Hubungan Penggunaan Media Sosial Facebook Dengan Penurunan Tajam Penglihatan Pada Mahasiswa I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Mata

Mata adalah suatu organ yang rumit dan sangat berkembang yang peka terhadap cahaya. Mata dapat melewatkan cahaya dengan bentuk dan intensitas cahaya serta warna dalam keadaan yang sempurna. Dengan kandungan yang kuat dan kenyal untuk mempertahankan bentuknya, mata juga dilindungi oleh struktur tulang yang bersifat protektif dan letaknya disebut dengan orbit. Selain itu, mata juga memiliki lensa yang merupakan suatu lapisan berisi sel peka cahaya yang dapat memfokuskan bayangan. Pada mata juga terdapat sel dan saraf yang berfungsi untuk mengumpulkan, memproses, dan meneruskan informasi visual ke otak. Terdapat 3 lapisan yang melengkung pada mata yaitu lapisan terluar yang terdiri dari kornea dan sklera, lapisan tengah yang terdiri dari koroid, badan silier dan iris yang disebut juga lapisan vaskuler, dan lapisan dalam yang terdiri dari jaringan saraf, retina. (Junqueira, 2007)


(2)

Lensa pada mata yang disebut juga lensa kristalin merupakan suatu struktur bening yang ditahan pada tempatnya oleh suatu ligamen yang berbentuk sirkuler yang dinamakan lens suspensory ligament (Zonula). Zonula ini melekat pada bagian yang menebal pada badan koroid yang berisi serat otot sirkuler dan longitudinal untuk menebalkan dan memipihkan lensa. Didepan lensa juga memiliki suatu struktur yang berpigmen dan tidak tembus cahaya yang disebut iris. Iris ini memiliki serat otot sirkuler dan serat otot radial. (Barrett et al, 2010)

Diantara kornea dan lensa terdapat ruangan berisi cairan bening yang dihasilkan oleh badan silier disebut Aqueous humor. Cairan ini mengalir melalui pupil dan merupakan sumber nutrisi kornea dan lensa. Sirkulasi cairan ini melalui canal of Schlemm yang terdapat diantara iris dan kornea. Selain ruangan di diantara kornea dan lensa terdapat juga ruangan diantara lensa dan retina dimana ruangan tersebut diisi oleh cairan bersifat gelatin yang bening disebut vitreous humor. (Barrett et al., 2010)

Pada retina terdapat 2 lapisan yaitu pigmented layer dan neural layer. Pada pigmented layer terdapat sel epitel yang mengandung melanin yang terletak antara koroid dan bagian saraf dari retina dimana merupakan pemberi warna pada retina dan membantu untuk menyerap cahaya. Kemudian pada neural layer, terdapat beberapa sub lapisan sebelum suatu cahaya bisa berubah menjadi impuls yang kemudian akan dikirim ke akson saraf optik. Sub lapisan yang terdapat pada lapisan neural yaitu: photoreceptor layer, bipolar cell layer dan ganglion cell layer. Pada photoreceptor layer terdapat sel kerucut, sel batang, sel bipolar, sel ganglion dan amakrin. (Tortora, 2009)

Setiap sel pada photoreceptor layer memiliki kerja yang berbeda. Sel batang sangat sensitif terhadap cahaya yang berguna untuk penglihatan saat malam hari. Sel kerucut memberikan penglihatan warna dimana stimulasi sel ini dapat menyebabkan persepsi dari berbagai warna. Sel bipolar berfungsi untuk menghubungkan sinaps dari sel batang dan sel kerucut. Sel amakrin berfungsi untuk menginhibisi hubungan antara sel batang dan sel kerucut dengan sel ganglion.


(3)

Selain itu, sel amakrin juga berguna untuk meningkatkan sensitivitas dari retina. (Martini et al., 2012)

Sumber : Tortora, 2009 Gambar 2.2. Lapisan pada Retina

2.2. Proses Penglihatan

Cahaya yang merupakan bentuk radiasi elektromagnet yang dibentuk oleh suatu partikel dengan energi yang disebut foton. Panjang gelombang cahaya yang dapat diterima oleh reseptor cahaya yaitu 400-700 nanometer. Cahaya bersifat memancarkan gelombang ke segala arah dan dapat dibiaskan oleh medium yang dilewatinya. Suatu proses penglihatan awalnya dimulai dari cahaya yang masuk ke dalam mata. (Sherwood, 2010)

Karena adanya iris, tidak seluruh cahaya yang merambat ke mata masuk ke dalam rongga mata. Selain itu, terdapat juga celah yang dibentuk oleh serat otot pada iris yang disebut pupil. Otot sirkuler menyebabkan konstriksi pada pupil sedangkan serat otot radial menyebabkan dilatasi pada pupil. Perubahan dari


(4)

diameter pupil sangat berpengaruh terhadap masuknya cahaya yang akan mencapai retina. (Sherwood, 2010)

Cahaya yang masuk juga mengalami refraksi sehingga cahaya tersebut dapat menjadi bayangan yang akurat pada retina. Datangnya cahaya dari suatu arah akan direfraksikan menuju suatu titik dibelakang lensa. Titik tersebut akan jelas jika jatuh tepat pada retina, dan seluruh titik yang jatuh pada retina akan membentuk bayangan yang terbalik. (Barrett et al., 2010)

Ketika suatu cahaya jatuh pada pigmented layer dari retina, cahaya tersebut akan diserap dan dicegah agar tidak mengalami pemantulan cahaya melalui neural layer. Cahaya tersebut kemudian ditangkap oleh sel kerucut dan sel batang yang menduduki pigmented layer. Setelah itu, sel batang dan sel kerucut memberi gambaran terang dan warna dari bayangan. Bayangan tersebut akan diubah menjadi impuls dan dilanjutkan ke sel ganglion menuju saraf optik. (Martini et al., 2012)

Impuls pada saraf optik akan melewati optic chiasm yang merupakan persilangan yang berada pada circle of Willis pada otak. Sebagian impuls dari saraf optik masing-masing bola mata akan bersilangan pada optic chiasm. Kemudian impuls akan menuju lateral geniculate nuclei yang berada pada ujung optic tract. Setelah itu, impuls kemudian dilanjutkan geniculocalcarine tract. Geniculocalcarine tract ini juga disebut sebagai optic radiation karena fungsinya sebagai penyebar impuls ke bagian dari white matter pada otak. Terakhirnya, impuls tersebut akan sampai pada primary visual cortex (striate cortex) pada area 17 Brodmann. (Remington, 2012)


(5)

Sumber : Remington, 2012 Gambar 2.3. Jaras Penglihatan

2.3. Tajam Penglihatan

2.3.1. Definisi Tajam Penglihatan

Menurut Westheimer (2010), tajam penglihatan atau visual acuity merupakan batas kemampuan untuk membedakan objek visual secara detil. Kemampuan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1. Pupil, diameter pupil kurang dari 2 mm akan menyebabkan resolusi menjadi buruk dan diameter pupil lebih dari 6 mm maka akan menyebabkan perubahan gelombang yang berakibat pada jelasnya gambar yang akan diterima retina.


(6)

2. Defocus, kesalahan dari fokus akibat bayangan yang tidak jatuh tepat pada retina melainkan jatuh di belakang retina atau di depan retina.

3. Warna, campuran warna yang tidak sesuai.

4. Retinal Eccentricity, lengkungan pada retina perifer bayangan yang jatuh menjadi tidak jelas.

5. Luminance, pancaran cahaya yang kurang dari suatu sumber yang mengakibatkan kurangnya intensitas cahaya yang masuk ke dalam mata. 6. Contrast, perbedaan terangnya latar dan objek.

7. Waktu, suatu bayangan tidak dapat diinterpretasi ketika penerimaan suatu cahaya kurang dari 20 ms.

8. Lelah, melebihi batas kemampuan dalam melakukan suatu penglihatan yang mempengaruhi pembentukan bayangan ataupun impuls jaras otak.

9. Usia, ketajaman penglihatan bertambah perlahan dari usia 0 bulan hingga usia 3 tahun.

Ketajaman yang menurun menyebabkan penglihatan menjadi kabur (Fachrian et al., 2009). Ukuran dari tajam penglihatan sangat dipengaruhi oleh persepsi seseorang sehingga menyebabkan tajam penglihatan bersifat subjektif (Riordan-Eva et al., 2007). Subjektivitas ini dipengaruhi oleh keadaan mata saat menerima stimulus, kemampuan untuk memproses stimulus, dan respon dari subjek. Oleh karena itu, dibutuhkan alat pemeriksaan yang tepat untuk mengurangi subjektivitas tersebut (Westheimer,2012).

2.3.2. Pemeriksaan Tajam Penglihatan

Pemeriksaan tajam penglihatan merupakan suatu pemeriksaan fungsi mata secara keseluruhan dan merupakan langkah awal untuk menentukan penyebab dari penurunan tajam penglihatan. Pemeriksaan dapat dilakukan secara masing-masing mata ataupun 2 mata secara sekaligus. (Ilyas et al., 2011)


(7)

2.3.2.1. Tajam Penglihatan Sentral

Untuk memeriksa tajam penglihatan digunakan suatu alat pemeriksaan standar yaitu kartu Snellen. Pada kartu Snellen terdapat huruf - huruf yang merupakan standar dari huruf yang dapat dibaca orang normal pada jarak 20 kaki atau 6 meter. Hasil dari kartu Snellen dinyatakan dalam bentuk pecahan yang dimana memiliki pembilang dan penyebut. Pembilang berarti jarak antara huruf dengan subjek yaitu 20 kaki atau 6 meter dan penyebut berarti jarak huruf yang dapat dibaca oleh subjek. (Ilyas et al., 2011)

Pemeriksaan dimulai dari menyebutkan huruf terbesar yang kemudian dilanjutkan dengan huruf yang lebih kecil pada baris selanjutnya dan pengucapan huruf oleh pemeriksa dilakukan secara jelas dan perlahan. Pemeriksaan diakhiri jika subjek tidak mengenali huruf yang terletak pada 1 baris tersebut. Subjek yang dapat membaca secara lengkap dan jelas huruf pada baris 6/6 atau 20/20 pada kartu Snellen dinyatakan memiliki penglihatan 6/6 atau 20/20. Jika subjek tidak dapat membaca dengan jelas 1 huruf yang terdapat dalam 1 baris maka hasil penglihatan yang diambil adalah penglihatan pada baris terakhir dimana subjek dapat membaca dengan jelas. Subjek yang tidak dapat melihat dengan jelas huruf terbesar maka dapat dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan buruk. (Ilyas et al., 2011)

2.3.2.2. Tajam Penglihatan Buruk

Jika pada pemeriksaan dengan menggunakan kartu Snellen subjek tidak dapat melihat huruf pertama yang merupakan huruf terbesar, maka pemeriksaan dapat dilakukan dengan melihat jumlah jari. Pemeriksaan jumlah jari dimulai dari jarak 3 meter antara subjek dengan pemeriksa dan kemudian pemeriksa menunjukkan angka yang akan dilihat dan disebutkan oleh subjek. Pada mata normal, jumlah jari dapat dilihat dari 60 meter dan jika subjek masih tidak dapat melihat dari jarak 3 meter maka pemeriksa melangkah 1 meter mendekati subjek hingga subjek dapat melihat jumlah jari. Hasilnya dinyatakan dalam pecahan yaitu 3/60, 2/60, atau 1/60 dalam satuan meter. (Ilyas et al., 2011)


(8)

Subjek yang masih tidak dapat melihat jumlah jari maka dapat dilakukan pemeriksaan dengan lambaian tangan dengan jarak 1 meter di depan subjek. Lambaian tangan pada mata normal dapat dilihat dari jarak 300 meter sehingga interpretasinya merupakan 1/300 dalam satuan meter. Pada subjek yang ternyata belum dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter di depan pemeriksa, maka dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan yang terakhir yaitu proyeksi sinar. Dengan jarak 1 meter di depan pemeriksa, subjek diberi proyeksi sinar. Jika subjek masih dapat melihat sinar maka dinyatakan memiliki penglihatan 1/~ dalam satuan meter. Kemudian, jika pasien tidak dapat melihat adanya proyeksi cahaya maka dikatakan penglihatannya ada 0 (nol). (Ilyas et al., 2011)

2.3.3. Tajam Penglihatan dan Kekuatan Lensa Mata

Pengaruh kekuatan lensa mata pada pemeriksaan tajam penglihatan sangat besar. Kesalahan kekuatan lensa pada mata akan menyebabkan suatu bayangan yang jatuh pada retina tidak tepat sehingga berakibat bayangan tersebut menjadi tidak jelas (blur). Terdapat rumus yang memperkirakan tajam penglihatan dengan menggunakan kekuatan lensa mata yaitu :

� =

,5�+ , 5 Dimana :

D = Ukuran tajam penglihatan (dalam penyebut dengan pembilang 20 kaki) E = Kekuatan lensa mata (dalam dioptri)

Dengan mengetahui kekuatan lensa mata maka dapat diperkirakan tajam penglihatan pada seseorang. (Meister et al., 2010)


(9)

2.4. Kerusakan Penglihatan

2.4.1. Epidemiologi

Penelitian prevalensi dari gangguan penglihatan di Indonesia sangat jarang dilakukan. Salah satu penelitian mengenai prevalensi dan penyebab dari penglihatan kurang oleh Saw et al. (2003) yang dilakukan pada daerah pedesaan di beberapa provinsi di Pulau Sumatra. Terdapat angka prevalensi 5,8% untuk penglihatan kurang bilateral dan untuk kebutaan yang bilateral terdapat angka prevalensi 2,2%. Angka prevalensi untuk penglihatan kurang juga bertambah 1,2% untuk usia 21-30 hingga 19,8% untuk usia 50 tahun keatas. Dari penelitian ini juga didapatkan bahwa penghasilan juga berpengaruh dalam penglihatan kurang dimana dewasa yang berpenghasilan rendah yaitu dibawah Rp 500.000 memiliki rasio yang lebih tinggi yaitu 2,3% dibandingkan dewasa dengan penghasilan tinggi (Rp 500.000 – Rp 1.000.000 per bulan) yaitu 1,1%. Terdapat juga pengaruh pendidikan terhadap penglihatan kurang dan kebutaan dimana rasio penglihatan kurang dewasa dengan pendidikan kurang (hanya sampai sekolah dasar) memiliki rasio 6,6% dan yang berpendidikan lebih tinggi yaitu 1,6%. Penyebab dari penglihatan kurang hingga kebutaan umumnya katarak kemudian diikuti oleh kesalahan refraktif yang tidak dikoreksi.


(10)

2.4.2. Derajat Penglihatan Kurang (Low Vision)

Terdapat kategori untuk menentukan keparahan suatu penglihatan melalui pemeriksaan tajam penglihatan menurut Ilyas et al. (2011) yaitu sesuai dengan Tabel 2.1. berikut ini:

Tabel 2.1. Tajam Penglihatan dan Penglihatan Kurang

Kategori Jarak Snellen

Jarak 6 meter Jarak 20 kaki

Penglihatan Normal 6/3 6/5 6/6 6/7.5 20/10 20/15 20/20 20/25 Penglihatan Hampir Normal 6/9 6/12 6/15 6/18 6/21 20/30 20/40 20/50 20/60 20/70

Low Vision Sedang

6/24 6/30 6/38 20/80 20/100 20/125

Low Vision Berat

6/60 6/90 6/120 20/200 20/300 20/400

Low Vision Nyata 6/240 20/800

Hampir Buta Penglihatan kurang dari 4 kaki ( sekitar 1 meter) untuk hitungan jari

Buta Total Tidak mengenal rangsangan sinar sama sekali Sumber : Ilyas et al. (2011)


(11)

Berdasarkan dari kategori dari Tabel 2.1 maka penglihatan kurang atau low vision diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Low Vision Ringan : Tajam penglihatan kurang dari 6/18 hingga 6/48 atau kurang dari 20/70 hingga 20/160

2. Low Vision Berat : Tajam penglihatan kurang dari 6/48 atau 20/160

2.5. Media Sosial

2.5.1. Fungsi Media Sosial

Kietzmann et al. (2011) menyatakan bahwa penggunaan media sosial tidak lepas dari fungsinya yang memiliki peran penting dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Masing-masing media sosial memiliki fungsi yang dominan yang menjadi ciri khas pengguna dunia maya untuk mengakses media sosial tersebut. Terdapat 7 fungsi yang merupakan dasar dari media sosial yaitu :

1. Identitas

Pengguna berusaha untuk memperkenalkan dirinya pada media sosial dengan cara meletakkan informasi seperti nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, lokasi, dan informasi yang khusus mengenai dirinya.

Pengenalan diri pada dunia maya ini terjadi secara sadar dan tidak sadar dari informasi yang subjektif seperti pemikiran, perasaan, kegemaran dan ketidaksenangan.

Beberapa media sosial bahkan membutuhkan profil dari pengguna untuk mencari komunitas yang cocok untuk pengguna. Beberapa pengguna juga dapat menuliskan hal yang dapat membuat orang lain tertarik dan mengikuti perkembangan pengguna tersebut.


(12)

2. Pembicaraan

Salah satu ketertarikan pengguna dalam media sosial adalah fasilitas komunikasi. Komunikasi ini ditujukan secara individual maupun grup dan terjadi pada segala kondisi.

Pada beberapa perusahaan yang mencoba untuk melakukan iklan pada dunia maya juga menyediakan suatu forum untuk berbagi tentang produk yang mereka gunakan dalam keseharian dengan tujuan menambah konsumen melalui komentar yang baik dari konsumen lain yang menggunakan media sosial.

3. Berbagi

Dalam kegiatan berbagi, pengguna dapat mendistribusi, bertukar dan menerima suatu hal. Dengan efek dari berbagi, pengguna media sosial juga menyatu di dunia maya melalui kesamaan yang mereka miliki bersama. Pengguna yang berbagi suatu objek yang menjadi ketertarikan dari pengguna lain akan menciptakan komunitas untuk mengajak lebih banyak pengguna lagi agar masuk dan meramaikan komunitas tersebut. Tanpa suatu hal yang dapat dibagi, tidak ada alasan dari satu pengguna untuk berhubungan dengan pengguna lain.

4. Kehadiran

Dibutuhkannya kehadiran untuk mengetahui apa suatu pengguna dapat diterima dalam suatu komunitas. Suatu kehadiran dapat ditentukan dengan mengetahui dimana pengguna tinggal di dunia asli atau keaktifan di suatu halaman pada dunia maya.

Melalui hubungan-hubungan tersebut, antar pengguna dapat mengetahui kehadiran seseorang tidak hanya di dalam dunia maya, tetapi juga di dalam dunia asli.


(13)

5. Relasi

Relasi menjelaskan bagaimana antar pengguna dapat menjalin hubungan yang baik sehingga dapat menciptakan kebersamaan. Pengguna-pengguna media sosial kemudian dapat bersama-sama melakukan suatu hal yang sejalan baik dalam kesenangan ataupun keinginan mereka.

Melalui relasi ini juga, pengguna dapat dideskripsikan dalam berbagai jenis. Beberapa pengguna memilih sebagai penggemar dari pengguna lain akibat dari suatu hal khusus yang ada pada pengguna tersebut. Selain itu, pengguna juga memilih untuk hanya berteman dengan pengguna lain walaupun ada yang memilih untuk lanjut ke tahap yang lebih serius.

6. Reputasi

Keinginan pengguna media sosial tidak hanya terbatas pada identitas ataupun kehadiran tetapi beberapa pengguna juga mencari reputasi. Pengguna yang memiliki kesenangan dalam sesuatu akan menjadi penggemar pengguna lain yang sudah ahli dibidangnya. Reputasi akan pengguna tersebut akan meningkat dan semakin dikenali didalam dunia maya.

Melalui reputasi yang didapatkan, suatu pengguna akan menjadi lebih termotivasi untuk berbagi hal yang dapat menguntungkan bagi pengguna lain dan dapat menciptakan suatu komunitas baru yang digemari oleh banyak pengguna.

7. Grup

Pengguna media sosial dapat menciptakan grup yang sesuai untuk dirinya. Terrdapat 2 grup yang terdapat pada media sosial yaitu dimana grup yang pertama, individu yang dapat memilih teman-teman nyata, dekat ataupun orang-orang yang dikenal yang masuk kedalam grup tersebut, sedangkan yang kedua, grup yang dapat diikuti oleh semua orang, tertutup ataupun melalui suatu undangan untuk masuk kedalam grup tersebut.


(14)

2.5.2. Kelebihan dan Kekurangan Media Sosial

Penggunaan media sosial sebagai kegiatan sehari-hari juga memiliki dampak yang positif dan negatif untuk pengguna. Menurut Ali (2013), pengunaan media sosial banyak dimanfaatkan dalam bidang bisnis. Penggunaan iklan untuk menambah konsumen juga dilakukan tidak hanya pada televisi dan radio tetapi juga melalui media sosial. Dengan media sosial, konsumen dapat dengan mudah mengakses berita yang ada pada iklan dan bahkan dapat melakukan pemesanan secara langsung. Kegunaan media sosial ini juga menghilangkan batas jarak antar pengguna di dunia nyata dan dengan media sosial, berbagi pemikiran, memberitakan suatu kejadian, memperlihatkan hasil karya atau ide pengguna sendiri menjadi sangat praktis dan cepat.

Dibalik dari semua kelebihan yang terdapat pada media sosial, maka media sosial juga tidak lepas dari efek negatif. Salah satu yang menjadi permasalahan pengguna media sosial adalah ketergantungan. Ketergantungan media sosial mengakibatkan pengguna tidak dapat lepas dari mengakses media sosial sehingga menyebabkan kehilangan fokus dan konsentrasi pada dunia asli. Hal tersebut kemudian mengurangi kemampuan bersosialisasi pada dunia nyata. Selain dari ketergantungan, keamanan dari pengguna juga menjadi masalah yang luas bagi pengguna dari media sosial. Akibat dari terlalu banyaknya informasi yang disampaikan oleh seseorang ke media sosial akan menyebabkan seseorang menjadi rentan menjadi korban dalam suatu kejahatan.

2.6. Media Sosial dan Tajam Penglihatan

Menurut Duggan et al. (2013), pada seluruh penggunaan dunia maya terdapat sekitar 67% yang mengakses media sosial, peningkatan yang signifikan juga tidak lepas dari penggunaan perangkat elektronik untuk mengakses dunia maya. Penggunaan dari perangkat elektronik juga dilakukan dalam jarak dekat dalam waktu yang tidak singkat.


(15)

Ketika mata melihat sesuatu objek yang dekat, maka mata melakukan mekanisme akomodasi untuk mengatur fokus lensa mata agar cahaya dapat tepat jatuh di retina. Menurut Rempel et al. (2007), akomodasi yang berlama-lama akan menyebabkan pengurangan kelenturan dan kapasitas otot mata untuk mencembungkan lensa mata dan menyebabkan kelelahan pada mata. Tetapi pada penelitian tersebut tidak terdapat lamanya waktu akomodasi hingga menyebabkan pengurangan fungsi mata tersebut.

Pada penelitian Shieh (2000), jarak rata-rata mata pengguna dengan layar komputer yang memiliki ukuran yang berbeda adalah 42,3 cm sedangkan menurut penelitian Jaschinski (2002), jarak mata pengguna dengan layar komputer secara rata-rata yaitu 63 cm agar mata tidak mengalami gangguan dalam proses akomodasi dan gejala-gejala lain yang dapat mengakibatkan penurunan tajam penglihatan.

Penelitian yang dilakukan Abdelaziz et al. (2009), dari 40 pengguna komputer, menunjukkan adanya gangguan penglihatan pada 29 pengguna yang telah menggunakan komputer selama 2 hingga 5 tahun dengan penggunaan lebih dari 10 jam per hari. Gangguan penglihatan juga terjadi pada pengguna yang telah menggunakan komputer selama 2 hingga 15 tahun.

Penggunaan media sosial melalui telepon genggam menjadi pilihan kedua dalam survei yang dilakukan oleh Nielsen (2012). Adapun penelitian oleh Bababekova et al. (2011) yang meneliti jarak rata-rata mata pengguna dengan perangkat elektronik berupa telepon genggam. Pada penggunaan akses internet, jarak rata-rata mata dengan layar telepon genggam adalah 36,2 cm sedangkan jarak yang direkomendasi agar tidak menyebabkan gangguan pada mata adalah 40 cm. Selain itu, Pada penelitian tersebut didapatkan bahwa untuk membaca tulisan secara nyaman pada halaman dunia maya diperlukan jarak 3 kali lipat lebih dekat dari kemampuan tajam mata yang seharusnya. Tulisan yang terdapat pada dunia maya umumnya memiliki ukuran yang sama dengan huruf ukuran 6/15 pada kartu Snellen sehingga menyebabkan pengguna melakukan akomodasi hingga tulisan setara dengan 6/5 untuk mendapatkan perasaan nyaman.


(1)

2.4.2. Derajat Penglihatan Kurang (Low Vision)

Terdapat kategori untuk menentukan keparahan suatu penglihatan melalui pemeriksaan tajam penglihatan menurut Ilyas et al. (2011) yaitu sesuai dengan Tabel 2.1. berikut ini:

Tabel 2.1. Tajam Penglihatan dan Penglihatan Kurang

Kategori Jarak Snellen

Jarak 6 meter Jarak 20 kaki

Penglihatan Normal 6/3 6/5 6/6 6/7.5 20/10 20/15 20/20 20/25 Penglihatan Hampir Normal 6/9 6/12 6/15 6/18 6/21 20/30 20/40 20/50 20/60 20/70

Low Vision Sedang

6/24 6/30 6/38 20/80 20/100 20/125

Low Vision Berat

6/60 6/90 6/120 20/200 20/300 20/400

Low Vision Nyata 6/240 20/800

Hampir Buta Penglihatan kurang dari 4 kaki ( sekitar 1 meter) untuk hitungan jari

Buta Total Tidak mengenal rangsangan sinar sama sekali Sumber : Ilyas et al. (2011)


(2)

Berdasarkan dari kategori dari Tabel 2.1 maka penglihatan kurang atau low vision diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Low Vision Ringan : Tajam penglihatan kurang dari 6/18 hingga 6/48 atau kurang dari 20/70 hingga 20/160

2. Low Vision Berat : Tajam penglihatan kurang dari 6/48 atau 20/160

2.5. Media Sosial

2.5.1. Fungsi Media Sosial

Kietzmann et al. (2011) menyatakan bahwa penggunaan media sosial tidak lepas dari fungsinya yang memiliki peran penting dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Masing-masing media sosial memiliki fungsi yang dominan yang menjadi ciri khas pengguna dunia maya untuk mengakses media sosial tersebut. Terdapat 7 fungsi yang merupakan dasar dari media sosial yaitu :

1. Identitas

Pengguna berusaha untuk memperkenalkan dirinya pada media sosial dengan cara meletakkan informasi seperti nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, lokasi, dan informasi yang khusus mengenai dirinya.

Pengenalan diri pada dunia maya ini terjadi secara sadar dan tidak sadar dari informasi yang subjektif seperti pemikiran, perasaan, kegemaran dan ketidaksenangan.

Beberapa media sosial bahkan membutuhkan profil dari pengguna untuk mencari komunitas yang cocok untuk pengguna. Beberapa pengguna juga dapat menuliskan hal yang dapat membuat orang lain tertarik dan mengikuti perkembangan pengguna tersebut.


(3)

2. Pembicaraan

Salah satu ketertarikan pengguna dalam media sosial adalah fasilitas komunikasi. Komunikasi ini ditujukan secara individual maupun grup dan terjadi pada segala kondisi.

Pada beberapa perusahaan yang mencoba untuk melakukan iklan pada dunia maya juga menyediakan suatu forum untuk berbagi tentang produk yang mereka gunakan dalam keseharian dengan tujuan menambah konsumen melalui komentar yang baik dari konsumen lain yang menggunakan media sosial.

3. Berbagi

Dalam kegiatan berbagi, pengguna dapat mendistribusi, bertukar dan menerima suatu hal. Dengan efek dari berbagi, pengguna media sosial juga menyatu di dunia maya melalui kesamaan yang mereka miliki bersama.

Pengguna yang berbagi suatu objek yang menjadi ketertarikan dari pengguna lain akan menciptakan komunitas untuk mengajak lebih banyak pengguna lagi agar masuk dan meramaikan komunitas tersebut. Tanpa suatu hal yang dapat dibagi, tidak ada alasan dari satu pengguna untuk berhubungan dengan pengguna lain.

4. Kehadiran

Dibutuhkannya kehadiran untuk mengetahui apa suatu pengguna dapat diterima dalam suatu komunitas. Suatu kehadiran dapat ditentukan dengan mengetahui dimana pengguna tinggal di dunia asli atau keaktifan di suatu halaman pada dunia maya.

Melalui hubungan-hubungan tersebut, antar pengguna dapat mengetahui kehadiran seseorang tidak hanya di dalam dunia maya, tetapi juga di dalam dunia asli.


(4)

5. Relasi

Relasi menjelaskan bagaimana antar pengguna dapat menjalin hubungan yang baik sehingga dapat menciptakan kebersamaan. Pengguna-pengguna media sosial kemudian dapat bersama-sama melakukan suatu hal yang sejalan baik dalam kesenangan ataupun keinginan mereka.

Melalui relasi ini juga, pengguna dapat dideskripsikan dalam berbagai jenis. Beberapa pengguna memilih sebagai penggemar dari pengguna lain akibat dari suatu hal khusus yang ada pada pengguna tersebut. Selain itu, pengguna juga memilih untuk hanya berteman dengan pengguna lain walaupun ada yang memilih untuk lanjut ke tahap yang lebih serius.

6. Reputasi

Keinginan pengguna media sosial tidak hanya terbatas pada identitas ataupun kehadiran tetapi beberapa pengguna juga mencari reputasi. Pengguna yang memiliki kesenangan dalam sesuatu akan menjadi penggemar pengguna lain yang sudah ahli dibidangnya. Reputasi akan pengguna tersebut akan meningkat dan semakin dikenali didalam dunia maya.

Melalui reputasi yang didapatkan, suatu pengguna akan menjadi lebih termotivasi untuk berbagi hal yang dapat menguntungkan bagi pengguna lain dan dapat menciptakan suatu komunitas baru yang digemari oleh banyak pengguna.

7. Grup

Pengguna media sosial dapat menciptakan grup yang sesuai untuk dirinya. Terrdapat 2 grup yang terdapat pada media sosial yaitu dimana grup yang pertama, individu yang dapat memilih teman-teman nyata, dekat ataupun orang-orang yang dikenal yang masuk kedalam grup tersebut, sedangkan yang kedua, grup yang dapat diikuti oleh semua orang, tertutup ataupun


(5)

2.5.2. Kelebihan dan Kekurangan Media Sosial

Penggunaan media sosial sebagai kegiatan sehari-hari juga memiliki dampak yang positif dan negatif untuk pengguna. Menurut Ali (2013), pengunaan media sosial banyak dimanfaatkan dalam bidang bisnis. Penggunaan iklan untuk menambah konsumen juga dilakukan tidak hanya pada televisi dan radio tetapi juga melalui media sosial. Dengan media sosial, konsumen dapat dengan mudah mengakses berita yang ada pada iklan dan bahkan dapat melakukan pemesanan secara langsung. Kegunaan media sosial ini juga menghilangkan batas jarak antar pengguna di dunia nyata dan dengan media sosial, berbagi pemikiran, memberitakan suatu kejadian, memperlihatkan hasil karya atau ide pengguna sendiri menjadi sangat praktis dan cepat.

Dibalik dari semua kelebihan yang terdapat pada media sosial, maka media sosial juga tidak lepas dari efek negatif. Salah satu yang menjadi permasalahan pengguna media sosial adalah ketergantungan. Ketergantungan media sosial mengakibatkan pengguna tidak dapat lepas dari mengakses media sosial sehingga menyebabkan kehilangan fokus dan konsentrasi pada dunia asli. Hal tersebut kemudian mengurangi kemampuan bersosialisasi pada dunia nyata. Selain dari ketergantungan, keamanan dari pengguna juga menjadi masalah yang luas bagi pengguna dari media sosial. Akibat dari terlalu banyaknya informasi yang disampaikan oleh seseorang ke media sosial akan menyebabkan seseorang menjadi rentan menjadi korban dalam suatu kejahatan.

2.6. Media Sosial dan Tajam Penglihatan

Menurut Duggan et al. (2013), pada seluruh penggunaan dunia maya terdapat sekitar 67% yang mengakses media sosial, peningkatan yang signifikan juga tidak lepas dari penggunaan perangkat elektronik untuk mengakses dunia maya. Penggunaan dari perangkat elektronik juga dilakukan dalam jarak dekat dalam waktu yang tidak singkat.


(6)

Ketika mata melihat sesuatu objek yang dekat, maka mata melakukan mekanisme akomodasi untuk mengatur fokus lensa mata agar cahaya dapat tepat jatuh di retina. Menurut Rempel et al. (2007), akomodasi yang berlama-lama akan menyebabkan pengurangan kelenturan dan kapasitas otot mata untuk mencembungkan lensa mata dan menyebabkan kelelahan pada mata. Tetapi pada penelitian tersebut tidak terdapat lamanya waktu akomodasi hingga menyebabkan pengurangan fungsi mata tersebut.

Pada penelitian Shieh (2000), jarak rata-rata mata pengguna dengan layar komputer yang memiliki ukuran yang berbeda adalah 42,3 cm sedangkan menurut penelitian Jaschinski (2002), jarak mata pengguna dengan layar komputer secara rata-rata yaitu 63 cm agar mata tidak mengalami gangguan dalam proses akomodasi dan gejala-gejala lain yang dapat mengakibatkan penurunan tajam penglihatan.

Penelitian yang dilakukan Abdelaziz et al. (2009), dari 40 pengguna komputer, menunjukkan adanya gangguan penglihatan pada 29 pengguna yang telah menggunakan komputer selama 2 hingga 5 tahun dengan penggunaan lebih dari 10 jam per hari. Gangguan penglihatan juga terjadi pada pengguna yang telah menggunakan komputer selama 2 hingga 15 tahun.

Penggunaan media sosial melalui telepon genggam menjadi pilihan kedua dalam survei yang dilakukan oleh Nielsen (2012). Adapun penelitian oleh Bababekova et al. (2011) yang meneliti jarak rata-rata mata pengguna dengan perangkat elektronik berupa telepon genggam. Pada penggunaan akses internet, jarak rata-rata mata dengan layar telepon genggam adalah 36,2 cm sedangkan jarak yang direkomendasi agar tidak menyebabkan gangguan pada mata adalah 40 cm. Selain itu, Pada penelitian tersebut didapatkan bahwa untuk membaca tulisan secara nyaman pada halaman dunia maya diperlukan jarak 3 kali lipat lebih dekat dari kemampuan tajam mata yang seharusnya. Tulisan yang terdapat pada dunia maya umumnya memiliki ukuran yang sama dengan huruf ukuran 6/15 pada kartu Snellen sehingga menyebabkan pengguna melakukan akomodasi hingga tulisan setara dengan 6/5 untuk mendapatkan perasaan nyaman.