Pengaruh Efikasi Diri dan Kecerdasan Emosi Terhadap Keberhasilan Usaha Rumah Makan Nasi Kapau Hj. Uni Emi Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Efikasi Diri
2.1.1 Pengertian Efikasi Diri (Self Efficacy)
Menurut Bandura, dari semua pemikiran yang mempengaruhi fungsi
manusia, dan merupakan bagian penting dari teori kognitif sosial adalah efikasi
diri (self efficacy). Efikasi diri adalah penilaian diri terhadap kemampuan diri
untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mencapai
kinerja yang ditetapkan. Efikasi diri memberikan dasar bagi motivasi manusia,
kesejahteraan, dan prestasi pribadi ( Hidayat, 2011:156)
Self-Efficacy merupakan salah satu faktor personal yang menjadi perantara
atau mediator dalam interaksi antara faktor perilaku dan faktor lingkungan. Self
Efficacy dapat menjadi penentu keberhasilan performansi dan pelaksanaan
pekerjaan. Self-Efficacy juga sangat mempengaruhi pola pikir, reaksi emosional,
dalam membuat keputusan (Mujiadi, 2003:86).
Efikasi diri tidak boleh dikacaukan dengan penilaian tentang konsekuensi
yang akan dihasilkan dari sebuah perilaku, tetapi akan membantu menentukan
hasil yang diharapkan. Kepercayaan diri pada individu akan membantu mencapai
keberhasilan ( Hidayat, 2011:156). Reivich & Shatte yang dikutip Rachel Jackson
(2004:3) Self-Efficacy adalah hasil dari pemecahan masalah yang berhasil. SelfEfficacy merepresentasikan sebuah keyakinan bahwa kita mampu memecahkan

masalah yang kita alami dan mencapai kesuksesan.
12

Universitas Sumatera Utara

Self-efficacy adalah perasaan kita bahwa kita efektif dalam dunia. Telah
dihabiskan banyak waktu untuk mendiskusikan tentang self-efficacy, karena
melihat betapa pentingnya hal tersebut dalam dunia nyata. Dalam pekerjaan,
orang yang memiliki keyakinan terhadap kemampuan mereka untuk memecahkan
masalah, muncul sebagai pemimpin, sementara yang tidak percaya terhadap
kemampuan diri mereka menemukan diri mereka “hilang dalam orang banyak”.
Mereka secara tidak sengaja memperlihatkan keraguan mereka, dan teman mereka
mendengar, dan belajar untuk mencari nasehat dari yang lainnya (Reivich &
Shatte, 2002:42).
Pengertian-pengertian tersebut memberikan pemahaman kepada peneliti
bahwa Self-Efficacy adalah sebuah keyakinan subjektif individu untuk mampu
mengatasi permasalahan-permasalan atau tugas, serta melalukan tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
2.1.2


Sumber Efikasi diri.
Bandura (1997:89) menyatakan bahwa Self-Efficacy dapat diperoleh,

dipelajari dan dikembangkan dari empat sumber informasi. Di mana pada
dasarnya keempat hal tersebut adalah stimulasi atau kejadian yang dapat
memberikan inspirasi atau pembangkit positif (positive arousal) untuk berusaha
menyelesaikan tugas atau masalah yang dihadapi. Hal ini mengacu pada kosep
pemahaman bahwa pembangkitan positif dapat meningkatkan perasaan atas Self Efficacy (Bandura, dalam Lazarus et.al., 1980:109). Adapun sumbersumber SelfEfficacy tersebut:

13

Universitas Sumatera Utara

1. Enactive attainment and performance accomplishment (pengalaman
keberhasilan dan pencapaian prestasi)
Yaitu sumber ekspektasi Self-Efficacy yang penting, karena berdasar
pengalaman individu secara langsung. Individu yang pernah memperoleh suatu
prestasi, akan terdorong meningkatkan keyakinan dan penilaian terhadap SelfEfficacy-nya. Pengalaman keberhasilan individu ini meningkatkan ketekunan
dan kegigihan dalam berusaha mengatasi kesulitan, sehingga dapat mengurangi
kegagalan.

2. Vicarious experience (pengalaman orang lain)
Yaitu mengamati perilaku dan pengalaman orang lain sebagai proses belajar
individu. Melalui model ini Self-Efficacy individu dapat meningkat, terutama
jika ia merasa memiliki kemampuan yang setara atau bahkan merasa lebih baik
dari pada orang yang menjadi subyek belajarnya. Ia akan mempunyai
kecenderungan merasa mampu melakukan hal yang sama. Meningkatnya SelfEfficacy individu ini dapat meningkatkan motivasi untuk mencapai suatu
prestasi. Peningkatan Self-Efficacy ini akan menjadi efektif jika subyek yang
menjadi model tersebut mempunyai banyak kesamaan karakteristik antara
individu dengan model, kesamaan tingkat kesulitan tugas, kesamaan situasi dan
kondisi, serta keanekaragaman yang dicapai oleh model.
3. Verbal persuasion (persuasi verbal)
Yaitu individu mendapat bujukan atau sugesti untuk percaya bahwa ia dapat
mengatasi masalah-masalah yang akan dihadapinya. Persuasi verbal ini dapat
mengarahkan individu untuk berusaha lebih gigih untuk mencapai tujuan dan
14

Universitas Sumatera Utara

kesuksesan. Akan tetapi Self Efficacy yang tumbuh dengan metode ini biasanya
tidak bertahan lama, apalagi kemudian individu mengalami peristiwa traumatis

yang tidak menyenangkan.
4. Physiological state and emotional arousal (keadaan fisiologis dan psikologis).
Situasi yang menekan kondisi emosional dapat mempengaruhi Self Efficacy.
Gejolak emosi, goncangan, kegelisahan yang mendalam dan keadaan fisiologis
yang lemah yang dialami individu akan dirasakan sebagai suatu isyarat akan
terjadi peristiwa yang tidak diinginkan, maka situasi yang menekan dan
mengancam akan cenderung dihindari. Empat hal tersebut dapat menjadi
sarana bagi tumbuh dan berkembangnya Self-Efficacy satu individu. Dengan
kata lain Self-Efficacy dapat diupayakan untuk meningkat dengan membuat
manipulasi melalui empat hal tersebut.
2.1.3 Komponen Efikasi Diri
Bandura (1986:78) mengungkapkan bahwa perbedaan Self-Efficacy pada
setiap individu terletak pada tiga komponen, yaitu magnitude, strength dan
generality. Masing-masing mempunyai implikasi penting di dalam performansi,
yang secara lebih jelas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Magnitude (tingkat kesulitan tugas)
Yaitu masalah yang berkaitan dengan derajat kesulitan tugas individu.
Komponen ini berimplikasi pada pemilihan perilaku yang akan dicoba individu
berdasar ekspektasi efikasi pada tingkat kesulitan tugas. Individu akan
berupaya melakukan tugas tertentu yang ia persepsikan dapat dilaksanakannya


15

Universitas Sumatera Utara

dan ia akan menghindari situasi dan perilaku yang ia persepsikan di luar batas
kemampuannya.
2. Strength (kekuatan keyakinan)
Yaitu

berkaitan

dengan

kekuatan

pada

keyakinan


individu

atas

kemampuannya. Pengharapan yang kuat dan mantap pada individu akan
mendorong untuk gigih dalam berupaya mencapai tujuan, walaupun mungkin
belum memiliki pengalaman–pengalaman yang menunjang. Sebaliknya
pengharapan yang lemah dan ragu-ragu akan kemampuan diri akan mudah
digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak menunjang.
3. Generality (generalitas),
Yaitu hal yang berkaitan cakupan luas bidang tingkah laku di mana individu
merasa yakin terhadap kemampuannya. Individu dapat merasa yakin terhadap
kemampuan dirinya, tergantung pada pemahaman kemampuan dirinya yang
terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu atau pada serangkaian
aktivitas dan situasi yang lebih luas dan bervariasi.
Jadi perbedaan efikasi diri (Self-Efficacy) pada setiap individu terletak
pada tiga komponen, yaitu (1) magnitude, (tingkat kesulitan tugas), yaitu masalah
yang berkaitan dengan derajat kesulitan tugas individu, (2) Strength (kekuatan
keyakinan), yaitu berkaitan dengan kekuatan pada keyakinan individu atas
kemampuannya, dan (3) generality (generalitas), yaitu hal yang berkaitan cakupan

luas bidang tingkah laku di mana individu merasa yakin terhadap kemampuannya.

16

Universitas Sumatera Utara

2.2 Kecerdasan Emosi
2.2.1 Defenisi Kecerdasan Emosional
Dalam Sumiyarsih, dkk (2012) menjelaskan bahwa istilah kecerdasan
emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey
dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire untuk
menerangkan kualitas-kualitas emo-sional yang tampaknya penting bagi
keberhasilan individu. Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional
sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan
memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain,
memilah-milah

semuanya,

dan


menggunakan

informasi

ini

untuk

mengembangkan pikiran dan tindakan. Definisi tersebut menjelaskan bahwa
kecerdasan emosional berkaitan dengan pengarahan tindakan seseorang dalam
kehidupan

pribadi

maupun

sosial.

Bar-On


(Sumiyarsih

dkk,

2012))

mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan pribadi,
emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam
mengatasi tututan dan tekanan lingkungan.
Individu perlu memiliki kecerdasan emosional karena kondisi emosional
dapat mempengaruhi pikiran, perkataan, maupun perilaku, termasuk dalam
pekerjaan. Individu yang memiliki kecerdasan emosional akan mampu
mengetahui kondisi emosionalnya dan cara mengekspresikan emosinya secara
tepat sehingga emosinya dapat dikontrol dan memberikan banyak manfaat dalam
kehidupan sehari-hari. Banyak orang cerdas secara akademik tetapi kurang
mempunyai kecerdasan emosional, ternyata gagal dalam meraih kesuksesan di
17

Universitas Sumatera Utara


tempat kerja. Kecerdasan emosional juga mampu menentukan potensi seseorang
untuk mempelajari ketrampilan-ketrampilan praktis dan mendu-kung kinerja.
Menurut Goleman dalam

(Yanuarita,2014:10), kecerdasan emosional

adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi,
menjaga keselarasan emosi, dan pengungkapannya melalui keterampilan
kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.
Menurutnya koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan social yang baik.
Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati orang lain atau
dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik
dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan social serta
lingkungannya.
Goleman juga mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah
kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan
dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan,
serta mengatur keadaan jiwa. Salovey dan Mayer dalam Naseer et al., (2011)
mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai bagian dari kecerdasan sosial yang

melibatkan kemampuan untuk memonitor sendiri dan perasaan dan emosi orang
lain , untuk membedakan antara mereka dan menggunakan informasi ini untuk
membimbing pikiran dan tindakan seseorang . model mereka termasuk fitur
kecerdasan , penyesuaian dan dorongan. Menurut Stein dan Book, (2005: 69)
Kecerdasan emosional adalah serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita
melapangkan jalan didunia yang rumit, mencakup aspek pribadi, sosial dan

18

Universitas Sumatera Utara

pertahanan dari seluruh kecerdasan, akal sehat yang penuh misteri, dan kepekaan
yang penting untuk berfungsi secara efektif setiap hari.
Menurut Robbins dan Judge (2009, 335) Kecerdasan emosional
(emotional intelligence) adalah kemampuan seseorang untuk mendeteksi serta
mengelola petunjuk-petunjuk dan informasi emosional. Orang-orang yang
mengenal emosi-emosi mereka sendiri dan mampu dengan baik membaca emosi
orang lain dapat menjadi lebih efektif dalam pekerjaan mereka. Hal tersebut pada
intinya adalah tema yang mendasari riset kecerdasan emosional akhir-akhir ini.
Kecerdasan Emosional terdiri ada lima dimensi:
1. Kesadaran Diri : sadar atas apa yang dirasakan.
2. Manajemen Diri : kemampuan mengelola emosi dan dorongan-dorongan diri
sendiri.
3. Motivasi Diri : kemampuan bertahan dalam menghadapi kemunduruan dan
kegagalan.
4. Empati : kemampuan merasakan apa yang dirasakan orang lain.
5. Keterampilan Sosial : kemampuan menangani emosi-emosi orang lain.
Menurut Uno (2005:73) kecakapan emosi yang paling sering mengantar
orang ke tingkat keberhasilan antara lain :
a. inisiatif, semangat juang, dan kemampuan menyesuaikan diri;
b. pengaruh, kemampuan memimpin tim dan kesadaran politis ;
c. empati, percaya diri dan kemampuan mengembangkan orang lain.

19

Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Kemampuan Utama Kecerdasan Emosional
Gardner

dalam

Yanuarita

(2014:11-15)

mendefenisikan

kemampuan

kecerdasan emosional menjadi lima kemampuan utama, yaitu:

a. Mengenali Emosi Diri
Mengenali emosi diri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali
perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar
dari kecerdasan emosional, yakni kesadaran orang akan emosinya sendiri.
Kesadaran diri membuat seseorang lebih waspada terhadap suasana hati
maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada akan individu
menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi.
Kesadaran diri tidak terbatas pada mengamati diri dan mengenali perasaan
akan tetapi juga menghimpun kosa kata untuk perasaan dan mengetahui
hubungan antara pikiran, perasaan, dan reaksi. Menurut Goleman
kesadaran seseorang terhadap titik lemah serta kemampuan pribadi
seseorang juga merupakan bagaian dari kesadaran diri. Kesadaran diri
sangat penting dalam pembentukan konsep diri yang positif. Konsep diri
adalah pandangan pribadi terhadap diri sendiri, yang mencakup tiga aspek
yaitu :
1. Kesadaran emosi, yaitu tahu tentang bagaimana pengaruhnya emosi
terhadap kinerja, dan kemampuan menggunakan nilai-nilai untuk
memandu pembuatan keputusan.

20

Universitas Sumatera Utara

2. Penilaian diri secara akurat, yaitu perasaan yang tulus tentang
kekuatankekuatan dan batas-batas pribadi, visi yang jelas tentang mana
yang perlu diperbaiki, dan kemampuan untuk belajar dari pengalaman
orang lain.
3. Percaya diri, yaitu keyakinan tentang harga diri dan kemampuan diri.

b. Mengelola Emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangai
perasaan agar dapat

terungkap dengan tepat, sehingga tercapai

keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan
tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteran emosi. Emosi
berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan
mengoyak kestabilan. Kemampaun ini mencakup kemampuan untuk
menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau
ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditumbulkannya serta kemampuan
untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.
c. Memotivasi Diri Sendiri
Motivasi merupakan suatu energy yang dapat menimbulkan tingkat
antusiasme dalam melaksanakan suatu aktivitas, baik yang bersumber dari
dalam diri individi itu sendiri (motivasi instrinsik) maupun dari luar
individu (motivasi ekstrinsik). Istilah motivasi mengacu pada sebab atau
mengapa, suatu organsisme yang dimotivasi akan lebih efektif daripada
tidak dimotivasi.
21

Universitas Sumatera Utara

Dalam motivasi terkandung adanya keinginan, dorongan, harapan,
kebutuhan, tujuan, sasaran, dan insentif. Hal tersebut dapat dijelaskan
menjadi beberapa komponen utama yaitu :
1. Kebutuhan : hal ini terjadi jika individu merasa ada ketidakseimbangan
antara apa yang ia miliki dan apa yang ia harapkan.
2. Dorongan : kekuatan internal untuk melakukan kegiatan dalam rangka
memenuhi harapan yang timbul sebagai hasil dari kebutuhan biologis,
seperti kebutuhan makan dan minum. Kondisi seperti ini akan memotivasi
pelaku untuk mengulangi kebutuhan tersebut.
3. Tujuan : hal yang ingin dicapai seorang individu. Tujuan tersebut
mengarahkan perilaku dalam hal ini perilaku belajar. Kekuatan mental
atau kekuatan motivasi belajar dapat diperkuat dan dikembangkan.
Selain itu yang berkaitan dengan motivasi adalah optimisme. Menurut
Goleman optimisme seperti harapan memiliki pengharapan yang kuat
bahwa secara umum, segala sesuatu dalam kehidupan akan sukses kendati
ditimpa kemunduran dan frustasi. Dari titik pandang kecerdasan
emosional, optimisme merupakan sikap yang menyangga orang agar
jangan sampai jatuh dalam keputusasaan atau depresi saat menghadapi
kesulitan, karena optimisme membawa keberuntungan dalam kehidupan.
d. Mengenali Emosi Orang Lain
Menurut Goleman kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau
peduli, menunjukan kemampuan empati seseorang. Individu yang
memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal social
22

Universitas Sumatera Utara

tersembunyi yang mengisyaratkan apa kebutuhan orang lain. Sehingga
lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan
dan lebih mampu mendengarkan orang lain. Seseorang yang mampu
membaca orang lain juga mempunyai kesadaran diri yang tinggi. Semakin
mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui
emosinya sendiri, orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca
perasaan orang lain.
Makna empati adalah memahami perasaan dan masalah orang lain serta
berpikir dengan sudut pandang mereka, menghargai perbedaan persasaan
orang mengenai berbagai hal. Menurut Goleman kemampuan indera
perasaan

seseorang

sebelumn

yang

bersangkutan

mengatakannya

merupakan intisari empati. Empati memahami cara-cara komunikasi yang
dibangun di atas kecakapan-kecakapan yang lebih mendasar, khususnya
kesadaran diri (self awareness) dan kendali diri (self control).
e. Keterampilan Sosial
Keterampilan social, adalah kemampuan untuk menangani emosi dengan
baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca
situasi dan jaringan social, berinteraksi dengan lancar, menggunakan
keterampilan untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah,
meyelesaikan perselisihan untuk bekerjasama dalam tim.
Kemampuan ini dimulai dengan mengelola emosi diri sendiri

dan

berlanjut pada kemampuan menangani emosi orang lain. Menurut
Goleman, menangani emosi orang lain merupakan seni yang mantap untuk
23

Universitas Sumatera Utara

menjalin

hubungan,

membutuhkan

kematangan

dua

keterampilan

emosional lain, yaitu manajemen diri dan empati. Dengan kedua landasan
tersebut, keterampilan berhubungan dengan orang lain akan matang. Ini
merupakan kecakapan social yang mendukung keberhasilan dalam
pergaulan dengan orang lain.
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional
Yanuarita (2014;15) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
kecerdasan emosional.
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah apa yang ada dalam diri individu yang
mempengaruhi kecerdasan emosinya. Faktor internal ini memiliki dua
sumber yaitu:
Segi Jasmani : faktor pisik dan kesehatan individu, apabila fisik dan
kesehatan seseorang terganggu dapat dimungkinkan mempengaruhi proses
kecerdasan emosinya.
Segi Psikologis : mencakup di dalamnya pengalaman, perasaan,
kemampuan berpikir dan motivasi.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah stimulus dan lingkungan dimana kecerdasan emosi
berlangsung. Faktor eksternal meliputi :
Stimulus itu sendiri : kejenuhan stimulus merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam memperlakukan kecerdasan
emosi tanpa distorsi.
24

Universitas Sumatera Utara

Lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi proses
kecerdasan emosi : objek lingkungan yang melatarbelakangi merupakan
kebulatan yang sangat sulit dipisahkan.

2.2.4 Pendukung dan Penentang Kecerdasan Emosional
Robbin dan Judge (2009, 336-337) menjelaskan bahwa kecerdasan
emosional memiliki beberapa hal pendukung, yaitu :
1. Daya tarik intuitif
Terdapat banyak daya tarik intuitif pada konsep kecerdasan emosional.
Sebagian besar orang akan setuju bahwa adalah baik untuk memiliki
kecerdasan jalanan dan kecerdasan sosial. Orang-orang yang dapat mendeteksi
emosi orang lain, dan mengendalikan emosi mereka sendiri, dan menangani
interaksi sosial dengan baik akan mempunyai kaki yang kuat untuk berdiri di
dalam dunia bisnis, jadi pemikiran ini berlanjut.
2. Kecerdasan Emosional Meramalkan Kriteria yang Penting
Terdapat banyak bukti yang memperkuat bahwa kecerdasan emosional tingkat
tinggi memengaruhi kinerja seseorang menjadi lebih baik dalam pekerjaannya.
Sebuah penelitian lainnya menemukan bahwa kemampuan mengenali emosi
pada ekspresi pada wajah orang lain dan secara emosional dapat meramalkan
peringkat rekan kerja terhadap seberapa berharga orang-orang tersebut untuk
organisasi mereka. Akhirnya, penelitian mengidentifikasi bahwa secara
keseluruhan EI berhubungan secara moderat dengan kinerja pada pekerjaan.
25

Universitas Sumatera Utara

3. EI Berbasis Biologis
Satu penelitian telah menunjukan bahwa orang-rang dengan kerusakan pada
bagian otak yang mengatur pemrosesan emosioanl mempunyai nilai yang
secara siginifikan lebih rendah pada ujian-ujian EI. Meskipun orangorang
dengan

kerusakan otak tersebut tidak mempunyai nilai yang rendah ada

ukuran-ukuran standar kecerdasan dibandingkan orang-orang yabg tidak
memiliki kerusakan otak yang sama, mereka tetap terganggu dengan
pengambilan keputusan normal. Hal ini menyatakan bahwa EI berbasis secara
neurologi dalam sedemikian rupa yang tidak berhubungan dengan ukuranukuran standar kecerdasan, dan orang-orang yang menderita kerusakan
neurologi tersebut memiliki nilai lebih rendah pada EI dan membuat
keputusan yang lebih burur dibandingkan orang-orang yanglebih sehat dalam
hal ini.
Dalam Robbin dan Judge (2009, 336-337) juga menjelaskan bahwa
kecerdasan emosional juga memiliki beberapa hal yang menentangnya, yaitu :
1. EI adalah Sebuah Konsep yang Samar
2. EI Tidak Dapat Diukur
3. Validitas EI Masih Dipertanyakan

2.3 Keberhasilan Usaha
2.3.1 Defenisi Keberhasilan Usaha
Menurut Astamoen (2005:251), Keberhasilan usaha adalah suatu proses
dari seseorang dalam mencapai tujuan atau prestasi dengan cara yang terbaik dan
26

Universitas Sumatera Utara

benar sehingga mencapai keberhasilan. Di dalam proses termasuk resiko yang
harus dihadapi bahkan kegagalan yang harus dialami.
Menurut Nasution (2001:12), sebuah perusahaan dikatakan meraih
keberhasilan usaha jika dana usahanya bertambah, hasil produksi meningkat,
keuntungan bertambah, perputaran dana berkembang cepat serta penghasilan
anggota dari perusahaan tersebut bertambah.
Menurut Anoraga dalam Sazali (2011), keberhasilan usaha dapat tercapai
jika memiliki persiapan yang matang, yaitu dengan menyiapkan rencana usaha.
Rencana usaha dapat menjadi acuan dalam semua aktivitas yang akan
dilaksanakan usaha tersebut, apapun jenis usaha yang dilakukan. Suryana
(2006:7) menggambarkan seorang yang berhasil berwirausaha sebagai orang yang
mampu menggabungkan nilai, sifat utama dan sikap dengan modal pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan praktik.
Keberhasilan suatu usaha ditunjukkan dengan adanya hubungan yang
signifikan antara keuntungan, jumlah penjualan dan pertumbuhan yang dimiliki
usaha tersebut (Dalimunthe dalam Tanjung, 2012). Suatu usaha yang baik dapat
terus tumbuh dan berkembang jika memiliki sensitivitas yang baik terhadap
perubahan yang terjadi, adaktif, memiliki rasa kebersamaan dan rasa saling
memiliki terhadap identitas usaha yang dijalankan, memiliki toleransi sehingga
mampu terbuka pada setiap peluang yang ada dan pada umumnya sangat
konservatif (De Geus dalam Situmorang, 2011:83).
Menurut Tanjung (2012), ada beberapa langkah-langkah menuju
keberhasilan usaha yaitu :
27

Universitas Sumatera Utara

1. Adanya ide serta visi misi yang jelas pada bisnis
2.Membuat perencanaan usaha, pengorganisasian, dan cara menjalankannya.
3. Kemauan dan keberanian menghadapi resiko.
4. Mengembangkan hubungan yang baik kepada semua pihak yang terkait dengan
kepentingan usaha.
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha
Menurut Basrowi (2014, 19-26) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
dalam mencapai keberhasilan usaha yaitu :
a. Motivasi
b. Usia
c. Pengalaman
d. Pendidikan
Sedangkan menurut Tambunan (2002:14) ada banyak faktor yang
mempengaruhi keberhasilan usaha baik dari faktor internal maupun eksternal.
Faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan usaha adalah:
1. Kekuatan modal
2. Kualitas sumber daya manusia
3. Penguasaan teknologi
4. Sistem manajemen
5. Jaringan bisnis dengan pihak luar
6. Tingkat entrepreneurship
Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan usaha adalah
sebagai berikut:
1. Kebijakan ekonomi
2. Sistem perekonomian
28

Universitas Sumatera Utara

3. Sistem perburuhan dan kondisi perburuhan
4. Tingkat pendidikan masyarakat
5. Lingkungan global
Dari faktor-faktor diatas yang dinilai dominan dalam mempengaruhi
keberhasilan usaha mikro adalah faktor internal yaitu tingkat kewirausahaan yang
akan membentuk perilaku kewirausahaan dari pengusaha untuk mengelola
usahanya menggunakan cara-cara yang berbeda dan lebih efisiensi guna
menunjang keberhasilan usaha yang ingin dicapai.

Pendidikan

Pola Pikir

Passion

Keberhasilan
Usaha

Perilaku

Pareto

Sumber: Tarigan dan Yenawan (2013)

Gambar 2.1
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha
2.3.3 Faktor Penyebab Keberhasilan Usaha
Keberhasilan hidup pada dasarnya merupakan dambaan setiap orang
sehingga orang akan melakukan apa saja untuk mencapainya. Dalam banyak
studi, para peneliti mengidentifikasi karakteristik seorang wirausaha yang berhasil
sebagai berikut (Basrowi, 2013:21) :
29

Universitas Sumatera Utara

a.

Komitmen dan ketabahan hati secara total.

b.

Bergerak maju untuk mencapai tujuan dan tumbuh.

c.

Peluang dan orientasi pada tujuan.

d.

Mengambil inisiatif dan tanggung jawab pribadi.

e.

Konsisten terhadap pemecahan masalah.

f.

Realisme dan mempuinyai sense of humor.

g.

Mengambil risiko yang telah diperhitungkan dan mencari risiko.

h.

Memiliki obsesi untuk mendapatkan peluang

i.

Memiliki kreatifitas dan fleksibilitas.

j.

Memiliki kemampuan leadership.

k.

Selalu terbuka untuk bekerja sama.

l.

Keinginan untuk belajar dari kegagalan.

m. Memiliki motivasi yang besar untuk sukses.
n.

Berkemauan dan bekemampuan melihat, megakui dan mengharagai potensi
pihak orang lian.

o.

Berorientasi pada masa depan.
Menurut Situmorang (2012:84) ada beberapa faktor yang menghambat

suatu usaha masuk dalam kategori usaha yang luar biasa, yaitu :
1. Faktor Psikologis
Pemimpin tidak berani mengambil resiko dan cenderung merasa nyaman
dengan kondisi yang ada (comfort zone).
2. Resitensi Karyawan

30

Universitas Sumatera Utara

Sumberdaya

manusia

yang

ada

tidak

merasa

tertantang

untuk

mengembangkan diri, memberikan ide mereka, ataupun melakukan inovasi.
Hal ini disebabkan oleh lingkungan perusahaan yang membiasakan hal
tersebut. Begitu juga ditambah dengan masalah pengelolaan SDM yang
kurang baik.
3. Tekanan dari Pihak Luar
Tekanan eksternal bisa berasal dari keluarga, lingkungan sekitar dan
sebagainya.
2.3.4 Indikator Keberhasilan Usaha
Keberhasilan usaha dapat diukur dari berbagai segi diantaranya laba usaha
yang berhasil dicapai oleh para pengusaha dalam kurun waktu tertentu.
Keberhasilan

usaha

diidentikkan

dengan

perkembangan

perusahaan.

Perkembangan perusahaan adalah proses dalam pertambahn akumulasi modal,
jumlah karyawan, volume penjualan ,dan lain-lain. Beberapa indicator dalam
menentukan keberhasilan usaha menurut Noor (2007:397) adalah sebagai berikut:
1.

Laba (profitability)
Laba merupakan tujuan utama dari bisnis. Laba usaha adalah selisih antara
pendapatan dengan biaya.

2.

Produktivitas dan efisiensi
Besar kecilnya produktivitas

suatu usaha akan sangat menentukan besar

kecilnya produksi. Hal ini akan mempengaruhi besar kecilnya penjualan dan
pada

akhirnya

menentukan

besar

kecilnya

pendapatan,

sehingga

mempengaruhi besar kecilnya laba yang diperoleh.

31

Universitas Sumatera Utara

3.

Daya saing
Daya saing adalah kemampuan atau ketangguhan dalam bersaing untuk
merebut perhatian dan loyalitas konsumen. Suatu bisnis dikatakan berhasil,
bila dapat mengalahkan pesaingatau paling tidak masih bias bertahan
menghadapi pesaing.

4.

Kompetensi dan etika usaha
Kompetensi merupakan akumulasi dari pengetahuan ,hasil penelitian, dan
pengalaman secara kuantitatif maupun kualitatif dalam bidangnya sehingga
dapat menghasilkan inovasi sesuai dengan tuntutan zaman.

5. Terbangunnya citra baik
Citra baik perusahaan terbagi dua yaitu trust internal dan trust eksternal. Trust
internal adalah amanah dari segenap orang yang ada dalam perusahaan
sedangkan trust eksternal adalah timbulnya rasa amanah atau percaya dari
segenap stakeholder perusahaan, baik itu konsumen, pemasok, pemerintah,
maupun masyarakat luas bahkan juga pesaing.
2.3.5 Upaya Mencapai Keberhasilan Usaha
Seorang produsen atau wirausahawan dalam menjalankan uahanya banyak
mengalami peristiwa jatuh bangun. Terkadang wirausahawan harus menanggung
risiko kerugian, tetapi pada suatu ketika memperoleh keuntungan. Sehingga dalam
dunia usaha selalu ada risiko atau ketidakpastian usaha. Untuk mencapai
keberhasilan usaha, seorang wirausahawan setidaknya melakukan upaya sebagai
berikut (Sunyoto, 2013:93) :
a.

Mempunyai keyakinan usaha untuk berhasil.

b.

Menerima gagasan/ide baru.
32

Universitas Sumatera Utara

c.

Menaklukan diri sendiri.

d.

Menerima saran orang lain.

e.

Mempunyai keinginan yang kuat untuk selalu belajar.

f.

Mempunyai motivasi kerja yang tinggi
Selain berpikir positif, seorang wirausahwan dalam menggali peluang

pasar setidaknya mempunyai modal utama untuk meraih keberhasilan
(Sunyoto,2013:93) yaitu :
1.

Pola pikir yang mengarah pada sikap dan kemauan untuk sukses.

2.

Kepribadian yang kuat untuk sukses.

3.

Kecakapan dalam mengelola untuk sukses.

4.

Menerapkan manajemen usaha yang baik.

5.

Berani memikul risiko dalam usaha

33

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1 Karakteristik wirausahawan yang berhasil dalam usaha
No.
Karakteristik
Ciri
1

PercayaDiri

2

Pemecahan Masalah

3

Berprestasi Tinggi

4

Pengambil Risiko

5

Ikatan Emosi

6

Tingkat Energy
Tinggi

7
8

Pengendalian
Pribadi
Pemikiran Kreatif

9

Pengendalian Diri

10

Pemilik obyektif

Mengandalkan tingkat percaya dirinya yang
tinggi dalam mencapai sukses.
Cepa tmengenali dan memecahkan masalah
yang dapat menghalangi kemampuannya
mencapai tujuans ukses.
Bekerja keras dan bekerjasama dengan para
ahli untuk memperoleh prestasi.
Tidak takut mengambil
risiko, tetapi
akan
Menghindari risiko tinggi jika
dimungkinkan.
Tidak akan meperbolehkan hubungan
emosional yang menggangu sukses
usahanya.
Berdedikasi tinggi dan bersedia bekerja
dengan jam kerja yang panjang untuk
membangun usahanya.
Mengenali arti pentingnya pribadinya bagi
kegiatan usahanya.
Akan selalu mencari suatu cara yang lebih
baik dalam melakukan sesuatu di dalam
usaha.
Mengendalikan semua yang mereka
lakukan.
Mengakui jika terjadi kesalahan.

Sumber: Danang Sunyoto (2013:94-95)

34

Universitas Sumatera Utara

2.3.6 Bentuk Kepemilikan pada suatu usaha
Menurut Madura (2001:35) menyebutkan macam – macam kepemilikan bisnis
antara lain :
1. Franchise (waralaba)
adalah

suatu

pengaturan

perjanjian

dimana

seorang pemilik

bisnis

memperbolehkan pemilik bisnis lain memakai merek dagangnya atau hak
ciptanya, dalam kondisi tertentu. Setiap Universitas Sumatera Utara 21
waralaba menjalankan operasi bisnisnya secara mandiri dan biasanya dimiliki
oleh pengusaha perseorangan.
2. Milik Sendiri
Pemilik perusahaan perseorangan disebut pengusaha perseorangan. Pengusaha
perseorangan mendapatkan pinjaman dari kreditor untuk membantu
operasional

perusahaan,

tetapi

pinjaman

ini

tidak

menggambarkan

kepemilikan. Pengusaha perseorangan wajib membayar sendiri semua utang
akibat pinjaman, tetapi tidak perlu membagi keuntungan kepada kreditor.
3. Cabang
Bentuk kepemilikan cabang disebut juga kemitraan yaitu mitra usaha yang
tanggung jawabnya terbatas kepada modal atau properti yang dikontribusikan
kepada perusahaan kemitraan tersebut.
2.3.7 Pengertian Usaha Kecil
Usaha kecil adalah usaha yang pemiliknya mempunyai jalur komunikasi
langsung dengan kegiatan operasinya dan juga dengan sebagian besar tenaga kerja

35

Universitas Sumatera Utara

yang ada dalam kegiatan usaha tersebut, dan biasanya hanya mempekerjakan tidak
lebih dari lima puluh orang.
Pengertian usaha kecil menimbulkan pandangan yang berbeda di benak
masing-masing. Mungkin langsung tergambar pada sebagian benak orang sebuah
toko kelontong yang menjual kebutuhan sehari-hari, atau seorang penjual es yang
menggunakan gerobak atau bahkan seorang pedagang roti keliling yang
Universitas Sumatera Utara 22 menjajakan dagangannya dengan menggunakan
sepeda yang telah dimodifikasi. Sebenarnya bukan hal-hal seperti itu. Usaha kecil
adalah jika memiliki sepuluh gerobak untuk berjualan roti atau es, dan bahkan
toko kelontong yang mempunyai dua atau tiga bahkan lebih cabang.
Definisi UKM menurut Biro Pusat Statistik (BPS) lebih mengacu kepada
klasifikasi skala usaha dan jumlah tenaga kerja yang diserap. UKM menurut Biro
Pusat Statistik (BPS) adalah usaha skala kecil yang menggunakan kurang dari 5
(lima) orang karyawan atau usaha menengah yang menyerap tenaga kerja antara 5
(lima) hingga 19 (sembilan belas) orang.
Menurut UU No. 9/1995 tentang Usaha Kecil yang dimaksud dengan
usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dalam memenuhi
kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan seperti kepemilikan
sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Usaha kecil yang dimaksud di sini
meliputi usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Adapun usaha kecil
informal adalah berbagai usaha yang belum terdaftar, belum tercatat, dan belum
berbadan hukum, antara lain petani penggarap, industri rumah tangga, pedagang
asongan, pedagang keliling, pedagang kaki lima, dan pemulung. Sedangkan usaha
36

Universitas Sumatera Utara

kecil tradisional adalah usaha yang menggunakan alat produksi sederhana yang
telah digunakan secara turun temurun, dan berkaitan dengan seni dan budaya
(Anoraga, 2002:45)

Tabel 2.2
Penelitian terdahulu
Nama
Peneliti dan
Tahun
Penelitian
PetrikaFitri
(2015)

Mei Iedan
EniVisantia
(2013)

Judul
Penelitian
Pengaruh Self
Esteem dan
Kecerdasan
Emosi
Terhadap
Keberhasilan
Usaha Pada
Toko Grosir
Eceran di
Kawasan
Padang Bulan
Medan
Pengaruh
Efikasi Diri
dan Motivasi
Terhadap
Keberhasilan
Usaha Pada
Pemilik Toko
Pakaian
di
Pusat Grosir
Metro Tanah
Abang,
Jakarta.

Variabel
Penelitian

Teknik
Analisis

Hasil Penelitian

1.Self esteem Analisis
2.Kecerdasan regresi
emosi
berganda
3.Keberhasila
n usaha

1. Secara parsial
pengetahuan
kewirausahaan dan
kemandirian
pribadi
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap kinerja
usaha

The primary
methodology
of this study
was survey
research
using the
previously
validated

1.Efikasi diri dan
motivasi secara
bersama-sama
berpengaruh
terhadap
Keberhasilan usaha
pada pemilik took
pakaian di Pusat
Grosir Metro
Tanah
Abang, Jakarta.

Analisis
Regresi
berganda

37

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel
Nama
Peneliti dan
Judul
Tahun
Penelitian
Penelitian
Jeffrey M.
Self-Efficacy
Pollack, Jeni in the Face of
L. Burnette, Threats to
and Crystal Entrepreneuri
L. Hoyt
al Success:
(2012)
Mind-Sets
Matter

Khairul Syah
Alam

Nasution
(2011)

Then Nana
(2009)

Variabel
Penelitian

Teknik
Analisis

Hasil Penelitian

1.analisis 1. Interaksi Implicit
teori (Efikasi) x
regresi
berganda ancaman sukses
signifikan.
2.Hubungan yang
tidak signifikan
dari ancaman
sukses dengan
efikasi diri diantara
individu dengan
teori incrementaloriented yang kuat
Pengaruh
1.Pengetahua metode
pengaruh
Pengetahuan n
analisis
pengetahuan
Kewirausaha Kewirausaha deskripti kewirausahaan dan
an dan
an
f
manajemen
Manajemen
2.
permodalan
Permodalan
Manajemen
terhadap
Terhadap
Permodalan
keberhasilan usaha
Keberhasilan 3.Keberhasila
pada usaha rumah
Usaha Pada
n Usaha
makan adalah
Rumah
penerapan
Makan Ayam
pengetahuan
Penyet
kewirausahaan dan
Pujakesuma
manajemen
Square.
permodalan.
Pengaruh
1.Pengaruh
Analisis Variabel Pengaruh
Kecerdasan
Kecerdasan
deskripti Kecerdasan
Emosional
Emosional
f
dan Emosional,berpeng
Terhadap
(X),
regresi
aruh Signifikan
Minat
2.Minat
linear
Terhadap Minat
Berwirausaha Berwirausaha berganda Berwirausaha
Mahasiswa
(Y),
Mahasiswa
Universitas
Program Studi
Atma Jaya
Manajemen
Yogyakarta
Universitas Atma
Jaya Yogyakarta
1.Success
Treath
2.Self
efficacy
3.Business
Success

38

Universitas Sumatera Utara

2.4 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran bertujuan untuk mengemukakan secara umum
mengenai objek penelitian yang dilakukan dalam kerangka variabel yang akan
diteliti. Dengan demikian dalam kerangka penelitian ini dikemukakan variabel
yang akan diteliti yaitu self efficacy dan kecerdasan emosi sebagai variabel bebas
dan keberhasilan usaha sebagai variabel terikat.
Berikut pengertian yang disimpulkan oleh penulis dari variabel-variabel
yang akan diteliti dalam penelitian ini.
2.4.1 Pengaruh Efikasi diri terhadap Keberhasilan Usaha
Self-Efficacy adalah sebuah keyakinan subjektif individu untuk mampu
mengatasi permasalahan-permasalan atau tugas, serta melalukan tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.. Wirausaha yang memilki Self
efficacy yang tinggi melihat dirinya berharga, mampu dan dapat diterima oleh
orang lain disekitarnya. Kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang yang
didalamnya terdiri dari berbagai kemampuan untuk memotivasi diri, beradaptasi,
mengendalikan dorongan hati dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang
lain. Ketika seorang wirausahawan memiliki kebebasan dalam menentukan arah
keberhasilannya, meraka akan lebih merasa puas karena hasil kerja dan pemikiran
meraka sendiri yang menjadikan mereka berhasil.
2.4.2 Pengaruh Kecerdasan Emosi terhadap Keberhasilan Usaha
Menurut Goleman dalam

(Yanuarita,2014:10), kecerdasan emosional

adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi,
menjaga keselarasan emosi, dan pengungkapannya melalui keterampilan
39

Universitas Sumatera Utara

kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.
Menurutnya koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan social yang baik.
Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati orang lain atau
dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik
dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan social serta
lingkungannya.
Goleman juga mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah
kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan
dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan,
serta mengatur keadaan jiwa.
Astamoen (2005:251) Keberhasilan usaha adalah suatu proses dari
seseorang dalam mencapai tujuan atau prestasi dengan cara yang terbaik dan
benar sehingga mencapai keberhasilan. Di dalam proses termasuk resiko yang
harus dihadapi bahkan kegagalan yang harus dialami.
Pada uraian diatas dapat disimpulkan bahwa semakin seorang wirausaha
memiliki self efficacy dan kecerdasan emosi yang tinggi, maka ia akan semakin
berkualitas dalam berwirausaha dan mencapai keberhasilan usaha. Dengan
demikian masing-masing variable tersebut (self efficacy dan kecerdasan emosi)
memilki pengaruh pada faktor keberhasilan usaha. Kerangka pemikiran yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

40

Universitas Sumatera Utara

Efikasi diri (X1)

Keberhasilan usaha
(Y)
Kecerdasan emosi
(X2)

Sumber : (Bandura, 1986) (Hidayat, 2011) (Yanuarita, 2014),
(Astamoen, 2005)

Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran

41

Universitas Sumatera Utara