proposal penelitian adel

DESAIN PENELITIAN
STRATEGI ADAPTASI SOSIAL MAHASISWA ASAL PAPUA DI
LINGKUNGAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Universitas Sriwijaya merupakan salah satu Perguruan Tinggi terkemuka
di Indonesia, Universitas Sriwijaya menduduki peringkat ke-24 sebagai unversitas
terbaik di Indonesia versi Menristekdikti (http://pemeringkatan.ristekdikti.go.id)
diakses pada tanggal 21 oktober 2017. Prestasi yang dimiliki oleh Universitas
Sriwijaya ini membuat Universitas Sriwijaya tak luput menjadi Perguruan Tinggi
terfavorit pilihan mahasiswa yang tidak hanya berasal dari Sumatera Selatan yang
pada dasarnya merupakan daerah tempat didirikannya Universitas Sriwijaya itu
sendiri melainkan juga menjadi pilihan bagi mahasiswa yang berasal dari luar
provinsi Sumatera Selatan

secara khusus dan secara umum dari luar pulau

sumatera. Mahasiswa Universitas Sriwijaya yang berasal dari luar pulau sumatera
sendiri paling jauh berasal dari Indonesia bagian paling timur yaitu Papua.
Mahasiswa asal Papua masuk ke Universitas Sriwijaya melalui program
afirmasi, program afirmasi merupakan program yang dicanangkan oleh

Kemenristekdikti bekerja sama dengan pemerintah daerah Papua serta beberapa
Universitas di Indonesia, program ini sendiri dikhususkan bagi putra-putri asli
Papua untuk membangun daerahnya yang tertinggal atau yang biasa disebut
dengan Upaya Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
(UP4B) Sesuai dengan amanat Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2011 tentang
Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (P4B) dan
Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2011 tentang Unit Percepatan Pembangunan
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (UP4B) yang membahas mengenai 5
program unggulan seperti (1) pemberdayaan ekonomi rakyat; (2) peningkatan
pelayanan pendidikan; (3) peningkatan pelayanan kesehatan; (4) pembanguan
infrastruktur dasar; (5) pemihakan terhadap putra/putri daerah Papua.selain itu,
juga membahas mengenai 3 program penunjang seperti (1) penguatan dan
pengendalian pemanfaatan ruang serta pengolahan pertahanan; (2) pemeliharaan

1

keamanan dan ketertiban; serta (3) pengembangan kapasitas kelembagaan.
(https://www.bappenas.go.id) yang di akses pada tanggal 24 oktober 2017.
Lingkungan Universitas Sriwijaya sendiri merupakan lingkungan sosial baru bagi
mahasiswa asal Papua. Selayaknya lingkungan sosial baru lingkungan Universitas

Sriwijaya tentu akan berbeda dari lingkungan sosial mereka yang sebelumnya
yaitu daerah asalnya Papua. Lingkungan sosial yang berbeda tersebut dapat dilihat
dari kebudayaannya. kebudayaan bersifat universal kebudayaan mempunyai ciri
khusus yang sejalan dengan situasi dan tempatnya (Herskovits dalam Soekanto,
2004:183).
Menurut Tylor (dalam Wiranata, 2011:95) Kebudayaan ialah keseluruhan
yang memuat ilmu pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan yang lain serta kebiasaan yang diperoleh manusia ketika berada
dalam masyarakat. Adanya perbedaan kebudayaan yang begitu menojol antara
Papua dan Sumatera Selatan juga bisa dilihat dari unsur-unsur kebudayaannya,
sebagaimana yang dikatakan oleh Kluckhohn (dalam Usman, 2009:64) unsur
kebudayaan meliputi alat dan perlengkapan hidup manusia, mata pencaharian dan
sistem ekonomi, sistem kemasyarakatan, bahasa, seni, serta sistem kepercayaan.
Perbedaan kebudayaan yang ada tidak seharusnya menjadikan mahasiswa
asal Papua menjadi merasa asing ketika berada di lingkungan Universitas
Sriwijaya sebagaimana yang dikatakan oleh Haviland (dalam Usman, 2009:62)
kebudayaan

harus


mempunyai

kemampuan

untuk

berubah

agar

dapat

menyesuaikan diri dengan situasi baru atau mengubah sudut pandangnya tentang
keadaan yang ada. artinya meskipun mahasiswa asal Papua telah memiliki
kebudayaan yang mereka bawa dari daerah asalnya, tidak serta merta membuat
mereka harus terkungkung pada kebudayaan yang sudah ada melainkan mereka
juga harus menyesuaikan kebudayaannya dengan kebudayaan yang berasal dari
tempat barunya yaitu Universitas Sriwijaya.
Perbedaan yang ada merupakan realitas sosial harus diterima dengan baik
oleh mahasiswa asal Papua tersebut, mahasiswa asal Papua harus menyesuaikan

dirinya dengan realitas yang ada agar dapat diterima serta bertahan di lingkungan
barunya. Pada dasarnya manusia ialah makhluk sosial, manusia yang satu tidak
bisa terlepas dari manusia lainnya mereka saling membutuhkan dan bergantung

2

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya masing-masing sebagaimana yang
dikatakan oleh Hartomo dan Aziz (2004:94) dalam diri setiap manusia ada
keinginan untuk saling membutuhkan karena kecenderungan yang seperti itu akan
selalu muncul pada diri setiap manusia itu sendiri.
Sebagai mahkluk sosial yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
sendiri dan untuk keberlangsungan hidupnya selama menempuh pendidikan
dibangku kuliah sangat penting bagi mahasiswa asal Papua untuk melakukan
adaptasi sosial di lingkungan Universitas Sriwijaya. Adaptasi dibagi menjadi tiga
bagian yaitu adaptasi perilaku (adaptive behavior), adaptasi siasat (adaptive
strategy), dan adaptasi proses (adaptive processes) (Bennett, 1976). Adaptasi
mengharuskan sistem-sistem sosial untuk menghadapi lingkungannya yang
bersifat berubah-ubah (Supardan, 2009:154). Sistem harus beradaptasi dengan
mengatasi kondisi eksternal yang kompleks, menyesuaikan diri dengan
lingkungan serta menyesuaikan lingkungan dengan kebutuhannya (Parsons dalam

Martono, 2012:51).
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Novirianto pada tahun 2013
(dalam http://eprints.ums.ac.id) diakses pada 8 September 2017 yang berjudul
Keterkejutan Budaya Pada Mahasiswa Asal Papua Kabupaten Fakfak yang dalam
kesimpulan skripsinya ia mengatakan bahwasanya mahasiswa asal fakfak
mengalami keterkejutan budaya. Gejala-gejala yang dialami oleh mahasiswa
antara lain mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, merasa kurang percaya
diri, merasa jauh dari orang tua, merasa takut dan sulit untuk melakukan hal-hal
baru, serta perbedaan metode belajar dengan daerah asal. Faktor-faktor yang
mempengaruhi keterkejutan budaya antara lain belum mempunyai pengalaman
tinggal di Surakarta, belum mengerti dengan bahasa jawa yang digunakan dalam
pergaulan sehari-hari di lingkungan sekitar menyebabkan kebingungan dalam
berkomunikasi.
Penelitian terdahulu selanjutnya dilakukan oleh Wijanarko dan Syafiq
pada tahun 2013 (dalam https://journal.unesa.ac.id) di akses pada tanggal 10
september 2017 yang berjudul Studi Feomenologi Pengamalan Penyesuaian Diri
Mahasiswa Papua di Surabaya memberikan kesimpulan bahwasanya mahasiswa
luar Papua yang berasal dari Papua mengalami berbagai hambatan dalam
3


menyesuaikan diri. Hambatan tersebut adalah adanya perbedaan bahasa,
karakteristik fisik, dan kebiasaan budaya dengan masyarakat lokal. Adanya
hambatan membuat mereka melakukan strategi penyesuaian diri. Strategi
penyesuaian diri yang diambil adalah menjahui dari persoalan interaksi,
meningkatkan kontrol diri, dan menghadapi masalah secara langsung.
Berkaitan dengan penelitian terdahulu tersebut, peneliti juga telah
melakukan studi pendahuluan melalui wawancara dengan salah satu mahasiswa
asal Papua di Universitas Sriwijaya. Dari hasil wawancara tersebut dapat
disimpulkan bahwasanya selama tinggal di lingkungan Universitas Sriwijaya
narasumber dan teman-teman asal Papua lainnya mengalami kendala bahasa
karena dosen, teman- teman kuliah serta masyarakat di lingkungan Universitas
Sriwijaya kerap menggunakan bahasa daerah Palembang yang sulit sekali untuk
mereka pahami. Kondisi lingkungan tempat tinggal di Papua berbeda dengan
kondisi lingkungan Universitas Sriwijaya, jalan di lingkungan tempat tinggal
narasumber di Papua masih digenangi oleh lumpur sedangkan jalan-jalan yang
ada di lingkungan Universitas Sriwijaya yang sudah di aspal. Mahasiswa asal
Papua yang sedang mengenyam pendidikan di Universitas Sriwijaya memperkuat
hubungan sesamanya dengan melakukan aktivitas olahraga bersama di setiap sore.
Mengenai hubungan dengan mahasiswa lainnya yang bukan berasal dari papua
narasumber sering mencoba mengakrabkan diri dengan cara ikut serta apabila ada

perkumpulan dan aktivitas belajar bersama.
Hasil observasi yang peneliti lakukan, peneliti menemukan dua kenyataan
yang berbeda, disatu kejadian peneliti melihat bahwasanya mahasiswa asal Papua
yang tinggal di asrama minim sekali melakukan interkasi dengan penghuni asrama
lainnya mereka hanya berada dalam lingkaran kelompoknya saja namun dalam
kejadian lain peneliti menemukan di perpustakaan Universitas Sriwijaya seorang
mahasiswa Papua terlihat berjalan bersama mahasiswa lain yang ciri fisiknya
tidak menunjukkan bahwa mahasiswa tersebut merupakan mahasiswa asal Papua
juga. Dari fakta tersebut peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai
adaptasi sosial mahasiswa asal Papua di lingkungan Universitas Sriwijaya melalui
sebuah penelitian yang berjudul “Strategi Adaptasi Sosial Mahasiswa Asal
Papua di Lingkungan Universitas Sriwijaya”.

4

1.2 Fokus Penelitian
Adapun fokus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kendala yang dirasakan oleh mahasiswa asal Papua ketika berada di
lingkungan Universitas Sriwijaya.
2. Strategi yang digunakan oleh mahasiswa asal Papua dalam beradaptasi di

lingkungan Universitas Sriwijaya.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana strategi adaptasi sosial
mahasiswa asal Papua di lingkungan Universitas Sriwijaya?”.
1.4 Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan diadakannya
penelitian ini yaitu untuk mengetahui strategi adaptasi sosial yang digunakan oleh
mahasiswa asal Papua di Universitas Sriwijaya.
1.5 Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai
berikut:
1.5.1 Manfaat Secara Teoritis
Secara teoritis, Penelitian ini diharapkan dapat mendukung dan memperkat
teori-teori yang terkait tentang strategi adaptasi sosial mahasiswa asal Papua di
lingkungan Universitas Sriwijaya.
1.5.2 Manfaat Secara Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi:
1.5.2.1 Bagi Mahasiswa Universitas Sriwijaya
Dengan adanya penelitian ini diharapkan mahasiswa dapat lebih

memahami tentang strategi adaptasi sosial mahasiswa asal Papua di lingkungan
Universitas Sriwijaya.
1.5.2.2 Bagi Universitas Sriwijaya
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi
Universitas Sriwijaya dalam menyusun rencana kerja berkaitan dengan strategi
adaptasi sosial mahasiswa asal Papua di lingkungan Universitas Sriwijaya.

5

1.5.2.3 Bagi Peneliti
Dengan adanya penelitian ini diharapkan agar peneliti dapat menambah
wawasan dan pengetahuan tentang strategi adaptasi sosial mahasiswa asal Papua
di lingkungan Universitas Sriwijaya.

6

2. TINJAUAN PUSTAKA
Adapun yang akan dibahas dalam Tinjauan Pustaka ini adalah landasan
Teori yang memuat penjabaran mengenai strategi, adaptasi, dan papua.
2.1 Strategi

2.1.2 Definisi Strategi
Brick (dalam Tjiptono, 2015:4) mengemukakan dalam definisi strategi
tidak terdapat konsistensi karena ada dua faktor yang mempengaruhi yaitu faktor
strategi yang bersifat multi-dimensional dan strategi bersifat situasional.
Menurut Tjiptono (2015:4)
“Ditinjau dari segi bahasa istilah strategi berasal dari kata strategia atau
strategies (bahasa Yunani), yang mengacu pada jenderal militer dan
menggabungkan dua kata stratos (tentara) dan ago (memimpin).
Konteksnya adalah perencanaan untuk mengalokasikan sumber daya
(tentara, senjata, bahan pangan, dan seterusnya) untuk mencapai tujuan
(memenangkan perang)”.
Mintzberg (dalam Tjiptono, 2015:5) mengemukakan lima definisi strategi
yaitu plan, ploy, pattern position, dan perspective dengan penjabaran sebagai
berikut:
1. Sebagai rencana (plan), strategi di definisikan sebagai “consciously
intended course of action, a guideline (or set of guidelines) to deal
with a situation”. Terdapat dua karakterisitik utama pada definisi ini:
(1) strategi diambil sebelum tindakan dilakukan ; dan (2) strategi
dipersiapkan secara terencana.
2. sebagai play, strategi dimaksudkan sebagai spesifikikasi yang

digunakan untuk mengecoh atau mengelabui musuh/pesaing .
3. sebagai pola (pattern), strategi adalah “a pattern in a stream of
actions”. Pada definisi ini strategi lebih mengarah kepada konsistensi
dalam perilaku, baik itu disengaja/terencana maupun tidak.
4. Sebagai posisi, strategi dirumuskan sebagai “a means of locating an
organization in what organization theorists like to call an
environiment”. Dalam konteks ini , strategi merupakan mediating
force atau media yang digunakan untuk menyeimbangkan lingkungan
internal dan eksternal suatu organisasi.
5. Sebagai perspektif,strategi mencerminkan “reflections and actions of
the collectivity-how intentions diffuse through a group of people to
become shared as norms and values, and how patterns of behavior
becom deeply ingrained in the group”

7

Oliver (dalam Tjiptono, 2015:5) mengklasifikasikan strategi
dalam empat hal, yaitu:
1. Strategi sebagai perang (war) atau olahraga (sport) dimana yang
menjadi fokus utamanya adalah memenangkan perang dengan cara
mengalahkan atau mengeliminasi para pesaing.
2. Strategi sebagai mesin (machine), yang menekankan kepada proses
mekanistik dalam perencanaan sistematis.
3. Strategi sebagai jejaring (network), yang menekankan kepada proses
perencanaan global, carporate reengineering, organisasi berbasis
informasi, dan pengakuan atas peran sumber daya manusia sebagai
sumber daya kunci.
4. Strategi sebagai biologi, dimana yang menjadi fokus utamanya adalah
peran penting pelanggan dan relasinya dengan ekologi perusahaan.
Berdasarkan definisi strategi yang dikemukakan tersebut, strategi dapat
diartikan sebagai cara-cara atau langkah-langkah yang disusun secara terencana
oleh seseorang yang dalam hal ini cara atau langkah tersebut dilakukan untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
2.2 Adaptasi
2.2.1 Definisi Adaptasi
Berkaitan dengan judul penelitian yang peneliti ambil, adaptasi merupakan
salah satu kata kunci dari penelitian ini, adaptasi merupakan proses penyesuaian
diri terhadap lingkungan sekitar atau pada saat berada di lingkungan baru dan
penyesuaian ini dilakukan oleh manusia ataupun makhluk hidup lainnya. adapun
definisi adaptasi menurut beberapa ahli, yaitu:
Menurut Hartomo dan Aziz (2004:73) Adaptasi adalah peniruan pada
orang lain. Adaptasi atau adaptation dipergunakan oleh para ahli untuk menunjuk
pada suatu hal yang memperlihatkan dimana makhluk-makhluk hidup
menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya (Soekanto, 2000:83).
Menurut Johnson (dalam Supardan, 2009:154) Talcott Parsons dan rekanrekannya mengembangkan kerangka A-G-I-L (Adaptation, Goal Attainment,
Integration, dan Latent Pattern Maintenance.
Supardan (2009:154) menerangkan mengenai teori sistem sosial yang
digambarkan melalui kerangka A-G-I-L , yaitu:
1. Adaptation merujuk kepada keharusan bagi sistem-sistem sosial
untuk menghadapi lingkungannya yang situasinya bersifat berubahubah dan situasi tersebut dapat dimanipulasi sebagai alat untuk
mencapai tujuan dan memanipulasi suatu situasi yang sulit dirubah
bahkan tidak dapat diubah sama sekali.

8

2. Goal Attainment berasumsi bahwa suatu tindakan itu selalu dilakukan
untuk mencapai tujuannya.
3. Intergration berhubungan dengan hubungan antara para anggota
dalam suatu sistem sosial.
4.Latent Pattern Maintenance mengarah kepada berhentinya suatu
interaksi yang didasarkan karena beberapa hal baik karena jenuh
ataupun penerimaan terhadap kenyataan yang ada.
Menurut Sahlins (dalam Bennet, 1976:246) Adaptasi menyiratkan untuk
memaksimalkan kemungkinan yang terjadi di kehidupan sosial yang tidak
terlepas dari adanya kompromi, struktur internal budaya, serta tekanan dari
eksternal.
2.2.2 Bentuk-Bentuk Adaptasi
Menurut

Bennett

dalam

Helmi

dan

Satria

tahun

2012

(www.hubsasia.ui.ac.id) diakses pada 2 januari 2018:
sebagai bagian dari proses perubahan, adaptasi dapat berakhir dengan
sesuatu yang memang diinginkan atau bahkan sesuatu yang tidak
diinginkan sama sekali. Untuk itu, adaptasi ialah suatu sistem interaksi
yang berlangsung terus menerus antara manusia dengan manusia, dan
antara manusia dengan ekosistemnya. tingkah laku manusia dapat
mempengaruhi bahkan merubah suatu lingkungan atau sebaliknya,
lingkungan yang berubah memerlukan suatu adaptasi yang selalu dapat
diperbaharuhi agar manusia dapat bertahan dan melangsungkan
kehidupan di lingkungan tempat tinggalnya.
Penelitian ini menggunakan teori adaptasi yang dikembangkan oleh
Bannet, Menurut (Bennett, 1976) Adaptasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. Adaptasi perilaku : merupakan perilaku yang dianggap sebagai sesuatu
yang dinamis dan terus menerus berubah, seiring dengan berjalanya
waktu. Perilaku yang muncul biasanya digunakan sebagai suatu alat
oleh individu maupun kelompok untuk mempertahankan diri terhadap
lingkungan dan kelompok.
2. Adaptasi siasat : merupakan perilaku yang dilakukan oleh individu
digunakan sebagai cara-cara untuk menyiasati suatu perubahan yang
terdapat di lingkungan sekitar. Hal ini dilakukan karena melalui
perubahan yang terjadi dalam lingkungan maupun keadaan sekitar
membutuhkan suatu solusi untuk mengatasi hambatan tersebut.
3. Adaptasi proses : merupakan proses adaptasi yang lebih mengarah
pada kemampuan seseorang untuk mengatasi hambatan dalam suatu
lingkungan alam. Hal ini karena tujuan untuk mendapatkan sumber
daya dianggap sebagai alat pemuas kebutuhan. Sedangkan pada level
kelompok, adaptasi bisa dikatakan sebagai suatu cara yang digunakan
untuk mempertahankan hidup (survival).

9

Menurut Sunarto dan Hartono (2008:225-226) Dalam melakukan
penyesuaian diri secara positif, seseorang dapat melakukannya dengan
beberapa bentuk, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Melakukan penyesuaian dengan menghadapi masalah secara langsung
Melakukan penyesuaian dengan ekspolari
Melakukan penyesuaian dengan coba-coba
Melakukan penyesuaian dengan mencari pengganti
Melakukan penyesuaian dengan menggali kemampuan dalam diri
Melakukan penyesuaian dengan proses pembelajaran
Melakukan penyesuaian dengan mengendalikan diri
Melakukan perencanaan dengan menyusun rencana yang tepat
Menurut Sunarto dan Hartono (2008:229) terdapat beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi proses penyesuaian diri yaitu kondisi fisik,
perkembangan dan kematangan, kondisi psikologis, kondisi lingkungan serta
keadaan kulturalnya.
Sistem harus beradaptasi dengan mengatasi kondisi eksternal yang
kompleks, menyelaraskan dirinya dengan lingkungan dan juga menyelaraskan
lingkungan dengan kebutuhannya (Parsons dalam Martono, 2012:51).
Menurut Soekanto (2002:386) teori-teori fungsional mencakup konsepkonsep, sebagai berikut:
1.Sebagai suatu sistem yang bersifat terikat dan terbatas masyarakat dapat
mengelola dirinya sendiri dan cenderung menjadi suatu sistem yang
tetap serta selaras.
2.Sebagai suatu sistem yang mengatur dirinya sendiri masyarakat memiliki
berbagai kebutuhan dasar yang harus dicukupi.
3.Kajian sosiologis mengenai sistem yang mengatur dirinya sendiri dengan
segala kebutuhannya harus dipusatkan pada fungsi bagian-bagian sistem
dalam mewujudkan kebutuhan dan menjaga keserasiannya.
4.Dalam sistem-sistem dengan berbagai kebutuhan, mungkin tipe-tipe
struktur tertentu harus ada untuk menjamin ketahanannya.
Penelitian ini menjadikan manusia sebagai sumber utamanya. pada
hahikatnya masyarakat itu bisa diibaratkan sebagai sebuah sistem, yang dimana
didalamnya terdiri atas beberapa unsur atau elemen yang memiliki fungsinya
masing-masing dan saling memiliki keterkaitan antar unsur tersebut dalam
berproses untuk mencapai suatu tujuan (Suparsan, 2009:150).

10

Membahas mengenai adaptasi tentu tidak akan terlepas dari manusia
sebagai bagian dari masyarakat, lingkungan sosial masyarakat serta gejala-gejala
sosial yang terjadi didalamnya. Berikut ini adalah penjabarannya:
Menurut Soekanto (2002:385-386) konsep masyarakat sebagai organisme
memperkenalkan tiga asumsi yang menjadi ciri aliran fungsionalisme dalam
sosiologi, yakni:
1. Realitas sosial dipandang atau divisualisasikan sebagai suatu sistem.
2. Proses suatu sistem hanya dapat dipahami dalam kerangka hubungan
timbal balik antara bagian-bagiannya.
3. Sebagaimana halnya dengan suatu organisme, suatu sistem terikat pada
proses- proses tertentu yang bertujuan untuk mempertahankan
integtitas dan batasan-batasannya.
Menurut Hartomo dan Aziz (2004:61) manusia sebagai makhluk individu
tidak bisa hidup sendiri diperlukan keberadaannya dalam suatu kelompok
(masyarakat) sehingga individu tadi menjadi makhluk sosial yang berarti antara
individu dan kelompok terdapat hubungan yang timbal balik dan sangat erat yang
merupakan hubungan fungsional.
Didalam kehidupan sehari-hari, sering ditemukan kenyataan bahwa
manusia sebagai makhluk sosial ada kecenderungan untuk melakukan kesalahan
sesama manusia. Kecenderungan yang bersifat sosial ini selalu timbul karena pada
diri setiap manusia ada rasa saling membutuhkan (Hartomo dan Aziz, 2004:94).
Menurut Hartomo dan Aziz (2004:93-94) faktor- faktor yang mendorong
manusia untuk hidup bermasyarakat, ialah:
1. Adanya dorongan seksual, ialah dorongan manusia untuk
mengembangkan keturunan atau jenisnya.
2. Adanya kenyataan bahwa manusia itu adalah serba tidak bisa atau
sebagai makhluk yang lemah.
3. Karena manusia yang bermasyarakat terbiasa untuk meminta
pertolongan yang bermanfaat pada lingkungan sekitarnya hal ini juga
bisa dikatakan “habit”
4. Terdapat beberapa kesamaan seperti kesmamaan keturunan, kesamaan
territorial, kesamaan nasib, kesamaan keyakinan/ cita-cita, kesamaan
kebudayaan dan lain-lain.
Pendapat beberapa ahli diatas dapat dikatakan bahwasanya manusia ialah
makhluk sosial yang tidak bisa terlepas dari manusia lainnya, manusia terus

11

melakukan hubungan dengan sesamanya guna memenuhi kebutuhan hidup dan
dapat bertahan di lingkungan sosialnya.
Masing-masing lingkungan sosial tempat masyarakat tinggal tentu
memiliki ciri khusus yang membedakannya satu sama lain, hal ini dapat dilihat
dari kebudayaannya. Adapun definisi kebudayaan menurut beberapa ahli, yaitu :
Kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat
(Soemardjan dan Soemardi dalam Soekanto, 2004:173). Kebudayaan ialah sesuatu
yang kompleks mencakup ilmu pengetahuan, keyakinan, moral, hukum, adatistiadat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh
oleh manusia sebagai anggota dalam masyarakat (Taylor dalam Soekanto,
2004:172). Menurut Soekanto (2004:173) kebudayaan terdiri dari segala sesuatu
yang dipelajari dari pola-pola prilaku normatif. Kebudayaan mencakup segala
cara-cara atau pola-pola berfikir, merasakan dan bertindak.
Pengertian kebudayaan juga dapat ditinjau melalui segi bahasa, berikut
adalah penjabarannya:
Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta buddbayab yang merupakan
bentuk jamak dari kata “buddhi” yang berarti akal. Kebudayaan dapat diartikan
sebagai hal-hal yang beekaitan dengan budi atau akal (Soekanto, 2004:172).
Culture merupakan istilah asing yang mempunyai arti yang sama dengan
kebudayaan, culture berasal dari kata latin colere yang mempunyai arti mengolah
atau mengerjakan, yang dalam hal ini diartikan sebagai mengolah tanah atau
bertani dan dapat diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk
mengolah dan mengubah alam (Koentjaraningrat dalam Soekanto, 2004:172).
Soekanto (2000:193) Terdapat tujuh unsur kebudayaan yang dikenal
sebagai cultural universals, yaitu:
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alatalat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transpot dan sebagainya).
2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian,
peternakan, sistem produksi, sistem distribusi, sistem distribusi dan
sebagainya).
3. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem
hukum, sistem perkawinan).
4. Bahasa (lisan maupun tertulis)
5. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak dan sebagainya).
6. Sistem pengetahuan.
7. Religi (sistem kepercayaan).
12

Dalam melakukan adaptasi atau penyesuaian diri terhadap perbedaanperbedaan yang ditinjau dari kebudyaan serta unsur-unsur kebudayaan,
masyarakat perlu melakukan interaksi sosial terlebih dahulu karena seseorang
akan dapat melakukan aktivitas sosial seperti beradaptasi apabila ia telah
membuka ruang dengan melakukan interasksi sosial.
Menurut Supardan (2009:140) interaksi sosial merupakan syarat utama
terjadinya aktivitas sosial. Menurut Soekanto (2000:67) bentuk umum proses
sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial), oleh
karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya astivitas-aktivitas
sosial.
Menurut Young dan Raymond (dalam Soekanto, 2000:67) Interaksi sosial
adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi sosial, tak
akan mungkin ada kehidupan bersama. Interaksi sosial merupakan hubungan
timbal balik yang saling mempengaruhi antara individu dengan individu,
kelompok dengan kelompok, atau individu dengan kelompok (Subandiroso,
1987:1)
Menurut Popenoe (dalam Supardan, 2009:140) interasksi sosial adalah
proses sosial yang menyangkut hubungan timbal baliak antar individu, kelompok
maupun individu dengan kelompok . Menurut Gillin (dalam Soekanto, 2000:67)
interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia, maupun antara orang orang perorangan dengan kelompok manusia.
Menurut Ibid (dalam Soekanto, 2000:71) suatu interaksi sosial akan terjadi
apabila telah memenuhi dua syarat, yaitu :
1. Adanya kontak sosial (social-contact)
2. Adanya komunikasi.
2.3 Papua
Papua merupakan provinsi paling timur di Indonesia, sama halnya dengan
provinsi lainnya papua juga mempunyai khas tersendiri. Subandiroso (1987:120)
Papua merupakan nama yang diberikan oleh orang melayu kepada penduduk asli
irian, karena rambut mereka yang keriting. Papua berasal dari kata pua-pua yang
artinya berambut keriting.

Penduduk

pegunungan

di

Papua

kebanyakan
13

memiliki tubuh yang kecil tetapi tidak semua penduduk pegunungan memiliki
tubuh yang kecil, ada pula yang bertubuh normal misalnya suku Wahgi
(Subandiroso, 1987:120). Penduduk asli Papua yang mendiami pantai barat Papua
terbagi atas anim-anim, yakni marindanim, tarimaanim, ahussianim, pancaanim,
makianim, dan bajamanim (Subandiroso, 1987:120). Kebanyakan rumah
penduduk asli Papua berdiri diatas tiang, dibuat, sedangkan atap dan dindingnya
dibuat dari anyaman daun sagu atau rumput (Subandiroso, 1987:120).
Senjata-senjata penduduk Papua berupa panah, lembing, gada, boomerang,
kapak-kapak yang terbuat dari batu bertangkai kayu atau enimis yang diberi rotan,
dan belanga (Subandiroso, 1987:121). Penduduk asli papua sebagaian besar masih
menganut animisme dan dinamisme (Subandiroso, 1987:122).
2.4 Kerangka Berfikir
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas dan untuk lebih memahami alur
penelitian ini, berikut adalah kerangka berfikir dari strategi adaptasi sosial
mahasiswa asal Papua di lingkungan Univesrsitas Sriwijaya:
Mahasiswa Asal
Papua

Teori Adaptasi Jhon
Bennet

Adapasi
Perilaku

Adaptasi
Siasat

Adaptasi
Proses

Di Lingkungan
Universitas
Sriwijaya

Gambar I Kerangka Berfikir

14

2.5 Alur Penelitian
Berikut ini peneliti akan memaparkan alur penelitian yang akan peneliti
lakukan adalah mengenai strategi adaptasi sosial mahasiswa asal Papua di
lingkungan Universitas Sriwijaya.

Tahap Awal

Melakukan
Wawancara terhadap
informan

Mengamati
kegiatan
mahasiswa asal
Papua

- Mengumpulkan teori
pendukung mengenai
variabel penelitian
- Melakukan studi

Mengumpulkan data
selama penelitian
dilakukan

Tahap Akhir

pendahuluan dengan
wawancara dan

Pengolaan data
dan analisis data

observasi terhadap
mahasiswa asal Papua

Tahap Pelaksanaan

- Mencari d tentang
pemanfaatan sungai

Hasil Penelitian
dan Pembahasan

oleh masyarakat
- Tinjauan Pustaka dan
Buku Sebagai Referensi
- Kerangka Berpikir
- Alur Penelitian

-Populasi
dan Sampel
Bagan 2.2
Penelitian
Alur Penelitian
-Instrumen Penelitian

Kesimpulan dan
Saran

-Teknik Pengumpulan
Data

Gambar 2 Alur Penelitian

15

3. METODOLOGI PENELITIAN
Dengan mempertimbangkan keperluan Penelitian, Metodologi sangat
diperlkukan untuk mendapatkan data dengan cara-cara ilmiah dan Metodologi ini
ialah analisis teoritis mengenai cara atau metode yang digunakan dalam
Penelitian.
Adapun Metodologi Penelitian dalam Penelitian ini memuat Metode
Penelitian, Variabel, lokasi dan subjek penelitian, sumber data, populasi dan
teknik sampling, teknik pengumpulan data, teknik analisis data,

serta uji

keabsahan data.
3.1 Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian ada berbagai metode penelitian yang bisa
digunakan oleh peneliti, terkait judul penelitian yang peneliti pilih dimana
penelitian ini lebih mengarah kepada penelitian yang melihat kondisi objek secara
alamiah maka peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif karena metode
ini merupakan metode yang paling sesuai diantara metode penelitian lainnya.
Metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti kondisi objek yang alamiah sesuai fakta yang ada, metode
penelitian ini berlandaskan pada filsafat postpositivisme (Sugiyono, 2015:5) .
3.2 Variabel Penelitian
Didalam melakukan sebuah penelitian seseorang peneliti haruslah
mengetahui bahwasanya penelitiannya telah memiliki kandungan variabel yang
jelas sehingga dapat memberikan bayangan informasi dan data yang diperlukan
untuk memecahkan masalah dalam penelitian itu sendiri. Menurut Arikunto
(2002:96) Didalam sebuah penelitian variabel menjadi objek utama ataupun titik
perhatian. Kaitannya dengan penelitian ini hanya terdapat satu variabel atau
variabel tunggal yaitu strategi adaptasi sosial mahasiswa asal Papua di lingkungan
Universitas Sriwijaya.
3.3 Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasional dalam penelitian ini adalah strategi adaptasi sosial
mahasiswa asal Papua di lingkungan Universitas Sriwijaya yaitu Usaha atau caracara yang dilakukan oleh mahasiswa asal papua dalam beradaptasi di lingkungan
Universitas Sriwijaya. adapun indikator dari strategi adaptasi sosial mahasiswa

16

asal Papua di lingkungan Universitas Sriwijaya yaitu beberapa bentuk adaptasi
yang dilakukan oleh mahasiswa asal Papua agar bisa diterima dan bertahan hidup
di lingkungan Universitas Sriwijaya.
Berikut ini merupakan Tabel dari Definisi Operasional Variabel dalam
penelittian ini yaitu :
Tabel 3.1 Variabel Penelitian
No.
1.

Variabel
Strategi adaptasi

Indikator
 Adaptasi

sosial mahasiswa

Perilaku



Deskriptor
Lingkungan
Universitas

asal Papua di

Sriwijaya

lingkungan

merupakan

Universitas

lingkungan

Sriwijaya.

sosial baru bagi
mahasiswa asal
Papua. untuk
bisa diterima
dan
mempertahanka
n diri di
lingkungan
Universitas
Sriwijaya,
perilaku
mahasiswa asal
Papua akan
bersifat dinamis
atau dapat
berubah
sewaktu-waktu
hal ini
disesuaikan
dengan

17

No.

Variabel

Indikator

Deskriptor
kebutuhan dan
alur yang ada
dalam
lingkungan
Universitas
Sriwijaya itu
sendiri. Adapun
perilaku
mahasiswa asal
Papua yang
dapat terus
menerus
berubah seiring
berjalannya
waktu misalnya
perilaku
mahasiswa asal
Papua yang
semula hanya
bergaul dengan
teman sesama
Papua saja lalu
berubah bergaul
dengan semua
mahasiswa
tanpa
memandang
asal daerah,dan
perilaku
mahasiswa asal
Papua yang
semula
18

No.

Variabel

Indikator

Deskriptor
menunjukkan
rasa tidak
percaya diri
karena
perbedaanperbadaan yang
ada lalu
berubah dengan
menunjukkan
rasa percaya
diri yang kuat.




Adaptasi
Siasat

Dalam
menjalani
kehidupan di
lingkungan
Universitas
Sriwijaya yang
pada dasarnya
adalah
lingkungan
sosial baru bagi
mahasiswa asal
Papua itu
sendiri,
mahasiswa asal
Papua
mengalami
kendala dan
kendala-kendala
tersebut mereka
siasati agar

19

No.

Variabel

Indikator

Deskriptor
mampu diterima
dan bertahan di
lingkungan
Universitas
sriwijaya.
Adapun kendala
yang disiasati
mahasiswa asal
Papua misalnya
kendala bahasa,
orang-orang di
lingkungan
Universitas
Sriwijaya
terbiasa
menggunakan
bahasa daerah
Palembang
yang sulit
dimengerti oleh
mahasiswa asal
Papua lantas
mereka
mensiasatinya
dengan bertanya
dan mulai
belajar
berbahasa
Palembang.
Adapun kendala
lainnya yaitu
terkait
20

No.

Variabel

Indikator

Deskriptor
anggapan
terhadap
mahasiswa asal
Papua yang
dianggap
menutup diri
dan hanya ingin
bergaul dengan
sesama Papua
saja membuat
mereka
kesulitan untuk
berbaur dengan
orang-orang
diluar kelompok
Papua dan
mereka
mensiasatinya
dengan bersikap
ramah serta
memulai
obrolan terlebih




Adaptasi
Proses

dahulu.
Di lingkungan
Universitas
Sriwijaya
mahasiswa asal
Papua hidup
berdampingan
dengan orangorang yang
berasal dari

21

No.

Variabel

Indikator

Deskriptor
berbagai daerah
lainnya.
Masalah atau
kendala yang di
dapat oleh
mahasiswa asal
Papua bisa jadi
juga dialami
oleh mahasiswa
yang berasal
dari daerah
lainnya atau
hanya dapat
dipecahkan
dengan bantuan
dari orang lain
tidak hanya
terbatas pada
sesama Papua
saja, maka
untuk dapat
bertahan
mahasiswa asal
Papua juga akan
melibatkan
orang lain di
luar kelompok
Papuanya.
Misalnya dalam
menghadapai
kendala bahasa
mahasiswa asal
22

No.

Variabel

Indikator

Deskriptor
Papua
membutuhkan
orang yang
mahir berbahasa
Palembang
untuk
mengajarkanny
a berbahasa
Palembang.

Sumber : Bennett 1976, diolah tahun 2018
3.4 Sumber Data
Sumber data merupakan bagian yang terpenting dalam sebuah penelitian,
Peneliti harus tepat dalam memilih jenis sumber data karena sumber data inilah
yang akan menentukan ketepatan dan luas atau tidaknya informasi yang didapat.
Menurut Arikunto (2002:107) Didalam sebuah penelitian sumber data merupakan
asal dari diperolehnya sebuah data. Manusia (informan), peristiwa, tempat, benda,
beragam gambar, rekaman, dokumen dan arsip merupakan bagian dari Sumber
data yang terdapat dalam penelitan (Sutopo, 2002:49-54) .
Dari berbagai sumber data penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh
Sutopo diatas dan berdasarkan judul penelitian maka peneliti menggunakan
sumber data primer dan sekunder yang berupa Manusia selaku informan,
peristiwa, rekaman, serta dokumen

dan arsip. Adapun penjabaran mengenai

sumber data yang akan peneliti gunakan adalah sebagai berikut:
1. Data primer, yaitu berupa Peristiwa merupakan sumber data yang diperoleh
oleh peneliti sendiri dengan cara mengamati kejadian / aktivitas tampak nyata
yang berkaitan dengan penelitian dan rekaman juga diperoleh oleh peneliti sendiri
dengan merekam proses kegiatan wawancara yang berisi kegiatan tanya jawab
antara informan dan peneliti.
2.Data sekunder, yaitu berupa manusia (Informan) serta dokumen dan arsip
dimana manusia atau informan merupakan sumber data utama dalam penelitin ini
yang menjadi manusia (informannya) yaitu mahasiswa asal Papua yang berkuliah
di Universitas Sriwijaya serta dokumen dan arsip dalam penelitian ini yaitu segala

23

bentuk dokumen dan arsip yang berkaitan dengan penelitian misalnya data
mahasiswa asal Papua, absensi kehadiran mahasiswa asal Papua dalam kegiatan
kampus dll.
3.5 Populasi dan Sampel
Agar lebih terarah dan sistematis dalam melakukan sebuah penelitian,
peneliti perlu mengetahui populasi dan Sampel yang akan menjadi objek dan
subjek penelitiannya terlebih dahulu.
Berikut ini merupakan populasi dan Sampel yang akan menjadi objek dari
penelitian yang akan peneliti lakukan:
3.5.1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek dan subjek yang dapat diukur dan
diamati melalui karakteristik tertentu lalu dapat dipelajari oleh peneliti dan
mencari kesimpulannya (Sugiyono, 2009:80)
Mengingat penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, maka yang
disebut dengan populasi disini adalah situasi sosial. Activity (Aktivitas), Actor
(Pelaku), dan Place (tempat) merupakan tiga elemen yang terdapat didalam situasi
sosial yang berhubungan secara sinergis (Sugiyono, 2012:297-298).
Situasi sosial ini dapat dijadkan sebagai objek penelitian dimana situasi
sosial ini akan dipahami lebih mendalam oleh peneliti dari berbagai aspek yang
ada dalam situasi sosial tersebut. maka dari itu situasi sosial yang akan peneliti
amati atau yang menjadi objek penelitian ini yaitu tentang strategi adaptasi sosial
mahasiswa asal Papua di lingkungan Universitas Sriwijaya dimana mahasiswa
asal Papua yang berkuliah di Universitas Sriwijaya sebagai Actor (Pelaku),
strategi adaptasi sebagai Activity (Aktivitas), dan lingkungan Universitas
Sriwijaya adalah Place (Tempat).
3.5.2 Sampel
Dalam melakukan penelitian, sampel sangat diperlukan agar peneliti dapat
fokus terhadap masalah penelitiannya. Menurut Arikunto (2002:109) Sampel
merupakan sebagian dari populasi. Adapun teknik sampling yang peneliti gunakan
yaitu Purposive Sampling. Menurut Arikunto (2002:117) pada teknik Purposive
Sampling sampel ditentukan berdasarkan tujuan tertentu. Mengingat penelitian ini

24

menggunakan penelitian kualitatif yang pada dasarnya sampel dikenal dengan
istilah informan maka yang menjadi informan dalam penelitian ini yaitu
mahasiswa asal Papua di lingkungan Universitas Sriwijaya.
Tabel 3.5 Subjek Penelitian
No

Nama

Jenis Kelamin

Keterangan

.
1.

V

L

Mahasiswa

Universitas

2.

P

L

Sriwijaya asal Papua
Mahasiswa
Universitas

3.

N

P

Sriwijaya asal Papua
Mahasiswa
Universitas

4.

A

P

Sriwijaya asal Papua
Mahasiswa
Universitas

5.

K

L

Sriwijaya asal Papua
Mahasiswa
Universitas

6.

M

P

Sriwijaya asal Papua
Mahasiswa
Universitas

P

Sriwijaya asal Papua
Mahasiswa
Universitas

7.

S

Jumlah
(Sumber: Data Primer, tahun 2018)

Sriwijaya asal Papua
7 Orang

3.6 Teknik Pengumpulan Data
Didalam melakukan penelitian, peneliti perlu didukung oleh berbagai
teknik atau cara-cara yang digunakan dalam mengumpulkan data sebagai sumber
yang paling riskan dalam penelitian dan teknik atau cara-cara yang digunakan
untuk menganalisis data yang diperoleh untu mencari tahu hasil dan menarik
kesimpulan dari penelitian yang dilkukan.
Teknik pengumpulan data merupakan teknik yang dilakukan untuk dapat
menjawab tujuan dari penelitian dengan cara menggunakan teknik-teknik tertentu

25

dan menganalisis data tertentu (Afrizal, 2016:133). Didalam penelitian ini,
peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasi,
dan dokumentasi. Adapun penjabarannya akan peneliti jelaskan dibawah ini:
3.6.1 Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2009:240):
Teknik dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan
cara mengumpulkan segala bentuk dokumen yang berkaitan dengan
penelitian baik berupa gambar, karya-karya monumental, catatan, transkip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, rengger, agenda dan
lain sebagainya.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan Teknik dokumntasi untuk
mendapatkan data-data berupa arsip, rekaman, video, foto, catatan, dan lain
sebagainya terkait penelitian yang berupa Dokumen tentang strategi adaptasi
sosial mahasiswa asal Papua di lingkungan Universitas untuk lebih memperkuat
data yang dimiliki oleh peneliti.
3.6.2 Wawancara
Dalam penelitian ini, peneliti memilih teknik pengumpulan data dengan
cara wawancara mendalam. Karena dengan melakukan wawancara mendalam
peneliti dapat memperoleh data dari informan secara lebih luas.
Wawancara merupakan suatu proses bertemunya dua orang secara
langsung atau bertatap muka dalam proses Tanya jawab untuk memperoleh sebuah
informasi (Esterberg dalam Sugiyono, 2009:231) Adapun narasumber yang akan
peneliti wawancarai dalam penelitian ini yaitu mahasiswa asal papua di
lingkungan Universitas Sriwijaya.
3.6.3 Teknik Observasi
Teknik observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
oleh peneliti untuk mendapat penguatan secara langsung berkaitan objek yang
ditelitinya agar data yang diperoleh terjamin keabsahannya. Observasi ini
digunakan untuk mengetahui secara langsung atau menangkap makna yang
ditunjukkan oleh narasumber saat di wawancara mengenai gerak gerik, tingkah
laku, gaya menjawab, dll. Sebagaimana yang dikatakan oleh Marshall (dalam
Sugiyono, 2009:226) Peneliti dapat belajar mengenai perilaku serta makna dari
perilaku melalui observasi oleh karena itu observasi ini juga dilakukan untuk

26

melihat gambaran mengenai strategi adaptasi sosial mahasiswa asal Papua di
lingkungan Universitas Sriwijaya dengan melihat prilaku yang ditunjukkan oleh
mahasiswa Universitas Sriwijaya asal Papua.
Berdasarkan teknik pengumpulan data diatas dan untuk lebih rincinya
berikut ini merupakan tabel teknik pengumpulan data, ialah:
Tabel 3.6 Teknik Pengumpulan Data
No.
1.

Variabel
Teknik
Dokumentasi

Indikator
Deskriptor
-Bagian administrasi -Segala bentuk
Universitas

dokumen yang berupa

Sriwijaya dan

arsip, rekaman, video,

Peneliti
2.

Teknik Wawancara

Mahasiswa asal
Papua

foto, catatan dll.
-Jawaban-jawaban dari
informan

Teknik Observasi
3.

Peneliti

-Hasil pengamatan
peneliti ketika
melakukan suatu
penelitian yang dapat
memberikan suatu
keyakinan terkait
penelitiannya dan
menangkap makna
yang ada saat
narasumber
memberikan
keterangannya

Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2018
3.7 Teknik Analis Data
Setelah semua rangkaian kegiatan pengumpulan data terkait Penelitian telah
dilakukan maka data-data yang telah didapat akan dianalisa dan ditarik hasilnya
sehingga menjadi kesimpulan dari sebuah penelitian itu sendiri. Dalam

27

menganalisa, diperlukan teknik yang tepat dan setiap data yang berasal dari
sumber yang berbeda-beda maka akan berbeda pula teknik yang digunakan.
Teknik analisis data ialah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menganalisis data
dari berbagai sumber yang di dapat oleh peneliti (Sugiyono, 2012:199).
Dilakukannya analisis data bertujuan untuk untuk mengetahui valid atau tidaknya
data yang diperoleh oleh peneliti. Berhubungan dengan penelitian ini adapun
penjabaran dari teknik analisis data statistik Deskriptif yang digunakan dalam
penelitian ini, adalah sebagai berikut:
Analisis data adalah aktivitas yang dilakukan secara terus menerus selama
penelitian tersebut masih berlangsung. Dalam menganalisis data ini dilakukan
mulai dari pengumpulan data sampai tahap penulisan laporan (Afrizal, 2016:176).
Dalam melakukan analisis data terdapat tiga jenis teknik analissis data yang bisa
digunakan yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan (Miles dan
Huberman dalam Afrizal, 2016:174). Berdasarkan analisis data, data dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut:
3.7.1 Reduksi Data
Reduksi data dalam penelitian ini dilakukan pada awal kegiatan
menganalisis data. Menurut Sugiyono (2009:247) mereduksi data sama halnya
dengan merangkum, menentukan hal-hal penting dan utama. Berdasarkan yang
telah dikemukakan oleh Sugiyono tersebut maka reduksi data sangat perlu
dilakukan untuk membantu peneliti memahami lebih jelas terkait penelitiannya
dan memudahkan peneliti dalam malakukan pengumpulan data selanjutnya.
Adapun hal-hal yang terdapat di reduksi data dalam penelitian ini adalah strategi
adaptasi sosial mahasiswa asal Papua di lingkungan Universitas Sriwijaya.
3.7.2 Penyajian Data
Setelah melakukan reduksi data, maka peneliti menyajikannya dalam
bentuk deskriptif hal ini dapat memudahkan peneliti dalam memahami hal-hal apa
yang diteliti selaras dengan yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (dalam
Sugiyono, 2009:249) data dalam penelitian kualitatif sering disajikan dalam
bentuk teks naratif. Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan penyajian data
yang diharapkan akan dapat mempermudah untuk memahami gambaran mengenai
strategi adaptasi sosial mahasiswa asal Papua di lingkungan Universitas Sriwijaya.

28

3.7.3 Penarikan Kesimpulan
Setelah reduksi data dan penyajian data telah dilakukan maka yang
dilakukan selanjutnya yaitu mengambil kesimpulan atau verifikasi data. Tahap
ketiga pada analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan (Miles dan
Huberman dalam Sugiyono, 2009:253). Penarikan kesimpulan ini dilakukan untuk
memberikan pemaknaan terhadap data yang telah terkumpul dan kesimpulan awal
ini hanya bersifat sementara yang sewaktu-waktu akan berubah apabila ditemukan
bukti atau fakta yang dapat memperkuat data pada proses pengumpulan data
selanjutnya. Pada penelitian kualitatif kesimpulan ialah hal-hal yang belum pernah
ada sebelumnya. Peneliti bisa menemukan sesuatu yang pada awalnya masih
belum jelas namun setelah diteliti menjadi lebih jelas.
3.8 Uji Keabsahan Data
Dalam melakukan sebuah penelitian, seorang peneliti harus mengetahui
terlebih dahulu apa saja yang terdapat dalam uji ekabsahan data. Seperti yang kita
ketahui uji keabsahan data merupakan hal-hal yang dilakukan untuk mengetahui
tingkat kebenaran atau tingkat keakuratan dari hasil penelitian yang dilakukan.
Didalam uji keabsahan data terdapat: uji kredibilitas data, uji transferability, uji
dependability, dan uji confirmability. Pada penelitan ini hanya digunakan uji
kredibilitas dan uji transferability. Penjabarannya sebagai berikut:
3.8.1 Uji Kredibilitas
Uji kredibilitas data adalah suatu hasil penelitian kualitatif yang kredibel
atau dapat dipercaya yang belandaskan pada partisipan dalam penelitian tersebut.
Karena dengan adanya uji kredibilitas data ini bertujuan untuk memahami hal-hal
yang dapat dinilai secara ilmiah dan bisa menarik perhatian dari sudut pandang
seseorang. Menutut Sugiyono (2009:270-276) Strategi dalam meningkatkan uji
kredibilitas terdapat 6 bentuk yaitu sebagai berikut:
1. Perpanjangan pengamatan, dengan adanya pengamatan ini dapat
menguji kredibilitas data, kemudian si peneliti kembali lagi kelapangan
untuk memastikan apakah data tersebut sudah benar yang peneliti
amati, wawancara dan sumber data informan yang sudah pernah
peneliti temui.
2. Peningkatan ketekunan, memeriksa data kembali dan peneliti
diharapkan untuk lebih tekun dalam melakukan suatu pengamatan
secara lebih cermat.

29

3. Triangulasi, peneliti diharapkan untuk melakukan pengecekan data dari
berbagai sumber, berbagai cara, dan berbagai waktu yang ia dapatkan.
4. Analisis kasus negative, yaitu peneliti mencari data yang masih
bertentangan dengan data yang telah ada.
5. Menggunakan bahan refernsi, artinya peneliti perlu memiliki
pendukung agar dapat membuktikan kebenaran data yang ada.
6. Melakukan membercheck, peneliti diharapkan untuk lebih mengetahui
orang yang dekat dengan informan atau teman akrab. Hal ini agar
peneliti mendapatkan data yang akurat.
Pada penelitian ini peneliti akan melakukan perpanjangan pengamatan
dengan memastikan kembali data yang ada di lapangan, melakukan pengamatan
secara lebih cermat, mengecek data yang ada, mencari berbagai refernsi untuk
mendukung data yang ada, serta melakukan pengecekkan data yang ada sehingga
hasil penelitian mengenai strategi adaptasi sosial mahasiswa asal Papua di
lingkungan Universitas Sriwijaya yang peneliti miliki dapat dipercaya atau
dianggab kredibel.
3.8.2 Uji Transferabilitas
Uji transferabilitas merupakan tingkat kemampuan hasil penelitian
kualitatif yang di generalisasikan atau diterapkan dalam situasi lain (Sugiyono,
2009:276). Dalam penelitian kualitatif ini laporan yang dibuat oleh peneliti harus
meyakinkan dan dalam memberikan suatu pernyataan haruslah lebih rinci, jelas
dan sistematis agar dapat dipercaya sehingga si peneliti dapat memperoleh data
yang akurat mengenai strategi adaptasi mahasiswa asal Papua di lingkungan
Universitas Sriwijaya.
3.8.3 Uji Dependabilitas
Dalam penelitian kualitatif dependabilitas dilakukan dengan cara
melakukan audit pada keseluruhan proses penelitian. Sugiyono (2009:277)
mengemukakan bahwa:
Uji dependabilitas dilaksanakan dengan melakukan audit terhadap
seluruh proses penelitian dengan cara mengaudit keseluruhan aktivitas
peneliti dalam melakukan penelitian dimana peneliti memulai dengan
menentukan fokus penelitian, memasuki lapangan, menetapkan sumber
data, melakukan analisis data, sampai membuat kesimpulan dan hal ini
dilakuan oleh auditor yang independen.

30

Maka dari itu, uji dependabilitas sangat diperlukan dalam penelitian
kualitatif untuk menguji proses penelitian yang telah peneliti lakukan mengenai
strategi adaptasi sosial mahasiswa asal Papua di lingkungan Universitas Sriwijaya.
3.8.4 Uji Konfirmabilitas
Uji Konfirmabilitas bisa dikatan mirip dengan uji dependabilitas sehingga
keduanya dapat diuji secara bersamaan (Sugiyono, 2009:277). Dalam uji
konfirmabilitas yang di uji adalah hasil penelitian itu sendiri dengan
mengaitkannya pada proses penelitian yang telah dilakukan. Menurut Sugiyono
(2009:277) hasil penelitian dapat dikatakan memenuhi standar konfirmabilitas
apabila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan.
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan uji konfirmabilitas dengan
cara menggunakan prosedur penelitian yang menjadi standar penelitian kualitatif
mengenai strategi adaptasi sosial mahasiswa asal Papua di lingkungan Universitas
Sriwijaya yang pada akhirnya akan ditemukan keseimbangan antara proses
penelitian dengan hasil penelitian sehingga dapat diterima dan dapat dikatakan
memenuhi standar konfirmabilitas.

DAFTAR PUSTAKA
Afrizal. (2016). Metode Penelitian Kualitatif ( Sebuah Upaya Mendukung
Penggunaan Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai disiplin Ilmu). Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Aziz, Hartono. (2004). Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

31

Bennett. (1976). The Ecological Transition Cultural Anthropology and Human
Adaptation. Canada: University of British Columbia.
Bungin, (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
David. (2009). Manajemen Strategis. Jakarta: Salemba Empat.
Emzir. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Helmi, Alfian & Satria, Arif. (2012). Strategi Adaptasi Nelayan Terhadap
Perubahan

Ekologis.

Bogor:

Institut

Pertanian

Bogor.

www.hubsasia.ui.ac.id diakses pada 2 januari 2018.
Martono. (2012) . Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Novirianto, Eko Wahyu. (2013). Keterkejutan Budaya Pada Mahasiswa Asal
Kabupaten Fakfak. Surakart