Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Esmaket: Peranan Esmaket Bagi Masyarakat Desa Mepa di Tinjau dari Perspektif Sosio-Teologis T2 752013010 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah
Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat
adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma
kebiasaan, kelembagaan dan hukum adat yang lazim dilakukan pada suatu daerah.
Adat dihormati dan dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat, karena bentuk dan
nilai-nilai yang dianggap sakral dan berguna bagi masyarakat setempat. Dengan
adannya adat atautradisi maka kehidupan masyarakat akan menjadi teratur, saling
menghargai, rukun serta taat karena adat sendiri memiliki pengaruh yang kuat
bagi kehidupan masyarakat. Adat juga dapat memberikan sebuah petunjuk moral
dan rohani bagi manusia agar menjadi rukun, sopan, dan dihormati. Ada berbagai
aturan-aturan yang ditetapkan misalnya saja aturan mengenai pemilihan lembaga
adat. Lembaga adat inilah yang akan mengatur seluruh proses adat dalam
masyarakat tersebut.
Masyarakat Buru Selatan pada umumnya tidak terlepas dari yang namanya
adat. Masyarakat memahami adat sendiri yakni sebagai sebuah kebiasaan atau
tradisi yang mengatur realita kehidupan masyarakat, yang diwariskan oleh para
leluhur atau tete nene moyang sejak zaman dahulu kala dan harus tetap

1


dilestarikan oleh anak-cucu secara turun temurun, karena mengandung nilai-nilai
dan makna bagi mereka. Salah satunya adalah ritual sumpah adat.1
Masyarakat Buru Selatan mengenal ritual sumpah adat dengan istilah
Esmaket. Esmaket merupakan sebuah perjanjian, akta, sumpah yang dilakukan
untuk mendapat pertolongan dan perlindungan dari yang memiliki kuasa pada
daerah tersebut. Dalam hal ini mendapat pertolongan dan perlindungan dari para
leluhur atau orang yang memiliki kuasa, sehingga masyarakat memahami bahwa
ketika sumpah adat atau Esmaket dilakukan maka saat itulah ia mengikat janji
dengan yang di percaya dalam hal ini paraleluhur yang menjadi keturunannya.
Adat ini sudah ada sebelum masuknya injil di Buru Selatan yang diberikan oleh
para leluhur yang sudah meninggal dengan sebutan dalam bahasa Buru yaitu
Esmaket.
Esmaket dilakukan kepada seseorang atau mereka yang dipilih untuk
menjabat baik sebagai pejabat pemerintah seperti bupati, wakil bupati, camat dan
kepala desa maupun sebagai pejabat adat seperti Matgugul, Soa, dan Kawasan.
Proses ini merupakan sebuah ritual yang harus dilakukan di Buru Selatan dan
sepenuhnya

adalah


tanggung

jawab

kepala

adat

(Matgugul)

sebagaipemimpintertinggiadat di Buru selatan, maka ia yang berprakarsa atau
yang mengambil peran utama dalam upacara ini. Dalam pelaksanaannya ritus
Esmaket juga turut disaksikan oleh semua tokoh-tokoh adat yang ada di Buru
Selatan dan juga disaksikanoleh warga setempat.Esmaket dilakukan terpisah
dengan pelantikan pemerintah Negara.
1

Wawancaradenganbapak A Solissatanggal 3 januari 2014


2

Pada masyarakat Buru Selatan terdapat pula ritus-ritus lain yang diarahkan
untuk kehidupan baik secara individu maupun kelompok antara lain; Ritus Hawa
Lalen (Untuk Hasil Kebun). Pada ritus ini mereka memohon agar pada musim
tersebut terdapat banyak hasil yang ditanam dan juga hasil tersebut dapat
mempengaruhi orang yang membutuhkannya apabila mau dijual, misalnya
Warahe (kacang tanah). Dilakukan ritus Hawa lalen agar hasil tanaman tersebut
bertambah banyak dan ketika dijual tidak ada tawar-menawar dengan harga
kacang tanah tersebut. Ritus ini tidak melibatkan seluruh masyarakat yang ada di
Mepa, Hanya dilakukan oleh pribadi saja. Ritus Bele merupakan ritus pantangan
dan di dalam ritus Bele terdapat pula ritus lainnya seperti ritus untuk kejahatan
tidak terulang lagi, ritus untuk menjauhkan diri dari kejahatan, ritus untuk
memutuskan hubungan pasangan muda-mudi yang sementara menjalin hubungan,
bahkan ritus untuk membuat orang lain menderita atau hidup susah. Ritual ini
diperuntuhkan bagi mereka yang ingin untuk dilakukan ritus dan ini tidak
dilakukan oleh sembarang orang. Hanya tokoh-tokoh adat yang memilki kuasa.
Berkaitan dengan ritus Esmaket, pada awalnya kata Esmaket hanya dipakai
untuk bidang pemerintahan, tetapi kemudian karena kata Esmaket itu dianggap
sesuatu yang hebat dan memiliki kekuatan maka kata Esmaket kemudian dipakai

juga oleh masyarakat Buru Selatan untuk kegiatan-kegiatan ritus yang lain.
Sehingga Esmaket bagi masyarakat Buru Selatan ialah sumpah adat atau janji
dalam hal ini berkaitan dengan seseorang yang memangku jabatan atau seseorang
yang dipilih sebagai pemimpin dan bersumpah atau berjanji kepada leluhur tetapi
juga memohon berkat agar dalam melaksanakan tugasnnya, ia mampu melakukan

3

dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian dari beberapa ritus yang ada pada
masyarakat Buru Selatan tersebut yang mendapat perhatian dalam penelitian ini
yakni ritus Esmaket atau sumpah adat.
Dalam proses Esmaket itu ada hal-hal yang terjadi seperti; dalam
melakukan Esmaket atau sumpah adat itu seseorang yang melakukan sumpah itu
akan menangis dan gemetar bahkan orang-orang yang berada disekitarpun bisa
merasakan hal yang sama. Kemudian tempat pelaksanaan Esmaket yang awalnya
tertutup terbuka secara tiba-tiba walaupun tidak ada angin dan hujan turun yang
kemudian ditandai dengan petir dan gemuruh. Masyarakat percaya bahwa hal-hal
yang terjadi inilah yang menandakan bahwa Esmaket atau sumpah itu benar-benar
direstui atau didengar oleh para leluhur atau tete nene moyang. Setiap Esmaket
dilakukan untuk meminta berkat dan pertolongan kepada para leluhur agar dalam

masa-masa menanam sampai menuai akan mendapat berkat yang banyak atau
juga dalam kepemimpinan seseorang akan

berjalan aman dan lancar, ada

perdamaian, kerukunan dan sebagainya, tidak ada pertengkaran, perkelahian dan
hal-hal buruk yang akan menimpah mereka. Esmaket ini dilakukan pada waktu
serta orang tertentu saja.
Esmaket ini menjadi ritual yang penting dalam memaknai arti kehidupan
masyarakat desa Mepa, tidak hanya sebagai individu tertapi juga sebagai
kelompok persaudaraan yang sudah tertanam sejak dibentuk oleh tete nene
moyang masyarakat desa Mepa. Ritual ini memiliki nilai-nilai (termasuk juga nilai
teologi) penting yang sangat berhubungan dengan keberlangsungan kehidupan
masyarakat desa Mepa. Ritual ini memiliki nilai penghormatan kepada tete nene
4

moyang karena berangkat dari kenyataan hidup masyarakat desa Mepa yang
menjunjung tinggi sikap saling menghormati. Hal ini nampak dalam pemahaman
masyarakat bahwa selain untuk mendapat perlindungan ritual ini juga dilakukan
untuk melanjutkan tugas yang pernah dilakukan oleh tete nene moyang

masayarakat desa Mepa. Ini merupakan wujud dari rasa hormat mereka kepada
para leluhur yang memberikan tatanan adat sebagai tata tertib sosial masyarakat
yang diwariskan dari generasi ke generasi dan apa yang telah dilakukan oleh
leluhur itu baik bagi keberlangsungan hidup mereka.
Nilai kepercayaan juga terkandung dalam ritual ini dan sudah ada sejak
zaman para leluhur. Tete nene moyang sejak zaman dahulu telah mengembangkan
ritus adat ini sebagai bentuk kepercayaan kepada sesuatu yang tertinggi yang tidak
kelihatan. Selain itu, ritus Esmaket juga memiliki nilai persekutuan. Hal ini
nampak jelas ketika kebersamaan masyarakat desa Mepa dalam keyakinan yang
sama untuk saling memelihara dan memperkokoh hubungan satu dengan yang
lain. Ritual Esmaket ini sekaligus menjadi makna bagi masayarakat desa Mepa
untuk saling menopang dan melindungi serta membantu untuk kepentingan
bersama di desa Mepa.
Ritual Esmaket dianggap suci dan sakral oleh masyarakat, karena pada
zaman dahulu, sebelum masuknya agama Kristen atau injil di Buru Selatan pada
umumnya, para leluhur belum mengenal agama, namun mereka percaya bahwa
ada penguasaalam atau ada kekuatan lain diluar kekuatan mereka yang setiap saat
memelihara mereka sehingga mereka sembah atau puji dengan sebutan

5


OpoLahtahlah. Ritual Esmaket ini dijadikan sebagai sebuah penyembahan kepada
Tuhan, sehingga Esmaket tetap dianggap sakral oleh masyarakat Mepa.
Masyarakat tetap memelihara dan menjunjung tinggi Esmaket sebab di dalamnya
terkandung nilai-nilai sejarah dan nilai-nilai moral serta iman yang dapat
dipelajari, sehingga tradisi ini tetap dijaga dan dilestarikan sebagai wujud hormat
kepada para leluhur. Masyarakat masih mempercayai dan melakukan serta
melestarikan ritual Esmaket secara bersama oleh masyarakat atau jemaat dalam
kemajuan dan perkembangan dunia sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
Tuhan.
Bertolak dari beberapa fakta atau realitas di atas, maka yang menjadi
topik penelitian ini adalah Esmaket (Peranan Esmaket Bagi Masyarakat Desa
Mepa di Tinjau dar iPerspektif Sosio-Teologis)
B. PERTANYAAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaan penelitian yang
dirumuskan dalam penelitian ini yaitu:
1. Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam Esmaket sehingga tetap
bertahan sampai sekarang meskipun masyarakat sudah menjadi kristen.
2. Bagaimana


nilai-nilai

Esmaket

itu

mempengaruhi

kehidupan

bermasyarakat desa Mepa sekarang
C. TUJUAN PENELITIAN
Dari pertanyaan penelitian yang sudah ada di atas, maka yang
menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :
6

1. Mendeskripsikan nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam Esmaket
sehingga tetap bertahan sampai sekarang meskipun masyarakat sudah
menjadi kristen.
2. Mendeskripsikan


bagaimana

nilai-nilai

ritual

Esmaket

itu

mempengaruhi kehidupan bermasyarakat desa Mepa
D. URGENSI
Dalam penelitian ini di harapkan akan :
1. Mendapat informasi yang mendalam mengenai ritual Esmaket
2. Penelitian tentang ritual Esmaket ini juga penting bagi pelestarian
budaya sebagai warisan leluhur.
E. METODE PENELITIAN
a. Jenis Penelitian
Untuk mendapatkan data bagi penulisan tesis ini, maka metode

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
dengan metode dan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif bertujuan
untuk menggambarkan dan menjelaskan semua fenomena yang
terdapat di dalam masalah yang diteliti yang meliputi pengumpulan
dan penyususnan serta interpretasi dan analisa tetntang arti data
tersebut.2Imam Suprayogo dan Tobrani mengatakan bahwa metode
penelitian deskriptif tersebut bertujuan untuk membuat deskripsi, yaitu
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
2

H.Hadari Nawawi, Metidologi Penelitian Bidang Sosial. (Jakarta: Gajah Madah Univ.

Press, 1983), 63

7

fenomena atau hubungan antar fenomena yang sedang diselidiki.3
Dengan menggunakan metode ini peneliti berusaha menggambarkan
suatu keadaan yang sedang terjadi pada apa yang diteliti. Pendekatan
kualitatif mendeskripsikan peranan Esmaket


bagi masyarakat desa

Mepa di Buru Selatan.
b. Teknik Pengumpulan Data
Teknikpengumpulan data darilapangandilakukandengancara :
1. Data Primer :
Wawancara mendalam/in dept interview. Wawancara
mendalam dipakai guna mencari informasi utama dari sumber asli
(first hand) dan bukan dari sumber kedua.4 Menurut Asmadi Alsa,
wawancara mendalam dapat dipakai untuk mengali apa yang
tersembunyi

dihati

sanubari subjek penelitian, baik

yang

menyangkut masa lalu, masa sekarang dan harapan untuk masa
depan. Teknik ini dipakai guna mendapat informasi tentang nilai
dan makna Esmaket yang diyakini oleh masyarakat Mepa
Observasi/pengamatan

langsung.

Observasi

atau

pengamatan langsung merupakan teknik utama yang dipakai dalam
penelitian kualitatif.5 Cara ini merupakan observasi langung
terhadap subjek yang memiliki kaitan dengan topik yang akan
3

Ibid ., 63

4

Muhamad Idrus. Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. (Jakarta: Erlangga, 2009), 4

5

Ibid ., 35

8

diteliti. Peneliti mengadakan observasi langsung terhadap tindakan
subjek penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian. Hasil
pengamatan dicatat melalui catatan tertulis atau melalui rekam dan
foto. Dengan demikian peneliti menggabungkan kegiatan melihat,
mendengar dan bertanya dalam melakukan penelitian terhadap
peranan Esmaket bagi masyarakat Desa Mepa.
2. Data Sekunder :
Sumber data sekunder yang dipakai dalam penelitian ini
adalah sejumlah referensi yang berupa buku-buku atau dokumendokumen cetak maupun non cetak yang berkaitan dengantopik
penelitian.
3.

Key Informan :
Untuk mendukung penelitian dan mendapatkan data yang

akurat, penulis akan memilih beberapa informan kunci seperti
tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat di desa Mepa.
4.

TeknikAnalisis Data:
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis data yang dilakukan terlebih dahulu dengan
mengelompokan

data

atau

informasi

menurut

jenis

dan

9

karakteristik sesuai dengan fokus penelitian dan membuat
kesimpulan dan saran.6
5.

Lokasipenelitian :
Lokasi penelitian ini dilakukan di masyarakat Desa dan

Jemaat GPM Mepa Klasis Buru Selatan Propinsi Maluku.

F. SISTEMATIKA PENULISAN
Penulisan ini terdari dari beberapa bab yakni :
BAB I : Berisikan pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, urgensi penelitian, metode penelitian, dan sistematika
penulisan. BAB II : Bab ini memaparkan pandangan tentang yang sakral dan
profan. BAB III : Bab ini memapaparkan gambaran umum lokasi penelitian dan
hasil penelitian. BAB IV: Bab ini menganalisis Esmaket dalam perspektif sakral
dan profan dan implikasi sosio-telogis. BAB V: Penutup : Kesimpulan dan Saran.

6

Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2000),

248

10