T2__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: “Bagito” Dibalik Kebijakan Raskin: Studi Program Raskin di Kecamatan Boyolali T2 BAB V

BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Penyaluran beras untuk keluarga penerima manfaat di wilayah
Kecamatan Boyolali sebagian besar sudah sesuai dengan pedoman
umum pelaksanaan raskin/rastra dengan memberikan beras bersubsidi
tersebut kepada yang berhak menerima sesuai dengan nama yang
terdapat dalam daftar keluarga penerima manfaat. Pembagian beras
secara merata (Bagito) di wilayah Kecamatan Boyolali khususnya
daerah perkotaan bisa dihilangkan dikarenakan adanya pengertian
warga yang tidak menerima bahwa mereka yang tidak terdaftar dalam
daftar penerima manfaat tidak memiliki hak untuk menerima bantuan
beras bersubsidi.
Di wilayah Kecamatan Boyolali yang lain tidak dengan tegas
menyatakan semua wilayah di desanya tidak dilakukan pembagian
beras merata, bisa juga dilakukan secara bergiliran. Masih ada praktek
BAGITO dalam implementasi raskin di Kecamatan Boyolali walaupun
tidak merata di semua wilayah. Keputusan pelaksanaan BAGITO
maupun BAGILIR diserahkan pada hasil musyawarah tingkat RT.
BAGITO di daerah perkotaan bisa dihilangkan dikarenakan adanya
pengertian warga yang tidak menerima bahwa mereka yang tidak

terdaftar dalam daftar penerima manfaat tidak memiliki hak untuk
menerima bantuan beras bersubsidi. Wilayah pedesaan belum
mematuhi peraturan yang telah ditetapkan dengan melakukan
pembagian beras secara merata (Bagito) maupun pembagian beras
secara bergilir (Bagilir).
Segala bentuk pengaduan kepada aparat desa/kelurahan dijawab
dan diterangkan secara bijak dengan memberikan pengertian makna
batuan beras bersubsidi namun memberikan keputusan akhir tetap
ditangan warga serta mengawal keputusan warga tersebut supaya
tidak keluar dari koridor peraturan yang ada. Pendistribusian beras
45

subsidi untuk seluruh Kecamatan Boyolali berjalan dengan lancar, hal
ini dikarenakan adanya rasa tanggung jawab yang besar dari aparat
desa/kelurahan untuk berusaha memberikan pelayanan terbaik untuk
warganya.
Peranan aparat dalam penyaluran raskin saat ini mengalami
kelelahan dan ada rasa ketidak puasan dikarenakan problematika yang
terus berulang pada saat pembagian raskin terutama bila ada
penggantian DPM yang secara berkala dilakukan pemerintah pusat.

Hal ini dikarenakan adanya perbedaan cara pandang dan persepsi
dalam penentuan daftar penerima manfaat antara pemerintah pusat
dengan persepsi masyarakat. Penyaluran beras secara merata (Bagito)
merupakan alternatif solusi yang diterapkan untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada di tingkat bawah, ditinjau dari tiga perspektif
teori kebijakan ripley dan franklin .
Perspektif kepatuhan, ada ketidak patuhan baik dari aparat
pemerintah bahkan sampai lapisan masyarakat tidak patuh terhadap
peraturan yang telah ditetapkan pemerintah. Perspektif kelancaran,
dari ketidak patuhan tersebut dikarenakan adanya permasalahan yang
harus diselesaiakan sehingga program tersebut bisa berjalan lancar.
Perspektif kepuasan, dengan pembagian beras secara merata
masyarakat merasa terpuaskan dilihat dari tidak adanya protes yang
disampaikan ke aparat desa.

Saran
Peran aktif aparat pemerintah desa dalam memberikan
pemahaman tentang makna bantuan beras bersubsidi lebih ditingkat
sehingga timbul kesadaran dari warga bahwa beras tersebut
seharusnya diperuntukkan bagi yang terdaftar dalam daftar KPM serta

lebih aktif dalam memberikan masukan kepada petugas pendataan
sehingga informasi yang didapat sesuai dengan keadaan lapangan.
Sebelum ditetapkan sebagai daftar penerima manfaat (DPM),
pihak desa/kelurahan diberikan daftar penerima manfaat sementara
dan pihak desa/kelurahan diberikan kewenangan untuk melakukan
46

koreksi dan verifikasi lapangan terkait keluarga penerima manfaat,
apakah sudah benar sesuai daftar urutan tingkat kemiskinan menurut
RT, dikarenakan RT lebih mengetahui kondisi warganya. Setelah
daftar dilakukan revisi barulah pemerintah pusat mengeluarkan daftar
penerima manfaat akhir sesuai pagu yang telah ditetapkan pemerintah
pusat sebelumnya.

47

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20