Sistemic Lupus Eritematosus (SLE) sedang dengan hipertiroid

Sistemic Lupus Eritematosus (SLE) sedang dengan hipertiroid
M.Aron Pase, Melati Silvanni Nasution, Santi Syafril, Dharma Lindarto, Fiblia
Divisi Endokrin dan Metabolik, Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP Haji Adam Malik Medan
Abstrak
Sistem imun- neuroendokrin berpartisipasi pada patogenesis dan klinis dari penyakit autoimun salah satunya
adalah penyakit SLE. Selama stimulasi inflamasi dan aktivitas penyakit aktif, terjadi interaksi secara jelas
antara hipotalamic-pituitary-adrenal, hipotalmaic-pituitary gonadal, hipotalamic pituitary – thyroid dan
prolactin dengan sistem imun. Hal ini yang menyebabkan respon abnormal dari sistem –imunneuroendokrin dapat menyebabkan gangguan toleransi sel imun. Disfungsi tiroid sering dijumpai pada SLE
dan Reumatoid Artritis. Insiden gangguan tiroid pada SLE lebih banyak dibandingkan pada populasi umum.
Banyak kasus yang diterapi sebagai disfungsi tiroid sebelum diagnosa SLE ditegakkan. Berdasarkan hasil
penelitian dilaporkan bahwa gangguan tiroid sekitar 36% dan 50% diantaranya merupakan gangguan
autoimun dan berhubungan signifikan dengan aktivitas penyakit autoimun serta disfungsi tiroid.1,2
Laporan Kasus
Seorang Perempuan usia 31 tahun dengan keluhan nyeri sendi. Hal ini dialami os ± 6 bulan SMRS.
Nyeri sendi pada daerah tangan, kaki dan lutut. Ruam kemerahan pada daerah wajah dan semakin menebal
dialami os dalam 2 bulan ini jika terpapar sinar matahari. Rambut rontok dialami os dalam 2 bulan ini.
BAK volume 1000 cc perhari, warna kuning jernih. Riwayat berkeringat berlebih dijumpai. Riwayat
penurunan berat badan tidak dijumpai. Jantung berdebar debar tidak dijumpai. Mudah lelah dijumpai.
Dari pemeriksaan fisik dijumpai alopesia, ruam malar, fotosensitifitas, atralgia. Laboratorium
dijumpai peningkatan fungsi ginjal, peningkatan nilai ANA dan anti ds-DNA, hipoalbumin, dislipidemia,

penurunan TSH dan peningkatan Free T4, serta peningkatan protein urin 24 jam. EKG : sinus ritme, foto
thorax PA : dalam batas normal. USG tiroid : tidak tampak kelainan. USG ginjal dan saluran kemih : dalam
batas normal.
Pasien didiagnosa dengan SLE sedang + Hipertiroid + lupus nefritis+ isk komplikata+ dislipidemia +
hipoalbumin dan selama perawatan pasien diterapi dengan tirah baring, diet ginjal 1700 kkal 30 gram
protein, IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/i macro, Drip Ciprofloxacin 200mg/12jam, Inj methylprednisolon 500
mg/iv/hari selama 3 hari, inj ranitidin 50mg/12 jam, thyrozol tab 1x10 mg, captopril 2x6,25 mg dan
simvastatin 1x10 mg. Pasien sebelumnya telah mendapatkan thyrozol ± 1 bulan dari rawat jalan dan
ditemukan perbaikan fungsi tiroid, namun untuk SLE, kesan masih belum teratasi.
Kata Kunci : SLE, hipertiroid , gangguan autoimun tiroiditis
1. Pendahuluan

1
Universitas Sumatera Utara

Sistemik Lupus Erithematosus (SLE) merupakan gangguan autoimun multisistem
dengan spektrum klinis yang luas yang melibatkan banyak organ dan jaringan.
Heterogenesitas yang ditemukan pada SLE ini menyebabkan terdapat penelitian yang
menyatakan bahwa SLE hadir sebagai sindroma bukan sebagai penyakit tunggal. 3,4
Disfungsi tiroid sering dijumpai pada SLE dan Reumatoid Artritis. Insiden gangguan

tiroid pada SLE lebih banyak dibandingkan pada populasi umum. Banyak kasus yang diterapi
sebagai disfungsi tiroid sebelum diagnosa SLE ditegakkan. Dari hasil penelitian R,Porkadi
dkk 2004, 13,1 5 dari 153 pasien SLE yang menderita disfungsi tiroid. Semua pasien adalah
wanita, dengan rata-rata usia 29,5 tahun (17-35 tahun), lama menderita SLE 26 bulan dan
disfungsi tiroid 55 bulan. Disfungsi tiroid mendahului terjadinya SLE 6 (30%). Dengan
insiden hypertiroid klinis 60% dan subklinis 20% sedangkan hipotiroid 10% dan eutiroid
10%. Gejala dari ganggan tiroid

tidak jelas pada SLE. Sehingga disarankan untuk

mengindentifikasi gangguan tiroid pada SLE. Hipertiroid biasanya lebih dahulu terjadi
dibandingkan dengan SLE

dan terapi anti tiroid dapat menyebabkan SLE. SLE dan

Reumatoid Artritis dapat mempercepat disfungsi tiroid. 2,5

Laporan Kasus
Seorang Perempuan usia 31 tahun datang dengan keluhan nyeri sendi. Hal ini dialami
os ± 6 bulan SMRS. Nyeri bersifat terus menerus dengan intensitas berat. Nyeri sendi pada

daerah tangan, kaki dan lutut. Ruam kemerahan pada daerah wajah dan semakin menebal jika
os terpapar sinar matahari dialami os dalam 2 bulan ini. Sesak nafas tidak dijumpai, batuk
tidak dijumpai, demam tidak dijumpai. Mual dan muntah tidak dijumpai. Rambut rontok
dialami os dalam 2 bulan ini. Bengkak pada kedua tungkai tidak dijumpai. BAK volume
1000 cc perhari, warna kuning jernih, riwayat BAK berpasir dan berdarah tidak dijumpai.
Riwayat nyeri saat BAK tidak dijumpai. Nyeri pinggang tidak dijumpai. BAB dalam batas
normal. Riwayat sering berkeringat berlebih dijumpai. Riwayat penurunan berat badan tidak
dijumpai. Jantung berdebar debar tidak dijumpai. Mudah lelah dijumpai.
Keadaan umum pasien tampak sedang, Keadaan penyakit tampak sedang serta keadaan
gizi kesan normoweight. Pada pemeriksaan fisik dijumpai alopesia, malar rash,
fotosensitivitas, atralgia.
Laboratorium dijumpai Hb:11,9gr/dl ;Leukosit:15760/mm3, Platelet 377000/mm3,
B/E/N/L/M: 0/0/90,4/8,9/0,7. Ureum : 64,5 mg/dl, kreatinin 0,77 mg/dl, asam urat 6,4 mg/dl.
Na/K/Cl : 136/4,2/102 Meq/L. Bil total 0,14, bil direk 0,07, ALP 52, SGOT 16, SGPT 22,
Gamma GT 15, Albumin 1,9. HST : RASIO PT: 0,85, INR 0,86, APTT 0,71,TT 1,13,
2
Universitas Sumatera Utara

Fibrinogen 188, D-dimer 245. Faktor reumatoid negatif, ANAtest 188,(N