Faktor Sosial Budaya yang Mempengaruhi kunjungan Lansia ke Posyandu Lansia di Unit Pelayanan Primer Puskesmas Medan Johor

(1)

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

FAKTOR SOSIAL BUDAYA YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN LANSIA KE POSYANDU LANSIA DI UNIT PELAYANAN PRIMER

PUSKESMAS MEDAN JOHOR Oleh

Desi Srimarta Simbolon

Saya adalah mahasiswa S-1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah suatu kegiatan dalam menyelesaikan Tugas Akhir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor sosial budaya yang mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu lansia di unit pelayanan primer puskesmas Medan Johor. Saya mengharapkan jawaban yang Bapak/Ibu berikan sesuia dengan pendapat Bapak/Ibu sendiri. Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi responden penelitian, silahkan menandatangani formulir di bawah ini.

Medan, Juni 2016

Peneliti Responden


(2)

Kode :

Tgl/waktu :

Petujuk pengisian

Bapak/Ibu diharapkan :

1. Menjawab semua pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda chek list (√) pada setiap tempat yang disediakan

2. Semua pertanyaan diisi dengan satu jawaban 3. Semua pertanyaan harus dijawab

4. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan kepada peneliti.

I. Kuesioner Data Demografi.

Kuesioner Data Demografi Petunjuk pengisian : Isilah data dibawah ini dengan tepat dan benar. Berilah tanda check list (√) pada tempat yang tersedia dengan situasi dan kondisi anda saat ini. Isilah titik-titik yang harus dijawab.

Kode (Diisi oleh peneliti) : … Usia : ….. Tahun

Jenis kelamin :1. ( ) Pria 2. ( ) Wanita Pendidikan :1.( ) SD 4. ( ) SMU

2.( ) SMP 3.( ) PT

Agama :1. ( ) Islam 3. ( ) Budha 2. ( ) Kristen 4. ( ) Hindu

4. ( ) Katolik

Suku Bangsa :1. ( ) Batak 4. ( )Jawa 2. ( ) Melayu 3. ( ) Sunda

Pekerjaan :1. ( ) Pensiunan PNS 3. ( ) Ibu Rumahtangga 2.( ) Wirasawasta


(3)

1. Kuesioner Pengetahuan Lansia mengenai Posyandu Lansia

No. Pertanyaan Ya Tidak

1. Posyandu lansia yaitu sarana kesehatan dan pembinaan kesehatan bagi lansia

2. Posyandu lansia sebaiknya dikunjungi secara berkesinambungan setiap bulan

3. Manfaat posyandu lansia memantau status kesehatan lansia dan mendapatkan pelayanan kesehatan dasar sehingga kualitas hidup lansia tetap terjaga dengan baik dan optimal

4. Tersedia KMS lansia untuk mengetahui perkembangan kesehatan pribadi lansia

5. Pemeriksaan Kesehatan bertujuan untuk mengetahui status kesehatan dan status gizi lansia

6. kader memberi tahu jadwal pelaksanaan posyandu kepada Bapak/ Ibu

7. Kader posyandu lansia berkunjung ke rumah lansia yang tidak hadir dalam kegiatan posyandu lansia

8. Petugas kesehatan/kader selalu menyarankan lansia untuk berkunjung kembali ke posyandu

9. Petugas/kader memberikan saran dalam meningkatkan kesehatan Bapak/Ibu.

10. Kondisi meja dan kursi dan alat kesehatan yang

digunakan memadai untuk pelaksanaan posyandu lansia 11. Waktu pelaksanaan posyandu lansia sesuai dengan jadwal


(4)

2. Kuesioner spiritualitas

No Pernyataan SS S KS TS

1. Saya meyakini bahwa kesehatan adalah bagian dari iman saya kepada Tuhan

2. Dengan mengikuti kegiatan posyandu, saya merasa saya tidak kesepian.

3. Bila sakit saya tidak merasa malu atau rendah diri karena penyakit saya.

4. Saya senang dengan lansia anggota posyandu dan kagder serta petugas kesehatan yang membina lansia di tempat saya.

5. Posyandu berperan banyak mengkatkan hubungan sosial yang baik antar lansia

6. Saya berinteraksi dengan lansia lainnya di luar kegiatan posyandu

7. Posyandu lansia adalah tempat bersosialisasi antar lansia 8. Saya senang jika tempat pelayanan posyandu bersih dan

tenang.

9 Saya meyakini dengan adanya posyandu, kader,alat kesehatan adalah untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan lansia

10. Saya senang melakukan kegiatan posyandu lansia bersama lansia lainnya.


(5)

3. Kuesioner Dukungan Keluarga

No. Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah keluarga Bapak/Ibu menyarankan untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia ?

2. Apakah keluarga bapak/ibu memberikan informasi yang berhubungan dengan kegiatan posyandu lansia? 3. Apakah keluarga Bapak/Ibu percaya dengan

posyandu lansia sebagai pelayanan yang bermanffat bagi lansia?

4. Apakah keluarga Bapak/Ibu percaya bahwa yang dibutuhkan lansia bukan hanya pengobatan? 5. Apakah keluarga selalu mengingatkan jadwal

kegiatan Posyandu?

6. Apakah keluarga bapak /ibu setuju dengan kegiatan-kegiatan yang ada di posyandu lansia seperti : penyuluhan kesehatan,pemeriksaan kesehatan,dll? 7. Apakah keluarga bapak/ibu menganjurkan kepada

bapak/ibu untuk pergi ke posyandu?

8. Apakah keluarga mendukung pada saat bapak/ibu menyatakan akan mengikuti kegiatan posyandu lansia?

9. Apakah keluarga bersedia menemani pada saat bapak/ibu menyatakan akan mengikuti kegiatan posyandu lansia?

10. Apakah keluarga selalu siap bila bapak/ibu memerlukan bantuan untuk pergi ke posyandu?

4. Kuesioner Sistem organisasi sosial

No. Pernyataan Ya Tidak

1. Posyandu lansia mendapat dukungan positif dari persekutuan, pengajian, atau kumpulan arisan lansia 2. Kepala desa / lurah menggerakkan masyarakat untuk

mengajak usia lanjut untuk hadir dan berpartisipasi dalam kegiatan posyandu lansia.

3. Masyarakat sekitar berpartisipasi dalam kegiatan posyandu lansia

4. Masyarakat dan aparat pemerintahan memberi respon positif terhadap kegiatan posyandu lansia

5. Perkumpulan pemuda dan ibu PKK bersedia membantu lansia dalam kegiatan posyandu lansia.


(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

Taksasi Dana

1. Persiapan Proposal

a. Biaya print proposal : Rp. 150.000

b. Fotocopy : Rp. 100.000

c. Perbanyak proposal : Rp. 100.000 d. Biaya internet : Rp. 100.000 e. Seminar proposal : Rp. 250.000 2. Pengumpulan Data

a. Penggandaan Kuesioner : Rp.100.000 b. Biaya penelitian : Rp. 200.000 3. Analisa data dan penyusunan skripsi

a. Biaya print : Rp.100.000

b. Penjilidan : Rp. 200.000

c. Sidang : Rp. 300.000

4. Biaya tak terduga : Rp100.000


(19)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Desi Srimarta Simbolon

Tempat/ Tanggal Lahir : Sihotang/ 19 Mei 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Jamin Ginting gang Dipanigara No. 7C Padang Bulan

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri No. 173794 Sampur Toba Tahun 1999-2005

2. SMP Negeri 3 Harian Tahun 2005-2008

3. SMA Negeri 1 Pangururan Tahun 2008-2011 4. S1 Fakultas Keperawatan USU Tahun 2012- sekarang


(20)

Hasil reliabilitas Kuesioner Spiritualitas

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items


(21)

DATA DEMOGRAFI Statistics USIA JENIS KELAMIN PENDIDIK

AN AGAMA

SUKU BANGSA PEKERJA AN KUNJUNG AN LANSIA

N Valid 60 60 60 60 60 60 60

Missing 0 0 0 0 0 0 0

Mean 1.07 1.13 2.10 1.30 2.20 2.53 3.60

Minimum 1 1 1 1 1 1 2

Maximum 2 2 4 2 4 3 4

USIA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ELDERLY 56 93.3 93.3 93.3

OLD 4 6.7 6.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

JENIS KELAMIN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid WANITA 52 86.7 86.7 86.7

PRIA 8 13.3 13.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

PENDIDIKAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SD 19 31.7 31.7 31.7

SMP 14 23.3 23.3 55.0

SMU 24 40.0 40.0 95.0

PT 3 5.0 5.0 100.0


(22)

AGAMA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ISLAM 42 70.0 70.0 70.0

KRISTEN 18 30.0 30.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

SUKU BANGSA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid BATAK 27 45.0 45.0 45.0

MELAYU 2 3.3 3.3 48.3

JAWA 23 38.3 38.3 86.7

SUNDA 8 13.3 13.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

PEKERJAAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PENSIUNAN PNS 4 6.7 6.7 6.7

WIRASWASTA 20 33.3 33.3 40.0

IBU RUMAH TANGGA 36 60.0 60.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

KUNJUNGAN LANSIA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid KADANG-KADANG 4 6.7 6.7 6.7

SERING 16 26.7 26.7 33.3

SELALU 40 66.7 66.7 100.0


(23)

Statistics

PENGETAHUAN SPIRITUALITAS

DUKUNGAN KELUARGA

SISTEM ORGANISASI

SOSIAL

N Valid 60 60 60 60

Missing 0 0 0 0

Mean 2.90 2.57 2.73 2.75

Minimum 1 2 1 1

Maximum 3 3 3 3

PENGETAHUAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid KURANG 1 1.7 1.7 1.7

SEDANG 4 6.7 6.7 8.3

BAIK 55 91.7 91.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

SPIRITUALITAS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid KURANG MENDUKUNG 26 43.3 43.3 43.3

MENDUKUNG 34 56.7 56.7 100.0


(24)

DUKUNGAN KELUARGA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid KURANG 4 6.7 6.7 6.7

SEDANG 8 13.3 13.3 20.0

BAIK 48 80.0 80.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

SISTEM ORGANISASI SOSIAL

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TIDAK MENDUKUNG 3 5.0 5.0 5.0

KURANG MENDUKUNG 9 15.0 15.0 20.0

MENDUKUNG 48 80.0 80.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

KUNJUNGAN LANSIA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid KADANG-KADANG 4 6.7 6.7 6.7

SERING 18 30.0 30.0 36.7

SELALU 38 63.3 63.3 100.0


(25)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

PENGETAHUAN *

KUNJUNGAN LANSIA 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

SPIRITUALITAS *

KUNJUNGAN LANSIA 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

DUKUNGAN KELUARGA *

KUNJUNGAN LANSIA 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

SISTEM ORGANISASI SOSIAL * KUNJUNGAN LANSIA

60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

PENGETAHUAN * KUNJUNGAN LANSIA Crosstabulation

KUNJUNGAN LANSIA

Total

KADANG-KADANG SERING SELALU

PENGETAHUAN KURANG Count 0 0 1 1

% of Total .0% .0% 1.7% 1.7%

SEDANG Count 1 1 2 4

% of Total 1.7% 1.7% 3.3% 6.7%

BAIK Count 3 17 35 55

% of Total 5.0% 28.3% 58.3% 91.7%

Total Count 4 18 38 60


(26)

SPIRITUALITAS * KUNJUNGAN LANSIA Crosstabulation

KUNJUNGAN LANSIA

Total

KADANG-KADANG SERING SELALU

SPIRITUALITA S

KURANG MENDUKUNG

Count 2 10 14 26

% of Total 3.3% 16.7% 23.3% 43.3%

MENDUKUNG Count 2 8 24 34

% of Total 3.3% 13.3% 40.0% 56.7%

Total Count 4 18 38 60

% of Total 6.7% 30.0% 63.3% 100.0%

DUKUNGAN KELUARGA * KUNJUNGAN LANSIA Crosstabulation

KUNJUNGAN LANSIA

Total

KADANG-KADANG SERING SELALU

DUKUNGAN KELUARGA

KURANG Count 0 2 2 4

% of Total .0% 3.3% 3.3% 6.7%

SEDANG Count 1 3 4 8

% of Total 1.7% 5.0% 6.7% 13.3%

BAIK Count 3 13 32 48

% of Total 5.0% 21.7% 53.3% 80.0%

Total Count 4 18 38 60


(27)

SISTEM ORGANISASI SOSIAL * KUNJUNGAN LANSIA Crosstabulation

KUNJUNGAN LANSIA

Total

KADANG-KADANG SERING SELALU

SISTEM ORGANISASI SOSIAL

TIDAK MENDUKUNG

Count 0 1 2 3

% of

Total .0% 1.7% 3.3% 5.0%

KURANG MENDUKUNG

Count 0 1 8 9

% of

Total .0% 1.7% 13.3% 15.0%

MENDUKUNG Count 4 16 28 48

% of

Total 6.7% 26.7% 46.7% 80.0%

Total Count 4 18 38 60

% of


(28)

MingguKe- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengajuanjudulpe

nelitian 2 Menyusun Bab 1 3 Menyusun Bab 2 4 Menyusun Bab 3 5 Menyusun Bab 4 6

Menyerahkan proposal penelitian

7 Ujiansidang

proposal 8 Revisi proposal

penelitian 9 UjiValiditas&Reli

abilitas 10 Pengumpulan data 11 Analisa data 12 Pengajuansidangs

kripsi 13 Ujiansidangskrips

i 14 Revisiskripsi 15 Mengumpulkansk


(29)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, R (2006). Spiritualitas Pengelolaan Alam. Dibuka pada tanggal 5 April 2007,dari http://www.mailarchive.com/mayapadaprana2yahoo.groups.com Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kemenkes RI. 2013. Riset

Kesehatan Dasar

Departemen Kesehatan RI. 2006 dalam Henniwati. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh Timur [tesis]. Medan: Program Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara. USU e-Repository @2009.

Departemen Kesehatan, 2003, Pedoman Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan I, Kebijaksanaan Program dan II, Materi Pembinaan, Direktorat Bina Kesehatan Keluarga, Jakarta.

Depkes RI, 2003, Pedoman Pelatihan Kader Kelompok Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan, Jakarta

Depkes RI, 2005, Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan, Jakarta

Harahap, Minta. 2010. Motivasi masyarakat memanfaatkan posyandu di puskesmas padang bulan. Diunduh pada tanggal 1 Desember 2015. http://library.usu.ac.id/

Ismawati, cahyo.,dkk. 2010. Posyandu & desa siaga. Bantul : Nuha Medika Kementerian kesehatan RI. 2013. Buletin dan jendela data dan informasi

kesehatan Gambaran kesehatan lansia di Indonesia.

Kozier, B. Erb, G. Berman, A. & Synder, S. J. (2004). Fundamental of Nursing: Concepts, Process & Practice, 7th edition. Nem Jersey: Pearson Prentice Hall

Maryam, siti, dkk. 2008. Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta : Salemba Medika

Mubarak, I, W. 2009. Sosiologi untuk keperawatan pengantar dan teori. Jakarta : Salemba Medika

Mubarak, wahid iqbal. 2007. Promosi kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Mubarak, wahit., dkk. 2009. Ilmu keperawatan dan komunitas konsep dan aplikasi, Jilid 2. Jakarta : Salemba Medika


(30)

Nasution, hanna. 2012. Gambaran Minat dan Motivasi Remaja dalam Melanjutkan Pendidikan di Bidang Kesehatan di SMA Negeri Kota Tebing Tinggi. Diunduh tanggal 1 Desember 2015. http://library.usu.ac.id/

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku, cetakan I. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, soekidjo. 2014. Ilmu perilaku kesehatan, cetakan 2. Jakarta : Rineka Cipta

Saryono. 2013. Metode penelitian kualitatif dan kuantitatif dalam bidang kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika

Setiadi. 2013. Konsep dan praktik penulisan riset keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Simamora, Hartati. 2007. Pengaruh faktor sosial budaya terhadap pemanfaatan posyandu lansia puskesmas Darussalam Medan. Diunduh pada tanggal 1 Desember 2015. http://library.usu.ac.id/

Sinulingga, S., (2014). Metodologi Penelitian. Medan: USU Press

Sulistyawaty, A. R. (2006). Kesehatan Masyarakat: Posyandu Lansia, Ruang Curhat Para Lanjut Usia. Dibuka pada tanggal 17 November 2006, dari http://www.kompas.com/kompas-cetak/0608/31/jogja/28159.htm

Tamher.S, 2009. Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan asuhan keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Universitas Sumatera Utara, 2014, Panduan penulisan proposal dan skripsi, edisi 2, Medan, Fakultas Keperawatan USU 2014

Widya, Aquina. 2015. “AnalisisFaktor yang

MempengaruhiPemanfaatanPosyanduLansia di KecamatanKolangKabupatenTapanuli Tengah Tahun 2015”.

http://repository.usu.ac.id/

Nasution, zulkarnaen. 2013. Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Dukungan Keluarga Dan Kader terhadap Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang. http://repository.usu.ac.id/

Universitas Sumatera Utara, 2014, Panduan penulisan proposal dan skripsi, edisi 2, Medan, Fakultas Keperawatan USU 2014

Polit, D.F & Beck, C.T. (2012). Nursing Research: generating and Assessing Evidence for Nursing Practice. (9th edition). China: Walters Kluwer Health


(31)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor sosial budaya yang mempengaruhi lansia berkunjung ke posyandu Lansia. Dalam penelitian ini faktor-faktor sosial budaya yang diteliti hanya pendidikan/pengetahuan, dukungan keluarga, spiritualitas, sistem organisasi sosial karena menurut literatur ke lima faktor inilah yang lebih berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia. Sedangkan suku bangsa, sistem mata pencaharian hidup tidak diteliti namun diidentifikasi pada data demografi. Faktor-faktor lain yaitu sistem teknologi dan peralatan, bahasa dan kesenian tidak diteliti karena diasumsikan kurang berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia.

3.2. Diagram Kerangka Penelitian

Skema 1. Kerangka Konsep Faktor Sosial Budaya yang mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu lansia di Unit Pelayanan Primer Puskesmas Medan Johor.

Faktor Sosial Budaya :  Pengetahuan  Spiritualitas

 Dukungan keluarga  Sistem organisasi sosial

Kunjungan lansia ke Posyandu lansia


(32)

3.3. DefenisiOperasional

Tabel 3.1. Defenisi Operasional

Variabel Definisi operasional Alat

ukur Hasil ukur Skala Pengetahuan Dukungan keluarga Spiritualitas Sistem organisasi sosial Kunjungan lansia

Segala sesuatu yang diketahui oleh lansia tentang posyandu lansia seperti pengertian dan manfaat, jenis kegiatan yang ada di posyandu lansia dan tujuan dlakukannya kegiatan posyandu lansia.

Kepedulian atau perhatian yang diberikan oleh keluarga lansia(suami,istri,anak,menantu,cucu) yang berupa perhatian terhadap kesehatan dengan membawa lansia ke posyandu.

Suatu keyakinan yang dimiliki lansia dalam kehidupannya meliputi aspek yang berasal dari diri sendiri,orang lain,alam dan kepercayaan kepada Tuhan yang mendorong lansia untuk melakukan kunjungan ke posyandu lansia.

Perkumpulan lansia yang diikuti lansia sesuai dengan kebutuhannya.

Perilaku lansia yang mengikuti kegiatan posyandu lansia

Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Daftar hadir posyandu Nilai tertinggi 11 dan terendah 0

Nilai tertinggi 10 dan terndah 0

Nilai tertinggi 40 dan terendah 10

N. tertinggi 5 dan terendah 0 Nilai tertinggi 12 dan terendah 1 ordinal ordinal ordinal ordinal ordinal


(33)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi factor social budaya yang mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu lansia di unit pelayanan primer puskesmas Medan Johor.

4.2. Populasi, Sampel dan teknik sampling

4.2.1. Populasi

Populasi lansia dalam penelitian ini adalah lansia yang telah berusia ≥60 tahun yang berkunjung ke posyandu binaan Puskesmas Johor, yaitu Posyandu Sakura, Posyandu Asoka, dan Posyandu Cempaka dari bulan Agustus 2015-Juli 2016 adalah sebanyak 150 orang.

4.2.2 Sampel

Penetapan jumlah sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin dalam Setiadi (2013) sebagai berikut:

� = + � �

� = + . 2 = orang Keterangan: N = Besar populasi

n = Besar sampel


(34)

4.2.3. Teknik pengambilan sampling

Teknik pengambilan samplingyang digunakan adalah stratified random sampling yang dilakukan secara proporsional dimana sampel dihitung berdasarkan jumlah populasi dari setiap posyandu lansia.

Tabel. 4.1. Penetapan sampel

No Posyandu Jumlah Populasi Rekapitulasi Perhitungan Sampel Jumlah Sampel 1. 2. 3. Sakura Asoka Cempaka 40 52 58 40/150×60═16 52/150×60═20,8 58/150×60═23,2 16 21 23

Total 150 60

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini sudah dilakukan ditiga lokasi pelaksanaan kegiatan posyandu lansia binaan puskesmas Medan Johor, yaitu Posyandu Sakura yang dikelola oleh Puskesmas Medan Johor, Posyandu Asoka yang dikelola olah Puskesmas Pembantu Gedung Johor dan Posyandu Cempaka yang dikelola oleh Puskesmas Pembantu Kwala Berkala. Waktu Penelitian dilakukan dari tanggal 22 Juni 2016 -22 Juli 2016.


(35)

4.4. Pertimbangan Etik

Etika sangat perlu dipertimbangkan dalam suatu penelitian yang dialakukan (Speziale & Carpenter, 2003). Peneliti harus melindungi hak-hak setiap individu yang menjadi subyek penelitian.

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapatkan persetujuan dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara selanjutnya mengirim surat permohonan untuk mendapatkan ijin dari pihak Puskesmas Medan Johor. Aspek yang diperhatikan oleh peneliti meliputi autonomy, confidentiality, nonmalficience, dan protection from discomfort (Polit & Hungler, 2001).

4.4.1 Autonomy

Partisipasi yang diberikan oleh responden bersifat sukarela. Dalam hal ini peneliti meminta persetujuan respoden untuk terlibat dalam penelitian ini dengan sukarela. Lansia diminta untuk menandatangi lembar persetujuan menjadi responden sebagai tanda kebersediaan mengikuti penelitian. Pada penelitian ini prinsip otonomi yang digunakan adalah peneliti menjelaskan pada lansia bahwa mereka diberi hak dan kebebasan untuk memilih berpartisipasi atau tidak dalam penelitian, tidak ada unsure paksaan.

4.4.2 Confidentiality

Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan. Dalam hal ini selama penelitian berlangsung peneliti berusaha untuk meyakinkan responden bahwa hasil jawaban mereka baikin formasi maupun masalah-masalah lainnya dikumpulkan dan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti. Upaya yang dilakukan oleh


(36)

peneliti adalah membuat nomor kode responden dan menyimpan semua informasi yang telah didapatkan dan dikumpulkan oleh peneliti.

4.4.3. Anonimity

Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data kuesioner, tetapi memberikan nomor kode pada masing-masing lembar persetujuan tersebut.

4.4.4. Protection from Discomfort

Dalam penelitian harus memperhatikan aspek kenyamanan responden. Peneliti melakukan penelitian dengan tidak bersifat memaksa dan memperhatikan dan menyesuaikan keadaan atau kondisi responden.

4.4.5. Nonmaleficience

Peneliti harus melakukan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian agar hasilnya bermanfaat semaksimal mungkin bagi responden dan peneliti juga harus meminimalisasi dampak yang merugikan responden.

4.5. Instrumen Penelitian

Kuesioner ini menggunakan kuesioner penelitian yang terdiri dari dua aspek yaitu, KDD dan KFSB.

4.5.1. Kuesioner Data Demografi (KDD)

Kuesioner data demografi responden meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, agama, suku bangsa, dan pekerjaan.


(37)

4.5.2. Kuesioner faktor sosial budaya

Pengetahuan responden diukur melalui 11 pertanyaan. Bila responden dapat menjawab dengan benar diberi nilai 1, tetapi jika salah maka diberi nilai 0.

Berdasarkan jumlah nilaiyang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu (Arikunto, 2009):

− Baik : Jika skor total jawaban > 65 %, atau dalam interval 8-11 − Sedang : Jika skor total jawaban 45-65 %, atau dalam interval 5-7 − Kurang : Jika skor total jawaban <45 %, atau dalam interval 0-4

Kuesioner spiritualitas diukur melalui 10 pertanyaan.Untuk menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap komponen dengan menggunakan skala Likert (Arikunto, 2002), yaitu skor tertinggi adalah sangat setuju = 4, setuju = 3, kurang setuju = 2, tidak setuju = 1. Kuisioner terdiri dari 10 pernyataan dengan total skor tertinggi 40 dan terendah adalah 10.Berdasarkan jumlah nilai yang ada, maka spiritualitas dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori: Tidak mendukung, apabila responden memperoleh nilai skor 10-20; Kurang mendukung, apabila responden memperoleh nilai 21-30; Mendukung, apabila responden memperoleh nilai 31-40.

Dukungan keluarga diukur melalui 10 pertanyaan. Bila responden menjawab ”Ya” diberi nilai 1, tetapi jika menjawab ”Tidak” diberi nilai 0. Sehingga nilai tertinggi yang dapat diperoleh sebesar 10, dan terendah 0. Berdasarkan jumlah nilai yang ada, maka dukungan keluarga dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu: Baik : Jika skor total jawaban > 65 %, atau dalam interval 8-10 ; Sedang : Jika skor total jawaban 45-65 %, atau dalam interval 5-7; Kurang : Jika skor total jawaban <45 %, atau dalam interval 0-4.


(38)

Kuesioner sistem organisasi sosial diukur dengan 5 pertanyaan. Bila responden menjawab ”Ya” diberi nilai 1, tetapi jika menjawab ”Tidak” diberi nilai 0. Sehingga nilai tertinggi yang dapat diperoleh sebesar 5, dan terendah 0. Mendukung dengan skor 4-5, kurang mendukung 3-4,tidak mendukung 0-1.

4.5. Uji validitas dan reliabilitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Sinulingga, 2014). Instrumen diujikan pada 2 orang dosen Departemen Jiwa dan Komunitas Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan dinyatakan valid dengan nilai validasi 1.

Kuesioner pengetahuan diadopsi dari penelitian Atikah Nasution dengan judul Penelitian “Pengetahuan Lansia Tentang Posyandu Lansia Di Lingkungan XII Kelurahan Pangkalan Masyhur Kecamatan Medan Johor”, Kuesioner dukungan keluarga diadopsi dari penelitian yang berjudul analisis pengaruh pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, dukungan kader, dukungan kepala desa, dan jarak terhadap pemanfaatan posyandu lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang, kemudian dimodifikasi oleh peneliti. Uji reliabilitas diukur dengan menggunakan Alpha Cronbach untuk mengetahui konsistensi internal antar variabel dalam instrumen. Dengan kata lain, uji reliabilitas akan mengindikasikan apakah instrumen-instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini layak dan berkaitan atau tidak.


(39)

Dalam metode Alpha Cronbach telah ditentukan bahwa jika nilai Alpha Cronbach mendekati 1, maka hal ini menunjukkan bahwa alat ukur yang digunakan sudah sangat baik (reliabel) atau jawaban responden akan cenderung sama walaupun diberikan kepada responden tersebut dalam bentuk pertanyaan yang berbeda (konsisten), sedangkan jika berada diatas 0.8 adalah baik, tetapi bila berada di bawah nilai 0.6 tidak baik atau tidak reliabel(Riduwan, 2008).

Uji reliabilitas dilakukan pada 30 orang responden yang tidak termasuk dalam jumlah sampel penelitian. Instrumen pengetahuan, dukungan keluarga dan sistem organisasi diuji dengan menggunakan metode KR21melalui program komputerisasi dengan hasil 0,80, sedangkan instrumen spiritualitas dilakukan uji reliabilitas dengan metode Cronbach’s Alpha. Hasil uji reliabilitas dari 10 pertanyaan yang diberikan kepada 30 responden 0,79. Bila dilakukan uji reliabilitas diperoleh nilai Cronbach’s Alpha (α) lebih dari 0,70 maka instrumen dinyatakan reliabel (Polit & Beck, 2012).

4.7. Pengumpulan Data

Data sekunder mengenai kunjungan lansia ke posyandu lansia yang diperoleh dari daftar hadir lansia dari kader dimasing-masingposyandulansia. Setelah peneliti mendapat data dan jadwal posyandu lansia, peneliti melakukan penelitian. Penelitian dilakukan pada saat jadwal posyandu berlangsung. Penelitian pada posyandu Asoka dilakukan pada tanggal 22 Juni 2016, penelitian selanjutnya di Posyandu Cempaka yang dilaksanakan di Puskesmas Pembantu Kwala Berkala pada tanggal 24 Juni 2016 dan posyandu terakhir yaitu Posyandu


(40)

Asoka yang dilaksanakan di daerah dekat Puskesmas Pembantu Gedung Johor pada tanggal 13 Juli 2016. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk mendapatkan informasi tentang identitas responden (usia, jenis kelamin, pendidikan, agama, suku bangsa, pekerjaan), pengetahuan responden yang terdiri dari 11 pernyataan, spiritulitas 10 pertanyaan, dukungan keluarga 10 pertanyaan dan sistem organisasi sosial 5 pertanyaan. Setelah responden selesai melakukan kegiatan posyandu, peneliti memulai penelitian dengan memberi kuesioner.

4.8. Analisa Data

Setelah data terkumpul, maka peneliti melakukan pengolahan data. Analisa data yang dilakukan melalui beberapa tahapan yang dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas data dari responden serta memastikan bahwa semuajawaban telah di isi, tahap kedua coding yaitu member kode atau angka tertentu padakuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa, tahap ketigaprocessing yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program computer, tahapkeempat adalah melakukan cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah dientry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak. Pengolahan data demografi di sajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, dan presentasi untuk melihat faktor sosial budaya yang mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu di unit pelayanan primer puskesmas Medan Johor.


(41)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. HasilPenelitian

Bab ini menguraikan tentang Faktor Sosial Budaya yang Mempengaruhi Kunjungan Lansia ke Posyandu Lansia di Unit Pelayanan Primer Puskesmas Medan Johor, diperoleh melalui pengumpulan data pada bulan Juni-Juli 2016 dan menggunakan kuesioner terhadap 60 orang responden yang tinggal di wilayah Puskesmas Medan Johor. Hasil penelitian ini menggambarkan tentang karakteristik responden dan gambaran factor social budaya yang mempengaruhi kunjungan lansia ke Posyandu Lansia di Unit Pelayanan Primer Puskesmas Medan Johor Medan berdasarkan 3 kategori.

5.1.1. Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan terhadap responden sebanyak 60 orang dengan karakteristik sebagai berikut : usia, jenis kelamin, pendidikan, agama, suku bangsa, pekerjaan. Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa mayoritas responden berusia lanjut usia (elderly) dengan rentang 60-74 tahun sebanyak (93%), jenis kelamin mayoritas wanita (87%), pendidikan SMU (40%), mayoritas beragama Islam (70%), suku Batak (45%) dan pekerjaan responden sebagai ibu rumah tangga (60%).


(42)

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden

Karakteristik Frekuensi Persentase

Usia Elderly (60-74) Old (75-89) Jenis Kelamin Pria Wanita Pendidikan SD SMP SMU PT Agama Islam Kristen Suku Bangsa Batak Jawa Melayu Sunda Pekerjaan IbuRumahTangga Pensiunan PNS Wiraswasta 56 4 8 52 19 14 24 3 42 18 27 23 2 8 36 4 20 93 7 13 87 32 23 40 5 70 30 45 38 3 13 60 7 33


(43)

5.1.2. Faktor Sosial Budaya 5.1.2.1. Pengetahuan

Pengetahuan lansia mengenai posyandu lansia memiliki 3 kategori, yaitu baik sebanyak 55 orang (92%), dengan kategori sedang sebanyak 4 orang (7%) serta kategori pengetahuan kurang hanya 1 orang (2%).

Tabel 5.2.Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan lansia mengenai posyandu lansia Puskesmas Medan Johor

Pengetahuan Frekuensi Persentase

Baik Sedang Kurang 55 4 1 92 7 2

5.1.2.2. Spiritualitas

Spiritualitas lansia yang mempengaruhi kunjungan lansia ada 3 kategori yaitu tidak mendukung, kurang mendukung sebanyak 26 orang (43%), dan spiritualitas lansia mendukung sebanyak 34 orang (57%).

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan persentase Spiritualitas Lansia yang berkunjung ke posyandu lansia Puskesmas Medan Johor

Spiritualitas Frekuensi Persentase

Tidak mendukung Kurang mendukung Mendukung 0 26 34 0 43 57

5.1.2.3 Dukungan Keluarga

Dukungan yang diperoleh dari keluarga lansia ada 3 kategori yaitu kurang baik sebanyak 4 orang (7%), sedang 8 orang (13%), sedangkan dengan kategori baik sebanyak 48 orang (80%).


(44)

Tabel. 5.4 Distribusi Frekuensi dan persentase Dukungan Keluarga yang mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu lansia Puskesmas Medan Johor

Dukungan keluarga Frekuensi Persentase

Kurang baik Sedang Baik 4 8 48 7 13 80

5.1.2.4 Sistem Organisasi Sosial

Sistem organisasi sosial ada 3 kategori yaitu tidak mendukung sebanyak 3 orang (5%), kurang mendukung sebanyak 9 orang (15%), dan mendukung sebanyak 48 orang (80%).

Tabel. 5.5. Distribusi frekuensi dan persentase sistem organisasi sosial yang mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu lansia Puskesmas Medan Johor

Sistem Organisasi Sosial

Frekuensi Persentase

Tidak mendukung Kurang mendukung Mendukung 3 9 48 7 13 80

5.1.3. Kunjungan Lansia ke Posyandu

Berdasarkan frekuensi kunjungan lansia ke posyandu sebanyak 42 responden (70.0%) selalu mengunjungi posyandu setiap bulan, kadang-kadang mengunjungi posyandu sebanyak3 orang (5,0%). Frekuensi kunjungan lansia dapat dilihat pada tabel 5.5.


(45)

Tabel5.6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kunjungan Lansia ke Posyandu (n=60)

Kunjungan Lansia Frekuensi Persentase

Jarang Kadang-kadang Sering Selalu 0 4 18 38 0 7 30 63

Tabel5.7. DistribusiFrekuensidanPersentasefaktorSosialBudaya yang MempengaruhiKunjunganLansia

Faktor

SosialBudaya Selalu N(%) Kunjungan Sering N(%) Lansia Kadang-kadang N(%) Jarang N(%) Pengetahuan Baik Sedang Kurang Spiritualitas Mendukung Kurang Tidak DukunganKeluarga Baik Sedang Kurang SistemOrganisasi Sosial Mendukung Kurang Tidak 35(58) 2(3) 1(2) 24(40) 14(23) 0 32(53) 4(7) 2(3) 28(63) 8(13) 2(3) 16(27) 1(2) 0 8(13) 10(17) 0 13(22) 3(5) 2(3) 16(27) 1(2) 1(2) 3(5) 1(2) 0 2(3) 2(3) 0 3(5) 1(2) 0 4(7) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0


(46)

5.2. Pembahasan

Hasil dari penelitian yang di peroleh, pembahasan akan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang bagaimana pengetahuan, spiritualitas, dukungan keluarga dan sistem organisasi sosial yang mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu lansia.

5.2.1 Pengetahuan

Pada hasil analisa data lansia dengan pengetahuan baik (92%) selalu berkunjung tiap bulan sebanyak 35 orang (58%).Penelitianini menunjukkan bahwa pengetahuan yang baik mengindikasikan sikap dan perilaku yang baik yaitu dengan berespon baik terhadap pelayanan kesehatan dengan cara melakukan kunjungan ke posyandu lansia. Hal ini sejalan dengan penelitian Simamora(2007) bahwa pengetahuan lansia yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat dan motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia (Simamora, 2007),kemudian penelitian Pertiwi (2010) bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan frekuensi kehadiran lanjut usia di posyandu lansia. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Notoatmodjo (2010) bahwa tindakan seseorang individu termasuk kemandirian dan tanggung jawabnya dalam berperilaku sangat dihubungkan oleh domain kognitif atau pengetahuan. Perilaku individu akan lebih langgeng dan bertahan lama apabila didasari oleh pengetahuan yang baik. Menurut Wawan & Dewi (2011) salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan. Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap pola hidup terutama motivasi sikap .Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah untuk penerimaan


(47)

informasi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang didapat oleh peneliti, dimana responden penelitian memiliki tingkat pendidikan SMU sebanyak 24 orang (40%) memiliki pengetahuan yang baik tentang posyandu lansia.

5.2.2 Spiritualitas

Faktor lain yang juga mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu adalah spiritualitas, dari hasil penelitian ini menggambarkan bahwa mereka selalui kut serta dalam kegiatan posyandu lansia setiap sebulan sekali (40%), ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki tingkat spiritual yang mendukung (57%) memiliki angka kunjungan yang baik. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden memiliki nilai-nilai beragama, Islam (70%, Kristen (30%) yang meyakini bahwa kesehatan merupakan bagian darimana mereka kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini menunjukkan bahwa lanjut usia memiliki peningkatan kepercayaan dan pengalaman spiritual dalam hidupnya. Spiritualitas adalah bagian integral dari kesehatan kaum usia lanjut, terutama disaat mereka menghadapi tantangan masa tua. Agama dan spiritualitas, menyediakan bagi kaum lelaki dan perempuan strategi-strategi efektif dalam kasus-kasus kehilangan, kesulitan-kesulitan personal, stress, penyakit, pembedahan dan kematian (Young & Koopsen, 2007).

Dari hasil penelitian juga memperlihatkan bukan hanya hubungan dengan Tuhan tetapi juga hubungan yang harmonis antara responden dengan orang lain baik petugas kesehatan maupun sesama lansia. Sesuai dengan pendapat Suprapti (dalam Sulistyawati, 2006) yang menjelaskan bahwa posyandu lansia menjadi


(48)

jawaban bagi keinginan sebagian besar lansia untuk bertemu dengan teman-teman lansia untuk berbagi cerita. Bahan pembicaraan apa pun bisa bergulir dalam pertemuan posyandu, mulai dari cara pencegahan penyakit, anak, hingga cucu mereka. Spiritualitas ini merupakan karakteristik hubungan spiritualitas dengan alam dan orang lain (Hamid, 1999). Hubungan ini lahir dari kebutuhan akan keadilan dan kebaikan, menghargai kelemahan dan kepekaan orang lain, rasa takut akan kesepian, keinginan dihargai dan diperhatikan. Dengan demikian apabila seseorang mengalami kekurangan atau mengalami stress maka orang lain dapat memberi bantuan psikologis dan sosial (Carm & Carm, 2000).

5.2.3 Dukungan Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lansia dengan dukungan keluarga yang baik selalu berkunjung tiap bulan ke posyandu sebanyak 32 orang (53%). Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Andersen (1995), yang menyebutkan bahwa dukungan keluarga pada pasien sangat memberikan pengaruh positif , artinya kebiasaan pasien yang melakukan kunjungan ulang ke pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh dukungan anggota keluarganya. Dari hasil penelitian didapat bahwa keluarga lansia memberi dukungan positif dengan menemani lansia ke posyandu, mengingatkan jadwal posyandu lansia sehingga mereka selalu berkunjung setiap bulan.

Hal ini diperkuat dengan penelitian Elmi (2014) yang menerangkan bahwa dukungan keluarga sangat berperan penting dalam minat dan kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Dukungan keluarga mempunyai


(49)

pengaruh yang besar dalam kehidupan lansia, karena merasa memperoleh dukungan keluarga, secara emosional mereka akan merasa diperhatikan , mendapat saran atau kesan yang menyenanngkan pada dirinya dan perilakusuatu kegiatan atau aktifitas yang dapat diamati atau tidak (Rahayu, 2008).

5.2.4 Sistem Organisasi Sosial

Hasil penelitian ini menunjukkan lansia melakukan kunjungan setiap bulan dengan sistem organisasi sosial yang mendukung sebanyak 28 orang (47%) dari dalam pihak puskesmas maupun sekitarnya. Dimana sistem organisasi sosial ini merupakan sistem sosial yang terbentuk karena adanya kebutuhan dari masyarakat itu sendiri yang bertujuan agar dapat beradaptasi terhadap lingkungannya yang didalamnya terdapat aktivitas-aktivitas yang dibentuk dan dilakukan oleh masyarakat itu sendiri (Koentjaraningrat, 1990).Dan berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lansia yang mendapat dukungan dari sistem organisasi sosial memiliki kunjungan ke posyandu lansia yang lebih baik.


(50)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian yang telah dilakukan tentang “Faktor Sosial Budaya yang Mempengaruhi Kunjungan Lansia ke Posyandu Lansia di Unit Pelayanan Primer Puskesmas Medan Johor” yang dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2016 dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini memperlihatkan mayoritas responden berusia Elderly (60-74 tahun) (93%), mayoritas wanita (87%), tingkat pendidikan SMU (37%), beragama Islam (70), sukuBatak (45%), sebagian (60%) sebagai ibu rumah tangga. Sebagian (58%) responden yang memiliki pengetahuan baik selalu mengunjungi posyandu setiap bulan, sebanyak (40%) spritualitas dengan kategori mendukung selalu melakukan kunjungan ke posyandu, serta (53%) responden dengan dukungan keluarga baik selalu melakukan kunjungan ke posyandu, dan sebagian responden (47%) memiliki sistem organisasi sosial yang mendukung kunjungan lansia ke posyandu.


(51)

6.2 Saran

6.2.1 Untuk Praktek Keperawatan

Dalam praktek keperawatan baik keperawatan komunitas perlu memberikan informasi lengkap mengenai pelayanan kesehatan bagi lansia dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan khususnya posyandu lansia. Informasi yang diberikan akan meningkatkan kesadaran lansia akan kesehatan dan memberi pemahaman yang baik tentang pelayanan kesehatan lansia atau lebih dikenal dengan posyandu lansia.

6.2.2 Untuk Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini merupakan evidence yang dapat dijadikan sebagai masukan dalam pembelajaran bidang ilmu khususnya faktor sosial budaya yang mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu lansia.

6.3.3 Untuk Penelitian Selanjutnya

Dalam penelitian ini hanya mendistribusikan faktor sosial budaya yang mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu lansia, sehingga disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan penelitian ini lebih lanjut tentang pengaruh factor sosial budaya dengan konteks yang berbeda.


(52)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Lansia

2.1.1. Pengertian Lansia

Menjadi tua merupakan proses yang alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa dan tua. Memasuki masa tua berarti individu mengalami penurunan secara fisik, mental dan perubahan psikologis (Nugroho, 2008). Di Indonesia, seseorang disebut lansia bila ia telah memasuki atau mencapai usia 60 tahun lebih (menurut UU No.13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia). Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi Anna keliat,1999).

Manusia yang mulai menjadi tua secara alamiah akan mengalami berbagai perubahan, baik yang menyangkut kondisi fisik maupun mentalnya. Terdapat tiga aspek yang perlu dipertimbangkan untuk membuat suatu batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yakni ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Jika ditinjau secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumberdaya. Banyak orang beranggapan bahwa


(53)

kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat (BKKBN, 2011).

2.1.2. Klasifikasi Lansia

Menurut WHO, klasifikasi lansia adsalah usia tengahan (middle age) 45-59 tahun, lansia (elderly) 60 -74 tahun, lansia tua (old) 75-90 tahun, dan lansia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.Departemen Kesehatan RI (2005) membuat pengelompokkan sebagai berikut : kelompok pra usila (usia virilitas/ pra senilis 45-59 tahun), kelompok usila (60-69 tahun), kelompok usila risiko tinggi (usila lebih dari 70 tahun atau usila berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan).

Klasifikasi Lansia :a). pra lansia (prasenilis), yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahunb). lansia, yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. c). lansia risiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI,2003).d). lansia potensial, yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan jasa.(Depkes RI,2003).e). lansia tidak potensial, yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI,2003) .


(54)

2.1.3. Permasalahan lansia

Menurut Mubarak (2009) permasalahan yang terjadi pada lansia antara lain:Permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lansia: Ketidakberdayaan fisik, sehingga menyebabkan ketergantungan pada orang lain;Ketidakpastian ekonomi, sehingga membutuhkan perubahan total dalam pola hidup; Membuat teman baru untuk mendapat ganti mereka yang telah meninggal/pindah;Mengembangkan aktivitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak;Belajar memperlakukan anak-anak yang telah tumbuh dewasa.

2.2. Posyandu lansia

2.2.1. Pengertian

Posyandu Lansia adalah suatu wadah pelayanan kesehatan bersumberdaya masyarakat untuk melayani penduduk lansia, yang proses pembentukan dan pelaksanaanya dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat, lintas sector pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitikberatkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Di samping pelayanan kesehatan, posyandu lansia juga memberikan pelayanan sosial, agama, pendidikan, keterampilan, olah raga, seni budaya dan pelayanan lain yang dibutuhkan para lansia dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan dan kesejahteraan. Selain itu posyandu lansia juga membantu memacu lansia agar dapat beraktivitas dan mengembangkan potensi diri.( Kemenkes RI). Posyandu lansia merupakan


(55)

wahana pelayanan bagi kaum usia lanjut, yang dilakukan dari, oleh dan untuk kamu lanjut usia yang menitikberatkan pada pelayanan promotif dan preventif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

2.2.2. Sasaran

Adapun sasaran posyandu lansia :Sasaran langsung : kelompok pra usia lanjut (45-59), kelompok usia lanjut (60 tahun ke atas), kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas) dan Sasaran tidak langsung : keluarga, organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usila, masyarakat luas.

2.2.3. Tujuan posyandu lansia

Tujuan umum :Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna bagi keluarga, dan mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat lansia.

Tujuan Khusus :Meningkatkan kesadaran lansia, Membina kesehatan dirinya sendiri, Meningkatkan mutu kesehatan lansia serta Meningkatkan pelayanan kesehatan lansia.

2.2.4. Jenis Kegiatan Posyandu Lansia

Kegiatan posyandu lansia ini mencakup upaya – upaya perbaikan dan peningkatan kesehatan masyarakat, meliputi :Promotif, yaitu upaya peningkatan kesehatan, misalnya penyuluhan perilaku hidup sehat, gizi lansia dalam upaya meningkatkan kesegaran jasmani.Preventif, yaitu upaya pencegahan penyakit, mendeteksi dini adanya penyakit dengan menggunakan KMS lansia.Kuratif, yaitu


(56)

upaya mengobati penyakit yang sedang diderita lansia.Rehabilitatif, yaitu upaya untuk mengembalikan kepercayaan diri pada lansia.

2.2.4. Penyelenggaraan Posyandu Lansia

Penyelenggaraan posyandu lansia antara lain :1. Pelaksanaan kegiatan, anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader kesehatan di bawah bimbingan puskesmas. Dan 2. pengelola, pengurus yang berasal dari kader PKK, tokoh masyarakat formal maupun nonformal.

2.2.5. Kader Posyandu lansia

Adapun tugas kader posyandu lansia secara garis besar adalah sebagai berikut: Melakukan kegiatan bulanan posyandu, seperti :Mempersiapkan pelaksanaan posyandu. Tugas-tugas kader posyandu pada H- atau saat persiapan hari buka posyandu, meliputi :1.) Menyiapkan alat dan bahan, yaitu alat penimbangan, KMS, alat peraga, alat pengukur, bahan/materi penyuluhan; 2).Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberitahu para lansia untuk datang ke posyandu. 3). Menghubungi pokja posyandu, yaitu menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor desa dan meminta mereka untuk memastikan apakah petugas sektor bisa hadir pada hari buka posyandu.4). Melaksanakan pembagian tugas, yaitu menentukan pembagian tugas di antara kader posyandu baik untuk persiapan maupun pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan kegiataan bulanan posyandu, Tugas kader pada hari buka posyandu disebut juga sebagai tugas pelayanan 3 meja atau 5 meja (disesuaikan dengan sistem yang digunakan).


(57)

Tugas-tugas kader setelah hari buka posyandu, meliputi : 1).Memindahkan catatan-catatan dalam Kartu Menuju Sehat ke dalam buku register atau buku bantu kader. 2). Menilai (mengevaluasi) hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari posyandu pada bulan berikutnya. 3. Kegiatan kunjungan rumah (penyuluhan perorangan) merupakan tindak lanjut dan mengajak para lansia datang ke posyandu lansia datang ke posyandu pada kegiatan bulan berikutnya.

Menggerakkan masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta dalam kegiatan posyandu, langsung ke tengah masyarakat, melalui tokoh masyarakat atau pemuka agama atau adat.Membantu petugas kesehatan dalam pendaftaran, penyuluhan, dan berbagai usaha kesehatan masyarakat lainnya, termasuk pelaksanaan senam lansia.

2.2.6. Mekanisme posyandu lansia

Mekanisme posyandu lansia memiliki 3 sistem yaitu:sistem 7 (tujuh)

meja. Meja 1 : pendaftaran; meja 2 : pemeriksanaan kesehatan; meja 3 :

pengukuran tekanan darah, tinggi badan, dan berat badan, serta dicatat di KMS; meja 4 : penyuluhan; meja 5 : pengobatan; meja 6 : pemeriksaan gigi; meja 7 : PMT (pemberian makanan tambahan). Sistem 5 ( lima) Meja. Meja 1 : pendaftaran ; Meja 2 : pengukuran dan penimbangan berat badan; Meja 3 : pencatatan tentang pengukuran tinggi badan dan berat badan , indeks massa tubuh, dan mengisi KMS; Meja 4 : penyuluhan, konsuling dan pelayanan pojok gizi, serta pemberian PMT; Meja 5 : pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, mengisi data-data hasil pemeriksaan kesehatan pada KMS.Sistem 3 (tiga)


(58)

atau tinggi badan; Meja 2 : melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh. Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus; Meja 3 : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa dilakukan pelayanan pojok gizi.

2.2.7. Kendala pelaksanaan Posyandu Lansia

Beberapa kendala yang dihadapi oleh para lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia ini, antara lain sebagai berikut :

Pengetahuan yang rendah tentang manfaat Posyandu. Pengetahuan lansia

akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia.

Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau. Jarak

posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu.


(59)

Dengan demikian, kemanan ini merupakan faktor eksternal dari terbentuknya motivasi untuk menghadiri posyandu lansia.

Kurangnya dukungan keluarga umtuk mengantar maupunmengingatkan

lansia untuk datang ke posyandu.Dukungan kelurga sangat berperan dalam

mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingaktkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia.

Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu. Penilaian pribadi atau

sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atau kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek.

Sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan lansia. Untuk memperlancar

pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan sarana dan prasarana penunjang, yaitu : tempat kegiatan, meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensimeter, peralatan laboratorium sederhana, termometer, dan kartu menuju sehat (KMS) (Simamora, 2007).


(60)

2.3. Faktor Sosial budaya

2.3.1. Faktor Sosial

Faktor sosial menurut Anderson meliputi pendidikan dan suku bangsa (Muzaham, 1995), sedangkan Gottlieb (1983, dalam Kuntjoro 2002) menyebutkan dukungan keluarga sebagai salah satu faktor sosial. Dengan mengadaposi pendapat Anderson dan Gottlieb tersebut maka faktor-faktor sosial adalah pendidikan, suku, dukungan keluarga.

2.3.2. Faktor Budaya

Menurut Clyde Kluckhohn dalam karyanya Universal Categories Of Culture, ada tujuh unsur dalam kebudayaan universal (Ibrahim, 2003; Widyosiswoyo, 2004). Tujuh unsur tersebut adalah spiritualitas, sistem organisasi sosial, sistem pengetahuan, sistem mata pencaharian hidup, sistem teknologi dan peralatan, bahasa, kesenian.

Setiap individu bahkan yang sudah lanjut usia berupaya untuk tetap sehat dengan cara berusaha untuk memperoleh kesehatan tersebut baik dari Rumah Sakit, Pelayanan Kesehatan Masyarakat maupun dari pengalaman orang terdahulu. Namun banyak faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan termasuk sosial budaya (Denver dalam Juanitas, 1998). Berikut ada beberapa faktor sosial budaya yang mempengaruhi dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan yang salah satunya adalah posyandu lansia yang merupakan program pelayanan kesehatan lansia di puskesmas.

Pengetahuan. Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal,


(61)

maupun tidaksengaja dan ini terjadi setelah orang malakukan kontak atau pengamatan terhadapsuatu obyek tertentu (Mubarok, dkk, 2007) . Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.Pengindraan terjadi melalui pancandra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakandomain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overtbehavior).

Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehatdengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasarpembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia.

Spiritualitas. Spiritualitas adalah kepercayaan atau suatu hubungan

dengan kekuatan yang lebih tinggi, pencipta atau sumber segala kekuatan (Burkhdart, 1993 dalam Kozier, Ebr, Blais & Wilkinson, 1995). Pada lanjut usia keyakinan dan pengalaman spiritual merupakan bagian penting dalam memberikan warna, transisi kehidupan seperti saat-saat terakhir dalam hidup dan kematian menantang seseorang untuk mendalami keyakinannya dan bertumbuh (Luecknotte, 2000).


(62)

Agama atau keyakinan spiritual dan pengalaman dapat menjadi instrumen dalam menolong lanjut usia dalam menghadapi takut (Hall, 1997 dalam Luecknotte, 2000). Spiritual merupakan strategi koping yang penting (Pargament, 1998 dalam Rowe & Allen, 2004). Beberapa karakteristik yang meliputi hubungan spiritualitas antara lain adalah hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan alam, hubungan dengan orang lain dan hubungan dengan Tuhan (Hamid, 1999). Pertama hubungan dengan diri sendiri merupakan kekuatan dari dalam diri seseorang yang meliputi pengetahuan diri yaitu siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya dan juga sikap yang menyangkut kepercayaan pada diri sendiri, kepercayaan pada masa depan, ketenangan pikiran, serta keselarasan dengan diri sendiri (Burkhdart, 1993 dalam Kozier, Ebr, Blais &

Wilkinson, 1995).Kedua yaitu hubungan dengan orang lain, terbagi atas harmonis dan tidak harmonis. Keadaan harmonis meliputi pembagian waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik, mengasuh anak, mengasuh orangtua dan orang sakit, serta menyakini kehidupan dan kematian. Sedangkan kondisi yang tidak harmonis berkaitan dengan konflik dengan orang lain dan resolusi yang menimbulkan ketidak harmonisan dan friksi (Burkhdart, 1993 dalam Kozier, Ebr, Blais & Wilkinson, 1995). Ketiga yaitu hubungan dengan alam, merupakan hubungan yang harmoni meliputi pengetahuan tentang tanaman, pohon, margasatwa, iklim, dan berkomunikasi dengan alam serta melindungi alam tersebut (Burkhdart, 1993 dalam Kozier, Ebr, Blais & Wilkinson, 1995). Terjalinnya hubungan baik antara manusia dengan alam akan menghindarkan perusakan alam (Anwar, 2006).


(63)

Keempat yaitu hubungan dengan Tuhan, hubungan ini meliputi agamais ataupun tidak agamais. Keadaan ini menyangkut sembahyang dan berdoa, keikutsertaan dalam kegiatan ibadah, perlengkapan keagamaan, serta bersatu dengan alam (Burkhdart, 1993 dalam Kozier, Ebr, Blais & Wilkinson, 1995).

Dukungan Keluarga. Anggota keluarga membutuhkan dukungan dari

keluarganya karena hal inimembuat individu tersebut merasa dihargai, anggota keluarga siap memberikan dukungan untuk menyediakan bantuan dan tujuan hidup yang ingin dicapai individu (Friedman, 1998). Dukungan keluarga merupakan suatu proses hubungan antara keluarga dan lingkungan sosialnya (Kane, 1988 dalam Friedman, 1998). Dukungan terhadap anggota keluarga yang telah lanjut usia sangatlah diperlukan dari orang-orang yang dekat dengan mereka terutama keluarga agar lansia dapat menikmati kehidupan di hari tua dengan bergembira atau merasa bahagia. Dukungan dari keluarga terdekat dapat saja berupa anjuran yang bersifat mengingatkan lansia untuk tidak bekerja secara berlebihan, memberikan kesempatan kepada lansia untuk melakukan aktivitas yang menjadi hobinya, memberi kesempatan kepada lansia untuk menjalankan ibadah dengan baik, memeriksakan kesehatan dan memberikan waktu istirahat yang cukup kepadanya sehingga lansia tidak mudah stress dan cemas. Hal yang perlu diperhatikan anggota keluarga adalah perlunya mengajak lansia untuk berdiskusi tentang hal-hal baru dan sering memberi petunjuk atau petuahnya sehingga lansia merasa tetap eksis dan memiliki rasa percaya diri dalam mengambil keputusan untuk kepentingan kehidupan dirinya (Kuntjoro, 2002).


(64)

Sistem organisasi Sosial. Sistem organisasi sosial/masyarakat adalah

sistem sosial yang terbentuk karena adanya kebutuhan dari masyarakat itu sendiri yang bertujuan agar dapatberadaptasi terhadap lingkungannya yang didalamnya terdapat aktivitas-aktivitas yang dibentuk dan dilakukan oleh masyarakat itu sendiri (Koentjaraningrat, 1990). Lanjut usia yang umumnya sudah pensiun mengakibatkan kontak sosialnya berkurang dan seringnya ditinggal anggota keluarga yang semakin sibuk dengan urusan masing-masing menyebabkan adanya keinginan bagi sebagian besar lansia untuk bertemu dengan teman sesama lansia. Terbentuk posyandu lansia di berbagai wilayah, menjadikannya sebuah tempat untuk bertemu dengan teman-teman lansia dan saling berbagi cerita mulai dari cara pencegahan penyakit, anak hingga cucu mereka (Sulistyawati, 2006). Dalam sebuah artikel berjudul “it’s cool to be geri” oleh Mucha tahun 2000 dikatakan bahwa tujuan utama dari kelompok lansia adalah memperhatikan kebutuhan perkembangan lansia dari segi fisik, pekerjaan yang mampu dilakukanoleh lansia dan menyediakan kesempatan untuk melakukan kegiatan yang dapatdilakukan pada komunitas lansia. Untuk itu para lansia membentuk suatu kelompok lansia yang menghimpun para lansia dalam upaya meningkatkan kualitas mereka, yang biasa dilakukan dalam bentuk periodik.


(65)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu Negara dengan tingkat perkembangan yang cukup baik, maka makin tinggi pula harapan hidup penduduknya. Semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun ketahun.

Pada tahun 2050 diperkirakan populasi lansia meningkat 3 kali lipat dari tahun 2013. Pada tahun 2000 jumlah Lansia sekitar 5.300.000 (7,4%) dari total populasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah Lansia 24.000.000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia mencapai 28.800.000 (11,34%) dari total populasi. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia di Indonesia pada tahun 2007 berjumlah 18,7 juta jiwa selanjutnya pada tahun 2010 meningkat menjadi 23,9 juta jiwa (9,77%). Pada tahun 2020 diprediksikan jumlah lanjut usia mencapai 28,8 juta jiwa (11,34%) (Kemenkes RI, 2013).

Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintahtelah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan lansia ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdayaguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya.


(66)

Departemen Kesehatan RI mempunyai tiga program kesehatan bagi lansia berupa Puskesmas santun usia lanjut, pembinaan kelompok usia lanjut, dan posyandu usia lanjut (Depkes RI, 2005). Pelaksanaan kegiatan posyandu merupakan salah satu usaha pendekatan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan primer, semakin tinggi masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan, semakin meningkatkan derajat kesehatan di masyarakat. Salah satu keberhasil an dalam rangka pelaksanaan posyandu adalah memperbaiki atau meningkatkan derajat kesehatan di masyarakat.(Sarwono, 2000).

Mengingat kondisi lansia tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa lansia merupakan kelompok penduduk yang rentan masalah baik masalah ekonomi, sosial, budaya, kesehatan maupun psikologis yang menyebabkan lansia menjadi tidak mandiri dan menjadi beban bagi orang lain untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Suardiman, 2004). Pembinaan kesehatan usia lanjut yang terpadu danberkesinambungan diperlukan bagi lansia baik berupa upaya preventif, kuratif, maupun rehabilitatif dengan memperhatikan faktor lingkungan sosial budaya sertapotensi yang ada dalam masyarakat dalam Primary Health Care (Suwandono et al, 2000). Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan utama di masyarakat juga memiliki perhatian terhadap kesehatan lansia. Hal ini terbukti dikembangkannya posyandu lansia sebagai wadah perawatan bagi lansia. Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat adalah Posyandu lansia, pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah rumah sakit.


(67)

Pelayanan Posyandu lansia adalah pospelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta paralansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya (Erfandi, 2008).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara tahun 2008, jumlah lansia yang dibina sebesar 24.659 atau 30% dari seluruh populasi lansia yang jumlahnya mencapai 820.990 jiwa. Begitu juga dengan kegiatan pelayanan kesehatan lansia di puskesmas yang mencakup pengobatan, pemeriksaan kesehatan, penyuluhan konseling, arisan atau pengajian dan kunjungan rumah atau home care hanya sebesar 19,5% (80 dari 409 puskesmas) dan 400 posyandu lansia yang sudah terbentuk atau sekitar 23,2% (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2008).

Posyandulansia di wilayah kerja puskesmas medan johor ada 3 posyandu lansia disetiap kelurahan ada satu, yaitu Posyandu Sakura, Posyandu Asoka dan Posyandu cempaka (Kepala Lingkungan XII Kelurahan Pangkalan Masyhur Kecamatan Medan Johor, 2011).Berdasarkan data yang diperoleh dari kader masing-masing Posyandu, total lansia yang berkunjung ke posyandu dari Agustus 2015-Juli 2016 adalah sebanyak 150 orang.


(68)

Pada kegiatan posyandu lansia di Puskesmas Medan Johor yaitu melakukan pendataanterhadap jumlah lansia dalam wilayah kerja, memberikan makanan tambahan danvitamin disertai senam lansia setiap hari minggu di beberapa lingkungan.

Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan posyandu lansia, Nurhayati (2007) di puskesmas Helvetia Medan menunjukkan bahwa pemanfaatan posyandu lansia dalam satu tahun terakhir yang terbanyak yaitu 7 kali sebanyak 62 orang dan paling sedikit memanfaatkan < 5 kali yaitu sebanyak 15 orang (12,5%) artinya bahwa masyarakat yang mempunyai keluarga lansia menunjukkan bahwa kecenderungan pemanfaatan pelayanankesehatan di posyandu lansia sangat rendah, dan keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu pun juga sangat rendah. Beberapa penelitian dari berbagai daerah di Indonesia seperti desa Plumbon, Sukoharjo mengenai faktor yang mempengaruhi kunjungan lansia dalam kegiatan posyandu lansia yang disusun oleh Nina Purmawati (2014) menunjukkan kunjungan lansia hasil 40%.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor, menurut Denver (1984 dalam Juanitas, 1998) salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan adalah faktor sosial budaya, yaitu yang menyangkut norma atau nilai-nilai yang ada di masyarakat, sehingga dalam upaya meningkatkan pemanfaatan fasilitas atau pelayanan kesehatan seperti puskesmas, posyandu, dan lain-lain maka petugas kesehatan sangat penting untuk melakukan pendekatan secara sosial budaya untuk


(69)

mengetahui persepsi individu, diharapkan pelayanan kesehatan yang ada dapat diterima oleh lansia dan digunakan sebagaimana mestinya.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor sosial budaya yang mempengaruhi Kunjungan lansia ke Posyandu Lansia.

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan pemaparan tersebut di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor sosial budaya yang mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu lansia di unit pelayanan primer puskesmas.

1.3. TujuanPenelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi Faktor Sosial Budaya yang mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu lansia di Unit Pelayanan Primer Puskesmas Medan Johor.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Untuk mengidentifikasi Pengetahuan lansia terkait posyandu lansia di Unit pelayanan Primer Puskesmas Medan johor

1.3.2.2. Untuk mengidentifikasi Dukungan Keluarga terhadapkunjungan lansia ke posyandu lansia di Unit Pelayanan Primer Puskesmas Medan johor.


(70)

1.3.2.3. Untuk mengetahui Spiritualitas Lansia yang mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu lansia di Unit Pelayanan Primer Puskesmas Medan Johor.

1.3.2.4. Untuk mengetahui Sistem Organisasi Sosial mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu lansia di Unit Pelayanan Primer Puskesmas Medan Johor.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Pelayanan kesehatan

Sebagai bahan masukan bagi petugas dan kader kesehatan dalam meningkatkan derajat dan kualitas pelayanan kesehatan lanjut usia. 1.4.2 Pendidikan keperawatan

Dapat digunakan sebagai bahan dalam pembelajaran keperawatan komunitas dan gerontik dalam memahami faktor sosial budaya yang mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu lansia sehingga dapat mempersiapkan mahasiswa untuk memberikan pelayanan dan perawatan kepada lansia di masyarakat.

1.4.3. Penelitian keperawatan

Dapat digunakan sebagai sumber dan informasi awal pada penelitian berikutnya yang meneliti terkait kunjungan lansia ke posyandu lansia.


(71)

Judul : Faktor Sosial Budaya yang Mempengaruhi Kunjungan Lansia ke Posyandu Lansia di Unit Pelayanan Primer Puskesmas Medan Johor

Nama : Desi Srimarta Simbolon NIM : 121101067

Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun : 2016

ABSTRAK

Kunjungan Lansia ke Posyandu Lansia dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah Faktor Sosial Budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor sosial budaya yang mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu lansia di Unit Pelayanan Primer Puskesmas Medan Johor. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian Deskriptif. Populasi penelitian adalah lansia yang berkunjung ke posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Johor sebanyak 150 orang, dengan jumlah sampel 60 orang dengan teknik proporsional random sampling. Data dikumpulkan melalui daftar hadir kunjungan lansia dan kuesioner. Karakteristik responden danfaktor sosial budaya, yaitu pengetahuan, spiritualitas, dukungan keluarga dan sistem organisasi sosial dideskripsikan dengan analisa deskriptif untuk mengetahui frekuensi dan persentasenya. Hasi penelitian menunjukkan Lansia yang memiliki pengetahuan baik memiliki kunjungan lansia ke posyandu lansia dengan kategori selalu sebanyak 35 orang (58%). Spiritualitas lansia dengan kategori mendukung selalu mengunjungi posyandu lansia dengan jumlah 24 orang (40%). Lansia dengan dukungan keluarga yang baik memiliki kunjungan dengan kategori selalu sebanyak 32 orang (53%) dan system organisasi social dengan kategori mendukung memiliki kunjungan dengan kategori selalu sebanyak 28 orang (47%). Pengetahuan yang baik, spiritualitas yang mendukung, dukungan keluarga yang baik dan sistem organisasi yang mendukung memiliki angka kunjungan yang baik juga. Saran peneliti untuk penelitian selanjutnya agar melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh dari setiap faktor sosial budaya terhadap kunjungan lansia ke posyandu lansia.


(72)

Title of the Research : Socio-Cultural Factors which Influence the Visit of the Elderly to Posyandu for the Elderly in the Primary Service Unit of Medan Johor Puskesmas

Name of Student : Desi Srimarta Simbolon Student ID Number : 121101067

Faculty : Nursing, University of Sumatera Utara Academic Year : 2016

ABSTRACT

Elderly people’s visits to Posyandu for the Elderly are influenced of many factors,

and one of them is socio-cultural factors. The objective of the research was to find out the influence of socio-cultural factors on elderly people’ visiting Posyandu for the elderly in the Primary Service Unit of Medan Johor Puskesmas (Public Health Service). The research used descriptive method. The population was 150 elderly people who visited Posyandu for the Elderly in the working area of Medan Johor Puskesmas, ans 60 of them were used as the samples, using proportional random sampling technique. The data were gathered by collecting the attendance list and

questionnaires. Respondents’ characteristics and socio-cultural factors were knowledge, spirituality, family support, and social organizational system which were described by using descriptive analysis to find out their frequency and percentage. The result of the research showed that 35 respondents (58%) always visited Posyandu for the Elderly, 24 respondents (40%) had spirituality with supporting category in visiting Posyandu for the Elderly, 32 respondents (53%) had good family support in visiting Posyandu for the Elderly, and 28 respondents (47%) had supporting socio-cultural support in visiting Posyandu for the Elderly. Good knowledge, good supporting spirituality, good family support, and good supporting organizational system will eventually get good visiting rate. It is recommended that the next researches study on the influence of each socio-cultural factor on elderly people’s visits to Posyandu for the Elderly.


(73)

Faktor Sosial Budaya yang Mempengaruhi kunjungan Lansia ke

Posyandu Lansia di Unit Pelayanan Primer Puskesmas Medan

Johor

SKRIPSI

Oleh

Desi Srimarta Simbolon 121101067

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(74)

(75)

(76)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa untuk segala berkat atas selesainya skripsi dengan judul “Faktor Sosial Budaya yang Mempengaruhi Kunjungan Lansia ke Posyandu Lansia di Unit Pelayanan Primer Puskesmas Medan Johor” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua penulis yaitu P. Simbolon, S.Pd dan O.Lumban Gaol, S.Pd yang selalu mendukung saya, mencukupi setiap kebutuhan saya. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada yang terhormat :

1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Cholina T. Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB selaku Wakil Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Siti Saidah, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku Wakil Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

5. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Dosen Pembimbing saya yang selama ini telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran dalam penyelesaian skripsi ini.


(77)

6. Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS selaku Dosen Penguji I

7. Bapak Ismayadi, S.Kep, Ns, M.Kes, CWCCA,CHt.N selaku Dosen Penguji II

8. Ibu Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Dosen Pembimbing akademik.

9. Ibu Hj.Usma Polita Nst, M.Kes selaku kepala Dinas Kesehatan Kota Medan, Ibu dr.Hj.Marlina selaku Kepala Puskesmas Medan Johor, ibu Susi, ibu Yuli, ibu Emulina selaku Kader Posyandu.

10. Kakak saya Listi Simbolon, S.Hut dan abang ipar Janter Naibaho, ST, adik saya Rama, Elki, Tetty, Yanica, dan Irene.

11. Teman - teman Urat Community Dina, Dianti, Heppy, Anita, Imelti, Suyati dan Keluarga Besar Dipanigara ada Intan, Aster, Dian, Adven, Ramen, Ade, Artha serta teman-teman saya yang berada jauh disana Mona, Heprida, Rianty, Benny, Harto, Fitri, Kak Mooren, Lidione, Raunal, Jeffry Ganda Tua.

Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih memberkati semua pihak yang telah berpartisipasi yang tak bisa penulis sebutkan satu per satu. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat demi kemajuan Ilmu Pengetahuan khususnya profesi Keperawatan.

Medan, Juli 2016

Desi Simbolon NIM. 121101067


(78)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Persetutujan Sidang ... ii

Halaman Pengesahan ... ii

Prakata ... iv

Daftar Isi... vi

Daftar Lampiran ... vii

Daftar Skema ... ix

Daftar Tabel ... x

Abstrak ... xi

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1..Latar Belakang ... 1

2. Rumusan Masalah ... 5

3. Tujuan Penelitian ... 5

4. Manfaat Penelitian ... 6

Bab 2. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Lansia ... 7

1.1. PengertianLansia ... 7

1.2 Klasifikasi Lansia. ... 8

1.3.Permasalahan Lansia ... 8

2.Posyandu Lansia ... 9

2.1.pengertian ... 9

2.2.sasaran Posyandu Lansia... ... 10

2.3. Tujuan ... 10

2.4 Jenis kegiatan ... 10

2.5. penyelenggaraan posyandu... 11

2.6 Kader Posyandu ... 11

2.7 Mekanisme Posyandu ... 12

2.7 Kendala peaksanaan posyandu ... 13

3. Faktor Sosial Budaya ... 15

3.1 pengetahuan ... 15

3.2. Spiritualitas ... 16

3.3. Dukungan Keluarga ... 18


(1)

7. Bapak Ismayadi, S.Kep, Ns, M.Kes, CWCCA,CHt.N selaku Dosen Penguji II

8. Ibu Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Dosen Pembimbing akademik.

9. Ibu Hj.Usma Polita Nst, M.Kes selaku kepala Dinas Kesehatan Kota Medan, Ibu dr.Hj.Marlina selaku Kepala Puskesmas Medan Johor, ibu Susi, ibu Yuli, ibu Emulina selaku Kader Posyandu.

10. Kakak saya Listi Simbolon, S.Hut dan abang ipar Janter Naibaho, ST, adik saya Rama, Elki, Tetty, Yanica, dan Irene.

11. Teman - teman Urat Community Dina, Dianti, Heppy, Anita, Imelti, Suyati dan Keluarga Besar Dipanigara ada Intan, Aster, Dian, Adven, Ramen, Ade, Artha serta teman-teman saya yang berada jauh disana Mona, Heprida, Rianty, Benny, Harto, Fitri, Kak Mooren, Lidione, Raunal, Jeffry Ganda Tua.

Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih memberkati semua pihak yang telah berpartisipasi yang tak bisa penulis sebutkan satu per satu. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat demi kemajuan Ilmu Pengetahuan khususnya profesi Keperawatan.

Medan, Juli 2016


(2)

vi DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Persetutujan Sidang ... ii

Halaman Pengesahan ... ii

Prakata ... iv

Daftar Isi... vi

Daftar Lampiran ... vii

Daftar Skema ... ix

Daftar Tabel ... x

Abstrak ... xi

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1..Latar Belakang ... 1

2. Rumusan Masalah ... 5

3. Tujuan Penelitian ... 5

4. Manfaat Penelitian ... 6

Bab 2. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Lansia ... 7

1.1. PengertianLansia ... 7

1.2 Klasifikasi Lansia. ... 8

1.3.Permasalahan Lansia ... 8

2.Posyandu Lansia ... 9

2.1.pengertian ... 9

2.2.sasaran Posyandu Lansia... ... 10

2.3. Tujuan ... 10

2.4 Jenis kegiatan ... 10

2.5. penyelenggaraan posyandu... 11

2.6 Kader Posyandu ... 11

2.7 Mekanisme Posyandu ... 12

2.7 Kendala peaksanaan posyandu ... 13

3. Faktor Sosial Budaya ... 15

3.1 pengetahuan ... 15

3.2. Spiritualitas ... 16

3.3. Dukungan Keluarga ... 18


(3)

Bab 3. Kerangka Penelitian ... 20

3.1. Kerangka Koseptual ... 20

3.2. Defenisi OperasionalVariabelPenelitian ... 21

Bab 4. Metodologi Penelitian ... 22

4.1. Desain Penelitian ... 22

4.2. Populasi, SampeldanTeknik Sampling ... 23

4.3. LokasidanWaktuPenelitian ... 24

4.4. PertimbanganEtikPenelitian ... 25

4.5. InstrumenPenelitian ... 26

4.6. ValiditasdanReliabilitas ... 28

4.7. Pengumpulan Data ... 28

4.8. Analisa Data ... 29

Bab.5 Hasil dan Pembahasan 5.1 Hasil Penelitian ... 30

5.1.1 Karakteristik Responden ... 31

5.1.2 Faktor Sosial Budaya ... 33

5.1.3. Kunjungan Lansia ... 34

5.2. Pembahasan ... 36

5.2.1 Pengetahuan ... 36

5.2.2.Spiritualitas... 37

5.2.3 Dukungan Keluarga... 38

5.2.4 Sistem Organisasi Sosial ... 38

Bab.6 Kesimpulan dan Saran 6.1 Kesimpulan ... 39

6.2 Saran ... 40


(4)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Abstrak

Lampiran 2 Informed consent Lampiran 3 Instrument penelitian Lampiran 4 Surat Persetujuan Validitas Lampiran 5 Surat Pengantar Uji Reliabilitas Lampiran 6 Surat Selesai Uji Reliabilitas Lampiran 7 Surat Pengantar Izin Penellitian Lampiran 8 Surat Selesai Penelitian

Lampiran 9 Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 12 Lembar Bukti Bimbingan Lampiran 10 Taksasi Dana Penelitian

Lampiran 11 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 12 Hasil Penelitian


(5)

Skema 1. Kerangka Konsep Faktor Sosial Budaya yang mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu lansia di Unit Pelayanan Primer


(6)

x

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 3.1 Tabel Defenisi Operasional ... 21

Tabel 4.1. Penetapan Sampel ... 24

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase karakteristik responden ... 32

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan ... 33

Tabel 5.3.Distribusi Frekuensi dan Persentase spiritualitas ... 33

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Dukungan Keluarga ... 33

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Sistem Organisasi Sosial ... 34

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Kunjungan Lansia ke Posyandu . 35 Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi dan Persentasi faktor sosial budaya yang mempengaruhi kunjungan lansia ... 35