HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP EFIKASI DIRI GURU Hubungan Kompetensi Pedagogik Dan Kecerdasan Emosi Terhadap Efikasi Diri Guru.

(1)

41

HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP EFIKASI DIRI GURU

NASKAH PUBLIKASI

OLEH : SITI ROHIMAH

S. 300 090 013

PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS PSIKOLOGI PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014


(2)

42

HALAMAN PENGESAHAN

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP EFIKASI DIRI GURU

Disusun Oleh:

SITI ROHIMAH S. 300 090 013

Naskah Publikasi ini telah disetujui oleh:

Pembimbing I

(Dr. Nisa RNA., M.Si.)


(3)

1 ABSTRACT

RELATION BETWEEN PEDAGOGY COMPETENCE AND EMOTIONAL INTELLEGENCE TO THE SELF EFFICACY OF TEACHER The objective of the study is to understand: 1) relation between pedagogy competence and emotional intelligence to the self efficacy of teacher; 2) relation between pedagogy competence and the self efficacy of teacher; 3) relation between emotional intelligence and the self efficacy of teacher; 4) the role of pedagogy competence, emotional intelligence, to the self efficacy of teacher/ 150 teachers in Sekolah Dasar (Elementary School) in Jebres district, Surakarta, became the subject of this study.

Data collection in this study used the pedagogy competence scale, emotional intelligence scale, and self efficacy scale. Data analysis technique used two predictors-regression analysis and stepwise Based on the quantification result, it showed that there was a very significant relation between pedagogy competence, emotional intelligence, and the self efficacy of teacher. The partial correlation result showed there was a very significant and positive relations between pedagogy competence and the self efficacy of teachers, and also between emotional intelligence and the self efficacy of teacher.

The conclusion of the study showed there was a very significant relations between pedagogy competence, emotional intelligence, and the self efficacy of teachers. It means that the variable of pedagogy competence and emotional intellegence can be used as the predictor to predict the self efficacy of teacher. The highest correlation of the pedagogy competence aspect is the planning of learning process. The highest correlation of emotional intelligence aspect is relations of maintenance aspect. The implication of the result in this study is the necessary of giving more challenging targets to the teachers in 3ebres district, Surakarta.


(4)

2 PENDAHULUAN

Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan nasional yang secara tegas dikemukakan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Pencerdasaan bangsa tidak akan dapat lepas dari peran guru sebagai pendidik, pengajar, dan pelatih anak didik. Guru memiliki peran yang amat penting, terutama sebagai agent of change melalui proses pembelajaran. Dengan demikian kehadiran atau peran guru dalam kehidupan masyarakat akan menjadi lebih berarti dan terlihat konkrit perannya. Tantangan bagi kemajuan bangsa dan generasi membutuhkan effort dari pencetak generasi yaitu guru yang siap menghadapi tantangan jaman.

Kesiapan tantangan ini harus diimbangi dengan kemampuan yang mendukung dari para guru. Kemampuan yang dibutuhkan guru meliputi banyak hal, termasuk di dalamnya kepribadian yang mendasari mental guru, serta keterampilan dalam mengajar yang mampu menopang kebutuhan tuntutan. Apapun yang dilakukan guru dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan tidak akan berarti bila tidak disertai profesional guru. Guru dituntut memiliki empat kompetensi yang sangat penting, salah satunya adalah kompetensi pedagogik sesuai yang diamanahkan dari Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005. Guru yang baik adalah mereka yang mampu mencapai tujuan yang ditetapkan oleh dirinya sendiri untuk orang lain. Dengan demikian guru yang baik harus memiliki modal pengetahuan dan keterampilan, dan secara tepat mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya untuk mencapai tujuan yang diharapkan dari suatu proses pembelajaran (Mulyasa, 2012). Selanjutnya Mulyasa menambahkan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan dalam proses pembelajaran di kelas merupakan kompetensi yang mutlak harus dimiliki oleh guru.

Selain keterampilan mengajar sebagai aplikasi dari kompetensi pedagogik, seorang guru juga harus mampu memiliki peran pemberi keamanan bagi siswa-siswanya. Selayaknya guru senantiasa mencarikan rasa aman bagi siswa, menjadi tempat berlindung bagi siswa-siswa untuk memperoleh rasa aman dan puas


(5)

3

(Mulyasa, 2011). Guru sebagai pengganti atau yang mewakili orang tua di sekolah, harus menjadikan sekolah sebagai keluarga. Mulyasa menambahkan, seorang guru harus memiliki kepribadian yang mantap, emosi yang stabil dan dewasa. Bandura (1997) juga menyatakan bahwa efikasi diri dapat menjembatani antara pengetahuan yang dimiliki dengan perilaku-perilaku tertentu, antara lain adalah kecerdasan emosi.

Menurut Mulyasa (2012), ujian berat bagi seorang guru dalam hal kepribadian adalah rangsangan yang sering memancing emosinya. Kestabilan dan kecerdasan emosi sangat diperlukan, tidak semua orang mampu menahan emosi terhadap rangsangan yang menyinggung perasaan. Guru yang mudah marah, akan membuat siswa takut, tidak merasa nyaman dan akan mengakibatkan kurangnya minat untuk mengikuti pelajaran. Selain itu guru yang memiliki kecerdasan emosi yang rendah akan mempengaruhi kedekatan dengan siswa, sehingga akan menghambat komunikasi antara siswa dan guru, menghambat ketertarikan siswa pada guru. Gangguan emosi yang terjadi pada seseorang akan dapat mempengaruhi efikasi diri seseorang karena emosi akan mempengaruhi kesabaran, keuletan, dan kreatifitas serta gairah dan semangat untuk bekerja (Muhyidin, 2006).

Seorang guru dalam menjalankan pekerjaannya sangat terkait dengan keyakinan guru tersebut terhadap kemampuan yang dimilikinya dalam melaksanakan tugas yang diberikan dan mengatasi hambatan untuk mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan pendidikan (Laura, 2007). Bandura (1997) juga menyatakan bahwa efikasi diri dapat menjembatani antara pengetahuan yang dimiliki dengan perilaku-perilaku tertentu, antara lain adalah kecerdasan emosi. Bandura juga menyatakan bahwa efikasi diri dapat menjembatani antara pengetahuan yang dimiliki dengan perilaku-perilaku tertentu, antara lain kecerdasan emosi. Salah satu kemampuan yang dibutuhkan oleh seorang guru adalah efikasi diri. Percaya diri dan selalu siap menghadapi tantangan merupakan ciri efikasi diri yang seharusnya dimiliki oleh seorang guru dalam menjalankan tugas-tugasnya. Kepercayaan diri seseorang akan sangat terpengaruh oleh keyakinan pada pencapaian tujuan yang diharapkannya. Efikasi


(6)

4

diri guru yang tinggi akan memberikan motivasi yang positif terhadap anak didik. Di samping itu efikasi diri memiliki keefektifan yaitu individu mampu menilai dirinya memiliki kekuatan untuk menghasilkan pengaruh yang diinginkan. Tingginya efikasi diri yang dipersepsikan akan memotivasi individu secara kognitif untuk lebih bisa bertindak lebih tepat dan terarah terutama apabila tujuan yang hendak dicapai merupakan tujuan yang jelas (Azwar, 1996).

Fenomena ini masih terjadi pada guru-guru kita di Indonesia, oleh karena itu penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang sejauhmana kompetensi pedagogik dan kecerdasan emosi mempengaruhi efikasi diri guru. Penelitian ini penting untuk dilakukan karena melihat pada kondisi secara umum, banyak guru yang belum mampu menyesuaikan kemampuannya sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan. Penelitian ini menggunakan variabel, kompetensi pedagogik, kecerdasan emosi serta efikasi diri untuk memprediksikan hubungan antara kompetensi pedagogik, kecerdasan emosi dan efikasi diri. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah menguji hubungan antara kompetensi pedagogik dan kecerdasan emosi terhadap efikasi diri guru.

Tujuan penelitian ini adalah : 1) Menguji hubungan kompetensi pedagogik dan kecerdasan emosi dengan efikasi diri guru. 2) Menguji hubungan antara kompetensi pedagogik dengan efikasi diri guru. 3) Menguji hubungan antara kecerdasan emosi dengan efikasi diri guru. 4) Mengetahui sumbangan atau peranan kompetensi pedagogik, kecerdasan emosi terhadap efikasi diri guru.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru SD di Kecamatan Jebres sebanyak 874 guru. Jumlah 874 guru tersebut tersebar pada 61 Sekolah Dasar yang terdiri dari 40 Sekolah Dasar Negeri dan 21 Sekolah Dasar Swasta. Dalam penelitian ini mengambil sampel sejumlah 150 sebagai subyek penelitian.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala psikologi. Skala yang digunakan dalam penelitian ini


(7)

5

adalah skala efikasi diri guru, skala kompetensi pedagogik, dan skala kecerdasan emosi.

1. Skala efikasi diri

Skala alat ukur yang digunakan untuk mengungkap hubungan efikasi diri terhadap kompetensi pedagogik dan kecerdasan emosi menggunakan skala efikasi diri yang disusun dengan modifikasi oleh peneliti sendiri dan Fajar (2012). Skala ini terdiri atas 33 pernyataan yang mendukung (favourable) dan yang tidak mendukung (unfavourable). Sistim penilaian skala efikasi diri dalam penelitian ini menggunakan pengukuran dengan skala 4 yang terdiri dari empat alternatif jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak stuju (STS).

2. Skala kompetensi pedagogik

Skala kompetensi pedagogik disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek mengelola pembelajaran, pemahaman tentang siswa, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan siswa yang dikemukakan oleh Mulyasa (2012). Skala ini terdiri atas 50 pernyatan yang mendukung (favourable) dan yang tidak mendukung (unfavourable). Sistim penilaian skala kompetensi pedagogik dalam penelitian ini menggunakan pengukuran dengan skala 4 yang terdiri dari empat alternatif jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak stuju (STS).

3. Skala kecerdasan emosi

Skala kecerdasan emosi pada penelitian ini disusun oleh Sri Wahyuni (2011) yang mengacu pada aspek-aspek kecerdasan emosi yang dikemukakan oleh Goleman (2007) yaitu: mengenal emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, mengnal emosi orang lain, dan membina hubungan. Skala ini terdiri atas 40 pernyataan yang mendukung (favourable) dan yang tidak mendukung (unfavourable). Sistim penilaian skala efikasi diri dalam penelitian ini menggunakan pengukuran dengan skala 4 yang terdiri dari empat alternatif


(8)

6

jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak stuju (STS).

METODE ANALISIS DATA

Analisis data dalam peneltian ini dilakukan dengan menggunakan analisis regresi ganda. Sedangkan program statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah program SPSS for Windows Release 16.0.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Asumsi

1. Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya penyebaran dari variabel penelitian dalam sampel. Hasil uji normalitas sebaran dari variabel tergantung, yaitu efikasi diri diperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov Z = 1,220; signifikansi (p) = 0,102; (p>0,05) yang berarti sebarannya normal. Hasil uji normalitas sebaran dari variabel bebas, yaitu kompetensi pedagogik diperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov Z = 1,212; signifikansi (p) = 0,106; (p>0,05) yang berarti sebarannya normal dan variable kecerdasan emosi diperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov Z = 0,803; signifikansi (p) = 0,539; (p>0,05) yang berarti sebarannya normal.

2. Uji Linieritas

Uji linieritas bertujuan mengetahui linieritas hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung. Variabel kompetensi pedagogik dengan variabel efikasi diri mempunyai korelasi linier ditunjukkan nilai Flinierity = 95,396; signifikansi (p) = 0,089; (p>0,05). Variabel kecerdasan emosi dengan variabel efikasi diri mempunyai korelasi linier ditunjukkan nilai Flinierity = 97,803; signifikansi (p) = 0,074; (p>0,05).


(9)

7 Uji Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Adanya hubungan yang positif antara kompetensi pedagogik dan kecerdasan emosi terhadap efikasi diri. Dari pengolahan data diperoleh hasil nilai F 88,655 dengan tingkat probabilitas sig,0,000. Dengan demikian 0,000<0,05 maka model regresi ganda dapat dipakai untuk memprediksi efikasi diri dengan predictor kompetensi pedagogik (X1), kecerdasan emosi (X2).

2. Adanya hubungan yang positif antara kompetensi pedagogik dengan efikasi diri.

PEMBAHASAN

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara Kompetensi Pedagogik dan Kecerdasan Emosi dengan Efikasi Diri. Hal tersebut didasarkan atas hasil output program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.00 for windows dengan menggunakan penghitungan analisis regresi linier berganda. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien korelasi R = R = 0,739, Fregresi = 88,655; p = 0,000 (p<0,01. Hasil ini menunjukkan ada hubungan yang sangat signifikan antara kompetensi pedagogik, kecerdasan emosi dan efikasi diri guru. Semakin tinggi kompetesi pedagogik dan kecerdasan emosi, maka semakin tinggi efikasi diri guru. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah kompetensi pedagogik dan kecerdasan emosi, maka semakin rendah pula efikasi diri guru. Hasil penelitian sesuai dengan hipotesis yang diajukan.

Kompetensi Pedagogik dan Kecerdasan Emosi secara bersama-sama mempunyai hubungan yang signifikan dengan Efikasi Diri. Seorang guru dengan Kompetensi Pedagogik yang tinggi disertai dengan Kecerdasan Emosi yang tinggi pula akan memiliki penilaian yang positif mengenai dirinya sehingga ia akan merasa mampu dan percaya diri ketika mengajar di depan kelas, mampu menghadapi permasalahan-permasalahan yang terjadi di kelas. Selain itu, dengan


(10)

8

kecerdasan emosi yang tinggi pula membawa guru tersebut lebih matang dan bijaksana ketika menghadapi permasalahan siswa, dengan demikian guru tersebut cenderung dapat diterima oleh lingkungannya, dan hal ini dapat membuat guru lebih percaya diri dalam menerima tantangan yang lebih tinggi dengan target pekerjaan yang lebih tinggi lagi.

Hal ini sesuai dengan pendapat Bandura (dalam Lassarie, 2009) yang menyatakan bahwa seseorang yang memiliki efikasi diri yang tinggi, akan terus mengembangkan perasaan positif terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan pengembangan kemampuannya karena semakin seseorang merasakan pengalaman keberhasilannya, maka dia akan semakin memiliki kekuatan untuk yakin terhadap kemampuannya dan lebih berpikir positif terhadap pekerjaan yang dihadapi.

Hal ini sejalan dengan pendapat Mulyasa (2012) yang mengatakan bahwa kemarahan seorang guru di kelas adakalanya disebabkan karena guru tesebut tidak mampu memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan dari siswa. Kemarahan guru merupakan bentuk dari sikap menutupi ketidaksiapan guru menghadapi masalah ketika menyelesaikan tugas dalam pembelajaran. Ketidaksiapan guru dalam menjawab pertanyaan dari siswa memberikan indikasi kurangnya kemampuan guru menguasai aspek-aspek kompetensi mengajar. Sejalan dengan pendapat Furqon (2012) yang menyatakan bahwa ucapan dan perilaku guru dapat mendorong serta memberi inspirasi siswa untuk mengembangkan diri.

Nilai korelasi parsial antara kompetensi pedagogik dengan efikasi diri (rx1y) adalah sebesar R = 0,606 dengan p = 0,000 (p <0,05) menunjukkan hubungan signifikan yang kuat antara Kompetensi Pedagogik dengan Efikasi Diri. Arah hubungan yang terjadi adalah positif, karena nilai r positif. Hasil ini menunjukkan semakin tinggi kompetensi pedagogik maka akan semakin tinggi efikasi diri. Sebaliknya semakin rendah kompetensi pedagogik maka semakin tinggi efikasi diri.

Keterkaitan antara Efikasi Diri dengan Kompetensi Pedagogik dapat dijelaskan melalui beberapa pendapat, sebagai berikut: Penelitian Bandura (dalam Fajar 2007) mengatakan bahwa pencapaian prestasi merupakan faktor yang mempengaruhi Efikasi Diri seseorang. Seorang guru yang mengalami


(11)

9

keberhasilan karena kompetensi yang dimilikinya, maka akan tumbuh dalam dirinya kepercayaan atau keyakinan untuk dapat melakukan tugas yang lebih baik. Adapun nilai korelasi parsial antara Kecerdasan Emosi dengan Efikasi Diri (rx2y) adalah sebesar R = 0,714 dengan p = 0,000 (p<0,05). Nilai tersebut menunjukkan adanya hubungan positif signifikan yang sangat kuat antara Kecerdasan Emosi dengan Efikasi Diri. Semakin tinggi Kecerdasan Emosi maka semakin tinggi efikasi diri pada guru, begitu juga sebaliknya semakin rendah Kecerdasan Emosi maka semakin rendah Efikasi Diri. Keterkaitan antara Efikasi Diri dan Kecerdasan Emosi dapat dijelaskan beberapa pendapat sebagai berikut:

Furqon (2009) menyebutkan bahwa seseorang yang memiliki Kecerdasan Emosi yang tinggi akan memiliki keyakinan atau kepercayaan diri untuk mengatasi tuntutan lingkungan. Sedangkan kepercayaan diri itulah yang akan memberikan atensi yang lebih luas dan berusaha menghadapi tuntutan situasi yang menantang.

Dari hasil uji korelasi parsial di atas dapat dilihat bahwa dibandingkan dengan Kompetensi Pedagogik, Kecerdasan Emosi memiliki korelasi yang lebih tinggi dengan Efikasi Diri. Hal ini dapat dijelaskan (Daldiyono, 2011) yang menyatakan bahwa reaksi emosional individu berpengaruh pada Efikasi Diri terutama selama berinteraksi dengan lingkungannya. Aspek-aspek yang ada dalam Kecerdasan Emosi adalah aspek yang mampu memberikan dampak positif kepada pihak lain dimanapun seseorang itu berada dan akan berdampak balik kepada dirinya yaitu meningkatnya Effikasi Diri dimanapun seseorang itu berada.

Furqon (2009) juga menyatakan bahwa Kecerdasan Emosi merupakan perwujudan atau implementasi keterpaduan antara hubungan dengan Allah dan hubungan dengan manusia (keterpaduan hubungan vertical dan horizontal). Pendekatan seorang guru dengan Kecerdasan Emosi yang tinggi akan lebih memberikan jaminan keberhasilan karena Kecerdasan Emosi bukan hanya didasarkan pada pendekatan duniawi saja tetapi juga didasarkan pada pendekatan agama. Hal serupa disampaikan Nuri Faizah (2008) bahwa orang yang memiliki Kecerdasan Emosi tinggi tidak memiliki kesulitan yang berarti dalam


(12)

10

menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini menyebabkan seseorang semakin tinggi keyakinan diri dalam mencapai prestasi tertinggi.

Hasil penghitungan juga menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2). Nilai ini digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel independen (X1 dan X2) secara serentak terhadap variabel dependen (Y). Nilai R2 (R Square) sebesar 0,547 atau 54,7%, yang berarti bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen yakni kompetensi pedagogik dan kecerdasan emosi terhadap variabel dependen yakni efikasi diri sebesar 54,7%. Hal ini berarti masih terdapat 45,3% faktor lain yang mempengaruhi efikasi diri guru di luar variabel kompetensi pedagogik dan kecerdasan emosi misalnya jenis kelamin, usia subyek, lama mengajar, prestasi yang pernah diraih, pendidikan terakhir guru dan ain sebagainya.

Besarnya sumbangan variabel kompetensi pedagogik kepada efikasi diri sebesar 15,3 % sedangkan sumbangan variable kecerdasan emosi kepada efikasi Diri sebesar 39,4%. Hasil ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosi guru merupakan vaiabel yang lebih besar mempengaruhi efikasi diri guru. Besarnya sumbangan kecerdasan emosi yang lebih besar terhadap efikasi diri guru ini disebabkan karena beberapa literatur yang menyebutkan bahwa pendekatan yang dilakukan oleh guru kepada siswa didik dengan pendekatan orangtua yang berbasis pada pendekatan hati. Siswa-siswa Sekolah Dasar adalah anak yang masih dalam tergolong usia perkembangan awal. Pendekatan-pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran pada siswa Sekolah Dasar bersifat selalu menyenangkan. Pendekatan yang fun ini berimplikasi pada kondisi yang lebih baik pada guru tersebut dan pada lingkungannya. Suasana yang baik dan menyenangkan pada lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Emosi seseorang, dan Kecerdasan Emosi seseorang mempengaruhi Efikasi Dirinya.

Dari 874 jumlah populasi guru-guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jebres Surakarta, 553 adalah guru perempuan dan 321 guru laki-laki. Dari subyek penelitian yang berjumlah 150 guru, 88 terdiri dari guru perempuan dan 62 guru laki-laki. Hal ini menunjukkan banyaknya guru perempuan yang mengajar di


(13)

11

Kecamatan Jebres dan lebih banyaknya guru perempuan yang mengisi angket dari peneliti daripada guru laki-laki. Guru perempuan memiliki pendekatan yang sedikit berbeda dengan guru laki-laki dalam hal menghadapi dan mengelola siswa. Perempuan memiliki fitrah sebagai ibu yang menyandang sifat lebih sabar, lebih mampu menahan emosi, lebih mampu memahami orang lain, dan lebih luwes dalam membina hubungan. Kondisi ini mendorong guru perempuan lebih mampu menghadapi permasalahan-permasalahan siswa, permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam mencapai tujuan target tugasnya. Aspek-aspek kecerdasan emosi akan lebih banyak memberikan penilaian subyektif yang positif tentang kemampuan dirinya dalam melakukan tugas, mengatasi masalah, dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujun tertentu.

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa pengukuran variabel efikasi diri pada subyek penelitian tergolong tinggi. Nilai mean empirik sebesar 102,94 dan nilai hipotetik sebesar 82,5. Kondisi tinggi dapat diinterpretasikan bahwa aspek-aspek yang ada dalam Efikasi Diri, yaitu: tingkat kesulitan tugas, luas bidang tugas, dan kemampuan keyakinan sudah sepenuhnya dipahami atau dimanfaatkan oleh subyek penelitian.

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa pengukuran variabel kompetensi pedagogik pada subyek penelitian tergolong tinggi. Nilai mean empirik sebesar 100,29 dan mean hipotetik sebesar 87,5. Kompetensi pedagogik tergolong tinggi dapat diartikan bahwa aspek-aspek yang ada dalam kompetensi pedagogik, yakni: pengelolaan pembelajaran, pemahaman tentang siswa, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan siswa sudah sepenuhnya dipahami atau dimanfaatkan oleh subyek.

Pengukuran variabel kecerdasan emosi pada subyek penelitian tergolong tinggi. Nilai mean empirik sebesar 103,21 dan mean hipotetik sebesar 82,5. Ini dapat diinterpretasikan bahwa aspek-aspek yang ada dalam Kecerdasan Emosi, yakni: pengenalan emosi diri, pengelolaan emosi, pemberian motivasi, pengenalan emosi orang lain, dan pembinaan hubungan, sudah sepenuhnya dipahami atau dimanfaatkan oleh subyek.


(14)

12

Aspek kompetensi pedagogik yang paling tinggi korelasinya terhadap efikasi diri yaitu aspek perancangan pembelajaran dengan nilai korelasi sebesar 0,585, p = 0,000 (p<0,01). Hasil tersebut dapat diartikan bahwa pembentukan kompetensi pedagogik secara baik, maka aspek yang perlu dibentuk terlebih dahulu yaitu aspek perancangan pembelajaran, karena aspek tersebut memberikan pengaruh yang paling tinggi atau dominan. Perancangan pembelajaran yang baik akan memberikan kesiapan dalam melakukan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang baik sesuai dengan yang direncanakan akan menghasilkan hasil belajar yang diinginkan. Hasil belajar yang memuaskan akan mengakibatkan seseorang memiliki keyakinan diri yang kuat tentang kemampuannya dalam melakukan sesuatu tugas.

Aspek kecerdasan emosi yang paling tinggi korelasinya terhadap efikasi diri yaitu aspek pembinaan hubungan dengan nilai korelasi 0,666, p = 0,000 (p<0,01). Hasil tersebut dapat diartikan bahwa pembentukan kecerdasan emosi secara baik, maka aspek yang perlu dibentuk terlebih dahulu yaitu aspek pembinaan hubungan, karena aspek tersebut memberikan pengaruh yang paling tinggi atau dominan. Membina hubungan merupakan keterampilan seseorang dalam mengelola dan mempengaruhi emosi orang lain. Keterampilan ini merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antar pribadi. Orang-orang yang memiliki kemampuan tinggi dalam membina hubungan, akan sukses dalam bidang apapun dan akan mempengaruhi keyakinan diri dalam melakukan suatu tugas.

Secara umum, hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan signifikan yang kuat antara kompetensi pedagogik dan kecerdasan emosi dengan efikasi diri pada guru-guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jebres Surakarta.

Disamping itu dalam penelitian ini terdapat beberapa kelemahan, yaitu: 1. Metode angket yang dipakai memberikan peluang subyek menilai diri

sendiri sesuai dengan subyektivitas penilai sehingga ada kemungkinan guru menilai diri sendiri dengan nilai yang sangat tinggi sesuai dengan persepsi guru tersebut


(15)

13

2. Pengisian angket dengan sistem tidak terpimpin memberikan kemungkinan subyek ada yang belum memahami isi angket dengan sebenar-benarnya, meskipun sudah mendapatkan arahan sebelumnya sehingga menghasilkan jawaban pernyataan yang aman dengan memberikan skor angka yang terbaik

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya maka kesimpulan yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah:

1. Terdapat hubungan signifikan positif yang kuat antara kompetensi pedagogik dan kecerdasan emosi dengan efikasi guru. Semakin tinggi kompetensi pedagogik dan kecerdasan emosi guru yang bersangkutan, maka semakin tinggi pula efikasi diri guru tersebut

2. Terdapat hubungan positif signifikan yang kuat antara kompetensi pedagogik dengan efikasi diri guru. Artinya, semakin tinggi kompetensi pedagogik maka semakin tinggi efikasi diri guru yang bersangkutan. Sebaliknya semakin rendah kompetensi pedagogik maka semakin rendah efikasi diri guru.

3. Terdapat hubungan positif signifikan yang sangat kuat antara kecerdasan emosi dengan efikasi diri guru. Artinya, semakin tinggi kecerdasan emosi maka semakin tinggi efikasi diri guru yang bersangkutan. Sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosi maka semakin rendah efikasi diri guru. 4. Terdapat sumbangan atau peranan kompetensi pedagogik, kecerdasan

emosi terhadap efikasi diri guru sebesar 54,7% dan sisanya sebesar 45,3% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.


(16)

14 Saran

Beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut: 1. Bagi Guru

Setelah mengetahui hasil signifikansi korelasi antara kompetensi pedagogik serta kecerdasan emosi pada efikasi diri, maka diharapkan guru dapat mempertahankan kompetensi pedagogik dan kecerdasan emosi yang tinggi ini, khususnya dalam melakukan tugas-tugasnya sebagai guru. 2. Bagi Sekolah

Setelah melihat hasil penelitian ini, Kepala sekolah perlu memberikan target-target yang lebih tinggi lagi bagi guru untuk mencapai tujuan yang tinggi pula dalam peningkatan kualitas sekolah.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Pengambilan sampel dalam penelitian sebaiknya dilakukan tidak hanya untuk sampel terbatas tetapi seluruh populasi di Kecamatan Jebres dan dapat dibedakan berdasarkan jenis sekolah (negeri atau swasta), sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih tepat berkaitan dengan efikasi diri, kompetensi pedagogik dan kecerdasan emosi dari masing-masing guru.

b. Guna meningkatkan kualitas penelitian lebih lanjut khususnya yang berkaitan dengan kompetensi pedagogic, kecerdasan emosi dan efikasi diri, peneliti lain diharapkan menyempurnakan hasil penelitian ini dengan cara menambah variabel-variabel lain yang belum diungkap ataupun memperluas ruang lingkup populasi penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Munir (2010). Super Teaching. Yogyakarta: PEDAGOGIA.

Abdul Saman dan Muh.Daud (2005) Menumbuhkan Kecerdasan Emosional Pada Anak Sejak Usia Dini. Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, 3 (1). Agustian, A. G. (2007). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan

Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta: ARGA Publishing.


(17)

15

Aliah B. Purwakania H (2006). Psikologi Perkembangan Islami. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Al Firdaus I (2012). Kunci-Kunci Kontrol Emosi dengan Otak Kanan dan Otak Kiri. Yogyakarta: Diva Press.

Asmadi Alsa (2003). Pendekatan Kuantitatif & Kualitatif Serta Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Ofsett.

Azwar Saifudin (2007). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar Saifudin (2005). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bandura (1997). Self Efficacy. The Exercise of Control. NewYork: Freeman and Company

Baedhowi (2009). Tantangan Profesionalisme Guru Pada Era Sertifikasi. Pidato Pengukuhan Guru Besar Manajemen Sumber Daya Manusia Pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Solo: UNS Press.

Bimo, W (2003). Psikologi Sosial (Suatu Pengantar) Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Chaplin. (2006). Kamus Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Daldiyono (2011). Hemat Emosi. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Donna, P., Susanne, G., Jayne, K. (2011). Pre Sercice Student –Teacher Self Efficacy Beliefs: An Insight Into the Making of Teachers. Jurnal: Australian Journal of Teacher Education 36 (12).

Ecie L, Uly G. (2009). Hubungan antara Self Efficacy Guru dengan Sikap Terhadap Program Pendidikan Inklusi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal: Jurnal Psikologa, 4 ( 2).

Einar, M (2009). Teacher and self efficacy and teacher burnout: A Study of relations. Jurnal: Norwegian University of Science and Technology, 7491, Norway.

Elizabeth M. Madelyn L. Carla D (2011). Promoting Self Efficacy in Early Career

Teachers: A Prinsipal’s Guide for Differentiated Mentoring and

Supervision. Jurnal: Florida Journal of Educational Administration & Policy. Vol:4 issue: 1.


(18)

16

Furqon, H. (2007). Mengabdi Kepada Almamater Mengantar Calon Pendidik Berkarakter Di Masa Depan. Solo: Sebelas Maret Universcity Press.

Furqon, H. (2009). Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat & Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka.

Gibson and Mitchell (2011). Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: PUSTAKA BELAJAR

Goleman, D (2007). Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi. Terjemahan T. Hermaya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hendra Surya (2010). Jadilah Pribadi yang Unggul. Jakarta: Elec Media Komputindo.

Hendriati, A (2009). Psikologi Perkembangan. Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung: Refika Aditama.

Hurlock (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Ika, S. (2010). Relationship between Sosial Support with Students Self Efficacy in Constructing Thesis. Jurnal: Jurnal Psikologi Sosial, Vol. 1 No.1, Sepetember.

Jejen Musfah (2011). Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana.

Joey B, Shane R (2008). Assessing Teacher Self Efficacy and Job Satisfaction of Early Career Agriculture Teacher in Kentucky. Journal of Agricultural of Education 49 ( 3 ), 1 – 11.

Kuang Muk (2010). Amazing Life. Jakarta: Gramedia.

Mahdi Wahid (2009). Berubah Atau Kalah.Penerjemah: Khalid Abdillah. Surakarta: Al Jadid.

Muhyidin (2006). ESQ Power for Better Life. Yogyakarta: Tumas Publishing. Mulyasa (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa (2012). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Nuri Fauziah dan Nono Hery (2008) Dinamika Kecerdasan Emosi Pada Siswa Akselerasi Di SDN Kendangsari 1 Surabaya. Jurnal Keberkatan dan Kreativitas 2 (1).


(19)

17

Uzer, U (2011). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Papalia dkk (2009) Human Development Perkembangan Manusia. Terjemahan: Brian Marwensdy. Jakarta: Salemba Humanika.

Laura A. King (2010). Psikologi Umum. Jakarta: Salemba Humanika. Lauster (2008). Tes Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara.

Lawrence A. Daniel Cervone, Oliver P. John (2010). Psikologi Perkembangan Teori & Penelitian. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Rahil M, Habibah E (2006). The Relationship between Students Self Efficacy and Their English Language Achievement. Jurnal Pendidik dan Pendiddikan, 21, 61 – 71.

Robbins and Coulter (2010). Manajemen Edisi kesepuluh Jilid: 1. Alih bahasa: Sabran dan Barnadi. Jakarta: Erlangga.

Sarlito Wirawan (2002). Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Sarlito dan Eko (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Sutrisna Suryadilaga (2008). The Balance Ways. Jakarta: Hikmah (PT Mizan Publika).

Sugiyono (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatf dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tri, S. (2005) Pengaruh Komitmen Profesi, Partisipasi Anggaran dan Self Efficacy Terhadap Konflik Peran (Studi Empiris pada Wanita Karir di Yoyakarta). Jurnal Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia.

Triyono (2012). Paradigma Baru Manajemen Sumber Daya Manusia. Kunci Sukses Meningkatkan Kinerja, Produktivitas, Motivasi, dan Kepuasan Kerja. Yogyakarta: ORYZA.

Will J. Evers, Andre Brouwrs and Welko (2002). Burnout and self efficacy: A study on teacher’s beliefs when implementing an innovative edducatioanal system in the Netherlands. British journal of educational Psychology, 72, 227-243.

Zainal Danial A.(2007). 7 Formula Individu Cemerlang. Jakarta: Hikmah (PT Mizan Publika).


(1)

12

Aspek kompetensi pedagogik yang paling tinggi korelasinya terhadap efikasi diri yaitu aspek perancangan pembelajaran dengan nilai korelasi sebesar 0,585, p = 0,000 (p<0,01). Hasil tersebut dapat diartikan bahwa pembentukan kompetensi pedagogik secara baik, maka aspek yang perlu dibentuk terlebih dahulu yaitu aspek perancangan pembelajaran, karena aspek tersebut memberikan pengaruh yang paling tinggi atau dominan. Perancangan pembelajaran yang baik akan memberikan kesiapan dalam melakukan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang baik sesuai dengan yang direncanakan akan menghasilkan hasil belajar yang diinginkan. Hasil belajar yang memuaskan akan mengakibatkan seseorang memiliki keyakinan diri yang kuat tentang kemampuannya dalam melakukan sesuatu tugas.

Aspek kecerdasan emosi yang paling tinggi korelasinya terhadap efikasi diri yaitu aspek pembinaan hubungan dengan nilai korelasi 0,666, p = 0,000 (p<0,01). Hasil tersebut dapat diartikan bahwa pembentukan kecerdasan emosi secara baik, maka aspek yang perlu dibentuk terlebih dahulu yaitu aspek pembinaan hubungan, karena aspek tersebut memberikan pengaruh yang paling tinggi atau dominan. Membina hubungan merupakan keterampilan seseorang dalam mengelola dan mempengaruhi emosi orang lain. Keterampilan ini merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antar pribadi. Orang-orang yang memiliki kemampuan tinggi dalam membina hubungan, akan sukses dalam bidang apapun dan akan mempengaruhi keyakinan diri dalam melakukan suatu tugas.

Secara umum, hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan signifikan yang kuat antara kompetensi pedagogik dan kecerdasan emosi dengan efikasi diri pada guru-guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jebres Surakarta.

Disamping itu dalam penelitian ini terdapat beberapa kelemahan, yaitu: 1. Metode angket yang dipakai memberikan peluang subyek menilai diri

sendiri sesuai dengan subyektivitas penilai sehingga ada kemungkinan guru menilai diri sendiri dengan nilai yang sangat tinggi sesuai dengan persepsi guru tersebut


(2)

13

2. Pengisian angket dengan sistem tidak terpimpin memberikan kemungkinan subyek ada yang belum memahami isi angket dengan sebenar-benarnya, meskipun sudah mendapatkan arahan sebelumnya sehingga menghasilkan jawaban pernyataan yang aman dengan memberikan skor angka yang terbaik

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya maka kesimpulan yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah:

1. Terdapat hubungan signifikan positif yang kuat antara kompetensi pedagogik dan kecerdasan emosi dengan efikasi guru. Semakin tinggi kompetensi pedagogik dan kecerdasan emosi guru yang bersangkutan, maka semakin tinggi pula efikasi diri guru tersebut

2. Terdapat hubungan positif signifikan yang kuat antara kompetensi pedagogik dengan efikasi diri guru. Artinya, semakin tinggi kompetensi pedagogik maka semakin tinggi efikasi diri guru yang bersangkutan. Sebaliknya semakin rendah kompetensi pedagogik maka semakin rendah efikasi diri guru.

3. Terdapat hubungan positif signifikan yang sangat kuat antara kecerdasan emosi dengan efikasi diri guru. Artinya, semakin tinggi kecerdasan emosi maka semakin tinggi efikasi diri guru yang bersangkutan. Sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosi maka semakin rendah efikasi diri guru. 4. Terdapat sumbangan atau peranan kompetensi pedagogik, kecerdasan

emosi terhadap efikasi diri guru sebesar 54,7% dan sisanya sebesar 45,3% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.


(3)

14 Saran

Beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut: 1. Bagi Guru

Setelah mengetahui hasil signifikansi korelasi antara kompetensi pedagogik serta kecerdasan emosi pada efikasi diri, maka diharapkan guru dapat mempertahankan kompetensi pedagogik dan kecerdasan emosi yang tinggi ini, khususnya dalam melakukan tugas-tugasnya sebagai guru. 2. Bagi Sekolah

Setelah melihat hasil penelitian ini, Kepala sekolah perlu memberikan target-target yang lebih tinggi lagi bagi guru untuk mencapai tujuan yang tinggi pula dalam peningkatan kualitas sekolah.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Pengambilan sampel dalam penelitian sebaiknya dilakukan tidak hanya untuk sampel terbatas tetapi seluruh populasi di Kecamatan Jebres dan dapat dibedakan berdasarkan jenis sekolah (negeri atau swasta), sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih tepat berkaitan dengan efikasi diri, kompetensi pedagogik dan kecerdasan emosi dari masing-masing guru.

b. Guna meningkatkan kualitas penelitian lebih lanjut khususnya yang berkaitan dengan kompetensi pedagogic, kecerdasan emosi dan efikasi diri, peneliti lain diharapkan menyempurnakan hasil penelitian ini dengan cara menambah variabel-variabel lain yang belum diungkap ataupun memperluas ruang lingkup populasi penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Munir (2010). Super Teaching. Yogyakarta: PEDAGOGIA.

Abdul Saman dan Muh.Daud (2005) Menumbuhkan Kecerdasan Emosional Pada Anak Sejak Usia Dini. Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, 3 (1). Agustian, A. G. (2007). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan

Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta: ARGA Publishing.


(4)

15

Aliah B. Purwakania H (2006). Psikologi Perkembangan Islami. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Al Firdaus I (2012). Kunci-Kunci Kontrol Emosi dengan Otak Kanan dan Otak Kiri. Yogyakarta: Diva Press.

Asmadi Alsa (2003). Pendekatan Kuantitatif & Kualitatif Serta Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Ofsett.

Azwar Saifudin (2007). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar Saifudin (2005). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bandura (1997). Self Efficacy. The Exercise of Control. NewYork: Freeman and Company

Baedhowi (2009). Tantangan Profesionalisme Guru Pada Era Sertifikasi. Pidato Pengukuhan Guru Besar Manajemen Sumber Daya Manusia Pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Solo: UNS Press.

Bimo, W (2003). Psikologi Sosial (Suatu Pengantar) Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Chaplin. (2006). Kamus Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Daldiyono (2011). Hemat Emosi. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Donna, P., Susanne, G., Jayne, K. (2011). Pre Sercice Student –Teacher Self Efficacy Beliefs: An Insight Into the Making of Teachers. Jurnal: Australian Journal of Teacher Education 36 (12).

Ecie L, Uly G. (2009). Hubungan antara Self Efficacy Guru dengan Sikap Terhadap Program Pendidikan Inklusi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal: Jurnal Psikologa, 4 ( 2).

Einar, M (2009). Teacher and self efficacy and teacher burnout: A Study of relations. Jurnal: Norwegian University of Science and Technology, 7491, Norway.

Elizabeth M. Madelyn L. Carla D (2011). Promoting Self Efficacy in Early Career Teachers: A Prinsipal’s Guide for Differentiated Mentoring and Supervision. Jurnal: Florida Journal of Educational Administration & Policy. Vol:4 issue: 1.


(5)

16

Furqon, H. (2007). Mengabdi Kepada Almamater Mengantar Calon Pendidik Berkarakter Di Masa Depan. Solo: Sebelas Maret Universcity Press.

Furqon, H. (2009). Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat & Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka.

Gibson and Mitchell (2011). Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: PUSTAKA BELAJAR

Goleman, D (2007). Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi. Terjemahan T. Hermaya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hendra Surya (2010). Jadilah Pribadi yang Unggul. Jakarta: Elec Media Komputindo.

Hendriati, A (2009). Psikologi Perkembangan. Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung: Refika Aditama.

Hurlock (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Ika, S. (2010). Relationship between Sosial Support with Students Self Efficacy in Constructing Thesis. Jurnal: Jurnal Psikologi Sosial, Vol. 1 No.1, Sepetember.

Jejen Musfah (2011). Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana.

Joey B, Shane R (2008). Assessing Teacher Self Efficacy and Job Satisfaction of Early Career Agriculture Teacher in Kentucky. Journal of Agricultural of Education 49 ( 3 ), 1 – 11.

Kuang Muk (2010). Amazing Life. Jakarta: Gramedia.

Mahdi Wahid (2009). Berubah Atau Kalah.Penerjemah: Khalid Abdillah. Surakarta: Al Jadid.

Muhyidin (2006). ESQ Power for Better Life. Yogyakarta: Tumas Publishing. Mulyasa (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa (2012). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Nuri Fauziah dan Nono Hery (2008) Dinamika Kecerdasan Emosi Pada Siswa Akselerasi Di SDN Kendangsari 1 Surabaya. Jurnal Keberkatan dan Kreativitas 2 (1).


(6)

17

Uzer, U (2011). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Papalia dkk (2009) Human Development Perkembangan Manusia. Terjemahan: Brian Marwensdy. Jakarta: Salemba Humanika.

Laura A. King (2010). Psikologi Umum. Jakarta: Salemba Humanika. Lauster (2008). Tes Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara.

Lawrence A. Daniel Cervone, Oliver P. John (2010). Psikologi Perkembangan Teori & Penelitian. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Rahil M, Habibah E (2006). The Relationship between Students Self Efficacy and Their English Language Achievement. Jurnal Pendidik dan Pendiddikan, 21, 61 – 71.

Robbins and Coulter (2010). Manajemen Edisi kesepuluh Jilid: 1. Alih bahasa: Sabran dan Barnadi. Jakarta: Erlangga.

Sarlito Wirawan (2002). Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Sarlito dan Eko (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Sutrisna Suryadilaga (2008). The Balance Ways. Jakarta: Hikmah (PT Mizan Publika).

Sugiyono (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatf dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tri, S. (2005) Pengaruh Komitmen Profesi, Partisipasi Anggaran dan Self Efficacy Terhadap Konflik Peran (Studi Empiris pada Wanita Karir di Yoyakarta). Jurnal Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia.

Triyono (2012). Paradigma Baru Manajemen Sumber Daya Manusia. Kunci Sukses Meningkatkan Kinerja, Produktivitas, Motivasi, dan Kepuasan Kerja. Yogyakarta: ORYZA.

Will J. Evers, Andre Brouwrs and Welko (2002). Burnout and self efficacy: A study on teacher’s beliefs when implementing an innovative edducatioanal system in the Netherlands. British journal of educational Psychology, 72, 227-243.

Zainal Danial A.(2007). 7 Formula Individu Cemerlang. Jakarta: Hikmah (PT Mizan Publika).