Faktor Sosial Budaya yang Mempengaruhi kunjungan Lansia ke Posyandu Lansia di Unit Pelayanan Primer Puskesmas Medan Johor

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Konsep Lansia

2.1.1.

Pengertian Lansia
Menjadi tua merupakan proses yang alamiah, yang berarti seseorang

telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa dan tua. Memasuki
masa tua berarti individu mengalami penurunan secara fisik, mental dan
perubahan psikologis (Nugroho, 2008). Di Indonesia, seseorang disebut lansia bila
ia telah memasuki atau mencapai usia 60 tahun lebih (menurut UU No.13 tahun
1998 tentang Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia). Usia lanjut dikatakan sebagai
tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi Anna keliat,1999).
Manusia yang mulai menjadi tua secara alamiah akan mengalami
berbagai perubahan, baik yang menyangkut kondisi fisik maupun mentalnya.
Terdapat tiga aspek yang perlu dipertimbangkan untuk membuat suatu batasan

penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk
lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus
menerus, yakni ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin
rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini
disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta
sistem organ. Jika ditinjau secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang
sebagai beban dari pada sebagai sumberdaya. Banyak orang beranggapan bahwa

7

Universitas Sumatera Utara

8

kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang
sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara
negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat (BKKBN, 2011).

2.1.2.


Klasifikasi Lansia
Menurut WHO, klasifikasi lansia adsalah usia tengahan (middle age) 45-

59 tahun, lansia (elderly) 60 -74 tahun, lansia tua (old) 75-90 tahun, dan lansia
sangat tua (very old) di atas 90 tahun.Departemen Kesehatan RI (2005) membuat
pengelompokkan sebagai berikut : kelompok pra usila (usia virilitas/ pra senilis
45-59 tahun), kelompok usila (60-69 tahun), kelompok usila risiko tinggi (usila
lebih dari 70 tahun atau usila berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan).
Klasifikasi Lansia :a). pra lansia (prasenilis), yaitu seseorang yang
berusia antara 45-59 tahunb). lansia, yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau
lebih. c). lansia risiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes
RI,2003).d). lansia potensial, yaitu lansia yang masih mampu melakukan
pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan jasa.(Depkes
RI,2003).e). lansia tidak potensial, yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI,2003) .

Universitas Sumatera Utara


9

2.1.3.

Permasalahan lansia
Menurut Mubarak (2009) permasalahan yang terjadi pada lansia antara

lain:Permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lansia:
Ketidakberdayaan fisik, sehingga menyebabkan ketergantungan pada orang
lain;Ketidakpastian ekonomi, sehingga membutuhkan perubahan total dalam pola
hidup; Membuat teman baru untuk mendapat ganti mereka yang telah
meninggal/pindah;Mengembangkan aktivitas baru untuk mengisi waktu luang
yang bertambah banyak;Belajar memperlakukan anak-anak yang telah tumbuh
dewasa.

2.2.

Posyandu lansia


2.2.1.

Pengertian
Posyandu

Lansia

adalah

suatu

wadah

pelayanan

kesehatan

bersumberdaya masyarakat untuk melayani penduduk lansia, yang proses
pembentukan dan pelaksanaanya dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga
swadaya masyarakat, lintas sector pemerintah dan non-pemerintah, swasta,

organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitikberatkan pelayanan kesehatan pada
upaya promotif dan preventif. Di samping pelayanan kesehatan, posyandu lansia
juga memberikan pelayanan sosial, agama, pendidikan, keterampilan, olah raga,
seni budaya dan pelayanan lain yang dibutuhkan para lansia dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan dan kesejahteraan.
Selain itu posyandu lansia juga membantu memacu lansia agar dapat beraktivitas
dan mengembangkan potensi diri.( Kemenkes RI). Posyandu lansia merupakan

Universitas Sumatera Utara

10

wahana pelayanan bagi kaum usia lanjut, yang dilakukan dari, oleh dan untuk
kamu lanjut usia yang menitikberatkan pada pelayanan promotif dan preventif,
tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
2.2.2.

Sasaran
Adapun sasaran posyandu lansia :Sasaran langsung : kelompok pra usia


lanjut (45-59), kelompok usia lanjut (60 tahun ke atas), kelompok usia lanjut
dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas) dan Sasaran tidak langsung : keluarga,
organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usila, masyarakat luas.
2.2.3. Tujuan posyandu lansia
Tujuan umum :Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu pelayanan
kesehatan lansia di masyarakat, untuk mencapai masa tua yang bahagia dan
berdaya guna bagi keluarga, dan mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran
serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan
komunikasi antara masyarakat lansia.
Tujuan Khusus :Meningkatkan kesadaran lansia, Membina kesehatan
dirinya sendiri, Meningkatkan mutu kesehatan lansia serta Meningkatkan
pelayanan kesehatan lansia.
2.2.4.

Jenis Kegiatan Posyandu Lansia
Kegiatan posyandu lansia ini mencakup upaya – upaya perbaikan dan

peningkatan kesehatan masyarakat, meliputi :Promotif, yaitu upaya peningkatan
kesehatan, misalnya penyuluhan perilaku hidup sehat, gizi lansia dalam upaya
meningkatkan kesegaran jasmani.Preventif, yaitu upaya pencegahan penyakit,

mendeteksi dini adanya penyakit dengan menggunakan KMS lansia.Kuratif, yaitu

Universitas Sumatera Utara

11

upaya mengobati penyakit yang sedang diderita lansia.Rehabilitatif, yaitu upaya
untuk mengembalikan kepercayaan diri pada lansia.
2.2.4.

Penyelenggaraan Posyandu Lansia
Penyelenggaraan posyandu lansia antara lain :1. Pelaksanaan kegiatan,

anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader kesehatan di bawah
bimbingan puskesmas. Dan 2. pengelola, pengurus yang berasal dari kader PKK,
tokoh masyarakat formal maupun nonformal.
2.2.5. Kader Posyandu lansia
Adapun tugas kader posyandu lansia secara garis besar adalah sebagai
berikut: Melakukan kegiatan bulanan posyandu, seperti :Mempersiapkan
pelaksanaan posyandu. Tugas-tugas kader posyandu pada H- atau saat persiapan

hari buka posyandu, meliputi :1.) Menyiapkan alat dan bahan, yaitu alat
penimbangan, KMS, alat peraga, alat pengukur, bahan/materi penyuluhan;
2).Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberitahu para lansia
untuk

datang ke

posyandu.

3).

Menghubungi

pokja

posyandu,

yaitu

menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor desa dan meminta mereka untuk

memastikan apakah petugas sektor bisa hadir pada hari buka posyandu.4).
Melaksanakan pembagian tugas, yaitu menentukan pembagian tugas di antara
kader posyandu baik untuk persiapan maupun pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan
kegiataan bulanan posyandu, Tugas kader pada hari buka posyandu disebut juga
sebagai tugas pelayanan 3 meja atau 5 meja (disesuaikan dengan sistem yang
digunakan).

Universitas Sumatera Utara

12

Tugas-tugas kader setelah hari buka posyandu, meliputi : 1).Memindahkan
catatan-catatan dalam Kartu Menuju Sehat ke dalam buku register atau buku bantu
kader. 2). Menilai (mengevaluasi) hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari
posyandu pada bulan berikutnya. 3. Kegiatan kunjungan rumah (penyuluhan
perorangan) merupakan tindak lanjut dan mengajak para lansia datang ke
posyandu lansia datang ke posyandu pada kegiatan bulan berikutnya.
Menggerakkan masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta dalam kegiatan
posyandu, langsung ke tengah masyarakat, melalui tokoh masyarakat atau pemuka
agama atau adat.Membantu petugas kesehatan dalam pendaftaran, penyuluhan,

dan berbagai usaha kesehatan masyarakat lainnya, termasuk pelaksanaan senam
lansia.
2.2.6.

Mekanisme posyandu lansia
Mekanisme posyandu lansia memiliki 3 sistem yaitu:sistem 7 (tujuh)

meja. Meja 1 : pendaftaran; meja 2 : pemeriksanaan kesehatan; meja 3 :
pengukuran tekanan darah, tinggi badan, dan berat badan, serta dicatat di KMS;
meja 4 : penyuluhan; meja 5 : pengobatan; meja 6 : pemeriksaan gigi; meja 7 :
PMT (pemberian makanan tambahan). Sistem

5 ( lima) Meja. Meja 1 :

pendaftaran ; Meja 2 : pengukuran dan penimbangan berat badan; Meja 3 :
pencatatan tentang pengukuran tinggi badan dan berat badan , indeks massa
tubuh, dan mengisi KMS; Meja 4 : penyuluhan, konsuling dan pelayanan pojok
gizi, serta pemberian PMT; Meja 5 : pemeriksaan kesehatan dan pengobatan,
mengisi data-data hasil pemeriksaan kesehatan pada KMS.Sistem 3 (tiga)
meja.Meja 1 : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan


Universitas Sumatera Utara

13

atau tinggi badan; Meja 2 : melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan,
indeks massa tubuh. Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan
rujukan kasus; Meja 3 : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini
juga bisa dilakukan pelayanan pojok gizi.
2.2.7.

Kendala pelaksanaan Posyandu Lansia
Beberapa kendala yang dihadapi oleh para lansia dalam mengikuti

kegiatan posyandu lansia ini, antara lain sebagai berikut :
Pengetahuan yang rendah tentang manfaat Posyandu. Pengetahuan lansia
akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam
kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan
mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala
keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan
pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar
pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk
selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia.
Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau. Jarak
posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu tanpa
harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan
atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini
berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia
merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus
menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat
mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu.

Universitas Sumatera Utara

14

Dengan demikian, kemanan ini merupakan faktor eksternal dari terbentuknya
motivasi untuk menghadiri posyandu lansia.
Kurangnya dukungan keluarga umtuk mengantar maupunmengingatkan
lansia untuk datang ke posyandu.Dukungan kelurga sangat berperan dalam
mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu
lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu
menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu,
mengingaktkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu
mengatasi segala permasalahan bersama lansia.
Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu. Penilaian pribadi atau
sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atau kesiapan atau kesediaan
lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut,
lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di
posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu
cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek.
Sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan lansia. Untuk memperlancar
pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan sarana dan prasarana
penunjang, yaitu : tempat kegiatan, meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan
kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop,
tensimeter, peralatan laboratorium sederhana, termometer, dan kartu menuju sehat
(KMS) (Simamora, 2007).

Universitas Sumatera Utara

15

2.3.

Faktor Sosial budaya

2.3.1.

Faktor Sosial
Faktor sosial menurut Anderson meliputi pendidikan dan suku bangsa

(Muzaham, 1995), sedangkan Gottlieb (1983, dalam Kuntjoro 2002) menyebutkan
dukungan keluarga sebagai salah satu faktor sosial. Dengan mengadaposi
pendapat Anderson dan Gottlieb tersebut maka faktor-faktor sosial adalah
pendidikan, suku, dukungan keluarga.
2.3.2. Faktor Budaya
Menurut Clyde Kluckhohn dalam karyanya Universal Categories Of
Culture, ada tujuh unsur dalam kebudayaan universal (Ibrahim, 2003;
Widyosiswoyo, 2004). Tujuh unsur tersebut adalah spiritualitas, sistem organisasi
sosial, sistem pengetahuan, sistem mata pencaharian hidup, sistem teknologi dan
peralatan, bahasa, kesenian.
Setiap individu bahkan yang sudah lanjut usia berupaya untuk tetap sehat
dengan cara berusaha untuk memperoleh kesehatan tersebut baik dari Rumah
Sakit, Pelayanan Kesehatan Masyarakat maupun dari pengalaman orang
terdahulu. Namun banyak faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan
kesehatan termasuk sosial budaya (Denver dalam Juanitas, 1998). Berikut ada
beberapa faktor sosial budaya yang mempengaruhi dalam pemanfaatan pelayanan
kesehatan yang salah satunya adalah posyandu lansia yang merupakan program
pelayanan kesehatan lansia di puskesmas.
Pengetahuan. Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal,
termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja

Universitas Sumatera Utara

16

maupun tidaksengaja dan ini terjadi setelah orang malakukan kontak atau
pengamatan terhadapsuatu obyek tertentu (Mubarok, dkk, 2007) . Menurut
Notoatmodjo (2012) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.Pengindraan
terjadi melalui pancandra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari
mata dan telinga. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakandomain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang (overtbehavior).
Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari
pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan
posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup
sehatdengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada
mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang
menjadi dasarpembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi
mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia.
Spiritualitas. Spiritualitas adalah kepercayaan atau suatu hubungan
dengan kekuatan yang lebih tinggi, pencipta atau sumber segala kekuatan
(Burkhdart, 1993 dalam Kozier, Ebr, Blais & Wilkinson, 1995). Pada lanjut usia
keyakinan dan pengalaman spiritual merupakan bagian penting dalam
memberikan warna, transisi kehidupan seperti saat-saat terakhir dalam hidup dan
kematian menantang seseorang untuk mendalami keyakinannya dan bertumbuh
(Luecknotte, 2000).

Universitas Sumatera Utara

17

Agama atau keyakinan spiritual dan pengalaman dapat menjadi
instrumen dalam

menolong lanjut usia dalam menghadapi takut (Hall, 1997

dalam Luecknotte, 2000). Spiritual merupakan strategi koping yang penting
(Pargament, 1998 dalam Rowe & Allen, 2004).

Beberapa karakteristik yang

meliputi hubungan spiritualitas antara lain adalah hubungan dengan diri sendiri,
hubungan dengan alam, hubungan dengan orang lain dan hubungan dengan Tuhan
(Hamid, 1999). Pertama hubungan dengan diri sendiri merupakan kekuatan dari
dalam diri seseorang yang meliputi pengetahuan diri yaitu siapa dirinya, apa yang
dapat dilakukannya dan juga sikap yang menyangkut kepercayaan pada diri
sendiri, kepercayaan pada masa depan, ketenangan pikiran, serta keselarasan
dengan diri sendiri (Burkhdart, 1993 dalam Kozier, Ebr, Blais &
Wilkinson, 1995).Kedua yaitu hubungan dengan orang lain, terbagi atas harmonis
dan tidak harmonis. Keadaan harmonis meliputi pembagian waktu, pengetahuan
dan sumber secara timbal balik, mengasuh anak, mengasuh orangtua dan orang
sakit, serta menyakini kehidupan dan kematian. Sedangkan kondisi yang tidak
harmonis berkaitan dengan konflik dengan orang lain dan resolusi yang
menimbulkan ketidak harmonisan dan friksi (Burkhdart, 1993 dalam Kozier, Ebr,
Blais & Wilkinson, 1995).

Ketiga yaitu hubungan dengan alam, merupakan

hubungan yang harmoni meliputi pengetahuan tentang tanaman, pohon,
margasatwa, iklim, dan berkomunikasi dengan alam serta melindungi alam
tersebut (Burkhdart, 1993 dalam Kozier, Ebr, Blais & Wilkinson, 1995).
Terjalinnya hubungan baik antara manusia dengan alam akan menghindarkan
perusakan alam (Anwar, 2006).

Universitas Sumatera Utara

18

Keempat yaitu hubungan dengan Tuhan, hubungan ini meliputi agamais ataupun
tidak agamais. Keadaan ini menyangkut sembahyang dan berdoa, keikutsertaan
dalam kegiatan ibadah, perlengkapan keagamaan, serta bersatu dengan alam
(Burkhdart, 1993 dalam Kozier, Ebr, Blais & Wilkinson, 1995).
Dukungan Keluarga. Anggota keluarga membutuhkan dukungan dari
keluarganya karena hal inimembuat individu tersebut merasa dihargai, anggota
keluarga siap memberikan dukungan untuk menyediakan bantuan dan tujuan
hidup yang ingin dicapai individu (Friedman, 1998). Dukungan keluarga
merupakan suatu proses hubungan antara keluarga dan lingkungan sosialnya
(Kane, 1988 dalam Friedman, 1998). Dukungan terhadap anggota keluarga yang
telah lanjut usia sangatlah diperlukan dari orang-orang yang dekat dengan mereka
terutama keluarga agar lansia dapat menikmati kehidupan di hari tua dengan
bergembira atau merasa bahagia. Dukungan dari keluarga terdekat dapat saja
berupa anjuran yang bersifat mengingatkan lansia untuk tidak bekerja secara
berlebihan, memberikan kesempatan kepada lansia untuk melakukan aktivitas
yang menjadi hobinya, memberi kesempatan kepada lansia untuk menjalankan
ibadah dengan baik, memeriksakan kesehatan dan memberikan waktu istirahat
yang cukup kepadanya sehingga lansia tidak mudah stress dan cemas. Hal yang
perlu diperhatikan anggota keluarga adalah perlunya mengajak lansia untuk
berdiskusi tentang hal-hal baru dan sering memberi petunjuk atau petuahnya
sehingga lansia merasa tetap eksis dan memiliki rasa percaya diri dalam
mengambil keputusan untuk kepentingan kehidupan dirinya (Kuntjoro, 2002).

Universitas Sumatera Utara

19

Sistem organisasi Sosial. Sistem organisasi sosial/masyarakat adalah
sistem sosial yang terbentuk karena adanya kebutuhan dari masyarakat itu sendiri
yang bertujuan agar dapatberadaptasi terhadap lingkungannya yang didalamnya
terdapat aktivitas-aktivitas yang dibentuk dan dilakukan oleh masyarakat itu
sendiri (Koentjaraningrat, 1990). Lanjut usia yang umumnya sudah pensiun
mengakibatkan kontak sosialnya berkurang dan seringnya ditinggal anggota
keluarga yang semakin sibuk dengan urusan masing-masing menyebabkan adanya
keinginan bagi sebagian besar lansia untuk bertemu dengan teman sesama lansia.
Terbentuk posyandu lansia di berbagai wilayah, menjadikannya sebuah tempat
untuk bertemu dengan teman-teman lansia dan saling berbagi cerita mulai dari
cara pencegahan penyakit, anak hingga cucu mereka (Sulistyawati, 2006). Dalam
sebuah artikel berjudul “it’s cool to be geri” oleh Mucha tahun 2000 dikatakan
bahwa tujuan utama dari kelompok lansia adalah memperhatikan kebutuhan
perkembangan lansia dari segi fisik, pekerjaan yang mampu dilakukanoleh lansia
dan menyediakan kesempatan untuk melakukan kegiatan yang dapatdilakukan
pada komunitas lansia. Untuk itu para lansia membentuk suatu kelompok lansia
yang menghimpun para lansia dalam upaya meningkatkan kualitas mereka, yang
biasa dilakukan dalam bentuk periodik.

Universitas Sumatera Utara