yang satu daerah diakuinya tidak semua yang dikenalnya. Beberapa di antara
mereka hanya teman-teman yang pernah satu sekolah dengannya saja. Dengan
teman-teman yang satu program studi pun A1 hanya sekedar tahu jika mereka
sama-sama dari Papua tapi tidak terlalu mengenal karena perbedaan daerah tempat
tinggal.

A1 juga tidak tergabung dalam perhimpunan mahasiswa Papua.

Menurutnya ia tidak terlalu tertarik dengan hal-hal tersebut karena aktifitas
kampusnya cukup padat. A1 beberapa kali terlihat menghubungi teman-teman
Papuanya untuk meminta bantuan, dan dalam percakapan yang singkat dapat
menunjukan bahwa hubungan A1 dengan teman-temannya cukup baik, dilihat dari
respon teman-teman yang dimintai tolong.
4.2.2 Interaksi A2
Dalam interaksi A2 dan teman-teman yang berbeda daerah, tidak terlalu
sering terlihat interaksi terjadi. Jika interaksi berlangsung, lebih bayak mengarah
pada persoalan mata kuliah atau tugas kuliah. Selebihnya A2 tidak terlalu sering

terlihat bersama dengan teman-teman yang berbeda daerah. Duduk di dalam kelas
pun A2 terlihat duduk berdekatan dengan teman-teman yang satu daerah. Jika A2
duduk tidak bersamaan dengan teman-teman yang satu daerah, interaksinya akan
tetap dengan teman-teman yang satu daerah. Misalnya ketika A2 duduk di depan
teman-temannya, ia akan berusaha untuk tetap berinteraksi dengan temantemannya dengan cara menoleh ke belakang ataupun memberikan gerakangerakan yang mengajak untuk berinteraksi. Bahasa yang digunakan A2 ketika

30

melakukan interaksi dengan teman-teman yang berbeda daerah adalah bahasa
Indonesia. Hal ini dilakukan agar lebih mudah dipahami satu dengan yang lain.
Interaksi A2 dengan teman-teman yang berasal dari daerah yang sama
terlihat sangat dominan, dimulai dari kedatangan A2 ke kampus, saat duduk
menunggu kelas, duduk di kelas, selesai kelas, hingga aktifitas di luar kampus.
Dalam keseharian A2 memang lebih banyak bersama-sama dengan temantemannya yang berasal dari satu daerah. Hal ini karena A2 merasa lebih nyaman
jika berkomunikasi dengan mereka karena tidak harus menggunakan bahasa
Indonesia yang baku. A2 juga terlihat lebih dapat mengekspresikan dirinya ketika
bersama dengan teman-temannya yang satu daerah. Dari tawa, gurauan, ekspresi
dan perilaku nonverbal lainnya menunjukan jika A2 memang lebih bebas menjadi
diri sendiri. Jika di dalam kelas terdapat pembagian kerja kelompok, A2 akan
memilih teman-temannya yang satu daerah.
4.2.3 Interaksi A3
Interaksi yang berlangsung antara A3 dan teman-teman di lingkungan
kampus yang berbeda budaya tidak terlalu sering terjadi jika di luar aktivitas
kelas. Ketika interaksi terjadi, A3 akan menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini
dilakukannya agar terjadi satu pemahaman di antara keduanya. A3 pun jarang
terlihat bersama dengan teman-teman yang berbeda budaya. Di dalam kelas A3
tergolong orang yang cukup tenang, dan tidak terlalu banyak bicara namun aktif
dalam kuliah. Jika ada interaksi dengan teman-teman yang berbeda budaya atau
berbeda daerah, teman-teman tersebut kebanyakan berasal dari daerah timur
Indonesia seperti Ambon dan Sumba. Menurut A3, berteman dengan teman-teman
yang berasal dari daerah timur akan lebih mudah dalam hal penggunaan bahasa
saat interaksi dan lebih mudah dipahami.
Berbeda lagi dengan interaksi yang dilakukan antara A3 dengan temanteman yang satu daerah. A3 memang dalam kesehariannya lebih sering
menghabiskan waktunya dengan teman-teman yang berasal dari daerah yang
sama. Di dalam kelas, A3 selalu duduk berdekatan dengan teman-temannya.

31

Bahkan sampai kepada pemilihan kelompok A3 akan memilih teman-temannya
yang satu daerah. Ketika A3 bersama dengan teman-temannya yang satu daerah,
A3 akan menggunakan dialek daerahnya dan cenderung lebih lepas ketika
berbicara. A3 juga terlihat lebih bisa mengekspresikan dirinya ketika bersama
dengan teman-temannya.
4.2.4 Interaksi A4
A4 dalam interaksinya hanya ditemukan interaksi dengan teman-teman
yang berasal dari daerah berbeda. Hal ini dikarenakan latarbelakang A4 semasa
SD hingga SMA ia bersekolah pada sekolah swasta yang rata-rata siswanya bukan
penduduk lokal. Oleh sebab itu, A4 tidak terlalu mengenal teman-temannya satu
daerahnya. Hanya teman-teman yang pernah satu sekolah dengannya yang
dikenal, itupun hanya beberapa anak di UKSW. A4 juga mengakui bahwa dirinya
memang tidak terlalu mengekspos daerah asalnya kepada teman-temannya.
Interaksi yang terjalin antara A4 dan teman-temannya yang berasal dari
daerah yang berbeda tergolong cukup tertutup, dalam arti hanya orang-orang
tertentu yang menurutnya cocok yang bisa diterima olehnya. Menurut A4,
memang ia tidak terlalu bisa dekat dengan sembarangan orang. Dalam hal
kepercayaan, A4 memiliki pengalaman yang tidak mengenakkan hingga dirinya
menjadi orang yang tertutup. Namun bukan berarti A4 tidak memiliki teman
dekat. Teman dekat dari A4 berasal dari Manado, Papua, dan Kupang. A4 juga
menjalin hubungan spesial dengan seseorang yang berasal dari Bali. Dalam
interaksinya mereka tetap menggunakan bahasa Indonesia. Diakuinya bahwa
teman-temannya cukup mengenal dan mengetahui karakteristik dari pada A4,
sehingga ketika mereka berinteraksi masing-masing dari mereka tidak pernah
menggunakan bahasa daerah masing-masing.
4.2.5 Interaksi A5
Interaksi yang terjalin antara A5 dan teman-teman yang satu daerah
terlihat sangat baik. A5 temasuk dalam mahasiswa yang aktif dalam kegiatan yang
melibatkan etnisnya dan ia juga tergabung dalam perhimpunan mahasiswa

32

Kalimantan. A5 mengakui bahwa ia lebih nyaman ketika berinteraksi dengan
teman-teman yang satu etnis dengannya, karena dari segi bahasa yang digunakan
dan perilaku mereka sama-sama saling memahami. Ketika A5 berada bersamasama dengan teman-temannya yang satu daerah, A5 terlihat semangat dan
antusias. Tentunya dalam interaksi yang terjalin, A5 akan menggunakan dialek
daerahnya.
Kemudian ada interaksi yang terjalin antata A5 dan teman-teman yang
berbeda daerah. Interaksi ini dilihat dari bagaimana interaksi yang terjalin antara
A5 dan teman-teman satu program studi. Rata-rata teman-teman dalam program
studinya berasal dari daerah Jawa. A5 tergolong orang yang menunjukan sikap
terbuka dalam hal interaksi. A5 terlihat tidak membeda-bedakan dengan siapa ia
harus berinteraksi. Namun, A5 merasa kesulitan dalam menyesuaikan bahasa
yang digunakan ketika berkomunikasi dengan teman-temannya. Bahkan untuk
menggunakan bahasa Indonesia pun A5 masih merasa kesulitan ketika menyusun
kata-kata dan masih sering tiba-tiba menggunakan bahasa daerahnya.
4.2.6 Interaksi A6
Interaksi A6 dan teman-teman yang berbeda budaya terlihat cukup baik.
Dilihat dari bagaimana A6 bisa membuka obrolan dengan teman-temannya, ikut
bercanda, dan tidak pasif. A6 menggunakan bahasa Indonesia ketika
berkomunikasi dengan teman-temannya. Hal ini dilakukannya atas dasar
kesadaran diri sebagai anak rantau yang ada ditengah-tengah teman-teman yang
berasal dari Jawa. Bukan hanya itu, julukan Indoesia Mini juga mempengaruhi
keputusannya, karena menurutnya bahasa Indonesia bisa menjembatani interaksi
yang baik. Ketika bersama-sama dengan teman-temannya yang beda daerah, A6
terlihat cerewet dan bisa mengekpresikan dirinya. Ketika ada temannya yang baru
datang, ia akan menyapa temannya tersebut. Walaupun memang tidak semua
teman yang datang akan disapa.
Interaksi yang berikutnya adalah dengan teman-teman dari daerah yang
sama. A6 tergolong orang yang aktif dalam kegiatan etnis. Ia juga terlibat dalam

33

perhimpunan mahasiswa Kalimantan. Tentunya jika bersama-sama dengan temanteman satu etnis, ia akan menggunakan bahasa daerahnya. Ketika bersama dengan
teman-teman yang satu etnis, A6 manjadi orang yang lebih berekspresi dari pada
dengan teman-teman yang berbeda daerah. Hubungan antara A6 dengan temantemannya terlihat cukup dekat, karena A6 beberapa kali juga pernah dimintai
tolong untuk mengurus penampilan tari dari teman-teman etnisnya.
Interaksi pada para aktor dapat digambarkan dengan singkat pada tabel
berikut :
AKTOR

BEDA DAERAH

SAMA DAERAH

ASAL

ASAL

A1

+

-

A2

-

+

A3

-

+

A4

-

-

A5

+

+

A6

+

+

Sumber : Diolah dari data primer, Nikijuluw 2017.

Tabel 4.1. Ringkasan Interaksi Para Aktor

Keterangan :
1. Tanda (+) menunjukan adanya hubungan interaksi yang baik antara
para aktor dengan teman-temannya yang berbeda daerah asal atapun
yang sama daerah asalnya.
2. Tanda (-) menunjukan hubungan interaksi yang kurang baik antara
para aktor dengan teman-temannya yang berbeda daerah asal atapun
yang sama daerah asalnya.
Dalam interaski yang terjalin oleh para aktor baik dengan teman-teman
yang berbeda daerah ataupun yang satu daerah menunjukan bahwa tidak semua

34

interaksi dengan teman-teman yang satu daerah akan terjalin dengan baik, dan
interaksi dengan teman-teman yang berbeda daerah akan tidak baik. Masingmasing aktor menentukan pilihannya untuk membuka dirinya terhadap lingkungan
sekitarnya.
4.3 Komunikasi Verbal dan Nonverbal
4.3.1 Komunikasi Verbal
Komunikasi Verbal merupakan suatu sarana utama untuk mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan harapan kepada orang lain (Suranto.2010:127). Komunikasi
verbal dikemas dalam dua cara yaitu vokal atau lisan dan non-vokal atau tulisan.
Namun dalam penelitian ini lebih memfokuskan pada verbal dalam cara vokal
atau lisan (bahasa). Dalam komunikasi verbal, kita membangun makna melalui
dialog yang kita bawa di dalam kepala kita sendiri. Komunikasi verbal juga
dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya :
a. Denotative and Conotative meaning (pemaknaan)
b. Vocabulary (perbendaharaan kata)
c. Pacing (kecepatan)
d. Intonation (nada suara)
e. Clarity and brief (kejelasan dan keringkasan)
f. Timing and relevance (ketepatan dan relevansi)
(Kurniawati.2014:27).
Penelitian ini lebih memfokuskan pada faktor verbal vocabulary
(perbendaharaan kata) dan Intonation (nada suara). Perbendaharaan kata atau
vocabulary merupakan sekumpulan kata-kata yang akan menghantarkan para
pelaku

komunikasi

pada

satu

pengertian.

Dengan

kata-katalah

kita

mengungkapkan apa yang kita rasa dan apa yang kita pikirkan. Semakin banyak
kata-kata yang kita tahu, semakin besar pula peluang kita untuk bisa
mengkomunikasikan sesuatu dengan jelas kepada orang lain. Kata-kata tersebut
kita terima dari hasil interaksi kita dengan orang lain.

35

Apalagi jika kita

berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda daerah yang tentunya memiliki
bahasa yang berbeda.
Selanjutnya intonation (nada suara). Ketika kualitas vokal memiliki
banyak komponen, perbedaan budaya kelihatan jelas dari volume suara. Dalam
hal ini parabahasa menolong seseorang untuk dapat menarik kesimpulan tentang
orang lain dari segi asal budaya, keadaan emosi, status sosial ekonomi, tinggi
badan, berat badan, usia, inteligensi, ras, latar belakang regional, dan tingkat
pendidikan (Samovar, Larry dan McDaniel, 2010 : 320).
Dalam interaksi yang terjadi pada para aktor, dari kedua faktor ini, faktor
vocabulary merupakan faktor yang masih sulit untuk disesuaikan oleh para aktor.
Perbendaharaan kata ini tidaklah gampang untuk digunakan. Namun untuk faktor
ini, akan dialami oleh para aktor dengan sendirinya berdasarkan siapa saja yang
berinteraksi dengan para aktor. Sedangkan untuk faktor intonation, para aktor
terdengar tetap menggunakan nada suara khas dari masing-masing daerahnya.
A1 yang awalnya sangat kental menggunakan dialek Papua dan bahasa
Indonesia, kini dalam percakapannya ia sudah menggunakan beberapa kata
pengganti dalam bahasa sehari-hari lingkungan setempat secara umum seperti,
‘nggak’, ‘tok’, ‘telat, ‘ngomong’ dan lain sebagainya. A2 dan A3, memang dalam
interaksinya juga menggunakan beberapa kata pengganti seperti kata ‘nggak’,
namun kedua aktor tersebut lebih sering menggunakan bahasa Indonesia baku.
Mereka menilai jika menggunakan kata pengganti seperti dalam penyebutan diri
‘aku’, atau kata ‘kamu’, itu bukan seperti mereka yang sesungguhnya, dan bagi
mereka itu hal yang aneh untuk diucapkan. Sedangkan A5 dan A6 dalam
interaksinya juga mengadopsi beberapa kata umum yang sering digunakan
masyarakat atau pun teman-teman setempat seperti ‘aku’, ‘kamu’, ‘sek’, ‘nggak’,
‘ta’ dan lain sebagainya. Ketika di tanya tentang bagaimana caranya berinteraksi
dengan teman-teman yang berbeda budaya dari segi bahasa dan perilaku yang
digunakan, para aktor memiliki jawab yang berbeda-beda. A1 menjawab bahwa
ketika ia bersama dengan teman-teman satu gengya ia akan tetap menggunakan
dialek Papua bercampur bahasa Indonesia. Hal ini dilakukan karena ia merasa
nyaman ketika tetap menggunakan dialek Papua seperti ‘sa’, ‘ko’, ‘tra’, ‘dorang’
36

dan lain sebaginya. Aktor I mengatakan bahwa dari sisi teman-temannya pun tetap
menerima dia dengan gaya bahasa yang ia gunakan.
A2 Dalam interaksi dengan teman-teman yang berbeda budaya, juga
menggunakan dialek Papua dengan bahasa Indonesia. Namun berbeda dengan A1,
untuk penyebutan diri seperti ‘saya’ A1 tetap menggunakan ‘saya’ sedangkan A1
menggunakan ‘sa’. A3, A4 dan A6 memiliki tanggapan yang sama dalam
interaksinya. mereka lebih sering menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini
dilakukannya karena mereka berpikir bahwa jika berbicara dengan dialek daerah
mereka, teman-teman lainnya tidak akan mengerti apa yang ia maksudkan.
Sedangkan untuk A5 dalam interaksinya ia menggunakan dialek Kalimantan dan
Bahasa Indonesia. Ia menilai lebih nyaman dan masih sering bingung jika
menggunakan hanya bahasa Indonesia.
A4 dalam interaksinya memang sering menggunakan bahasa Indonesia,
untuk sampai kepada pengaruh bahasa teman-teman sekitar yang berbeda budaya
menurutnya tidak terlalu berpengaruh, bahkan untuk lingkungan dimana ia
sekarang. Hal ini di karenakan ketidakadanya ketertarikan dari A4 untuk
mempelajari hal tersebut, bahkan ia menolak untuk bisa mengetahui hal tersebut.
Namun A4 pernah memiliki pengalaman jika ia pernah dulu berteman dengan
teman-teman yang berasal dari Kupang, dan gaya bahasa atau dialeknya pun
berubah secara otomatis mengikuti teman-temannya yang berasal dari Kupang,
kira-kira berjalan satu semester.

Selebihnya kembali seperti semula dengan

menggunakan bahasa Indonesia. Ketika berinteraksi dengan teman-temannya
yang berbeda budaya, diakui bahwa teman-temanNYA cukup mengetahui seperti
apa A4 dalam hal karakter, kesukaan, ketidaksukaan, bahkan sampai gaya bahasa,
sehingga dari pihak teman-temannya pun mereka juga menghargainya dengan
berinteraksi menggunakan bahasa Indonesia.

37

Berikut beberapa kata yang mempengaruhi gaya bahasa para aktor dalam
interaksinya :
AKTOR

DAERAH

KATA

A1

Jawa

nggak, tok, telat, ngomong

Ambon

beta, seng

Jawa

nggak, wes

Ambon

beta, seng

Kupang

be

A3

Jawa

nggak

A4

Jawa

ta, wes, nggak, aku, kamu

Kupang

be, lu

A5

Jawa

aku, kamu, nggak, ora, manut, wes

A6

Jawa

ora, nggak, aku, kamu, wes

A2

Sumber : Diolah dari data primer, Nikijuluw 2017.

Tabel 4.2. Kata-Kata Serapan Para Aktor

Dalam komunikasi, manusia saling pengaruh-mempengaruhi timbal balik
sehingga terbentuklah pangalaman ataupun pengetahuan tentang pengalaman
masing-masing yang sama (Suranto.2010:77). Dari tabel diatas, dapat dilihat
bahwa interaksi para aktor dengan teman-teman yang berbeda budaya dengan
mereka cukup mempengaruhi gaya bahasa yang digunakan para aktor. Sadar atau
tidak sadar, hal tersebut akan teradopsi dengan sendirinya.
4.3.2 Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah pesan-pesan komunikasi yang berbentuk
gerak-gerik, sikap, ekpresi wajah, pakaian yang bersifat simbolik, suara dan
lambang atau simbol lain yang mengandung arti (Suranto.2010:146). Perilaku
nonverbal juga disampikan kerana dorongan dan motivasi oleh hal-hal atau
keinginan-keinganan

tertentu.

Misalnya

ketika

seseorang

tersenyum,

mengangguk, menangis, menunjukan jam, melambaikan tangan, dan lain

38

sebagainya. Biasanya hal tersbebut dilakukan sebagai isyarat perasaan atau emosi
seseorang terhadap orang lain.
Berikut beberapa bentuk komunikasi nonverbal yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu :
1. Gerakan Tubuh : ada 3 klasifikasi yang dibuat oleh Paul Ekman dan
Wallace V. Friesen (1969) yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Emblim (Emblems) = perilaku nonverbal yang secara langsung dapat
menerjemahkan kata atau ungkapan. Misalnya menunjukan ibu jari
(jempol) sebagai isyarat ‘OK’, mendekatkan jari telunjuk untuk
menunjukan larangan ‘jangan ribut atau harap tenang’.
b. Ilustrator = perilaku nonverbal yang digunakan sebagai pendukung
verbal dengan mengilustrasikan pesan verbal tersebut. Misalnya anda
akan menggerakan tangan dan memperagakannya ketika anda sedang
menjelaskan tentang sebuah ukuran ‘besar atau kecil’.
2. Regulator = tipe ini bisa disebut

sebagai pengendali

atau pengatur,

pemantau, pemelihara dalam pembicaraan orang lain. atau gampangnya,
kita biasanya akan memberikan respon seperti memberikan suara ‘m-mm’, mengangangguk, mengerutkan kening atau bibir kita, menyesuaikan
fokus mata sebgai isyarat bahwa anda mendengarkan dengan baik, anda
mulai bosan, penasaran dll.
3. Jarak = jarak intim 15-45cm, jarak pribadi = fasa dekat 45-75 cm, fasa
jauh 75-120 cm, Jarak Sosial 120-210cm, jarak publik 360-450cm.
4. Sentuhan : ada 3 makna sentuhan yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu :
a. Bercanda = terkadang keinginan untuk bercanda itu dikomunikasikan
dengan cara yang penuh kasih sayang ataupun secara agresif. Bila
seseorang mengkomunikasikan afeksi dan agresi dengan cara
bercanda, emosi akan kendur dan ini mengisyratkan kepada orang lain
untuk

tidak

memandangnya

memeriahkan interaksi.

39

terlalu

serius/sentuhan

canda

b. Mengarahkan atau mengendalikan = sentuhan ini biasanya dilakukan
untuk menarik perhatian lawan bicara. Seseorang biasanya menyentuh
untuk mengkomunikasika ‘ pindahlah’, ‘cepat’, ‘tetaplah disini’, atau
‘kerjakan’.
c. Ritual = terpusat pada salam dan perisahan. Misalnya menjabat tangan
sambil mengatakan ‘hallo’ atau ‘sampai jumpa’. Sentuhan ritual juga
meliputi pelukan, ciuman, atau meletakan lengan anda di bahu orang
lain ketika memberi salam atau mengucapkan salam perpisahan.

40

AKTOR

A1

GERAKAN TUBUH
EMBLIM
REGULASI dan
ILUSTRASI
1.

Menaikan alisnya
sebagai ganti kata
‘iya’

A2

1.

Menaikan alisnya
sebagai isyarat
‘iya’

A3

1.

Menaikan
keningnya saat
mengatakan ‘iya’
Mengisyaratkan
diam dengan
mendekatkan jari
telunjuk pada

2.

JARAK

1. Menatap kearah teman 1.
yang berbicara ketika
sedang mengobrol
2. Menggunakan ‘emm’,
‘hmm’, ‘ish’, sambil
mengangkat keningnya
atau mengerutkan
keningnya saat
merespon pada lawan
bicara.
1. Memperhatikan dan
1.
menatap ke arah lawan
bicara ketika sedang
2.
mengobrol
2. Menggunakan ‘hmm’,
‘mm’, mengangguk
dan menggelengkan
kepala ketika
meresponi lawan
bicara.

Jarak percakapan
aktor dan temanteman sekitarnya 5570cm

1. Merespon ‘hmm’,
‘mmm’, mengangguk
dan menggelengkan
kepala saat merespon
pada teman-temannya.
2. Mengerutkan keningnya
ketika temannya

Jarak antara A3
dengan temantemannya sekitar 4555cm.
Dikelas A3 duduk
satu seret dengan
teman-teman yang

1.

2.

SENTUHAN
BERCANDA dan
MENGENDALIKAN
1.

A1 sangat suka tertawa
ketika mengobrol
dnegan teman-temannya
atau dengan siapapun

1.

2.

Jarak antara aktor
dan teman-teman
sekitarnya 45-55cm
Dikelas A2 sering
duduk berdekatan
dengan teman-teman
dari daerah asal
sama.

41

1.

RITUAL

A1 akan mengucapkan
‘daa’ sambil
melambaikan tangan
ketika berpisah dengan
teman-temannya.
Mengucapkan terima
kasih ketika ditolong
temannya.

Mencolek temannya
1. Memanggil nama
ketika temnanaya ribut
temannya jika bertemu
sendiri atau marahsebelum masuk kelas
2. Mengatakan ‘daa’ sebagai
marah.
salam perpisahan dengan
2. Tersenyum dan tertawa
lepas ketika bersama
teman-temannya.
dengan temantemannya
3. Menarik tangan
temannya untuk pergi,
ketika temannya
berlama-lama.
1. Menyenggol
temannya 1. Menucapkan ‘daaa’
jika ada teman yang
sebagai salam
melakukan kesalahan
perpisahan.
2. Merangkul temannya saat 2. Memanggil temannya
berjalan
ketika bertemu dijalan
3. Menepuk bagian koson
sebelum kelas
disebelah
tempat

mulut

A4

1.

Menaikan
keningnya saat
mengatakan ‘iya’

A5

1.

Menaikan
keningnya saat
mengatakan ‘iya’

A6

1.

Menaikan
keningnya saat
mengatakan
‘iya’

berbicara sambil
memperhatikan
temannya.

berasal dari daerah
asal yang sama.

duduknya
jika
ada
temannya
yang
baru
datang, sebagai isyarat
menyuruh
duduk
disampingnya.
4. Akan tertawa lepas jika
bersama dengan temantemanya

Merespon ‘hmm’,
1.
‘mmm’, mengangguk
dan menggelengkan
kepala saat temannya.
2. Melihat ke arah teman
yang berbicara.
1. Meresponi lawan
1.
bicara dengan ‘hmm’,
‘mmm’, mengangguk
dan menggelang.

Jarak antara A4 dan
teman-temannya 6070cm.

1.

1.

Jarak antara A6 dan
teman-temannya
sekitar 45-55cm

1.

Meresponi temannya
dengan ‘hmm’,
‘mmm’, mengangguk
dan menggelang.

1.

Jarak antara A5 dan
teman-temannya 4555cm.

Jika berbicara A4
biasanya sambil
tersenyum

1.

1.

Merangkul temannya
1.
jika berjalan
2. Tertawa lepas ketika
bersama dengan temantemannya
3. Memukul pelan pada
temannya ketika sedang
bercerita dan itu
merupakan cerita lucu.
1. Saat mengobrol, A6
1.
sering tertawa
2. bisa tertawa lepas ketika
bersama teman-temannya

Sumber: Diolah dari Data Primer, Nikijuluw 2017

Tabel 4.3 Perilaku Nonverbal Para Aktor Dengan Teman-Teman Dari Satu Daerah Asal

42

Ketika bertemu dengan
teman satu daerah yang
ia kenal, ia akan
melmbaikan tangan atau
tersnyum pada
temannya.
Mengucapkan ‘daaa’
saat berpisah dengan
teman-temannya sambil
melambaikan tangan

Mengucapkan ‘daa’
ketika berpisah, dan
memaggil temantemannya dengan
nama mereka ketika
bertemu.

AKTOR

A1

GERAKAN TUBUH
EMBLIM
REGULASI dan
ILUSTRASI
1.

2.

A2

A3

1.

Menaikan
1.
alisnya sebagai
ganti kata ‘iya’
Menaikan
2.
kedua jempol
sebagai isyarat
‘OK’
Menaikan
keningnya
sebagai isyarat
‘iya’

1. Menaikan
keningnya saat
mengatakan ‘iya’
2. Mendekatkan jari
telunjuk pada
mulutnya sebagai
isyarat diam saat

Menatap kearah teman
yang berbicara ketika
sedang mengobrol
Menggunakan ‘emm’,
‘hmm’, ‘aa’, sambil
mengangkat keningnya
saat merespon pada
lawan bicara.
1. Memperhatikan dan
menatap ke arah lawan
bicara ketika sedang
mengobrol
2. Menggunakan ‘hmm’,
‘mm’, mengangguk
dan menggeleng ketika
meresponi lawan
bicara.
3. Tangannya akan
bergerak seperti orang
melambaikan tangan
saat mengisyaratkan
‘tidak’
1. Merespon ‘hmm’,
‘mmm’, mengangguk
dan menggeleng pada
lawan bicara
2. Menggerakan tangan
saat menjelaskan
sesuatu, seperti

JARAK

SENTUHAN
BERCANDA dan
MENGENDALIKAN

1. Jarak percakapan
aktor dan temanteman sekitarnya 4555cm
2. Didalam kelas duduk
sejejer dengan
teman-teman yang
beda budaya.
1. Jarak antara aktor
dan teman-teman
sekitarnya 55-70cm
2. Dikelas jika A2
duduk dengan teman
yang berbeda daerah
asal, A2 akan tetap
banyak berinteraksi
dengan teman-teman
dari daerah yang
sama.

1.

1.

1. Akan tersenyum dengan
orang yang ia sudah
pernah temui sebelumnya.

Jarak antara A3 dan
teman-teman yang
berbeda daerah asal
55-70cm

43

A1 sangat suka tertawa
ketika mengobrol
dengan teman-temannya
atau dengan siapapun

1. ketika A2 ingin
menanggapi atau memulai
interaksi dengan temanteman yang berbeda budaya,
A2 akan mencolek
temannya terlebih dahulu

1.

RITUAL

A1 akan mengucapkan
‘daa’ sambil
melambaikan tangan
ketika berpisah dengan
teman-temannya.

A4

A5

1.

teman-temannya
ribut.
Menaikan
keningnya saat
mengatakan ‘iya’

1. Menaikan
keningnya saat
mengatakan ‘iya’

ukuran, dan tempat.
1. Merespon ‘hmm’,
‘mmm’, mengangguk
dan menggeleng pada
lawan
2. bicara.Melihat ke arah
lawan bicara
1.

2.

A6

1.

Menaikan
keningnya saat
mengatakan ‘iya’

1.

Menutup muka dengan
kedua tangannya
ketika menceritakan
sesuatu yang ragu
untuk diceritakan
Meresponi lawan
bicara dengan ‘hmm’,
‘mmm’, mengangguk
dan menggelangkan
kepalanya.
Meresponi lawan
bicara dengan ‘hmm’,
‘mmm’, mengangguk
dan menggelangkan
kepalanya.

1 . Jarak antara A4
1.
dengan teman-temannya
45-55cm.
2.

1.

Jarak antara A5 dan
teman-temannya 5570cm.

1.

Jarak antara A6 dan
teman-temannya
sekitar 55-70cm

1.

Jika berbicara A4
biasanya sambil
tersenyum.
Bisa tertawa lepas dan
bercerita lama dengan
teman-temannya.

1.

Mengucapkan ‘daa’
ketika berpisah dengan
teman-temannya.

Ketika berbicara, A5
biasanya sambil
tersenyum.

1.

Mengucapkan ‘daaa’
saat berpisah dengan
teman-temannya sambil
melambaikan tangan

1.

1.

Ketika bertemu temantemannya, A6 akan
menyapa temantemannya.

2.

Saat mengobrol, A6
sering tertawa.
Jika temantemannya tiba-tiba
datang dan duduk di
pangkuannya, A6
akan mendorong
temannya tersebut,
sambil tertawa.

Sumber: Diolah dari Data Primer, Nikijuluw 2017.

Tabel 4.4 Perilaku Nonverbal Para Aktor Dengan Teman-Teman Berbeda Daerah Asal

44

Kedua tabel diatas menunjukan perbedaan perilaku nonverbal yang dtunjukan
para aktor ketika berinteraksi dengan teman-teman yang bebeda daerah asal dan dari
daerah asal yang sama. Terlihat bahwa variasi perilaku nonverbal banyak ditemukan
ketika para aktor berinteraksi dengan teman-temannya yang berasal dari daerah asal
yang sama. Memang hal ini tidak berlaku kepada keseluruhan teman-teman yang
berasal dari daerah asal sama. Hanya kepada teman-teman yang sering bersama
dengan para aktor saja.
Dari aspek gerak tubuh, umumnya para aktor dalam interaksinya dengan
teman-teman yang satu daerah atau berbeda daerah memiliki gerak tubuh yang sama,
baik pada emblim ataupun pada regulasi dan ilustrasi. Pada aspek jarak, ditemukan
dua perbedaan yang terjadi pada A1 dan A4 dengan aktor lainnya, diamana kedua
aktor tersebut memiliki jarak kedekatan 45-55cm dengan teman-teman yang berbeda
budaya dengannya dibanding dengan teman-teman yang satu daerah. Pada aspek
sentuhan, juga ditemukan memiliki variasinya sendiri tergantung dengan siapa para
aktor berinteraksi.

45

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24