asuhan keperawatan pada pasien dengan tr

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM
PERNAFASAN PADA PASIEN DENGAN
TRAUMA THORAKS

OLE H :

TERESIA T SIMARMATA
A.11.041

STIKES SANTA ELISABETH MEDAN
PRODI NERS TAHAP AKADEMIK
T. A. 2014/2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum
thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat

menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma thoraks diklasifikasikan
dengan tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang
mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit
diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu
(Brunner & Suddarth, 2002).
Trauma dada menyebabkan hampir 25% dari semua kematian yang
berhubungan dengan trauma di amerika serikat dan berkaitan dengan 50%
kematian yang berhubungan dengan trauma yang mencakup cedera sistem
multiple. Trauma dada diklasifikasikan dengan tumpul atau tembus (penetrasi).
Meski trauma tumpul dada lebih umum, pada trauma ini seringtimbul kesulitan
dalam mengidentifikasi keluasan kerusakan karena gejala-gejala mungkin umum
dan rancu.
Cedera pada dada sering mengancam jiwa dan mengakibatkan satu atau
lebih mekanisme ptologi berikut:
 Hipoksemia akibat gangguan jalan napas, cedera pada parenkim paru,


sangkar iga, dan otot pernapasan , kolaps paru dan pneumonia.
Hipovolemia akibat kehilangan cairan masif dari pembuluh besar, ruptur




jantung, atau hemotoraks.
Gagal jantung akibat tamponade jantung, kontusio jantung, atau tekanan
intra toraks yang meningkat.

1.2.

Tujuan Penulisan

1.2.1

Tujuan Umum
Agar mahasiswa/i keperawatan mengetahui rencana asuhan keperawatan
dengan gangguan sistem pernafasan pada pasien dengan trauma toraks secara
langsung dan tepat.

1.2.2

Tujuan Khusus

Agar mahasiswa/i keperawatan mampu :
1.

Mengkaji pasien gangguan sistem pernafasan dengan trauma toraks

2.

Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
pernafasan trauma toraks

3.

Menentukan tujuan dan rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem pernafasan trauma toraks

4.

Mengimplementasikan

rencana


yang

telah

disusun

dalam

bentuk

pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
pernafasan trauma toraks
5.

Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada
pasien dengan gangguan sistem pernafasan trauma toraks

BAB 2
TINJAUAN TEORITIS


2.1

Konsep Dasar Medik

2.1.1

Pengertian
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum
thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat
menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma thoraks diklasifikasikan
dengan tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang
mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit
diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu
(Brunner & Suddarth, 2002).

Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan
pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru,
diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang

dapat menyebabkan gangguan system pernafasan.
Kecelakaan tabrakan mobil, terjatuh dari sepeda motor adalah
mekanisme yangpaling umum dari trauma tumpul dada. Mekanisme yang paling
umum untuk trauma tembus dada termasuk luka tembak dan luka tusuk
(Brunnar& Suddart, 2001).

2.1.2

Anatomi Fisiologi

Struktur

thoraks yang menyerupai sangkar atau tulang-tulang dada,

terdiri atas 12 verthebrathorakalis, 12 pasang tulang iga (costae), dan sternum.
Tulang iga dan sternum membentuk susunan sangkar dan menyokong rongga
thoraks. Ruang antara tulang-tulang iga disebut ruang interkostalis dan diberi
nomor berdasarkan tulang iga diatasnya (contoh: ruang intercostalis kedua
berada dibawah tu;ang iga kedua). Diafragma adalah otot yang memisahkan
rongga toraks dari abdomen dan digunakan selama inspirasi.

 Dinding dada.
Tersusun dari tulang dan jaringan lunak. Tulang yang membentuk
dinding dada adalah tulang iga, columna vertebralis torakalis,
sternum, tulang clavicula dan scapula. Jarinan lunak yang membentuk
dinding dada adalah otot serta pembuluh darah terutama pembuluh
darah intrerkostalis dan torakalis interna.

 Dasar toraks
Dibentuk oleh otot diafragma yang dipersyarafi nervus frenikus.
Diafragma mempunyai lubang untuk jalan Aorta, Vana Cava Inferior
serta esofagus
 Isi rongga torak.

Rongga pleura kiri dan kanan berisi paru-paru. Rongga ini
dibatasi oleh pleura visceralis dan parietalis.Rongga Mediastinum dan
isinya terletak di tengah dada. Mediastinum dibagi menjadi bagian
anterior, medius, posterior dan superior.
Dada berisi organ vital paru dan jantung. Pernafasan berlansung dengan
bantuan gerak dinding dada. Jaringan paru dibentuk oleh jutaan alveolus yang
mengembang dan mengempis tergantung mengembang dan mengecilnya rongga

dada. Inspirasi terjadi karena kontraksi otot pernafasan , yaitu m.intercostalis dan
diafragma, yang menyebabkan rongga dada membesar dan paru-paru
mengembang sehingga udara terhisap ke alveolus melalui trakea dan bronkus.
Sebaliknya bila m.intercostalis melemas, dinding dada mengecil kembali
dan udara terdorong keluar. Sementara itu, karena tekanan intra abdomen,
diafragma akan naik ketika

m.intercostalis akan tidak berkontraksi. Ketiga

faktor ini, yaitu kelenturan dinding toraks, kekenyalan jaringan paru, dan
tekanan intraabdomen, menyebabkan ekspirasi jika otot intracostal dan
diafragma kendur dan tidak mempertahankan keadaan inspirasi. Dengan
demikian ekspirasi merupakan kegiatan pasif (Sjamsuhidajat, 2004).
2.1.3

Etiologi
1. Tamponade jantung: disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke
mediastinum/daerah jantung.
2. Hematotoraks: disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam,
traumatik atau spontan

3. Pneumothoraks : spontan (bula yang pecah) ; trauma (penyedotan luka
rongga dada), iatrogenik (pleural tap, biopsi paru-paru, insersi CVP,
ventilasi dengan tekanan positif). (http://www.qirtin.com/askep-traumadada)

2.14. Manifestasi klinis
1. Tamponade jantung
Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus jantung.
 Gelisah.
 Pucat,
 Keringat dingin.
 Peninggian TVJ (tekanan vena jugularis).
 Pekak jantung melebar.
 Bunyi jantung melemah.

 Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure.
 ECG terdapat low voltage seluruh lead.
 Perikardiosentesis keluar darah
2. Hematotoraks :
 Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD.
 Gangguan pernapasan

3. Pneumothoraks :
 Nyeri dada mendadak dan sesak napas.
 Gagal pernapasan dengan sianosis.
 Kolaps sirkulasi.
Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas
yang

terdengar

jauh

atau

tidak

terdengar

sama

sekali.


pada auskultasi terdengar bunyi klik. Jarang terdapat luka rongga dada,
walaupun terdapat luka internal hebat seperti aorta yang ruptur. Luka tikaman
dapat penetrasi melewati diafragma dan menimbulkan luka intra-abdominal.
(http://www.qirtin.com/askep-trauma-dada).
2.1.4

Patofisiologi/ Pathway

Trauma thorax

Mengenai rongga thorax

Terjadi robekan pembuluh darah

sampai rongga pleura,udara

intercostal, pembuluh darah jaringan

bila masuk (pneumothorax)

paru-paru

karena tekanan negatif intrapleura

terjadi perdarahan : (perdarahan

maka udara luar akan terhisap

jaringan interstitium, perdarahan

masuk kerongga pleura (sucking

intraalveolar, diikuti kolaps kapiler

wound).

Kecil-kecil dan ateleksasi)

Open pneumothorax
Close pneumothorax
Tension pneumothorax
Tekanan pleura meningkat terus




tekanan perifer pembuluh paru naik
(aliran darah turun).
- Ringan < 300 cc = di punksi
Sedang 300-800 cc = di Drain
Berat > 800 cc = torakotomi
Tekanan pleura meningkat terus







Sesak napas yang progresif
mendesak paru-paru (kompresi &
Nyeri bernapas
dekompresi).
Bising napas berkurang hilang
Bunyi napas sonor/hipersonor
Photo thorax gambaran udara lebih
¼ dari rongga thorax.
pertukaran gas berkurang
 Sesak napas yang progresif
 Nyeri bernapas/pernafasan
asimetris/adanya jejas/trauma
 Bising napas tak terdengar
 Nadi cepat/lemah, anemis/pucat.
 Photo thorax 15-35%

WSD (Water Seal Drain)





Terdapat luka pada WSD
Nyeri pada luka bila bergerak
Perawatan WSD harus diperhatikan
Inefektif kebersihan jalan nafas
-

2.1.5

- kerusakan integritas kulit
- resiko terhadap infeksi
- perubahan kenyamanan
nyeri
- ketidakefektifan pola pernafasan
gangguan mobilitas fisik

Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada trauma toraks ialah:
1. Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.
2. Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo/hemopneumothoraks-emfisema
pembedahan.

3. Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot papilar; ruptur klep
jantung.
4. Pembuluh darah besar : hematothoraks.
5. Esofagus : mediastinitis.
6. Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal
(http://www.qirtin.com/askep-trauma-dada)

2.1.6

Prognosis
Banyak penderita maninggal setelah sampai dirumah sakit dan banyak
kematian ini seharusnya dapat dicegah dengan meningkatkan kemapuan
dignostik dan terpi. Kurang dari 10% dari trauma tumpul toraks dan hanya 1530% dari trauma tembus toraks yang membutuhkan tindakan torakotomi.
Mayoritas kasus trauma toraks dapat diatasi dengan tindakan teknik prosedur
yang akan diperoleh oleh dokter yang mengikuti suatu kursus penyelamatan
kasus trauma toraks.

2.1.7

Pemeriksaan Diagnostik
Beberapa pemeriksaan diagnostik awal yang dilakukan, yaitu:
1. Rontgen dada
2. HSD
3. Urinalisis
4. Elektrolit dan osmolalitas
5. Saturasi oksigen
6. Gas darah arteri
7. EKG
8. CT Scan juga dpt dilakukan

2.1.8

Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan adalah untuk mengevaluasi kondisi pasien dan
melakukan resusitasi agresif. Sebuah jalan nafas segera ditetapkan dengan
dukungan oksigen dan pada beberapa kasus, dukungan ventilator. Tetapkan
kembali volume cairan, memulihkan seal pleura dalam dada, dan mengalirkan
cairan intrapleura serta darah.
Untuk memulihkan dan mempertahankan fungsi jantung paru, jalan nafas
yang adekuat dibuatdan dilakukan ventilasi. Tindakan ini termasuk stabilisasi
dan menstabilkan kembali intregitas dinding dada, menyumbat setiap lubang
pada dada (pneumotoraks terbuka), dan mengalirkan atau membuang setiap
udara atau udara atau cairan dari dalam toraks untuk menghilangakan
pneumotoraks/hemotoraks serta tamponade jantung. Hipovolemia dan curah
jantung yang rendah diperbaiki. (keperawatan medikal bedah, 2001)
2.2

Konsep Dasar Keperawatan

2.2.1

Pengkajian Keperawatan
1. Biodata
 Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnostik


medik, alamat.
Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab selama perawatan, data yang terkumpul meliputi
nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.

2. Riwayat Kesehatan
 Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri


pada dada dan gangguan bernafas.
Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode
PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien,
quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana (nyeri yang dirasakan klien,
Regional (R) yaitu penyebaran nyeri, safety (S) yaitu posisi yang sesuai

untuk mengurangi nyeri dan dapat membuat klien merasa nyaman dan


Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri.
Riwayat kesehatan yang lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah
terdapat riwayat sebelumnya.

3. Pemeriksaan fisik
1. Sistem pernafasan
 Sesak napas
 Nyeri, batuk-batuk.
 Terdapat retraksi klavikula/dada.
 Pengambangan paru tidak simetris.
 Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain.
 Pada

perkusi

ditemukan

adanya

suara

sonor/hipersonor/timpani,

hematotraks
 Pada

asukultasi

suara

nafas

menurun,

bising

berkurang/menghilang.
 Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas.
 Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
 Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.
2.

Sistem Kardiovaskuler :
 Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk.
 Takhikardia, lemah
 Pucat, Hb turun /normal.
 Hipotensi.

3.

Sistem Persyarafan :
 Tidak ada kelainan.

4.

Sistem Perkemihan.
 Tidak ada kelainan

5.

Sistem Pencernaan :
 Tidak ada kelainan

6.

Sistem Muskuloskeletal - Integumen.

napas

yang

 Kemampuan sendi terbatas.
 Ada luka bekas tusukan benda tajam.
 Terdapat kelemahan.
 Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.
7.

Sistem Endokrin :
 Terjadi peningkatan metabolisme.
 Kelemahan.

8.

Sistem Sosial / Interaksi.
 Tidak ada hambatan.

9.

Spiritual :
 Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.

4. Pemeriksaan Diagnostik :
 Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pleural.
 Pa Co2 kadang-kadang menurun.
 Pa O2 normal / menurun.
 Saturasi O2 menurun (biasanya).
 Hb mungkin menurun (kehilangan darah).
 Toraksentesis : menyatakan darah/cairan.

2.2.1.

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa:
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak
maksimal karena akumulasi cairan/udara
2. ketidakefektifan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
sekresi sekret dan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan
3. Perubahan kenyamanan: nyeri akut berhubungan dengan ketidakcukupan
kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal
4. Resikolaboratif: atelektasis dan penggeseran mesiatinum
5. Kerusakan integritas kulit berhubngan dengan trauma mekanik terpasang
bullow drainage

6. Resiko terdapatnya infeksi berhubungan tempat masuknya infeksi sekunder
terhadap trauma
2.2.3

Intervensi keperawatan
Diagnosa

Rencana keperawatan

Keperawatan/

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Masalah Kolaborasi
1. Pola Nafas tidak NOC:
efektif berhubungan



dengan :

NIC:
Respiratory status :
Ventilation

- Hiperventilasi



- Penurunan

Respiratory status :
Airway patency

energi/kelelahan



Vital sign Status

- Perusakan/pelema
han

muskulo- Setelah dilakukan tindakan

skeletal

keperawatan

- Kelelahan

selama

otot ………..pasien

pernafasan
- Hipoventilasi
sindrom

menunjukkan

keefektifan

pola

dibuktikan

nafas,

dengan kriteria hasil:

- Nyeri



Mendemonstrasikan

- Kecemasan

batuk efektif dan suara

- Disfungsi

nafas

Neuromuskuler
- Obesitas
- Injuri

yang

tidak ada sianosis dan
dyspneu

tulang

belakang

(mampu

mengeluarkan sputum,
mampu

bernafas

mudah,
DS:
- Dyspnea
- Nafas pendek
DO:

bersih,

dg

tidakada

pursed lips)
Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama

 Membuka jalan napas
 Memposisikan pasien

untuk

mendaptkan ventilasi maksimal
 Mengeluarkan sekret dengan
batuk efektif atau suction
 Mengajarkan batuk efektif
 Auskultasi suara napas
 Memonitor status respiratori daan
oksigenasi
 Terapi oksigen
 Memebersihkan

sekresi

pada

mulut, hidung dan trakea
 Memelihara kepatenan

jalan

napas
 Memberikan suplemen oksigen
 Memonitor aliran oksigen
 Memonitor kemampuan pasien
dalam memelihara oksigen
 Mengobservasi tanda terjadinya
hipoventilasi
 Memonitor kecemasan pasien
 Mngajarkan pada pasoen dan
keluarga

bagaimana

menggunakan oksigen dirumah
 Posisikan
pasien
untuk
memaksimalkan ventilasi
 Pasang mayo bila perlu
 Lakukan fisioterapi dada jika

- Penurunan

nafas,

frekuensi

tekanan

pernafasan

inspirasi/ekspirasi

rentang normal, tidak

- Penurunan
pertukaran

ada
udara

per menit
pernafasan
tambahan
- Orthopnea
- Pernafasan
pursed-lip
ekspirasi

berlangsung
sangat lama
- Penurunan
kapasitas vital
- Respirasi: < 11 –
24 x /mnt

nafas

abnormal)

atau suction
 Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
 Berikan bronkodilator :

Tanda Tanda vital dalam

- Menggunakan otot

- Tahap

suara

dalam

perlu
 Keluarkan sekret dengan batuk

rentang normal (tekanan
darah, nadi, pernafasan)

-…………………..
…………………….
 Berikan pelembab udara Kassa
basah NaCl Lembab
 Atur

intake

untuk

cairan

mengoptimalkan keseimbangan.
 Monitor respirasi dan status O2
 Bersihkan mulut, hidung dan
secret trakea
 Pertahankan jalan nafas yang
paten
 Observasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
 Monitor

adanya

kecemasan

pasien terhadap oksigenasi
 Monitor vital sign
 Informasikan pada pasien dan
keluarga tentang tehnik relaksasi
untuk memperbaiki pola nafas
 Ajarkan bagaimana batuk efektif
 Monitor pola nafas

Diagnosa

Keperawatan/ Rencana keperawatan

Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil

1. Bersihan Jalan Nafas NOC:
tidak
-

Infeksi,

disfungsi

neuromuskular,
hiperplasia
bronkus,

banyaknya

patency

dinding  Setelah dilakukan
alergi jalan
keperawatan

jalan

 Memelihara kepatenan jalan nafas
 Memonitor
eek
perubahan

tindakan 

selama 

…………..pasien

- Obstruksi jalan nafas :
sekresi

 Respiratory status : Airway

Aktivitas:

 Aspiration Control

nafas, asma, trauma
spasme

NIC: Bantuan ventilasi

efektif  Respiratory status : Ventilation

berhubungan dengan:

Intervensi

nafas,
tertahan,

menunjukkan keefektifan jalan 
nafas

dibuktikan

dengan

kriteria hasil :

mukus,  Mendemonstrasikan
batuk
adanya jalan nafas buatan,
efektif dan suara nafas yang
sekresi bronkus, adanya
bersih, tidak ada sianosis dan
eksudat di alveolus,
dyspneu
(mampu
adanya benda asing di
mengeluarkan
sputum,
jalan nafas.
bernafas dengan mudah, tidak
DS:
ada pursed lips)
- Dispneu
 Menunjukkan jalan nafas yang
DO:
paten (klien tidak merasa
- Penurunan suara nafas
tercekik,
irama
nafas,
- Orthopneu
frekuensi pernafasan dalam
- Cyanosis
rentang normal, tidak ada
- Kelainan suara nafas
suara nafas abnormal)
(rales, wheezing)
 Mampu mengidentifikasikan



oksigenasi
Membantu bernafas dalam
Mengauskultasi suara nafas
Mengajarkan teknik bernafas
lewat mulut
Mengajarkan
dengan baik
Memonitor

teknik

bernafas

kelemahan

otot

respirasi

 Pastikan kebutuhan oral / tracheal
suctioning.
 Berikan

O2

……l/mnt,

metode………
 Anjurkan pasien untuk istirahat dan
napas dalam
 Posisikan

pasien

untuk

memaksimalkan ventilasi
 Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
 Auskultasi

suara

nafas,

catat

- Kesulitan berbicara

dan mencegah faktor yang

- Batuk, tidak efekotif atau

penyebab.

tidak ada

 Saturasi

- Produksi sputum
- Gelisah
- Perubahan frekuensi dan

 Berikan bronkodilator :
O2

dalam

batas

thorak

dalam

batas

normal
 Foto

adanya suara tambahan

normal

irama nafas

- ………………………
- ……………………….
- ………………………
 Monitor status hemodinamik
 Berikan pelembab udara Kassa
basah NaCl Lembab
 Berikan antibiotik :
…………………….
…………………….
 Atur

intake

untuk

cairan

mengoptimalkan keseimbangan.
 Monitor respirasi dan status O2
 Pertahankan hidrasi yang adekuat
untuk mengencerkan sekret
 Jelaskan pada pasien dan keluarga
tentang penggunaan peralatan : O2,
Suction, Inhalasi.

2.2.4

Implementasi Keperawatan
Dilakukan sesuai dengan intervensi

2.2.5

Evaluasi Keperawatan
1. Menunjukkan ketidakefektifan pola pernapasan

2.2.6

2. menunjukkan inefektif bersihan jalan napas
3. Adanya perubahan kenyamanan : Nyeri akut
4. Tidak adanya gangguan mobilitas fisik
5. Tidak adanya kerusakan integritas kulit
Discharge Planning
1. Hilangkan nyeri interkosta yang mungkin terjadi dengan menggunakan
pemanasan lokal dan nalgesia oral
2. Selingi berjalan dan aktivitas lain dengan periode istirahat yang sering.
Sadari bahwa kelemahan dan keletihan adalah umum untuk 3 minggu
pertama.
3. Praktikkanlah latihan pernapasan beberapa kali sehari selama beberapa
minggu pertama di rumah
4. Hindari mengangkat beban lebih dari 10 kg sampai terjadi penyembuhan
sempurna; otot-otot dada dan insisi mungkin lebih lemah dari normal
selama 3 sampai 6 bulan setelah operasi
5. Berjalan dengan jarak sedan, secara bertahap tingkatkan waktu dan jarak
berjalan. Jaga tetap persisten.
6. Dengan segera hentikan semua ktifitas yang dapat menyebabkan keletihan,
peningkatan sesak nafas, atau nyeri dada
7. Hindari iritan bronkhial (merokok, asap, polusi udara, semprot aerosol)
8. Cegah kedinginan atau infeksi paru
9. Dapatkan vaksin influenza tahunan. Juga bahas vaksinasi terhadap
pneumonia dengan dokter
10. Melapor untuk tindak lanjut perawatan oleh ahli bedah atau kllinik sesuai
kebutuhan

BAB 3

3.1

PENUTUP
Kesimpulan
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum
thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat

menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma thoraks diklasifikasikan
dengan tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang
mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit
diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu
(Brunner & Suddarth, 2002).
Cedera pada dada sering mengancam jiwa dan mengakibatkan satu atau
lebih mekanisme ptologi berikut:
 Hipoksemia akibat gangguan jalan napas, cedera pada parenkim paru,

1.2



sangkar iga, dan otot pernapasan , kolaps paru dan pneumonia.
Hipovolemia akibat kehilangan cairan masif dari pembuluh besar, ruptur



jantung, atau hemotoraks.
Gagal jantung akibat tamponade jantung, kontusio jantung, atau tekanan
intra toraks yang meningkat.
Saran
Dalam melakukan asuhan keperawatan khususnya dengan gangguan
sistem pernafasan trauma toraks hendaknya mengetahui terlebih dahulu
gambaran keadaan pasien dan rencana asuhan keperawatan yang tepat untuk
penanganan yang lebih.

DAFTAR PUSTAKA

Crowin, Elizabeth. 2009. Patofisiologi . Jakarta : EGC
Muttaqin, Ariff. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan Edisi 2 . Jakarta: Salemba Medika.

Shamsuhidajat, R. 2004. Buku Ajar Ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Volume 1. EGC. Jakarta .
Smeltzer, Suzanne C.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Volume 1. EGC. Jakarta .
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC
dan Kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati penulis memanjatkan puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan Tugas Makalah ini untuk memenuhi dalam bidang penilaian
mata kuliah Keperawatan Kritis I yang berjudul Asuhan Keperawatan dengan Gangguan
Sistem Pernafasan pada Pasien dengan Trauma Thoraks.

Dalam pembuatan makalah ini tentu masih banyak kekurangan baik itu dari segi
penulisan, isi dan lain sebagainya, maka penulis sangat mengharapkan kritikan dan
saran guna perbaikan untuk pembuatan makalah untuk hari yang akan datang.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga
tulisan sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca. Atas semua ini
penulis mengucapkan terima kasih, semoga segala bantuan dari semua pihak mudah –
mudahan mendapat amal baik yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Medan, September 2014

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
BAB 1 : PENDAHULUAN..............................................................................
1.1 Latar Belakang..........................................................................
1.2 Tujuan.......................................................................................
BAB 2 : TINJAUAN TEORITIS
2.1. Konsep Dasar Medis....................................................................
2.1.1
2.1.2

Pengertian.............................................................................
Anatomi Fisiologi................................................................

2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6
2.1.7
2.1.8
2.1.9

Etiologi.................................................................................
Manifestasi klinis.................................................................
Pathway................................................................................
Komplikasi...........................................................................
Prognosis..............................................................................
Pemeriksaan Diagnostik.......................................................
Penatalaksanaan...................................................................

2. 2. Konsep Dasar Keperawatan......................................................................
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5

Pengkajian.................................................................................
Diagnose Keperawatan.............................................................
Intervensi Keperawatan
Implementasi Keperawatan.....................................................
Evaluasi Keperawatan..............................................................

BAB 3 : PENUTUP..........................................................................................
3.1 Kesimpulan.........................................................................................
3.2 Saran...................................................................................................
3.3 DAFTAR PUSTAKA

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Berburu dengan anjing terlatih_1

0 46 1

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5