6 MANAJEMEN ORGANISASI PONDOK PESANTREN

6
MANAJEMEN ORGANISASI PONDOK PESANTREN

F aruq Tri F auzi *

*STAI Muhammadiyah Tulungagung
faruq_tf@yahoo.com
Abstract

Boarding organization was important in order to deliver the
organization's progress. Role of Pesantren help in learning
framework motivation organizational behavior related to
creativity. Thus management education is the dominant factor in
the framework of a nation's progress. Stigma would adversely
boarding school management Pesantren in the state seems to
have not gone right. Entering the era of globalization today, the
existence of Pesantren as the oldest Islamic institution in the
state would be managed manaj with more professional if do not
want to be left as the stakeholder community. Today's global
current information and knowledge to make the world more
accessible community. For it not to look for the possibility that

once made Pesantren Islamic study center and a practitioner at
once, that in time became interested in it and left the service user
community. To the mutual duty of the governor / nanny Pesantren
do and make efforts and improve strategies so that Pesantren as
Islamic educational institutions have their own specia l features in
time reference of Muslims in the wor ld. They will then be turned
toward Pesantren and make Pesantren as the primary alternative
community education.

Kata kunci: Organisasi, Manajemen, Pondok Pesantren, Visi
Misi, Nilai- nilai.

Pendahuluan
Secara sederhana dan dalam pengertian yang umum, organisasi diartikan
sebagai struktur dan pembagian tugas. Stephen P. Robbins mendefinisikan
organisasi sebagai berikut, “Organization is a consciously coordinated social

76 Edukasi , Volume 0 1, No mor 01, Ju ni 201 3: 0 75- 091

units, composed of two or more people, that function on a relatively continuous


basis to achieve a common goal or set of goals” (Robbins, 1986:5).
Pandangan yang lain datang dari Gibson. Menurutnya, “Organisasi pada
dasarnya merupakan suatu bentuk kerja sama antar individu dan merupakan pula
proses penggabungan aktivitas untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya” (Gibson, 1997:8). Pada hakekatnya organisasi tidak akan mampu
berdiri sendiri. Organisasi merupakan bagian dari sistem yang lebih besar dengan
memuat banyak unsur lain seperti pendidikan, politik, pemerintahan, dan
organisasi lainnya.Lebih lanjut lagi Robbins menjelaskan bahwa suatu organisasi
dibangun untuk mencapai tujuan, karenanya harus fleksibel, tidak kaku, memiliki
sistem terbuka, rasional dan konstelatif serta mengikuti perkembangan dan
kemajuan teknologi (Yudiati, 2005:44). Menurutnya organisasi memiliki paling
tidak 4 pilar utama, yakni : (1) Organisasi sebagai sistem; (2) Adanya pola
aktivitas; (3) Adanya sekelompok orang; (4) Adanya tujuan yang ditetapkan
sebelumnya.
Dari

pengertiantersebut

terdapatduakatakuncidalamorganisasiyaitu:


sekumpulanorangdansistem. Dua hal tersebut tidak bias terpisahkan dan saling
terkait satu sama lain. Artinya tidak bias dikatakan organisasi jika hanya ada
sekumpulan orang tanpa adanya system yang mengatur. Begitu juga sebaliknya,
bukan organisasi jika hanya ada suatu system tetapi tidak ada yang menjalankan
system tersebut.
Organisasi pesantren memang penting dalam rangka mengantarkan
kemajuan organisasi. Pesantren berperan membantu dalam rangka pembelajaran
perilaku organisasi berkaitan dengan memotifasi kreatifitas. Dengan demikian
manajemen pendidikan merupakan faktor yang dominan dalam kerangka
kemajuan suatu bangsa.
Stigma buruk akan manajemen pondok pesantren (Pondok Pesantren) di
negeri ini nampaknya belum lenyap betul. Jeleknya manajemen Pondok Pesantren
menyebabkan institusi pendidikan nonformal ini dianggap sebagai lembaga
pendidikan yang tetap melanggengkan status qua- nya sebagai institusi pendidikan
yang tradisional, konservatif, dan terbelakang. Anehnya institusi pendidikan ini

M anajemen Organisasi Pondok Pesantren – Faruq Tri Fauzi

77


tetap diminati masyarakat dan tetap eksis dari tahun ke tahun. Namun demikian
tidak sedikit di antara Pondok Pesantren yang ada, yang dulu memiliki banyak
santri kemudian menjadi tidak berpenghuni. Hingga belakangan muncul Pondok
Pesantren tanpa santri.
Memasuki era globalisasi saat ini, keberadaan Pondok Pesantren sebagai
lembaga pendidikan Islam tertua di negeri ini tentu harus dikelola ( manaj ) dengan
lebih professional jika tidak ingin ditinggalkan masyarakat sebagai stakeholder .
Arus global saat ini menjadikan dunia informasi dan pengetahuan semakin mudah
diakses masyarakat. Untuk itu tidak menaruh kemungkinan Pondok Pesantren
yang dulu dijadikan pusat kajian keislaman dan pengamalannya sekaligus, pada
saatnya menjadi tidak diminati dan ditinggalkan masyarakat sebagai pengguna
jasa.
Hal ini sangat beralasan karena kecenderungan masyarakat saat ini dalam
mengkaji, memahami dan mengamalkan ajaran keagamaan dari hasil penelitian
penulis cenderung mengalami kesadaran. Mereka menjadi santri dalam ruang
global, dalam dunia maya, yang kehadiarannya tanpa terikat dengan sekat dinding
dan pagar yang tinggi mengelilingi dan membatasi aktivitas kesehariannya.
Menurut Handoko (1999: 6-7) urgensi pengembangan manajemen bagi
sebuah organisasi termasuk di sini untuk Pondok Pesantren yakni:

1. Untuk mempermudah organisasi (Pondok Pesantren) mencapai tujuan
yang diharapkan.
2. Untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan
kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak yang
berkepentingan

dalam

organisasi

seperti

pemilik

dan

tenaga

pendidik/kependidikan, peserta didik, orang tua, masyarakat, pemerintah
dan yang lainnya.

3. Untuk mencapai efisiensi dan efektifitas kerja organisasi dalam rangka
meraih tujuan yang ada.

78 Edukasi , Volume 0 1, No mor 01, Ju ni 201 3: 0 75- 091

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengembangan manajemen
sangat urgen bagi Pondok Pesantren dalam menghadapi globalisasi. Eksistensi
manajemen sangat dibutuhkan Pondok Pesantren itu sendiri. Karena tanpa
manajemen, semua usaha akan menjadi sia-sia, tidak terarah dan pencapaian
tujuan Pondok Pesantren yang ada akan lebih sulit dan tidak optimal.

Hakikat Organisasi
Stephen seorang dosen di San Diego University menggambarkan
organisasi dengan sebuah cerita yang diberi judul Celestical Seasoning. Ia
bercerita mengenai sepasang suami istri yang pada tahun 1971 di Amerika Serikat
memulai berjualan obat-obatan dari tanaman. Diracik sendiri. Sepasang suami istri
tersebut bernama Mio Siegel dan John. Dari mulai bisnis yang ditangani sendiri,
hingga ternyata berkembang pesat. Tak pelak membutuhkan bukan beberapa
orang tambahan pekerja, tetapi struktur yang jelas mengenai pembagian kerja.
Dari situlah dikenalkan bagaimana organisasi terbentuk dan apa hakikat

organisasi.
Dalam era globalisasi ini, perspektif tentang organisasi mulai mengalami
perkembangan. Organisasi tidak hanya dikaji sebagai suatu ilmu administratif
tetapi telah menjangkau seluruh lini pembelajaran dan ilmu pengetahuan.
Stephen dalam bukunya yang berjudul: “Organizaion Theory; Structure,
Design &Application” merangkum teori awal organisasi dan perkembangannya.
Mulai dari system tertutup yang dianut organisasi pada abad 18-19, manajemen
audit, cerita mengenai F. Taylor hingga Miles & Soagan. Stephen bukan hanya
memaparkan teori struktur organisasi yang dikemukakan oleh Mintzberg
(Sederhana, Birokrasi Profesional, Mesin Birokrasi, Divisi dan Adokrasi), tetapi
juga mengemukakan bahasan baru. Ada 3 jenis struktur yang utama, yakni sentralisasi,
formalitas dan kompleksitas. 3 variabel tersebut yang menjadi pembeda. Dikatakan pula
bahwa penyebab terjadinya struktur dalam perspektif industrialisasi bermula dari proses
industri, kemudian menjadi strategi dan berakhir pada pembuatan struktur organisasi. Jika
dikaitkan dengan perkembangan ilmu yang lebih relevan saat ini, maka istilah yang cukup
mendekati untuk mewakili strate gi adalah proses bisnis.

M anajemen Organisasi Pondok Pesantren – Faruq Tri Fauzi

79


Organisasi Pondok Pesantren dan Sistem pengelolaannya
Organisasi adalah sistem kerjasama kelompok orang untuk mencapai
tujuan bersama (Hadari Nawawi, 1989: 27). Suatu kegiatan akan berjalan dengan
lancar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan apabila ditopang dengan
pengorganisasian yang baik. Hal ini berlaku pula pada pesantren sebagai lembaga
pendidikan Islam yang ada di Indonesia.
Untuk merealisasi hal tersebut sangat dibutuhkan perencanaan yang
matang dan sistematik agar tercapai hasil yang optimal sesuai dengan tujuan
pesantren. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Hadari Nawawi bahwa: Langkah
pertama dalam pengorganisasian diwujudkan melalui perencanaan dengan
menetapkan bidang-bidang/fungsi- fungsi yang termasuk ruang lingkup kegiatan
yang akan diselenggarakan oleh suatu kelompok. Keseluruhan pembidangan itu
sebagai suatu kesatuan merupakan total sistem yang bergerak ke arah satu tujuan
(Hadari Nawawi, 1989: 27).
Pada umumnya semua kelompok masyarakat menginginkan organisasinya
menggunakan sistem yang sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan yang maksimal
sesuai keinginan. Namun, dalam kenyataan di pesantren banyak yang tidak
memiliki organisasi


yang

baik.

Keadaan

ini selain dipengaruhi oleh

kepemimpinan Kyai sebagai pemegang kebijakan pesantren yang harus dipatuhi
juga dipengaruhi oleh sifat konfensionalisme dari pesantren tersebut.
Untuk pengembangan pesantren dibutuhkan pengorganisasi yang jelas
dengan bentuk yang sederhana, namun menggambarkan tujuan, tugas-tugas pokok
dan unsur-unsur kerja organisasi pesantren. Kesederhanaan tersebut untuk
menjamin

fleksibilitas

akan

memungkinkan


adanya

perubahan

atau

pengembangan.
Secara teoritik organisasi pesantren bisa berbentuk kompleks atau
berbentuk sederhana. Adapun bentuk sederhana organisasi pesantren berdasarkan
Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren yang ada sebagaimana disampaikan oleh
Abd. Rachman Shaleh, et. al. (1985: 59) adalah sebagai berikut:

80 Edukasi , Volume 0 1, No mor 01, Ju ni 201 3: 0 75- 091

STRUKTUR ORGANISASI PONDOK PESANTREN
(Bentuk Sederhana)

GAM BA R 1


Sedangkan bentuk organisasi pesantren yang lebih kompleks menurutnya
(Abd. Rachman Shaleh, et. al., 1985: 60) sebagai berikut:
Struktur Organisasi Pondok Pesantren
(Komprehensif)

GAM BA R 2

M anajemen Organisasi Pondok Pesantren – Faruq Tri Fauzi

81

Dalam struktur organisasi pondok pesantren di atas, baik yang sederhana
maupun yang komprehensif terdapat hal- hal pokok yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan pembagian tugas dan wewenang dalam suatu organisasi. Hal ini
sebagaimana pula telah dijelaskan dalam Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren
sebagai berikut:
1.

Pengelompokan kerja ke dalam satuan-satuan organisasi didasarkan atas
kesamaan sifat pelaksanaan tugasnya masing- masing.

2.

Menjauhkan sesuatu fungsi menyeluruh dan tunggal bagi setiap satuan
organisasi dengan menitik-beratkan tercapainya kegiatan yang terpadu.

3.

Menekankan koordinasi pada bagian kerja dan pelaksanaan kegiatan dalam
seluruh organisasi.

4.

Menempatkan fungsi dan tugas pokok yang penting pada tingkat jenjang
organisasi yang sesuai, demikian pula fungsi- fungsi yang sederajat pada
tingkat yang sama.

5.

Memberikan kesempatan terhadap

perluasan sewajarnya

terhadap

kegiatan-kegiatan melalui satuan organisasi yang ada.
6.

Menentukan saluran perintah dan tanggung jawab organisasi melalui garis
komando lini dan staf (Depag RI., 1988: 25).

Dengan pengorganisasian yang baik, pelaksanaan kerja dan pelaksanaan
dari perencanaan pesantren akan mendapatkan bagian-bagian yang setepattepatnya. Penetapan orang-orangnya dilakukan secara obyektif sesuai dengan
kemampuan dibidangnya masing- masing. Organisasi berfungsi sebagai alat dari
pada manajemen untuk mencapai tujuan yang diharapka n oleh suatu pesantren.

Pondok Pesantren dan Globalisasi
Pondok pesantren sejatinya merupakan institusi pendidikan Islam
nonformal, swasta yang eksistensinya sejak munculnya mengalami perubahan dan
perkembangan, serta tetap bertahan dengan karakteristiknya yang khas. (Masyhud,
dkk, 2003: 4). Di antara Pondok Pesantren tersebut dalam perjalanannya ada yang
telah melakukan perubahan dan banyak pula yang masih mempertahankan system

82 Edukasi , Volume 0 1, No mor 01, Ju ni 201 3: 0 75- 091

pendidikan tradisionalnya. Untuk itu secara umum Pondok Pesantren dalam
penerapan manajemennya boleh dikata masih konvensional dan menghadapi
kendala serius menyangkut ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang
kurang professional pula.
Hal ini misalnya dapat dilihat dari tiadanya pemisahan yang jelas antara
yayasan, pemimpin madrasah, guru dan staf administrasi, tidak adanya
transparansi pengelolaan sumber-sumber keuangan, belum terdistribusinya peran
pengelolaan pendidikan, banyaknya penyelenggaraan administrasi yang tidak
sesuai dengan standar, serta unit-unit kerja tidak berjalan sesuai aturan baku
organisasi.(Masyhud, dkk, 2003: 8, 16).
Pondok Pesantren yang sesungguhnya memiliki potensi pendidikan dan
pengembang masyarakat (Saefudin Zuhri & Marzuki Wahid, dkk, 1999). Sampai
kapan pun Pondok Pesantren tentu tetap dibutuhkan jika dalam dunia globalisasi
saat ini mampu menyuguhkan dirinya kepada pengguna jasa (stakeholder) dengan
pola dan menu yang dibutuhnya masyarakat sesuai dengan konteks zaman yang
ada.
Selanjutnya perlu di ketahui bahwa dunia global saat ini ditandai dengan
arus pergerakan yang bebas lintas batas geografis dari barang, jasa, orang-orang,
keahlian dan gagasannya. Pergerakan yang bebas tersebut relative tidak terhambat
oleh batas-batas artifisial seperti tarif. Dunia global ini secara signifikan
memperluas dan membuat lingkungan persaingan semakin kompleks. (Murtha,
Lenway & Bagozzi, 1998: 97-114).
Kondisi seperti ini sesungguhnya menuntut agar Pondok Pesantren mau
dan berani mereposisi diri. Mengingat eksistensinya menjadi salah satu agant of
change masyarakat muslim maka pihak pengelola/pengasuh Pondok Pesantren
yang ada dalam arus globalisasi ini harus mempertimbangkan ulang peluang,
tantang, kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Pondok Pesantren tersebut. Sebab
menurut para pakar manajemen strategis seperti Hitt, Ireland & Hoskisson (2001:
12) bahwa dalam dunia global seperti saat ini tentu akan memunculkan peluang
dan tantangan tersendiri.

M anajemen Organisasi Pondok Pesantren – Faruq Tri Fauzi

83

Selanjutnya mereka juga mengatakan bahwa globalisasi adalah penyebaran
inovasi ke seluruh dunia dan penyesuaian politis dan budaya yang menyertai
pernyebaran tersebut. Globalisasi mendorong integrasi internasional. (Hitt,dkk,
2001: 14).
Dengan demikian globalisasi akan meningkatkan kisaran peluang bagi
Pondok Pesantren-Pondok Pesantren yang ada sekaligus berkompetisi di
lingkungan persaingan abad 21 di era millennium ketiga ini. Menurut Hamilton
(1999) seperti yang dikutib Hitt,dkk (2001: 16) bahwa dalam lingkungan
persaingan abad 21, daya saing strategis akan didapatkan hanya oleh mereka yang
mampu memenuhi standar global yakni kualitas yang bisa diterima internasional.
Standar ini tidak statis, membutuhkan usaha, memerlukan perbaikan terus
menerus.
Untuk itu menjadi tugas bersama para pengelola/pengasuh Pondok
Pesantren melakukan upaya dan membuat serta meningkatkan strategi agar
Pondok Pesantren sebagai institusi pendidikan Islam yang memiliki ciri khas
tersendiri pada saatnya menjadi rujukan umat Islam di dunia. Mereka kemudian
menjadi berpaling menuju Pondok Pesantren dan menjadikan Pondok Pesantren
sebagai alternative utama tempat pendidikan masyarakat.

Menakar Eksistensi Pondok Pesantren
Untuk mewujudkan harapan seperti di atas, bahwa Pondok Pesantren
menjadi alternative utama tempat pendidikan masyarakat dunia maka para
pengelola/pengasuh Pondok Pesantren saat ini harus mau menakar akan eksistensi
Pondok Pesantren mereka.
Untuk itu Visi, misi, tujuan, nilai karakteristik Pondok Pesantren tentu
harus dicanangkan. Studi kelayakan dan perencanaan strategi juga harus
dilakukan. Ini semua merupakan bagian pengembangan manajemen Pondok
Pesantren yang harus diketahui dan diaplikasikan oleh para pengelola/pengasuh
Pondok Pesantren yang ada dalam rangka meraih impian yang diharapkan.

84 Edukasi , Volume 0 1, No mor 01, Ju ni 201 3: 0 75- 091

Mencangkan visi, misi, nilai- nilai, tujuan Pondok Pesantren tentu sangat
penting. Hal ini karena keberadaannya memperjelas arah mana yang hendak
dituju, jenis institusi seperti apa yang mereka harapkan nantinya. Dalam hal ini
pakar manajemen dan ekonomi Indonesia Renald Kasali (2011) mengatakan
bahwa organisasi-organsiasi/perusahaan besar yang memiliki daya saing global
memiliki visi yang jelas dan tidak bertele-tele.

Pertama tentang Visi
Stetemen visi ini mengisyaratkan tujuan puncak dari sebuah institusi dan
untuk apa visi itu dicapai. Visi yang baik tidak perlu bertele-tele, tetapi harus
singkat, langsung dan menunjukkan tujuan puncak institusi. (Edward Sallis, 2010:
216). Hal senada juga dikemukakan Reuben Mark, CEO dari Colgate. Ia
menegaskan bahwa visi hendaknya yang jelas dan harus semakin masuk akal
secara internasional, sederhana tetapi membangkitkan semangat (Brian Dumaine,
1989: 50). Menurut Fred R. David (2002: 83) bahwa pernyataan visi menjawab
pertanyaan “Kita ingin menjadi seperti apa?” dan visi diperlukan untuk
memotivasi kerja secara efektif.
Beberapa contoh visi institusi dalam dunia komersil, “IBM adalah
layanan”, Disneyland: “Kami menciptakan kegembiraan”. Perusahaan computer:
“Kami membuat computer tercepat di dunia”, Perusahaan telekomunikasi:
“Pelayanan telepon untuk setiap orang”. Visi Presiden Amerika Serikat, John F.
Kennedy (1961) yakni: Mencapai bulan sebelum dekade ini berakhir.
Delapan tahun kemudian pada 20 Juli 1969, Neil Armstrong dan Buzz
Aldrin mendarat ke bulan sehingga Amerika merasa percaya diri lagi. Pada hal
sebelumnya Uni Soviet mengejutkan dunia dengan meroketkan satelit ke orbit
Bumi dan Yuri Gagarin menjadi manusia pertama ke ruang angkasa. Pada saat itu
Amerika dan masyarakatnya hanya menjadi penonton dengan takjub dan kagum
serta penuh dengan kekuatiran.
Melihat kondisi sebagian besar Pondok Pesantren di masyarakat tentu
menjadi menimbulakan keprihatinan dan kekuatiran akan eksistensinya di masa
yang akan datang. Sebab masyarakat Pondok Pesantren saat ini nampaknya hanya

M anajemen Organisasi Pondok Pesantren – Faruq Tri Fauzi

85

menjadi penonton yang takjub dan kagum terhadap perkembangan sain dan
teknologi serta belum mampu menjadi produsen yang memberi manfaat bagi
masyarakat dunia. Hal ini seperti yang terjadi pada masyarakat Amerika yang F.
Kennedy menjadi Presidennya tatkala melihat Negara Uni Soviet kala itu. Kalau
John F. Kennedy dengan visinya mampu mengembalikan kepercayaan diri
masyarakatnya, tentu para Kyai pengelola/pengasuh Pondok Pesantren juga harus
bisa.
Kalau Rasulullah Saw mampu mewujudkan masyarakat Madani yang
berperadaban tinggi, maka sebagai pewaris Nabi tentu juga menjadi suatu hal
keharusan pula. Tinggal kita mau dan berani apa tidak melakukan perubahan dan
pengembangan ke arah sana. Mungkin di sini Kementerian Agama RI khususnya
bagian pondok pesantren perlu mencanangkan Visi Besar Pondok Pesantren
Indonesia yakni Menjadi Sentral Pendidikan Masyarakat Internasional.

Kedua tentang Misi
Sementara misi sangat berkaitan dengan visi, memberi arahan yang jelas
baik untuk masa sekarang maupun akan datang serta membuat visi memperjelas
alasan, kenapa sebuah institusi berbeda dari institusi- institusi yang lain, harus
diterjemahkan ke dalam langkah-langkah penting yang dibutuhkan dalam
memanfaatkan peluang yang ada dalam institusi. (Edward Sallis, 2010: 216).
Menurut Fred R.David (2002: 82-83) pernyataan misi menjawab
pertanyaan “Apa bisnis kita?”. Dari hasil penelitian yang membandingkan
pernyataan misi dari perusahaan daftar Fortune 500 dengan prestasi baik dan
perusahaan dengan prestasi jelek sampai pada kesimpulan bahwa yang berprestasi
baik mempunyai pernyataan misi yang lebih lengkap ketimbang yang berprestasi
rendah.
Untuk

itu

para

pengelola

organisasi

harus

berhati- hati

dalam

mengembangkan pernyataan misinya. Menurut Edward Sallis (2010: 217), para
pengelola organisasi dalam menyusun statemen misi hendaknya mengingat
beberapa poin bahwa pernyataan misi:

86 Edukasi , Volume 0 1, No mor 01, Ju ni 201 3: 0 75- 091

1.

Harus mudah diingat

2.

Harus mudah dikomunikasikan

3.

Harus memperjelas sifat dasar bisnis

4.

Harus ada komitmen terhadap peningkatan mutu

5.

Harus berupa statemen tujuan jangka panjang dari sebuah organisasi

6.

Harus difokuskan pada pelanggan

7.

Harus fleksibel

Ada beberapa contoh

statemen

misi.

Misi

Hightown

School:

“Memberikan mutu pendidikan yang terbaik kepada para pelajarnya”. Misi MidCounty College of Arts and Teknologi: “Penyedia utama program-program
akademik dan kejuruan bermutu yang fleksibel bagi lulusan sekolah dan remajaremaja di wilayah tersebut”.

Ketiga tentang Nilai-Nilai
Nilai-nilai dari sebuah organisasi merupakan prinsip-prinsip yang menjadi
dasar operasi dan pencarian organisasi tersebut dalam mencapai visi dan misinya.
Nilai-nilai tersebut mengekspresikan kepercayaan dan cita-cita institusi. Ia harus
singkat padat, mudah diingat dan harus bisa dikomunikasikan, mengemudikan
organisasi dan memberikan arah, menyediakan tujuan yang konsisten, sesuai
dengan lingkungan yang ada, menancapkan hubungan kuat baik dengan
pelanggan maupun dengan staf. (Edward Sallis, 2010: 218)
Adapun contoh nilai- nilai:
1.

Kita mengutamakan para pelajar kita

2.

Kita bekerja dengan standar integritas professional tertinggi

3.

Kita bekerja sebaga tim

4.

Kita memiliki komitmen terhadap peningkatan yang kontinyu

5.

Kita memberi kesempatan yang sama pada semua

6.

Kita akan memberikan mutu pelayanan tertinggi

M anajemen Organisasi Pondok Pesantren – Faruq Tri Fauzi

87

Keempat tentang Tujuan
Setelah visi, misi dan nilai- nilai telah ditetapkan, ketiganya harus
diterjemahkan ke dalam tujuan-tujuan yang bisa tercapai. Tujuan sering
diekspresikan sebagai sasaran dan cita-cita, diekspresikan dalam metode yang
terukur sehingga hasil akhirnya dapat dievaluasi dengan menggunakan metode
tersebut. Tujuan harus realistis dan dapat dicapai. (Edward Sallis, 2010: 219)

Pentingnya Studi Kelayakan
Menurut Herry Erlangga (2007) studi kelayakan usaha (feasibility study of
business)adalah suatu penelitian tentang layak tidaknya suatu usaha dilakukan

dengan menguntungkan secara terus menerus.Studi kelayakan bertujuan untuk
secara objektif dan rasional mengungkap kekuatan dan kelemahan serta peluang
dan ancaman bisnis yang ada atau usaha yang diusulkan.
Untuk itu bagi pengelola/pengasuh Pondok Pesantren tentu sangat penting
melakukan studi kelayakan ini dalam rangka untuk mengetahui kelayakan
eksistensi Pondok Pesantren tersebut, lebih- lebih dalam memasuki abad
millennium ketiga ini. Selanjutnya untuk mengetahui kelayakan eksistensi Pondok
Pesantren di era globalisasi ini maka dapat menggunakan analisis SWOTyakni :
1.

Strenght / Kekuatan

2.

Weakness / Kelemahan

3.

Opportunity / Peluang

4.

Threat /Ancaman

Hasil Feasibility Study (FS) pada prinsipnya digunakan untuk antara lain :
1.

Merintis usaha baru

2.

Mengembangkan usaha yang sudah ada

3.

Memilih jenis usaha atau investasi/proyek yang paling
menguntungkan.

Adapun pihak yang memerlukan FS di antaranya:
1.

Pihak wirausaha (pemilik perusahaan )

88 Edukasi , Volume 0 1, No mor 01, Ju ni 201 3: 0 75- 091

2.

Pihak investor dan penyandang dana;

3.

Pihak masyarakat dan pemerintah.

Menurut Edward Sallis (2010: 221-222), analisis SWOT sejatinya
merupakan alat yang umum digunakan dalam perencanaan strategis dan
merupakan alat yang efektif dalam menempatkan potensi institusi. SWOT dapat
dibagi ke dalam dua elemen yakni analisis internal yang berkonsentrasi pada
prestasi institusi itu sendiri dan analisis lingkungan.
Uji kekuatan dan kelemahan pada dasarnya merupakan audit internal
tentang seberapa efektif performa institusi. Sementara peluang dan ancaman
berkonsentrasi pada konteks eksternal atau lingkungan. Untuk itu pentingnya
pengujian ini (SWOT) adalah untuk memaksimalkan kekuatan, meminimalkan
kelemahan, mereduksi ancaman dan membangun peluang.
Kebutuhan pelanggan dan konteks kompetitif tempat institusi beroperasi
sesungguhnya

merupakan dua

mengembangkan
dikembangkan

strategi
dengan

variable kunci dalam

jangka

panjang

berbagai

metode

institusi.
yang

membangun atau
Strategi

dapat

ini

harus

memungkinkan

institusi/Pondok Pesantren mampu mempertahankan diri dalam menghadapi
kompetisi serta mampu memaksimalkan daya tariknya bagi para pelanggan,
pengguna jasa, stakeholder . Jika pengujian tersebut dipadukan dengan pengujian
misi dan nilai, maka akan ditemukan sebuah identitas institusi/Pondok Pesantren
atau karakteristik mutu yang berbeda dari para pesaingnya.
Draft/Instrumen Melakukan Studi Kelayakan Pondok Pesantren
1. Buat visi, misi, nilai- nilai dan tujuan
2. Buat visi, misi, nilai- nilai dan tujuan
3. Deskripsikan kondisi objek Pondok Pesantren
4. Buat analisis SWOT yang menyangkut kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman terhadap Pondok Pesantren. Dalam menyusun analisis ini, perlu
mempertimbangkan: Dinamika dan perubahan masyarakat, Perkembangan
iptek, Kebutuhan pemerintah, masyarakat daerah, propinsi, nasional,

M anajemen Organisasi Pondok Pesantren – Faruq Tri Fauzi

89

internasional, Kerja sama yang sudah terjalin, baik dari dalam atau luar
negeri.
5. Melakukan need assesment yaitu upaya mendapatkan informasi bahwa
Pondok Pesantren yang ada sesuai dengan kebutuhan atau harapan calon
santri (peserta didik), masyarakat (stakeholder). Instrumen untuk melakukan
pengukuran berupa: Survey atas minat santri/siswa, masyarakat/lembaga lain
terhadap Pondok Pesantren.
6. Melakukan analisis proyeksi (trend projection) yakni melihat kecenderungan
pendidikan yang dibutuhkan masyarakat globalisasi.
7. Melakukan teknik delphi yaitu mencari informasi ke agen tertentu tentang
persebaran

peserta

didik/anak-anak

banyak

berada

di

institusi

pendidikan/Pondok Pesantren mana. Hal ini bisa ditanyakan kepada kepala
sekolah, para orang tua dan yang lain.
8. Melakukan analisis job market yakni analisis terhadap kemanfaatan dan
keunggulan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik sehingga
output/outcome lima tahun kedepan dapat diterima dan dibutuhkan pasar
(marketable). Untuk itu dalam melakukan analisis ini perlu diperhatikan:
Perkembangan Pondok Pesantren-Pondok Pesantren yang ada di era
globalisasi, perkembangan pasar/masyarakat globalisasi akan kebutuhan
alumni Pondok Pesantren.
9. Melakukan analisis market share yaitu strategi membagi peluang kerja dari
lulusan yang akan dihasilkan beberapa Pondok Pesantren yang sama.
Sehingga tidak terjadi persaingan yang tidak sehat. Untuk itu perlu ada
konsorsium sehingga market share bisa dibicarakan.
10. Melakukan analisis tentang kualifikasi SDM,

tenaga kependidikan,

kurikulum, sarana dan prasarana, pendanaan, potensi dan pelung kerja sama
yang bisa dibangun baik berskala local hingga internasional.

90 Edukasi , Volume 0 1, No mor 01, Ju ni 201 3: 0 75- 091

Penutup
Dengan pengorganisasian yang baik, pelaksanaan kerja dan pelaksanaan
dari perencanaan pesantren akan mendapatkan bagian-bagian yang setepattepatnya. Penetapan orang-orangnya dilakukan secara obyektif sesuai dengan
kemampuan dibidangnya masing- masing. Organisasi berfungsi sebagai alat dari
pada manajemen untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh suatu pesantren.
Sehingga, kedepan, pondok pesantren akan menjadi sebuah organisasi
yang mampu berbicara dan bersaing di kancah globalisasi yang selalu menuntut
adanya inovasi, kreatifitas, keberlanjutan, survival, sinkronisasi, dan dinamisasi.

M anajemen Organisasi Pondok Pesantren – Faruq Tri Fauzi

91

DAFTAR PUSTAKA

Bagozzi, Richard P., Murtha, Thomas P., Lenway, Stefanie Ann. Global Mind Sets and Cognitive Shifts in A Complex Multinational Corporation , Artikel
dari Strategic Management Journal vol. 19 no. 2, 1998.
Edward, Sallis, Total Quality Management in Education , Alih Bahasa Ahmad Ali
Riyadi, Yogyakarta: IRCiSod, 2010.
Erlangga, H. 2007. Ana lisis Kelayakan Bisnis,
http://kelayakanbisnis.blogspot.com/2007/09/analisis-kelayakan-bisnis.html,
diakses pada 12 April 2008.
Fred R. David, Manajemen Strategis, Buku 1 Edisi 12, terj. Dono Sunardi,
Jakarta: Salemba Empat, 2009.
Gibson, L., James, Organisasi dan Manajemen , Surabaya: Erlangga, 1997.
Handoko, T. Hani, Manajemen, Yogyakarta: BPFE, 1999.
Hitt, Micahel A., R. Duane Ireland, Robert E. Hoskisson, Manajemen Strategis:
Daya Saing dan Globalisasi; Konsep, Buku 1, Edisi keempat, terjemahan,
Risa Rimendi, Jakarta: Salemba Empat, 2001.
Judge & Robbins, Organizational Behavior 13 th Edition. Pearson Education, Inc.
Inggris: Publishing as Prentice Hall, 2009.
Masyhud, dkk., Manajemen Pondok Pesantren , Jakarta: Duta Pustaka, 2003.
Nawawi, Hadari, Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, Yogyakarta: Gajah
Mada University Press, 1997.
Shaleh, Rahman, Abdul, Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren , Jakarta: Depag
RI, 1985.
Winardi, J, Manajemen Perilaku Organisasi, Jakarta: Kencana Prenda Media
Group, 2004.
Yudiati R.A.T.K, Restrukturisasi: Menuju Birokrasi Publik yang Efektif,
Bandung: Asli Mandiri, 2005.
Zuhri, Saefudin, Pendidikan Pesantren di Persimpangan Jalan dalam Marzuki
Wahid dkk., (peny), Pesantren Masa Depan “Wacana Pemberdayaan dan
Transformassi Pesantren, Bandung: Pustaka Hidayah, 1999.