T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran TIK (Jaringan) Di Kelas IX C SMPN 8 Salati

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan
Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran TIK
(Jaringan) Di Kelas IX C SMPN 8
Salatiga Semester I Tahun
Pelajaran 2014/2015
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Pendidikan
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Disusun oleh:
Adrianus Andri (702010110)
Mila Chrismawati Paseleng, S.Si. , M.Pd.

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2015


ii

iii

iv

v

vi

vii

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan
Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran TIK
(Jaringan) Di Kelas IX C SMPN 8
Salatiga Semester I Tahun
Pelajaran 2014/2015
1)


Adrianus Andri, 2) Mila Chrismawati Paseleng
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email: 1) 702010110@student.uksw.edu, 2)Mila.Paseleng@staff.uksw.edu
Abstract

The purpose of this study to improve the student’s learning activities and
student’s learning outcomes using design group investigation in ICT lesson. This study
used classroom action research, in which every cycle has four stages: planning, action,
observation and reflection. The research instruments are test, observation, and
documentary studies. The population in this study are students of grade IX of SMP
Negeri 8 in Salatiga, and the sample in this study are grade IX C with a total sample of
30 students. The results show the use of design group investigation can improve the
student’s learning activities in particular related to involvement in group work,
student’s attention to the teacher’s explanations, student’s attention to the group and
student cognitive outcomes in ICT lesson. This is proven by the increase of student’s
learning activities in each meeting and increase of students cognitive the outcomes in
each cycle.
Keywords: Design group investigation, student activity, students learning outcomes

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa
menggunakan model group investigasi dalam pelajaran TIK. Metode penelitian yang
digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dimana di setiap siklusnya terdiri
dari empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Instrumen
yang digunakan berupa tes, observasi dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa kelas IX SMP N 8 salatiga, dan sampel yang digunakan adalah kelas IX C
dengan total sampel 30 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model
group investigasi dapat meningkatkan keaktifan khususnya yang berkaitan keterlibatan
siswa dalam kerja kelompok, perhatian siswa terhadap penjelasan guru dan perhatian
siswa terhadap penjelasan kelompok dan hasil belajar kognitif siswa pada pembelajaran
TIK. Hal ini dapat dibuktikan dengan peningkatan persentase keaktifan siswa pada
setiap pertemuan dan hasil belajar kognitif siswa pada setiap siklus.
Kata Kunci: Model group investigasi, Keaktifan Siswa, Hasil Belajar, Penelitian
Tindakan Kelas
1)

Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan
Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
2)

Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
1

1.

Pendahuluan
Terjadi pergeseran paradigma tentang belajar yaitu pembelajaran
yang semula berpusat kepada guru (Teacher centered) beralih ke
pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa (Student centered).
Pembelajaran student centered menempatkan siswa sebagai subjek
sekaligus objek belajar, sedangkan guru sebagai fasilitator. Inti dari
proses pembelajaran ini adalah seluruh kegiatan siswa dalam mencapai
tujuan belajar. Penerapannya dalam pembelajaran TIK menuntut siswa
untuk aktif baik secara fisik maupun mental untuk mengikuti
pembelajaran. Keaktifan dalam hal ini diwujudkan siswa dengan
memperhatikan dan memperaktekkan langsung pengetahuan yang
diberikan oleh guru. Dengan demikian penguasaan siswa akan maksimal
sehingga hasil belajarnya lebih baik.
Observasi yang dilakukan kegiatan pembelajaran TIK di SMPN 8
Salatiga. Ketika guru menyampaikan materi, hanya beberapa siswa yang

memperhatikan dan pada saat guru selesai menyampaikan materi hanya
satu atau dua siswa yang aktif bertanya, menjawab pertanyaan guru
maupun untuk berargument yang lainnya hanya pasif selama proses
pembelajaran berlangsung. Hal ini disebabkan karena model
pembelajaran yang diterapkan guru masih tidak efektif seperti proses
pembelajaran masih terpusat pada guru (Teacher centered), kurangnya
interaksi antara siswa dengan guru,antara siswa dengan siswa maupun
siswa dengan sumber belajar, siswa kurang diberikan tugas diskusi
kelompok maupun individu. Hal ini mengakibatkan siswa tidak aktif
yang akhirnya berdampak pada hasil belajar kognitif siswa yang tidak
tercapai secara maksimal. Berikut data hasil observasi keaktifan dan hasil
belajar siswa yang dilaksanakan pada tanggal 10 dan 18 september 2014,
perhatian siswa terhadap penjelasan guru 61%, keterlibatan siswa dalam
kerja kelompok 58,2%, perhatian siswa terhadap penjelasan kelompok
65,25%, dimana terdapat 61% siswa memperoleh tingkat presentase
keaktifan sedang. Kemudian dilihat hasil belajar kognitif dari 30 siswa
diketahui 18 siswa yang sudah mendapatkan nilai diatas KKM yaitu 60%
dan 12 siswa masih dibawah KKM 40%. Dari hasil kerja kelompok ratarata nilai 62,42 dengan materi menjelaskan jenis-jenis jaringan LAN,
MAN,WAN, PAN, internet dan intranet.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dibutuhkan model

pembelajaran yang dapat mengaktifan siswa dengan cara memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dan mendorong keterlibatan
siswa di dalam proses pembelajaran yang dapat meningkatkan
pemahaman terhadap materi pelajaran TIK. Model pembelajaran yang
melatih siswa mampu memecahkan masalah atau persoalan yang
diberikan guru, dengan menempatkan guru sebagai fasilitator belajar.
Salah satu model tersebut adalah dengan penerapan model pembelajaran
group investigation. Model group investigation merupakan model
pembelajaran yang menekankan partisipasi dan aktivitas peserta didik
untuk bekerja sama dalam kelompok diskusi untuk berusaha mencari
2

sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui berbagai
sumber dari buku pelajaran maupun internet [1]. Dalam model
investigation kelompok merupakan sebagai wahana untuk mendorong
dan membimbing keterlibatan siswa selama proses pembelajaran.
Keaktifan siswa melalui investigasi kelompok ini diwujudkan di dalam
aktivitas saling bertukar pikiran melalui komunikasi yang terbuka dan
bebas serta kebersamaan melalui dari kegiatan merencanakan sampai
pada pelaksanaan investigasi topik [2]. Selain itu materi ajar dijelaskan

oleh siswa pada kegiatan presentasi yang diharapkan dapat meningkatkan
keaktifan siswa.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka akan dilakukan
penelitian tentang model group investigation dalam pembelajaran TIK.
Melalui penerapan model group investigation dalam penelitian ini
diharapkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas IX C dengan materi
jaringan di SMPN 8 Salatiga dapat meningkat.
2.

Tinjuan Pustaka
Penelitian sebelumnya dilakukan Dwi Rahayu Widyaningsih
mengenai upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata diklat IPS
ekonomi melalui model pembelajaran kooperatif tipe group investigation
(GI) kelas penjualan di SMK BATIK 2 Surakarta tahun pelajaran
2008/2009. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang
terdiri dari dua siklus. Pemilihan topik atau materi pembelajaran
ditentukan oleh setiap kelompok yang terdiri 8 kelompok dari 41 jumlah
siswa dan setiap kelompok beranggotakan 5 siswa dan 1 kelompok
beranggotakan 6 siswa, pemilihan kelompok sesuai dengan no urut absen.
Observasi yang digunakan nonpartisipatif peneliti hanya berperan sebagai

pengamat. Penelitian hanya menekankan pada peningkatan hasil belajar
ranah kognitif tes evaluasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran, sehingga dapat
disimpulkan bahwa penerapan model group investigation dapat
meningkatkan hasil belajar siswa [3].
Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Putu Ayu Fitri Mayasari
Karya yaitu Penerapan Metode pembelajaran group investigation pada
mata pelajaran TIK untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
kelas VII G SMP Negeri 2 Singaraja Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian
ini merupakan penelitian tindakan kelas yang tediri dari dua siklus,
dimana pemilihan anggota kelompok ditentukan oleh siswa sendiri
berdasarkan penomoran yang terdiri dari 5 kelompok beranggotakan 5
siswa dengan jumlah dalam satu kelas 25 siswa dan pemilihan topik
pembahasan secara undian oleh guru mengenai materi perangkat lunak
pengolah kata. Kemudian penilaian hasil belajar menekankan pada
peningkatan hasil belajar afektif atau aktivitas siswa, psikomotorik dan
kognitif berupa tes evaluasi serta respon siswa mengenai penerapan
model group investigation [4].
3


Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya yang membahas
terkait penerapan model pembelajaran group investigation dalam
berbagai kasus. Dimana dalam penelitian tersebut pemilihan topik dan
pembentukan kelompok serta observasi atau pengamatan memiliki
perbedaan masing-masing. Kemudian penilaian hasil belajar menekankan
pada peningkatan hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik, serta
penelitian merupakan penelitian tindakan kelas. Maka dilakukan
penelitian yang membahas tentang penggunaan model pembelajaran
group investigation untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran TIK. Khususnya mengenai materi dasar-dasar sistem
jaringan internet atau intranet dan perangkat keras untuk akses internet
dikelas IXC SMP Negeri 8 Salatiga. Dalam penelitian ini, uji coba
pembelajaran dilakukan dengan penelitian tindakan kelas. Dimana
penelitian ini terdiri dari 2 siklus, siklus 1 setiap kelompok
beranggotakan 5 siswa dari 6 kelompok dengan jumlah 30 siswa dalam
satu kelas, dalam setiap kelompok terdapat ketua kelompok yang sudah
ditentuakan oleh guru berdasarkan prestasi belajarnya. Pemilihan topik
sesuai no urut kelompok terdiri dari 6 topik pembahasan. Siklus 2
pembagian kelompok ditentukan oleh siswa yang berhak menentukan
setiap anggota kelompoknya, kelompok terbentuk 11 kelompok yang

beranggotakan 3 siswa dan ada 3 siswa anggota kelompoknya 2 orang.
Pemilihan topik memakai sistem undian terdiri dari 11 topik pembahasan.
Penekanan penilaian hasil belajar hanya melihat peningkatan hasil belajar
kognitif yang mencakup kerja kelompok,tes evaluasi dan afektif berupa
keaktifan siswa.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang
digunakan sebagai pendoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas
[5]. Model group investigation merupakan cara yang langsung dan efisien
untuk mengajarkan pengetahuan akdemik sebagai proses sosial dan lebih
menekankan kepada kerjasama peserta didik dalam menyelesaikan tugastugas kelompok, siswa diorganisir ke dalam kelompok-kelompok kecil
yang terdiri dari 2 atau 3 orang yang disertai tugas, melalui kerjasama
kelompok peserta didik akan belajar bagaimana bekerja dengan teman
lain atau seluruh siswa di kelas dalam berbagai variasi tugas [2].
Prinsip-prinsip model pembelajaran group investigation adalah
sebagai berikut: a) Membutuhkan kemampuan kelompok, dimana dalam
mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat
kesempatan memberikan kontribusi dan dalam penyelidikan, siswa dapat
mencari informasi dari berbagai sumber atau informasi lainnya, baik dari
dalam maupun di luar kelas, kemudian siswa mengumpulkan informasi
yang diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja; b)

Rencana kooperatif, siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka,
sumber mana yang mereka butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan
bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas;
c) peran guru, guru menyediakan sumber belajar dan sebagai fasilitator
artinya bahwa guru memperhatikan, mengawasi, mengatur dan membantu
4

siswa dalam pekerjaannya jika siswa menemukan kesulitan dalam
interaksi kelompok [6].
Langkah-langkah model pembelajaran group investigation adalah
sebagai berikut: (a) mengidentifikasi topik dan mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompok, para siswa menelaah sumber-sumber informasi,
menentukan topik dan bergabung ke dalam kelompok belajar, dengan
pilihan topik yang sama atau ditentuakan oleh guru. Komposisi kelompok
didasarkan atas ketertarikan topik yang sama dan heterogen. (b)
merencanakan tugas-tugas belajar, direncanakan secara bersama-sama oleh
para siswa dalam kelompoknya masing-masing, yang meliputi; apa yang
kita selediki, bagaimana melakukannya, bagaimana pembagian kerja dan
untuk tujuan apa topik ini diinvestigasi. (c) melaksanakan investigasi,
siswa mencari informasi-informasi, menganalisis data dan membuat
kesimpulan. Setiap anggota kelompok harus berkontribusi kepada usaha
kelompok,
para
siswa
bertukar
pikiran,
mendiskusikan,
mengklarifikasikan dan mensintesis ide-ide. (d) menyiapkan laporan akhir,
anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial proyeknya,
merencanakan apa yang akan dilaporkan dan bagaimana membuat
presentasinya. (e) mempresentasikan laporan akhir, presentasi dibuat untuk
keseluruhan kelas dalam berbagai macam bentuk. Bagian-bagian
presentasi harus secara aktif dapat melibatkan pendengar (kelompok lain).
(f) evaluasi, para siswa berbagi mengenai balikan terhadap topik yang
dikerjakan, kerja yang telah dilakukan dan pengalaman-pengalaman
afektifnya. Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi
pembelajaran [7].
Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik dan kegiatan piskis.
Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih
keterampialan-keterampilan dan sebagainya. Sedangkan kegiatan piskis
misalnya menggunakan pengetahuan yang dimiliki dan memecahkan
masalah yang dihadapi,membandingkan satu konsep dengan yang lain dan
menyimpulkan selama proses kegiatan pembelajaran [8]. Ciri dari
keaktifan belajar diantaranya, 1) perhatian siswa terhadap penjelasan guru
yang dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada guru apabila tidak
memahami persoalan dan mengerjakan tugas yang diberikan guru, 2)
keterlibatan siswa dalam kerja kelompok adalah berusaha mencari
berbagai informasi yang diperoleh untuk
pemecahan masalah,
melaksanakan diskusi kelompok, mengerjakan tugas kelompok dan
mencatat tugas diberikan guru dan melaksanakan diskusi kelompok sesuai
dengan petunjuk guru, 3) perhatian siswa terhadap penjelasan kelompok
yang dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada kelompok,
mendengarkan penjelasan kelompok dan memberikan jawaban terhadap
kelompok [9].
Hasil belajar itu mencakup kemampuan ranah kognitif
(pengetahuan, ingatan, pemahaman, menjelaskan dan meringkas) afektif
(sikap menerima, memberikan respons dan karakteristik) dan
pisikomotorik (keterampilan) [10]. Hasil belajar adalah suatu penilaian
5

akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang.
hasil belajar yang semakin membaik akan mampu membentuk pribadi
individu siswa. Hasil belajar siswa dalam pelajaran TIK hanya
menekankan pada hasil belajar ranah afektif berupa keaktifan siswa dan
hasil belajar kognitif berupa pengetahuan siswa mengenai materi
pelajaran TIK yang mencakup siswa mampu memahami dasar-dasar
sistem jaringan di internet atau intranet dan mengidentifikasi perangkat
keras dan perangkat lunak yang digunakan dalam akses internet atau
intranet.
3.

Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas atau sering
disebut dengan CAR (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan
kelas dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki mutu praktik
pembelajaran dikelasnya [11]. Penelitian ini menggunakan desain tindakan
model Kemmis & Mc Taggart merupakan pengembangan dari konsep
dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin, hanya saja komponen acting
(tindakan) dengan observing (pengamatan) dijadikan sebagai suatu
kesatuan karena keduanya merupakan kegiatan yang tak terpisahkan
terjadi dalam waktu yang sama [12]. Model yang dikemukakan oleh
Kemmis & Mc Taggart terdiri dari empat komponen, yaitu: plan
(perencanaan), acting dan observing (tindakan dan pengamatan) dan
reflect (refleksi). Pelaksanaan tindakan dilakukan sampai target yang
diinginkan tercapai. Desain penelitian tersebut dapat dilihat dalam bentuk
gambar 1.

Gambar 1 Siklus PTK menurut Kemmis & Taggart [12].

Langkah-langkah pelaksanaan penelitian terdiri dari siklus pertama
dan siklus kedua, masing-masing siklus terdiri dari beberapa tahapan yaitu
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Tahap perencanaan dilakukan oleh peneliti dan guru mata pelajaran
TIK sebagai kolaborasi. Perencanaan yang di lakukan mencakup persiapan
yang dibutuhkan saat pelaksanaan siklus I yaitu menyiapkan Rencana
6

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berisi serangkaian kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran group
investigation, menyiapkan instrumen lembar obeservasi atau pengamatan,
dokumentasi dan tes hasil belajar serta mempersiapkan lembar kerja
kelompok.
Tahap pelaksanaan, rancangan model dan sekenario di terapkan
dalam pembelajaran di kelas. Dalam pelaksanaan tindakan ini guru
sebagai observer dan peneliti sebagai pengajar. Pelaksanaan siklus I
dilakukan dalam 3 kali pertemuan yang dilakukan sesuai dengan RPP
yang telah dibuat, Tetapi pertemuan ketiga hanya dilakukan tes evaluasi
siklus I tanpa penerapan model group investigation. Pertemuan pertama
siklus I,pembelajaran dimulai dengan pembagian kelompok dan topik
yang telah ditentukan sebelumnya oleh guru, pembagian ketua kelompok
berdasarkan prestasi belajar,dimana setiap kelompok terdapat ketua
kelompok yang memiliki prestasi belajar memang baik. Kelompok terbagi
menjadi 6 kelompok dan setiap kelompok beranggotakan 5 siswa. Setelah
kelompok terbentuk guru mempresentasikan materi pembelajaran
mengenai dasar-dasar sistem jaringan internet atau intranet dengan topik
permasalahan yaitu 1. Jaringan LAN, 2. Jaringan WAN, 3. Jaringan MAN,
4. Jaringan internet, 5. Jaringan intranet dan 6. jaringan personal area
network (PAN), kemudian setiap kelompok dibagikan lembar kerja
kelompok untuk dibahas bersama anggota kelompok.
Pertemuan kedua, pembagian kelompok dan ketua kelompok sama
seperti pertemuan pertama yang berbeda hanya pembagian topik
permasalahan. Guru mempresentasikan materi mengenai topologi jaringan
dengan topik permasalahan adalah 1.Topologi mesh, 2.Topologi tree,
3.Topologi bus, 4.Topologi star, 5.Topologi linear dan 6.Topologi ring.
Refleksi siklus I, peneliti dan pengamat melakukan diskusi tentang
hal-hal yang dirasakan sudah berjalan dengan baik dan bagian mana yang
belum. Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari
tindakan yang baru selesai dilaksanakan dalam siklus I, peneliti dan
observer menentuakan rancangan untuk siklus kedua.
Pertemuan pertama siklus II, pembagian anggota kelompok
diserahkan kepada siswa, setiap siswa berhak menentukan anggota
kelompoknya jumlah kelompok beranggotakan 3 siswa dan ada 3
kelompok yang beranggotakan 2 siswa. Kelompok yang terbentuk menjadi
11 kelompok. Kemudian pemilihan topik pembahasan memakai sistem
undian terdiri dari 11 topik. Materi pembelajaran mengenai perangkat
keras untuk mengakses internet. Setelah semua kelompok terbentuk, guru
membagikan lembar kerja kelompok pada setiap kelompok.
Pertemuan kedua, pembagian anggota kelompok ditentukan oleh
siswa. Setiap kelompok beranggotakan 6 siswa, kelompok terbentuk
menjadi 5 kelompok. Pemilihan topik dilakukan secara undi,yang terdiri
dari 5 topik pembahasan. Materi ajar perangkat lunak untuk mengakses
internet. Kemudian guru membagikan lembar kerja kelompok pada setiap
kelompok.
7

Refleksi siklus II, peneliti dan observer melakukan diskusi tentang
hal-hal yang sudah dilaksanakan dan diamati, kemudian diketahui bahwa
pada siklus II sudah berjalan sesuai dengan yang diharapkan, hanya ada
beberapa kekurangan sedikit, tetapi sudah mencapai indikator keberhasilan
yang diharapkan baik itu dari keaktifan dan hasil belajar kognitif siswa.
Setelah melihat semua indikator tercapai peneliti tidak lagi melanjutkan
untuk siklus berikutnya.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari lembar lembar observasi atau pengamatan digunakan untuk
melihat proses pembelajaran siswa dalam penerapan model group
investigation. Dokumentasi, peneliti melakukan dokumentasi dalam
pembelajaran sesuai dengan tindakan dengan dokumen foto dan tes terdiri
dari lembar kerja siswa yang dikerjakan berkelompok dan tes evaluasi
sebanyak 20 butir soal dilaksanakan diakhir siklus. Selanjutnya tes
digunakan untuk mengukur pencapaian siswa setelah mengikuti kegiatan
belajar mengajar.
Lembar observasi keaktifan disusun berdasarkan indikator
keaktifan siswa menurut Sudjana (1990), yaitu: perhatian siswa terhadap
penjelasan guru, keterlibatan siswa dalam kerja kelompok dan perhatian
siswa terhadap penjelasan kelompok [9]. Indikator-indikator tersebut
kemudian dijabarkan ke dalam beberapa deskriptor, dapat dilihat pada
tabel 1.
Tabel 1 Aspek Pengamatan Keaktifan Siswa [9].

No.
1.

2.

Indikator
Perhatian
siswa terhadap
penjelasan
guru

Keterlibatan
siswa
dalam
kerja
kelompok

a.
b.
c.
a.
b.
c.
d.
e.
a.

3.

Perhatian
siswa terhadap
penjelasan
kelompok

b.
c.
d.

Deskriptor
Mengajukan pertanyaan kepada guru
Mencatat penjelasan guru berkaitan
dengan pelajaran
Menjawab pertanyaan guru
Melaksanakan diskusi kelompok sesuai
petunjuk guru
Mencari informasi untuk memecahkan
masalah
Mengemukakan pendapat atau ide dalam
diskusi kelompok
Mengerjakan pembagian tugas individu
dalam kelompok
Mempresentasikan hasil diskusi
kelompok
Menyimak dan mengajukan pertanyaan
kepada kelompok lain
Mencatat hasil diskusi kelompok waktu
presentasi
Menjawab pertanyaan dari kelompok lain
Menanggapi pendapat mengenai
presentasi kelompok lain
8

Data observasi keaktifan siswa kemudian dinilai dengan kategori
sebagai berikut ini:
1.Jika salah satu deskriptor dilakukan siswa maka diberikan tanda checklist
2.Jika tidak ada deskriptor dilakukan siswa maka tanpa tanda checklist
Untuk mengetahui keaktifan setiap siswa, dilakukan proses
perhitungan dengan menggunakan rumus [13].
Keaktifan siswa =
Kategori keaktifan siswa dibuat berdasarkan teori dari Sugiyono,
sehingga diperoleh [14].
Presentase < 30%
= keaktifan rendah
Presentasee 30% ≤ Presentase ≤ 70% = keaktifan sedang
Presentase > 70%
= keaktifan tinggi
Dalam penelitian ini hasil observasi keaktifan siswa dianalisis dengan
menghitung presentase rata-rata nilai berdasarkan indikator dan presentase
nilai berdasarkan kategori. Untuk mengetahui hasil evaluasi dianalisis
menurut nilai rata-rata, nilai terendah, nilai tertinggi,jumlah siswa yang
tuntas,jumlah siswa yang tidak tuntas dan presentase ketuntasan.
Perhitungan hasil belajar tes evaluasi dengan menggunakan rumuas [15].
Hasil belajar tes evaluasi =
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah
Analisis kualitatif dan kuantitatif. Teknik analisis data kualitatif mengacu
pada pada metode analisis dari Mile dan Hiberman, yang menjelaskan
langkah-langkah sebagai berikut: a) reduksi data yaitu mengumpulkan data
sesuai dengan tujuan penelitian, kemudian data tersebut di seleksi
sehingga membentuk pola yang jelas. b) penyajian data merupakan upaya
menyusun informasi secara sistematis agar mudah dipahami. c) penarikan
kesimpulan merupakan proses pengambilan intisari dari sajian data yang
telah terorganisir tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat atau formula
yang singkat dan padat. Teknik analisis data kuantitatif dengan statistik
deskriptif adalah penyajian data melalui tabel,perhitungan rata-rata dan
presentase. Kemudian peneliti hanya mendeskripsikan data sampel [16].
Indikator kinerja merupakan tolak ukur keberhasilan tindakan
perbaikan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam penelitian ini yang
menjadi indikator keberhasilan setelah pelaksanaan tindakan adalah
sebagai berikut: 1) Peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa telah
mencapai Kriteria Ketuntasan Ideal, yaitu minimal 75% siswa yang
memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (70); 2) Masingmasing indikator keaktifan atau afektif siswa mencapai 75%; dan 3)
Peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran dinyatakan berhasil
apabila 75% siswa memperoleh kategori keaktifan tinggi [17].

9

Tabel 2 Desain Model Group Investigation

Kegiatan
No. Langkah-langkah
1.
Guru mempresentasikan materi pembahasan.
Mengidentifikasi
kemudian membentuk kelompok dan
topik dan
pemilihan topik.
Setelah
itu
guru
mengorganisasikan
membagikan lembar kerja kepada semua
siswa ke dalam
kelompok yang berisi masalah
untuk
kelompok
dibahas bersama anggota kelompok.
Kelompok akan membagi tugas kepada
seluruh anggota kelompok. Kemudian
membuat rencana dalam
menyelesiakan
masalah yang akan diselidiki, bagaimana
Merencanakan
dalam menyelesaikan masalah
tersebut
2.
tugas-tugas belajar
langkah atau strategi apa yang akan
dilakukan oleh kelompok. Kemudian sumber
yang
digunakan
untuk
memperoleh
informasi.
3.
Melaksanakan
Siswa secara individu mendiskusikan,
investigasi
mengumpulkan,
menganalisis
dan
mengevaluasi informasi yang didapat dari
berbagai sumber kemudian mengumpulkan
ide-ide untuk menjadi suatu kesimpulan
untuk mecapai solusi masalah dalam
kelompok.
4.
Mempersiapkan
Semua jawaban mengenai topik yang
dibahas sudah menjadi keseluruhan dan
laporan akhir
kesepakatan bersama kelompok yang siap
dipresentasikan hasil investigasinya didepan
kelas.
5.
Mempresentasikan Guru memilih secara acak kelompok yang
laporan akhir
maju pertama untuk presentasi. Presentasi
dilakukan secara bergantian, kelompok
teman diharapkan aktif baik dalam bertanya
maupun mengevaluasi presentasi kelompok.
6.
Evaluasi
Siswa memberikan tanggapan dari masingmasing topik yang
disajikan setiap
kelompok. Guru juga memberikan evaluasi
dan saran-saran kepada setiap kelompok
serta memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk Tanya jawab berkaitan
topik yang belum dipahami.

10

4.

Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan hasil pelaksanaan dan observasi pada siklus I peneliti
menemukan beberapa kelemahan dan keberhasilan dalam penerapan
model pembelajaran kooperatif group investigation. Kelemahan pada
siklus I diantaranya sebagai berikut: 1) siswa masih kurang aktif, seperti
malu-malu dan ragu untuk mengungkapkan pendapat atau idenya dalam
diskusi kelompok maupun dalam presentasi, 2) siswa masih ragu untuk
bertanya pada guru, 3) kontribusi siswa dalam kelompok masih kurang
optimal, masih ada beberapa siswa yang hanya diam pada waktu diskusi
kelompok, 4) hanya ada beberapa siswa yang aktif mencatat hasil diskusi
kelompok teman, 5) dari evaluasi hasil belajar kognitif persentase siswa
yang tuntas belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapakan.
Keberhasilan pada siklus I, siswa sudah mengalami perubahan. Seperti,ada
inisitif sendiri untuk menjawab pertanyaan guru,menghargai kelompok
dalam presentasi dan adanya kekompakan kelompok dalam melaksanakan
presentasi kelompok.
Maka untuk mengatasi kekurangan yang terjadi dalam
meningkatkan hasil yang lebih maka diperlukan adanya siklus berikutnya
yaitu siklus II. Adapun solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah 1)
memberikan nasihat dan perhatian kepada siswa agar mengerjakan
tugasnya masing-masing dalam kelompok, 2) guru perlu menekankan
bahwa siswa yang aktif dalam diskusi, bertanya, menjawab, maupun
berpendapat dan mencatat akan mendapatkan tambahan nilai baik dalam
kelompok atau individu sehingga siswa semangat untuk belajar,3)
memberikan kesempatan kepada siswa atau kelompok untuk bertanya
secara bergantian dalam presentasi hasil diskusi kelompok, 4) selain itu
bagi siswa yang disiplin dalam mengerjakan tugas diskusi juga akan
mendapatkan penambahan nilai dan bagi siswa yang tidak disiplin akan
mendapatkan sangksi yaitu nilainya akan dikurangi, 5) Kemudian guru
dalam menjelaskan tahapan-tahapan model group investigation akan lebih
sabar dan jelas agar siwa lebih paham.
Pelaksanaan dan hasil observasi pada siklus II peran serta siswa
dalam kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan seperti, 1) siswa
yang semula pasif dalam bertanya, mencatat, mengajukan pertanyaan dan
berpendapat telah mengalami perubahan baik dalam diskusi kelompok
maupun dalam kegiatan presentasi. Hal ini disebabkan guru terus
memberikan motivasi dan memberikan semangat kepada para siswa agar
ikut aktif dalam proses pembelajaran, 2) kemudian siswa sudah terbiasa
dengan penerapan model pembelajaran group investigation, 4) sebagian
besar siswa sudah memberikan kontribusi bagi kelompoknya masingmasing, 5) siswa sudah tertib dalam diskusi, presentasi maupun
pembentukan kelompok dan dari hasil belajar kognitif dan keaktifan
siswa juga telah mencapai indikator keberhasilan yang diharapakan.
Berdasarkan hasil tindakan dan observasi yang telah dilakukan
pada siklus I dan II, data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data
hasil observasi keaktifan berdasarkan indikator dan kategori dan data
11

hasil belajar kognitif mencakup kerja kelompok dan tes hasil evaluasi
setiap akhir siklus. Berikut ini data hasil observasi atau pengamatan
keaktifan siswa berdasarkan indikator di tunjukan pada tabel 3.
Tabel 3 Data Hasil Observasi Keaktifan Siswa Berdasarkan Indikator

No

Indikator
Prasiklus Siklus I Siklus II
Perhatian siswa terhadap
1 penjelasan guru
61%
69,3%
77,15%
Keterlibatan siswa dalam kerja
2 kelompok
58,2%
67,4%
81,2%
Perhatian siswa terhadap
3 penjelasan kelompok
65,25% 72,12% 78,25%
Berdasarkan Data pada Tabel 2, dapat dilihat adanya peningkatan
persentase keaktifan pada masing-masing indikator selama tiga siklus,
yaitu pra siklus, siklus I, dan siklus II. Pada pra siklus, keterlibatan siswa
dalam kerja kelompok merupakan indikator dengan persentase keaktifan
paling rendah daripada dua indikator lainnya. Jadi dapat diketahui bahwa
selama ini siswa kurang aktif dalam keterlibatan siswa dalam kerja
kelompok, seperti tidak pernah mengemukakan pendapat atau ide, tidak
mengerjakan pembagian tugas dengan baik dan tidak menggunakan
sumber untuk mencari informasi dalam memecahkan masalah dalam
kelompok. Sedangkan dua indikator lain pada dasarnya memang sudah
baik. Setelah dilakukan tindakan menggunakan model group
investigation pada siklus I, diketahui terjadi peningkatan pada masingmasing indikator. Peningkatan tertinggi terdapat pada indikator
keterlibatan siswa dalam kerja kelompok yaitu dari pra siklus ke siklus I
sebesar 9,2%, sedangkan indikator perhatian siswa terhadap penjelasan
guru dan perhatian siswa terhadap penjelasan kelompok dari pra siklus ke
siklus I masing-masing sebesar 8,3% dan 6,87%, peningkatan tidak
terlalu besar karena saat proses pembelajaran siswa jarang mengajukan
pertanyaan, mencatat penjelasan guru, mencatat hasil diskusi kelompok
lain dalam presentasi. Hal ini dikarenakan guru jarang memberikan
motivasi dan perhatian khusus kepada kelompok atau siswa tersebut.
Berdasarkan presentase, perhatian siswa terhadap penjelasan kelompok
lebih besar daripada dua indikator lainnya disebabkan bahwa siswa sudah
berani memberikan tanggapan, mencatat hasil diskusi kelompok lain dan
mengajukan pertanyaan meskipun belum maksimal. Maka untuk
mengatasi kekurangan yang ada pada siklus I diperlukan siklus II, adapun
yang akan dilakukan perbaikan berdasarkan indikator keaktifan adalah: 1)
perhatian siswa terhadap penjelasan guru, memberikan bimbingan dan
pengarahan kepada kelompok atau siswa yang tidak aktif, 2) Keterlibatan
siswa dalam kerja kelompok, guru perlu menekankan bahwa siswa yang
aktif dalam diskusi,berpendapat,mengerjakan tugas kelompok akan
mendapatkan penambahan nilai, baik dalam kelompok atau individu,
sehingga siswa semangat untuk belajar, 3) Perhatian siswa terhadap
penjelasan kelompok, guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa
12

atau kelompok untuk bertanya, mencatat dan menjawab secara bergantian
dalam presentasi kelompok.
Meskipun keaktifan siswa dari masing-masing indikator keaktifan
telah meningkat, tapi mengingat dalam pelaksanaan model group
investigation masih ada kekurangan dan belum mencapai indikator
keberhasilan. Jadi penelitian dilanjutkan pada siklus II, dengan beberapa
perbaikan sesuai hasil refleksi yang dilakukan. Setelah dilakukan
tindakan pada siklus II, dilihat dari data hasil observasi keaktifan siswa,
masing-masing indikator mengalami peningkatan presentase yang lebih
besar dibandingkan pada siklus I. Peningkatan terbesar terdapat pada
indikator keterlibatan siswa dalam kerja kelompok, dengan besar
peningkatan siklus I ke siklus II sebesar 13,8%. Hal ini disebabkan siswa
sudah terbiasa dengan penerapan model group investigation dan
kontribusi siswa dalam kerja kelompok sudah maksimal, guru juga terus
memberikan bimbingan dan semangat untuk mengikuti pembelajaran.
Sedangkan indikator perhatian siswa terhadap penjelasan guru dan
perhatian siswa terhadap penjelasan kelompok terjadi peningkatan dari
siklus I ke siklus II masing-masing sebesar 7,85% dan 6,13%.
Peningkatan tidak terlalu besar disebabkan ada beberapa siswa yang
malas untuk mencatat dan kurang memberikan pertanyaan kepada guru.
Oleh sebab itu guru memberikan penanganan seperti melakukan
pendekatan terhadap siswa atau kelompok tersebut dengan cara
memberikan nasihat atau motivasi untuk belajar. Data hasil obervasi
keaktifan siswa dari pra siklus sampai dengan siklus II, menunjukan
bahwa penerapan model group investigation dapat meningkatkan
keaktifan siswa, terutama dalam keterlibatan siswa dalam kerja
kelompok.
Tabel 4 Data Hasil Observasi Keaktifan Siswa Berdasarkan Kategori

Pertemuan
Presentase %
Kategori keaktifan
I
II
Prasiklus
61%
61%
Sedang
Siklus I
67%
72%
69,5%
Sedang
Siklus II
76%
83%
79,5%
Tinggi
Berdasarkan data pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa adanya
peningkatan jumlah siswa dari pra siklus sampai dengan siklus I
pertemuan I 6% dan pertemuan II 5%, kemudian dari siklus I ke siklus II
pertemuan I dan II mengalami peningkatan sebesar 4% dan 7%,
kemudian dilihat dari rata-rata presentase adanya peningkatan dari
prasiklus ke siklus I dan II. Data pada tabel 3 juga menunjukkan bahwa
peningkatan jumlah siswa yang memperoleh keaktifan kategori sedang
dari pra siklus ke siklus I presentasenya tidak terlalu besar. Hal ini
dikarenakan penerapan model pembelajaran group investigation pada
siklus I belum maksimal, dimana siswa belum terbiasa menggunakan
model pembelajaran group investigation. Sehingga siswa menjadi
sungkan untuk bertanya,menjawab,mencatat dan terlihat masih maluSiklus

13

malu dalam mengungkapkan ide atau pendapatnya kepada teman atau
guru dan kerja kelompok masih belum optimal. Setelah melakukan
perbaikan pada siklus II, siswa terlihat lebih aktif dan tidak kaku lagi. Hal
ini dikarenakan siswa sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran
group investigation. Dibuktikan dengan data hasil observasi keaktifan
siswa, dimana terdapat 79,5% siswa yang memperoleh tingkat keaktifan
tinggi, ini artinya sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan
yaitu sebesar 75% siswa yang memperoleh keaktifan kategori tinggi.
Tabel 5 Hasil Kerja Kelompok Pra Siklus dan Siklus I

Indikator
Pra siklus Siklus I
1. Menjelaskan jenis-jenis jaringan LAN,
MAN, WAN,PAN,Internet dan Intranet
62,42
70,81
dengan jelas
2. Menjelaskan macam-macam topologi
66,61
74,19
jaringan dengan benar
Dari tabel 5 dapat dianalisis bahwa terjadi peningkatan hasil kerja
kelompok dari pra siklus ke siklus I peningkatan sebesar 8,39 pada
indikator menjelaskan jenis-jenis jaringan LAN, MAN, WAN, PAN,
Intranet dan internet. Kemudian pada indikator menjelaskan macammacam topologi jaringan dari pra siklus ke siklus I peningkatan 7,58.
Adanya perubahan mengenai peningkatan rata-rata kerja kelompok siswa
karena pengaruh penerapan model group investigation. Dimana dalam
proses pembelajaran menjadi berpusat pada siswa dan guru
mengoptimalkan peranannya sebagai fasilitator dan pembimbing.
Sehingga membuat siswa berperan aktif dalam memecahkan masalah
dengan mencari berbagai informasi dari berbagai sumber. Kemudian guru
menuntun siswa untuk mengembangkan seluruh keterampilan dalam
melakukan investigasi, menyusun laporan dan diskusi kelas, yang
akhirnya dapat melatih kemampuan berpikir kreaktif siswa. Sehingga
berpengaruh pada pengetahuan dan pemahaman siswa.
Tabel 6 Hasil Kerja Kelompok Siklus II

Indikator
Siklus II
1. Menyebutkan perangkat keras dan perangkat lunak
yang dibutuhkan dalam akses internet
82,50
2. Menyebutkan fungsi perangkat keras dan perangkat
lunak yang sudah ditemukan
86,00
Berdasarkan tabel 6 dapat dianalisis bahwa terjadi peningkatan
hasil kerja kelompok dari siklus I ke siklus II, masing-masing indikator
mengalami peningkatan sebesar 11,69 dan 11,81. Hasil di atas berkaitan
dengan materi pada siklus II yang termasuk mudah dan siswa juga sudah
terbiasa dengan penerapan model group investigation. Kemudian
kontribusi siswa dalam kerja kelompok sudah maksimal dan siswa sudah
menguasi topik pembahasan dengan baik yang berpengaruh terhadap
hasil akhir kerja kelompok. Apabila dilihat perbedaan dari masing14

masing indikator rata-rata hasil kerja kelompok siklus I dan II,
mengalami peningkatan tidak terlalu berbeda hal ini dikarenakan siswa
memberikan kontribusi kerja kelompok prosesnya sama seperti
pertemuan sebelumnya pada siklus II. Kemudian guru hanya
memperbaiki sedikit kekurangan pada pertemuan yang sudah dilakukan
di siklus II.
Tabel 7 Hasil Belajar Kognitif Tes Evaluasi

Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
F
%
F
%
F
%
1
≥70 (Tuntas)
18
60% 22 73%
27
90%
2

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65