Hubungan Migren dengan Stres Pada Mahasiswa Stambuk 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(1)

HUBUNGAN MIGREN DENGAN STRES PADA MAHASISWA STAMBUK 2010 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA

Oleh :

ESHPREET KAUR A/P HARJIT SINGH 100100209

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul :

Hubungan Migren dengan Stres Pada Mahasiswa Stambuk 2010

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Yang dipersiapkan oleh : Eshpreet Kaur A/P Harjit Singh

100100209

Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui untuk dilanjutkan ke Sidang Hasil.

Medan, 7 Desember 2013 Disetujui, Dosen Pembimbing

dr. Kiking Ritarwan, MKT, SpS (K) NIP : 196811171997021002


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan Migren dengan Stres pada Mahasiswa Stambuk 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Nama : Eshpreet Kaur A/P Harjit Singh Nim : 100100209

Pemimbing, Penguji ,

(dr. Kiking Ritarwan, MKT, SpS (K) (dr. Refli Hasan, Sp.PD, Sp.JP (K) NIP: 196811171997021002 NIP: 196104031987091001

( dr. Maya Savira, M.Kes) NIP: 196711192003122001

Medan,11 Januari 2014 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof.Dr.dr.Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP : 19540220-198011-1-001


(4)

ABSTRAK

Migren adalah gangguan fungsional otak dengan manifestasi nyeri kepala unilateral yang sifatnya mendenyut atau mendentum yang terjadi mendadak disertai mual atau muntah. Terdapat juga banyak faktor pencetus migren dan beberapa penelitian telah mengemukakan bahwa stres merupakan salah satu faktor yang utama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan migren dengan stres di kalangan mahasiswa stambuk 2010 FK USU.

Penelitian ini dilakukan dengan metode analitik observasional dengan pendekatan case-control. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling dimana n= 51. Data responden yang mengalami migren dikumpulkan dari kuesioner yang akan diukur dengan menggunakan skala MIDAS. Data dianalisa dengan menggunakan tabel frekuensi, cross tabulation, uji Kruskal Walis dan uji Mann-Whitney.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah 70.6% mahasiswa perempuan dan 29.4% mahasiswa laki-laki yang menderita migren. Kelompok umur yang paling rentan menderita migren adalah 20-22 tahun yaitu 82.4%. Mahasiswa yang mengalami migren dengan aura adalah 45.1% dan migren tanpa aura adalah 37.3%. Moderate Disability adalah tingkat keparahan migren yang paling banyak diderita oleh mahasiswa yaitu 47.1%. Uji korelasi menunjukkan terdapat hubungan migren dengan stres dimana p < 0.05.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang menderita migren ini disebabkan oleh stres.


(5)

ABSTRACT

Migraine is a functional disorder of the brain with unilateral headache manifestations like pulsating that occurs suddenly with nausea or vomiting. There are many factors that trigger the migraine onset and some research has proven that stress is one of the main factor. The purpose of the research is to know the relationship between migraine with stress among students from batch 2010 in FK USU.

The research is done with analytic observasional method with case-control approach. The sample was picked by simple random sampling where n = 51. The severity of migraine and stress as a risk factor was measured using the questionnaire filled by the students. Migraine disability was measured using the MIDAS scale. Data were analysed in SPSS version 17.0 using frequency table, cross tabulation, Kruskal Walis and Mann-Whitney test.

From the results, 70.6 % of female students and 29.4% of male students are suffering from migraine. The most vulnerable age group that is having migraine is in the range of 20-22 years that is 82.4%. There are more students who are experiencing migraine with aura that is 45.1% and less students experiencing migraine without aura that is 37.3%. According to the research done, majority students are suffering from moderate disability that is 47.1%. Correlation analysis shows that there is a relationship of migraine with stress where by p < 0.05.

In conclusion, from the research, it can be summarized that stress is the main factor for students to suffer from migraine.


(6)

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya yang telah memelihara dan memampukan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Banyak sekali hambatan dan tantangan yang dialami penulis selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Dengan dorongan, bimbingan dan arahan dari beberapa pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp. PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.

2. dr. Kiking Ritarwan, MKT, SpS (K) selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

3. Seluruh staf pengajar dan civitass akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Kedua orang tua yaitu ayah, Harjit Singh serta ibu, Daldeep Kaur dan keluarga penulis termasuk kakak, Enishajit Kaur yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang dan tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan. 5. Seluruh teman-teman penulis terutama stambuk 2010 yang telah

bekerjasama dalam pengisian kuesioner dan juga membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

6. Untuk seluruh bantuan baik moril atau materi yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis ucapkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang


(7)

membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak. Demikian dan terima kasih.

Desember 2013 Penulis,

ESHPREET KAUR A/P HARJIT SINGH 100100209


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN……… ii

ABSTRAK………. iii

ABSTRACT……….. iv

KATA PENGANTAR………... v

DAFTAR ISI………... vii

DAFTAR TABEL……… xi

DAFTAR GAMBAR………... xii

DAFTAR LAMPIRAN……… xiii

BAB 1 PENDAHULUAN……….. 1

1.1. Latar Belakang………. 1 1.2. Rumusan Masalah……… 4 1.3. Tujuan Penelitian………. 4 1.4. Manfaat penelitian……… 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……….. 6

2.1. Definisi Migren………. 6

2.2. Etiologi dan Faktor Pencetus Migren……… 7

2.3. Klasifikasi Migren………. 9


(9)

2.5. Kriteria Diagnosis Migren……… 12

2.5.1. Kriteria Diagnosis Migren tanpa Aura………... 12

2.5.2. Kriteria Diagnosis Migren dengan Aura……… 13

2.5.3. Kriteria Diagnosis Migren Retinal………. 14

2.5.4. Kriteria Diagnosis Migren dengan Gangguan ICP…… 15

2.6. Komplikasi Migren……….. 15

2.7. Diagnosis Migren………. 17

2.7.1. Anamnesis……….. 18

2.7.2. Pemeriksaan Fisik dan Neurologis………. 18

2.7.3. Pemeriksaan Penunjang……….. 18

2.8. Penatalaksanaan Migren………... 19

2.8.1. Mencegah atau Menghindari Faktor Pencetus………… 19

2.8.2. Pengobatan Non-Medik……….. 19

2.8.3. Pengobatan Simptomatik……… 19

2.8.4. Pengobatan Abortif……… 20

2.8.5. Pengobatan Pencegahan………. 20

2.9. Definisi Stres………. 21

2.10. Klasifikasi Stres………. 21

2.11. Hubungan Migren dengan Stres……… 27

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL.. 29

3.1. Kerangka Konsep Penelitian………. 29

3.2. Variabel dan Definisi Operasional……… 30

3.3. Cara Ukur……….. 30

3.4. Alat Ukur……….. 31

3.5. Kategori……… 31

3.6. Skala Pengukuran………. 31

3.7. Hipotesis………... 31


(10)

4.1. Rancangan Penelitian………. 32

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian………. 32

4.2.1. Lokasi Penelitian………. 32

4.2.2. Waktu Penelitian………. 32

4.3. Populasi Sampel……… 32

4.3.1. Populasi………... 32

4.3.2. Sampel………. 33

4.4. Metode Pengumpulan Data………... 34

4.4.1. Data Primer……….. 35

4.4.2. Data Sekunder………. 35

4.4.3. Instrumen Penelitian……… 35

4.5. Metode Analisis Data……… 36

4.6. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas……… 36

4.7. Pengolahan dan Analisa Data……… 38

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 39

5.1. Hasil Penelitian……… 39

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian……… 39

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden……… 40

5.2. Analisis Deskriptif……… 40

5.2.1. Hasil Analisis Data………. 40

5.2.1.1. Analisis Karakteristik Mahasiswa……….. 40

5.2.1.2. Analisis Tahap Migren pada Mahasiswa……… 43

5.2.1.3. Analisis Tahap Stres pada Mahasiswa………... 46

5.2.1.4. Analisis Hasil Uji Kruskal Walis dan Mann-Whitney……… 48

5.3. Pembahasan……….. 52

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……….. 55 6.1. Kesimpulan………...


(11)

6.2. Saran………. 55

DAFTAR PUSTAKA……… 56 LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Nomor Judul

Halaman

2.1. Perbedaan migren tanpa aura dengan migren aura 17

3.1. Skala MIDAS 31

4.1. Hasil uji validitas dan reliabilitas 37 5.1. Karakteristik jenis kelamin responden 40 5.2. Hubungan umur dengan jenis kelamin 41 5.3. Gambaran jawaban bagi 21 pertanyaan di kuesioner 43 5.4. Mean, median dan mode skala MIDAS pada mahasiswa 45 5.5. Hubungan jenis kelamin dan migren 46 5.6. Distribusi frekuensi jawaban responden pada varibel stres 47

5.7. Hasil uji Kruskal Walis 48

5.8. Hasil uji Mann-Whitney antara Little or No Disabillity

dengan Mild Disability 49

5.9. Hasil uji Mann-Whitney antara Little or No Disability

dengan Moderate Disability 50 5.10. Hasil uji Mann-Whitney antara Mild dengan Moderate


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Frequency of individual triggers occurring at

least occasionally 9

Gambar 2.2. Fase Prodromal 12

Gambar 2.3. Hypothalamic-pituitary-adrenal axis 25 Gambar 2.4. Patofisiologi migren dengan faktor resiko stres 28

Gambar 3.1 Kerangka konsep 29

Gambar 5.1. Klasifikasi migren berdasarkan umur 42 Gambar 5.2. Kategori migren responden berdasarkan skala


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Surat penjelasan Lampiran 3 Surat persetujuan

Lampiran 4 Kuesioner


(14)

ABSTRAK

Migren adalah gangguan fungsional otak dengan manifestasi nyeri kepala unilateral yang sifatnya mendenyut atau mendentum yang terjadi mendadak disertai mual atau muntah. Terdapat juga banyak faktor pencetus migren dan beberapa penelitian telah mengemukakan bahwa stres merupakan salah satu faktor yang utama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan migren dengan stres di kalangan mahasiswa stambuk 2010 FK USU.

Penelitian ini dilakukan dengan metode analitik observasional dengan pendekatan case-control. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling dimana n= 51. Data responden yang mengalami migren dikumpulkan dari kuesioner yang akan diukur dengan menggunakan skala MIDAS. Data dianalisa dengan menggunakan tabel frekuensi, cross tabulation, uji Kruskal Walis dan uji Mann-Whitney.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah 70.6% mahasiswa perempuan dan 29.4% mahasiswa laki-laki yang menderita migren. Kelompok umur yang paling rentan menderita migren adalah 20-22 tahun yaitu 82.4%. Mahasiswa yang mengalami migren dengan aura adalah 45.1% dan migren tanpa aura adalah 37.3%. Moderate Disability adalah tingkat keparahan migren yang paling banyak diderita oleh mahasiswa yaitu 47.1%. Uji korelasi menunjukkan terdapat hubungan migren dengan stres dimana p < 0.05.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang menderita migren ini disebabkan oleh stres.


(15)

ABSTRACT

Migraine is a functional disorder of the brain with unilateral headache manifestations like pulsating that occurs suddenly with nausea or vomiting. There are many factors that trigger the migraine onset and some research has proven that stress is one of the main factor. The purpose of the research is to know the relationship between migraine with stress among students from batch 2010 in FK USU.

The research is done with analytic observasional method with case-control approach. The sample was picked by simple random sampling where n = 51. The severity of migraine and stress as a risk factor was measured using the questionnaire filled by the students. Migraine disability was measured using the MIDAS scale. Data were analysed in SPSS version 17.0 using frequency table, cross tabulation, Kruskal Walis and Mann-Whitney test.

From the results, 70.6 % of female students and 29.4% of male students are suffering from migraine. The most vulnerable age group that is having migraine is in the range of 20-22 years that is 82.4%. There are more students who are experiencing migraine with aura that is 45.1% and less students experiencing migraine without aura that is 37.3%. According to the research done, majority students are suffering from moderate disability that is 47.1%. Correlation analysis shows that there is a relationship of migraine with stress where by p < 0.05.

In conclusion, from the research, it can be summarized that stress is the main factor for students to suffer from migraine.


(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nyeri kepala migren merupakan gangguan nyeri kepala rekuren yang paling sering dikeluhkan dalam dunia medis. Di Amerika Serikat, lebih dari 30 juta orang menderita 1 atau lebih nyeri kepala migren dalam satu tahun. Sekitar 75% dari penderita migren adalah wanita.Istilah migren diangkat dari bahasa yunani yang berasal dari kata hemik rania.Istilah ini kemudian diubah ke dalam bahasa Latin menjadi hemigrenea,yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis sebagai migraine.

Menurut statistik prevalensi nyeri kepala sebesar enam kali lipat epilepsi, namun di bidang pendidikan maupun penelitian kedokteran masalah ini sering diabaikan.Padahal nyeri kepala sering menjadi penyebab menurunnya kualitas hidup dan mempunyai dampak besar di bidang sosial-ekonomi.Diperkirakan masalah ini mengakibatkan hilangnya dari kerja sebesar 100.000 hari per 100.00 penderita nyeri kepala, sehingga menduduki peringkat ke-3 dalam pengeluaran terbanyak di bidang Neurologi setelah demensia dan stroke.Sulit menentukan prevalensi yang tepat dari migren dalam masyarakat, mengingat


(17)

tidak semua penderita berobat ke dokter.Di Amerika Serikat didapatkan 4 penderita dari tiap 100 penduduk dan terdapat kurang lebih 10 juta penderita.

Di RSUP Dr.Kariadi Semarang, Tjipto (1993) dilaporkan dari 551 kasus nyeri kepala di Poliklinik Saraf,10.16% merupakan penderita dengan sindroma migren,Kalianda B (1998) mendapatkan kasus migren sebesar 10.55% dari 788 penderita baru nyeri kepala di RS Hasan Sadikin, dan Sugeng (1983) mendapatkan 110 kasus dengan nyeri kepala vaskuler tipe migren dari 916 penderita baru nyeri kepala di RSUD Dr.Soetomo.

Menurut TheInternational Headache Society(2004), klasifikasi migren menjadi migren dengan aura dan migren tanpa aura. Di Indonesia,prevalensi migren dengan aura adalah 1.8% dan migren tanpa aura adalah 6-10%. Migren lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan sebelum usia 12 tahun,tetapi lebih sering ditemukan pada wanita setelah pubertas, yang paling sering pada kelompok umur 25-44 tahun.

Faktor resiko dari migren pada perkembangan anak sekitar 70% dipengaruhi oleh orang tua yang menderita migren.Faktor pencetus berupa perubahan lingkungan secara eksternal atau internal menjadi pemicu terjadinya migren. Contoh faktor pencetusnya adalah trauma, stres psikogenik, hormonal, usia, gangguan tidur, kelelahan, iklim ,beberapa jenis makanan yang mengandung tiramin atau monosodium glutamate. Bagi faktor familial, resiko anak yang terkena migren lebih besar jika kedua orang tuanya mempunyai riwayat yang sama.

Stres merupakan salah satu faktor resiko utama migren.Stres sebagai satu fenomena pertama kali dijelaskan oleh Hans Selye (dalam Ross dan Altmaier).Pada saat itu Selye menggunakan pendekatan medis fisiologis untuk menjelaskan tentang fenomena stres.Ia mengatakan bahwa stres merupakan suatu reaksi non-spesifik dari fisik seseorang terhadap adanya berbagai tuntutan baik dari dalam maupun dari luar tubuh manusia. Secara umum, pengertian stres yang paling banyak diterima adalah pengertian yang


(18)

menjelaskan stres sebagai suatu keadaan yang melibatkan interaksi antara individu dengan situasi yang dialaminya (Michie,2002).

Penelitian mengenai prevalensi stres pada mahasiswa kedokteran dilakukan di beberapa universitas. Di Amerika Utara, penelitan yang dilakukan terhadap 100 mahasiswa menunjukkan bahwa prevalensi stres pada mahasiswa adalah 38% (Shannone,1999). Sementara itu,tiga penelitian yang dilakukan di Asia menunjukkan hasil sebagai berikut: (1)Di Pakistan.dengan 161 partisipan, prevalensi stres mahasiswa adalah 30,84% (Shah,Hasan,Malik & Sreeramareddy,2010). (2)Di Thailand, dengan 686 partisipan, prevalensi mahasiswa adalah 61,4% (Spanish,2003). (3)Di Malaysia, dengan 396 partisipan, prevalensi stres mahasiswa adalah 41,9% (Sherina,2004).

Di Indonesia, penderita stres semakin banyak. Pernyataan dari Dr Ratna Mardiyati dokter jiwa dari Rumah Sakit Soeharto Heerdjan, sekitar 1,33 juta penduduk DKI Jakarta diperkirakan mengalami gangguan kesehatan mental atau stres. Angka tersebut mencapai 14% dari total penduduk dengan tingkat stress akut (stres berat) mencapai 1-3%. Data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta menunjukkan jumlah penduduk DKI Jakarta saat ini mencapai 9,5 juta jiwa. Jumlah penduduk yang stres mencapai 1.33 juta(14 persen dari 9,5 juta), sementara stres berat mencapai 95.000-285.000 orang (1-3 persen dari 9,5 juta). Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa (1-3 per milyar dari sekitar 32 juta penduduk di Jawa Tengah menderita kegilaan dan 19 per mil lainnya menderita stres. Jumlah tersebut jika dipersentasekan, maka jumlahnya mencapai sekitar 2,2 persen dari total penduduk Jawa Tengah. Data tersebut menunjukkan bahwa stres bersifat universally, yaitu semua orang dapat merasakannya tetapi cara pengungkapannya yang berbeda atau diversity.

Lebih lanjut, dikemukakan bahwa stres memiliki dampak yang positif maupun negatif. Menurut Selye, terdapat dua jenis stres, yaitu eustress, stres yang mempunyai dampak positif bagi kehidupan seseorang dan distress, stres


(19)

yang dapat membawa dampak negatif bagi seseorang. Selain itu, stres diasosiasikan sebagai penyebab naiknya angka kematian pada populasi umum (Roohafza,dkk,2007).

Stres juga dapat memberikan dampak negatif kepada mahasiswa seperti pola tidurnya terganggu,asupan makanan yang tidak adekuat, menjadi adiktif terhadap alkohol dan narkoba dan timbulnya jerawat karena perubahan hormonal.Selain itu,terdapat beberapa cara bagaimana stres berinteraksi dengan migren sehingga dapat timbul migraine attacks.Interaksi ini dapat terjadi melalui hasil dari perubahan biokimiawi yang berkaitan dengan psikologik respon stres atau perubahan yang dipengaruhi oleh psikologik respon terhadap stressor.Stres juga merupakan faktor di mana dapat menyebabkan terjadinya migren kronik.Jadi ini menarik perhatian saya untuk melakukan penelitian ini. Selanjutnya saya akan melanjutkan penelitian saya tentang ‘Hubungan Migren dengan Stres di kalangan Mahasiswa FK USU Stambuk 2010’.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas dirumuskanlah masalah penelitian apakah Migren mempengaruhi Stres di kalangan mahasiswa FK USU Stambuk 2010.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan Migren dengan Stres di kalangan mahasiswa FK USU.

1.3.2 Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penellitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui apakah faktor-faktor pencetus migren menyebabkan stres di kalangan mahasiswa.


(20)

c. Untuk mengetahui peningkatan angka kejadian migren pada mahasiswa yang menderita stres.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

a. IPTEK, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat dan masukkan bagi perkembangan ilmu neurologi dan ilmu psikologi serta dapat menjadi masukkan yang berguna bagi penelitian lebih lanjut mengenai migren dan stres.

b. Masyarakat, agar hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan kepada masyarakat sebagai upaya pencegahan migren dan stres. c. Pengguna tugas, penelitian ini dapat dijadikan sebagai upaya menambah


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Migren

Menurut International Headache Society, 2004, migren adalah nyeri kepala dengan serangan nyeri yang berlangsung 4-72 jam. Nyeri biasanya unilateral, sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat dan diperberat oleh aktivitas, dan dapat disertai mual, muntah, fotofobia dan fonofobia.

Konsep klasik mengatakan migren adalah gangguan fungsional otak dengan manifestasi nyeri kepala unilateral yang sifatnya mendenyut atau mendentum yang terjadi mendadak disertai mual atau muntah.Konsep tersebut telah diperluas oleh The Research Group On Migraine and Headache of The World Federation Of Neurology. Migren merupakan gangguan bersifat familial dengan karakteristik serangan nyeri kepala yang berulang-ulang yang intensitas, frekuensi dan lamanya bervariasi.Nyeri kepala umumnya unilateral, disertai anoreksia, mual, dan muntah.Dalam beberapa kasus migren ini didahului oleh gangguan neurologik dan gangguan perasaan hati.

Definisi migren yang lain yang ditetapkan oleh panitia ad hoc mengenai nyeri kepala (Ad Hoc Comittee on Classification of Headache) adalah serangan nyeri kepala unilateral berulang-ulang dengan frekuensi lama dan hebatnya rasa nyeri yang beraneka ragam dan biasanya berhubungan dengan tidak suka makan


(22)

dan terkadang dengan mual dan muntah. Terkadang didahului oleh gangguan sensorik, motorik, dan kejiwaan.Sering dengan faktor keturunan.

Blau (2003) mengusulkan definisi migren sebagai nyeri kepala berulang-ulang berlangsung antara 2-72 jam dan bebas nyeri antara serangan nyeri kepala, harus berhubungan dengan gangguan visual atau gastrointerstinal atau keduanya.Gejala visual timbul sebagai aura dan/atau fotofobia selama nyeri kepala.Bila tidak ada gangguan visual hanya berupa gangguan gastrointestinal, maka muntah harus sebagai gejala pada beberapa serangan (Harsono, 2005, Kapita Selekta Neurologi Edisi Kedua).

2.2. Etiologi dan Faktor Pencetus Migren

Menurut Harsono (2005), Kapita Selekta Neurologi, edisi kedua, sampai saat ini belum diketahui dengan pasti faktor penyebab migren, diduga sebagai gangguan neurobiologis, perubahan sensitivitas sistem saraf dan aktivasi sistem trigeminal vaskular, sehingga migren termasuk dalam nyeri kepala primer. Diketahui ada beberapa faktor pencetus timbulnya serangan migren yaitu :

1. Perubahan hormonal

Beberapa wanita yang menderita migren merasakan frekuensi serangan akan meningkat saat menstruasi. Bahkan ada diantaranya yang hanya merasakan serangan migren saat menstruasi.Istilah ‘menstrual migraine’ sering digunakan untuk menyebut migren yang terjadi pada wanita saat dua hari sebelum menstruasi dan sehari setelahnya. Ini terjadi disebabkan penurunan kadar estrogen.

2. Kafein

Kafein terkandung dalam banyak produk makanan seperti minuman ringan, teh, cokelat, dan kopi. Kafein dalam jumlah yang sedikit akan meningkatkan kewaspadaan dan tenaga, namun bila diminum dalam dosis yang tinggi akan menyebabkan gangguan tidur, lekas marah, cemas dan sakit kepala.


(23)

Puasa dapat mencetuskan terjadinya migren oleh karena saat puasa terjadi pelepasan hormone yang berhubungan dengan stres dan penurunan kadar gula darah.

4. Ketegangan jiwa (stres) baik emosional maupun fisik atau setelah istirahat dari ketegangan.

5. Cahaya kilat atau berkelip

Cahaya yang terlalu terang dan intensitas perangsangan visual yang terlalu tinggi akan menyebabkan sakit kepala pada manusia normal. Mekanisme ini juga berlaku untuk penderita migren yang memiliki kepekaan cahaya yang lebih tinggi daripada manusia normal.

6. Makanan

Penyedap makanan atau MSG dilaporkan dapat menyebabkan sakit kepala, kemerahan pada wajah, berkeringat dan berdebar-debar jika dikonsumsi dalam jumlah yang besar pada saat perut kosong. Fenomena ini disebut ‘Chinese Restaurant Syndrome’.Aspartam atau pemanis buatan pada minuman diet dan makanan ringan, dapat menjadi pencetus migren bila dimakan dalam jumlah besar dan jangka waktu yang lama.

7. Banyak tidur atau kurang tidur

Gangguan mekanisme tidur seperti tidur terlalu lama, kurang tidur, sering terjaga tengah malam, sangat erat hubungannya dengan migren dan sakit kepala tegang, sehingga perbaikan dari mekanisme tidur ini akan membantu mengurangi frekuensi timbulnya migren.

8. Faktor herediter 9. Faktor kepribadian


(24)

Gambar 2.1.Frequency of individual triggers occurring at least occasionally (by percentage)

dikutip dari : www.health24.com(2004).

2.3 Klasifikasi Migren

Menurut The International Headache Society, klasifikasi migren adalah sebagai berikut :

1. Migren tanpa aura 2. Migren dengan aura

a. Migren dengan aura yang khas

b. Migren dengan aura yang diperpanjang

c. Migren dengan lumpuh separuh badan (familial hemiflegic migraine) d. Migren dengan basilaris

e. Migren aura tanpa nyeri kepala f. Migren dengan awitan aura akut 3. Migren oftalmoplegik

4. Migren retinal

5. Migren yang berhubungan dengan gangguan intrakranial 6. Migren dengan komplikasi


(25)

a. Status migren (serangan migren dengan sakit kepala lebih dari 72 jam) • Tanpa lebihan penggunaan obat

• Kelebihan penggunaaan obat untuk migren b. Infark migren

7. Gangguan seperti migren yang tidak terklasifikasikan

Dahulu dikenal adanya classic migraine dan common migraine.Classic migraine

didahului atau disertai dengan fenomena defisit neurologik fokal, misalnya gangguan penglihatan, sensorik, atau wicara.Sedangkan common migraine tidak didahului atau disertai dengan fenomena defisit neurologikfokal. Oleh Ad Hoc Comittee of the International Headache Society (1987) diajukan perubahan nama atau sebutan untuk keduanya menjadi migren dengan aura untuk classic migraine

dan migren tanpa aura untuk common migraine. 2.4 Manifestasi Klinis Migren

Secara keseluruhan, manifestasi klinis penderita migren bervariasi pada setiap individu.Terdapat 4 fase umum yang terjadi pada penderita migren, tetapi semuanya tidak harus dialami oleh setiap individu.Fase-fase tersebut antara lain (Aminoff, MJ et al, 2005) :

1. Fase Prodromal. Fase ini dialami 40-60% penderita migren. Gejalanya berupa perubahan mood, irritable, depresi, atau euphoria, perasaan lemah, letih, lesu, tidur berlebihan, menginginkan jenis makanan tertentu (seperti cokelat) dan gejala lainnya. Gejala ini muncul beberapa jam atau hari sebelum fase nyeri kepala. Fase ini memberi petanda kepada penderita atau keluarga bahwa akan terjadi serangan migren.

2. Fase Aura. Aura adalah gejala neurologis fokal kompleks yang mendahului atau menyertai serangan migren. Fase ini muncul bertahap selama 5-20 menit. Aura ini dapat berupa sensasi visual, sensorik, motorik, atau kombinasi dari aura-aura tersebut. Aura visual muncul pada 64% pasien dan merupakan gejala neurologis yang paling umum terjadi. Yang khas untuk migren adalah scintillating scotoma (tampak bintik-bintik kecil yang banyak) , gangguan visual homonym, gangguan salah satu sisi lapang


(26)

pandang, persepsi adanya cahaya berbagai warna yang bergerak pelan (fenomena positif). Kelainan visual lainnya adalah adanya scotoma

(fenomena negatif) yang timbul pada salah satu mata atau kedua mata. Kedua fenomena ini dapat muncul bersamaan dan berbentuk zig-zag. Aura pada migren biasanya hilang dalam beberapa menit dan kemudian diikuti dengan periode laten sebelum timbul nyeri kepala, walaupun ada yang melaporkan tanpa periode laten.

3. Fase nyeri kepala. Nyeri kepala migren biasanya berdenyut, unilateral, dan awalnya berlangsung didaerah frontotemporalis dan okular, kemudian setelah 1-2 jam menyebar secara difus kearah posterior. Serangan berlangsung selama 4-72 jam pada orang dewasa, sedangkan pada anak-anak berlangsung selama 1-48 jam. Intensitas nyeri bervariasi, dari sedang sampai berat, dan kadang-kadang sangat mengganggu pasien dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

4. Fase Postdromal. Pasien mungkin merasa lelah, irritable, konsentrasi menurun, dan terjadi perubahan mood. Akan tetapi beberapa orang merasa “segar” atau euphoria setelah terjadi serangan, sedangkan yang lainnya merasa deperesi dan lemas.

Gejala diatas tersebut terjadi pada penderita migren dengan aura, sementara pada penderita migren tanpa aura, hanya ada 3 fase saja, yaitu fase prodromal, fase nyeri kepala, dan fase postdromal.


(27)

Gambar 2.2. Fase Prodromal dikutip dariwww.medscape.com(2009).

2.5 Kriteria Diagnosis (Aminoff, MJ et al, 2005) 2.5.1 Kriteria Diagnosis Migren Tanpa Aura

A. Sekurang-kurangnya 10 kali serangan termasuk B-D

B. Serangan nyeri kepala berlangsung antara 4-72 jam (tidak diobati atau pengobatan yang tidak adekuat) dan diantara serangan tidak ada nyeri kepala C. Nyeri kepala yang terjadi sekurang-kurangnya dua karakteristik sebagai berikut:

1. Lokasi unilateral 2. Sifatnya berdenyut

3. Intensitas sedang sampai berat 4. Diperberat dengan kegiatan fisik


(28)

D. Selama serangan sekurang-kurangnya ada satu dari yang tersebut di bawah ini: 1. Mual atau dengan muntah

2. Fotofobia atau dengan fonofobia

E. Sekurang-kurangnya ada satu dari yang tersebut dibawah ini:

1. Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologik tidak menunjukkan adanya kelainan organik

2. Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologik diduga adanya kelainan organik tetapi pemeriksaan neroimaging dan pemeriksaan tambahan lainnya tidak menunjukkan kelaianan

2.5.2 Kriteria Diagnosis dengan Aura

A. Sekurang-kurangnya 2 serangan seperti tersebut dalam B

B. Sekurang-kurangnya terdapat 3 dari karakteristik tersebut dibawah ini: 1. Satu atau lebih gejala aura yang reversible yang menunjukkan disfungsi hemisfer dan/atau batang otak

2. Sekurang-kurangnya satu gejala aura berkembang lebih dari 4 menit, atau 2 atau gejala aura terjadi bersama-sama

3. Tidak ada gejala aura yang berlangsung lebih dari 60 menit; bila lebih dari satu gejala aura terjadi, durasinya lebih lama. Nyeri kepala mengikuti gejala aura dengan interval bebas nyeri kurang dari 60 menit, tetapi kadang kadang dapat terjadi sebelum aura.

C. Sekurang-kurangnya terdapat satu dari yang tersebut dibawah ini: 1. Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologik tidak menunjukkan adanya kelainan organik

2. Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologik diduga adanya kelainan organik, tetapi pemeriksaan neuroimaging dan pemeriksaan tambahan lainnya tidak menunjukkan kelainan.

2.5.3 Kriteria Diagnosis Migren Retinal

Sekurang-kurangnya terdiri dari 2 serangan sebagaimana tersebut dibawah ini: A. Scotoma monocular yang bersifat reversibel atau buta tidak lebih dari 60

menit, dan dibuktikan dengan pemeriksaan selama serangan atau penderita menggambarkan gangguan lapangan penglihatan monokular selama serangan tersebut.


(29)

B. Nyeri kepala yang mengikuti gangguan visual dengan interval bebas nyeri tidak lebih dari 60 menit, tetapi kadang-kadang lebih dari 60 menit. Nyeri kepala bisa tidak muncul apabila penderita mempunyai jenis migren lain atau mempunyai 2 atau lebih keluarga terdekat yang mengalami migren. C. Pemeriksaan oftalmologik normal di luar serangan. Adanya emboli dapat

disingkirkan dengan pemeriksaan angiografi, CT scan, pemeriksaan jantung dan darah.

2.5.4 Kriteria Diagnosis Migren Dengan Gangguan Intrakranial A. Sekurang-kurangnya terdapat satu jenis migren

B. Gangguan intrakranial dibuktikan dengan pemeriksaan klinik dan neuro imaging

C. Terdapat satu atau keduanya dari :

1. Awitan migren sesuai dengan awitan gangguan intrakranial 2. Lokasi aura dan nyeri sesuai dengan lokasi gangguan intrakranial

D. Bila pengobatan gangguan intrakranial berhasil maka migren akan hilang dengan sendirinya.

2.6 Komplikasi Migren a. Status Migrenosus

Serangan migren dengan fase nyeri kepala lebih dari 72 jam, mendapat pengobatan atau tidak, dengan interval bebas nyeri kurang 4 jam (tidak termasuk tidur) (Headache Classification Comittee of International Headache Society ,2003).

b.Infark Migrenosus

Dahulu disebut migren komplikata.Adalah keadaan satu atau lebih gejala aura yang tidak sepenuhnya hilang dalam waktu 7 hari dan atau didapatkan infark iskemik pada konfirmasi pemeriksaan neuroimaging (Headache Classification Comittee of IHS).Insidensi sangat rendah, biasanya jenis migren ini terjadi setelah lama menderita migren dengan aura.Patogenesis belum diketahui, tetapi faktor hiperaglutinasi dan hiperviskositas mempunyai peran penting. Broderick dan Swanson (1987) , selama 4 tahun diantara 5000 pasien migren, didapatkan 20 pasien terkena stroke, 2 pasien stroke ulang setelah 7 tahun kemudian, 14 pasien penyembuhan dengan gejala sisa, dan 4 pasien sembuh sempurna.


(30)

Perbedaan antara Migren Tanpa Aura dengan Migren Aura

Dalam klasifikasi nyeri kepala menurut International Headache Association, definisi migren tanpa aura (MTA) dan migren aura (MA) dibedakan oleh kriteria diagnostik.Secara klinisnya keduanya dapat dibedakan dari ada dan tidak adanya gejala aura, gejala aura terjadi secara simultan dengan penurunan aliran darah otak, sedangkan pada MTA aliran darah otak normal.Selanjutnya pada fase nyeri terjadi dilatasi dari arteri serebri media baik pada MTA maupun MA.Hal tersebut menunjukkan bahwa patogenesis MA dan MTA pasa fase awal berbeda tetapi hampir serupa pada fase nyeri. Beberapa perbedaan lain antara MA dan MTA (Olesen J, Rasmussen BK, 1996).

Migren Tanpa Aura Migren Aura

Prevalensi 14.7% 7.9%

Rasio

Laki-laki:Perempuan

1:2,2 1:1,5

Usia saat onset Sesuai kurva normal (Unimodal)

Kurva dengan dua puncak (bimodal) Sensitifitas terhadap


(31)

-migren menstruasi

-onset migren dan menarche sama

-migren ovulasi

24,8% 64,3%

3.6%

8,1% 0

6.6% Sensitifitas terhadap sinar

terang (-) >>

Pola keluarga < >

Frekuensi serangan Sering Jarang

Lama serangan Panjang Pendek

Penurunan CBF (-) (+)

Table 2.1.Perbedaan Migren Tanpa Aura dengan Migren Aura dikutip dari (Olesen J, Rasmussen BK, 1996).

2.7 Diagnosis Migren

Diagnosis migren ditegakkan berdasarkan anamnesis, karena nyeri kepala merupakan keluhan yang sangat subjektif, jarang sekali didapatkan kelainan neurologis dan bila ada biasanya terjadi saat serangan.

2.7.1 Anamnesis

Dalam anamnesis perlu digali lokasi, penjalaran, intensitas, kualitas, gejala

premonitory, aura, gejala penyerta, faktor pencetus, faktor peringan/perberat dan riwayat keluarga.Dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti ketepatan diagnosis migren mencapai 95%. Apabila didapatkan kelainan neurologis saat serangan migren, untuk membedakan dengan kelainan neurologis lain perlu dilakukan pemeriksaan ulang saat bebas serangan, sebelum dilakukan pemeriksaan penunjang lebih lanjut (Jenie MN, Kumpulan Makalah Utama Temu Regional Neurologi, 2002).

2.7.2 Pemeriksaan Fisik dan Neurologis

Disamping pemeriksaan fisik secara umum, dilakukan pemeriksaan neurologis yang meliputi:


(32)

Nervus kranialis, pupil, lapangan pandang, gerakan bola mata, funduskopi untuk evaluasi keadaan n. II, retina dan pembuluh darah retina, kekuatan otot, tonus dan koordinasi,reflex fisiologis dan patologis, sensorik terutama sensorik kortikal (stereognosis), gait, bising orbita, palpasi arteri superfisialis temporalis.

2.7.3 Pemeriksaan Penunjang

Tidak ada pemeriksaan penunjang khusus untuk membantu menegakkan diagnosis.Pemeriksaan penunjang diperlukan bila dicurigai adanya kelainan struktural yang mempunyai gejala seperti migren.

a. EEG. Gambaran abnormal yang sering dijumpai adalah perlambatan aktifitas listrik, peningkatan gelombang teta dan delta di daerah kepala belakang, pada sisi nyeri kepala kadang-kadang didapatkan gelombang tajam yang tidak spesifik (Notowardojo, Tinjauan Neuropsikiatrik, 2005). b. MRI (Magnetic Resonance Imaging). (Igarashi, 1998), melakukan

pemeriksaan MRI pada 91 penderita migren dan 98 kontrol, didapatkan lesi kecil di substansia alba pada 15 dari 51 penderita (29,4%), sedangkan pada kontrol 11 dari 98 orang (11,2%) dan ini mempunyai perbedaan bermakna.

c. PET (Positron Emission Tomography). Sachs membangkitkan serangan migren pada 5 penderita dengan injeksi reserpin subkutan, kemudian dilakukan pemeriksaan PET 1,5 jam setelah pemberian, terjadi penurunan yang bermakna pada metabolisme glukosa pada penderita migren (Lance JW, 2003, Mechanism and Management of Headache, 5th edision).

2.8 Penatalaksanaan Migren

2.8.1 Mencegah atau menghindari faktor pencetus. 2.8.2 Pengobatan non-medik.

Karena faktor pencetus tidak selalu bisa dihindari, maka dianjurkan pengobatan non- medik, oleh karena hal ini dapat mengurangi banyaknya obat migren sehingga efek samping dari obat-obatan dapat dikurangi.Termasuk dalam pengobatan non-medik adalah latihan relaksasi otot (Harsono. Kapita Selekta Neurologi Edisi Kedua, 2003).


(33)

2.8.3 Pengobatan simptomatik

Willinson (1988), menganjurkan pada waktu serangan migren sebagai berikut (Harsono, 2003) :

a.Mencegah pemberian obat-obat yang mengganggu tidur

b. Obat-obat anti mual seperti metoklopramid. Obat anti mual dapat memicu aktivitas normal pencernaan (gastrointestinal) yang terganggu saat serangan migren.

c.Analgetika sederhana. Misalnya aspirin atau parasetamol dapat menghilangkan nyeri kepala bila sebelumnya diberi yang memicu aktivitas gastrointestinal.

d. Ergotamin tartrat. Cara kerja obat ini bifasik, bergantung pada tahanan darah yang telah ada sebelumnya.

2.8.4 Pengobatan abortif

Harus diberikan sedini mungkin, tetapi sebaiknya saat timbul nyeri kepala. Obat yang dapat digunakan:

a.Ergotamin tartrat dapat diberikan tersendiri atau dicampur dengan obat antiemetik, analgesik, atau sedatif.

b.Dihidroergotamin (DHE) merupakan agonis reseptor serotonin yang aman dan efektif untuk menghilangkan serangan migren dengan efek samping mual yang kurang dan lebih bersifat vasokonstriktor.

c.Sumatriptan suksinat merupakan agonis selektif reseptor 5- Hidroksi triptamin (5-HT1D) yang efektif dan cepat menghilangkan serangan nyeri.

2.8.5 Pengobatan pencegahan

Pengobatan pencegahan diberikan bila terdapat lebig dari 2 kali serangan dalam sebulan. Obat pencegah migren adalah (Harsono, 2003):

a. Beta-blocker b. Antagonis Ca

c. Antiserotonin dan antihistamin d. Antidepresan trisiklik


(34)

2.9. Definisi Stres

Stres adalah sekumpulan perubahan fisiologis akibat tubuh terpapar terhadap bahaya ancaman. Stres memiliki dua komponen: fisik yakni perubahan fisiologis dan psikologis yakni bagaimana seseorang merasakan keadaan dalam hidupnya. Perubahan keadaan fisik dan psikologis ini disebut sebagai stressor

(pengalaman yang menginduksi respon stres) (Pinel, 2009).

Stres dapat didefinisikan melalui tiga cara yang berbeda, yaitu sebagai stimulus, sebagai respon, dan sebagai interaksi. Sebagai stimulus, apabila fokus pada lingkungan, misalnya memiliki pekerjaan dengan tingkat stres yang tinggi.Sebagai respon, apabila fokus pada reaksi terhadap stressor, misalnya ketika seseorang mengucapkan kata stres sewaktu berada pada kondisi yang tertekan.Sebagai interaksi, hubungan seseorang dengan stimulus lingkungannya, seseorang disini merupakan agen aktif yang bisa mempengaruhi akibat dari

stressor melalui tingkah laku, kognisi, dan strategi emosi (Brannon dan Feist, 2007).

2.10.Klasifikasi Stres

Stuart dan Sundeen (1988) mengklasifikasikan tingkat stres, yaitu:

1. Stres ringan. Pada tingkat stres ini sering terjadi pada kehidupan sehari-hari dan kondisi dapat membantu individu menjadi waspada dan bagaimana mencegah berbagai kenungkinan yang akan terjadi.

2. Stres sedang. Pada stres tingkat ini individu lebih memfokuskan hal penting saat ini dan mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit lahan persepsinya.

3. Stres berat. Pada tingkat ini lahan persepsi individu sangat menurun dan cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi stres. Individu memusatkan perhatian pada lahan lain dan memerlukan banyak pengarahan.


(35)

Sumber stres adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan menghasilkan reaksi stres, misalnya jumlah semua respons fisiologis nonspesifik yang menyebabkan kerusakan dalam sistem biologis.Stress reaction acute (reaksi stres akut) adalah gangguan sementara yang muncul pada seseorang individu tanpa adanya gangguan mental lain yang jelas, terjadi akibat stres fisik dan atau mental yang berat, biasanya mereda dalam beberapa jam atau hari. Kerentanan dan kemampuan koping (coping capacity) seseorang memainkan peranan dalam terjadinya reaksi stres akut dan keparahannya (Sunaryo, 2002).

Bayi, anak-anak dan dewasa semua dapat mengalami stres.Sumber stres bisa berasal dari diri sendiri, keluarga, dan komunitas sosial (Alloy, 2004).Menurut Maramis (2009) dalam bukunya, ada empat sumber atau penyebab stres psikologis, yaitu frustasi, konflik, tekanan dan krisis.

Frustasi timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada aral melintang.Frustasi ada yang bersifat intrinsik(cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, pengangguran).

Konflik timbul karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam-macam keinginan, kebutuhan atau tujuan. Ada 3 jenis konflik, yaitu:

a. Approach-approach conflict, terjadi apabila individu harus memilih satu diantara dua alternatif yang sama-sama disukai. Stres mucul akibat hilangnya kesempatan untuk menikmati alternatif yang tidak diambil. Jenis konflik ini biasanya sangat mudah dan cepat diselesaikan.

b. Avoidance-avoidance conflict, terjadi bila individu dihadapkan pada dua pilihan yangsama-sama tidak disenangi. Konflik ini lebih sulit diputuskan dan memerlukan lebih banyak tenaga dan waktu untuk menyelesaikan karena masing-masing alternatif memiliki konsekuensi yang tidak menyenangkan.

c. Approach-avoidance conflict, merupakan situasi dimana individu merasa tertarik sekaligus tidak menyukai atau ingin menghindar dari seseorang atau suatu objek yang sama.


(36)

Tekanan timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi.

Krisis yaitu keadaan mendadak yang menimbulkan stres pada individu. Penggolongan Stres

Menurut Selye dalam menggolongkan stres menjadi dua golongan yang didasarkan atas persepsi individu terhadap stres yang dialaminya (Rice, 1992), yaitu:

a. Distress (stres negative)

Merupakan stres yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan.Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir atau gelisah.Sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan dan timbul kenginan untuk menghindarinya.

b. Eustress (stres positif)

Eustress bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan,frase joy of stress untuk mengungkapkan hal-hal yang bersifat positif yang timbul dari adanya stres.Eustress dapat meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan, kognisi dan performansi kehidupan.Eustress juga dapat meningkatkan motivasi individu untuk menciptakan sesuatu, misalnya menciptakan karya seni.

Respon Psikologis Stres

Reaksi psikologis terhadap stres dapat meliputi, (Sarafino, 1994) : 1. Kognisi

2. Penurunan perilaku sosial

Fight or Flight Response pada Stres

Walter Canon memperkenalkan frasa fight-or-flight response untuk menjelaskan reaksi psikologis manusia dalam merespon suatu keadaan yang berbahaya.Hans Selye menjelaskan general adaption syndrome (GAS) yang terdiri dari tiga tingkatan, yaknialarm reaction, resistance stage, exhaustion stage (Alloy dkk, 2005; Brannon dan Feist, 2007; Pinnel, 2009).


(37)

Keadaan stres menimbulkan respon fisiologis, reaksi fisiologis stres dimulai dengan persepsi stres yang menghasilkan aktivasi simpatetik pada sistem saraf otonom, yang mengarahkan tubuh untuk bereaksi terhadap emosi, stressfull, dan keadaan darurat.Pengarahan ini terjadi dalam dua jalur, yang pertama melalui aktivasi simpatetik terhadap ANS (autonomic nervous system) dan kedua melalui

hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) aksis, (Alloy dkk, 2005; Carlson, 2005; Pinel, 2009)

Gambar 2.3.Hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) axis

dikutip dari : total-body-psychology.com.au (2011)

Coping Stres

Coping yaitu bagaimana seseorang berupaya mengatasi masalah atau menangani emosi yang umunya negatifyang ditimbulkannya.Efek stres dapat bervariasi


(38)

tergantung pada bagaimana individu menghadapi situasi tersebut.Lazarous dan koleganya mengidentifikasi dua dimensi coping (Lazarous dan Folkman, 1984).

Dalam mengelola stres dapat dilakukan beberapa pendekatan antara lain (Yulianti; 2004, Chomaria; 2009) :

1. Pendekatan farmakologi; menggunakan obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neurotransmitter disusunan syaraf pusat otak (sistem limbik). Sebagaimana diketahui, sistem limbik merupakan bagian otak yang berfungsi mengatur alam pikiran, alam perasaan dan perilaku seseorang. Obat yang sering dipakai adalah obat anti cemas (axiolytic) dan anti depresi (anti depressant).

2. Pendekatan perilaku; mengubah perilaku yang menimbulkan stres, toleransi atau adaptabilitas terhadap stres, menyeimbangkan antara aktivitas fisik dan nutrisi, serta manajemen perencanaan, organisasi dan waktu.

3. Pendekatan kognitif; mengubah pola fikir individu, berpikir positif dan sikap yang positif, membekali diri dengan pengetahuan tentang stres, menyeimbangkan antara aktivitas otak kiri dan kanan, serta hipnoterapi. 4. Relaksasi; upaya untuk melepas ketegangan. Ada tiga macam relaksasi

yaitu relaksasi otot, relaksasi kesadaran indera dan relaksasi melalui yoga, meditasi maupun transendensi/keagamaan.


(39)

2.11. HubunganMigren dan Stres

Hubungan migren dengan stres dapat dilihat, dimana stres merupakan faktor pencetus terjadinya migren. Terdapat beberapa cara bagaimana stres berinteraksi dengan migren sehingga timbulnya migraine attacks. Terdapat beberapa faktor pencetus migren misalnya genetik, diet, hormonal, lingkungan dan stres.Salah satu faktor yang penting adalah stres.Ini dapat terjadi melalui hasil dari perubahan biokimiawi yang berkaitan dengan respon psikologik stres atau perubahan yang dipengaruhi oleh psikologik respon terhadap stressor.Jadi terdapat fase primer dan fase sekunder.Fase primer adalah neuronal dengan depolarisasi neuron kortikol dan sensitisasi ganglia saraf terminal.Fase sekunder merupakan vasokonstriksi, vasodilatasi dan peradangan vaskuler yang diperantarai oleh neurotransmiter kimia khususnya reseptor serotonin.Adanya hubungan migren dengan vasokonstriksi arteri intrakranial pada awal, yang menimbulkan aliran darah menurun ke korteks visual, kemudian diikuti periode vasodilatasi ekstrakranial. Bagian terdekat dengan inervasi trigeminal dari pembuluh serebral, duramater dan kulit kepala menunjukkan lokasi dari serangan migren (Khara M. Sauro MSc; Werner J. Becker MD, FRCPC, 2009).


(40)

.

norepinefrin serotonin

Faktor Faktor

-Infeksi -Tumor -Hidrosefalus -Trauma kepala -Epilepsy

Genetik stress diet menstruas i

Ling.aktivit

Fase primer Fase sekunder

Jalur neuronal kortikal

Stem otak Ganglia trigerminal

vasokonstriks i

vasodilatasi Peradangan vaskular

talamus

Migren


(41)

Gambar 2.4.Patofisiologi Migren dengan Faktor Resiko Stres

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menilai peranan migren terhadap mahasiswa yang menderita stres, dengan menggunakan data dari kuesioner yang akan diisi oleh mahasiswa FK USU Stambuk 2010. Dalam kuesioner tersebut akan dilihat tingkat migren pada mahasiswa yang menderita stres. Selain itu, juga menilai keterkaitannya antara migren dengan stres.

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

STRES

MIGREN


(42)

3.2 Variabel dan Definisi Operasional

Variabel yang diamati terdiri dari variabel bebas/independen dan variabel terikat/dependen.

Variabel bebas/ independen :Stres

Variabel terikat/ dependen :Migren dan Mahasiswa

Definisi Operasional

1. Migren: Didefinisikan sebagai gangguan fungsional otak dengan manifestasi nyeri kepala unilateral yang sifatnya mendenyut atau mendentum yang terjadi mendadak disertai mual atau muntah (International Headache Society, 1987).

2. Stres: Didefiniskan sebagai sekumpulan perubahan fisiologis akibat tubuh terpapar terhadap bahaya ancaman (Pinnel, 2009).

3. Faktor Resiko: Faktor resiko adalah karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita individu yang mana secara statistik berhubungan dengan peningkatan kejadian kasus baru berikutnya (beberapa individu lain pada suatu kelompok masyarakat) (MN Bustam, 2000).

3.3 CaraUkur : Wawancara

3.4 AlatUkur : Kuesioner, dengan pertanyaannya kurang lebih 21 soalan. • Mahasiswa yang menjawab ‘Ya’ diberi skor 1.

• Mahasiswa yang menjawab dengan ‘Tidak’ diberi skor 0. 3.5 Kategori

Dengan memakai skala The Migraine Disability Assessment Test (MIDAS), (1999).


(43)

MIDAS Grade Definition MIDAS Score

I Little or No Disability 0-5

II Mild Disability 6-10

III Moderate Disability 11-20

IV Severe Disability >21

Table 3.1.Skala ‘The Migraine Disability Assessment’

3.6 SkalaPengukuran: Ordinal 3.7 Hipotesis

3.7.1 Hipotesis Nol (Ho)

Tidak terdapat hubungan antara migren dengan stres. 3.7.2 Hipotesis Alternatif (Ha)


(44)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan penelitian

Penelitian ini bersifat analitik, case-control study yaitu studi epidemiologi analitik observasional yang menalaah hubungan antara efek (penyakit atau kondisi kesehatan) tertentu dengan faktor risiko tertentu.Desain penelitian kasus-kontrol dapat dipergunakan untuk menilai berapa besarkah peran faktor risiko dalam kejadian suatu penyakit (cause-effect relationship).

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kampus Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara, Medan, propinsi Sumatera Utara.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan berlangsung selama 6 bulan yaitu mulai dari penentuan judul proposal, menyusun proposal hingga seminar hasil yang berlangsung dari bulan Maret 2013 hingga Desember 2013.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara, angkatan tahun 2010.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi mahasiswa.


(45)

1) Kriteria Inklusi

a. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010.

b. Bersedia menjadi responden penelitian. 2) Kriteria Eksklusi

a. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang bukan dari angkatan 2010.

b. Mahasiswa yang menolak untuk berpatisipasi dan tidak hadir.

Besar sampel dapat dihitung melalui rumus:

n1 = n2 =( Z� 2PQ + Z� P1Q1 + P2Q2 )2 ( P1 – P2 ) 2

n1 = n2 = [ 1.96 2 (0.0353) (0.9647) + 0.842 (0.32) (0.68) + (0.16)(0.84)]2 (0.32 – 0.16)

= 50.69 = 51 orang

Keterangan:

n = Jumlah sampel

Z� = Nilai distribusi normal baku Z yang besarnya tergantung pada nilai, maka = 1.96

Z� = Nilai distribusi normal baku Z yang besarnya tergantung pada nilai �, maka = 0.842

P = Proporsi total, 3.53% = 0.0353(Prevalensi dari data Poliklinik Saraf RSUP Dr. Kariadi)

Q = 1 - P

P1 = Proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgment peneliti, proporsi migren pada kelompok tidak berisiko sebanyak 16%


(46)

Q1 = 1 - P1 Q2 = 1 - P2

P1 – P2 = Selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna

Dengan tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95% dan tingkat ketepatan relatif adalah sebesar 5%, maka jumlah sampel yang diperoleh dengan memakai rumus tersebut adalah sebanyak 51 orang sampel. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik simple random sampling.Sampel tersebut kemudian didistribusikan memaharata pada mahasiswa FK USU secara umum.

Jumlah sampel minimal : 51 orang

4.4. Metode Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket berupa kuesioner yang dibagikan kepada responden yang berisi 21 pertanyaan.

4.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian.Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument kuesioner.

4.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari pihak universitas yang berhubungan dengan jumlah mahasiswa angkatan 2010 di fakultas tersebut.

4.4.3 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah angket berupa kuesioner (daftar pertanyaan) yang terdiri dari 21 pertanyaan. Pertanyaan dibuat berdasarkan variabel-variabel yang akan diukur yang terdapat pada kerangka konsep penelitian iatu untuk melihat hubungan migren dengan


(47)

stres di kalangan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU. Informed Consent akan diberi bersamaan dengan kuesioner tersebut yang akan menjelaskan tujuan dilakukan penelitian. Pengisian kuesioner oleh mahasiswa akan dilakukan secara langsung, sambil diperhatikan peneliti untuk memastikan tidak ada kecurangan yang berlaku. Data yang diperoleh akan dianalisa, setelah keusioner dikembalikan oleh mahasiswa kepada peneliti.

4.5. Metode Analisis Data

Data dari setiap responden akan dimasukkan ke dalam komputer oleh peniliti. Analisis data yang diperoleh dilakukan secara analitik menggunakan program komputer yaitu SPSS (Statistical product and service solution) versi 17.Analisis dan penyajian data untuk melihat adanya hubungan migren dengan stres dapat menggunakan uji analisis chi square dan Pearson.

4.6 Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi ‘product moment’ dan uji Cronbach (Cronbach Alpha) dengan menggunakan program SPSS 17. Sampel yang digunakan dalam uji validitas ini memiliki karakter yang hamper sama dengan sampel dalam penelitian ini. Jumlah sampel dalam uji validitas dan reliabilitas ini adalah sebanyak 25 orang. Setelah uji validitas dilakukan hanya pada soal-soal yang telah dinyatakan valid saja yang akan diuji reliabilitasnya. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.2.


(48)

Tabel 4.1 . Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner

Variabel Nomor Total Pearson Status Alpha Status Pertanyaan Correlation

Migren 1 0.628 Valid 0.897 Reliabel Dan 2 0.659 Valid Reliabel Stres 3 0.580 Valid Reliabel 4 0.393 Valid Reliabel 5 0.477 Valid Reliabel 6 0.467 Valid Reliabel 7 0.455 Valid Reliabel 8 0.687 Valid Reliabel 9 0.540 Valid Reliabel 10 0.554 Valid Reliabel 11 0.730 Valid Reliabel


(49)

12 0.441 Valid Reliabel 13 0.377 Valid Reliabel 14 0.687 Valid Reliabel 15 0.406 Valid Reliabel 16 0.349 Valid Reliabel 17 0.441 Valid Reliabel 18 0.433 Valid Reliabel 19 0.612 Valid Reliabel 20 0.490 Valid Reliabel 21 0.346 Valid Reliabel

4.7. Pengolahan dan Analisa Data

Data yang dikumpulkan kemudian diolah menggunakan program SPSS. Tahap- tahap pengolahan data adalah sebagai berikut :

1. Editing, yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan untuk diteliti kelengkapan, kejelasan makna jawaban, konsistensi maupun kesalahan antara jawaban pada kuesioner.


(50)

2. Coding, yaitu memberikan kode-kode untuk memudahkan proses pengolahan data. 3. Entry, yaitu memasukkan data untuk diolah menggunakan komputer.

4. Tabulating, yaitu mengelompokkan data sesuai variabel yang akan diteliti agar mudah dijumpai, disusun, dan ditata untuk disajikan dan dianalisis.

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian


(51)

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang berlokasi di jalan dr.Mansyur No.5 Medan, Indonesia. Dimana Fakultas ini merupakan salah satu Fakultas kebanggaan di Universitas Sumatera Utara. Fakultas Kedokteran USU dibuka pada tanggal Agustus 1952 oleh yayasan Universitas Sumatera Utara, yang berlokasi di Kelurahan Padang Bulan.

Fakultas ini menerima mahasiswa baru sebanyak 400 lebih orang setiap tahunnya. Mahasiswa akan mempelajari teori dari semester satu hingga ke semester tujuh dan seterusnya memasuki kepaniteraan klinik senior yaitu kuliahnya tidak di kampus lagi bahkan dapat merawat pasien pada semester delapan hingga semester keduabelas, Tambahan lagi, pada fase teori, mahasiswa juga akan mengikuti praktikum, skills lab dan juga tutorial. Mahasiswa akan mempelajari 16 blok yang utama sebelum memasuki fase kepaniteraan klinik senior. Pada semester keenam, mahasiswa akan mempelajari tentang neurologi pada blok BMS (Brain, Mind and System). Pada semester ini kuliah mengenai migren akan diberikan oleh dosen neurologi selama 2 jam.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Sampel penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2009. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik case-control studyyang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Maka, dengan metode ini diperkirakan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejumlah 51 orang mahasiswa.

5.2 Analisis Deskriptif 5.2.1 Hasil Analisis Data

Analisis data telah dilakukan setelah meneliti semua data yang diperoleh sepanjang pelaksanaan metode penelitian. Antara data-data yang diteliti adalah karakteristik responden,pengisian kuesioner MIDAS, skor MIDAS dan stress.

5.2.1.1 Analisis Karakteristik Mahasiswa

Tabel 5.1. Karakteristik jenis kelamin respoden yang mengikuti penelitian


(52)

Berdasarkan jenis kelamin terbesar adalah perempuan yaitu 36 orang (70.6%) dan terendah pada kelompok laki-laki yaitu 15 orang (29.4%).

Tabel 5.2 Hubungan umur dengan jenis kelamin responden yang mengikuti penelitian

Umur Jenis kelamin Total Perempuan Laki-laki

f % f % f % 20-22 32 62.7 10 19.6 42 82.4 23-25 4 7.8 5 9.8 9 17.6 Jumlah 36 70.6 15 29.4 51 100

Berdasarkan tabel 5.2 diatas, didapati bahwa dari sejumlah 51 mahasiswa 32 mahasiswa perempuan (62.7%) dan 10 orang mahasiswa laki-laki (19.6%) berumur 20-22 tahun. Bagi kelompok umur 23-25 tahun, mahasiswa perempuan adalah sebanyak 4 orang (7.8%) dan mahasiswa laki-laki sebanyak 5 orang (9.8%).

Jenis kelamin

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Laki-laki 15 29.4

Perempuan 36 70.6


(53)

Gambar 5.1 Klasifikasi migren berdasarkan umur.

Berdasarkan gambar 5.1, bagi kelompok umur 20-22 tahun terdapat 23 (45.1%) mahasiswa yang mengalami migren dengan aura dan 19 (37.3%) mahasiswa yang mengalami migren tanpa aura. Bagi kelompok umur 23-25 tahun, 4 (7.8%) mahasiswa yang mengalami migren dengan aura dan 4.4 (9.8%) mahasiswa mengalami migren tanpa aura.


(54)

Tabel 5.3. Gambaran jawaban bagi 21 pertanyaan di kuesioner No P Jawaban responden

Ya Tidak f % f % 1 P1 10 19.6 41 80.4 2 P2 24 47.1 27 52.9 3 P3 13 25.5 38 74.5 4 P4 20 39.2 31 60.8 5 P5 41 80.4 10 19.6 6 P6 25 49.0 26 51.0 7 P7 41 80.4 10 19.6 8 P8 17 33.3 34 66.7 9 P9 22 43.1 29 56.9 10 P10 27 52.9 24 47.1 11 P11 18 35.3 33 64.7 12 P12 37 72.5 14 27.5 13 P13 28 54.9 23 45.1 14 P14 42 82.4 9 17.6 15 P15 37 72.5 14 27.5 16 P16 27 52.9 24 47.1 17 P17 24 47.1 27 52.9 18 P18 30 58.8 21 41.2 19 P19 15 29.4 36 70.6 20 P20 6 11.8 45 88.2 21 P21 28 54.9 23 45.1


(55)

Kuesioner ini terdiri dari 21 pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman mahasiswa dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari.Tidak ada jawaban yang benar atau salah. Terdapat dua pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pertanyaan yaitu Ya atau Tidak.Setiap pertanyaan di kuesioner terdiri dari skala The Migraine Disability Asssessment Test (MIDAS). Pertanyaan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13 dan 14 berada di bawah skala migren. Pertanyaan 15, 16, 17, 18, 19, 20 dan 21 berada di bawah skala stres.Berdasarkan tabel diatas pada pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan jawaban “Ya” adalah pada nomor 14 yaitu sebanyak 42 orang (82.4%).Sedangkan yang paling banyak menjawab “Tidak” adalah pada pertanyaan 20 yaitu sebanyak 45 orang (88.2%).


(56)

Berdasarkan gambar 5.2, daripada 51 responden 24 orang (47.1%) mengalami migren tingkat sedang, 19 orang (37.3%) mengalami migren tingkat ringan dan 8 orang (15.7%) tidak mengalami migren atau hanya sedikit. Tidak ada (0%) yang mengalami migren berat.Tahap migren pada MIDAS ini berupa normal atau ringan, ringan, sedang dan berat.Tahap migren dapat ditentukan dengan menggunakan skala berikut : 0-5 (Little or No Disability); 6-10 (Mild Disability); 11-20(Moderate Disability), >21 (Severe Disability).

Berdasarkan SPSS nilai mean, median dan mode diperoleh seperti berikut:

Tabel 5.4.Mean, median dan mode Skala MIDAS pada mahasiswa

Test MIDAS

Mean 2.31 Median 2.00 Mode 3

Berdasarkan tabel 5.4, kebanyakan mahasiswa mendapat nilai mode 3.Nilai median 2.00. Manakala, nilai mean yang diperoleh adalah 2.31.


(57)

Tabel 5.5 Hubungan jenis kelamin dan migren

Jenis kelamin Kategori

Migren

Total

Little or No Disability Mild Disability Moderate Disability

Perempuan n

5 13 18 36

%

62.5 68.4 75 70.6

Laki-laki n

3 6 6 15

%

37.5 31.6 25 29.4

Jumlah n

18 19 24 51

n = frekuensi, % = persentase

Analisis dibuat untuk melihat hubungan antara jenis kelamin dan migren pada mahasiswa. Berdasarkan tabel diatas, bagi mahasiswa perempuan 5 orang (62.5%) tidak mengalami migren atau hanyasedikit, 13 orang (68.4%) mengalami migren ringan dan 18 orang (75.0%) mengalami migren sedang. Bagi mahasiswa laki-laki pula, 3 orang (37.5) tidak mengalami migren atau hanya sedikit, 6 orang(31.6%) mengalami migren ringan dan 6 orang (25.0%) mengalami migren sedang. Tidak ada mahasiswa perempuan atau laki-laki mengalami migren berat (0%).Secara keseluruhannya, lebih banyakmahasiswa perempuan mengalami migren berbanding laki-laki.

5.2.1.3 Analisis tahap stres pada mahasiswa

Tahap stres mahasiswa FK USU Stambuk 2010 yang telah diuji dengan kuesioner dapat dilihat pada tabel 5.7.


(58)

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi dan persentase jawaban responden pada variabel stres

No

Pertanyaan

Jawaban Responden

Ya Tidak

f % f %

15 Jika anda mengalami stres,apakah anda

37 72.5 14 27.5

sering sakit kepala?

16 Saya tidak dapat berkonsentrasi pada

27 52.9 24 47.1

waktu kuliah

17 Saya mempunyai terlalu banyak tugasan

24 47.1 27 52.9

18 Saya merasa tertekan karena ujian dan

30 58.8 21 41.2

proses pembelajaran

19 Saya sering merasa sedih/depressed

15 29.4 36 70.6

20 Saya tidak mempunyai teman/kesepian

6 11.8 45 88.2

21 Saya sering terasa lelah dan tidur lebih/

28 54.9 23 45.1

kurang dari normal

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa lebih banyak mahasiswa yang menjawab dengan jawaban ‘Ya’ berbanding ‘Tidak’. Mahasiswa yang menjawab ‘Ya’ paling banyak adalah pada soal 15 yaitu 37 orang (72.5%)dan paling rendah pada soal 20 yaitu 6 orang (11.8%).


(59)

5.2.1.4 Analisis hasil uji Kruskal Walis diantara stres dengan migren Tabel 5.7 Hasil uji Kruskal Walis

Variabel Kategori n mean rank p

P15

No or Little

Disability 8 17.06

0.022 Mild Disability 19 24.95

Moderate Disability 24 29.81

P16

No or Little

Disability 8 18.88

0.002 Mild Disability 19 20.55

Moderate Disability 24 32.69

P17

No or Little

Disability 8 20.38

0.001 Mild Disability 19 19.37

Moderate Disability 24 33.13

P18

No or Little

Disability 8 14.19

0.001 Mild Disability 19 23.08

Moderate Disability 24 32.25

P19

No or Little

Disability 8 18.5

0.001 Mild Disability 19 21.18

Moderate Disability 24 32.31

P20

No or Little

Disability 8 23

0.16 Mild Disability 19 24.34

Moderate Disability 24 28.31

P21

No or Little

Disability 8 15.19

0.002 Mild Disability 19 22.74


(60)

Dari tabel 5.7 diatas dapat dilihat bahwa hasil uji Kruskal Walis untuk item pertanyaan 15, 16, 17, 18, 19 dan 21 menunjukkan ada perbedaan antara No or Little Disability, Mild Disability dan Moderate Disability. Dimana nilai p < 0.05 (masing-masing P15 = 0.022, P16 = 0.002, P17 = 0.001, P18 = 0.001, P19 = 0.001 dan P21 = 0.002). Tetapi untuk P20 menunjukkan tidak ada perbedaan antara No or Little Disability, Mild dan Moderate Disability. Dimana nilai p > 0.05 ( P20 = 0.160).

Tabel 5.8 Hasil Uji Mann-Whitney Test antara Little or No Disability dengan

Mild Disability

Variabel Kategori N mean rank P P15 Little or No Disability 8 11.06 0.143

Mild Disability 19 15.24

P16 Little or No Disability 8 13.38 0.737 Mild Disability 19 14.26

P17 Little or No Disability 8 14.38 0.825 Mild Disability 19 13.84

P18 Little or No Disability 8 10.69 0.093 Mild Disability 19 15.39

P19 Little or No Disability 8 13 0.349 Mild Disability 19 14.42

P21 Little or No Disability 8 11.19 0.144 Mild Disability 19 15.18


(61)

Dari tabel 5.8 diatas dapat dilihat bahwa hasil uji Mann-Whitney untuk item pertanyaan 15, 16, 17, 18, 19 dan 21 menunjukkan tidak ada perbedaan antara Little or No Disability dengan Mild Disability, dimana nilai p > 0.05 (masing-masing P15 = 0.143, P16 = 0.737, P17 = 0.825, P18 = 0.093, P19 = 0.349 dan P21 = 0.144).

Tabel 5.9 Hasil Uji Mann-Whitney antara Little or No Disability dengan

Moderate Disability

Dari tabel 5.9 di atas dapat dilihat bahwa hasil uji Mann-Whitney untuk item pertanyaan 15, 16, 17, 18, 19 dan 21 menunjukkan ada perbedaan antara

Little or No Disability dengan Moderate Disability, dimana nilai p < 0.05 (masing-masing P15 = 0.005, P16 = 0.005, P17 = 0.013, P18 = 0, P19 = 0.008 dan P21 = 0.001).

Variabel Kategori N mean rank P

P15 Little or No Disability 8 10.5 0.005 Moderate Disability 24 18.5

P16 Little or No Disability 8 10 0.005 Moderate Disability 24 18.67

P17 Little or No Disability 8 10.5 0.013 Moderate Disability 24 18.5

P18 Little or No Disability 8 8 0

Moderate Disability 24 19.33

P19 Little or No Disability 8 10 0.008 Moderate Disability 24 18.67

P21 Little or No Disability 8 8.5 0.001 Moderate Disability 24 19.17


(62)

Tabel 5.10. Hasil Uji Mann-Whitney antara Mild Disability dengan Moderate Disability

Dari tabel 5.10 diatas dapat dilihat bahwa hasil uji Mann-Whitney antara

Mild Disability dengan Moderate Disabilty untuk item pertanyaan P16, P17, P18, P19 dan P21 menunjukkan ada perbedaan antara Mild Disability dengan

ModerateDisability, dimana nilai p < 0.05 (masing-masing P16 = 0.002, P17 = 0.001, P18 = 0.014, P19 = 0.003 dan P21 = 0.014). Tetapi untuk P15 menunjukkan tidak ada perbedaan antara Mild Disability dengan Moderate Disability dimana nilai p > 0.05 (P15 = 0.131).

Variabel Kategori n mean rank p P15 Mild Disability 19 19.71 0.131

Moderate Disability 24 23.81

P16 Mild Disability 19 16.29 0.002 Moderate Disability 24 26.52

P17 Mild Disability 19 15.53 0.001 Moderate Disability 24 27.13

P18 Mild Disability 19 17.68 0.014 Moderate Disability 24 25.42

P19 Mild Disability 19 16.67 0.003 Moderate Disability 24 26.15

P21 Mild Disability 19 17.55 0.014 Moderate Disability 24 25.52


(63)

5.3 Pembahasan

Dari hasil penelitian dijumpai 51 mahasiswa yang terdiri dari 15 (29.4%) mahasiswa laki-laki dan 36 (70.6%) mahasiswa perempuan. Dijumpai nilai rerata umur mahasiswa adalah dengan mean 1.18 dan Standard Deviation 0.385. Selain itu yang didiagnosa migren dengan aura 52.9% dan migren tanpa aura 47.1%.

.Berdasarkan tabel 5.5, mahasiswa perempuan yang mengalami

Little or No Disability adalah sebanyak 5 orang (62.5%), Mild Disability

sebanyak 13 orang (68.4%) dan Moderate Disability adalah 18 orang (75.0%). Hasil ini sejalan dengan penelitian dari American Migraine Study

(AMS) dan the American Migraine Prevalence and Prevention (AMPP) Study. Menurut hasil penelitian, dari 20,468 responden, 17.6% dari perempuan dan 5.7% dari laki-laki didapati mengalami satu atau lebih migren per tahun (3:1 perempuan ke laki-laki). Para peneliti juga menemukan bahwa perempuan dengan migren memiliki serangan lebih sering dibandingkan laki-laki, tetapi jenis kelamin tidak berbeda secara substansial dalam hal headache-related disability.

Berdasarkan tabel 5.2, didapati bahwa dari sejumlah 51 mahasiswa 32 mahasiswa perempuan (62.7%) dan 10 orang mahasiswa laki-laki (19.6%) berumur 20-22 tahun. Bagi kelompok umur 23-25 tahun, mahasiswa perempuan adalah sebanyak 4 orang (7.8%) dan mahasiswa laki-laki sebanyak 5 orang (9.8%).Jadi terdapat lebih banyak mahasiswa yang berumur 20-22 tahun yang mengalami migren berbanding dengan kelompok mahasiswa yang berumur 23-25 tahun. Selain itu, bagi kelompok umur 20-22 tahun terdapat 23 (45.1%) mahasiswa yang mengalami migren dengan aura dan 19 (37.3%) mahasiswa yang mengalami migren tanpa aura. Bagi kelompok umur 23-25 tahun, 4 (7.8%) mahasiswa yang mengalami migren dengan aura dan 5 (9.8%) mahasiswa mengalami migren tanpa aura.Penelitian yang dilakukan oleh Lipton et al(2001) menyatakan bahwa studi epidemiologis pada migren dalam populasi Amerika menunjukkan bahwa migren paling umum pada mereka yang berusia 25-44 tahun. Penelitian dari Stang and Osterhaus


(64)

menyatakan studi prevalensi migren di Amerika Serikat menunjukkan prevalensi migren adalah 18.2% di kalangan perempuan dan mulai meningkat dari usia 12 tahun sehingga sekitar 40 tahun. Setelah itu prevalensinya akan menurun.

Dari kategori migren menggunakan skala MIDAS, berdasarkan gambar 5.2, paling banyak mahasiswa mengalami Moderate Disability

yaitu 24 orang (47.1%). 19 orang (37.3%) mengalami Mild Disability dan 8 orang (15.7%) mengalami Little or No Disability. Tidak ada (0%) yang mengalami Severe Disability. Hasil ini sejalan dengan Prevalence and Clinical Characteristics of Migraine in University Students in Turkey

(2006), dimana evaluasi terhadap dampak penyakit pada kehidupan sehari-hari mahasiswa dilakukan menggunakan skala MIDAS yaitu dengan kuesioner, menunjukkan bahawa 11 mahasiswa (8.6%) mengalami Little or No Disability, 30 mahasiswa (23.4%) mengalami Mild Disability, 34 mahasiswa (26.6%) mengalami Moderate Disability dan 53 mahasiswa (41.4%) mengalami Severe Disability. Secara keseluruhan, serangan migren ini terkait dengan aktivitas hidup sehari-hari.

Berdasarkan tabel 5.7, dari hasil uji Kruskal Walis untuk variabel stres yaitu pertanyaan 15, 16, 17, 18, 19 dan 21(ditampilkan pada lampiran) menunjukkan ada perbedaan antara No or Little Disability, Mild Disability dan Moderate Disability. Dimana nilai p < 0.05 (masing-masing P15 = 0.022, P16 = 0.002, P17 = 0.001, P18 = 0.001, P19 = 0.001 dan P21 = 0.002).Ini bermakna terdapat hubungan diantara migren dengan stres. Tetapi untuk P20 (ditampilkan pada lampiran)menunjukkan tidak ada perbedaan antara No or Little Disability, Mild dan Moderate Disability. Dimana nilai p > 0.05 ( P20 = 0.160). Bermakna tidak terdapat hubungan diantara variabel.Berdasarkan tabel 5.8, bagi hasil uji Mann-Whitney untuk variabel stres yaitu pertanyaan 15, 16, 17, 18, 19 dan 21(ditampilkan pada lampiran) menunjukkan tidak ada perbedaan antara Little or NoDisability dengan Mild Disability, dimana nilai p > 0.05 (masing-masing P15 = 0.143, P16 = 0.737, P17 = 0.825, P18 = 0.093, P19 = 0.349 dan P21 = 0.144). Bermakana tidak terdapat hubungan diantara stres


(65)

dengan Littleor No Disabillity dan Mild Disability.Selain itu, berdasarkan tabel 5.9, hasil uji Mann-Whitney untuk variabel stres yaitu pertanyaan 15, 16, 17, 18, 19 dan 21(ditampilkan di lampiran) menunjukkan ada perbedaan antara Little or No Disability dengan Moderate Disability, dimana nilai p < 0.05 (masing-masing P15 = 0.005, P16 = 0.005, P17 = 0.013, P18 = 0, P19 = 0.008 dan P21 = 0.001). Bermakna terdapat hubungan diantara stres dengan Little or No Disability dan Moderate Disability. Berdasarkan tabel 5.10, hasil uji Mann-Whitney antara Mild Disability dengan ModerateDisabilty untuk item pertanyaan P16, P17, P18, P19 dan P21(ditampilkan pada lampiran) menunjukkan ada perbedaan antara Mild Disability dengan Moderate Disability, dimana nilai p < 0.05 (masing-masing P16 = 0.002, P17 = 0.001, P18 = 0.014, P19 = 0.003 dan P21 = 0.014). Tetapi untuk P15 menunjukkan tidak ada perbedaan antara Mild Disability dengan Moderate Disability dimana nilai p > 0.05 (P15 = 0.131). Bermakna tidak terdapat hubungan diantara variabel.


(66)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimmpulan, yaitu:

1. Terdapat hubungan diantara Stres dengan Little or No Disability, Mild Disability dan Moderate Disability di kalangan mahasiswa.

2. Terdapat hubungan diantara Stres dengan Little or No Disability dan

Moderate Disability di kalangan mahasiswa.

3. Terdapat hubungan diantara Stres dengan Mild and Moderate Disability di kalangan mahasiswa.

4. Tidak terdapat hubungan diantara Stres dengan Little or No Disability

dan Mild Disability di kalangan mahasiswa.

6.2 Saran

1. Mahasiswa harus berusaha dan diedukasi supaya dapat menyesuaikan dan memotivasikan diri untuk mengatasi stres yang dialami untuk mengatasi tekanan fisik, mental atau emosi yang negatif.

2. Mahasiswa yang mengalami migren harus mengambil tindakan preventif apabila timbul gejala-gejala migren supaya tingkat keparahannya tidak lanjut dan tidak terjadi perubahan fisiologis lain yang terasosiasi dengan stres pada masa akan datang.

3. Penelitian lanjutan yang berkaitan dengan uji homogenitas berdasarkan jenis kelamin harus dilakukan supaya pencegahan dan penanganan terhadap migren dengan stres lebih bagus.


(67)

DAFTAR PUSTAKA

Aminoff,M.J. et al2005.Lange medical book:Clinical Neurology. 6th ed. :

McGraw-Hill.

Brannon, L and Feist, P .2007. Health Psychology: An Introduction to Behavior and Health. 6th ed.

Fanciullacci, C. Allesandri, M. 1998.The relationship between migraine and stress. Functional Neurology.13 , 215-223.

Gilroy, J. 2000. Basic neurology. Michigan: McGraw-Hill. 123-126. George, D.dkk. 2007.Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Saraf.Jakarta

EGC.

Harsono, 2003. Kapita Selekta Neurologi. 2nd ed. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press. 253-262.

Headache Classification Committee of the International Headache Society.2004.

Classification of Headache Disorders. The InternationalClassification of

HeadacheDisorders. Cephalalgia 24 (3), 1-160.

Hariyono, T. 1996. Profil penderita migren dengan aura dan migren tanpa aura. Poliklinik Saraf RSUP Dr. Kariadi.

Jenie, M.N. 1997.Diagnosis nyeri kepala. Kumpulan Makalah Utama Temu

Regional Neurologi FK UGM-UNDIP-UNS. (7), 16.

Jenie, M.N. ,Widyastuti, Noerjanto. 1987. Gambaran Klinis Nyeri Kepala Tegang dan Migren. Hadinoko dkk,Simposium Nyeri Kepala, 156-172.

Lipton, R Albert Einstein College of Medicine, Dr.W.Stewart,Johns Hopkins

University. 1999; Migraine Disability Assessment(MIDAS).Available

fro


(68)

Lenore J.Launer,PhD,Gisela M.Terwindt,MD,PhD,Michael D.Ferrari,MD,PhD. 1999. The prevalence and characteristics of migraine in a population-based cohort. The GEM Study. 53 (3), 537.

M.Sauro, K. and J.Becker ,FRCPC. 2009. The Stress and Migraine Interaction. Headache Currents.

Misbach, J. 1992.Gambaran Klinis dan Diagnostik Migren. Neurona.10 (1), 13- 18.

Mahar, M and Priguna, S. 2004. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat:Jakarta.

Mehmet Kemal Demirkirkan,Hulya Ellidokuz,Ayhan Boluk. 2006. The Tohoku

Journal of Experimental Medicine. Prevalence and Clinical Characteristics of

Migraine in University Students in Turkey. 208 (1), 87-92.

Nurul,C. 2009 . Tips Jitu dan Praktis Mengusir Stress. Jogjakarta. Diva Press.

Olesen J,Rasmussen B.K. 1996. Migraine without Aura and Migraine with Aura are disticntclinical entities. 16 (4), 239-245.

J.Goadsby,Petal.2002. Migraine-Current Understanding andTreatment.

Available:

[ Last accessed 21 April 2013].

Pinel, J.P.J. 2009. Biopsychology. 7th ed. Boston: Allyn and Bacon. Sunaryo, 2002. Psikologi untuk Keperawatan .Jakarta : EGC.

Yuji Kato. 2013. Migraine prevalence in patients with atrial septal defect. The Journal of Headache and Pain. 14 (-), 63.


(1)

LAMPIRAN 2

SURAT PENJELASAN

Dengan hormat,

Terlebih dahulu saya ucapkan ribuan terima kasih kepada Saudara/Saudari yang sudi meluangkan masa untuk mempartisipasi dalam menjawab pertanyaan ini.

Saya Eshpreet Kaur a/p Harjit Singh, dengan nomor NIM 100100209 mahasiswa dari Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara melakukan penelitian ini yang berjudul ‘Hubungan migren dengan stres pada mahasiswa stambuk 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara’.

Saya mengedarkan kuesioner ini untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan untuk analisa. Oleh karena itu, saya berharap kesediaan setiap partisipan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan. Data-data ini hanya akan digunaka untuk tujuan penelitian dan semua jawaban bagi pertanyaan serta identitas partisipan dirahsiakan.

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar sesuai dengan keparahan migren yang dialami. Sekali lagi, saya ucapkan terima kassih atas partisipasi dan kesediaan Anda.

Terima Kasih.

Peneliti,


(2)

LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN PESERTA PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Setelah membaca dan mendapat penjelasan serta memahami sepenuhnya tentang penelitian:

HUBUNGAN MIGREN DENGAN STRES PADA MAHASISWA STAMBUK 2010 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ………

Nim/Umur : ………

Kelamin : ………

Saya menyatakan bersedia / tidak keberatan untuk dilibatkan dan berpartisipasi dalam penelitian ini, pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

Medan, ... 2013

Peneliti, Yang membuat Pernyataan


(3)

LAMPIRAN 4 KUESIONER

1. Dalam 3 bulan terakhir, berapa hari anda absen dari kerja atau sekolah karena sakit kepala.

a. Ya _____ b. Tidak

2. Dalam 3 bulan terakhir, berapa hari produktivitas anda di sekolah atau tempat kerja berkurang karena sakit kepala.

a. Ya _____ b. Tidak

3. Dalam 3 bulan terakhir, apakah anda mengetahui pekerjaan rumah tangga (seperti memperbaiki rumah, belanja dan sapu bersih rumah, menjaga anak-anak) terganggu karena sakit kepala.

a. Ya _____ b. Tidak

4. Dalam 3 bulan terakhir, berapa hari anda rindu kepada keluarga, teman-teman atau aktivitas santai karena sakit kepala.

a. Ya _____ b. Tidak

5. Dalam skala 0-10, rata-rata berapa sakit kepala anda? a. Ya _____ b. Tidak

6. Jika sakit kepala dimulai akhir-akhir ini, apakah anda dapat menghubungkannya dengan suatu kejadian?

a. Ya _______________________ b. Tidak

7. Dalam 3 bulan terakhir, berapa hari anda sakit kepala? a. Ya _____ b. Tidak

8. Jika sakit kepala/migren telah mengganggu anda lebih dari 6 bulan, dapatkah anda menggambarkan apa yang anda pikirkan apa yang menyebabkannya atau apa yang memperburuknya?


(4)

a. Ya ___________________________ b. Tidak

9. Apakah ada anggota keluarga yang punya riwayat sakit kepala/migren? a. Ya b. Tidak

10. Selama serangan migren, apakah anda merasakan sensasi denyutan atau debaran?

a. Ya b. Tidak

11. Sehubungan dengan sakit kepala anda, apakah anda pernah merasa terganggu terhadap sensitivitas cahaya/bau/suara?

a. Ya b. Tidak

12. Apakah konsumsi kafein yang berlebihan menyebabkan migren/sakit kepala?

a. Ya b. Tidak

13. Jika anda makan tidak teratur, apakah anda sering sakit kepala? a. Ya b. Tidak

14. Apakah anda sering sakit kepala jika anda kurang tidur? a. Ya b. Tidak

15. Jika anda mengalami stres, apakah anda sering sakit kepala? a. Ya b. Tidak

16. Saya tidak dapat berkonsentrasi pada waktu kuliah. a. Ya b. Tidak

17. Saya mempunyai terlalu banyak tugasan. a. Ya b. Tidak


(5)

18. Saya merasa tertekan karena ujian dan proses pembelajaran a. Ya b. Tidak

19. Saya sering merasa sedih/depressed. a. Ya b. Tidak

20. Saya tidak mempunyai teman/kesepian. a. Ya b. Tidak

21. Saya sering terasa lelah dan tidur lebih/kurang dari normal. a. Ya b. Tidak


(6)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Eshpreet Kaur a/p Harjit Singh Tempat/ tangal lahir : Ipoh, Perak/ 11 Juli 1992 Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Sikh

Alamat : Jl. Dr. Mansur, Gg.Sehat No.8, Medan Nomor Telepon : +6283194416716

Orang tua : Harjit Singh/Daldeep Kaur

Riwayat pendidikan : Sijil Pelajaran Menengah (SPM) – 2009 : Nirwana College – 2010

: Fakultas Kedokteran USU – sekarang Riwayat Organisasi : Ahli, Persatuan Kebangsaan Pelajar-pelajar

Malaysia

Indonesia Cawangan Medan (PKPMI-CM) : Ahli, Kelab Kebudayaan India Malaysia (KKIM)