Analisis Faktor Keuangan dan Non Keuangan yang Berpengaruh Terhadap Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teoritis

2.1.1

Pengertian Obligasi
Menurut Brealey, et al., (2008:130) obligasi adalah sekuritas yang

mewajibkan penerbitnya untuk melakukan pembayaran tertentu pada pemegang
obligasi. Emiten obligasi akan memberikan kompensasi bagi investor pemegang
obligasi, berupa kupon yang dibayarkan secara periodik terhadap investor. Kupon
merupakan bunga yang besarnya tetap dan dibayarkan oleh penerbit obligasi
sesuai waktu yang telah ditetapkan. Akan tetapi dalam perkembanganya ada pula
bunga obligasi yang dibayarkan dalam jumlah yang tidak tetap besarnya sesuai
dengan perkembangan tingkat suku bunga secara umum, atau yang disebut
dengan bunga mengambang. Dengan demikian, obligasi dikatakan sebagai salah
satu instrumen pasar modal yang memberikan pendapatan tetap (fixed-income

securities) bagi pemegangnya. Perusahaan penerbit (emiten) dari obligasi
berkewajiban untuk membayarkan bunga dalam jumlah tertentu secara periodik
selama obligasi tersebut belum jatuh tempo, dan juga melakukan pembayaran
kembali nilai principal obligasi tersebut pada saat jatuh tempo yang telah
ditentukan.
Obligasi merupakan surat utang jangka menengah-panjang yang dapat
dipindah tangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk
membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang

11

Universitas Sumatera Utara

pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut
(www.idx.co.id).
Obligasi merupakan surat pengakuan hutang yang dikeluarkan oleh
pemerintah atau perusahaan atau lembaga lain sebagai pihak yang berutang, yang
mempunyai nilai nominal tertentu dan kesanggupan untuk membayar bunga
secara periodik atas dasar persentase tertentu yang tetap (Rika, 2011:2). Secara
umum obligasi adalah surat tanda utang jangka panjang. Menurut konvensi yang

berlaku di Indonesia, surat utang dengan tenor di atas 5 (lima) tahun disebut
obligasi, meskipun beberapa surat hutang bertenor 3 (tiga) tahun yang diterbitkan
perusahaan pembiayaan dipasarkan dan dicatat sebagai obligasi. Kebanyakan
obligasi yang di Indonesia bertenor 5 (lima) tahun dan paling panjang adalah 30
(tiga puluh) tahun.
Ditinjau dari sisi investor, investasi pada obligasi merupakan alternatif
yang aman, karena obligasi memberikan penghasilan tetap berupa kupon bunga
yang dibayar secara tetap dengan tingkat bunga yang kompetitif serta pokok utang
yang dibayar secara tepat waktu pada saat jatuh tempo yang telah ditentukan
(Susilowati dan Sumarto, 2010:1). Tinggi rendahnya tingkat keuntungan yang
diisyaratkan oleh investor pada obligasi ini bergantung pada risiko kegagalan
obligasi yang diperkirakan oleh investor. Jika bunga obligasi lebih tinggi dari
tingkat bunga yang berlaku dipasar, harga (nilai) obligasi lebih tinggi dari nilai
nominalnya. Sebaliknya jika bunga obligasi lebih rendah dari tingkat bunga yang
berlaku di pasar saham, harga (nilai) obligasi lebih kecil dari nilai nominalnya.

12

Universitas Sumatera Utara


2.1.2

Jenis-jenis Obligasi
Berdasarkan Bursa Efek Indonesia, obligasi dapat dibagi dalam beberapa

jenis, yaitu:
A.

Dilihat Dari Sisi Penerbit:
1. Corporate Bonds, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik
yang berbentuk badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha
swasta.
2. Government Bonds, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat.
3. Municipal Bond, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah
untuk membiayai proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan
publik (public utility).

B.

Berdasarkan Sistem Pembayaran Bunga

1. Zero Coupon Bonds, yaitu obligasi yang tidak melakukan pembayaran
bunga secara periodik. Namun, bunga dan pokok dibayarkan sekaligus
pada saat jatuh tempo.
2. Coupon Bond, yaitu obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara
periodik sesuai dengan ketentuan penerbitnya.
3. Fixed Coupon Bonds, yaitu obligasi dengan tingkat kupon bunga yang
telah ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan
dibayarkan secara periodik.
4. Floating Coupon Bonds, yaitu obligasi dengan tingkat kupon bunga yang
ditentukan sebelum jangka waktu tersebut, berdasarkan suatu acuan

13

Universitas Sumatera Utara

(benchmark) tertentu seperti average time deposit (ATD) yaitu rata-rata
tertimbang tingkat suku bunga deposito dari bank pemerintah dan swasta.
C.

Dilihat dari Hak Penukaran (Opsi):

1. Convertible Bonds, yaitu obligasi yang memberikan hak kepada pemegang
obligasi untuk mengkonversikan obligasi tersebut ke dalam sejumlah
saham milik penerbitnya.
2. Exchangeable Bonds, adalah obligasi yang memberikan hak kepada
pemegang obligasi untuk menukar saham perusahaan ke dalam sejumlah
saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya.
3. Callable Bonds, yaitu obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk
membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi
tersebut.
4. Putable Bonds, yaitu obligasi yang memberikan hak kepada investor yang
mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu
sepanjang umur obligasi tersebut.

D.

Berdasarkan Jaminan atau Kolateralnya:

1. Secured Bonds, yaitu obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari
penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga. Dalam kelompok ini,
termasuk didalamnya adalah:

a. Guaranteed Bonds: Obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin
dengan penanggungan dari pihak ketiga.
b. Mortgage Bonds: obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin
dengan agunan hipotik atas properti atau aset tetap.

14

Universitas Sumatera Utara

c. Collateral Trust Bonds: obligasi yang dijamin dengan efek yang dimiliki
penerbit dalam portofolionya, misalnya saham-saham anak perusahaan
yang dimilikinya.
2. Unsecured Bonds: obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan tertentu
tetapi dijamin dengan kekayaan penerbitnya secara umum.
E.

Berdasarkan Nilai Nominal:
1. Konvensional Bonds: obligasi yang lazim diperjual belikan dalam satu
nominal, Rp 1 miliar per satu lot.
2. Retail Bonds: obligasi yang diperjual belikan dalam satuan nilai nominal

yang kecil, baik corporate bonds maupun government bonds.

F.

Berdasarkan Perhitungan Imbal Hasil:
1. Konvensional Bonds: obligasi yang diperhitungan dengan menggunakan
sistem kupon bunga.
2. Syariah

Bonds:

obligasi

yang

perhitungan

imbal

hasil


dengan

menggunakan perhitungan bagi hasil. Dalam perhitungan ini dikenal dua
macam obligasi syariah, yaitu:
a. Obligasi Syariah Mudharabah merupakan obligasi syariah yang
menggunakan akad bagi hasil sedemikian sehingga pendapatan
yang diperoleh investor atas obligasi tersebut diperoleh setelah
mengetahui pendapatan emiten.
b. Obligasi Syariah

Ijarah merupakan obligasi syariah yang

menggunakan akad sewa sedemikian sehingga kupon (fee ijarah)

15

Universitas Sumatera Utara

bersifat tetap, dan bisa diketahui/ diperhitungkan sejak awal

obligasi diterbitkan.

2.1.3

Karakteristik Obligasi
Menurut Bursa Efek Indonesia karakteristik obligasi dibagi kedalam

beberapa bagian, yaitu:
1. Nilai Nominal (face value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang
akan diterima oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh
tempo.
2. Kupon (the interest rate) adalah nilai bunga yang diterima pemegang
obligasi secara berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah
setiap 3 atau 6 bulanan) Kupon obligasi dinyatakan dalam annual
persentase.
3. Jatuh Tempo (maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan
mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang
dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari
sampai dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam
waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk di prediksi, sehingga memiliki

risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki
periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun. Secara umum, semakin panjang
jatuh tempo suatu obligasi, semakin tinggi kupon / bunganya.
4. Penerbit / Emiten (issuer) Mengetahui dan mengenal penerbit obligasi
merupakan faktor sangat penting dalam melakukan investasi obligasi ritel.
Mengukur risiko/ kemungkinan dari penerbit obligasi tidak dapat

16

Universitas Sumatera Utara

melakukan pembayaran kupon dan atau pokok obligasi tepat waktu
(default risk) dapat dilihat dari peringkat (rating) obligasi yang
dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat seperti PEFINDO atau Kasnic
Indonesia.

2.1.4

Risiko Obligasi
Obligasi berdasarkan sudut pandang investor, merupakan suatu aset (aset


finansial), yaitu: suatu sekuritas yang dapat memberikan pendapatan tetap
sehingga dianggap berbobot risiko. Bagi investor yang selalu mengelak risiko,
maka investasi dalam obligasi adalah instrumen yang paling tepat. Berikut ini
beberapa risiko yang dihadapi oleh para investor dalam investasi obligasi
(Fabozzi, 2000), yaitu:
1. Default Risk
Risiko bahwa emiten akan tidak mampu memenuhi pembayaran bunga
dan pokok utang sesuai dengan kontrak. Obligasi perusahaan mempunyai default
risk yang lebih besar daripada obligasi pemerintah. Tidak bagi masyarakat umum
untuk melihat besar kecilnya risiko ini. Cara terbaik untuk melihat risiko ini
adalah dengan terus memonitor peringkat yang diberikan oleh perusahaan efek. Di
Indonesia badan

tersebut

dikenal

dengan

Pemeringkat

Efek

Indonesia

(PEFINDO). Obligasi yang paling aman diberi peringkat AAA dan yang paling
besar risikonya diberi peringkat D.
2. Risiko Tingkat Bunga
Pada umunya harga obligasi bergerak berlawanan arah terhadap perubahan
suku bunga. Apabila suku bunga naik, harga obligasi akan turun, dan sebaliknya.

17

Universitas Sumatera Utara

Bagi investor yang merencanakan untuk menyimpan obligasi sampai jatuh tempo,
perubahan harga obligasi sebelum maturity tidak menarik perhatiannya akan
tetapi bagi investor yang ingin menjual obligasi sebelum jatuh tempo, suatu
kenaikan suku bunga setelah membeli obligasi berarti adalah capital loss yang
direalisasikan. Risiko tersebut disebut interest rate risk atau disebut juga price
risk. Kenaikan tingkat bunga pasar menyebabkan menurunnya harga obligasi
karena sebesar apapun tingkat bunga pasar mengalami peningkatan, pemegang
obligasi tetap hanya akan menerima tingkat bunga yang sudah ditetapkan.
3. Risiko Inflasi
Risiko inflasi disebut pula risiko terhadap daya beli. Risiko inflasi merupakan
risiko bahwa return yang direalisasikan dalam investasi obligasi tidak akan cukup
untuk menutupi kerugian menurunnya daya beli yang disebabkan inflasi. Bila
inflasi meningkat dan tingkat bunga obligasi tetap, maka terjadi penurunan daya
beli yang harus ditanggung investor.
4. Call Risk (Risiko waktu)
Risiko ini melekat pada callable bonds, yakni obligasi yang dapat ditarik
sewaktu-waktu oleh emitennya dengan harga yang telah ditetapkan. Risiko waktu
terjadi jika: (a) pola aliran kas emiten tidak pasti; (b) penarikan dilakukan pada
saat suku bunga rendah dan (c) potensi kenaikan harga obligasi lebih tinggi dari
harga call-nya.
5. Reinvestment Risk
Pendapatan obligasi berasal dari pembayaran suku bunga dari coupon, setiap
capital gain atau capital loss bila obligasi itu dicairkan, dijual atau jatuh tempo,

18

Universitas Sumatera Utara

bunga yang diperoleh dari reinvestasi interim cash flow. Agar seorang investor
merealisasikan suatu yield sama dengan yield pada saat obligasi dibeli, interim
cashflow tersebut harus diinvestasikan pada suku bunga sama dengan yield yang
ditentukan pada saat obligasi dibeli. Risiko bahwa interim cash flow akan
diinvestasikan dengan suku bunga yang lebih rendah dan investor akan menerima
yield yang lebih rendah daripada yield pada saat obligasi dibeli disebut
reinvestment risk.
6. Risiko Kurs Valuta Asing
Orang Indonesia yang membeli obligasi perusahaan di negara lain dapat
mengalami kerugian perbedaan kurs valuta asing (foreign exchange risk).
7. Risiko Likuditas
Risiko yang mengacu pada seberapa mudah investor dapat menjual
obligasinya, sedekat mungkin dengan nilai dari obligasi tersebut. Cara untuk
mengukur likuiditas adalah dengan melihat besarnya selisih (spread) antara harga
permintaan dan harga penawarannya yang dipasang oleh perantara pedagang efek.
Semakin besar spread tersebut, makin besar risiko likuiditas yang dihadapi.
8. Event Risk
Seringkali kemampuan emiten untuk membayar bunga dan pokok utang tanpa
terduga berubah karena, bencana alam dan pengambil alihan.

2.1.5

Penerbit Obligasi
Penerbit obligasi ini sangat luas sekali, hampir setiap badan hukum dapat

menerbitkan obligasi, namun peraturan yang mengatur mengenai tata cara

19

Universitas Sumatera Utara

penerbitan obligasi ini sangat ketat sekali. Penggolongan penerbit obligasi
biasanya terdiri atas:
1. Lembaga supranasional, seperti misalnya Bank investasi eropa (european
investment bank) atau bank pembangunan asia (asian development bank),
2. Pemerintah suatu Negara menerbitkan obligasi pemerintah dalam mata
uang negaranya maupun obligasi pemerintah dalam denominasi valuta
asing yang biasa disebut dengan obligasi internasional (sovereign bond),
3. Sub-sovereign, propinsi, Negara atau otoritas daerah. Di Amerika dikenal
sebagai obligasi daerah (municipal bond). Di Indonesia dikenal sebagai
Surat Utang Negara (SUN),
4. Lembaga pemerintah. Obligasi ini biasa juga disebut agency bond, atau
agencies.
5. Perusahaan yang menerbitkan obligasi swasta.
6. Special purpose vehicle adalah perusahaan yang didirikan dengan suatu
tujuan khusus untuk menguasai aset tertentu yang ditujukan guna
penerbitan suatu obligasi yang biasa disebut Efek Beragun Efek.

2.1.6

Peringkat Obligasi

Peringkat obligasi adalah simbol-simbol karakter yang diberikan oleh agen
peringkat untuk menunjukkan risiko dari obligasi (Jogiyanto, 2015:230).
Peringkat obligasi merupakan salah satu contoh informasi yang dapat dijadikan
dasar pengambilan keputusan dengan menilai kelayakan dan besarnya risiko gagal
bayar atas pengembaliannya. Selain itu, peringkat obligasi yang diumumkan ke

20

Universitas Sumatera Utara

publik dapat mengurangi asimetri informasi antara perusahaan penerbit obligasi
dan investor (Zuhrohtun dan Baridwan, 2005:1).
Dalam Raharja dan Sari (2008) mengemukakan ada beberapa fungsi peringkat
obligasi, yaitu sebagai berikut:
1. Sumber informasi atas kemampuan perusahaan, pemerintah daerah atau
pemerintah dalam menaati ketepatan waktu pembayaran kembali pokok
utang dan tingkat bunga yang dipinjam.
2. Sumber informasi dengan biaya rendah bagi keluasan informasi kredit
yang terkait dengan cross section antar perusahaan, pemerintah daerah,
dan pemerintah.
3. Sumber legal insurance untuk pengawas investasi. Membatasi investasi
pada sekuritas utang yang memiliki peringkat tinggi (misalnya peringkat
BBB ke atas).
4. Sumber informasi tambahan terhadap keuangan dan representasi
manajemen lainnya. Ketika peringkat utang perusahaan ditetapkan, hal itu
merupakan reputasi perusahaan yang berupa risiko.
5. Sarana pengawasan terhadap aktivitas manajemen.
6. Sarana untuk memfasilitasi kebijakan umum yang melarang investasi
spekulatif oleh institusi seperti bank, perusahaan asuransi, dan dana
pensiun.
Dan menurut Brigham dan Houston (2009:373), peringkat obligasi
didasarkan pada faktor-faktor kualitatif maupun kuntitatif. Faktor-faktor yang
mempengaruhi peringkat obligasi adalah sebagai berikut:

21

Universitas Sumatera Utara

1. Berbagai macam rasio-rasio keuangan, termasuk debt ratio, current ratio,
profitability dan fixed charge coveragae ratio. Semakin baik rasio-rasio
keuangan tersebut, maka semakin tinggi rating tersebut.
2. Jaminan aset untuk obligasi yang diterbitkan (mortage provision). Apabila
obligasi dijamin dengan aset yang bernilai tinggi, maka rating akan
membaik.
3. Kedudukan obligasi dengan jenis utang lain. Apabila obligasi lebih rendah
dari utang lainnya maka rating akan ditetapkan satu tingkat lebih rendah
dari yang seharusnya.
4. Penjamin. Emiten obligasi yang lemah namun dijamin oleh perusahaan
yang kuat.
5. Adanya singking fund (provisi bagi emiten untuk membayar pokok
pinjaman sedikit demi sedikit tiap bulan).
6. Umur obligasi Cateris Paribus, obligasi dengan umur yang lebih pendek
mempunyai risiko yang lebih kecil.
7. Stabilitas laba dari penjualan emiten.
8. Peraturan yang berkaitan dengan industri emiten.
9. Faktor-faktor lingkungan dan tanggung jawab produk.
10. Kebijakan akuntansi. Penerapan kebijakan akuntansi yang konservatif
mengindikasikan laporan keuangan yang berkualitas.

22

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1
Peringkat Obligasi Berdasarkan PEFINDO
Peringkat

Keteragan

idAAA

Efek utang yang peringkatnya paling tinggi dan berisiko paling rendah yang
didukung oleh kemampuan obligor yang superior relatif dibanding entitas
Indonesia lainnya .

idAA

Efek utang memiliki kualitas kredit sedikit dibawah peringkat tertinggi, didukung
oleh kemampuan obligor yang sangat kuat untuk memenuhi kewajiban finansial
jangka panjangnya sesuai dengan perjanjian, relatif dibanding dengan entitas
Indonesia lainnya.

idA

Efek utang yang beresiko investasi rendah dan memiliki kemampuan dukungan
obligor yang kuat dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi
kewajiban finansialnya sesuai dengan perjanjian namun cukup peka terhadap
perubahan yang merugikan.

idBBB

Efek utang yang beresiko investasi cukup rendah didukung oleh kemampuan
obligor yang memadai, relatif dibanding entitas Indonesia lainnya untuk
memenuhi kewajiban finansialnya sesuai dengan perjanjian. Namun kemampuan
tersebut dapat diperlemah oleh perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang
merugikan.

idBB

Efek utang menunjukkan dukungan kemampuan obligor yang agak lemah relatif
dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka
panjangnya sesuai dengan perjanjian serta peka terhadap keadaan bisnis dan
perekonomian yang tidak menentu dan merugikan.

idB

Efek utang yang menunjukkan parameter perlindungan yang sangat
lemah,walaupun obligor masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban
finansial jangka panjangnya. Namun adanya perubahan keadaan bisnis dan
perekonomian yang merugikan akan memperburuk kemampuan tersebut untuk
memenuhi kewajiban finansialnya.

idCCC

idD

Efek utang yang tidak mampu lagi memenuhi kewajiban finansialnya serta hanya
bergantung kepada perbaikan keadaan eksternal.
Efek utang yang gagal bayar, atau gagal memenuhi kewajiban, terjadi secara
otomatis kepada kewajiban non-payment yang pertama kali.

Sumber: PT PEFINDO
Dari peringkat idAA ke idB dapat dimodifikasi dengan penambahan tanda
plus (+) atau minus (-) untuk menunjukkan kekuatan relatif dari kategori dalam
peringkat (rating outlook). Tanda positif (+) menunjukkan bahwa peringkat
tersebut dapat dinaikkan dan memiliki nilai yang lebih tinggi dari peringkat
obligasi yang memiliki tanda (-) ataupun tanpa tanda. Pada peringkat dengan

23

Universitas Sumatera Utara

tanda negatif (-) menunjukkan bahwa peringkat obligasi tersebut dapat diturunkan
dan nilainya lebih rendah dari peringkat obligasi yang tidak memiliki tanda.

2.1.7

Teori Sinyal
Teori pensinyalan menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi

kepada publik (Wolk et al., 2001: 308). Informasi tersebut bisa berupa laporan
keuangan, informasi kebijakan perusahaan maupun informasi lain yang dilakukan
secara sukarela oleh manajemen perusahaan. Sinyal adalah sebuah tindakan yang
diambil oleh high-type manager yang mana tidak akan rasional jika dilakukan
oleh low-type manager (Scott dan Wiliam, 2012:474). Tindakan tersebut menjadi
dasar untuk membedakan kualitas dari tiap-tiap perusahaan dan menjadi petunjuk
bagi pihak eksternal tentang bagaimana manajemen memandang prospek
perusahaan. Sebagai contoh ketika perusahaan memutuskan untuk menerbitkan
obligasi di pasar modal, mereka harus memberikan informasi kepada calon
investor.
Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan
untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan
perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara
perusahaan dan pihak luar (Lina, 2010) dimana pihak manajemen memiliki lebih
banyak informasi dan prospek perusahaan dimasa mendatang. Asimetri informasi
dapat terjadi di antara dua kondisi ekstrem yaitu perbedaan informasi yang kecil
sehingga tidak mempengaruhi manajemen, atau perbedaan yang sangat signifikan
sehingga dapat berpengaruh terhadap manajemen dan harga saham. Kodrat dan
Herdinata (2009:16) menyatakan bahwa asimetri informasi adalah suatu kondisi

24

Universitas Sumatera Utara

di mana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak dari pihak lain.
Informasi-informasi yang tersebut dapat berupa pemberian peringkat obligasi
yang dipublikasikan yang diharapkan dapat menjadi sinyal kondisi keuangan
perusahaan dan menggambarkan kemungkinan terjadi terkait utang yang dimiliki
(Raharja dan Sari, 2008). Informasi berupa pemberian peringkat obligasi yang
dipublikasikan diharapkan dapat menjadi sinyal kondisi keuangan perusahaan dan
menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait dengan utang yang dimiliki
(Sari, 2007:2). Dengan adanya peringkat obligasi maka calon investor dapat
membuat keputusan yang tepat untuk memutuskan apakah membeli atau tidak
obligasi perusahaan tersebut.
Teori pensinyalan dalam penelitian ini menjelaskan bahwa manajemen
perusahaan sebagai pihak yang memberikan sinyal berupa laporan keuangan
perusahaan dan informasi non keuangan kepada lembaga pemeringkat. Lembaga
pemeringkat obligasi ini melakukan proses pemeringkatan sehingga dapat
menerbitkan peringkat obligasi bagi perusahaan penerbit obligasi ini. Peringkat
obligasi ini memberikan sinyal tentang probabilitas kegagalan pembayaran utang
sebuah perusahaan. Sinyal-sinyal yang disampaikan oleh manajemen berupa
laporan keuangan dapat digambarkan melalui rasio keuangan. Rasio keuangan
tersebut dapat digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi, sehingga investor
dapat menghitung risiko yang terkandung dalam obligasi tersebut (Lina, 2010).

2.1.8

Faktor Keuangan
Faktor Keuangan yang diukur dengan menggunakan rasio-rasio keuangan

merupakan ekspektasi hubungan antara angka-angka laporan keuangan sehingga

25

Universitas Sumatera Utara

dapat menghasilkan informasi yang lebih bermakna. Analisis rasio keuangan ini
merupakan salah satu perwujudan ketentuan Statement of Finansial Accounting
Concept (SFAC) no. 1, yang pada intinya menyebutkan bahwa laporan keuangan
harus menyajikan yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam
membuat keputusan yang rasional.
Menurut Fahmi (2011:108) menyatakan bahwa analisis rasio keuangan
merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai
hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan
dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu dan membantu
menggambarkan trend pola perubahan tersebut, untuk kemudian menunjukkan
risiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan.
Dengan menganalisis sebuah laporan keuangan akan didapat sebuah
gambaran mengenai keadaan suatu perusahaan. Adapun manfaat dengan
menggunakan rasio keuangan menurut Fahmi (2011:109) yaitu:
1. Bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja dan prestasi
perusahaan.
2. Bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai rujukan untuk membuat
perencanaan.
3. Dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahaan
dari perspektif keuangan.
4. Bermanfaat bagi para kreditur digunakan untuk memperkirakan potensi
risiko yang akan dihadapi dengan adanya jaminan kelangsungan
pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman.

26

Universitas Sumatera Utara

5. Dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak stakeholder organisasi.
1.

Leverage
Rasio leverage merupakan rasio yang menunjukkan seberapa jauh

perusahaan dibiayai oleh pihak luar atau kreditur. Husnan dan Enny (2012:72)
menyimpulkan beberapa analis menggunakan istilah rasio leverage yang berarti
melakukan pengukuran terhadap kemampuan yang dimiliki oleh

perusahaan

dalam memenuhi kewajiban keuangannya. Penggunaan utang yang terlalu tinggi
akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam katagori
extreme leverage (utang ekstrem) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat hutang
yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut. Karena itu
sebaiknya perusahaan harus menyeimbangkan beberapa utang yang layak diambil
dan dari mana sumber-sumber yang dapat dipakai untuk membayar utang (Fahmi,
2011:127) leverage akan memiliki tiga implikasi penting:
a. Dengan memperoleh dana melalui utang para pemegang saham dapat
mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut dengan
sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan.
b. Kreditor akan melihat pada ekuitas atau dana yang diperoleh sendiri,
sebagai suatu batas kesamaan, sehingga semakin tinggi proporsi yang
harus dihadapi kreditor.
c. Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan
dana hasil pinjaman lebih besar dari bunga yang dibayarkan, maka
pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar atau “diungkit”
(leveraged) (Brigham dan Hauston, 2009:103).

27

Universitas Sumatera Utara

Mengenai rasio leverage sebagaimana yang diutarakan, menurut Brigham dan
Weston (2005:57) ada beberapa rasio leverage yang dapat digunakan, yaitu:
1. Debt Ratio, perbandingan antara total kewajiban dengan total aset.
2. Debt to equity ratio, perbandingan total utang dengan total ekuitas dalam
pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri
perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya.
3. Time interest earned ratio, merupakan perbandingan antara laba sebelum
bunga dan pajak atau laba operasi (EBIT) dengan beban bunga.
4. Fixed Charge Coverage ratio, mengukur berapa besar kemampuan
perusahaan untuk menutup beban tetapnya termasuk pembayaran deviden.
2.

Likuiditas
Suatu perusahaan yang ingin mempertahankan kelangsungan kegiatan

perusahaannya harus memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban-kewajiban
finansial yang harus segera dilunasi. Likuiditas tidak hanya bekenaan dengan
keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan
kemampuan mengubah aktiva lancar menjadi uang kas.
Menurut Brigham dan Houston (2010:121), rasio likuiditas adalah rasio
yang menunjukkan hubungan antara kas dan aset lancar perusahaan lainnya
dengan kewajiban lancarnya. Salah satu alat yang dipakai untuk mengukur
likuiditas adalah dengan menggunakan rasio lancar (current ratio). Perusahaan
yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti
perusahaan tersebut dalam keadaan likuid dan mempunyai aktiva lancar lebih
besar daripada hutang lancarnya.

28

Universitas Sumatera Utara

Mengenai rasio-rasio likuiditas sebagaimana yang diutarakan, menurut
Riyanto (2010: 332), dapat dilihat sebagai berikut :
a. Rasio Lancar (Current Ratio), rasio ini merupakan perbandingan antara
aset lancar dengan kewajiban lancar.
b. Rasio Cepat (Quick Ratio), rasio ini merupakan perbandingan antara aset
lancar dikurangi persediaan dengan kewajiban lancar.
Menurut Munawir (2002:93) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
tingkat likuiditas, diantaranya:
1. Kekurangan modal kerja, dapat menimbulkan perusahaan illikuid. Terlalu
besar kewajiban jangka pendek/ kewajiban lancar bila dibandingkan
dengan modal kerja, juga akan menyebabkan perusahaan dalam keadaan
illikuid.
2. Kebijakan kredit yang dijalankan perusahaan, dapat juga menyebabkan
illikuid. Syarat kredit penjual yang terlalu lunak, sehingga perputaran
piutag lambat akan menyebabkan illikuid.
3. Modal kerja yang terlalu besar sehingga adanya sebagian dana yang
menganggur, akibatnya perusahaan akan berada dalam keadaan over
likuid.
4. Kurang adanya manajemen keuangan yang baik dalam pengaturan
keuangan, hal ini dapat menimbulkan illikuid atau over likuid.
3.

Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan

efek-efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi

29

Universitas Sumatera Utara

(Brigham dan Hauston, 2009:107). Husnan dan Enny (2012:75) menyatakan rasio
profitabilitas atau efisiensi rasio-rasio ini dimaksudkan untuk mengukur efesiensi
penggunaan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan (atau mungkin sekelompok
aktiva perusahaan). Mungkin juga efesiensi ingin dikaitkan penjualan yang
berhasil diciptakan. Sebagai misal ada jenis perusahaan yang mengambil
keuntungan yang relatif cukup tinggi dari setiap penjualan (misal penjualan
meubel, perhiasan, dan sebagainya), tetapi ada pula keuntungan relatif cukup
rendah (seperti barang keperluan sehari-hari). Semakin baik rasio profitabilitasnya
maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan
perusahaan (Fahmi, 2011:135).
Mengenai rasio-rasio profitabilitas sebagaimana yang diutarakan, menurut
Riyanto (2010: 335), dapat dilihat sebagai berikut:
a. Margin Keuntungan (Profit Margin), rasio ini merupakan perbandingan
antara laba bersih dengan penjualan.
b. Tingkat Pengembalian Aset (Return On Assets), rasio ini merupakan
perbandingan antara laba bersih dengan total aset.
c. Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return On Equity), rasio ini merupakan
perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas.
Van Horne dan Wachowicz (2005:222-225) analisis profitabilitas terdiri
atas dua jenis, yaitu:
1. Profitabilitas

dalam

hubungannya

dengan

investasi.

Salah

satu

pengukurannya adalah dengan tingkat pengembalian atas aktiva (return on

30

Universitas Sumatera Utara

assets/ ROA) atau ‘tigkat pengembalian atas investasi’ (return on
invesment/ ROI).
2. Profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan. Pengukurannya dengan
menggunakan margin laba kotor atau margin laba bersih.

2.1.9

Faktor Non Keuangan

Faktor non keuangan yang turut dipertimbangkan menurut Widowati, et. al
(2013). adalah umur obligasi (maturity) dan jaminan (secure) Keterangan tersebut
adalah dijamin atau tidaknya suatu obligasi yang jangka waktu jatuh tempo
instrumen obligasi (maturity).
1. Secure
Berdasarkan jaminan, obligasi dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu,
obligasi yang memiliki jaminan (secure) dan obligasi tanpa jaminan (debenture).
Obligasi dengan jaminan merupakan obligasi yang dijamin dengan kekayaan
tertentu dari penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga. Tingkat
risiko yang terkandung dalam obligasi dipengaruhi oleh jaminan. Maka dari itu,
obligasi yang tidak dijaminkan akan memiliki risiko yang lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan obligasi yang memiliki jaminan. Semakin tinggi nilai aset
yang dijaminkan maka peringkat obligasi akan semakin tinggi (Almilia dan Devi,
2007:7).

31

Universitas Sumatera Utara

2. Maturity
Umur obligasi (maturity) merupakan faktor non keuangan yang menunjukkan
rentang waktu dimana obligasi yang bersangkutan diterbitkan hingga periode
jatuh tempo atau tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan
pembayaran kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang dimilikinya. Periode
jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun.
Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk
diprediksi, sehingga memilki risiko yang lebih kecil apabila dilakukan
perbandingan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5
tahun.
Andry (2005) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat rating
obligasi tinggi mempunyai umur obligasi yang pendek. Terdapat hubungan non
monotonik antara struktur umur obligasi dan kualitas kredit untuk perusahaan
yang tercantum dalam peringkat obligasi. Investor cenderung tidak menyukai
obligasi dengan umur yang lebih panjang karena risiko yang akan didapat juga
akan semakin besar. Oleh karena itu umur obligasi yang pendek menunjukkan
peringkat obligasi yang investment grade.
2.2

Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang mencari pengaruh variabel

bebas yaitu Leverage, profitabilitas, likuiditas, jaminan (secure), dan umur
obligasi terhadap variabel terikat peringkat obligasi dapat di tunjukkan sebagai
berikut.

32

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
Peneliti/
Tahun
Mahfudhoh
dan
Cahyonowati
(2014)

Murcia, et.al
(2014)

Gema
Yulianingsih
(2013)

Judul
Penelitian
Analisis Faktorfaktor yang
mempengaruhi
Peringkat
Obligasi

Variabel
Dependen:
Peringkat
Obligasi

Teknik
Analisis
Regresi
Logistik

Independen:
Likuiditas,
profitabilitas,
leverage,
produktivitas,
pertumbuhan
perusahaan,
laba ditahan,
jaminan, dan
Maturity

The
Determinants
Credit Rating:
Brazilian
Evidence

Dependen:
Rating

Analisis Faktorfaktor yang
mempengaruhi
Prediksi
Peringkat
Obligasi Pada

Independen :
Peringkat
Obligasi

Independen:
leverage,
profitabilitas,
size, cakupan
keuangan,
likuiditas, tata
kelola
perusahaan,
pengendalian,
pasar
keuangan
kinerja dan
internasionalis
asi, growth

Dependen:
Likuiditas,
profitabilitas,
leverage,
(size),
maturity,
produktivitas

Generalize
Estimating
Equations
(GEE)

Regresi
Logistik

Hasil Penelitian
Hasil yang diperoleh
dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa
pada likuiditas,
profitabilitas,
leverage,
produktivitas,
pertumbuhan
perusahaan, jaminan,
dan umur obligasi
tidak berpengaruh
signifikan.
Sedangkan ukuran
perusahaan dan laba
ditahan berpengaruh
signifikan.
Hasil yang diperoleh
dari penelitian ini
menunjukkan bahwa
pada variabel bebas
leverage,
internasionalisasi
signifikan pada
tingkat 1% dalam
menjelaskan
peringkat kredit.
Sedangkan pada
kinerja di pasar
keuangan signifikan
pada tingkat 5%;
profitabilitas dan
pertumbuhan juga
signifikan secara
statistik, pada
signifikansi 10%.
Profitabilitas, size,
maturity, dan
produktivitas
berpengaruh dalam
memprediksi
peringkat obligasi.

33

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.2
Widowati, et.
al. (2013)

Nicko Adrian
(2009)

BissoondoyalBheenick
(2002)

Analisis Faktor
Keuangan dan
Non Keuangan
Yang
Berpengaruh
Pada Prediksi
Peringkat
Obligasi di
Indonesia

Analisis
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Peringkat
Obligasi pada
Perusahaan
Manufaktur
yang Terdaftar
di BEI

Determinants
and Impact of
Credit Ratings:
Australian
Evidence

Dependen:
Peringkat
Obligasi
Independen:
Profitabilitas,
leverage,
likuiditas,
solvabilitas,
nilai pasar,
Produktivitas,
umur obligasi
(maturity),
Secure,
Reputasi
Auditor,
Dependen:
Peringkat
Obligasi

Regresi
Logistik

Hanya
Profotabilitas,
Leverage,
likuiditas, dan
reputasi auditor
berpengaruh
terhadap
peringkat
obligasi.

Regresi
Logistik

Dalam
penelitian ini
hasil yang
diperoleh
menunjukkan
bahwa hanya
pada variabel
likuiditas dan
umur obligasi
(maturity)
berpengaruh
signifikan
terhadap
peringkat
obligasi.
Hasil yang
diperoleh
dalam
penelitian ini
menunjukkan
bahwa hanya
profitabilitas,
ukuran, dan
leverage rasio
berpengaruh
yang signifikan
dalam
penentuan
peringkat
kredit.

Independen:
Leverage,
Profitabilitas,
Likuiditas, dan
Umur Obligasi
(maturity)

Independen:
Kredit Rating
Dependen: size,
growth,
profitability,
leverage,
interest,
liquidity,

Ordered
Response
Model

34

Universitas Sumatera Utara

2.3

Kerangka Konseptual
Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu, maka peneliti

mengindikasikan variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini faktor
keuangan dengan rasio leverage yang digunakan untuk mengukur sejauh mana
aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. Leverage menunjukkan berapa besarnya
beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktiva, dalam hal
ini diukur dengan Debt to Equity Ratio. Dengan menggunakan lebih banyak utang
berarti perusahaan memperbesar risiko yang ditanggung perusahaan, tetapi juga
memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Sebaliknya, apabila rasio
leverage lebih rendah tentu mempunyai risiko kerugian lebih kecil dan dapat
mengakibatkan rendahnya tingkat pengembalian yang diharapkan (Brigham dan
Weston, 2005:5). Hal tersebut akan mengakibatkan rendahnya peringkat obligasi
yang diterima perusahaan tersebut.
Informasi pemberian peringkat obligasi yang dipublikasikan menjadi
sinyal kondisi keuangan perusahaan dan menggambarkan kemungkinan yang akan
terjadi terkait utang yang dimiliki (Raharja dan Sari, 2008). Semakin tinggi
leverage maka sebagian besar modal yang dimiliki perusahaan didanai oleh utang,
sehingga akan mengakibatkan semakin sulitnya perusahaan untuk memperoleh
pijaman dikarenakan perusahaan berada dalam default risk, karena besar
kemungkinan perusahaan tidak dapat mengembalikan pokok pinjaman dan bunga
secara berkala di karenakan besarnya utang yang dimilki oleh perusahaan tersebut.
Jadi semakin tinggi leverage maka kemungkinan peringkat obligasi perusahaan
tersebut akan semakin rendah.

35

Universitas Sumatera Utara

Rasio likuiditas adalah faktor keuangan yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan
(Van Horne, 2005:205). Dalam hal ini likuiditas diukur dengan menggunakan
Current Ratio. Rasio lancar merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan
utang lancar. Rasio lancar yang tinggi akan berpengaruh negatif terhadap
kemampuan memperoleh laba, karena sebagian modal kerja yang tidak berputar
atau megalami pengangguran (Martono dan Harjito, 2001: 135). Purwaningsih
(2008) menemukan hubungan antara likuiditas dengan credit rating. Peringkat
obligasi dapat menjadi sinyal kondisi keuangan perusahaan dan menggambarkan
kemungkinan yang akan terjadi terkait utang yang dimiliki (Raharja dan Sari,
2008). Semakin tinggi likuiditas perusahaan maka kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya semakin baik. Peminjam (lender)
menggunakan aset paling likuid sebagai sumber pembayaran utama dan bunga
sekuritas dalam asset financed (Joseph, 2002). Jadi semakin perusahaan banyak
memiliki aset yang likuid maka secara tidak langsung akan mempengaruhi
pelunasan kewajiban jangka panjangnya (pelunasan obligasi) yang diharapkan
dapat mengurangi default risk, sehingga kemungkinan peringkat obligasi
perusahaan tersebut semakin baik.
Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on
Assets (ROA) yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan penggunaan seluruh aktiva yang dimiliki
perusahaan (Abdullah, 2005:57). Menurut Raharja dan Sari (2008), semakin
tinggi

tingkat

profitabilitas

perusahaan

maka

semakin

rendah

risiko

36

Universitas Sumatera Utara

ketidakmampuan membayar kewajiban atau default. Profitabilitas memberikan
gambaran sejauh manakah keefektifan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi
perusahaan. Semakin tinggi rasio profitabilitas maka perusahaan dinilai semakin
efektif dalam menghasilkan laba, sehingga kemampuan perusahaan dalam
melunasi pokok pinjaman dan membayar bunga semakin baik dan peringkat
obligasinya akan tinggi. Semakin tinggi peringkat obligasi memberikan sinyal
bahwa probabilitas risiko kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajibananya
semakin rendah.
Secure (jaminan) adalah salah satu aspek penting pada obligasi karena
adanya jaminan pada obligasi, berarti perusahaan dapat menekan risiko default
kepada para pemegang obligasi. Andry (2005) menyatakan jika aset perusahaan
dijaminkan untuk obligasi, maka rating obligasi pun akan membaik sehingga
obligasi tersebut dapat dikategorikan aman. Peringkat obligasi yang tinggi
memberikan sinyal tentang rendahnya probabilitas kegagalan pembayaran utang
sebuah perusahaan. Jika obligasi dijamin dengan aset yang bernilai tinggi, akan
memberikan rasa aman kepada para investor karena perusahaan dapat
menyakinkan investor bahwa perusahaan dapat memenuhi pembayaran bunga dan
pokok pinjaman dengan baik melalui aset yang dijaminkan tersebut, sehingga
risiko gagal bayar yang akan dihadapi oleh investor akan berkurang. Sehingga
obligasi yang diberi jaminan akan memberikan peringkat yang tinggi bagi
perusahaan.
Maturity (umur obligasi) yang dimaksud adalah selisih antara tanggal
obligasi tersebut pertama kali diterbitkan (listing date) sampai dengan tanggal

37

Universitas Sumatera Utara

jatuh tempo obligasi tersebut atau sering disebut term to maturity, dimana
pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok pinjaman atau
nilai nominal obligasi dan bunga periodik yang dimilikinya. Investor cenderung
tidak menyukai obligasi dengan umur yang lebih panjang karena risiko yang akan
didapat juga akan semakin besar (Andry, 2005). Semakin pendek umur obligasi
maka kekhawatiran investor akan adanya risiko gagal bayar diperusahaan semakin
rendah. Sehingga dapat dikatakan umur obligasi yang semakin pendek akan
memberikan peringkat obligasi yang tinggi bagi perusahaan. Kondisi ini dapat
menjadi sinyal yang dapat mempengaruhi keputusan investor nantinya untuk
berinvestasi pada obligasi perusahaan tersebut.
Berikut ini gambaran model kerangka konseptual yang akan mengkaji
faktor keuangan dan non keuangan yang mempengaruhi peringkat obligasi:
Leverage

Likuiditas

Profitabilitas

Peringkat Obligasi

Secure

Maturity
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

38

Universitas Sumatera Utara

2.4

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini adalah

leverage, profitabilitas, likuiditas, secure dan maturity berpengaruh secara parsial
dan simultan terhadap peringkat obligasi.

39

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Dan Non Keuangan Terhadap Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

18 426 121

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 3 72

Analisis Faktor Keuangan dan Non Keuangan yang Berpengaruh Terhadap Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

2 11 97

ANALISIS PENGARUH FAKTOR KEUANGAN DAN NON KEUANGAN TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI Analisis Pengaruh Faktor Keuangan Dan Non Keuangan Terhadap Peringkat Obligasi (Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia periode 2012

0 2 15

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREDIKSI PERINGKAT OBLIGASI PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Non-Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 15

Analisis Faktor Keuangan dan Non Keuangan yang Berpengaruh Terhadap Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

Analisis Faktor Keuangan dan Non Keuangan yang Berpengaruh Terhadap Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Analisis Faktor Keuangan dan Non Keuangan yang Berpengaruh Terhadap Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

Analisis Faktor Keuangan dan Non Keuangan yang Berpengaruh Terhadap Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

0 0 4

Analisis Faktor Keuangan dan Non Keuangan yang Berpengaruh Terhadap Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

0 0 10