Implementasi Standar Kesetan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara

5

BAB I
PENDAHULUAN

H.

Latar Belakang
Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam

meningkatkan mobilitas sosial masyarakat. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
(selanjutnya disebut LLAJ) merupakan hal yang sangat dekat dekat masyarakat.
Setiap waktu masyarakat terus bergulat dengan Angkutan Jalan dengan bermacammacam kepentingan. Sejarah Lalu lintas dan Angkutan Jalan di Indonesia telah
melewati berbagai masa sejak dari masa Pemerintahan Belanda sampai pada era
refomasi pada saat ini. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pun telah melewati berbagai
kondisi zaman dibarengi dengan berbagai kemajuan di Bidang Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi sampai perubahan pola tingkah laku masyarakat.
Dibalik manfaat lalu lintas tersebut, terdapat juga berbagai permasalahan
yang berkaitan dengan penggunaan jalan raya. Banyaknya pengguna jalan raya
setiap hari, tidak mungkin luput dari permasalahan lalu lintas. Salah satu
permasalahan dalam lalu lintas yaitu apa yang disebut kecelakaan lalu lintas.

Kecelakaan bisa terjadi karena kelalaian pengemudi sendiri atau sebaliknya.
Misalnya, seorang pengemudi mobil waktu mau mendahului mobil di depannya,
tidak memperhatikan arus lalu lintas dari arah berlawanan sehingga menabrak
pengendara motor. Ini hanya merupakan sebagian permasalahan kecil yang terkait
dengan kecelakaan di jalan raya.

6

Jalan raya adalah salah satu sarana transportasi yang paling banyak
dipergunakan untuk menunjang perekonomian maupun kegiatan-kegiatan manusia
sehari-hari. Jalan raya berfungsi untuk melewatkan lalu lintas diatasnya dengan
cepat, aman dan nyaman. Transportasi darat merupakan sistem trasportasi yang
terbesar dan yang paling mendapat perhatian. Hal ini terutama disebabkan oleh
aktivitas manusia pada umumnya dilakukan di darat, dimana sistem transportasi
darat ini memerlukan prasarana jalan sebagai jalur penghubung sebagai penunjang
perekonomian, perkembangan wilayah, perkembangan sosial dan perkembangan
kebudayaan.
Jalan sebagai bagian dari sistem transportasi nasional mempunyai peranan
penting terutama dalam mendukung kegiatan dalam bidang ekonomi, sosial dan
budaya serta lingkungan. Jalan dikembangkan melalui pendekatan pengembangan

wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah,
membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional untuk memantapkan pertahanan
dan keamanan nasional, serta membentuk struktur ruang dalam rangka
mewujudkan sasaran pembangunan nasional. 1
Masalah keselamatan di jalan sangat erat kaitannya dengan lalu lintas
karena berbagai kecelakan yang menimbulkan kerugian dan bahkan kematian
sering terjadi berkaitan dan menggunakan lalu lintas sebagai sarananya. Oleh
karena itu upaya preventif dalam menjaga keamanan dan keselamantan di jalan
harus menjadi prioritas yang diutamakan. Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009
1

Hikmat Iskandar, Standar Jalan yang Berwawasan Keselamatan Transportasi Darat,
Artikel, Puslitbang Jalan dan Jembatan,2014, hal 1.

7

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mengamanatkan bahwa peran dan fungsi
polisi dibidang lalu lintas adalah Pendidikan Masyarakat Lantas (education),
Rekayasa Lantas (enginering), Penegakan Hukum (law enforcement), Registrasi
dan


Identifikasi

pengemudi

dan

kendaraan

bermotor

(regestration

and

identification), dan sebagai pusat Komando, Kendali, Koordinasi dan Informasi
(K3I) lalu lintas. 2
Fungsi dan peran tersebut bertujuan untuk mewujudkan keamanan,
keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas, meminimalisisir korban fatalitas
sebagai akibat terjadinya kecelakaan lalu lintas, kepatuhan masyarakat terhadap

hukum dan peraturan lalu lintas, serta meningkatkan pelayanan masyarakat
dibidang lalu lintas. Sejalan dengan perkembangan masyarakat saat ini maka
kebutuhan sarana dan prasrana yang terkait dengan transportasi guna mendukung
produkstivitas di berbagai bidang yang menggunakan sarana jalan raya semakin
meningkat. Hal tersebut memberi dampak positif dan negatif.
Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 26 Tahun 2015
tentang Standar Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Berdasarkan
Permenhub tersebut, pelanggar aturan akan dikenakan sanksi tegas kepada
penyelenggaran prasarana, sarana dan sumber daya manusia. Peraturan Menteri
Perhubungan, dalam Pasal 1 angka (2) dinyatakan, penyelenggara sarana dan
prasarana serta sumber daya manusia bidang lalu lintas dan angkutan jalan wajib
memenuhi standar keselamatan yang meliputi, kendaraan bermotor umum,
2

Juli 2016.

http://dikdas.kemdiknas.go.id/application/media/file/content-2220.pdf, diakses tanggal 1

8


prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, sumber daya manusia di bidang lalu lintas
dan angkutan jalan, operasional serta lingkungan."Sanksi bagi penyelenggara dan
sarana serta sumber daya manusia di bidang lalu lintas dan angkutan jalan yang
melakukan

pelanggaran

pemenuhan

persyaratan

keselamatan

transportasi

dikenakan sanksi pidana maupun sanksi administratif sesuai peraturan," dinyatakan
dalam Pasal 3 yaitu Penyelenggara prasarana dan sarana serta sumber daya manusia
bidang lalu lintas dan angkutan jalan yang melakukan pelanggaran terhadap
pemenuhan persyaratan keselamatan transportasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 dikenakan sanksi pidana maupun administratif sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.
Sementara pengawasan pelaksanaan peraturan tersebut dilakukan oleh
Dirjen Perhubungan Darat termasuk memberikan sanksi yang tegas kepada setiap
pelanggaran peraturan perundang-undangan dan melaporkan kepada Menteri
Perhubungan. 3
Lalu lintas dan Angkutan Jalan ketika pada Masa Pemerintahan Hindia
Belanda diatur dalam “Werverkeersordonnantie” (Staatsblad 1933 Nomor 86).
Perkembangan selanjutnya Weverkeersordonnantie tidak sesuai lagi dengan
tuntutan dan dirubah lagi dalam Staatsblad 1940 No. 72. Kemudian
Werverkeersordonnantie dirubah lagi setelah pada tahun 1951 dengan Undangundang No. 3 Tahun 1951. Perubahan dan Tambahan Undang-undang Lalu Lintas
Jalan (Werverkeersordonnantie, Staatsblad 1933 No. 86). Kemudian selang 15
3

Peraturan Menteri Nomor : PM 26 Tahun 2015 tentang Standar Keselamatan Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 1 jo Pasal 3.

9

tahun kemudian dari berlakunya Undang-undang No. 15 Tahun 1951 Pemerintah
Indonesia mengatur lagi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan kedalam undang-undang

yang baru serta mencabut peraturan sebelumnya tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan. Maka lahirnya Undang-undang No. 3 Tahun 1965 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan yang pada waktu itu atas persetujuan bersama antara Presiden
Soekarno dengan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR GR). Undangundang No. 3 Tahun 1965 ini bahwa ini adalah Undang-Undang pertama yang
mengatur LLAJ di Indonesia setelah Indonesia merdeka. 4
Pelanggaran aspek sarana persyaratan teknis sesuai Pasal 76 Undangundang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
(selanjutnya disebut Undang-undang Lalu Lintas) akan dikenakan sanksi
administratif berupa peringatan tertulis, pembayaran denda, pembekuan izin
dan/atau pencabutan izin. Sarana transportasi yang memenuhi persyaratan
keselamatan harus sesuai Pasal 48 ayat (2) Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
terdiri atas susunan (rangka landasan, motor penggerak, sistem pembuangan, sistem
penerus daya, sistem roda-roda, sistem suspensi, sistem alat kemudi, sistem rem,
sistem lampu dan alat pantul cahaya serta komponen pendukung). Sarana
transportasi juga harus dilengkapi sabuk keselamatan, ban cadangan, segitiga
pengaman, dongkrak, pembuka roda, peralatan pertolongan pertama pada
kecelakaan. Karoseri kendaraan harus memiliki kaca, pintu, engsel, tempat duduk,

4

Feriansyach.wordpress.com/2011/03/08/sejarah-singkat-regulasi-lalu-lintas-dan

angkutan-jalan-di-indonesia/ di akses pada tanggal 1 Juli 2016.

10

tempat pemasangan tanda nomor kendaraan dan sistem converter kit bagi
kendaraan bermotor berbahan bahan bakar tekanan tinggi. 5
Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam
mendukung pembangunan dan integrasi. Sebagai bagian dari sistem transportasi
nasional, lalu lintas dan angkutan jalan harus dikembangkan potensi dan perannya
untuk mewujudkan keamanan, kesejahteraan, ketertiban berlalu lintas dan angkutan
jalan dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, otonomi daerah, serta akuntabilitas penyelenggaraan
negara. Terhadap hal-hal yang bersifat teknis operasional diatur dalam Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan. Undang-undang ini pada dasarnya diatur secara komprehensif
dan terperinci. Namun, untuk melengkapi secara operasional, diatur ketentuan
secara teknis ke dalam peraturan pemerintah, peraturan Menteri, dan Peraturan
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Hukum

administrasi


negara

sebagai

fenomena

kenegaraan

dan

pemerintahan keberadaanya setua dengan keberadaan negara hukum atau muncul
bersamaan dengan diselenggarakannya kekuasaan negara dan pemerintahan
berdasarkan aturan hukum tertentu. 6
Hukum administrasi negara adalah hukum yang mengatur kegiatan
administrasi negara. Di dalam hukum administrasi negara, yang menjadi salah satu
unsur pentingnya adalah adanya asas-asas umum pemerintahan yang baik (General

5


Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal
48 jo Pasal 76.
6
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta, UII Press Indonesia, 2010, hal
22

11

Principle of Good Goverment). Asas-asas umum pemerintahan adalah asas yang
menjunjung tinggi norma kesusilaan, kepatutan, dan aturan hukum. 7 Pada dasarnya
setiap bentuk campur tangan pemerintah harus didasarkan pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku sebagai perwujudan dari asas legalitas, yang
menjadi sendi utama negara hukum. Akan tetapi karena ada keterbatasan dari asas
ini, maka kepada pemerintah diberi kebebasan freies ermessen, yaitu kemerdekaan
pemerintah untuk dapat bertindak atas inisiatif sendiri dalam menyelesaikan
persoalan-persoalan sosial. Freies ermessen (diskresionare) merupakan salah satu
sarana yang memberikan ruang bergerak bagi pejabat atau badan-badan
administrasi negara untuk melakukan tindakan tanpa harus terikat sepenuhnya pada
undang-undang. 8
Berdasarkan latar belakang di atas tertarik memilih penelitian skripsi

dengan judul Implementasi Standar Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan Ditinjau dari Perspektif Hukum Administrasi Negara.

I.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis

merumuskan permasalahan sebagai berikut
1. Bagaimana pengaturan hukum standar keselamatan lalu lintas dan
angkutan jalan.

7

Darda Syahrizal, Hukum Administrasi Negara dan Pengadilan Tata Usaha Negara,
Yogyakarta, Pustaka Yustisia, 2012, hal 30.
8
Ridwan HR, Op.Cit, hal 187-188

12

2. Bagaimana implementasi standar keselamatan lalu lintas dan angkutan
jalan di Kota Medan.
3. Apa hambatan dan bagaimana upaya mengatasi hambatan dalam
implementasi standar keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan di
tinjau dari perspektif Hukum Administrasi Negara.

J.

Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penulisan ini adalah sebagai

berikut :
1. Untuk mengetahui pengaturan hukum standar keselamatan lalu lintas
dan angkutan jalan.
2. Untuk mengetahui implementasi standar keselamatan lalu lintas dan
angkutan jalan di Kota Medan.
3. Untuk mengetahui hambatan dan upaya mengatasi hambatan dalam
implementasi standar keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan di
tinjau dari perspektif Hukum Administrasi Negara
Adapun manfaat dalam penulisan skripsi ini adalah :
1. Manfaat teoritis
Hasil Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan ilmu
hukum, khususnya Implementasi Standar Keselamatan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Ditinjau dari Perspektif Hukum Administrasi Negara.

13

2. Manfaat praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
masyarakat dan aparat penegak hukum yang diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran hukum dan perannya dalam implementasi
standar keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan.

K.

Tinjauan Pustaka

1.

Implementasi
Implementasi menurut Solihin Abdul Wahab, mengatakan bahwa, yaitu

Implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu
program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian
implementasi kebijaksanaan yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang
timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijaksanaan Negara yang
mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk
menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian. 9
Sedangkan

menurut

Budi

Winarno,

yang

mengatakan

bahwa

implementasi kebijakan dibatasi sebagai menjangkau tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh individu-individu pemerintah dan individu-individu swasta
(kelompok-kelompok) yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijaksanaan sebelumnya. 10

9

Abdul Wahab Solichin.. Analisis kebijaksanaan, dari formulasi ke implementasi
kebijakan Negara, Jakarta, Bumi Aksara, 2008, hal 65.
10
Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, Yogyakarta, Media Pressindo,
2005, hal 150.

14

Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa suatu proses implementasi
kebijakan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut perilaku badan-badan
adminstratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan suatu program yang
telah ditetapkan serta menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran,
melainkan pula menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan poltik, ekonomi, dan
sosial yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi segala
pihak yang terlibat, sekalipun dalam hal ini dampak yang diharapkan ataupun yang
tidak diharapakan.
2.

Standar Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Prinsip keselamatan bagi pengguna jalan, bahwa seluruh kendaraan yang

beroperasi di jalan-jalan dapat memperoleh ruang yang cukup bagi kendaraan
tersebut untuk melakukan per jalanan dengan kecepatan yang ideal tanpa gangguan
dalam lajurnya maupun dari sampingnya, sesuai dengan tujuan perjalanan. Setiap
perjalanan kendaraan harus memiliki ruang yang jelas dengan batasan-batasan
penggunaannya agar tidak terjadi pergerakan yang tidak diharapkan. 11
Standar keselamatan bidang lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana
dimaksud pada Pasal 1 ayat (2), Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 26 Tahun
2015 Tentang Standar Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan merupakan
acuan bagi penyelenggara sarana dan prasarana bidang lalu lintas dan angkutan
jalan yang meliputi :
a.

kendaraan bermotor umum;

11

Hikmat Iskandar, Op.Cit, hal 3

15

b.

prasarana lalu lintas dan angkutan jalan;

c.

sumber daya manusia di bidang lalu lintas dan angkutan jalan;

d.

operasional; dan

e.

lingkungan. 12

3.

Hukum Administrasi Negara
Dalam kamus besar bahasa Indonesia di jelaskan Implementasi adalah

pelaksanaan,

Penerapan.

Mengimplementasikan

adalah

melaksanakan

atau

menerapkanlah. 13
Hukum Administrasi Negara adalah seperangkat peraturan hukum yang
mengatur dan mengikat tentang bagaimana cara bekerjanya lembaga-lembaga atau
alat-alat administrasi Negara dalam memenuhi tugas, fungsi, wewenang masingmasing, dan hubungan dengan lembaga atau alat perlengkapan negara lain serta
hubungan dengan masyarakat dalam melayani warga negara. 14
Pengertian Hukum Administrasi Negara mencakup tiga unsur yaitu:
a. Hukum Tata Pemerintahan (HTP) yaitu eksekutif atau aktivitas
eksekutif atau tata pelaksanaan undang-undang,
b. Hukum Administrasi Negara dalam arti sempit yaitu tentang tata
pengurusan rumah tangga negara (rumah tangga negara di

12

Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2015, Op.Cit,
Pasal 1 ayat (3).
13
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi ke tiga, Bandung, Citra
Aditya Bakti, 2003, hal 441
14
http://www.temukanpengertian.com/2013/08/pengertian-hukum-administrasinegara.html, diakses tanggal 1 Juli 2016.

16

maksudkan, segala tugas-tugas yang ditetapkan dengan UndangUndang sebagai urusan negara); dan
c. Hukum Tata Usaha Negara (HTUN) yang berkait dengan surat
menyurat atau kearsipan. 15
Kebijakan yang baik tidak memiliki arti apa-apa jika tidak dapat di
Implementasikan. Apabila suatu kebijakan telah ditetapkan, maka proses
perumusan kebijakan menginjak tahapan implementasi. Tahap ini melibatkan
serangkaian kegiatan yang meliputi pemberitahuan kepada publik mengenai pilihan
kebijakan yang diambil, instrumen kebijakan yang digunakan, staf yang akan
melaksanakan program, pelayanan-pelayanan yang akan diberikan, anggaran yang
telah disiapkan, dan laporan-laporan yang akan dievaluasi. 16

L.

Metode Penelitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa

dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten.
Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu; sistematis adalah
berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang
bertentangan dalam suatu kerangka tertentu. 17

15

S.F. Marbun. Pokok-pokok Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta. Liberty, 2001,

16

Edi Suharto, Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik, Bandung, Alfabeta, 2007, hal

hal 11
36.
17

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press, 2008, hal. 42

17

1.

Sifat dan Jenis Penelitian
a.

Sifat penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif analitis.

Dikatakan bersifat deskriptif karena dalam penelitian ini diharapkan memperoleh
gambaran yang menyeluruh, lengkap dan sistematis mengenai Implementasi
Standar Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Ditinjau Dari Perspektif
Hukum Administrasi Negara. Bersifat analitis maksudnya bahwa penelitian ini
tidak hanya memaparkan apa yang telah diteliti, akan tetapi juga dianalisis terhadap
Standar Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
b. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
pendekatan yuridis normatif untuk mengkaji peraturan-peraturan yang berhubungan
dengan Standar Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Ditinjau Dari
Perspektif Hukum Administrasi Negara. Penelitian yuridis normatif adalah
penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa hukum yang tertulis dari bahan
perpustakaan atau data sekunder belaka yang lebih dikenal dengan nama bahan
sekunder dan bahan acuan dalam bidang hukum atau bahan rujukan bidang
hukum. 18 Maka pendekatan yang yang dilakukan adalah pendekatan peraturan
hukum yang berlaku baik itu dalam peraturan peraturan perundang-undangan
hukum nasional terutama administrasi negara.

18

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2007, hal .33

18

2.

Sumber Data
Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder

merupakan data yang diperoleh dari hasil penelaahan kepustakaan atau penelaahaan
terhadap berbagai literatur atau bahan pustaka yang berkaitan dengan masalah atau
materi penelitian yang sering disebut sebagai bahan hukum. 19 Data sekunder
berasal dari penelitian kepustakaan (library research) yang diperoleh dari:
a.

Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan yang terdiri dari :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu-Lintas Angkutan
Jalan.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012, Tentang Kendaraan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013, Tentang Jaringan Lalu
Lintas Dan Angkutan Jalan.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014, Tentang Angkutan Jalan
6. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2012 tentang Tata Cara
Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan Angkutan Jasa.
7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 98 Tahun 2013 tentang
Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan Kendaraan
Bermotor Umum dalam Trayek.
8. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
2015 Tentang Standar Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

19

Ibid

19

b. Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan
hukum primer, seperti rancangan undang-undang, hasl-hasil penelitian,
karya ilmiah, jurnal dan artikel.
c.

Bahan hukum tersier, yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder; seperti kamus
hukum, ensiklopedia.

3.

Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kepustakaan (library research) yaitu pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara menghimpun data yang berasal dari kepustakaan, berupa peraturan
perundang-undangan, buku-buku atau literatur, jurnal ilmiah, majalah-majalah
artikel, putusan Pengadilan yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti serta
tulisan-tulisan yang terkait dengan kekuatan hukum tentang Standar Keselamatan
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Ditinjau dari Perspektif Hukum Administrasi
Negara.
4.

Analisis data
Keseluruhan data atau bahan yang diperoleh dianalisis secara kualtitatif,

yaitu dengan memberi penilaian terhadap hasil penelitian berdasarkan peraturan
perundang-undangan, pendapat para ahli, dan akal sehat dengan uraian kalimatkalimat dan tidak menggunakan angka-angka. Analisis data ini bertolak dari teoriteori dan konsep yang telah disusun dan dikemukakan dalam kerangka teori. Dari
uraian tersebut dapat disimpulkan bagaimana Implementasi Standar Keselamatan

20

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Ditinjau dari Perspektif Hukum Administrasi
Negara.

M.

Keaslian Penulisan
Berdasarkan penelusuran pada perpustakaan Universitas Sumatera Utara

khususnya Fakultas Hukum, tidak di dapati bahwa judul Implementasi Standar
Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Ditinjau dari Perspektif Hukum
Administrasi Negara, belum pernah ada yang meneliti sebelumnya.
Penulisan skripsi ini adalah asli dari ide, gagasan, pemikiran, dan usaha
penulis sendiri dengan adanya bantuan dan bimbingan dari dosen pembimbing
penulis, tanpa adanya penipuan, penjiplakan, atau hal-hal lainnya yang dapat
merugikan para pihak tertentu. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian
untuk skripsi ini adalah asli. Dan untuk itu penulis dapat bertanggung jawab atas
keaslian penulisan skripsi ini.

N.

Sistematika Penulisan
Guna memudahkan dalam memahami isi dari skripsi ini, berikut disajikan

kerangka penulisan dari skripsi ini yang terbagi ke dalam beberapa bab dan
masing-masing bab terbagi lagi ke dalam beberapa sub bab. Adapun masingmasing bab tersebut adalah:

21

BAB I

PENDAHULUAN
Pada Bab ini diuraikan mengenai latar belakang, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian,
keaslian penulisan dan sistematika penulisan

BAB II

PENGATURAN

KESELAMATAN

LALU

LINTAS

DAN

ANGKUTAN JALAN RAYA
Bab ini berisikan mengenai pengertian lalu lintas dan angkutan jalan
raya, keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan raya dan dasar hukum
keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan raya.
BAB III

IMPLEMENTASI STANDAR KESELAMATAN LALU LINTAS
DAN ANGKUTAN JALAN
Bab ini berisikan tentang gambaran umum keselamatan lalu lintas dan
angkutan jalan raya di Kota Medan, implementasi standar keselamatan
lalu lintas dan angkutan jalan di Kota Medan dan penegakan hukum
keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan di Kota Medan.

BAB IV

HAMBATAN DAN UPAYA MENGATASI HAMBATAN DALAM
IMPLEMENTASI STANDAR KESELAMATAN LALU LINTAS
DAN ANGKUTAN JALAN
Bab ini berisikan mengenai hambatan dalam implementasi standar
keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan dan upaya mengatasi
hambatan implementasi standar keselamatan lalu lintas dan angkutan
jalan

22

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dan saran yang memuat uraian tentang kesimpulan dan
saran berdasarkan pembahasan dari permasalahan yang ada dan
alternatif pemecahan masalah.