BOOK Henny Sri Mulyani R Penggunaan Radio Mora

Penggunaan Radio Mora oleh Komunitas Pendengar
Amor di Kota Bandung
Henny Sri Mulyani R
Fakultas Ilmu Komunikasi –Universitas Padjadjaran
Email : [email protected]

Abstrak
Radio sebagai salah satu bentuk media dianggap punya
pengaruh kuat bagi khalayak pendengarnya. Kekuatan radio
tersebut didasarkan pada daya langsung, daya tembus, dan daya
tarik yang dimiliki radio. Trend radio dimasa kini memiliki
segmentasi yang spesiik atau jenis format yang didasarkan
pada pilihan konten tertentu. Pada gilirannya menjadikan
stasiun radio memiliki ciri khasnya masing-masing. Radio
Mora adalah salah satu media radio yang memiliki konten
spesiik yaitu bidang hukum sebagai menu utama siarannya
sementara pada umumnya radio siaran lain bidang hukum
hanya sebagian kecil dari konten keseluruhan.
Radio Mora memiliki komunitas pendengar yang bernama
Anggota Mora (Amor). Berdasarkan data terdapat 720
anggota Amor di Kota Bandung. Keberadaan komunitas

ini menunjukan bahwa mereka secara sadar menggunakan
media tersebut selain media lain untuk pemenuhan kebutuhan
informasi. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melihat
bagaimana penggunaan media radio Mora oleh komunitas
Amor untuk pemenuhan kebutuhan informasi dalam bidang
hukum.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukan
penggunaan media oleh
komunitas Amor di Kota Bandung pada umumnya dilakukan
oleh responden laki-laki yang berusia lebih dari 40 tahun
dengan tingkat pendidikan SMA dan mayoritas responden
bergabung dalam komunitas penggemar Mora selama 1 sd
2 tahun. Dilihat intensitas penggunaan media umumnya
frekkuensi per minggu lebih dari 5 kali dengan durasi 3 -4 jam.
Sementara tiga program untuk bidang hukum yang paling
banyak didengarkan oleh komunitas adalah program Kasasi,
Somasi dan Aksi. Intensitas penggunaan radio tergolong tinggi

Bunga Rampai Komunikasi Indonesia


235

dan interaktivitas yang terjadi antara audiens dengan penyiar
radio menggunakan saluran SMS dan telepon dan tergolong
cukup.
Kata kunci : program radio, komunitas, intensitas penggunaan
media, interaktivitas

Pendahuluan
Media massa mempunyai peran yang berkaitan dengan
fungsi media pada umumnya yag berada pada ranah komunikasi
massa. Domminick dalam Efendy (2001 :29) menyebutkan bahwa
setidaknya ada lima fungsi mendasar komunikasi massa, yakni
pengawasan (surveillance), penafsiran (interpretation), pertalian
(linkage), penyebaran nilai-nilai (transmission of value) dan hiburan
(entertaintment).
Radio sebagai salahsatu bentuk media massa mendapat
julukan sebagai the ith estate (Ardianto, 2007:128). Julukan ini
muncul mengingat kekuatan radio sebagai teknologi baru dianggap

punya pengaruh kuat seperti pada Perang Dunia II, kekuatan radio
tersebut didasarkan pada daya langsung, daya tembus, dan daya tarik
yang dimiliki radio.
Daya langsung radio berkaitan dengan proses penyusunan
dan penyampaian pesan poada pendengarnya yang relatif cepat
dibandingkan media massa lainnya. Daya tembus radio berkaitan
dengan pendistribusian informasi yang lebih ringkas dan tidak terlalu
terbebani oleh lokasi khalayak. Sementara daya tarik radio terdapat
pada sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang ada padanya
yaitu musik, kata-kata dan efek suara.
Trend radio dimasa kini memiliki segmentasi yang spesiik atau
jenis format yang didasarkan pada pilihan konten tertentu. Pada
gilirannya menjadikan stasiun radio memiliki ciri khasnya masingmasing. Radio Mora adalah salah satu media radio yang memiliki
konten spesiik yaitu bidang hukum sebagai menu utama siarannya
sementara pada umumnya radio siaran lain bidang hukum hanya
236

Bunga Rampai Komunikasi Indonesia

sebagian kecil dari konten keseluruhan.

Menurut General Manager Radio Mora, Mora Saragih, Radio
Mora memiliki visi untuk membangun komunikasi konstruktif
da dalam masyarakat yaitu dapat saling memberi manfaat tentang
kesadaran kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dalam
kerangka mengerti dan taat hukum demi menuju kehidupan yang
lebih baik. Hal tersebut diwujudkan dalam positioning Radio Mora
sebagai he law and justice station. Mora membidik tujuan untuk
mengembangkan pemahaman masyarakat dalam ranah hukum.
Keberadaan radio Mora menarik untuk diteliti sehubungan dengan
kondisi hukum yang ada dewasa ini. Banyak pihak menilai pelaksanaan
hukum di Indonesia belum maksimal. Hukum seperti pisau tajam
di bawah tetapi tumpul di atas1. Maksudnya ketika berhadapan
dengan masyarakat yang lemah, hukum seolah diterjemahkan seperti
tertulis sehingga para pelaku kejahatan sekecil apapun mendapat
ganjaran. Sementara kepada pelanggar dari kalangan kuat baik secara
inansial maupun akses terhadap kekuasaan hukum bisa diatur agar
menuntungkan mereka.
Padahal demi terciptanya kepastian hukum semua orang haruslah
memiliki kedudukan yang sama di hadapan hukum. Jadi setiap orang
bisa terjerat hukum dan setiap orang memiliki hak yang sama sewaktu

berhadapan dengan hukum. Hukum di Indonesia ada untuk mengatur
kehidupan tiap individu dalam negeri ini sehingga tercipta keteraturan
dann ketertiban di dalamnya.2
Menurut Mora Saragih, General Manager Radio Mora, disinilah
Radio Mora menampilkan perannya sebagai media mengemban
misi untuk menjadi media yang berguna bagi rakyat sebagai media
advokasi yang bersedia membantu masyaralkat menerima aspirasi,
aduan, maupun kluhan masyarakat seraya senantiasa berupaya untuk
menigkatkan kesadaran hukum masyarakat. Hal ini dilakukan dengan
menyediakan program-program yang menonjolkan diskusi interaktif
yang membahas realitas sosial dalam masyarakat dengan perspektif
hukum.
Program di Radio Mora diasuh oleh penyiar radio yang kebanyakan
1
2

Editorial Majalah Readers Digest Indonesia edisi September 2011, hal 5
Ibid, hal 8
Bunga Rampai Komunikasi Indonesia


237

merupakan praktisi di bidang hukum. Dari 14 program siaran yang ada
terdapat lima program siaran utama yang berkaitan dengan masalah
hukum. Dalam penelitian ini lima program itulah yang masuk kategori
program informasi hukum. Kelima program tersebut secara rutin
mengudara dari hari Senin hingga Sabtu sejak pukul 06.00 hingga
pukul 21.00 atau mengudara selama 12 jam. Kelima program tersebut
adalah :
1. Somasi (Sorotan Masalah dan Situasi) yang membahas berbagai
informasi dan permasalahan publik Kota Bandung dengan
perspektif hukum.
2. Saksi (Saran Komentar dan Informasi), membahas . Permasalahan
regional maupun nasional yang sedang hangat dengan perspektif
hukum.
3. Kasasi (Kasus dari Sana Sini) yang membahas kasus-kasus hukum
secara detail sekaligus menjadi ruang untuk berkonsultasi masalah
hukum.
4. Motif (Mora Interaktif) merupakan program interaktif dengan
topik mengenai kasus hukum yang spesiik.

5. Eksekusi (Ekstra Sekunder dan Informasi) merupaka program
interaktif dengan topik mengenai isu-isu yang sedang berkembang
di masyarakat. Sesekali menghadirkan narasumber terkait dengan
isu yang dibahas.
Segmentasi pendengar radio Mora adalah pendengar berusia 27
tahun ke atas yang terdapat pada rentang SES (status ekonomi sosial)
B1, B2 dan C. Dengan asumsi bahwa golongan masyarakat inilah yang
seringkali berhadapan dengan permasalahan hukum yang beragam
dan menyentuh banyak bidang kehidupan seperti masalah pertanahan,
perkawinan hingga perniagaan. selain itu Radio Mora memiliki wilayah
jangkauan siaran Kota Bandung dan sekitarnya.
Radio Mora memiliki komunitas pendengar yang bernama
Anggota Mora (Amor). Berdasarkan data terdapat 720 anggota Amor
di Kota Bandung. Keberadaan komunitas ini menunjukan bahwa
mereka secara sadar menggunakan media tersebut selain media lain
untuk pemenuhan kebutuhan informasi. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk melihat bagaimana penggunaan media radio Mora
238

Bunga Rampai Komunikasi Indonesia


oleh komunitas Amor untuk pemenuhan kebutuhan informasi dalam
bidang hukum.

Tinjauan pustaka
Komunikasi massa mengacu Domminick dalam Efendy (2001
:29) memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Pengawasan (surveillance)
Pengawasan mengacu kepada yang dikenal sebagai peranan berita
dan informasi dari media massa. Fungsi pengawasan dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu :
(1) Pengawasan peringatan : pengawasan jenis ini terjadi jika media
menyampaikan informasi kepada kita mengenai ancaman bencana
alam, kondisi ekonomi yang mengalami depresi atau serangan
militer. Peringatan ini dapat diinformasikan segera dan serentak,
dapat pula diinformasikan ancaman dalam jangka waktu lama
atau ancaman kronis (berita surat kabar mengenai polusi udara
atau masalah pengangguran), tapi dalam praktiknya banyak juga
informasi yang tidak merupakan ancaman yang perlu diketahui
oleh rakyat.

(2) Pengawasan instrumental : ini berkaitan dengan penyebaran
informasi yang berguna bagi kehidupan sehari-hari. Misalnya
berita harga barang kebutuhan sehari-hari dipasar, produk baru
dll.
2. Interpretasi (interpretation)
fungsi ini erat kaitannya dengan fungsi pengawasan, karena media
massa tidak hanya menyajikan fakta dan data tetapi juga informasi
beserta interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu. Acap kali fungsi
ini mendapat perhatian utama para pejabat pemerintah, tokoh politik
dan pemuka masyarakat karena seringkali bersifat kritik terhadap
kebijakan pemerintah. Oleh karena itu lewat fungsi ini media massa
sering disebut sebagai anjig penjaga yang menggonggong apabila
pemerintah ingkar dari kewajibannya. Fungsi in I bisa berbentuk
kartun atau gambar lucu yang bersifat sindiran.
3. Hubungan (linkage)
Media massa mampu menghubungkan unsur-unsur yang
Bunga Rampai Komunikasi Indonesia

239


terdapat di dalam masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara
langsung oleh saluran perseorangan. Missal hubungan pemuka partai
politik dengan pengikutnya ketika membaca surat kabar ternyata
partainya banyak dikagumi dimasyarakat.
Fungsi hubungan yang dimiliki oleh media akan berpengaruh
banyak pada masyarakat sehingga dijuluki sebagai “public making”
ability of the mass media atau kemampuan membuat sesuatu menjadi
umum dari media massa. Hal ini erat kaitannya dengan perilaku
seseorang (baik yang positih konstruktif atau negative destruktif)
yang apabila diberitakan oleh media massa maka akan segera seluruh
masyarakat mengetahuinya.
4. Sosialisasi
Sosialisasi merupakan transmisi nilai-nilai yang mengacu
kepada cara-cara di mana seseorang mengadopsi prilaku dan nilai-nilai
suatu kelompok. Media massa menyajikan penggambaran masyarakat
dan dengan membaca, mendengarkan dan menonton maka seseorang
mempelajari bagaimana khalayak berprilaku dan nilai-nilai apa yang
penting.
5. Hiburan (entertainment)
Hiburan sangatlah penting untuk melepaskan saraf-saraf

setelah berjam-jam membaca berita-berita berat juga sebagai sarana
rekreasi dan kesenangan. Komunikasi massa membantu khalayak
untuk mengisi waktu luangnya dengan menyajikan berbagai acara yang
dipenuhi oleh komedi, drama, tragedi, permainan dan lain-lain.
Penggunaan Media
Menurut McQuail (1996:217) Penyebab utama penggunaan
media terletak dalam lingkungan sosial dan psikologis yang dirasakan
untuk menanggulangi masalah sebagai pemuas kebutuhan. Penggunaan
media didorong oleh adanya kebutuhan dan tujuan yang ditentukan
oleh audien sendiri dan bahwasannya partisipasi aktif dalam proses
komunikasi dapat mempermudah dan mempengaruhi kepuasan dan
dapat menimbulkan berbagai efek yang terkait dengan terpaan media.
Rosengreen dalam Rahmat (2005 : 277) menjelaskan bahwa
penggunaan media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan, jenis isi
media yang dikonsumsi dan hubungan individu dengan isi media atau
240

Bunga Rampai Komunikasi Indonesia

media secara keseluruhan.

Metode Penelitian
Sugiyono (2008:8) mendeinisikan metode penelitian kuantitatif
sebagai sebuah metode penelitian yang berdasarkan pada ilsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data mengunakan instrumen penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis
yang telah ditetapkan.
Singarimbun dan Efendi (1989:42) menyebutkan penelitian
survei digunakan untuk maksud eksploratif, deskriptif, eksplanatif,
evaluasi, prediksi, operasional dan pengembangan indikator-indikator
sosial. Lebih jauh disebutkan penelitian survei dilakukan melalui
proses seperti pengumpulan data lapangan, menggambarkan dan
menganalisis data dengan bantuan analisis statistika yang relevan dan
selanjutnya dibuat kesimpulan tentang arti data tersebut. Penelitian
ini dimaksudkan untuk mengukur dengan cermat fenomena sosial
tertentu dengan mengembangkan konsep dan menghimpun fakta
tanpa melakukan pengujian hipotesis.
Populasi yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah seluruh
anggota komunitas pendengar radio Mora yang berada di Kota
Bandung. Jumlah anggota komunitas pendengar adalah sebanyak
720 orang. Ukuran sampel dalam penelitian ini dihitung dengan
menggunakan rumus Yamane (Rahmat , 2007 :82) diperoleh sebanyak
88 orang anggota.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Identitas responden
Tabel 1 : Rentang usia responden

Rentang usia
< 30 tahun
31 – 40 tahun
> 40 tahun
Jumlah

Frekuensi
18
25
45
88

%
20,4
28,4
51,2
100

Pada umumnya komunitas pendengar Mora lebih dari 40 tahun

Bunga Rampai Komunikasi Indonesia

241

yaitu sebanyak 51,2 %, sementara usia yang paling sedikit adalah usia
kurang dari 30 tahun. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa radio
Mora memang sejalan dengan misinya yaitu membidik pasar yang
berusia diatas usia 27 tahun.
Tabel 2 Jenis Kelamin Responden

Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah

Frekuensi
60
28
88

%
68,2
31,8
100

Perbandingan Komunitas pendengar radio Mora pada umumnya
adalah laki-laki 68,2 % dan perempuan 31,8 %. Sementara radio Mora
sendiri membidik target khalayak dengan rasio 60 % laki-laki dan 40
% perempuan.3
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan sering disetarakan dengan kemampuan
intelek seseorang. Menurut Maslow dalam Goble (2009:114)
pendidikan memainkan perana penting dalam pengembangan watak.
Hal tersebut akan berimbas pada perilaku seseorang terhadap sesuatu.
Perbandingan tingkat pendidikan komunitas pendengar radio Mora
tampak pada tabel berikut
Tabel 3 Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan
SD
SMP
SMA
Diploma
Strata 1
S2
S3
Jumlah

frekuensi
3
9
39
19
16
1
1
88

%
3,4
10,2
44,3
21,5
18,2
1,1
1,1
100

Mayoritas komunitas pendengar Radio Mora adalah berlatar
belakang pendidikan SMA sebanyak 44,3 % sementara yang tidak
3

Company proile Radio Mora 2011

242

Bunga Rampai Komunikasi Indonesia

menamatkan pendidika SMA sebanyak 13,6 %. Proporsi tingkat
pendidikan di atas tidaj jaug berbeda dengan target segmentasi radio
Mora, yaitu 40% tamatan SMA, 30 % tamatan Diploma , 20 % tamatan
tingkat Diploma dan 10 % tamatan lainnya.4
Tabel 4 Masa Keanggotaan

Keanggotaan
< 1 tahun
1 – 2 tahun
3 – 4 tahun
5 – 6 tahun
 6 tahun
Jumlah

Frekuensi
17
30
15
11
15
88

%
19,3
34,1
17
12,5
17
100

Tabel 4 menunjukan bahwa mayoritas responden bergabung
dalam komunitas penggemar Mora selama 1 sd 2 tahun sebanyak 34,1
%. Dan yang baru bergabung kurang dari satu tahun sebanyak 19,3 %.
2. Analisis Deskriptif Penggunaan Media oleh Komunitas Pendengar
Radio Mora
Tabel 5 Frekuensi Penggunaan Per Minggu

Frekuensi/minggu
< 2 kali
2 – 3 kali
4 – 5 kali
 5 kali
Jumlah

Frekuensi
3
8
14
63
88

%
3,4
9,2
15,9
71,5
100

Tabel 5 menunjukan frekuensi penggunaan radio Mora dihitung
perminggu, dari tabel menunjukan bahwa 71,5 % menggunakan radio
Mora lebih dari 5 kali dalam seminggu sehingga hampir tiada hari
yang dilewatkan tanpa mendengar radio Mora dan penggunaan paling
rendah adalah frekuensi penggunaanya kurang dari 2 kali sebanyak 3,4
%.
4

Company proile Radio Mora, 2011
Bunga Rampai Komunikasi Indonesia

243

Tabel 6 Durasi Penggunaan

Durasi
< 1 jam
1 – 2 jam
3 – 4 jam
5 – 6 jam
 7 jam
Jumlah

Frekuensi
3
26
30
12
17
88

%
3,4
29,5
34,1
13,6
19,3
100

Radio Mora mengudara 24 jam sehari dan mayoritas responden
sebanyak 34,1 % mendengarkan antara 3 – 4 jam per harinya dan
sedikit sekali responden mendengarkan kurang dari 1 jam yaitu 3,4 %.
Tabel 7 Jumlah Program yang Dikonsumsi

Jumlah Program
< 3 Program
3 – 6 program
7 - 10 program
 10 program
Jumlah

Frekuensi
6
45
17
12
88

%
6,8
59,2
19,4
13,6
100

Radio Mora menyiarkan sebanyak 14 program acara secara rutin
dan ternyata pada umumnya responden mendengarkan 3 sd 6 program
yaitu sebanyak 59,2 % dan hanya 6,8 % responden mendengarkan
kurang dari 3 program.
Tabel 8 Program yang Dikonsumsi

Nama Program
Interupsi
Tabur kasih
Somasi
Saksi
Kasasi
Konpensi
Motif
244

Bunga Rampai Komunikasi Indonesia

Frekuensi
23
6
69
65
67
23
57

%
4,46
1,16
13,37
12,60
12,98
4,45
11,04

Penglipur kalbu
Eksekusi
Eksepsi
Sapa Mora
Amor Memories
Mora Peduli
Kiprah Kopjaskum
Jumlah

48
21
13
26
30
31
37
516

9,30
4,07
2,52
5,03
5,81
6,00
7,17
100

Pada penelitian ini pendengar diminta untuk memilih program
apa yang dikonsumsi dan pendengar boleh memilih lebih dari satu
program yang dikonsumsi. Program yang paling banyak dminati
adalah program Somasi (Sorotan Masalah dan Situasi) merupakan
program rutin yang disiarkan setiap hari Senin hingga Sabtu pukul
06.00 sampai dengan pukul 09.00. Dalam program ini biasanya penyiar
mengulas berita yang sedang hangat yang ada di surat kabar pagi yang
berkaitan dengan masalah hukum.. peringkat kedua program Kasasi
(Kasus dari Sana sini) program yang disiarkan setiap pukul 12.00
hingga 15.00 pada hari Senin hingga Sabtu. Peringkat ketiga program
Saksi ( saran, komentar dan Informasi) yang disiarkan setiap pukul
09.00 hingga 12.00 pada hari Senin hingga Sabtu merupakan program
informasi.
Menurut McQuail (1996 : 54) Pada dasarnya media adalah
pembawa atau pengantar informasi dan pendapat artinya pendengar
komunitas Amor telah menggunakan radio Mora sebagai sarana
pengantar informasi tersebut.
Terdapat pengelompokan bidang hukum yang disiarkan melalui
program acara di Radio Mora diantaranya adalah (1) bidang hukum
pidana, kriminal dan korupsi (2) hukum agraria dan pertanahan
(3) hukum keluarga, perkawinan dan waris (4) hukum administrasi
dan tata negara (5) hukum dagang dan persaingan usaha (6) hukum
perbankan dan pajak (7) hukum kontrak dan perburuhan (8) hukum
adat dan agama (9) hukum internasional dan (10) hukum lingkungan.
Penggunaan media menurut Ruggiero (2000 :15) melibatkan
interaktivitas yang akan menunjukan kemampuan interaktif pengguna
Bunga Rampai Komunikasi Indonesia

245

dengan media. Ia mendeinisikan interaktivitas sebagai suatu derajat
dimana audiens berpartisipasi dalam proses komunikasi bahkan dalam
beberapa tingkat memiliki kemampuan untuk mengatur dan bertukar
peran dengan media dalam konteks tertentu.
Pada saat penelitian interaksi yang diamati adalah mengenai
penggunaan saluran telepon, SMS (Short Message service) yang
terhubung langsung dengan penyiar.
Tabel 9 Saluran Interaksi

Saluran interaksi
Tidak pernah
Melalui SMS
Melalui telepon
Melalui SMS dan Telepon
Jumlah

Frekuensi
21
18
21
28
88

%
23,9
20,5
23,9
31,7
100

Saluran interaksi yang dilakukan pendengar komunitas Amor
untuk terlibat dalam siaran radio Mora umumnya menggunakan dua
saluran sekaligus yaitu SMS dan telepon tapi berdasarkan temuan
penelitian tidak semua komunitas berinteraksi dengan media terbukti
adanya pendengar yang tidak aktif dalam berinteraksi tetapi hanya
sebagai pendengar sebanyak 23,9 %.
Untuk lebih jelasnya gambaran interaktivitas komunitas dengan
media tampak pada gambar berikut :

Gambar 1

246

Bunga Rampai Komunikasi Indonesia

Gambar 1 menunjukan bahwa komunitas Amor untuk
berinteraksi dengan media yang menggunakan SMS sebanyak 46
orang dan menggunakan telepon sebanyak 49 orang sementara yang
menggunakan keduanya sebanyak 28 orang.
Tabel 10 Intensitas Penggunaan SMS

Intensitas/ minggu
< 2 kali
2 – 4 kali
5 – 7 kali
 7 kali
Jumlah

Frekuensi
10
16
8
12
46

%
21,7
34,8
17,4
26,1
100

Dari 46 orang yang menggunakan fasilitas SMS untuk ikut terlibat
dalam siaran radio umumnya 2 sd 4 kali dalam seminggu. Sementara
intensitas penggunaan telepon dari 49 pengguna dapat terlihat pada
tabel berikut :
Tabel 11 Intensitas Penggunaan Telepon

Intensitas/ minggu
< 2 kali
2 – 4 kali
5 – 7 kali
 7 kali
Jumlah

Frekuensi
10
15
14
10
49

%
20,4
30,6
28,6
20,4
100

Interaksi tersebut berdasarkan pengamatan mempunyai
tujuan yaitu diantaranya untuk mengomentari topik, bertanya atau
berkonsultasi, menyampaikan informasi, request lagu dan berkirim
salam.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rentang
antar kuartil untuk penggunaan media oleh komunitas pendengar
Amor di Kota Bandung dapat dikatagorikan sebagai berikut :

Bunga Rampai Komunikasi Indonesia

247

Tabel 12 Penggunaan Media Radio Mora

Penggunaan

Kategori

Intensitas penggunaan
Interaktivitas

Tinggi
Cukup

Intensitas penggunaan radio Mora oleh komunitas pendengar
Amor mempunyai kategori tinggi menunjukan bahwa radio Mora
telah menjadi bagian dari keseharian anggota komunitas pendengar
Amor. Salah satu pemicu tingginya intensitas adalah dengan adanya
beragam kebutuhan yang akan mereka penuhi melalui penggunaan
radio. Penggunaan media didorong oleh adanya kebutuhan dan tujuan
yang ditentukan oleh audiens sendiri.
Penutup
Penggunaan media radio Mora umumnya untuk menanggulangi
kebutuhan audiens atas informasi yang dibutuhkan atau penggunaan
media didorong oleh adanya kebutuhan dan tujuan yang ditentukan
oleh komunitas pendengar Amor itu sendiri.
Perkembangan teknologi dewasa ini sedikit banyak telah mengubah
cara pandang mengenai komunikasi massa, misalnya Efendy (2003 :
83) yang menganggap komunikasi massa berjalan satu arah. Pada radio
ternyata mengikuti perkembangan teknologi saat ini seperti kehadiran
telepon dan SMS yang sifatnya personal membuat proses komunikasi
tidak terpaku pada proses komunikasi satu arah. Dalam hal ini audiens
dapat memberikan informasi atau tanggapan melalui saluran tersebut
dan kini informasi tidak didominasi oleh media hal ini menunjukan
bahwa audiens merupakan pengguna media yang aktif.

DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro, Lukiati Komala dan Siti Karlina. 2007. Kmunikasi
Massa : Suatu Pengantar. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Bungin, Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta:
248

Bunga Rampai Komunikasi Indonesia

Kencana Prenada Media Grup.
Efendy, Onong Uchyana. 1991. Radio Siaran : Teori dan Praktek.
Bandung : Penerbit Mandar Maju.
---------------------------------.2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi.
Bandung : Citra Aditya Bakti.
Gobble, Frank G. 2009. Mazhab Ketiga : Psikologi Humanistik Abraham
Maslow. Yogyakarta : Kanisius
Marzuki, Peter Mahmud. 2009. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup.
Masduki. 2001. Jurnalistik Radio : Menata Profesionalisme Reporter dan
Penyiar. Yogyakarta: LKiS
McQuail, Dennis. 1996. Teori Komunikasi Massa : Suatu Pengantar.
Jakarta : Erlangga.
Morissan, Andy Corry Wardhani dan Farid Hamid. 2010.
Komunikasi Massa. Bogor: Ghalia Indonesia

Teori

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Rahmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
-------------------------. 2007. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung
: Remaja Rosda Karya
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Bandung : Alfabeta

Bunga Rampai Komunikasi Indonesia

249