BIOTEKNOLOGI KONVENSIONAL id bab 4

BIOTEKNOLOGI KONVENSIONAL
Bioteknologi konvensional adalah teknologi sederhana yang telah
digunakan sejak lama dengan memanfaatkan mikroorganisme sebagai agen
pembantu dalam menghasilkan suatu produk, tanpa adanya modifikasi pada
agen biologi tersebut sehingga pengerjaannya sederhana. Bentuk
bioteknologi konvensional yang umum adalah produk-produk yang
dihasilkan dari proses fermentasi oleh mikroorganisme seperti bakteri dan
jamur.
Contoh-contoh penerapan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 jenis,
yaitu penerapannya dalam bidang pengolahan produk susu, bidang pangan,
dan bidang non-pangan.
Bioteknologi Konvensional dalam Pengolahan Susu
Penerapan bioteknologi konvensional dalam bidang pangan berbahan baku
susu dapat kita temukan dalam yogurt, keju, dan mentega.
1. Yogurt
Yogurt terbuat dari hasil fermentasi susu oleh bakteri Streptococcus
thermophillus dan Lactobasilus bulgaricus. Susu yang biasa
digunakan adalah susu hewan yang terlebih dahulu dipasteurisasi.
2. Keju
Keju merupakan contoh penerapan bioteknologi konvensional yang
dilakukan melalui metode pengawetan susu. Metode ini sudah

dilakukan semenjak zaman Romawi dan Yunani kuno. Keju dibuat
dengan menambahkan bakteri asam laktat pada susu. Bakteri asam
laktat tersebut misalnya Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus lactis,
dan Streptococcus. Adapun bakteri-bakteri tersebut berfungsi sebagai
mikroba yang dapat mengubah laktosa (gula susu) menjadi asam
laktat yang padat dan menggumpal.
3. Mentega
Mentega dihasilkan dari fermentasi krim susu menggunakan
bakteri Streptococcus lactis. Bakteri ini dapat memisahkan tetesan
mentega yang berlemak dengan cairan yang terkandung di dalamnya.
Bioteknologi Konvensional dalam Bidang Pangan
Penerapan dan contoh bioteknologi konvensional dalam bidang pangan
dapat kita temukan dalam beberapa produk sebagai berikut.
1. Tapai atau Tape

Dibuat melalui fermentasi ketan atau singkong menggunakan jamur
Saccharoyces cerevisiae. Jamur ini merubah glukosa pada bahan
menjadi asam asetat, energi, alkohol dan karbondioksida.
2. Tempe
Tempe merupakan produk hasil fermentasi kapang Rhizopus sp yang

dapat merubah protein kompleks dari kedelai menjadi asam amino
dengan menggunakan bahan kedelai. Tempe mengalam dua tahap
fermentasi, yaitu merendam kacang kedelai di dalam air, dan
fermentasi kedua dilakukan oleh kapang Rhizopus sp.
3. Oncom
Oncom dibagi menjadi dua jenis, yaitu oncom merah dan oncom
hitam. Oncom merah dihasilkan dari hasil fermentasi oleh Neuspora
sitophila atau Neuspora intermedia. Oncom merah dibuat dari
fermentasi bungkil tahu. Oncom hitam dihasilkan dari hasil fermentasi
oleh Rhizopus oligosporus atau Mucor sp. Oncom hitam dibuat dari
fermentasi bungkil kacang tanah yang dicampur dengan ampas
singkong.
4. Roti
Roti terbuat dari bahan utama berupa tepung terigu. Agar adonan roti
dapat mengembang, para pembuatnya biasanya akan menambahkan
ragi roti atau Saccharomyces cerevisiae. Selain membuat adonan roti
lebih mengembang, penambahan mikroorganisme ini juga membuat
tekstur roti menjadi lebih lembut dan tidak bantat.
5. Kecap dan Tauco
Kecap terbuat dari kedelai rebus dan gula merah yang ditambahkan

dengan jamur Aspergilus soyae dan Aspergilus wentii.
Tauco terbuat dari kedelai yang ditambah bakteri Aspergilus oryzae.
Jamur-jamur ini merubah protein kompleks kedelai menjadi asam
amino yang lebih mudah dicerna oleh tubuh manusia.
6. Nata de Coco
Nata de coco adalah makanan dengan tekstur kenyal yang terbuat
dari ari kelapa yang ditambahi dengan bakteri Acetobacter xylinum.
Bakteri ini merubah gula dalam air kelapa menjadi selulosa yang lebih
kenyal dan padat. Selain dibuat dari air kelapa, nata juga dapat
diproduksi dari sari nanas (nata de pineaplee), sari kedelai (nata de
soya), sari biji kakao (nata de cacao), dan lain sebagainya.
7. Acar atau Asinan
Acar atau asinan adalah sayuran yang difermentasi. Bakteri-bakteri
seperti Lactobacillus sp, Streptococcus sp, dan Pediococcus sp,

merupakan mikroba penting dalam pembuatan bahan panganan
tersebut. Bakteri-bakteri ini mengubah gula dalam sayuran menjadi
asam asetat yang menghasilkan rasa masam.
8. Minuman Beralkohol
Anggur, wine, rum, sake adalah beberapa contoh produk bioteknologi

konvensional yang menggunakan lebih dari satu mikroorganisme
dalam proses pembuatannya. Misalnya dalam produksi alkohol, pati
dari ketan atau bahan berkarbohidrat lainnya diubah menjadi glukosa
menggunakan bantuan jamur Aspergilus. Glukosa tersebut kemudian
diubah menjadi etanol mengunakan bantuan jamur Saccharomyces.
9. Sufu atau Kacang kedelai
Sufu terbuat dari gumpalan protein kedelai yang dihasilkan dari
proses fermentasi jamur Actinomucor elegans. Meski jamur-jamur
lainnya seperti Mucor hiemalis, Mucor salvaticus, Mucor sufu, dan
Mucor substilissimus dapat digunakan dalam pembuatan sufu, jamur
Actinomucor elegans lebih banyak dipilih karena lebih ekonomis.
10.
Tempe Bongkrek
Tempe bongkrek adalah hasil sampingan dari produksi minyak kelapa
yang difermentasi menggunakan bakteri Pseudomonas cocovenenans.
Tempe bongkrek bisa bersifat racun jika dalam proses pembuatannya
terjadi kontaminasi bakteri Burkholderia cocovenenans. Efek dari
racun ini bahkan bisa membuat terganggunya sistem pernafasan dan
menyebabkan kematian.
Bioteknologi Konvensional dalam Bidang Lainnya

Penerapan dan contoh bioteknologi konvensional dalam berbagai bidang
lainnya dapat kita temukan dalam beberapa hal berikut.
1. Biogas
Biogas merupakan salah satu energi alternatif pengganti minyak bumi
yang dihasilkan melalui fermentasi kotoran ternak dan bahan organik
lainnya. Melalui fermentasi ini, bahan-bahan tersebut diubah menjadi
metana yang dapat berfungsi sebagai penghasil energi yang mirip gas
LPG.
2. Pengolahan Limbah
Sebelum dibuang ke perairan, limbah industri mengalami serangkaian
proses pengolahan untuk menurunkan tingkat pencemarannya.
Pengolahan limbah dewasa ini dilakukan menggunakan bantuan
mikroba pengolah limbah, misalnya Methanobacterium. Bakteri

tersebut menguraikan limbah organik menjadi karbondioksida,
metana, dan hidrogen.
3. Obat-obatan
Contoh bioteknologi konvensional dapat pula ditemukan dalam
produksi obat-obatan. Jamur Penicillium sp. digunakan sebagai
antibiotik penisilin, antibiotik yang perannya sangat penting di dunia

kesehatan untuk mengobati penyakit-penyakit akibat infeksi patogen.
Manfaat dari Bioteknologi Konvensional
1. Meningkatkan kandungan gizi dari hasil produk bioteknologi berupa
makanan dan minuman karena telah terjadi perubahan kandungan zat
dari bahan makanan tersebut.

2. Dapat memunculkan sumber makanan baru yang sangat bermanfaat
misalnya air kelapa tua dapat dijadikan produk nata de coco. Kedelai
digunakan untuk membuat makanan kecap.

3. Membuat makanan menjadi lebih tahan lama dari sebelumnya. contoh
produknya adalah asinan yang bisa bertahan lebih lama dibandingkan
bila tidak diasinkan.

4. Dapat meningkatkan pendapatan per kapita. Masyarakat yang paham
cara membuat nata de coco dapat memasarkan produkny hasil olahan
air kelapa tua ini menjadi uang yang lebih bernilai tinggi.