Pemilihan Cara Koreksi Penglihatan Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010 Dengan Kelainan Refraksi

(1)

PEMILIHAN CARA KOREKSI PENGLIHATAN PADA

MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ANGKATAN 2010 DENGAN

KELAINAN REFRAKSI

OLEH

FARAH BINTI ABDUL RAHMAN RAMAKRISHNA

NIM : 100100299

DOSEN PEMBIMBING

DR. ARYANI ATIYATUL AMRA ,Sp.M

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judu : Pemilihan Cara Koreksi Penglihatan Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010 Dengan Kelainan Refraksi.

Nama : Farah Binti Abdul Rahman Ramakrishna NIM : 100100299

Pembimbing , Penguji 1,

... ………

(dr. Aryani Atiyatul Amra, Sp.M) (dr.Murniati Manik, M.Sc,Sp.KK,Sp,GK ) Penguji 2 ,

……….

(dr. Mutiara Indah Sari, M.Kes )

Medan, 23 Desember 2013 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr . GontarAlamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP: 195402201981101001


(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal dan Hasil Penelitian dengan Judul :

Pemilihan Cara Koreksi Penglihatan Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera UtaraAngkatan 2010 dengan Kelainan Refraksi.

Yang dipersiapkan oleh :

Farah binti Abdul Rahman Ramakrishna 100100299

Proposal dan Hasil Penelitian ini telah diperiksa dan disahkan oleh: Dr. Aryani Atiyatul Amra, Sp.M

Medan, 23 Desember 2013 Disetujui,

Dosen Pembimbing

……….

TandaTangan

dr. Aryani Atiyatul Amra, Sp.


(4)

ABSTRAK

LATAR BELAKANG: Kelainan refraksi adalah suatu kondisi dimana bayangan tegas tidak terbentuk pada retina dan menghasilkan penglihatan yang kabur. Kelainan refraksi merupakan antara penyebab utama kebutaan didunia dengan perkiraan sekitar 7 juta orang mengalami kebutaan akibat dari kelainan refraksi ini. Manakala,di Indonesia prevalensi kelainan refraksi adalah 24,72% yang menepati tempat pertama penyebab kebutaan. Terdapat tiga cara koreksi penglihatan yang tersedia untuk mengoreksi kelainan refraksi yaitu kacamata,lensa kontak dan juga bedah refraksi. Ketiga cara koreksi ini adalah bersifat relatif, mudah diperoleh dan lebih terjangkau untuk negara yang berkembang seperti di Indonesia.

TUJUAN : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran pemilihan cara koreksi penglihatan pada kelompok anak muda dengan kelainan refraksi.

METODE : Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan cara cross-sectional pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) angkatan 2010 dengan cara total sampling. Jumlah keseluruhan responden adalah 393 responden.

HASIL : Karekteristik responden mahasiswa FK USU angkatan 2010 : usia terbanyak mahasiswa adalah 21 tahun,sebanyak 76 responden (36,7%). Jenis kelamin terbanyak adalah perempuan yaitu sebanyak 118 responden (57%).

Sebanyak 207 responden (52,7%) mengalami kelainan refraksi dan yang terbanyak adalah miopia,sebanyak 191 responden (92,3%). Bagi pemilihan cara koreksi kelainan refraksi pada akhir penelitian, sebanyak 136 responden (70,1%) memilih kacamata dengan 65 responden (48,0%) memilih atas faktor kenyamanan, diikuti dengan 58 responden (29,9%) yang memilih lensa kontak dengan 30 responden (51,7%) memilih atas faktor trend.

KESIMPULAN : Sebanyak 136 dari penderita kelainan refraksi di FK USU angkatan 2010 memilih kacamata sebagai cara koreksi penglihatan yang paling nyaman.

Kata kunci : kelainan refraksi, cara koreksi penglihatan , mahasiswa, kacamata, lensa kontak


(5)

ABSTRACT

BACKGROUND: Refractive error is a condition in which an image is not firmly established on the retina hence resulting in blurred vision. Refractive error is the leading cause for blindness in the world, in which was estimated about 7 million people are blind as a result from refractive error. While in Indonesia, the prevalence of refractive error is 24.72% in which fulfilling the first place for causing blindness. There are three ways of vision correction available for correcting refractive error, namely eyeglasses, contact lenses and refractive surgery. These three methods are the most relative, easily available and more affordable methods for developing countries such as Indonesia.

OBJECTIVE : The aim of this study was to see the picture of the selection method of vision correction in the group of young people with refractive errors .

METHODS : A descriptive, cross-sectional study was carried out on students of the Faculty of Medicine at the University of North Sumatra ( FK USU ) class of 2010 by total sampling . The total number of respondents was 393 respondents.

RESULTS : The characteristics of respondents of FK USU student class of 2010 mostly are : in the age of 21 years old which in a total of 76 respondents ( 36.7 % ) and female as many as 118 respondents ( 57 % ). A total of 207 respondents ( 52.7 % ) had refractive errors in which 191 respondents ( 92.3 % ) suffered from myopia. At the end of this study , a total of 136 respondents ( 70.1 % ) has chosen the usage of spectacles in which 65 respondents ( 48,0 % ) chose for comfort , followed by 58 respondents ( 29,9% ) who has chosen the usage of contact lenses in which 30 respondents ( 55.6 % ) chose for trend .

CONCLUSION : The number of students with refractive errors in the FK USU class of 2010 who has chosen spectacles as the most convenient vision correction are 136.


(6)

KATA PENGHANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur saya panjatkan ke hadrat Ilahi karena dengan izin-Nya, akhirnya saya berjaya menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Pemilihan Cara Koreksi Penglihatan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara Angkatan 2010 dengan Kelainan Refraksi” ini.

Saya menyedari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan,baik dari segi isi maupun bahasanya. Walau demikian, saya berharap karya tulis ilmiah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi semua pihak.

Pada kesempatan ini ingin saya merakamkan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada dosen pembimbing saya dr.Aryani Amra, Sp.M atas segala bimbingan, saran dan pengarahan yang sangat bermanfaat sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan. Tidak lupa juga,ucapan terima kasih buat mahasiswa FK USU Angkatan 2010 yang telah banyak memberi kerjasama selama penelitian ini dijalankan. Terima kasih juga kepada teman-teman yang begitu memahami dan saling bertukar pendapat bagi membantu saya menyelesaikan penelitian ini sebaiknya. Dan akhir sekali kepada kedua ibu bapa, dengan rasa hormat saya melahirkan jutaan penghargaan atas sokongan dan kasih sayang yang telah diberikan dalam setiap usaha saya menyelesaikan tugasan ini.

Penulis,

Farah Abdul Rahman Ramakrishna


(7)

DAFTAR ISI

Judul Halaman

Lembar Pengesahan………..………..i

Abstrak ………. ……… …………..……….ii

Abstract ………. …………..………...iii

Kata Penghantar ………..iv

Daftar Isi……… ……..…..………..v

Daftar Gambar………. ………..……….……….vi

Daftar Tabel ………..………..vii

BAB 1 PENDAHULUAN ………..………….……. ………..1

1.1. Latar Belakang …...… ……….……….……..……….………...1

1.2. Rumusan Masalah ……….….………..…….………..2

1.3. Tujuan Penelitian ………..………..……...2

1.4. Manfaat Penelitilan……….………..………3


(8)

2.1. Anatomi Mata ……….….……….…4

2.2. Media Penglihatan ………...………….5

2.3. Kelainan Refraksi ……….………...7

2.4. Cara Koreksi Penglihatan ………10

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL……. ……...15

3.1. Kerangka Konsep ……….……….………15

3.2. Definisi Operasional ………..……….15

BAB IV METODE PENELITIAN ….………..………...18

4.1. Jenis Penelitian……….………...18

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian …..………..………...…18

4.3. Populasi dan Sampel ………..……….……….19

4.4. Kriteria Seleksi ………..………19

4.5. Pengumpulan dan Analisis Data ……..………...19

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN….……….……..…………..………….21

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ………...21

5.2. Deskripsi Karekteristik Responden ………21

5.3. Hasil Analisa Data ……….22


(9)

6.1. Kesimpulan ………32 6.2. Saran ………...32

DAFTAR PUSTAKA ……….…..……….34 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1 Anatomi Bola Mata ……….. 4

Gambar 2 Kacamata ……….………9

Gambar 3 Lensa Kontak ….………11

Gambar 4 Prosedur Lasik ……….12


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur………....21 Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin …………...22 Tabel 5.3 Distribusi Jenis Kelainan Refraksi ………23 Tabel 5.4 Distribusi Jenis Kelainan Refraksi dan Jenis/Cara koreksi

Penglihatan yang Pertama ………... …23 Tabel 5.5 Distribusi Alasan Pemilihan Cara Koreksi penglihatan Pertama

dan Faktor Mempengaruhi Pemilihan …….………...………..23 Tabel 5.6 Jenis Cara Koreksi Penglihatan Pertama Dan Jenis Cara Koreksi

Penglihatan Pada Saat Ini ……..………..…………25

Tabel 5.7 Distribusi Jenis Cara Koreksi Penglihatan Saat Ini dan Faktor

yang Mempengaruhi Perubahan…..………..………. …26

Tabel 5.8 Distribusi Pengetahuan tentang Jenis Cara Koreksi Selain dari yang Digunakan Saat Ini dan Pernah Mencuba ………...…. 27 Tabel 5.9 Pernah Mencoba Cara Koreksi Yang Lain dan Alasan

Percobaan………..27 Tabel 5.10 Mengetahui Keuntungan dan Keburukan dari Jenis Cara Koreksi Penglihatan yang Digunakan Saat ini……….……...28 Tabel 5.11 Keuntungan Dari Cara Koreksi Penglihatan Saat Ini ……...28


(12)

ABSTRAK

LATAR BELAKANG: Kelainan refraksi adalah suatu kondisi dimana bayangan tegas tidak terbentuk pada retina dan menghasilkan penglihatan yang kabur. Kelainan refraksi merupakan antara penyebab utama kebutaan didunia dengan perkiraan sekitar 7 juta orang mengalami kebutaan akibat dari kelainan refraksi ini. Manakala,di Indonesia prevalensi kelainan refraksi adalah 24,72% yang menepati tempat pertama penyebab kebutaan. Terdapat tiga cara koreksi penglihatan yang tersedia untuk mengoreksi kelainan refraksi yaitu kacamata,lensa kontak dan juga bedah refraksi. Ketiga cara koreksi ini adalah bersifat relatif, mudah diperoleh dan lebih terjangkau untuk negara yang berkembang seperti di Indonesia.

TUJUAN : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran pemilihan cara koreksi penglihatan pada kelompok anak muda dengan kelainan refraksi.

METODE : Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan cara cross-sectional pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) angkatan 2010 dengan cara total sampling. Jumlah keseluruhan responden adalah 393 responden.

HASIL : Karekteristik responden mahasiswa FK USU angkatan 2010 : usia terbanyak mahasiswa adalah 21 tahun,sebanyak 76 responden (36,7%). Jenis kelamin terbanyak adalah perempuan yaitu sebanyak 118 responden (57%).

Sebanyak 207 responden (52,7%) mengalami kelainan refraksi dan yang terbanyak adalah miopia,sebanyak 191 responden (92,3%). Bagi pemilihan cara koreksi kelainan refraksi pada akhir penelitian, sebanyak 136 responden (70,1%) memilih kacamata dengan 65 responden (48,0%) memilih atas faktor kenyamanan, diikuti dengan 58 responden (29,9%) yang memilih lensa kontak dengan 30 responden (51,7%) memilih atas faktor trend.

KESIMPULAN : Sebanyak 136 dari penderita kelainan refraksi di FK USU angkatan 2010 memilih kacamata sebagai cara koreksi penglihatan yang paling nyaman.

Kata kunci : kelainan refraksi, cara koreksi penglihatan , mahasiswa, kacamata, lensa kontak


(13)

ABSTRACT

BACKGROUND: Refractive error is a condition in which an image is not firmly established on the retina hence resulting in blurred vision. Refractive error is the leading cause for blindness in the world, in which was estimated about 7 million people are blind as a result from refractive error. While in Indonesia, the prevalence of refractive error is 24.72% in which fulfilling the first place for causing blindness. There are three ways of vision correction available for correcting refractive error, namely eyeglasses, contact lenses and refractive surgery. These three methods are the most relative, easily available and more affordable methods for developing countries such as Indonesia.

OBJECTIVE : The aim of this study was to see the picture of the selection method of vision correction in the group of young people with refractive errors .

METHODS : A descriptive, cross-sectional study was carried out on students of the Faculty of Medicine at the University of North Sumatra ( FK USU ) class of 2010 by total sampling . The total number of respondents was 393 respondents.

RESULTS : The characteristics of respondents of FK USU student class of 2010 mostly are : in the age of 21 years old which in a total of 76 respondents ( 36.7 % ) and female as many as 118 respondents ( 57 % ). A total of 207 respondents ( 52.7 % ) had refractive errors in which 191 respondents ( 92.3 % ) suffered from myopia. At the end of this study , a total of 136 respondents ( 70.1 % ) has chosen the usage of spectacles in which 65 respondents ( 48,0 % ) chose for comfort , followed by 58 respondents ( 29,9% ) who has chosen the usage of contact lenses in which 30 respondents ( 55.6 % ) chose for trend .

CONCLUSION : The number of students with refractive errors in the FK USU class of 2010 who has chosen spectacles as the most convenient vision correction are 136.


(14)

Tabel 5.12 Keburukan jenis cara koreksi penglihatan saat ini….……...29

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Salah satu dari jalur informasi utama dari panca indera adalah mata. Adanya kelainan refraksi pada sistem penglihatan akan menurunkan produktivitas dan menimbulkan keluhan seperti nyeri kepala, penglihatan kabur dan lain-lainnya yang dapat menghambat kelancaran aktifitas seharian.

Kelainan refraksi ini merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata sehingga pembiasan sinar tidak dapat difokuskan pada retina atau bintik kuning. Kekuatan pembiasan dari kornea atau lensa yang tidak sesuai akan menyebabkan sinar difokuskan lebih ke depan retina pada rabun jauh yaitu miopi dan di belakang retina pada rabun dekat yaitu hipermetropi ataupun pembiasan sinar terjadi di lebih dari satu titik pada astigmat. (Ilyas,2006).

Kelainan refraksi merupakan antara penyebab kebutaan di dunia. World Health Organization (WHO, 2009) menyatakan bahwa seramai 45 juta orang menjadi buta di seluruh dunia, dan 135 juta orang dengan low vision. Diperkirakan gangguan refraksi menyebabkan sekitar 7 juta orang (18% dari penyebab kebutaan global) mengalami kebutaan setiap tahun. (Holden, 2007)

Prevalensi kelainan refraksi di Indonesia adalah 24,72% yang menepati tempat pertama kebutaan di Indonesia ( Ilyas,2006) . Survei Indra Penglihatan dan Pendengaran pada 1993-1996 menunjukkan angka kebutaan di Indonesia 1,5persen yang merupakan paling tinggi di Asia. Angka kebutaan Banglades sebanyak 1 persen, India dengan 0,7 persen, dan Thailand dengan 0,3 persen. Jika ada 12 penduduk dunia buta setiap satu jam, empat orang di antaranya berasal dari negara di kawasan Asia Tenggara dan satu orang dipastikan penduduk Indonesia. (RENSTRANAS PGPK, 2005).


(15)

Kebanyakan kelainan refraksi mudah diobati dengan koreksi refraksi. Koreksi kelainan refraksi dapat dilakukan dengan penggunaan alat bantu penglihatan seperti kacamata, lensa kontak, atau bedah refraktif. Kacamata adalah bentuk yang paling umum digunakan untuk koreksi refraksi karena bersifat murah dan sederhana dari tiga pilihan tersebut; dengan demikian, kacamata adalah bentuk pengobatan yang paling tepat untuk kesalahan refraksi di negara berkembang. (Holden, 2007)

Berdasarkan survey yang dilakukan dirjen industri dan alat transportasi menyatakan bahwa pangsa pasar kacamata domestik telah mencapai 40% dari jumlah penduduk Indonesia, sedangkan dari data BPS diketahui bahwa pangsa pasar kacamata impor meningkat 6.5% per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi penggunan kacamata di Indonesia adalah tinggi (Hamzah, 2010).

Hari ini hampir 100 juta orang di seluruh dunia menggunakan lensa kontak, empat hingga lima persen dari total tersebut mengunakan kacamata. Jumlah pemakai lensa kontak terbesar tinggal di Amerika Utara (36 juta) kemudian Asia (24 juta) termasuk Jepang (14 juta), dan Eropa (20 juta). Dengan urutan seperti ini, Asia, kemungkinan dapat mengejar posisi Amerika Utara dalam kurun waktu 10 tahun mendatang, dimana Indonesia sebagai bagian dari Asia, memiliki potensi yang besar dengan jumlah orang menggunakan lensa kontak yang cukup tinggi. (Artini, 2010)

Namun, semua dari tiga bentuk pengobatan untuk kelainan refraksi ini sangat relatif mudah tersedia dan lebih terjangkau untuk individu di negara maju. (Holden, 2007) Berdasarkan pada kenyataan dan masalah yang ada di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran pemilihan cara koreksi penglihatan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Angkatan 2010 dengan kelainan refraksi.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan prevalensi kelainan refraksi yang tinggi di Indonesia, peneliti ingin mengetahui:

Pemilihan cara koreksi kelainan refraksi oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010.

Faktor yang menyebabkan mahasiswa memilih alat bantu penglihatan sebagai cara koreksi untuk kelainan refraksi yang dialami.


(16)

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pemilihan cara koreksi kelainan refraksi oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara Angkatan 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah seperti berikut :

a. Mencari prevalensi kelainan refraksi pada mahasiswa-mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara Angkatan 2010

b. Mengetahui jumlah penggunaan kacamata,lensa kontak dan bedah refraktif dari kumpulan mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara Angkatan 2010. c. Mengetahui manfaat dan keburukan dari setiap jenis alat bantu penglihatan yang

dipilih oleh mahasiswa dengan kelainan refraksi.

d. Mengetahui faktor-faktor terhadap pemilihan jenis alat bantu penglihatan sebagai koreksi refraksi yang dialami.

1.4 . MANFAAT PENELITIAN

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pengajaran tambahan atau informasi khususnya tentang Kelainan Refraksi dan juga tentang cara koreksi kelainan refraksi di perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Peneliti juga berharap agar hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan untuk penelitian-penelitian yang bakal dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa lain. Selain itu, diharapkan juga dapat menambah pengetahuan mahasiswa tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan alat bantu penglihatan pada golongan anak muda yang mengalami kelainan refraksi.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Bola Mata

 

Gambar 1 : Anatomi Bola Mata

Bola mata mempunyai bentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. bagian depan bola mata (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2 lengkungan yang berbeda. Bola mata dibungkus oleh tiga lapis jaringan yaitu sklera, jaringan uvea dan retina.

Sklera merupakan bagian terluar yang terdiri dari jaringan ikat yang kenyal yang melindungi bola mata.Kornea merupakan bagian terdepan dari sklera yang bersifat


(18)

transparent yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata.Kelengkungan kornea lebih besar dibanding kelengkungan sklera.

Jaringan uvea pula merupakan jaringan vaskular yang terdiri atas iris ,badan siliar, dan koroid. Pada iris terdapat 3 susunan otot yang dapat mengatur jumlah sinar masuk kedalam bola mata yang disebut pupil.Otot dilatator dipersarafi oleh parasimpatis, sedangkan sfingter iris dan otot siliar dipersarafi oleh parasimpatis.Otot siliar yang terletak di siliar mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi. Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan akuos humor,yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera. (Ilyas,2010)

Lapisan ketiga yaitu retina, terletak paling dalam dan mempunyai tebal 1mm yang terdiri atas susunan sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Di bagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat macula lutea (bintik kuning) yang berdiameter 1-2 mm yang mempunyai fungsi penting untuk tajam penglihatan.Di bagian tengah makula lutea pula terdapat bercak mengkilat yang merupakan reflex fovea.Secara spesifiknya terdapat 120 juta sel batang yang berfungsi sebagai alat pengenal kehadiran sinar dan 6 juta sel keruncut yang mengenal frekuensi sinar.

Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya pada badan siliar melalui Zonula Zinn. Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa didalam mata dan bersifat bening. Lensa terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi.

2.2 Media Penglihatan

Mata merupakan media penglihatan. Sinar yang memasuki mata yang berkumpul di kornea dan kemudian lensa bertindak sebagai pemfokus sinar yang mengumpul sinar ke titik pada retina, sehingga objek terlihat jelas. Kejadian pembentukan bayangan di retina


(19)

terjadi akibat dari proses pembiasan sinar dari kornea dan lensa. Yang mempengaruhi pembiasan sinar yang masuk ke dalam mata adalah kornea, lensa dan panjang bola mata.(Ilyas 2006)

Kornea dengan kelengkungannya merupakan tempat pembiasan sinar terkuat pada mata. Lensa pula mempunyai daya bias lensa langsung pada retina dan merupakan media penglihatan yang berubah kekuatan biasnya dengan mencembung. Lensa akan mencembung saat berakomodasi. Bila salah satu faktor ini tidak bersesuaian, maka sinar tidak dapat difokuskan pada retina menjadikan rangsangan yang dihantar ke otak menjadi kabur. (Ilyas,2008)

Bila objek mendekati mata pula, lensa akan mengubah bentuknya sehingga bayangan masih dapat dibentuk di retina(Waddel1,2000).Fenomena yang terjadi hasil dari sifat elastik lensa ini disebut sebagai akomodasi. Akomodasi melibatkan lensa, serat zonula dan otot siliar. (Lang & Spraul, 2000)

Protein larut dari lensa di kelilingi oleh kapsul tipis yang elastik yang mempunyai bagian posterior yang mempunyai radius 6.0mm lebih lengkung dari bagian anterior yang mempunyai radius 10.0mm. Oleh kerana itu, elastisitas intrinsik dari kapsul lensa cenderung untuk membuat lensa mengasumsikan bentuk bulat. Namun, ini dicegah oleh tarikan dari serat zonule bila mata tidak berakomodasi. Elastisitas dari jaringan bagian dalam lensa progresif menurun sesuai dengan usia karena adanya penumpukan protein tidak larut. (Lang & Spraul, 2000)

Serat zonula yang menjalar masuk ke dalam akuator lensa dan menghubungkan lensa dengan badan siliar. Serat ini memegang lensa dalam posisi tetap dan mengirim tarikan dari otot siliar kepada lensa. Kontraksi dari otot siliar dapat mengurangkan tegangan serat zonula yang membuat lensa mencapai bentuk sferis( radius 5,3mm) sesuai dengan konfigurasi fisik lensa. Deformasi ini meningkatkan kuasa refraktif menyebabkan fokus mata berubah ke lapangan pandang dekat,maka obyek yang dekat akan kelihatan jelas. Sebaliknya, bila otot siliar tidak berkontraksi, tegangan pada lensa menjadi lebih hebat dan lensa menjadi datar. Hal ini dapat menurunkan kuasa refraktif dan menyebabkan


(20)

fokus mata berubah ke lapangan pandang jauh, maka obyek yang jauh akan kelihatan jelas pula. (Lang & Spraul, 2000)

2.3 Kelainan Refraksi

Kelainan refraksi adalah kejadian yang dapat terjadi apabila bayangan tegas tidak dapat dibentuk pada retina.Pada kelainan refraksi terjadi ketidak seimbangan sistem optik pada mata sehingga bayangan kabur dihasilkan. Pada mata yang normal, kornea dan lensa akan membelokkan sinar pada titik fokus yang berada tepat pada sentral retina. Keadaan ini memerlukan susunan kornea dan lensa yang sesuai dengan panjangnya bola mata. Pada kelainan refraksi, sinar tidak dapat dibias tepat pada bintik kuning tetapi dibias pada depan atau belakang bintik kuning malahan tidak terletak pada satu titik yang tajam. Kelainan refraksi dapat terjadi dalam tiga bentuk yaitu miopia, hipermetropia dan astigmat. (Ilyas & Yulianti, Ilmu Penyakit Mata Edisi 4, 2011)

Pertumbuhan okular adalah penting dalam kejadian kelainan refraksi. Seperti yang diketahui, panjang mata saat bayi dilahirkan adalah sekitar 17mm. Hal ini menjadikan bayi baru lahir sering mengalami hipermetropia. Kemudian hingga usia 6 tahun, mata akan memanjang dalam sekitar 5 mm dan akan kehilangan 4 diopters kekuasaan kornea dan 20 diopters kekuatan lensa. Dalam populasi umum, dominasi emmetropi dan acquired myopia dalam kalangan anak usia 6 tahun hanya 2 %. Pada anak 8 sampai10 tahun, terjadi pemanjangan anteroposterior sumbu mata dengan penipisan dari lensa dan perataan dari kornea yang mengarah ke emmetropia. Akan tetapi, menjelang usia 15 tahun,dimana pertumbuhan mata hanya terjadi dalam sekitar 1 mm, prevalensi miopia akan meningkat sebanyak 7 kali lipat kepada 15% .(Ellwein,2000)


(21)

Miopia atau rabun jauh adalah kelainan refraksi yang terjadi akibat dari kornea atau lensa berkekuatan lebih atau bola mata terlalu panjang maka titik fokus sinar yang sinar yang dibiaskannya akan terletak di depan retina. Miopia biasanya dapat terjadi dalam 5 bentuk yaitu ;

1. Miopia axial yang terjadi akibat dari kenaikan anteroposterior panjang bola mata 2. Miopia kurvatural yang terjadi akibat dari peningkatan kelengkungan kornea,

lensa atau keduanya.

3. Miopia posisi terjadi oleh penempatan anterior lensa kristal mata.

4. Miopia indeks yang dapat terjadi akibat dari kenaikan indeks bias lensa kristal yang terkait dengan nuclear sclerosis.

5. Miopia karena akomodasi yang berlebihan terjadi pada pasien dengan kejang akomodasi.

Miopia dapat dikoreksi dengan pemakaian lensa minus atau negatif yang ukuran teringannya sesuai untuk mengurangkan kekuatan daya pembiasan di dalam mata (Ilyas,2006). Lensa cekung (lensa minus) adalah seperti dua prisma ditempatkan puncak ke puncak. Sinar yang melewati lensa ini akan di simpangkan sehingga bayangan akan terbentuk di atas retina. (Waddell,2000)

2.3.2 Hipermetropia

Hipermetropia atau rabun dekat kekuatan yang tidak sesuai antara panjangnya bola mata dan kekuatan pembiasan kornea dan lensa lemah mengakibatkan titik fokus sinar terletak di belakang retina.Hipermetropia aksial dapat terjadi akibat dari ada pemendekan aksia bola mata.Sekitar 1mm pemendekan anteroposterior diameter mata menghasilkan 3 dioptres dari hipermetropia.Hipermetropia kurvatural pula adalah kondisi yang kornea atau lensa mempunyai lengkung yang lebih datar dari yang normal dan mengakibatkan penurunan kekuatan refraksi mata.Kenaikan sekitar 1 mm dalam radius kelengkungan menghasilkan 6 dioptres pada hipermetropia. Pada hipermetropia refraktif ,terdapat indeks bias yang kurang pada sistem optik mata yang membuat sinar difokuskan di belakang retina.


(22)

Hipermetropia dapat dikoreksi dengan penggunaan lensa positif atau plus. Sebuah lensa cembung yaitu lensa plus adalah seperti dua prisma ditempatkan basis dasar. Sinar melewati lensa cembung akan berkumpul dan fokus sinar akan digeser di dalam mata ke depan ke daerah bintik kuning atau makula lutea, menjadikan bayangan yang terbentuk di retina lebih jelas. Contohnya , jika cahaya paralel dibawa ke fokus pada 1 meter, lensa dikatakan memiliki kuasa 1 dioptri. Maka ,jika fokus adalah pada 1/2 meter, 2 dioptres, dan pada 1/3 meter lensa akan mempunyai kuasa 3 dioptres. ( Waddell,2000) 2.3.3 Astigmat

Pada astigmat, mata menghasilkan suatu bayangan dengan titik atau garis fokus multipel. Berkas sinar tidak hanya difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retina akan tetapi pada 2 garis titik api yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelainan kelengkungan permukaan kornea. (Ilyas & Yulianti, Ilmu Penyakit Mata Edisi 4, 2011). Selain dari kelainan kornea,lensa kristalina juga memberi peran dalam menyebabkan astigmat. (Riordan-Eva & P.Whitcher, 2007)

Kelainan astigmat dapat dikoreksi dengan penggunaan lensa silindris. Lensa ini sering juga dikombinasi dengan lensa sferis. Hal ini adalah karena otak mampu beradaptasi terhadap distorsi penglihatan yang disebabkan oleh kelainan astigmat yang tidak terkoreksi, kacamata baru memperbaiki kelainan dapat menyebabkan disorientasi temporer,terutamanya akibat bayangan yang tampak miring. (Riordan-Eva & P.Whitcher, 2007)

Sebuah lensa silindris memiliki kekuatan yang berbeda dalam sumbu vertikal dan horizontal. Oleh kerana itu, sinar yang melewati lensa silindris tidak akan terfokus pada hanya satu titik, tapi membentuk dua titik fokus yaitu satu untuk horizontal dan satu yang lainnya untuk vertical. (Waddell, 2000)

2.4 Cara Koreksi Penglihatan 2.4.1 Kacamata


(23)

 

Gambar 2: Kacamata

Kacamata adalah perangkat optik yang terdiri dari lensa yang dipasang pada bingkai kacamata. Kacamata merupakan metode paling umum,murah dan mudah diresep pada penderita kelainan refraksi untuk membantu memulihkan penglihatan. Antara aspek yang penting dari kacamata adalah :

1. Bahan lensa

a. Crown glass yang mempunyai indeks bias 1,5223 yang umum digunakan untuk kacamata. Lensa ini dibentuk sehingga mencapai kelengkungan yang tepat dan kemudiannya dipoles sementara menunggu pemotongan akhir lensa supaya cocok dengan bingkai yang dipilih. (Khurana, 1996)

b. Lensa resin yang dibuat dari allyl diglycol carbonate adalah lensa alternatif bagi crown glass. Lensa ini ringan, tidak mudah dipecahkan dan tahan gores. (Khurana, 1996)

c. Lensa plastik mudah tersedia dengan metode percetakan. Lensa ini ringan dan tidak mudah pecah tetapi mempunyai kekurangan mudah tergores dan melentur. (Khurana, 1996)

d. Lensa Triplex merupakan lensa yang ringan. Lensa ini akan pecah tapi tidak menjadi serpihan. (Khurana, 1996)

2. Bentuk lensa

a. Lensa meniskus digunakan untuk membuat kacamata untuk kelainan refraksi dalam derajat kecil atau sedang. Lensa dibentuk dengan standard


(24)

kelengkungan posterior cekung dan koreksi sferis ditambah ke permukaan anterior lensa. (Khurana, 1996)

b. Lensa bentuk lentikular diguna untuk plus dan minus tinggi. Lensa tipe ini bersifat koreksi pada bagian tengah dan permukaan perifernya sejajar antara satu sama lain. (Khurana, 1996)

c. Lensa asferis digunakan untuk membuat lensa aphakic plus tinggi dengan memodifikasi kelengkungan lensa perifer untuk mengurangi penyimpangan dan memberikan visual perifer yang lebih baik.( Khurana, 1996)

2.4.2 Lensa Kontak

 

Gambar 3: Lensa Kontak

Lensa kontak merupakan lensa tipis yang diletakkan di dataran depan kornea untuk memperbaiki kelainan refraksi dan pengobatan. Lensa tipis ini mempunyai diameter 8 hingga 10 mm dan dapat dipakai dengan nyaman karena ia terapung pada selaput bening.

Terdapat dua jenis lensa kontak yaitu lensa kontak keras dan lensa kontak lunak. Lensa kontak keras telah tersedia untuk sekitar 30 tahun. Namun, mereka tidak nyaman untuk memakai dan membutuhkan penjagaan rapi. Atas alasan ini, lensa lunak menjadi lebih populer, karena mudah untuk memenuhi dan ditoleransi dengan baik.

Secara optik, lensa kontak berfungsi dalam cara yang sama seperti kacamata dengan membantu untuk memfokuskan bayangan tajam pada retina. Lensa


(25)

ini mengoreksi kelainan refraksi dengan mengubah kelengkung permukaan anterior mata. Perbedaan kelengkungan antara depan dan belakang lensa dapat menimbulkan satu daya yang dikenal sebagai daya refraksi total.

Kebanyakan penggunaan lensa kontak adalah atas alasan kosmetik. Lensa kontak sangat populer pada pasien yang bersedia untuk mentolerasi ketidaknyamanan apapun atau ketidaknyamanan dalam rangka meningkatkan penampilan mereka. Lensa kontak juga digunakan oleh olahragawan yang menemukan bahwa kacamata kabut dengan keringat dan menyebabkan keterbatasan terhadap aktiviti olahraga manakala penggunaan lensa kotak jgau banyak pada mereka yang merasa kurang menarik dengan penampilan berkacamata. Lensa kontak lunak kadang-kadang digunakan sebagai terapi untuk pembalut ulkus kornea yang gagal untuk menyembuhkan atau mencegah ketidaknyamanan dari gangguan epitel kornea kronis.Lensa kontak keras pula, secara spesifiknya diindikasi untuk koreksi astigmat ireguler.

2.4.3 Bedah refraksi

 


(26)

LASIK atau Lasik (laser-dibantu di situ keratomileusis) adalah jenis refractive laser eye surgery dilakukan oleh pakar mata untuk memperbaiki kerabunan, hipermetropi, dan astigmat. Prosedur umumnya lebih memilih photorefractive keratectomy, PRK, (juga disebut ASA, lanjutan Surface Ablation) karena memerlukan waktu pemulihan pasien yang lebih singkat dan kurang menimbulkan kesakitan pada pasien. Namun, ada kasus di mana PRK / ASA prosedur yang dibenarkan secara medis sebagai alternatif yang lebih baik untuk LASIK. Banyak pasien memilih LASIK sebagai alternatif korektif untuk memakai kacamata atau lensa kontak.

LASIK (laser di situ keratomileusis) merupakan prosedur bedah rawat jalan digunakan untuk merawat miopi, hipermetropi dan astigmat. LASIK menggunakan instrumen microsurgical laser dan kembali ke yang bening di depan mata. Hal ini meningkatkan mata memfokuskan sinar cahaya ke jala di belakang mata. Dasar untuk semua operasi laser mata adalah untuk kembali pada kornea sehingga akan mengubah titik fokus mata. Idealnya, focal point berubah sehingga berfokus pada jala sempurna, seperti biasa mata. (Ming & J.Constable, 2008)

Proses lasik memiliki dua tahap, yaitu pembuatan flap dan penyinaran laser untuk mengikis kornea. Sebuah corneal suction ring diletakkan pada bola mata, membuat mata tetap pada tempatnya supaya ia tidak bergerak. Lalu mikrokeratom, semacam pisau elektrik, digunakan untuk memotong lapisan permukaan kornea secara melingkar dan disebut flap. Flap dibuka lalu bola mata ditembak dengan sinar laser untuk mengikis jaringan atau stroma kornea. Setelah itu, flap dikembalikan ke tempatnya semula atau ditutup. (Ming & J.Constable, 2008)

Tiga masalah paling umum dari bedah refraktif adalah undercorrection yaitu masalah tidak cukup jaringan yang dikeluarkan selama prosedur, diikuti dengan overcorrection yaitu banyaknya jaringan yang dikeluarkan selama prosedur dan wrinkling yaitu flap kornea memiliki lipatan kecil atau kerut di dalamnya bila diganti yang menyebabkan daerah buram visi menjadi kecil.


(27)

Tidak semua pasien dapat menjalani prosedur LASIK. Kriteria umumnya antara lain adalah pasien harus berusia 18 tahun ke atas, kedua mata harus dalam keadaan sehat, ukuran kacamata stabil minimal selama 6 bulan, tidak sedang hamil, melepas soft lens selama 14 hari atau hard lens selama 30 hari sebelum lasik. (Hamzah, 2010)

Efek temporer yang umum dirasakan antaranya adalah silau, sensitif akan cahaya, perasaan janggal pada bola mata dan yang efek lainnya. Pasien lasik akan mengalami rasa kering pada mata, ini terjadi selama seminggu setelah operasi dan diatasi dengan pemberian lubrikan atau tetes mata. (Hamzah, 2010) Antara keuntungan dari LASIK pula adalah dapat menghilangkan ketergantungan pada pemakaian kacamata atau lensa kontak bagi penderita kelainan refraksi. Selain itu, prosedur operasi adalah singkat, tidak memerlukan suntikan dan pasien tidak merasa kesakitan. Tiada rawat inap diperlukan karena penyembuhan dan penglihatan membaik dengan cepat.

LASIK menjanjikan keberhasilan sehingga 90 persen dan kejadian keluhan rabun kembali setelah operasi adalah sangat sedikit. (Hamzah, 2010)


(28)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN

DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini adalah melihat gambaran pemilihan cara koreksi penglihatan oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 dengan kelainan refraksi.

Gambar 5: Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Definisi Operasional

1. Jenis kelainan refraksi

Definisi Operasional : jenis gangguan penglihatan yang menyebabkan bayangan kabur pada responden.

Cara Ukur : Angket

Alat Ukur : Kuesioner

Hasil Ukur : Miopi, hipermetropi,astigmat

 

Mahasiswa Fakultas  Kedokteran 

Universitas Sumatera  Utara Angkatan 2010  dengan kelainan  refraksi 

 

 

Pemilihan Cara Koreksi  Penglihatan : 

 Kacamata 

 Lensa kontak 

 Bedah refraktif 

 Tidak ada 

 

 Faktor  pemilihan 

 Pengetahuan  tentang cara  koreksi  penglihatan 


(29)

Skala Ukur : Nominal 2. Jenis kelamin

Definisi Operasional : Jenis kelamin responden

Cara Ukur : Angket

Alat Ukur : Kuesioner

Hasil Ukur : Laki-laki,perempuan

Skala Ukur : Nominal

3. Cara koreksi kelainan refraksi

Definisi Operasional : Cara koreksi kelainan refraksi yang dipilih oleh responden untuk membantu responden dalam koreksi kelainan refraksi yang dialami.

Cara Ukur : Angket

Alat Ukur : Laki-laki, perempuan

Skala Ukur : Nominal

4. Alasan pemilihan cara koreksi kelainan refraksi

Definisi Operasional : Alasan yang menyebabkan responden

menggunakan cara koreksi penglihatan pada

saat itu.

Cara Ukur : Angket

Alat Ukur : Kuesioner

Hasil Ukur :Pemilihan orang tua, pengaruh dari teman, kehendak diri sendiri.

Skala Ukur :Nominal


(30)

Definisi operasional :Faktor-faktor yang menyebabkan responden memilih cara koreksi kelainan refraksi yang

diguna pada saat ini.

Cara Ukur : Angket Alat Ukur : kuesioner

Hasil Ukur : kenyamanan, trend, mudah diperoleh, tujuan

kosmetik


(31)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah survey deskriptif yaitu untuk mendapatkan gambaran pemilihan alat bantu penglihatan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2010. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu dengan melakukan pengamatan sesaat dalam satu waktu untuk mengetahui gambaran pemilihan alat bantu penglihatan pada mahasiswa FK USU Angkatan 2010 yang diperoleh melalui pengisian kuesioner yang telah disediakan.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK-USU). Adapun alasan pemilihan lokasi adalah dengan pertimbangan subjek untuk penelitian adalah dari populasi remaja dalam lingkungan umur 18-25 tahun. Maka, mahasiswa di FK-USU menjadi sasaran bagi penelitian ini.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Maret 2013 hingga Desember 2013 dan pengambilan data dilakukan mulai Oktober 2013 hingga November 2013. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :Pengajuan judul, konsultasi penyusunan proposal oleh dosen pembimbing, penyerahan proposal. Persiapan seminar proposal, perbaikan proposal, penyiapan ijin lokasi penelitian, pengumpulan data, analisa data, konsultasi laporan penelitian, seminar hasil penelitian dan perbaikan hasil penelitian.


(32)

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 ` Populasi

Populasi target dalam penelitian ini adalah anak muda dalam usia 18 hingga 25 tahun manakala populasi terjangkau adalah mahasiswa dari Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2010 yang berusia antara 18 hingga 25 tahun.

4.3.2 Sampel

Penentuan besar sampel dicari adalah dengan menggunakan cara total sampling yaitu keseluruhan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Angatan 2010, yaitu sebanyak 393 orang.

4.4 Kriteria Seleksi 4.4.1 Kriteria Inklusi

 Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU

 Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2010 yang mengalami masalah refraksi.

4.4.2 Kriteria Eksklusi

 Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2010 yang tidak memilih cara koreksi penglihatan.

 Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2010 yang tidak melengkapi kuesioner, atau tidak mengembalikan semula kuesioner.

4.5 Pengumpulan dan Analisis Data 4.5.1 Pengumpulan Data

Data Primer

Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang telah divalidasi oleh terlebih dahulu. Kuesioner adalah suatu daftar yang berisi sejumlah pertanyaan yang diberikan kepada sampel agar dapat mengungkapkan


(33)

kondisi-kondisi yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan. Kuesioner ini diberi kepada sampel untuk diisi.

Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari bagian akademik Fakultas Kedokteran USU untuk memperoleh data mengenai jumlah total mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2010.

4.5.2 Analisis Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan dengan menggunakan cara-cara tertentu seperti editing, coding, entry dan cleaning data. Editing Dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi dengan memberi kuesioner ulang pada responden . Data yang terkumpul dan dikoreksi ketepatan kemudian diberi kode secara manual dan dimasukkan ke dalam program computer dengan program SPSS. Setelah itu, analisa dilakukan dengan cara deskripsi dengan melihat persentase data yang terkumpul dan disajikan dalam table-tabel distribusi frekuensi dan cross tabulation.


(34)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) yaitu di Jl.Dr.Mansyur. Menurut data yang diperoleh dari bagian

akademik Fakultas Kedokteran USU, mahasiswa dari angkatan 2010 yang menjadi sampel penelitian ini berjumlah 393 orang.

5.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Jumlah responden yang ikut serta dalam penelitian ini hanya 194 orang. 199 responden yang lain tidak memenuhi kriteria inklusi sehingga tidak diikutkan dalam penelitian ini. Gambaran karakteristik yang diamati meliputi umur dan jenis kelamin responden. Tabel dibawah menunjukkan distribusi responden berdasarkan umur dan jenis kelamin.

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Umur responden Frekuensi Persen(%)

18 tahun 7 3.4

19 tahun 9 4.3

20 tahun 47 22.7 21 tahun 76 36.7

22 tahun 26 12.6

23 tahun 29 14.0

24 tahun 8 3.9

25 tahun 5 2.4


(35)

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa jumlah mahasiwa sebagai responden berdasarkan umur yang terbanyak adalah dalam usia 21 tahun,yaitu sebanyak 76 responden (36.7%), diikuti oleh umur 20 tahun sebanyak 47 orang (22.7%) ,diikuti oleh umur 23 tahun sebanyak 29 responden (14,0%) , diikuti oleh responden dengan umur 19 tahun sebanyak 9 orang (4.3), diikuti dengan umur 24 tahun sebanyak 8 responden (3.9%) ,umur 18 tahun yaitu dengan 7 orang responden dan umur 25 tahun dengan 5 responden (2.4%).

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 82 43.0

Perempuan 112 57.0

Jumlah 194 100.0

Pada tabel 5.2 dapat dilihat jenis kelamin responden yang terbanyak adalah perempuan yaitu sebanyak 112 responden (57.0%) sedangkan laki-laki hanya sebanyak 82

responden (43.0%).

5.3 Hasil Analisa Data

Setelah kuesioner dikumpulkan dan diolah maka data disajikan dalam bentuk tabel distribusi yang mengambarkan kejadian kelainan refraksi dan pemilihan cara koreksi penglihatan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang mengalami kelainan refraksi ini manakala tabel cross tabulation pula digunakan untuk mengkaji alasan dan faktor yang mempengaruhi pemilihan cara koreksi penglihatan oleh mahasiswa.

Sesuai dengan pertanyaan penelitian maka hasil penelitian ini dibagi atas 3 sub variable, yaitu ;

1. Pemilihan cara koreksi penglihatan pertama yang didapatkan oleh mahasiswa beserta alasan dan faktor pemilihannya.


(36)

2. Pemilihan cara koreksi penglihatan saat ini beserta alasan dan faktor pemilihannya.

3. Pengetahuan tentang keuntungan dan keburukan cara koreksi penglihatan Berikut ini akan disajikan hasil peneltian dalam bentuk tabel.

Tabel 5.3 Distribusi Jenis Kelainan Refraksi

Jenis Kelainan Refraksi Frekuensi Persentase(%)

Rabun jauh (miopi) 178 92.3

Rabun dekat (hipermetropi) 10 4.8

Astigmat 6 2.9

Total 194 100.0

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebanyak 178 responden (92.3%) menjawab miopi sebagai kelainan refraksi yang dialami, diikuti sebanyak 10 responden (4.8%) menjawab hipermetropi dan astigmat sebanyak 6 orang ( 2.9%).

5.3.2 Cara Koreksi Penglihatan Pertama

Tabel 5.4 Distribusi Jenis Kelainan Refraksi dan Jenis/Cara koreksi Penglihatan Yang Pertama

Jenis/cara koreksi penglihatan yang pertama didapatkan

Frekuensi(%) Jenis kelainan refraksi

(gangguan penglihatan) Kacamata Lensa kontak Bedah refraktif Total

Rabun jauh (miopi) 178(100,0)) - - 178(100,0)

Rabun dekat (hipermetropi)

10(100,0) - - 10(100,0)

Astigmat 4(100,0) - - 6(100,0)


(37)

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa frekuensi pemilihan kacamata sebagai cara koreksi penglihatan pertama yang paling banyak terjadi pada kelainan refraksi miopi dengan sebanyak 178 (100,0%) responden, diikuti dengan hipermetropi sebanyak 10 responden dan astigmat sebanyak 6 responden.

Tabel 5.5 Distribusi Alasan Pemilihan Cara Koreksi penglihatan Pertama dan Faktor Mempengaruhi Pemilihan

Faktor yang mempengaruhi pemilihan cara koreksi penglihatan Frekuensi (%)

Alasan

pemakaian cara koreksi

penglihatan Harga Kenyamanan

Mudah

diperoleh Trend

Tujuan

kosmetik Total Pemilihan dari

orang tua 5(4,0) 58(57,3) 41(33,1) 4(3,2) 3(2,4) 111(100,0)

Pengaruh dari

teman 2(50,0) 2(50,0) - - - 4(100,0)

Kehendak diri

sendiri 2(2,5) 51(64,6) 17(21,5) 6(7,6) 3(3,8) 79(100,0)

Total 9(4,3) 111(59,9) 58(28,0) 10(4,8) 6(2,9) 194(100,0)

Tabel 5.5 menunjukkan sebanyak 111 responden memilih kacamata dengan alasan pemilihan dari orang tua dan faktor paling banyak yaitu kenyamanan sebanyak 58 (57.3%) responden. Hanya 3 responden (2.4% ) atas faktor kosmetik.

Tabel ini juga menunjukkan bahwa 79 responden memilih kacamata atas kehendak sendiri dan faktor paling banyak yaitu kenyamanan sebanyak 51 (6.6%) responden sedangkan faktor yang paling sedikit adalah faktor harga oleh 2 (2.5%) responden.Selain itu hanya 4 responden yang memilih kacamata dengan alasan


(38)

pengaruh dari teman dimana 2(50.0%) darinya atas faktor harga dan 2 (50.0%) lagi atas faktor kenyamanan.

5.3.2 Pemilihan Cara Koreksi Penglihatan Pada Saat Ini

Tabel 5.6 Distribusi Jenis Cara Koreksi Penglihatan Pertama Dan Jenis Cara Koreksi Penglihatan Pada Saat Ini

Jenis cara koreksi penglihatan saat ini Frekuensi (%)

Cara koreksi penglihatan yang

pertama didapatkan Kacamata Lensa kontak Bedah refraktif Total

Kacamata 136(70,1) 58(29,9) - 194(100,0)

Lensa kontak -

-Bedah refraktif - - -

Total 136(70,1) 58(29,9) - 194(100,0)

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa sebanyak 136 (70.1%) dari 194 responden masih menggunakan kacamata pada saat ini sedangkan 58(29,9%) responden telah bertukar kepada penggunaan lensa kontak.


(39)

Tabel 5.7 Distribusi Jenis Cara Koreksi Penglihatan Saat Ini dan Faktor yang Mempengaruhi Perubahan

Faktor yang mempengaruhi perubahan cara koreksi penglihatan saat ini

Frekuensi(%) Jenis cara koreksi

penglihatan saat ini Harga Nyaman

Mudah

diperoleh Trend

Tujuan

kosmetik Total Kacamata 6(4,4) 65(48,0) 2(1,5) 58(43,0) 5(3,7) 136(100,0) Lensa kontak

- 3(5,5) - 30(51,7) 25(43,1) 58(100,0)

Total 6(3,1) 68(35,1) 2(1,0) 88(45,4) 30(15,4) 194(100,0)

Tabel di atas menunjukkan bahwa 65(48,0%) responden darinya memilih atas kenyamanan, sebanyak 58 (43,0%) responden memilih atas faktor trend dan hanya 2 (1.5%) responden memilih atas faktor mudah diperoleh.

Tabel ini juga menunjukkan bahwa dari 58 responden yang memakai lensa kontak pada saat ini, sebanyak 30 (55.6%) responden memilih atas faktor trend,diikuti dengan 21 (38.9%) responden memilih atas faktor kosmetik dan sebanyak 3 (5.5%) responden memilih atas faktor kenyamanan.

5.3.3 Pengetahuan Mahasiswa Tentang Cara Koreksi Penglihatan

Tabel 5.8 Distribusi Pengetahuan tentang Jenis Cara Koreksi Selain dari yang Digunakan Saat Ini dan Pernah Mencuba

Pernah mencoba cara koreksi penglihatan dari jenis lain


(40)

Mengetahui jenis-jenis cara koreksi penglihatan selain

dari yang digunakan saat ini Ya Tidak Total Ya 190(98,0) 4(2,0) 194(100,0)

Tidak - - 17(100,0)

Total 190(98,0) 4(2,0) 194(100,0)

Tabel 5.8 menunjukkan sebanyak 190 (98,0%) responden mengetahui jenis cara koreksi penglihatan selain dari yang digunakannya pada saat ini dan pernah mencoba cara koreksi yang lain manakala hanya 4 (2,0%) responden yang tidak mengetahui dan tidak pernah mencoba jenis cara koreksi yang lain.

Tabel 5.9 Distribusi Percobaan Cara Koreksi Yang Lain dan Alasan Percobaan Alasan percobaan

Frekuensi (%) Pernah mencoba cara

koreksi penglihatan dari jenis lain

Ingin tahu/coba-coba

Ikut-ikutan

Meningkatkan kepercayaan

diri

Tujuan

kosmetik Total

Ya 122(65,6) 20(9,7) 14(6,8) 34(16,4) 190(100,0)

Total 122(65,6) 20(9,7) 14(6,8) 34(16,4) 190(100,0)

Tabel 5.9 menunjukkan dari 190 responden yang pernah mencoba cara koreksi lain, sebanyak 122 (64.2%) responden mencoba atas alasan ingin tahu, diikuti dengan 34 (16.4%) responden mencoba atas alasan kosmetik manakala 20 (9.7%) responden mencoba dengan alasan ikut-ikutan dan 14 (6.8%) responden lainnya mencoba dengan alasan peningkatkan kepercayaan diri.


(41)

Tabel 5.10 Mengetahui Keuntungan dan Keburukan dari Jenis Cara Koreksi Penglihatan yang Digunakan Saat Ini

Mengetahui Keuntungan dan

Keburukan dari Jenis Cara Koreksi Penglihatan yang Digunakan Saat Ini

Frekuensi

Persentase (%)

Ya 194 100,0

Tidak -

-Total 194 100.0

Tabel 5.10 menunjukkan bahwa 194 (100,0 ) responden mengetahui keuntungan dan keburukan dari jenis cara koreksi penglihatan yang sedang digunakan.

Tabel 5.11 Distribusi Keuntungan dari Cara Koreksi Penglihatan Saat Ini

Jenis cara koreksi

penglihatan saat ini

Keuntungan yang diperoleh dari cara koreksi penglihatan yang digunakan saat ini

Frekuensi(%)

Total Kenyamanan

Peningkatan kepercayaan

diri

Kecantikan

(kosmetik) Lain-lain

Kacamata 117(86,0) 8(6.0) 2(1,5) 9(6,5) 136(100,0) Lensa

kontak

18(31,0) 28(48,3) 12(20,7) - 58(100,0)

Total 135(69,6) 36(18,6) 14(7,2) 9(4,6) 194(100,0)

Tabel 5.11 menunjukkan bahwa 117 (86,0%) responden merasa nyaman dengan penggunaan kacamata sedangkan hanya 2 (1,5%) responden menggunakan kacamata atas alasan kosmetik. Manakala, 58 responden menggunakan lensa kontak dimana


(42)

28(48,3%) responden atas alasan peningkatan kepercayaan diri dan hanya 12 (20,7%) responden atas alasan kosmetik.

Tabel 5.12 Distribusi Keburukan Jenis Cara Koreksi Penglihatan Saat Ini

Jenis cara koreksi penglihatan saat ini

Keburukan yang diperoleh dari cara koreksi penglihatan yang digunakan saat ini

Frekuensi (n) Total Rasa tidak nyaman Aktivitas seharian terbatas Kejelekan kondisi mata Tidak ada keburukan

Kacamata 21(15,4) 43(31,6) 16(11,8) 56(41,2%) 136(100,0) Lensa kontak 14(24,1) 3(5,2) 32(55,2) 9(15,5) 58(100,0)

Bedah refraktif - - - -

Total 35(18,0) 46(23,7) 48(24,7) 65(33,6) 194(100,0)

Tabel 5.12 menunjukkan 56 (41,2%) responden yang menggunakan kacamata tidak merasa keburukan dari metode ini dan hanya 16 (11,8%) responden mengalami kejelekan kondisi mata. Manakala, dari 54 responden yang memakai lensa kontak, sebanyak 32( 55,2%) responden mengeluh akan kejelekan kondisi mata dan hanya 3 (5,2%) responden mengeluh keterbatasan pada aktiviti harian.

5.4 Pembahasan

5.4.1 Pemilihan Cara Koreksi Penglihatan Pertama Beserta Alasan dan Faktor Pemilihannya.

Menurut hasil penelitian, sebanyak 136 responden menggunakan kacamata untuk koreksi peglihatan pada saat ini. Pemakaian kacamata yang paling banyak adalah atas faktor kenyamanan yaitu sebanyak 43,2 persen dan diikuti dengan faktor trend sebanyak 36,7 persen. Hal ini mungkin karena pemakaian kacamata adalah mudah, aman dan boleh digunakan dalam jangka masa yang panjang. Satu penelitian yang dibuat di India oleh tim yang diketuai oleh Brian A Holden pada tahun 2007 mendapatkan bahwa kenyamanan dan daya tarikan yaitu trend adalah faktor yang signifikan dalam corak pemakaian kacamata pada suatu individu. (Holden, 2007)


(43)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 58 responden pada saat ini telah bertukar kepada penggunaan lensa kontak dengan 51,7 persen atas faktor trend dan 43,1 persen atas faktor kosmetik.

5.4.2 Pemilihan Cara Koreksi Penglihatan Pada Saat Ini Beserta Alasan dan Faktor Pemilihannya.

Menurut hasil penelitian, hanya 136 responden yang masih kekal menggunakan kacamata dari 194 responden yang mendapatkan kacamata sebagai cara koreksi penglihatan pertama. Pemakaian kacamata yang paling banyak adalah atas faktor kenyamanan yaitu sebanyak 43,2 persen dan diikuti dengan faktor trend sebanyak 36,7 persen. Hal ini mungkin karena pemakaian kacamata adalah mudah, aman dan boleh digunakan dalam jangka masa yang panjang. Satu penelitian yang dibuat di India oleh tim yang diketuai oleh Brian A Holden bahwa kenyamanan dan daya tarikan yaitu trend adalah faktor yang signifikan dalam corak pemakaian kacamata pada individu (Holden, 2007).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 58 responden bertukar kepada penggunaan lensa kontak pada saat ini dengan 51,7 persen atas faktor trend dan 43,1 persen atas faktor kosmetik. Lensa kontak berfungsi dalam cara yang sama seperti kacamata dengan membantu untuk memfokuskan bayangan tajam pada retina. Lensa ini mengoreksi kelainan refraksi dengan mengubah kelengkung permukaan anterior mata (Ming & J.Constable, 2008). Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa dua faktor utama perubahan metode koreksi penglihatan adalah trend dan kosmetik.Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta (Nurhayati, 2008). Sehingga hari ini , sebanyak 100 juta orang di seluruh dunia menggunakan lensa kontak dan ternyata Indonesia memiliki potensi yang besar dengan jumlah orang menggunakan lensa kontak yang cukup tinggi (Artini,2010)

5.4.3 Pengetahuan Mahasiswa Tentang Jenis Koreksi Penglihatan

Menurut hasil penelitian, kesemua responden yaitu 194 orang mengetahui tentang cara koreksi selain dari yang digunakan dan 98 persen


(44)

dari responden pernah mencoba cara koreksi yang lain. Faktor yang paling banyak atas percobaan ini adalah faktor ingin tahu yaitu sebanyak 64,2 persen. Kesemua responden mempunyai pengetahuan tentang cara koreksi kelainan refraksi mungkin kerana responden merupakan mahasiswa kedokteran yang telah mempelajari tentang kelainan refraksi.

Penelitian ini menunjukkan bahwa 194 responden tahu akan keuntungan dan keburukan dari jenis koreksi penglihatan yang digunakan pada saat ini. Dari 136 pengguna kacamata, sebanyak 86,0 persen responden merasa nyaman dan hanya 1,5 persen pengguna merasa kacamata memberi keuntungan atas perihal kosmetik. Hal ini mungkin adalah karena kacamata dipakai di luar dari kawasan mata dan tidak memerlukan penjagaan yang rapi seperti penggunaan lensa kontak. Perkembangan teknologi menawarkan pelbagai keuntungan seperti teknologi pebuatan lensa kacamata dari plastik yang ringan dan lebih aman. Lensa jenis ini adalah nyaman untuk pemakaian harian dan aman karena tidak mudah pecah sehingga tidak membahayakan pengguna kacamata (Ilyas & Yulianti,2011).

Manakala dari 58 pengguna lensa kontak, sebanyak 48,3 persen responden mendapatkan keuntungan dari peningkatan kepercayaan diri dan hanya 20,7 persen responden mendapat keuntungan atas perihal kosmetik. Hal ini terjadi pada mereka yang merasa kurang menarik dengan penampilan berkacamata. Maka, penampilan tidak berkacamata memberi mereka lebih keyakinan diri (Artini,2010).

Dari penelitian ini dapat dilihat keburukan dari setiap jenis cara koreksi penglihatan. Dari 136 responden yang memakai kacamata hanya 41,2 persen responden tidak mendapat apa-apa keburukan sedangkan 31,6 persen responden mengeluh akan keterbatasan aktivitas harian. Hal ini banyak dikeluhkan oleh mereka yang menemukan bahwa kacamata kabut dengan keringat dan menyebabkan keterbatasan terhadap aktiviti sosial harian (Lang & Spraul, 2000). Manakala, dari 58 responden yang menggunakan lensa kontak,sebanyak 55,2 persen responden mengeluh akan kejelekan kondisi mata dan hanya 3 responden mengeluh akan keterbatasan aktiviti seharian. Pengguna kacamata perlu mengetahui cara pemakaian lensa kontak yang sebenar untuk mengelak terjadinya keluhan-keluhan seperti berikut. Penggunaan lensa kontak memerlukan penjagaan rapi aspek higenes dan waktu pemakaian yang benar (PERDAMI, 2010) .


(45)

BAB VI KESIMPULAN

DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai gambaran pemilihan jenis cara koreksi penglihatan pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 dapat disimpulkan bahwa :

1. Jumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan kelainan refraksi adalah sebanyak 43,9 persen.

2. Kelainan refraksi yang paling banyak adalah miopi dengan persentase 91,8 persen.

3. Jumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan kelainan refraksi yang memilih kacamata sebagai cara koreksi penglihatan adalah sebanyak 70,1 persen dan 48,0 persen darinya memilih atas faktor kenyamanan.

4. Kesemua mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara mempunyai pengetahuan tentang cara koreksi penglihatan selain dari yang digunakan da tentang keuntungan dan keburukan dari cara koreksi penglihatan yang sedang digunakan.

5. Pada saat penelitian dijalankan sebanyak 27 persen dari pemakai kacamata sudah bertukar kepada penggunaan lensa kontak atas alasan kosmetik dan peningkatan keyakinan diri.


(46)

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalankan oleh peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini,maka dapat diungkapkan beberapa saran yang bermanfaat yaitu ;

1. Bagi peneliti dimasa akan datang, perlu diadakan penelitian pada sampel yang lebih banyak kriteria inklusinya dan di beberapa tempat yang berbeda untuk memperdalam cakupan penelitian.

2. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan memperhitungkan variabel-variabel yang berpengaruh dengan penelitian.

3. Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian di masa akan datang yaitu diharapkan mencari lebih banyak masukan mengenai kejadian kelainan refraksi pada mahasiswa dan pemilihan cara koreksi penglihatan sehingga peneliti lebih dapat mengembangkan pengetahuan tentang kelainan refraksi dan cara koreksi penglihatan.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Dandona, R., & Dandona, L. (2001). Refractive error blindness. Bulletin of World Health Organization .

   HYPERLINK "http://www.who.int/bulletin/archives/79(3)237.pdf"  http://www.who.int/bulletin/archives/79(3)237.pdf  

Ellwein, L. B., & NŽgrel, A.-D. (2000). More Research Needed to Asseses The Magnitude of Refractive Error World Wide. Community Eye Health Journal .

  http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1705959/pdf/jceh_13_33_01.

  pdf 

Holden, B. A. (2007). Uncorrected refractive error: the major and most easily avoidable cause of vision loss. Community Eye Health Journal .

   HYPERLINK "http://www.cehjournal.org/download/ceh63.pdf"  http://www.cehjournal.org/download/ceh63.pdf  

Ilyas, P. (2008). Ilmu Penyakit Mata Edisi 3.

Ilyas, P. (2006). Kelainan Refraksi dan Kacamata Glossari Sinopsis Edisi 2. Ilyas, P., & Yulianti, d. R. (2011). Ilmu Penyakit Mata Edisi 4.

Khurana, A. K. (1996). Comprehensive Opthalmology. Bangalore: New AgeInternational (P) Limited.


(48)

Lang, G. K., & Spraul, C. (2000). Opthalmology. Germany: Georg Thieme Verlag, Stuttgart.

Ming, A. L., & J.Constable, I. (2008). Colour Atlas Of Opthlmology, 5th edition. World Scientific.

PERDAMI. (2010). Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran.

Riordan-Eva, P., & P.Whitcher, J. (2007). Oftalmologi Umum. Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Tsan, D. R. (2010, 10 19). World Sight Day dan Vision 2020 di Indonesia. (L. K. Anna, Interviewer)

  http://health.kompas.com/read/2010/10/19/07082437/World.Sight.Day.dan.

  Vision.2020.di.Indonesia 

Waddell, K. (2000). Spherical Refraction for General Eye Worker. Community Eye Health Journal .

  http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1705956/pdf/jceh_13_33_006

  .pdf 

World Health Organization. Elimination of avoidable visual disability due to refractive errors.

(WHO/PBL/00.79). Geneva: WHO, 2000.


(49)

LAMPIRAN 1

LEMBAR VALIDASI INSTRUMEN

Judul : Pemilihan Cara Koreksi Penglihatan Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010 Dengan Kelainan Refraksi.

Penelitian ini dijalankan dengan menggunakan kuesioner yang mengandung 14 soal sebagai instrumen penelitian. Instrumen ini telah di nilai dan divalidasi oleh dr. Ariyani Atiyatul Amra, Sp.M , selaku dosen pembimbing peneliti.

Segala isi dalam instrumen ini telah disahkan dan divalidasi terlebih dahulu sebelum penelitian dijalankan.


(50)

……… ………..

(Farah binti Abdul Rahman) (dr.Aryani Atiyatul Amra, Sp.M)

LAMPIRAN 2

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :………...

Umur :………

Setelah mendapat penerangan tentang latar belakang dan tujuan dari penelitian ini,saya menyatakan setuju / tidak setuju diikut sertakan dalam penelitian, dengan catatan apabila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan

persetujuan ini.

Saya percaya informasi yang saya berikan ini dijamin kerahasiaannya. Medan,………….2013 Peneliti , Responden ,


(51)

……….. ………. (Farah Abdul Rahman Ramakrishna) ( )

LAMPIRAN 3

Kuesioner

1. Adakah anda mengalami kelainan refraksi(gangguan penglihatan)? a. Ya

b. Tidak

( Jika jawaban anda “Ya”,teruskan menjawab soalan dibawah. Jika jawaban anda “tidak”,pulangkan kuesioner kepada peneliti)

2. Jenis kelamin a. Laki-laki b. Perempuan

3. Apakah jenis kelainan refraksi (gangguan penglihatan) yang anda alami? a. Rabun jauh (miopia)

b. Rabun dekat (hipermetropia) c. Astigmat


(52)

4. Apakah jenis alat bantu penglihatan yang pertama anda dapatkan pada waktu itu?

a. Kacamata b. Lensa kontak c. Bedah refraktif d. Tiada

5. Alasan pemakaian alat bantu penglihatan pada saat itu? a. Pemilihan dari orang tua

b. Pengaruh dari teman c. Kehendak diri sendiri

6. Faktor mempengaruhi pemilihan alat bantu penglihatan pada saat itu? a. Harga

b. Kenyamanan c. Mudah diperoleh d. Trend

e. Tujuan kosmetik

7. Adakah anda tahu tentang jenis-jenis alat bantu penglihatan yang tersedia selain dari yang anda sedang gunakan?

a. Ya b. Tidak

8. Pernahkah anda mencoba memakai alat bantu penglihatan dari jenis yang lain? a. Ya

b. Tidak 9. Alasan percobaan?


(53)

a. Ingin tahu/coba-coba b. Ikut-ikutan

c. Meningkatkan kepercayaan diri d. Tujuan kosmetik

e. Lain-lain

10. Jenis alat bantu penglihatan pada saat ini. a. Kacamata

b. Lensa kontak c. Bedah refraktif d. Lain-lain

( jika jawaban anda sama dengan soal No.5 ,terus jawab soal No.13. Jika tidak, teruskan menjawab soal No.11-12.)

11. Sudah berapa lama anda bertukar kepada jenis alat bantu penglihatan yang anda gunakan pada saat ini?

a. Baru- baru

b. Sudah beberapa bulan c. Sudah beberapa tahun

12. Apakah yang menjadi faktor yang mempengaruhi perubahan ini? a. Harga

b. Kenyamanan c. Mudah diperoleh d. Trend

e. Tujuan kosmetik


(54)

13.Adakah anda tahu tentang kebaikan dan keburukan dari jenis alat bantu penglihatan yang anda gunakan pada saat ini?

a. Ya b. Tidak

14. Apakah keuntungan yang anda peroleh dari alat bantu penglihatan yang anda gunakan sekarang?

a. Kenyamanan

b. Peningkatan kepercayaan diri c. Kecantikan (kosmetik) d. Lain-lain

15.Apakah keburukan yang anda peroleh dari alat bantu penglihatan yang anda gunakan pada saat ini?

a. Rasa tidak nyaman

b. Aktivitas seharian terbatas

c. Kejelekan kondisi mata ( peningkatan minus mata, infeksi ,trauma mata dan mata kering)


(55)

LAMPIRAN 5

RIWAYAT HIDUP

Nama : Farah Binti Abdul Rahman Ramakrishna Tempat/ Tanggal Lahir : Johor,Malaysia / 6 April 1990

Agama : Islam

Alamat : No.7, Jl. Dr. Mansyur Baru, Medan Telepon : 087768528933

Orang Tua : Ayah : Abdul Rahman Ramakrishna Bin Abdullah Ibu : Faizah A. Majid

Riwayat Pendidikian : 1. SK Bandar Tun Hussein Onn (1997-2002) 2. SMK Cheras Perdana (2003-2007)

3. Kolej Matrikulasi Penang ( 2007- 2008) 4. AIMST University (2008-2010)

5. Fakultas Kedokteran USU (sekarang)


(56)

DATA INDUK


(57)

1 21 L 1 1 1 1 2 1 1 2 2 3 5 1 2 1

2 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3 20 L 1 1 1 1 3 1 2 5 1 0 6 1 2 4

4 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5 20 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

6 19 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

7 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

8 22 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

9 22 P 1 1 2 1 3 1 1 2 2 3 2 1 2 3

10 24 L 1 1 1 3 3 1 2 5 1 2 6 1 1 2

11 23 L 1 1 1 3 3 1 1 2 1 2 6 1 1 4

12 24 L 1 1 1 3 3 1 1 5 1 2 6 1 2 4

13 23 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

14 24 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

15 24 L 1 1 1 1 2 1 1 4 2 2 5 1 2 1

16 23 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

17 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

18 18 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

19 22 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

20 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

21 19 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

22 18 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

23 20 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

24 21 L 1 1 1 3 2 1 2 5 1 2 6 1 1 3

25 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

26 20 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

27 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

28 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

29 22 L 1 1 1 1 3 1 1 4 1 2 6 1 1 2

30 23 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

31 23 P 1 1 1 1 2 1 1 4 1 2 6 1 1 2

32 20 P 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 5 1 2 3

33 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

34 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

35 20 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

36 20 L 1 1 1 1 3 2 2 5 1 2 6 1 1 4

37 22 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

38 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0


(58)

40 23 P 1 1 1 1 3 1 1 4 1 2 6 1 1 4

41 23 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

42 23 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

43 22 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

44 22 P 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2

45 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

46 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

47 21 P 1 1 1 3 2 1 2 5 1 2 6 1 1 4

48 24 P 1 3 1 3 2 1 2 5 1 2 6 1 1 4

49 22 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

50 20 P 1 1 1 3 2 1 1 1 1 3 2 1 1 4

51 21 P 1 1 2 3 5 1 1 5 2 2 2 1 1 4

52 21 L 1 1 1 1 3 1 2 5 1 2 6 1 1 1

53 22 L 1 1 1 1 2 1 1 4 2 3 2 1 2 3

54 21 L 1 1 1 3 2 1 2 3 1 1 6 1 1 3

55 21 L 1 1 1 3 2 1 2 5 1 3 2 1 1 3

56 20 P 1 1 1 3 2 1 1 4 1 3 5 1 3 3

57 21 P 1 1 1 3 2 1 2 4 1 3 2 1 1 4

58 19 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

59 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

60 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

61 21 P 1 1 1 1 2 1 1 4 1 3 6 1 1 2

62 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

63 21 P 1 1 1 3 2 1 2 5 1 3 2 1 1 4

64 19 P 1 1 1 3 3 1 2 5 1 2 3 1 1 2

65 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

66 21 P 1 1 1 1 2 1 2 5 3 3 2 1 1 3

67 18 P 1 1 1 3 3 1 2 5 1 3 2 1 1 4

68 21 P 1 1 1 1 2 1 1 2 2 3 5 1 2 3

69 19 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

70 21 P 1 1 1 1 2 1 1 4 1 1 4 1 1 2

71 23 P 1 1 1 1 1 1 1 4 1 3 2 1 1 2

72 22 P 1 1 1 1 2 1 1 1 2 3 5 1 2 3

73 21 L 1 1 1 3 2 1 1 1 1 3 2 2 1 4

74 19 P 1 1 1 3 2 1 1 3 1 2 6 1 1 2

75 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

76 20 P 1 1 4 3 2 1 1 1 4 3 6 2 4 1

77 18 P 1 1 1 3 2 1 2 1 3 2 2 1 1 1


(59)

79 21 P 1 1 1 3 3 2 2 5 2 3 2 1 1 3

80 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

81 22 P 1 1 1 3 2 1 2 5 1 3 2 1 1 2

82 21 P 1 1 1 3 3 1 2 5 1 3 2 1 1 2

83 24 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

84 19 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

85 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

86 25 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

87 22 L 1 1 1 1 3 1 1 4 2 3 5 1 2 3

88 23 L 1 1 1 1 3 1 1 5 1 3 6 1 1 2

89 23 L 1 1 4 3 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1

90 19 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

91 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

92 20 P 1 1 1 1 3 1 1 2 2 2 5 1 3 3

93 23 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

94 21 P 1 1 2 3 5 1 1 5 2 2 2 1 2 3

95 20 P 1 1 1 3 4 1 1 2 1 3 6 1 4 2

96 20 L 1 1 1 3 2 2 2 3 1 3 2 2 1 4

97 22 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

98 23 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

99 22 P 1 2 1 1 2 1 2 5 1 3 2 1 1 2

100 21 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 3

101 22 P 1 1 1 3 3 1 1 1 1 3 3 1 1 4

102 21 L 1 2 1 1 2 1 1 5 1 1 2 1 1 2

103 23 L 1 1 1 3 2 1 2 5 1 3 2 1 1 4

104 21 P 1 1 1 3 3 1 1 1 2 3 2 1 1 4

105 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

106 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

107 25 L 1 1 1 3 2 1 1 5 1 1 6 1 4 4

108 22 P 1 2 1 3 2 1 2 1 1 0 0 1 1 4

109 20 P 1 1 1 1 2 1 1 3 1 1 2 1 1 4

110 20 P 1 1 1 3 2 1 1 1 2 3 2 1 2 1

111 20 L 1 1 2 3 2 2 2 3 1 3 2 2 1 4

112 20 L 1 1 1 1 3 1 2 1 1 1 2 1 1 3

113 20 L 1 3 1 1 2 1 1 1 1 1 4 1 1 4

114 21 P 1 1 1 3 2 1 2 1 1 0 6 1 1 4

115 21 P 1 3 1 3 2 1 2 5 3 2 2 1 1 4

116 20 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0


(60)

118 21 L 1 1 1 3 4 1 1 1 1 3 2 1 1 1

119 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

120 21 P 1 1 1 3 3 1 1 4 2 3 5 1 3 1

121 23 L 1 1 2 3 4 1 1 5 2 3 4 1 3 1

122 22 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

123 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

124 19 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

125 24 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

126 20 L 1 1 1 1 2 1 1 1 1 0 6 1 1 2

127 18 L 1 1 4 3 2 1 2 5 4 0 6 1 1 3

128 21 P 1 1 1 3 3 1 2 5 1 1 2 1 4 1

129 23 L 1 1 1 3 1 2 2 1 1 2 2 1 4 1

130 19 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

131 18 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

132 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

133 19 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

134 19 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

135 25 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

136 22 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

137 23 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

138 20 L 1 1 1 3 2 1 2 5 2 3 2 1 1 3

139 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

140 23 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

141 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

142 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

143 21 L 1 1 1 3 3 1 2 5 1 0 0 1 1 4

144 17 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

145 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

146 20 P 1 1 2 3 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2

147 20 P 1 2 1 3 2 1 2 1 1 3 2 1 1 1

148 22 P 1 1 1 3 2 1 1 2 2 3 2 1 2 4

149 22 L 1 1 1 3 2 1 2 5 1 3 2 2 1 4

150 20 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

151 19 L 1 1 1 1 3 1 2 5 1 1 3 2 1 2

152 20 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

153 20 L 1 1 1 1 2 1 2 5 1 3 2 1 1 1

154 19 L 1 1 1 3 2 1 2 5 1 0 0 1 1 2

155 20 P 1 1 1 3 2 1 2 5 4 0 0 1 1 3


(61)

157 25 L 1 1 1 2 2 1 2 4 1 0 0 1 1 1

158 23 P 1 2 1 1 2 1 2 5 1 3 2 1 1 3

159 23 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

160 21 P 1 1 1 3 3 1 2 5 4 0 0 1 1 4

161 21 L 1 1 1 1 2 1 2 4 4 0 0 1 1 2

162 20 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

163 21 P 1 1 1 2 1 2 2 5 1 3 1 2 1 1

164 23 P 1 1 1 3 2 1 1 5 1 3 6 1 2 4

165 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

166 21 P 1 1 1 1 3 1 2 5 1 0 0 1 1 2

167 23 P 1 1 1 3 2 1 1 1 2 3 2 1 1 4

168 21 P 1 1 1 1 3 1 2 5 4 3 2 1 1 2

169 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

170 20 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

171 23 P 1 1 4 3 2 1 1 5 1 0 0 1 1 3

172 21 P 1 1 1 3 2 1 1 4 1 0 0 1 1 4

173 21 P 1 1 1 1 2 1 2 5 1 3 2 1 1 2

174 22 P 1 1 1 3 3 1 2 5 1 3 5 1 1 4

175 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

176 22 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

177 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

178 22 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

179 21 P 1 1 1 3 2 1 2 5 1 0 0 1 1 2

180 21 P 1 1 1 3 2 1 2 5 1 0 0 1 1 4

181 20 L 1 1 1 3 2 1 2 5 1 3 2 2 1 4

182 20 P 1 1 1 1 3 1 1 1 2 3 2 1 1 2

183 21 P 1 1 1 3 3 1 2 5 4 3 2 1 1 2

184 21 L 1 1 1 3 2 1 2 5 1 2 2 1 1 3

185 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

186 22 P 1 1 1 3 2 1 2 4 1 2 5 1 1 4

187 20 P 1 1 1 1 3 1 1 2 2 2 5 1 3 3

188 20 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

189 19 L 1 1 2 3 5 1 1 5 2 2 2 1 2 3

190 20 L 1 1 1 3 4 1 1 2 1 3 6 1 4 2

191 21 P 1 1 1 3 2 2 2 3 1 3 2 2 1 4

192 25 P 1 1 1 3 2 1 2 5 1 0 0 1 1 2

193 23 L 1 1 1 3 2 1 2 5 1 0 0 1 1 4

194 23 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0


(62)

196 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

197 20 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

198 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

199 23 L 1 1 1 3 2 1 2 4 1 2 5 1 1 4

200 21 L 1 1 1 1 3 1 1 2 2 2 5 1 3 3

201 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

202 23 P 1 1 2 3 5 1 1 5 2 2 2 1 2 3

203 21 L 1 1 1 3 4 1 1 2 1 3 6 1 4 2

204 21 P 1 1 1 3 2 2 2 3 1 3 2 2 1 4

205 20 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

206 23 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

207 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

208 23 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

209 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

210 18 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

211 22 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

212 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

213 19 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

214 18 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

215 20 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

216 21 L 1 1 1 3 4 1 1 1 1 3 2 1 1 1

217 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

218 21 P 1 1 1 3 3 1 1 4 2 3 5 1 3 1

219 23 L 1 1 2 3 4 1 1 5 2 3 4 1 3 1

220 22 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

221 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

222 19 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

223 24 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

224 20 L 1 1 1 1 2 1 1 1 1 0 6 1 1 2

225 18 L 1 1 4 3 2 1 2 5 4 0 6 1 1 3

226 21 P 1 1 1 3 3 1 2 5 1 1 2 1 4 1

227 23 L 1 1 1 3 1 2 2 1 1 2 2 1 4 1

228 21 L 1 1 1 1 2 1 1 2 2 3 5 1 2 1

229 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

230 20 L 1 1 1 1 3 1 2 5 1 0 6 1 2 4

231 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

232 20 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

233 19 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0


(63)

235 22 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

236 22 P 1 1 2 1 3 1 1 2 2 3 2 1 2 3

237 24 L 1 1 1 3 3 1 2 5 1 2 6 1 1 2

238 23 L 1 1 1 3 3 1 1 2 1 2 6 1 1 4

239 24 L 1 1 1 3 3 1 1 5 1 2 6 1 2 4

240 23 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

241 24 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

242 24 L 1 1 1 1 2 1 1 4 2 2 5 1 2 1

243 23 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

244 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

245 18 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

246 22 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

247 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

248 19 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

249 18 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

250 20 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

251 21 L 1 1 1 3 2 1 2 5 1 2 6 1 1 3

252 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

253 20 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

254 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

255 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

256 22 L 1 1 1 1 3 1 1 4 1 2 6 1 1 2

257 23 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

258 23 P 1 1 1 1 2 1 1 4 1 2 6 1 1 2

259 20 P 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 5 1 2 3

260 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

261 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

262 20 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

263 20 L 1 1 1 1 3 2 2 5 1 2 6 1 1 4

264 22 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

265 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

266 25 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

267 23 P 1 1 1 1 3 1 1 4 1 2 6 1 1 4

268 23 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

269 23 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

270 22 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

271 22 P 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2

272 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0


(1)

197 20 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

198 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

199 23 L 1 1 1 3 2 1 2 4 1 2 5 1 1 4

200 21 L 1 1 1 1 3 1 1 2 2 2 5 1 3 3

201 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

202 23 P 1 1 2 3 5 1 1 5 2 2 2 1 2 3

203 21 L 1 1 1 3 4 1 1 2 1 3 6 1 4 2

204 21 P 1 1 1 3 2 2 2 3 1 3 2 2 1 4

205 20 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

206 23 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

207 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

208 23 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

209 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

210 18 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

211 22 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

212 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

213 19 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

214 18 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

215 20 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

216 21 L 1 1 1 3 4 1 1 1 1 3 2 1 1 1

217 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

218 21 P 1 1 1 3 3 1 1 4 2 3 5 1 3 1

219 23 L 1 1 2 3 4 1 1 5 2 3 4 1 3 1

220 22 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

221 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

222 19 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

223 24 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

224 20 L 1 1 1 1 2 1 1 1 1 0 6 1 1 2

225 18 L 1 1 4 3 2 1 2 5 4 0 6 1 1 3

226 21 P 1 1 1 3 3 1 2 5 1 1 2 1 4 1

227 23 L 1 1 1 3 1 2 2 1 1 2 2 1 4 1

228 21 L 1 1 1 1 2 1 1 2 2 3 5 1 2 1

229 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

230 20 L 1 1 1 1 3 1 2 5 1 0 6 1 2 4

231 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

232 20 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

233 19 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0


(2)

235 22 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

236 22 P 1 1 2 1 3 1 1 2 2 3 2 1 2 3

237 24 L 1 1 1 3 3 1 2 5 1 2 6 1 1 2

238 23 L 1 1 1 3 3 1 1 2 1 2 6 1 1 4

239 24 L 1 1 1 3 3 1 1 5 1 2 6 1 2 4

240 23 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

241 24 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

242 24 L 1 1 1 1 2 1 1 4 2 2 5 1 2 1

243 23 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

244 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

245 18 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

246 22 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

247 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

248 19 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

249 18 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

250 20 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

251 21 L 1 1 1 3 2 1 2 5 1 2 6 1 1 3

252 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

253 20 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

254 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

255 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

256 22 L 1 1 1 1 3 1 1 4 1 2 6 1 1 2

257 23 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

258 23 P 1 1 1 1 2 1 1 4 1 2 6 1 1 2

259 20 P 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 5 1 2 3

260 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

261 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

262 20 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

263 20 L 1 1 1 1 3 2 2 5 1 2 6 1 1 4

264 22 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

265 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

266 25 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

267 23 P 1 1 1 1 3 1 1 4 1 2 6 1 1 4

268 23 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

269 23 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

270 22 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

271 22 P 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2

272 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0


(3)

275 24 P 1 3 1 3 2 1 2 5 1 2 6 1 1 4

276 22 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

277 20 P 1 1 1 3 2 1 1 1 1 3 2 1 1 4

278 21 P 1 1 2 3 5 1 1 5 2 2 2 1 1 4

279 21 L 1 1 1 1 3 1 2 5 1 2 6 1 1 1

280 22 L 1 1 1 1 2 1 1 4 2 3 2 1 2 3

281 21 L 1 1 1 3 2 1 2 3 1 1 6 1 1 3

282 21 L 1 1 1 3 2 1 2 5 1 3 2 1 1 3

283 20 P 1 1 1 3 2 1 1 4 1 3 5 1 3 3

284 21 P 1 1 1 3 2 1 2 4 1 3 2 1 1 4

285 19 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

286 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

287 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

288 21 P 1 1 1 1 2 1 1 4 1 3 6 1 1 2

289 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

290 21 P 1 1 1 3 2 1 2 5 1 3 2 1 1 4

291 19 P 1 1 1 3 3 1 2 5 1 2 3 1 1 2

292 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

293 21 P 1 1 1 1 2 1 2 5 3 3 2 1 1 3

294 18 P 1 1 1 3 3 1 2 5 1 3 2 1 1 4

295 21 P 1 1 1 1 2 1 1 2 2 3 5 1 2 3

296 19 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

297 21 P 1 1 1 1 2 1 1 4 1 1 4 1 1 2

298 23 P 1 1 1 1 1 1 1 4 1 3 2 1 1 2

299 22 P 1 1 1 1 2 1 1 1 2 3 5 1 2 3

300 21 L 1 1 1 3 2 1 1 1 1 3 2 2 1 4

301 19 P 1 1 1 3 2 1 1 3 1 2 6 1 1 2

302 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

303 20 P 1 1 4 3 2 1 1 1 4 3 6 2 4 1

304 18 P 1 1 1 3 2 1 2 1 3 2 2 1 1 1

305 20 P 1 1 1 3 2 1 1 4 1 2 2 1 1 4

306 21 P 1 1 1 3 3 2 2 5 2 3 2 1 1 3

307 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

308 22 P 1 1 1 3 2 1 2 5 1 3 2 1 1 2

309 21 P 1 1 1 3 3 1 2 5 1 3 2 1 1 2

310 24 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

311 19 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0


(4)

313 25 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

314 22 L 1 1 1 1 3 1 1 4 2 3 5 1 2 3

315 23 L 1 1 1 1 3 1 1 5 1 3 6 1 1 2

316 23 L 1 1 4 3 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1

317 19 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

318 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

319 20 P 1 1 1 1 3 1 1 2 2 2 5 1 3 3

320 23 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

321 21 P 1 1 2 3 5 1 1 5 2 2 2 1 2 3

322 20 P 1 1 1 3 4 1 1 2 1 3 6 1 4 2

323 20 L 1 1 1 3 2 2 2 3 1 3 2 2 1 4

324 22 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

325 23 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

326 22 P 1 2 1 1 2 1 2 5 1 3 2 1 1 2

327 21 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 3

328 22 P 1 1 1 3 3 1 1 1 1 3 3 1 1 4

329 21 L 1 2 1 1 2 1 1 5 1 1 2 1 1 2

330 23 L 1 1 1 3 2 1 2 5 1 3 2 1 1 4

331 21 P 1 1 1 3 3 1 1 1 2 3 2 1 1 4

332 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

333 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

334 25 L 1 1 1 3 2 1 1 5 1 1 6 1 4 4

335 22 P 1 2 1 3 2 1 2 1 1 0 0 1 1 4

336 20 P 1 1 1 1 2 1 1 3 1 1 2 1 1 4

337 20 P 1 1 1 3 2 1 1 1 2 3 2 1 2 1

338 20 L 1 1 2 3 2 2 2 3 1 3 2 2 1 4

339 20 L 1 1 1 1 3 1 2 1 1 1 2 1 1 3

340 20 L 1 3 1 1 2 1 1 1 1 1 4 1 1 4

341 21 P 1 1 1 3 2 1 2 1 1 0 6 1 1 4

342 21 P 1 3 1 3 2 1 2 5 3 2 2 1 1 4

343 20 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

344 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

345 21 L 1 1 1 3 4 1 1 1 1 3 2 1 1 1

346 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

347 21 P 1 1 1 3 3 1 1 4 2 3 5 1 3 1

348 23 L 1 1 2 3 4 1 1 5 2 3 4 1 3 1

349 22 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

350 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0


(5)

353 20 L 1 1 1 1 2 1 1 1 1 0 6 1 1 2

354 18 L 1 1 4 3 2 1 2 5 4 0 6 1 1 3

355 21 P 1 1 1 3 3 1 2 5 1 1 2 1 4 1

356 23 L 1 1 1 3 1 2 2 1 1 2 2 1 4 1

357 19 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

358 18 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

359 21 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

360 19 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

361 19 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

362 25 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

363 22 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

364 23 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

365 20 L 1 1 1 3 2 1 2 5 2 3 2 1 1 3

366 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

367 23 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

368 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

369 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

370 21 L 1 1 1 3 3 1 2 5 1 0 0 1 1 4

371 17 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

372 21 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

373 20 P 1 1 2 3 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2

374 20 P 1 2 1 3 2 1 2 1 1 3 2 1 1 1

375 22 P 1 1 1 3 2 1 1 2 2 3 2 1 2 4

376 22 L 1 1 1 3 2 1 2 5 1 3 2 2 1 4

377 20 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

378 19 L 1 1 1 1 3 1 2 5 1 1 3 2 1 2

379 20 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

380 20 L 1 1 1 1 2 1 2 5 1 3 2 1 1 1

381 19 L 1 1 1 3 2 1 2 5 1 0 0 1 1 2

382 20 P 1 1 1 3 2 1 2 5 4 0 0 1 1 3

383 21 P 1 1 1 1 2 1 1 3 2 3 5 1 3 3

384 25 L 1 1 1 2 2 1 2 4 1 0 0 1 1 1

385 23 P 1 2 1 1 2 1 2 5 1 3 2 1 1 3

386 23 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

387 21 P 1 1 1 3 3 1 2 5 4 0 0 1 1 4

388 21 L 1 1 1 1 2 1 2 4 4 0 0 1 1 2

389 20 P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0


(6)

391 23 P 1 1 1 3 2 1 1 5 1 3 6 1 2 4

392 2 L 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0


Dokumen yang terkait

Efek Kafein Terhadap Kejadian Tremor Tangan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan Tahun 2010

4 72 68

Hubungan Kualitas Tidur Dengan Konsentrasi Pada Mahasiswa Angkatan 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

34 174 83

Hubungan Lama Penggunaan Media Sosial Facebook Dengan Penurunan Tajam Penglihatan Pada Mahasiswa/I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010

2 32 69

Hubungan Penggunaan Media Sosial Facebook Dengan Penurunan Tajam Penglihatan Pada Mahasiswa I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010

0 0 13

Hubungan Penggunaan Media Sosial Facebook Dengan Penurunan Tajam Penglihatan Pada Mahasiswa I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010

0 0 2

Hubungan Penggunaan Media Sosial Facebook Dengan Penurunan Tajam Penglihatan Pada Mahasiswa I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010

0 0 5

Hubungan Penggunaan Media Sosial Facebook Dengan Penurunan Tajam Penglihatan Pada Mahasiswa I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010

0 9 15

Hubungan Penggunaan Media Sosial Facebook Dengan Penurunan Tajam Penglihatan Pada Mahasiswa I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010

0 0 5

Gambaran Dermatofita Pada Kaki Pemain Sepak Bola Mahasiswa Angkatan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

0 0 25

HUBUNGAN KELAINAN REFRAKSI DENGAN PRESTASI AKADEMIK DAN POLA KEBIASAAN MEMBACA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

0 0 6