EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL KOOPERATIF MODIFIED JIGSAW PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI TINGKAT PERCAYA DIRI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI SE-KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN PELAJARAN 2011 2012 | Pu
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL
KOOPERATIF MODIFIED JIGSAW PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG
SISI DATAR DITINJAU DARI TINGKAT PERCAYA DIRI SISWA SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI SE-KABUPATEN BOJONEGORO
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Dian Ratna Puspananda, Tri Atmojo K., Budi Usodo
Program Studi Pendidikan Matematika
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
ABSTRAK
Penelitian ini diadakan dengan tujuan untuk mengetahui : (1) Manakah yang menghasilkan
prestasi belajar matematika lebih baik, antara model pembelajaran Modified Jigsaw, Jigsaw atau
Konvensional, (2) Manakah yang menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik, siswa
dengan tingkat percaya diri tinggi, sedang atau rendah, (3) Pada model pembelajaran Modified
Jigsaw, manakah yang menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik, tingkat percaya diri
tinggi, sedang atau rendah, (4) Pada model pembelajaran Kooperatif Jigsaw, manakah yang
menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik, tingkat percaya diri tinggi, sedang atau
rendah, (5) Pada model pembelajaran konvensional, manakah yang memberi prestasi belajar
matematika lebih baik, tingkat percaya diri tinggi, sedang atau rendah, (6) Pada tingkat percaya
diri tinggi, manakah yang memberi prestasi belajar matematika lebih baik, model pembelajaran
konvensional, Jigsaw atau Modified Jigsaw, (7) Pada tingkat percaya diri sedang, manakah yang
memberi prestasi belajar matematika lebih baik, model pembelajaran konvensional, Jigsaw
atau Modified Jigsaw, (8) Pada tingkat percaya diri rendah, manakah yang memberi prestasi
belajar matematika lebih baik, model pembelajaran konvensional, Jigsaw atau Modified
Jigsaw.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain faktorial 3x3.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN se-Kabupaten Bojonegoro
tahun pelajaran 2011/2012. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified cluster
random sampling sehingga terpilih tiga sekolah yaitu SMPN 3 Bojonegoro, SMPN 6
Bojonegoro, dan SMPN 7 Bojonegoro. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data
adalah angket sikap percaya diri dan tes prestasi belajar.
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Siswa-siswa dengan pembelajaran
kooperatif modified jigsaw mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada
siswa-siswa dengan pembelajaran kooperatif jigsaw dan pembelajaran konvensional. Sedangkan
siswa-siswa dengan pembelajaran kooperatif jigsaw mempunyai prestasi belajar matematika
yang lebih baik daripada siswa-siswa dengan pembelajaran konvensional, (2) Prestasi belajar
matematika siswa yang mempunyai percaya diri tinggi lebih baik daripada prestasi belajar
matematika siswa yang mempunyai percaya diri sedang dan rendah. Tidak ada perbedaan
prestasi belajar matematika antara siswa yang mempunyai percaya diri sedang dan rendah, (3)
Pada pembelajaran kooperatif modified jigsaw, tidak ada perbedaan antara prestasi belajar
matematika pada masing-masing tingkatan percaya diri, (4) Pada pembelajaran kooperatif
jigsaw, tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa-siswa dengan tingkat
percaya diri tinggi dan sedang. Begitu pula dengan prestasi belajar matematika siswa-siswa
dengan tingkat percaya sedang dan rendah juga tidak mempunyai perbedaan. Tetapi untuk
prestasi belajar matematika siswa-siswa dengan percaya diri tinggi lebih baik daripada prestasi
belajar matematika siswa-siswa dengan percaya diri rendah, (5) Pada pembelajaran
konvensional, tidak ada perbedaan antara prestasi belajar matematika pada masing-masing
tingkatan percaya diri, (6) Pada siswa yang memiliki percaya diri tinggi, tidak ada perbedaan
antara prestasi belajar matematika siswa yang diberi pembelajaran kooperatif modified jigsaw
dan pembelajaran kooperatif jigsaw. Akan tetapi prestasi belajar matematika siswa dengan
percaya diri tinggi yang diberi pembelajaran jigsaw dan modified jigsaw lebih baik daripada
74
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
siswa dengan percaya diri tinggi yang diberi pembelajaran konvensional, (7) Pada siswa yang
memiliki percaya diri sedang, prestasi belajar matematika siswa yang diberi pembelajaran
kooperatif modified jigsaw lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran kooperatif
jigsaw dan pembelajaran konvensional. Prestasi belajar matematika siswa yang diberi
pembelajaran kooperatif jigsaw lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran
konvensional, (8) Pada siswa yang memiliki percaya diri rendah, tidak ada perbedaan antara
prestasi belajar matematika siswa yang diberi pembelajaran kooperatif jigsaw dan pembelajaran
konvensional. Akan tetapi prestasi belajar matematika siswa yang diberi pembelajaran
kooperatif modified jigsaw lebih baik daripada siswa dengan yang diberi pembelajaran jigsaw
dan konvensional.
Kata kunci: Modified Jigsaw, Jigsaw, Konvensional, Percaya Diri Siswa, dan Prestasi
Belajar Matematika
PENDAHULUAN
mutu pendidikan dapat dilihat dari hasil
Pada era globalisasi seperti sekarang
prestasi belajar siswa.
ini, diperlukan persiapan sumber daya
manusia yang merupakan kunci utama untuk
Namun, pada kenyataannya pendidikan
memenangkan persaingan era globalisasi
di Indonesia masih rendah dibandingkan
tersebut.
dengan mutu pendidikan negara-negara lain.
Perkembangan
dibidang
ilmu
pengetahuan dan teknologi memungkinkan
Setidaknya itu tercermin dari
setiap
Trends
manusia
memperoleh
informasi
hasil
tes
International Mathematics and
dengan cepat dan mudah. Dengan demikian
Sciences Study (TIMSS) yang diikuti oleh
siswa
siswa kelas VIII SMP.
perlu
memiliki
kemampuan
dan
Tertinggalnya prestasi Indonesia dalam
memanfaatkan informasi untuk menghadapi
event Internasional tersebut, tidak lepas dari
keadaan yang selalu berubah, kompetitif dan
prestasi siswa di dalam negeri. Pada tingkat
tidak pasti. Kemampuan ini menuntut siswa
SMP Negeri, dari 18158 sekolah dan
agar berfikir logis, analitis, sistematis, kritis,
2136282
dan
yang
matematika di bawah 5,50 adalah 15, 8%.
dihadapi bangsa Indonesia dalam berbagai
Prosentase ini masih sangat tinggi. Begitu
segi telah menempatkan bidang pendidikan
juga nilai matematika siswa pada ujian
sebagai
nasional khususnya daerah Bojonegoro,
memperoleh,
kreatif.
memilih,
Beratnya
upaya
yang
mengelola,
tantangan
strategis
untuk
siswa
yang
mendapat
nilai
masih belum menunjukkan hasil yang
mengatasi kesulitan yang dihadapi.
maksimal.
Pendidikan merupakan proses yang
Hasil
Ujian
Nasional
mata
baik dalam pembinaan manusia untuk
pelajaran matematika dua tahun terakhir di
mengembangkan potensi diri. Salah satu
Bojonegoro adalah pada tahun 2009/2010
upaya mempersiapkan sumber daya manusia
nilai rata-rata Ujian Nasional mata pelajaran
dalam menghadapi perubahan yaitu melalui
matematika mencapai 7,42 dengan nilai
peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan
tertinggi 10,00 dan nilai terendah 3,75 dan
pada tahun 2010/2011 nilai rata-rata Ujian
75
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
Nasional
mata
pelajaran
matematika
yang
salah
satunya
adalah
model
mengalami penurunan yaitu hanya mencapai
pembelajaran, juga dipengaruhi oleh faktor
6,90 dengan nilai tertinggi 10,00 dan nilai
dari dalam diri siswa tersebut. Faktor dari
terendah juga semakin memprihatinkan yaitu
dalam diri siswa tersebut yang berpengaruh
hanya mencapai 1,25.
pada keberhasilan belajar siswa misalnya
Pada UN tahun 2010/2011 di daerah
intelengensi, minat belajar, motivasi belajar,
Bojonegoro, daya serap pada kompetensi
aktivitas
dasar menentukan unsur-unsur pada kubus
percaya diri, dan lain sebagainya. Dari
dan balok masih rendah, seperti yang
beberapa faktor dari dalam diri siswa
disajikan pada Tabel 1.
tersebut, dipilih tingkat percaya diri siswa.
Tabel 1. Daya Serap Kompetensi Dasar
Menentukan Unsur-Unsur pada Kubus dan
Balok
Kab.
Provinsi
Nasional
51,55
56,41
62,36
(Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Bojonegoro 2011)
belajar,
gaya
belajar,
tingkat
MODEL
PEMBELAJARAN
KONVENSIONAL
Pembelajaran konvensional secara
umum
adalah
pembelajaran
dengan
menggunakan metode yang biasa dilakukan
Selain pembelajaran matematika di
oleh guru yaitu memberi materi melalui
Indonesia yang masih belum mengena pada
ceramah, latihan soal kemudian pemberian
tujuan yang sebenarnya, berdasarkan hasil
tugas. Ceramah merupakan salah satu cara
wawancara dengan beberapa guru mata
penyampaian informasi dengan lisan dari
pelajaran matematika di SMP pada tanggal
seseorang kepada sejumlah pendengar di
12 Desember 2011 dan 16 Desember 2011,
suatu ruangan. Kegiatan berpusat pada
pembelajaran
sekolah
penceramah dan komunikasi searah dari
didominasi oleh guru, kurang melibatkan
pembaca kepada pendengar. Penceramah
siswa dalam pembelajaran, dan model
mendominasi
pembelajaran yang masih konvensional.
pendengar
Dalam
membuat catatan seperlunya.
matematika
Kurikulum
di
Tingkat
Satuan
seluruh
hanya
kegiatan,
sedang
memperhatikan
dan
Pendidikan (KTSP) siswa dituntut menjadi
Gambaran pembelajaran matematika
partisipan yang aktif. Jadi, kegiatan belajar
dengan pendekatan ceramah adalah sebagai
berpusat pada siswa, guru hanya sebagai
berikut:
motivator dan fasilitator di dalamnya.
pembelajaran
Contoh pembelajaran yang berpusat pada
pembuktian dalil dilakukan sendiri oleh
siswa dan guru hanya bertindak sebagai
guru, contoh-contoh soal diberikan dan
motivator
dikerjakan pula sendiri oleh guru. Langkah-
dan
fasilitator
adalah
pembelajaran kooperatif.
Guru
mendominasi
penurunan
kegiatan
rumus
atau
langkah guru diikuti dengan teliti oleh
Prestasi belajar matematika siswa selain
peserta didik. Mereka meniru cara kerja dan
dipengaruhi oleh faktor dari luar diri siswa
cara penyelesaian yang dilakukan oleh guru.
76
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
Kelemahan
dari
Model pembelajaran kooperatif tipe
pembelajaran
Jigsaw merupakan
konvensional antara lain:
model
pembelajaran
membosankan,
kooperatif dimana siswa belajar dalam
peserta didik hanya aktif membuat
kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang
catatan saja.
secara heterogen dan bekerja sama saling
1.pelajaran
berjalan
2.Kepadatan
konsep-konsep
ketergantungan
yang
yang
positif
dan
diajarkan dapat berakibat peserta didik
bertanggung jawab atas ketuntasan bagian
tidak mampu menguasai bahan yang
materi pelajaran yang harus dipelajari dan
diajarkan.
menyampaikan
3.Pengetahuan yang diperoleh melalui
anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).
menyebabkan
tersebut
kepada
Pada model pembelajaran kooperatif
ceramah lebih cepat terlupakan.
4.Ceramah
materi
tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan
belajar
peserta didik menjadi benar menghafal
kelompok
ahli.
Kelompok
asal
yaitu
yang tidak menimbulkan pengertian.
kelompok induk siswa yang beranggotakan
siswa dengan kemampuan, asal, dan latar
belakang keluarga yang beragam. Kelompok
MODEL
PEMBELAJARAN
KOOPERATIF JIGSAW
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan
asal merupakan gabungan dari beberapa ahli.
Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang
diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-
terdiri dari anggota kelompok asal yang
teman di Universitas Texas, dan kemudian
berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari
diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di
dan
Universitas John Hopkins (Arends, 2001).
menyelesaikan
Jigsaw telah dikembangkan dan di uji
kemudian
dari Universitas Texas, dan diadopsi Slavin
teman-teman
di
Universitas
membaca,
tertentu
dengan
dijelaskan
topiknya
kepada
dan
yang
untuk
anggota
kelompok asal.
John
Sintaks model pembelajaran kooperatif
Hopkins. Teknik ini dapat digunakan dalam
pengajaran
topik
tugas-tugas
berhubungan
coba oleh Elliot Aroson dan teman-teman
dan
mendalami
Jigsaw dapat dilihat pada Tabel 2.
menulis,
MODEL PEMBELAJARAN MODIFIED
mendengarkan, ataupun berbicara.
JIGSAW
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
WITH
SEMI
TEAM
TEACHING
adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif
Pembelajaran
yang terdiri dari beberapa anggota dalam
kooperatif
yang
dimodifikasi adalah memodifikasi sintaks
satu kelompok yang bertanggung jawab atas
atau beberapa bagian dari suatu langkah
penguasaan bagian materi belajar dan
yang bertujuan untuk memperbaiki agar
mampu mengajarkan materi tersebut kepada
sintaks yang ada, baik secara rasional
anggota lain dalam kelompoknya (Arends,
1997).
77
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
teoritik maupun dari sisi empiris menjadi
untuk mampu berdiskusi menyampaikan
lebih baik.
meteri pada teman, jika siswa tidak punya
Dalam pembelajaran kooperatif tipe
rasa percaya diri. Hal ini disebabkan karena
Jigsaw, menurut Roy Killen (1996) terdapat
setiap individu memiliki sifat dan tingkatan
kelemahan, yaitu sulit meyakinkan siswa
percaya diri yang berbeda-beda.
Tabel 2. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Fase
Tingkah Laku Guru
Fase 1
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
Menyampaikan Tujuan dan Memotivasi akan dilaksanakan dan memotivasi siswa
Siswa.
Fase 2
Guru mengelompokkan siswa menjadi kelompok
Mengelompokkan
Siswa
dalam dasar dengan anggota 5 sampai 6 orang dengan
Kelompok Dasar
kemampuan akademik yang heterogen.
Fase 3
Guru menyuruh setiap anggota kelompok diberikan
Memberikan Tugas pada Siswa untuk sub pokok bahasan/topik yang berbeda untuk
Membaca Sub Pokok Bahasan/ Topik mereka baca dan pelajari.
yang diberikan
Fase 4
Guru menyuruh siswa yang mendapat topik yang
Mengelompokkan
Siswa
dalam sama berdiskusi dalam kelompok ahli.
Kelompok Ahli
Fase 5
Guru menyuruh siswa kembali ke kelompok asal
Tim Ahli kembali ke Kelompok Asal.
untuk menjelaskan apa yang mereka dapatkan
dalam kelompok ahli.
Fase 6
Guru memberikan quiz individu pada siswa
Memberikan Quiz Individu
meliputi topik yang dibahas hari itu.
Fase 7
Guru memberikan penghargaan.
Memberikan Penghargaan
Berpijak dari kelemahan dalam model
Dari
pembelajaran kooperatif Jigsaw menurut
mencoba
Roy Killen dan solusi untuk menghadapi
kooperatif tipe Jigsaw tersebut. Modifikasi
perbedaan
individu
peneliti
dilakukan pada fase kelima, yaitu dimana
mencoba
memodifikasi
pembelajaran
tim ahli kembali ke kelompok asal dan
kooperatif Jigsaw. Kelemahan dalam model
menjelaskan hasil diskusi pada kelompok
pembelajaran kooperatif Jigsaw menurut
asal.
tersebut,
penjelasan
di
memodifikasi
atas
peneliti
pembelajaran
Roy Killen tersebut mengakibatkan tim ahli
Tim ahli seharusnya secara mandiri
yang berkemampuan kurang akan kurang
menjelaskan hasil diskusi kepada kelompok
maksimal baik dalam diskusi dengan tim
asalnya, namun dalam kelompok ahli tidak
ahli maupun dalam
menyampaikan hasil
semua percaya diri dan mampu menguasai
diskusi ke kelompok asal. Sedangkan tiap
materi serta menyampaikan hasil diskusinya
ahli
untuk
dengan baik. Sehingga tim ahli yang
menyampaikan hasil diskusinya kepada
dianggap berkemampuan kurang tersebut
kelompok asal.
perlu didampingi oleh tim ahli yang
mempunyai
kewajiban
78
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
berkemampuan tinggi dalam menyampaikan
teaching offers students is an increase in the
hasil diskusinya. Hal ini sesuai dengan
amount of feedback they receive from
pernyataan Vygotsky (Slavin, 2009: 36)
instructors”.
mendefinisikan
wilayah
pembangunan
Selain
paling dekat sebagai “jarak antara level
kesempatan
pembangunan aktual seperti yang ditentukan
berpartisipasi, disebutkan pula bahwa salah
oleh
satu keuntungan dari team teaching adalah
penyelesaian
independen
dan
masalah
level
secara
pembangunan
menawarkan
team
teaching
lebih
pada
pada
siswa
memberikan
siswa
untuk
untuk
lebih
potensial seperti yang ditentukan melalui
meningkatkan umpan balik mereka dari
penyelesaian masalah dengan bantuan orang
instruktur (tutor).
dewasa atau dalam kolaborasi dengan teman
yang
lebih
Dari beberapa kelebihan team teaching
mampu”(penekanan
di atas, peneliti mencoba menerapkan
ditambahkan). Modifikasi ini disebut dengan
modifikasi semi team teaching tersebut
semi team teaching. Disebut dengan semi
terhadap model pembelajaran kooperatif
team teaching karena pada penelitian ini
Jigsaw. Modifikasi dengan semi
hanya satu siswa saja yang menyampaikan
teaching ini bertujuan agar hasil diskusi dan
materi
yang
materi tersampaikan dengan baik. Dengan
berkemampuan kurang didampingi oleh
modifikasi tersebut, diharapkan semua siswa
siswa
dapat
secara
yang
Sedangkan
sedang
tim,
siswa
berkemampuan
siswa
sudah
yaitu
yang
tinggi.
berkemampuan
dianggap
memahami
materi
dengan
team
baik,
sehingga hasil belajar siswa juga akan lebih
mampu
baik. Selain itu siswa yang berkemampuan
menyampaikan materi secara mandiri.
kurang tentunya pada suatu saat, siswa
Menurut Wadkins, Miller, and Wozniak
tersebut berkeinginan menyampaikan hasil
diskusi secara mandiri, sehingga diharapkan
(2006) dalam Melissa C. Leavitt (2006: 3):
“Team teaching can have a highly
positive impact on student learning
outcomes, largely due to the increased
opportunity for student participation
that team teaching provides”.
siswa yang berkemampuan kurang menjadi
lebih
termotivasi
dalam
proses
pembelajaran, karena siswa tersebut bisa
belajar dari pengalaman dirinya sendiri
Dalam pernyataan di atas, dijelaskan bahwa
maupun perilaku teman. Sehingga dengan
team teachung mempunyai dampak positif
modifikasi tersebut diharapkan hasil belajar
bagi hasil belajar siswa, hal itu disebabkan
juga akan lebih baik.
karena team teaching lebih memberikan
Berdasarkan
kesempatan siswa untuk berpartisipasi.
wawancara
peneliti
dengan Hartatik, psikolog Rumah Sakit
Masih menurut Wadkins, Miller, and
Aisiyah Bojonegoro, mengatakan bahwa:
Wozniak (2006) dalam Melissa C. Leavitt
“ pendampingan seseorang yang
berkemampuan
lebih
terhadap
seseorang yang berkemampuan kurang,
(2006: 3): “One of the benefts that team
79
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
secara psikologis dapat mempengaruhi
sikap percaya diri dan juga motivasi
bagi siswa yang berkemampuan rendah
tersebut.
Karena
siswa
yang
berkemampuan rendah tersebut dapat
belajar dari siswa berkemampuan tinggi
yang mendampinginya (berdasarkan
perilaku orang lain).”
Dari pernyataan di atas diharapkan
dengan pembelajaran Modified Jigsaw with
semi Team Teaching ini, materi dapat
tersampaikan dengan baik pada semua
siswa, selain itu siswa yang berkemampuan
kurang dapat meningkatkan kemampuannya.
Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
Modified Jigsaw dapat dilihat pada Tabel 3.
TINGKAT PERCAYA DIRI
Percaya
diri
merupakan
suatu
keyakinan dan sikap seseorang terhadap
kemampuan pada dirinya sendiri dengan
menerima secara apa adanya baik positif
maupun negatif yang dibentuk dan dipelajari
melalui proses belajar dengan tujuan untuk
kebahagiaan
dirinya.
Tabel 3. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Modified Jigsaw
Fase
Tingkah Laku Guru
Fase 1
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
Menyampaikan
Tujuan
dan dilaksanakan dan memotivasi siswa
Memotivasi Siswa.
Fase 2
Guru mengelompokkan siswa menjadi kelompok dasar
Mengelompokkan Siswa dalam dengan anggota 4 sampai 6 orang dengan kemampuan
Kelompok Dasar
akademik yang heterogen.
Fase 3
Guru menyuruh setiap anggota kelompok diberikan sub
Memberikan Tugas pada Siswa pokok bahasan/topik yang berbeda untuk mereka baca
untuk Membaca Sub Pokok dan pelajari.
Bahasan/ Topik yang diberikan
Fase 4
Guru menyuruh siswa yang mendapat topik yang sama
Mengelompokkan Siswa dalam berdiskusi dalam kelompok ahli.
Kelompok Ahli
Fase 5
Guru menyuruh siswa kembali ke kelompok asal untuk
Tim Ahli kembali ke Kelompok menjelaskan apa yang mereka dapatkan dalam
Asal.
kelompok ahli.
(with semi team teaching)
Bagi siswa berkemampuan rendah, pada saat
menyampaikan hasil diskusi didampingi oleh siswa
berkemampuan tinggi.
Fase 6
Guru memberikan quiz individu pada siswa meliputi
Memberikan quiz
semua topik.
Fase 7
Guru memberikan penghargaan baik secara individual
Memberikan Penghargaan
maupun kelompok.
Salah satu langkah pertama dan utama
Menurut Thursan Hakim (2002) rasa
dalam membangun rasa percaya diri dengan
percaya diri tidak muncul begitu saja pada
memahami dan meyakini bahwa setiap
diri seseorang ada proses tertentu didalam
manusia memiliki kelebihan dan kelemahan
pribadinya sehingga terjadilah pembentukan
masing-masing. Kelebihan yang ada didalam
rasa percaya diri. Terbentuknya rasa percaya
diri seseorang harus dikembangkan dan
diri yang kuat terjadi melalui proses:
dimanfaatkan agar menjadi produktif dan
berguna bagi orang lain (Hakim, 2002).
80
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
a) Terbentuknya kepribadian yang baik
3 Bojonegoro, SMP Negeri 6 Bojonegoro,
sesuai dengan proses perkembangan yang
dan SMP Negeri 7 Bojonegoro. Proses
melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu.
penelitian ini mulai pada bulan November
b) Pemahaman
seseorang
2011 sampai dengan Juni 2012.
terhadap
Jenis penelitian yang digunakan adalah
kelebihan kelebihan yang dimilikinya dan
melahirkan keyakinan kuat untuk bisa
penelitian
berbuat
exsperimental
segala
sesuatu
dengan
dan
reaksi
research ).
semu
Tujuan
(quasi
dari
penelitian eksperimental semu adalah untuk
memanfaatkan kelebihan-kelebihannya.
c) Pemahaman
eksperimental
memperoleh informasi yang merupakan
positif
seseorang terhadap kelemahan-kelemahan
perkiraan
yang dimilikinya agar tidak menimbulkan
diperoleh
rasa rendah diri atau rasa sulit menyesuaikan
sebenarnya dalam keadaan yang tidak
diri.
memungkinkan untuk mengontrol dan atau
d)Pengalaman
berbagai
di
aspek
dalam
informasi
dengan
memanipulasikan
menjalani
kehidupan
bagi
yang
dapat
eksperimen
yang
semua
variabel
yang
relevan.
dengan
Penelitian ini menggunakan desain
menggunakan segala kelebihan yang ada
faktorial 3 x 3 dengan teknik analisis varian
pada dirinya.
Berdasarkan beberapa penjelasan di
(ANAVA), yaitu suatu desain penelitian
atas dapat disimpulkan bahwa sikap percaya
yang digunakan untuk meneliti pengaruh
diri adalah sikap positif individu yang
dari model pembelajaran berbeda dari tiga
memampukan
untuk
kelompok yang dihubungkan dengan tingkat
baik
percaya diri siswa terhadap prestasi belajar
terhadap diri sendiri maupun terhadap
matematika. Ketiga model pembelajaran
lingkungan/ situasi yang dihadapinya.
tersebut merupakan variabel bebas dari
dirinya
mengembangkan
penilaian
positif
penelitian, sedangkan variabel bebas lain
Dalam penelitian ini, sikap percaya diri
adalah tingkat percaya diri siswa.
mencakup keaktifan siswa dalam proses
Prosedur
pembelajaran, diskusi kelas dan kelompok,
diri
sendiri,
dilakukan
dalam
penelitian ini adalah:
optimis dengan masa depan, percaya pada
kemampuan
yang
a. Menentukan populasi;
mampu
bersosialisasi dengan teman dan masyarakat
b. Menentukan sampel secara stratified
sekitar, dan mampu mengatasi masalah yang
cluster random sampling, sampel dibagi
dihadapi.
menjadi dua kelompok eksperimen yaitu
kelompok
eksperimen
1
,kelompok
eksperimen 2 dan kelompok kontrol
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri
kemudian melakukan uji keseimbangan
di kabupaten Bojonegoro yaitu SMP Negeri
pada kedua kelompok sampel tersebut
81
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
untuk
mengetahui
apakah
keduanya
dalam penelitian, instrumen tes dan angket
dalam keadaan seimbang;
diuji terlebih dahulu. Untuk instrumen tes,
c. Melakukan pengambilan data tentang
uji tersebut meliputi uji validitas isi,
tingkat percaya diri siswa dengan angket;
perhitungan
d. Kelompok eksperimen 1 diberikan
kesukaran serta uji reliabilitas. Instrumen
pembelajaran
pembelajaran
angket dengan uji validitas isi, konsistensi
kooperatif jigsaw, kelompok eksperimen
internal dan reliabilitas untuk mengetahui
2 diberikan pembelajaran dengan model
kualitas tiap butir soal.
dengan
pembelajaran kooperatif modified jigsaw
dan
kelompok
kontrol
dan
tingkat
dengan
prasyarat keseimbangan yaitu uji normalitas
dan homogenitas nilai awal. Setelah semua
belajar
prasyarat terpenuhi kemudian dilakukan uji
matematika untuk pokok bahasan bangun
keseimbangan dengan menggunakan uji
ruang sisi datar;
anava satu jalan dengan sel tak sama.
f.Melakukan
mengetahui
prestasi
tes
beda
Pada awal penelitian dilakukan uji
pembelajaran konvensional;
e. Melakukan
daya
prestasi
analisis
signifikansi
belajar
siswa
data
untuk
Selanjutnya pada nilai hasil penelitian
perbedaan
dilakukan uji prasyarat analisis yang berupa
pada
pokok
uji normalitas dan uji homogenitas baru
bahasan bangun ruang sisi datar, ditinjau
kemudian dilakukan uji hipotesis dengan
dari penggunaan model pembelajaran
analisis variansi dua jalan dengan sel tak
yang berbeda, tingkat percaya diri dan
sama. Setelah dilakukan uji hipotesis, bila
interaksi model pembelajaran dan tingkat
perlu dilakukan juga uji lanjut pasca anava
percaya diri.
dengan melakukan uji komparasi ganda.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri
HASIL PENELITIAN
semester 2 se-Kabupaten Bojonegoro tahun
Pada penelitian ini, yang digunakan
pelajaran 2011/2012.
Pada
data
awal
untuk
mengetahui
ini, metode yang
kemampuan awal antara kelas eksperimen
digunakan dalam pengambilan data adalah
pertama, kedua, dan kelas kontrol adalah
metode angket, metode tes dan metode
nilai UAS matematika siswa kelas VIII
dokumentasi.
untuk
semester 1 Tahun pelajaran 2011/2012.
tes
Berdasarkan data penelitian yang diperoleh,
mengetahui
penelitian
sebagai
Angket
percaya
digunakan
diri
siswa,
digunakan untuk mengetahui nilai prestasi
hasilnya seperti pada Tabel 4.
belajar matematika siswa dan dokumentasi
Deskripsi
data
prestasi
belajar
digunakan untuk memperoleh data nilai
matematika dan Data rata-rata tes prestasi
UAS semester 1 untuk uji keseimbangan.
belajar matematika berdasarkan kelompok
Sebelum digunakan untuk mengambil data
pembelajaran dan tingkat percaya diri siswa
82
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
berturut-turut disajikan dalam Tabel 5 dan
Tabel 6.
Kelas
Modified
Jigsaw
Jigsaw
Konvensional
Kelas
Modified
Jigsaw
Jigsaw
Konvensional
Tabel 4 Deskripsi Data Kemampuan Awal
Statistik
2
N
s
s
Xmaks
X
100
65,40
114,36
10,69
82,5
Xmin
42,5
100
98
42,5
40,0
65,28
65,23
118,80
119,73
10,90
10,94
82,5
82,5
Tabel 5 Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Siswa
Statistik
2
N
s
S
Xmaks
Xmin
X
100
78,24
98,69
9,93
96
56
100
98
68,76
58,69
90,41
79,76
9,51
8,93
88
80
48
40
Tabel 6 Rata-rata Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa di dalam Pembelajaran dan
Tingkat Percaya Diri
Percaya Diri
Rerata
Model Pembelajaran
Tinggi
Sedang
Rendah
Modified Jigsaw
79,04
78,13
77,73
78,24
Jigsaw
72,44
70,19
63,61
68,76
Konvensional
63,57
56,84
56,59
58,69
Rerata
71,40
68,52
66,27
Data Tingkat Percaya Diri
Hasil Analisis Data
Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan dilakukan untuk
Data tentang tingkat percaya diri yang
dimiliki siswa dapat diperoleh dari angket
mengetahui apakah sampel
sikap percaya diri yang diberikan kepada
siswa
kelas
VIII
pada
mempunyai
kemampuan awal sama. Sebelum diuji
masing-masing
keseimbangan,
kelompok penelitian pada tiga sekolah yang
masing-masing
sampel
terlebih dahulu diuji apakah berdistribusi
digunakan untuk penelitian. Setelah angket
normal atau tidak, serta diuji apakah sampel
disebarkan dan dihitung skornya kemudian
berasal dari populasi yang homogen atau
data tersebut dikelompokkan menjadi tiga
tidak.
tingkatan, yaitu tingkat percaya diri tinggi,
Dengan
menggunakan
metode
Lilliefors dengan tingkat signifikansi 5%,
tingkat percaya diri sedang, dan tingkat
diperoleh hasil pengujian dan dapat dilihat
percaya diri rendah. Adapun rangkumannya
pada tabel 8.
dapat dilihat pada Tabel 7.
83
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
Tabel 7 Banyaknya Siswa di dalam Pembelajaran dan Tingkat Percaya Diri
Percaya Diri
Model Pembelajaran
Jumlah
Tinggi
Sedang
Rendah
Modified Jigsaw
25
45
30
100
Jigsaw
27
42
31
100
Konvensional
28
43
27
98
Jumlah
80
130
88
298
Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Untuk Data Nilai UAS Matematika Siswa
Kelas VIII Semester 1
Data
Populasi Siswa
L observasi
L kritik
Keputusan uji
berdistribusi
Modified Jigsaw
0,0818
0,0886
H0 diterima
Normal
Jigsaw
0,0785
0,0886
H0 diterima
Normal
Konvensional
0,0729
0,0895
H0 diterima
Normal
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi Untuk Data Nilai UAS Matematika
Siswa Kelas VIII Semester 1
Keputusan
2
2
Kelompok
Kesimpulan
observasi
kritik uji
Modified
Jigsaw,
Variansi
ketiga
Jigsaw,
dan 0,0563
5,991
H0 diterima
populasi Homogen
Konvensional
Tabel 10 Hasil Uji Keseimbangan Antara Kelompok Eksperimen Modified Jigsaw,
Kelompok Eksperimen Jigsaw, dan Kelompok Kontrol
Kelompok
F observasi
F kritik
Keputusan Uji
Modified
Jigsaw,
Jigsaw,
dan 0,00658
3
H0 diterima
Konvensional
Berdasarkan keputusan uji pada Tabel 8
Setelah data nilai UAS matematika
untuk masing-masing sampel nilai dari
siswa kelas VIII semester 1, baik untuk
Lobservasi < Lkritik, sehingga H0 diterima. Ini
siswa pada kelompok Modified Jigsaw,
berarti bahwa masing-masing kelompok
siswa pada kelompok Jigsaw, maupun siswa
berdistribusi
pada kelompok konvensional dinyatakan
homogenitas
normal.
variansi
Selain
antara
itu
uji
ketiga
populasinya
berdistribusi
normal
dan
kelompok menggunakan metode Bartlett
variansi ketiga populasi tersebut homogen,
dengan tingkat signifikansi 5%, diperoleh
maka selanjutnya uji keseimbangan antara
hasil dan rangkumannya dapat dilihat pada
ketiga kelompok tersebut dengan uji anava
tabel 9.
satu jalan dapat dilakukan. Perhitungan uji
Berdasarkan keputusan uji pada Tabel
9, harga dari χ2
observasi
< χ2
kritik
keseimbangan
sehingga
selengkapnya
dapat
dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 10.
dapat disimpulkan bahwa sampel berasal
Berdasarkan keputusan uji pada Tabel
dari populasi yang homogen.
10, dapat dilihat bahwa harga dari Fobservasi <
Fkritik, sehingga disimpulkan bahwa kedua
84
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
kelompok dalam keadaan seimbang.
analisis uji normalitas dan perhitungannya
Uji Prasyarat Anava
diperoleh hasil pada Tabel 11.
Berdasarkan tabel 11 untuk masing-
a. Uji Normalitas
Uji normalitas untuk masing-masing
masing sampel harga dari Lobservasi < Lkritik, ini
kelompok dilakukan dengan menggunakan
berarti bahwa masing-masing sampel berasal
metode Lilliefors dengan taraf signifikansi
dari populasi yang berdistribusi normal.
0,05 pada masing-masing sampel. Dari
Uji Normalitas
Modified Jigsaw
Jigsaw
Konvensional
Percaya diri tinggi
Percaya diri sedang
Percaya diri rendah
Tabel 11 Rangkuman Hasil Uji Normalitas
Lobservasi
Lkritik
Keputusan
0,0792
0,0886
H0 diterima
0,0866
0,0886
H0 diterima
0,0847
0,0895
H0 diterima
0,0933
0,0991
H0 diterima
0,0735
0,0777
H0 diterima
0, 0840
0,0944
H0 diterima
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan
b. Uji Homogenitas Variansi
Uji
homogenitas
Kesimpulan
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
antara
kelompok
Sel Tak Sama
eksperimen dan kelompok kontrol, serta
Hasil perhitungan analisis variansi dua
antara tingkat percaya diri siswa dilakukan
jalan
dengan menggunakan uji Bartlett pada taraf
signifikansi 0,05 disajikan pada tabel 13.
signifikansi
0,05.
Dari
analisis
sel
tak
sama
dengan
tingkat
Dari tabel 13, dapat ditarik kesimpulan
uji
homogenitas variansi diperoleh hasil sebagai
sebagai berikut:
berikut 12
a.
Terdapat perbedaan antara model
pembelajaran terhadap prestasi belajar
Berdasarkan keputusan uji pada Tabel
matematika.
12, maka dapat disimpulkan bahwa populasi
b.
siswa antar model pembelajaran mempunyai
Terdapat perbedaan antara percaya
variansi populasi homogen dan populasi
diri
siswa antar tingkat percaya diri mempunyai
matematika.
c.
variansi populasi homogen.
terhadap
Terdapat
prestasi
interaksi
dan
antara
belajar
model
3. Pengujian Hipotesis Penelitian
pembelajaran
percaya
a. Analisis Variansi
terhadap prestasi belajar matematika.
Tabel 12. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi
Sampel
K
χ2 observasi
χ2 kritik
Keputusan
Kesimpulan
Model Pembelajaran
3
1,0598
5,991
H0 diterima
Homogen
Percaya Diri Siswa
3
0,9883
5,991
H0 diterima
Homogen
85
diri
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
Tabel 13. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
JK
dK RK
Fobs
Keputusan
Model (A)
17668,948 2
8834,474
130,240
3
Ho ditolak
Percaya Diri (B)
1550,909
2
775,455
11,432
3
Ho ditolak
Interaksi (AB)
790,266
4
197,567
2,913
2,37
Ho ditolak
Galat
19603,502 289 67,832
Total
39613,626 297
tinggi dan percaya diri sedang terhadap
Uji Lanjut Pasca Anava
prestasi belajar matematika siswa, terdapat
Dari rangkuman analisis variansi dua
perbedaan pengaruh antara percaya diri
jalan dengan sel tak sama di atas telah
tinggi dan percaya diri rendah terhadap
diperoleh bahwa :
prestasi belajar matematika siswa, serta tidak
a.H0A ditolak, maka perlu dilakukan uji
terdapat perbedaan pengaruh antara percaya
komparasi ganda. Rangkuman uji komparasi
diri sedang dan percaya diri rendah terhadap
ganda dengan metode Scheffe’. Hasil
prestasi belajar matematika siswa.
perhitungan komparasi ganda antar baris
c.H0AB ditolak, maka perlu dilakukan uji
dapat dilihat pada Tabel 14.
komparasi ganda. Rangkuman uji komparasi
Dari uji komparasi ganda antar baris,
ganda dengan metode Scheffe’. Hasil
diperoleh kesimpulan bahwa terdapat
perhitungan komparasi ganda antar baris
perbedaan
pengaruh
antara
model
dapat dilihat pada Tabel 16.
pembelajaran kooperatif modified jigsaw dan
Berdasarkan tabel 16 dapat disimpulkan
model pembelajaran kooperatif jigsaw
sebagai berikut :
terhadap prestasi belajar matematika siswa,
1) Tidak ada perbedaan prestasi belajar
terdapat perbedaan pengaruh antara model
antara siswa dengan percaya diri tinggi
pembelajaran kooperatif modified jigsaw
dan sedang pada pembelajaran modified
dengan model pembelajaran konvensional
jigsaw.
terhadap prestasi belajar matematika siswa,
2) Tidak ada perbedaan prestasi belajar
serta terdapat perbedaan pengaruh antara
antara siswa dengan percaya diri sedang
model pembelajaran jigsaw dengan model
dan rendah pada pembelajaran modified
pembelajaran konvensional terhadap prestasi
jigsaw.
belajar matematika siswa.
3) Tidak ada perbedaan prestasi belajar
b.H0B ditolak, maka perlu dilakukan uji
antara siswa dengan percaya diri tinggi
komparasi ganda. Rangkuman uji komparasi
dan rendah pada pembelajaran modified
ganda dengan metode Scheffe’. Hasil
jigsaw.
perhitungan komparasi ganda antar kolom
4) Tidak ada perbedaan prestasi belajar
dapat dilihat pada Tabel 15 berikut.
antara siswa dengan percaya diri tinggi
Dari uji komparasi ganda antar kolom di
dan sedang pada pembelajaran Jigsaw.
atas, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat
perbedaan pengaruh antara percaya diri
86
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
5) Tidak ada perbedaan prestasi belajar
dan
antara siswa dengan percaya diri sedang
sedang
pada
pembelajaran
konvensional.
dan rendah pada pembelajaran Jigsaw.
8) Tidak ada perbedaan prestasi belajar
6) Ada perbedaan prestasi belajar antara
antara siswa dengan percaya diri sedang
siswa dengan percaya diri tinggi dan
dan
rendah pada pembelajaran Jigsaw.
konvensional.
rendah
pada
pembelajaran
7) Tidak ada perbedaan prestasi belajar
9) Tidak ada perbedaan prestasi belajar
antara siswa dengan percaya diri tinggi
siswa dengan percaya diri tinggi dan
rendah pada pembelajaran konvensional.
Ho
μ.1 = μ.2
μ.1 = μ.3
μ.2 = μ.3
Ho
μ.1 = μ.2
μ.1 = μ.3
μ.2 = μ.3
Tabel 14 Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Baris
Fobs
2F0,05;2;201
Keputusan Uji
66,105
(2)(3) = 6
Ho ditolak
278,770
(2)(3) = 6
Ho ditolak
74,082
(2)(3) = 6
Ho ditolak
Tabel 15 Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom
Fobs
2F0,05;2;201
Keputusan Uji
6,043
(2)(3,00) = 6,00
Ho ditolak
16,169
(2)(3,00) = 6,00
Ho ditolak
3,878
(2)(3,00) = 6,00
Ho diterima
Tabel 16 Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Sel pada Baris yang Sama
H0
Fobs
Ftabel
Keputusan
μ11 = μ 12
0,195
15,52
H0 Diterima
μ12 = μ 13
0,042
15,52
H0 Diterima
μ 11 = μ 13
0,343
15,52
H0 Diterima
μ 21 = μ 22
1,231
15,52
H0 Diterima
μ 22 = μ 23
11,265
15,52
H0 Diterima
μ 21 = μ 23
16,472
15,52
H0 Ditolak
μ 31 = μ 32
11,337
15,52
H0 Diterima
μ 32 = μ 33
0.015
15,52
H0 Diterima
μ 31 = μ 33
9,869
15,52
H0 Diterima
Tabel 17 Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Sel pada Kolom yang Sama
H0
Fobs
Ftabel
Keputusan
μ 11 = μ 21
8,325
15,52
H0 Diterima
μ 21 = μ 31
15,954
15,52
H0 Ditolak
μ 11 = μ 31
46,589
15,52
H0 Ditolak
μ 12 = μ 22
20,205
15,52
H0 Ditolak
μ 22 = μ 32
55,852
15,52
H0 Ditolak
μ 12 = μ 32
147,016
15,52
H0 Ditolak
μ 13 = μ 23
44,609
15,52
H0 Ditolak
μ 23 = μ 33
10,582
15,52
H0 Diterima
μ 13 = μ 33
93,630
15,52
H0 Ditolak
Berdasarkan tabel 17 dapat disimpulkan
pada pembelajaran kooperatif modified
sebagai berikut:
1)
jigsaw dan jigsaw.
Tidak ada perbedaan prestasi belajar
2)
antara siswa dengan percaya diri tinggi
Ada perbedaan prestasi belajar antara
siswa dengan percaya diri tinggi pada
87
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
pembelajaran kooperatif jigsaw dan
3)
4)
5)
6)
7)
1. Siswa-siswa
kooperatif modified jigsaw mempunyai
Ada perbedaan prestasi belajar antara
prestasi belajar matematika yang lebih
siswa dengan percaya diri tinggi pada
baik
pembelajaran
pembelajaran kooperatif jigsaw dan
kooperatif
modified
daripada
siswa-siswa
dengan
jigsaw dan konvensional.
pembelajaran konvensional. Sedangkan
Ada perbedaan prestasi belajar antara
siswa-siswa
siswa dengan percaya diri sedang pada
kooperatif jigsaw mempunyai prestasi
pembelajaran
belajar matematika yang lebih baik
kooperatif
modified
dengan
pembelajaran
jigsaw dan jigsaw.
daripada
Ada perbedaan prestasi belajar antara
pembelajaran konvensional.
siswa-siswa
dengan
siswa dengan percaya diri sedang pada
2. Prestasi belajar matematika siswa-siswa
pembelajaran kooperatif jigsaw dan
yang mempunyai percaya diri tinggi
konvensional.
lebih baik daripada prestasi belajar
Ada perbedaan prestasi belajar antara
matematika
siswa dengan percaya diri sedang pada
mempunyai percaya diri sedang dan
pembelajaran
percaya diri rendah. Sedangkan prestasi
kooperatif
modified
siswa-siswa
yang
jigsaw dan konvensional.
belajar matematika siswa-siswa yang
Ada perbedaan prestasi belajar antara
mempunyai percaya diri sedang sama
siswa dengan percaya diri rendah pada
baiknya
pembelajaran
mempunyai percaya diri rendah.
kooperatif
modified
dengan
siswa-siswa
yang
3. Pada pembelajaran kooperatif modified
Tidak ada perbedaan prestasi belajar
jigsaw, tidak ada perbedaan antara
antara siswa dengan percaya diri rendah
prestasi
pada pembelajaran kooperatif jigsaw
masing-masing tingkatan percaya diri.
dan konvensional.
9)
pembelajaran
konvensional.
jigsaw dan jigsaw.
8)
dengan
belajar
matematika
pada
4. Pada pembelajaran kooperatif jigsaw,
Ada perbedaan prestasi belajar antara
prestasi belajar matematika siswa-siswa
siswa dengan percaya diri rendah pada
yang mempunyai percaya diri tinggi
pembelajaran
sama baiknya dengan siswa-siswa yang
kooperatif
modified
jigsaw dan konvensional.
mempunyai percaya diri sedang. Begitu
pula dengan prestasi belajar matematika
siswa-siswa yang mempunyai percaya
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa
diri sedang sama baiknya dengan siswa-
data yang telah dilakukan, maka dapat
siswa dengan percaya diri rendah. Tetapi
disimpulkan sebagai berikut :
untuk prestasi belajar matematika siswasiswa yang mempunyai percaya diri
88
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
tinggi lebih baik daripada prestasi
pembelajaran kooperatif modified jigsaw
belajar matematika siswa-siswa yang
lebih baik daripada siswa dengan yang
mempunyai percaya diri rendah.
diberi
5. Pada pembelajaran konvensional, tidak
pembelajaran
Saran
matematika
Bagi Siswa
masing-masing
tingkatan percaya diri.
a. Pada pembelajaran kooperatif modified
6. Pada siswa yang memiliki percaya diri
tinggi,
prestasi
dan
konvensional.
ada perbedaan antara prestasi belajar
pada
jigsaw
belajar
jigsaw, sebaiknya siswa dapat berperan
matematika
aktif sesuai dengan langkah-langkah
siswa-siswa yang diberi pembelajaran
yang disampaikan oleh guru sehingga
kooperatif
prestasi
modified
jigsaw
sama
baiknya dengan siswa-siswa yang diberi
belajar
matematika
dapat
meningkat.
pembelajaran kooperatif jigsaw. Akan
b. Pada pembelajaran kooperatif modified
tetapi prestasi belajar matematika siswa-
jigsaw, hendaknya siswa dapat belajar
siswa yang diberi pembelajaran jigsaw
untuk bersosialisasi dengan teman dan
dan modified jigsaw lebih baik daripada
dapat
siswa-siswa yang diberi pembelajaran
temannya yang lain.
konvensional.
belajar
dari
perilaku
positif
d. Bagi siswa dengan berbagai tingkatan
7. Pada siswa yang memiliki percaya diri
percaya diri harus lebih bersemangat
sedang, prestasi belajar matematika
dalam pembelajaran modified jigsaw
siswa
pembelajaran
karena dengan pembelajaran kooperatif
kooperatif modified jigsaw lebih baik
modified jigsaw, tidak terdapat perbedaan
daripada siswa yang diberi pembelajaran
prestasi belajar siswa dengan tingkat
kooperatif jigsaw dan pembelajaran
percaya diri tinggi, sedang, maupun
konvensional.
belajar
rendah.
diberi
Bagi Guru
yang
matematika
diberi
Prestasi
siswa
yang
pembelajaran kooperatif jigsaw lebih
baik
daripada
siswa
yang
a. Hendaknya guru menggunakan model
diberi
pembelajaran kooperatif modified jigsaw
pembelajaran konvensional.
untuk meningkatkan
8. Pada siswa yang memiliki percaya diri
rendah,
prestasi
prestasi
siswa.
belajar matematika
b. Hendaknya guru melibatkan peran aktif
siswa-siswa yang diberi pembelajaran
siswa
jigsaw sama baiknya dengan siswa-
misalnya
siswa
kooperatif modified jigsaw.
yang
konvensional.
diberi
Akan
pembelajaran
tetapi
belajar
prestasi
dalam
proses
melalui
pembelajaran
pembelajaran
c. Hendaknya guru mau selalu
belajar matematika siswa yang diberi
mencoba
model-model pembelajaran kooperatif
89
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
dan mau memodifikasi serta melakukan
karakteristik cara berpikir, kreativitas,
refleksi untuk mendapatkan hasil yang
aktivitas, minat siswa, dan lain-lain agar
optimal.
dapat lebih mengetahui faktor-faktor
d. Hendaknya
guru
karakteristik
siswa
memperhatikan
misalnya
yang
tingkat
mempengaruhi
prestasi
belajar
matematika siswa.
percaya diri siswa.
b. Hasil penelitian hanya terbatas pada
e. Hendaknya guru dapat memanfaatkan
pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Datar
siswa dengan kemampuan tinggi mampu
di kelas VIII SMP Negeri, sehingga dapat
mendampingi siswa dengan kemampuan
dikembangkan pada pokok bahasan lain
rendah dalam penyampaian materi pada
di jenjang yang lain pula.
kelompok asal sehingga prestasi belajar
c. Pada model pembelajaran Kooperatif
dapat meningkat.
Modified Jigsaw, setiap siswa wajib
Kepada Pihak Sekolah
menyampaikan materi pada temannya
a. Hendaknya menghimbau para guru untuk
yang lain dalam satu kelompok asal.
mulai menerapkan model pembelajaran
Agar materi dapat tersampaikan dengan
kooperatif modified jigsaw di dalam
baik, maka tiap siswa harus dipersiapkan
proses pembelajarannya sehingga hasil
dengan
belajar yang diperoleh siswa menjadi
menyampaikan
lebih baik.
sehingga
b. Hendaknya menyediakan
prasarana
yang
sarana dan
dibutuhkan
secara
dalam
mungkin
matang
untuk
materi
materi
peneliti
dengan
dapat
menyeluruh.
dapat
tersampaikan
Pada
bisa
baik,
fase
ini
memodifikasi
pembelajaran kooperatif modified jigsaw
dengan cara yang lain, misalnya dengan
sehingga dapat diperoleh prestasi belajar
mengadakan pre test terlebih dahulu pada
matematika siswa yang optimal.
siswa, agar bisa ditentukan siswa tersebut
c. Hendaknya menghimbau para guru untuk
menggunakan
layak untuk memberi materi yang benar-
model-model
benar dia kuasai.
pembelajaran kooperatif yang lainnya
serta memodifikasi sesuai kebutuhan
DAFTAR RUJUKAN
Arends,
Richardl.
1997.
Classroom
Instructional Management. New York:
The McGraw-Hill Company.
pembelajaran di kelas sehingga prestasi
belajar siswa dapat meningkat.
Kepada Peneliti/Peneliti Lain
a. Pada
penelitian
ini
Killen, Roy, 1996, Effective Teaching
Strategies, Lesson from Research and
Practice, Scial Science Press, New
South Wales
menggunakan
tinjauan tingkat percaya diri, bagi para
calon peneliti mungkin dapat melakukan
Melissa C. Leavitt. 2006. Team Teaching:
Benefits and Challenges. Speaking of
Teaching. Volume 16. 1-4
peninjauan yang lain, misalnya motivasi,
gaya
belajar,
kecerdasan
majemuk,
90
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
Slavin, R. E. 2009. Cooperative Learning.
Cetakan V. Bandung: Nusa Media
Thursan Hakim. 2002, Mengatasi Rasa
Tidak Percaya Diri, Jakarta : Purwa
Suara.
Slavin, R. E. 1994. Educational Psycology:
Theory and Practise . Fourth Edition.
Massachusetts: Allyn and Bacon.
91
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL
KOOPERATIF MODIFIED JIGSAW PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG
SISI DATAR DITINJAU DARI TINGKAT PERCAYA DIRI SISWA SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI SE-KABUPATEN BOJONEGORO
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Dian Ratna Puspananda, Tri Atmojo K., Budi Usodo
Program Studi Pendidikan Matematika
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
ABSTRAK
Penelitian ini diadakan dengan tujuan untuk mengetahui : (1) Manakah yang menghasilkan
prestasi belajar matematika lebih baik, antara model pembelajaran Modified Jigsaw, Jigsaw atau
Konvensional, (2) Manakah yang menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik, siswa
dengan tingkat percaya diri tinggi, sedang atau rendah, (3) Pada model pembelajaran Modified
Jigsaw, manakah yang menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik, tingkat percaya diri
tinggi, sedang atau rendah, (4) Pada model pembelajaran Kooperatif Jigsaw, manakah yang
menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik, tingkat percaya diri tinggi, sedang atau
rendah, (5) Pada model pembelajaran konvensional, manakah yang memberi prestasi belajar
matematika lebih baik, tingkat percaya diri tinggi, sedang atau rendah, (6) Pada tingkat percaya
diri tinggi, manakah yang memberi prestasi belajar matematika lebih baik, model pembelajaran
konvensional, Jigsaw atau Modified Jigsaw, (7) Pada tingkat percaya diri sedang, manakah yang
memberi prestasi belajar matematika lebih baik, model pembelajaran konvensional, Jigsaw
atau Modified Jigsaw, (8) Pada tingkat percaya diri rendah, manakah yang memberi prestasi
belajar matematika lebih baik, model pembelajaran konvensional, Jigsaw atau Modified
Jigsaw.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain faktorial 3x3.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN se-Kabupaten Bojonegoro
tahun pelajaran 2011/2012. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified cluster
random sampling sehingga terpilih tiga sekolah yaitu SMPN 3 Bojonegoro, SMPN 6
Bojonegoro, dan SMPN 7 Bojonegoro. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data
adalah angket sikap percaya diri dan tes prestasi belajar.
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Siswa-siswa dengan pembelajaran
kooperatif modified jigsaw mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada
siswa-siswa dengan pembelajaran kooperatif jigsaw dan pembelajaran konvensional. Sedangkan
siswa-siswa dengan pembelajaran kooperatif jigsaw mempunyai prestasi belajar matematika
yang lebih baik daripada siswa-siswa dengan pembelajaran konvensional, (2) Prestasi belajar
matematika siswa yang mempunyai percaya diri tinggi lebih baik daripada prestasi belajar
matematika siswa yang mempunyai percaya diri sedang dan rendah. Tidak ada perbedaan
prestasi belajar matematika antara siswa yang mempunyai percaya diri sedang dan rendah, (3)
Pada pembelajaran kooperatif modified jigsaw, tidak ada perbedaan antara prestasi belajar
matematika pada masing-masing tingkatan percaya diri, (4) Pada pembelajaran kooperatif
jigsaw, tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa-siswa dengan tingkat
percaya diri tinggi dan sedang. Begitu pula dengan prestasi belajar matematika siswa-siswa
dengan tingkat percaya sedang dan rendah juga tidak mempunyai perbedaan. Tetapi untuk
prestasi belajar matematika siswa-siswa dengan percaya diri tinggi lebih baik daripada prestasi
belajar matematika siswa-siswa dengan percaya diri rendah, (5) Pada pembelajaran
konvensional, tidak ada perbedaan antara prestasi belajar matematika pada masing-masing
tingkatan percaya diri, (6) Pada siswa yang memiliki percaya diri tinggi, tidak ada perbedaan
antara prestasi belajar matematika siswa yang diberi pembelajaran kooperatif modified jigsaw
dan pembelajaran kooperatif jigsaw. Akan tetapi prestasi belajar matematika siswa dengan
percaya diri tinggi yang diberi pembelajaran jigsaw dan modified jigsaw lebih baik daripada
74
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
siswa dengan percaya diri tinggi yang diberi pembelajaran konvensional, (7) Pada siswa yang
memiliki percaya diri sedang, prestasi belajar matematika siswa yang diberi pembelajaran
kooperatif modified jigsaw lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran kooperatif
jigsaw dan pembelajaran konvensional. Prestasi belajar matematika siswa yang diberi
pembelajaran kooperatif jigsaw lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran
konvensional, (8) Pada siswa yang memiliki percaya diri rendah, tidak ada perbedaan antara
prestasi belajar matematika siswa yang diberi pembelajaran kooperatif jigsaw dan pembelajaran
konvensional. Akan tetapi prestasi belajar matematika siswa yang diberi pembelajaran
kooperatif modified jigsaw lebih baik daripada siswa dengan yang diberi pembelajaran jigsaw
dan konvensional.
Kata kunci: Modified Jigsaw, Jigsaw, Konvensional, Percaya Diri Siswa, dan Prestasi
Belajar Matematika
PENDAHULUAN
mutu pendidikan dapat dilihat dari hasil
Pada era globalisasi seperti sekarang
prestasi belajar siswa.
ini, diperlukan persiapan sumber daya
manusia yang merupakan kunci utama untuk
Namun, pada kenyataannya pendidikan
memenangkan persaingan era globalisasi
di Indonesia masih rendah dibandingkan
tersebut.
dengan mutu pendidikan negara-negara lain.
Perkembangan
dibidang
ilmu
pengetahuan dan teknologi memungkinkan
Setidaknya itu tercermin dari
setiap
Trends
manusia
memperoleh
informasi
hasil
tes
International Mathematics and
dengan cepat dan mudah. Dengan demikian
Sciences Study (TIMSS) yang diikuti oleh
siswa
siswa kelas VIII SMP.
perlu
memiliki
kemampuan
dan
Tertinggalnya prestasi Indonesia dalam
memanfaatkan informasi untuk menghadapi
event Internasional tersebut, tidak lepas dari
keadaan yang selalu berubah, kompetitif dan
prestasi siswa di dalam negeri. Pada tingkat
tidak pasti. Kemampuan ini menuntut siswa
SMP Negeri, dari 18158 sekolah dan
agar berfikir logis, analitis, sistematis, kritis,
2136282
dan
yang
matematika di bawah 5,50 adalah 15, 8%.
dihadapi bangsa Indonesia dalam berbagai
Prosentase ini masih sangat tinggi. Begitu
segi telah menempatkan bidang pendidikan
juga nilai matematika siswa pada ujian
sebagai
nasional khususnya daerah Bojonegoro,
memperoleh,
kreatif.
memilih,
Beratnya
upaya
yang
mengelola,
tantangan
strategis
untuk
siswa
yang
mendapat
nilai
masih belum menunjukkan hasil yang
mengatasi kesulitan yang dihadapi.
maksimal.
Pendidikan merupakan proses yang
Hasil
Ujian
Nasional
mata
baik dalam pembinaan manusia untuk
pelajaran matematika dua tahun terakhir di
mengembangkan potensi diri. Salah satu
Bojonegoro adalah pada tahun 2009/2010
upaya mempersiapkan sumber daya manusia
nilai rata-rata Ujian Nasional mata pelajaran
dalam menghadapi perubahan yaitu melalui
matematika mencapai 7,42 dengan nilai
peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan
tertinggi 10,00 dan nilai terendah 3,75 dan
pada tahun 2010/2011 nilai rata-rata Ujian
75
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
Nasional
mata
pelajaran
matematika
yang
salah
satunya
adalah
model
mengalami penurunan yaitu hanya mencapai
pembelajaran, juga dipengaruhi oleh faktor
6,90 dengan nilai tertinggi 10,00 dan nilai
dari dalam diri siswa tersebut. Faktor dari
terendah juga semakin memprihatinkan yaitu
dalam diri siswa tersebut yang berpengaruh
hanya mencapai 1,25.
pada keberhasilan belajar siswa misalnya
Pada UN tahun 2010/2011 di daerah
intelengensi, minat belajar, motivasi belajar,
Bojonegoro, daya serap pada kompetensi
aktivitas
dasar menentukan unsur-unsur pada kubus
percaya diri, dan lain sebagainya. Dari
dan balok masih rendah, seperti yang
beberapa faktor dari dalam diri siswa
disajikan pada Tabel 1.
tersebut, dipilih tingkat percaya diri siswa.
Tabel 1. Daya Serap Kompetensi Dasar
Menentukan Unsur-Unsur pada Kubus dan
Balok
Kab.
Provinsi
Nasional
51,55
56,41
62,36
(Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Bojonegoro 2011)
belajar,
gaya
belajar,
tingkat
MODEL
PEMBELAJARAN
KONVENSIONAL
Pembelajaran konvensional secara
umum
adalah
pembelajaran
dengan
menggunakan metode yang biasa dilakukan
Selain pembelajaran matematika di
oleh guru yaitu memberi materi melalui
Indonesia yang masih belum mengena pada
ceramah, latihan soal kemudian pemberian
tujuan yang sebenarnya, berdasarkan hasil
tugas. Ceramah merupakan salah satu cara
wawancara dengan beberapa guru mata
penyampaian informasi dengan lisan dari
pelajaran matematika di SMP pada tanggal
seseorang kepada sejumlah pendengar di
12 Desember 2011 dan 16 Desember 2011,
suatu ruangan. Kegiatan berpusat pada
pembelajaran
sekolah
penceramah dan komunikasi searah dari
didominasi oleh guru, kurang melibatkan
pembaca kepada pendengar. Penceramah
siswa dalam pembelajaran, dan model
mendominasi
pembelajaran yang masih konvensional.
pendengar
Dalam
membuat catatan seperlunya.
matematika
Kurikulum
di
Tingkat
Satuan
seluruh
hanya
kegiatan,
sedang
memperhatikan
dan
Pendidikan (KTSP) siswa dituntut menjadi
Gambaran pembelajaran matematika
partisipan yang aktif. Jadi, kegiatan belajar
dengan pendekatan ceramah adalah sebagai
berpusat pada siswa, guru hanya sebagai
berikut:
motivator dan fasilitator di dalamnya.
pembelajaran
Contoh pembelajaran yang berpusat pada
pembuktian dalil dilakukan sendiri oleh
siswa dan guru hanya bertindak sebagai
guru, contoh-contoh soal diberikan dan
motivator
dikerjakan pula sendiri oleh guru. Langkah-
dan
fasilitator
adalah
pembelajaran kooperatif.
Guru
mendominasi
penurunan
kegiatan
rumus
atau
langkah guru diikuti dengan teliti oleh
Prestasi belajar matematika siswa selain
peserta didik. Mereka meniru cara kerja dan
dipengaruhi oleh faktor dari luar diri siswa
cara penyelesaian yang dilakukan oleh guru.
76
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
Kelemahan
dari
Model pembelajaran kooperatif tipe
pembelajaran
Jigsaw merupakan
konvensional antara lain:
model
pembelajaran
membosankan,
kooperatif dimana siswa belajar dalam
peserta didik hanya aktif membuat
kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang
catatan saja.
secara heterogen dan bekerja sama saling
1.pelajaran
berjalan
2.Kepadatan
konsep-konsep
ketergantungan
yang
yang
positif
dan
diajarkan dapat berakibat peserta didik
bertanggung jawab atas ketuntasan bagian
tidak mampu menguasai bahan yang
materi pelajaran yang harus dipelajari dan
diajarkan.
menyampaikan
3.Pengetahuan yang diperoleh melalui
anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).
menyebabkan
tersebut
kepada
Pada model pembelajaran kooperatif
ceramah lebih cepat terlupakan.
4.Ceramah
materi
tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan
belajar
peserta didik menjadi benar menghafal
kelompok
ahli.
Kelompok
asal
yaitu
yang tidak menimbulkan pengertian.
kelompok induk siswa yang beranggotakan
siswa dengan kemampuan, asal, dan latar
belakang keluarga yang beragam. Kelompok
MODEL
PEMBELAJARAN
KOOPERATIF JIGSAW
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan
asal merupakan gabungan dari beberapa ahli.
Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang
diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-
terdiri dari anggota kelompok asal yang
teman di Universitas Texas, dan kemudian
berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari
diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di
dan
Universitas John Hopkins (Arends, 2001).
menyelesaikan
Jigsaw telah dikembangkan dan di uji
kemudian
dari Universitas Texas, dan diadopsi Slavin
teman-teman
di
Universitas
membaca,
tertentu
dengan
dijelaskan
topiknya
kepada
dan
yang
untuk
anggota
kelompok asal.
John
Sintaks model pembelajaran kooperatif
Hopkins. Teknik ini dapat digunakan dalam
pengajaran
topik
tugas-tugas
berhubungan
coba oleh Elliot Aroson dan teman-teman
dan
mendalami
Jigsaw dapat dilihat pada Tabel 2.
menulis,
MODEL PEMBELAJARAN MODIFIED
mendengarkan, ataupun berbicara.
JIGSAW
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
WITH
SEMI
TEAM
TEACHING
adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif
Pembelajaran
yang terdiri dari beberapa anggota dalam
kooperatif
yang
dimodifikasi adalah memodifikasi sintaks
satu kelompok yang bertanggung jawab atas
atau beberapa bagian dari suatu langkah
penguasaan bagian materi belajar dan
yang bertujuan untuk memperbaiki agar
mampu mengajarkan materi tersebut kepada
sintaks yang ada, baik secara rasional
anggota lain dalam kelompoknya (Arends,
1997).
77
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
teoritik maupun dari sisi empiris menjadi
untuk mampu berdiskusi menyampaikan
lebih baik.
meteri pada teman, jika siswa tidak punya
Dalam pembelajaran kooperatif tipe
rasa percaya diri. Hal ini disebabkan karena
Jigsaw, menurut Roy Killen (1996) terdapat
setiap individu memiliki sifat dan tingkatan
kelemahan, yaitu sulit meyakinkan siswa
percaya diri yang berbeda-beda.
Tabel 2. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Fase
Tingkah Laku Guru
Fase 1
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
Menyampaikan Tujuan dan Memotivasi akan dilaksanakan dan memotivasi siswa
Siswa.
Fase 2
Guru mengelompokkan siswa menjadi kelompok
Mengelompokkan
Siswa
dalam dasar dengan anggota 5 sampai 6 orang dengan
Kelompok Dasar
kemampuan akademik yang heterogen.
Fase 3
Guru menyuruh setiap anggota kelompok diberikan
Memberikan Tugas pada Siswa untuk sub pokok bahasan/topik yang berbeda untuk
Membaca Sub Pokok Bahasan/ Topik mereka baca dan pelajari.
yang diberikan
Fase 4
Guru menyuruh siswa yang mendapat topik yang
Mengelompokkan
Siswa
dalam sama berdiskusi dalam kelompok ahli.
Kelompok Ahli
Fase 5
Guru menyuruh siswa kembali ke kelompok asal
Tim Ahli kembali ke Kelompok Asal.
untuk menjelaskan apa yang mereka dapatkan
dalam kelompok ahli.
Fase 6
Guru memberikan quiz individu pada siswa
Memberikan Quiz Individu
meliputi topik yang dibahas hari itu.
Fase 7
Guru memberikan penghargaan.
Memberikan Penghargaan
Berpijak dari kelemahan dalam model
Dari
pembelajaran kooperatif Jigsaw menurut
mencoba
Roy Killen dan solusi untuk menghadapi
kooperatif tipe Jigsaw tersebut. Modifikasi
perbedaan
individu
peneliti
dilakukan pada fase kelima, yaitu dimana
mencoba
memodifikasi
pembelajaran
tim ahli kembali ke kelompok asal dan
kooperatif Jigsaw. Kelemahan dalam model
menjelaskan hasil diskusi pada kelompok
pembelajaran kooperatif Jigsaw menurut
asal.
tersebut,
penjelasan
di
memodifikasi
atas
peneliti
pembelajaran
Roy Killen tersebut mengakibatkan tim ahli
Tim ahli seharusnya secara mandiri
yang berkemampuan kurang akan kurang
menjelaskan hasil diskusi kepada kelompok
maksimal baik dalam diskusi dengan tim
asalnya, namun dalam kelompok ahli tidak
ahli maupun dalam
menyampaikan hasil
semua percaya diri dan mampu menguasai
diskusi ke kelompok asal. Sedangkan tiap
materi serta menyampaikan hasil diskusinya
ahli
untuk
dengan baik. Sehingga tim ahli yang
menyampaikan hasil diskusinya kepada
dianggap berkemampuan kurang tersebut
kelompok asal.
perlu didampingi oleh tim ahli yang
mempunyai
kewajiban
78
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
berkemampuan tinggi dalam menyampaikan
teaching offers students is an increase in the
hasil diskusinya. Hal ini sesuai dengan
amount of feedback they receive from
pernyataan Vygotsky (Slavin, 2009: 36)
instructors”.
mendefinisikan
wilayah
pembangunan
Selain
paling dekat sebagai “jarak antara level
kesempatan
pembangunan aktual seperti yang ditentukan
berpartisipasi, disebutkan pula bahwa salah
oleh
satu keuntungan dari team teaching adalah
penyelesaian
independen
dan
masalah
level
secara
pembangunan
menawarkan
team
teaching
lebih
pada
pada
siswa
memberikan
siswa
untuk
untuk
lebih
potensial seperti yang ditentukan melalui
meningkatkan umpan balik mereka dari
penyelesaian masalah dengan bantuan orang
instruktur (tutor).
dewasa atau dalam kolaborasi dengan teman
yang
lebih
Dari beberapa kelebihan team teaching
mampu”(penekanan
di atas, peneliti mencoba menerapkan
ditambahkan). Modifikasi ini disebut dengan
modifikasi semi team teaching tersebut
semi team teaching. Disebut dengan semi
terhadap model pembelajaran kooperatif
team teaching karena pada penelitian ini
Jigsaw. Modifikasi dengan semi
hanya satu siswa saja yang menyampaikan
teaching ini bertujuan agar hasil diskusi dan
materi
yang
materi tersampaikan dengan baik. Dengan
berkemampuan kurang didampingi oleh
modifikasi tersebut, diharapkan semua siswa
siswa
dapat
secara
yang
Sedangkan
sedang
tim,
siswa
berkemampuan
siswa
sudah
yaitu
yang
tinggi.
berkemampuan
dianggap
memahami
materi
dengan
team
baik,
sehingga hasil belajar siswa juga akan lebih
mampu
baik. Selain itu siswa yang berkemampuan
menyampaikan materi secara mandiri.
kurang tentunya pada suatu saat, siswa
Menurut Wadkins, Miller, and Wozniak
tersebut berkeinginan menyampaikan hasil
diskusi secara mandiri, sehingga diharapkan
(2006) dalam Melissa C. Leavitt (2006: 3):
“Team teaching can have a highly
positive impact on student learning
outcomes, largely due to the increased
opportunity for student participation
that team teaching provides”.
siswa yang berkemampuan kurang menjadi
lebih
termotivasi
dalam
proses
pembelajaran, karena siswa tersebut bisa
belajar dari pengalaman dirinya sendiri
Dalam pernyataan di atas, dijelaskan bahwa
maupun perilaku teman. Sehingga dengan
team teachung mempunyai dampak positif
modifikasi tersebut diharapkan hasil belajar
bagi hasil belajar siswa, hal itu disebabkan
juga akan lebih baik.
karena team teaching lebih memberikan
Berdasarkan
kesempatan siswa untuk berpartisipasi.
wawancara
peneliti
dengan Hartatik, psikolog Rumah Sakit
Masih menurut Wadkins, Miller, and
Aisiyah Bojonegoro, mengatakan bahwa:
Wozniak (2006) dalam Melissa C. Leavitt
“ pendampingan seseorang yang
berkemampuan
lebih
terhadap
seseorang yang berkemampuan kurang,
(2006: 3): “One of the benefts that team
79
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
secara psikologis dapat mempengaruhi
sikap percaya diri dan juga motivasi
bagi siswa yang berkemampuan rendah
tersebut.
Karena
siswa
yang
berkemampuan rendah tersebut dapat
belajar dari siswa berkemampuan tinggi
yang mendampinginya (berdasarkan
perilaku orang lain).”
Dari pernyataan di atas diharapkan
dengan pembelajaran Modified Jigsaw with
semi Team Teaching ini, materi dapat
tersampaikan dengan baik pada semua
siswa, selain itu siswa yang berkemampuan
kurang dapat meningkatkan kemampuannya.
Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
Modified Jigsaw dapat dilihat pada Tabel 3.
TINGKAT PERCAYA DIRI
Percaya
diri
merupakan
suatu
keyakinan dan sikap seseorang terhadap
kemampuan pada dirinya sendiri dengan
menerima secara apa adanya baik positif
maupun negatif yang dibentuk dan dipelajari
melalui proses belajar dengan tujuan untuk
kebahagiaan
dirinya.
Tabel 3. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Modified Jigsaw
Fase
Tingkah Laku Guru
Fase 1
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
Menyampaikan
Tujuan
dan dilaksanakan dan memotivasi siswa
Memotivasi Siswa.
Fase 2
Guru mengelompokkan siswa menjadi kelompok dasar
Mengelompokkan Siswa dalam dengan anggota 4 sampai 6 orang dengan kemampuan
Kelompok Dasar
akademik yang heterogen.
Fase 3
Guru menyuruh setiap anggota kelompok diberikan sub
Memberikan Tugas pada Siswa pokok bahasan/topik yang berbeda untuk mereka baca
untuk Membaca Sub Pokok dan pelajari.
Bahasan/ Topik yang diberikan
Fase 4
Guru menyuruh siswa yang mendapat topik yang sama
Mengelompokkan Siswa dalam berdiskusi dalam kelompok ahli.
Kelompok Ahli
Fase 5
Guru menyuruh siswa kembali ke kelompok asal untuk
Tim Ahli kembali ke Kelompok menjelaskan apa yang mereka dapatkan dalam
Asal.
kelompok ahli.
(with semi team teaching)
Bagi siswa berkemampuan rendah, pada saat
menyampaikan hasil diskusi didampingi oleh siswa
berkemampuan tinggi.
Fase 6
Guru memberikan quiz individu pada siswa meliputi
Memberikan quiz
semua topik.
Fase 7
Guru memberikan penghargaan baik secara individual
Memberikan Penghargaan
maupun kelompok.
Salah satu langkah pertama dan utama
Menurut Thursan Hakim (2002) rasa
dalam membangun rasa percaya diri dengan
percaya diri tidak muncul begitu saja pada
memahami dan meyakini bahwa setiap
diri seseorang ada proses tertentu didalam
manusia memiliki kelebihan dan kelemahan
pribadinya sehingga terjadilah pembentukan
masing-masing. Kelebihan yang ada didalam
rasa percaya diri. Terbentuknya rasa percaya
diri seseorang harus dikembangkan dan
diri yang kuat terjadi melalui proses:
dimanfaatkan agar menjadi produktif dan
berguna bagi orang lain (Hakim, 2002).
80
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
a) Terbentuknya kepribadian yang baik
3 Bojonegoro, SMP Negeri 6 Bojonegoro,
sesuai dengan proses perkembangan yang
dan SMP Negeri 7 Bojonegoro. Proses
melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu.
penelitian ini mulai pada bulan November
b) Pemahaman
seseorang
2011 sampai dengan Juni 2012.
terhadap
Jenis penelitian yang digunakan adalah
kelebihan kelebihan yang dimilikinya dan
melahirkan keyakinan kuat untuk bisa
penelitian
berbuat
exsperimental
segala
sesuatu
dengan
dan
reaksi
research ).
semu
Tujuan
(quasi
dari
penelitian eksperimental semu adalah untuk
memanfaatkan kelebihan-kelebihannya.
c) Pemahaman
eksperimental
memperoleh informasi yang merupakan
positif
seseorang terhadap kelemahan-kelemahan
perkiraan
yang dimilikinya agar tidak menimbulkan
diperoleh
rasa rendah diri atau rasa sulit menyesuaikan
sebenarnya dalam keadaan yang tidak
diri.
memungkinkan untuk mengontrol dan atau
d)Pengalaman
berbagai
di
aspek
dalam
informasi
dengan
memanipulasikan
menjalani
kehidupan
bagi
yang
dapat
eksperimen
yang
semua
variabel
yang
relevan.
dengan
Penelitian ini menggunakan desain
menggunakan segala kelebihan yang ada
faktorial 3 x 3 dengan teknik analisis varian
pada dirinya.
Berdasarkan beberapa penjelasan di
(ANAVA), yaitu suatu desain penelitian
atas dapat disimpulkan bahwa sikap percaya
yang digunakan untuk meneliti pengaruh
diri adalah sikap positif individu yang
dari model pembelajaran berbeda dari tiga
memampukan
untuk
kelompok yang dihubungkan dengan tingkat
baik
percaya diri siswa terhadap prestasi belajar
terhadap diri sendiri maupun terhadap
matematika. Ketiga model pembelajaran
lingkungan/ situasi yang dihadapinya.
tersebut merupakan variabel bebas dari
dirinya
mengembangkan
penilaian
positif
penelitian, sedangkan variabel bebas lain
Dalam penelitian ini, sikap percaya diri
adalah tingkat percaya diri siswa.
mencakup keaktifan siswa dalam proses
Prosedur
pembelajaran, diskusi kelas dan kelompok,
diri
sendiri,
dilakukan
dalam
penelitian ini adalah:
optimis dengan masa depan, percaya pada
kemampuan
yang
a. Menentukan populasi;
mampu
bersosialisasi dengan teman dan masyarakat
b. Menentukan sampel secara stratified
sekitar, dan mampu mengatasi masalah yang
cluster random sampling, sampel dibagi
dihadapi.
menjadi dua kelompok eksperimen yaitu
kelompok
eksperimen
1
,kelompok
eksperimen 2 dan kelompok kontrol
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri
kemudian melakukan uji keseimbangan
di kabupaten Bojonegoro yaitu SMP Negeri
pada kedua kelompok sampel tersebut
81
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
untuk
mengetahui
apakah
keduanya
dalam penelitian, instrumen tes dan angket
dalam keadaan seimbang;
diuji terlebih dahulu. Untuk instrumen tes,
c. Melakukan pengambilan data tentang
uji tersebut meliputi uji validitas isi,
tingkat percaya diri siswa dengan angket;
perhitungan
d. Kelompok eksperimen 1 diberikan
kesukaran serta uji reliabilitas. Instrumen
pembelajaran
pembelajaran
angket dengan uji validitas isi, konsistensi
kooperatif jigsaw, kelompok eksperimen
internal dan reliabilitas untuk mengetahui
2 diberikan pembelajaran dengan model
kualitas tiap butir soal.
dengan
pembelajaran kooperatif modified jigsaw
dan
kelompok
kontrol
dan
tingkat
dengan
prasyarat keseimbangan yaitu uji normalitas
dan homogenitas nilai awal. Setelah semua
belajar
prasyarat terpenuhi kemudian dilakukan uji
matematika untuk pokok bahasan bangun
keseimbangan dengan menggunakan uji
ruang sisi datar;
anava satu jalan dengan sel tak sama.
f.Melakukan
mengetahui
prestasi
tes
beda
Pada awal penelitian dilakukan uji
pembelajaran konvensional;
e. Melakukan
daya
prestasi
analisis
signifikansi
belajar
siswa
data
untuk
Selanjutnya pada nilai hasil penelitian
perbedaan
dilakukan uji prasyarat analisis yang berupa
pada
pokok
uji normalitas dan uji homogenitas baru
bahasan bangun ruang sisi datar, ditinjau
kemudian dilakukan uji hipotesis dengan
dari penggunaan model pembelajaran
analisis variansi dua jalan dengan sel tak
yang berbeda, tingkat percaya diri dan
sama. Setelah dilakukan uji hipotesis, bila
interaksi model pembelajaran dan tingkat
perlu dilakukan juga uji lanjut pasca anava
percaya diri.
dengan melakukan uji komparasi ganda.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri
HASIL PENELITIAN
semester 2 se-Kabupaten Bojonegoro tahun
Pada penelitian ini, yang digunakan
pelajaran 2011/2012.
Pada
data
awal
untuk
mengetahui
ini, metode yang
kemampuan awal antara kelas eksperimen
digunakan dalam pengambilan data adalah
pertama, kedua, dan kelas kontrol adalah
metode angket, metode tes dan metode
nilai UAS matematika siswa kelas VIII
dokumentasi.
untuk
semester 1 Tahun pelajaran 2011/2012.
tes
Berdasarkan data penelitian yang diperoleh,
mengetahui
penelitian
sebagai
Angket
percaya
digunakan
diri
siswa,
digunakan untuk mengetahui nilai prestasi
hasilnya seperti pada Tabel 4.
belajar matematika siswa dan dokumentasi
Deskripsi
data
prestasi
belajar
digunakan untuk memperoleh data nilai
matematika dan Data rata-rata tes prestasi
UAS semester 1 untuk uji keseimbangan.
belajar matematika berdasarkan kelompok
Sebelum digunakan untuk mengambil data
pembelajaran dan tingkat percaya diri siswa
82
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
berturut-turut disajikan dalam Tabel 5 dan
Tabel 6.
Kelas
Modified
Jigsaw
Jigsaw
Konvensional
Kelas
Modified
Jigsaw
Jigsaw
Konvensional
Tabel 4 Deskripsi Data Kemampuan Awal
Statistik
2
N
s
s
Xmaks
X
100
65,40
114,36
10,69
82,5
Xmin
42,5
100
98
42,5
40,0
65,28
65,23
118,80
119,73
10,90
10,94
82,5
82,5
Tabel 5 Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Siswa
Statistik
2
N
s
S
Xmaks
Xmin
X
100
78,24
98,69
9,93
96
56
100
98
68,76
58,69
90,41
79,76
9,51
8,93
88
80
48
40
Tabel 6 Rata-rata Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa di dalam Pembelajaran dan
Tingkat Percaya Diri
Percaya Diri
Rerata
Model Pembelajaran
Tinggi
Sedang
Rendah
Modified Jigsaw
79,04
78,13
77,73
78,24
Jigsaw
72,44
70,19
63,61
68,76
Konvensional
63,57
56,84
56,59
58,69
Rerata
71,40
68,52
66,27
Data Tingkat Percaya Diri
Hasil Analisis Data
Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan dilakukan untuk
Data tentang tingkat percaya diri yang
dimiliki siswa dapat diperoleh dari angket
mengetahui apakah sampel
sikap percaya diri yang diberikan kepada
siswa
kelas
VIII
pada
mempunyai
kemampuan awal sama. Sebelum diuji
masing-masing
keseimbangan,
kelompok penelitian pada tiga sekolah yang
masing-masing
sampel
terlebih dahulu diuji apakah berdistribusi
digunakan untuk penelitian. Setelah angket
normal atau tidak, serta diuji apakah sampel
disebarkan dan dihitung skornya kemudian
berasal dari populasi yang homogen atau
data tersebut dikelompokkan menjadi tiga
tidak.
tingkatan, yaitu tingkat percaya diri tinggi,
Dengan
menggunakan
metode
Lilliefors dengan tingkat signifikansi 5%,
tingkat percaya diri sedang, dan tingkat
diperoleh hasil pengujian dan dapat dilihat
percaya diri rendah. Adapun rangkumannya
pada tabel 8.
dapat dilihat pada Tabel 7.
83
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
Tabel 7 Banyaknya Siswa di dalam Pembelajaran dan Tingkat Percaya Diri
Percaya Diri
Model Pembelajaran
Jumlah
Tinggi
Sedang
Rendah
Modified Jigsaw
25
45
30
100
Jigsaw
27
42
31
100
Konvensional
28
43
27
98
Jumlah
80
130
88
298
Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Untuk Data Nilai UAS Matematika Siswa
Kelas VIII Semester 1
Data
Populasi Siswa
L observasi
L kritik
Keputusan uji
berdistribusi
Modified Jigsaw
0,0818
0,0886
H0 diterima
Normal
Jigsaw
0,0785
0,0886
H0 diterima
Normal
Konvensional
0,0729
0,0895
H0 diterima
Normal
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi Untuk Data Nilai UAS Matematika
Siswa Kelas VIII Semester 1
Keputusan
2
2
Kelompok
Kesimpulan
observasi
kritik uji
Modified
Jigsaw,
Variansi
ketiga
Jigsaw,
dan 0,0563
5,991
H0 diterima
populasi Homogen
Konvensional
Tabel 10 Hasil Uji Keseimbangan Antara Kelompok Eksperimen Modified Jigsaw,
Kelompok Eksperimen Jigsaw, dan Kelompok Kontrol
Kelompok
F observasi
F kritik
Keputusan Uji
Modified
Jigsaw,
Jigsaw,
dan 0,00658
3
H0 diterima
Konvensional
Berdasarkan keputusan uji pada Tabel 8
Setelah data nilai UAS matematika
untuk masing-masing sampel nilai dari
siswa kelas VIII semester 1, baik untuk
Lobservasi < Lkritik, sehingga H0 diterima. Ini
siswa pada kelompok Modified Jigsaw,
berarti bahwa masing-masing kelompok
siswa pada kelompok Jigsaw, maupun siswa
berdistribusi
pada kelompok konvensional dinyatakan
homogenitas
normal.
variansi
Selain
antara
itu
uji
ketiga
populasinya
berdistribusi
normal
dan
kelompok menggunakan metode Bartlett
variansi ketiga populasi tersebut homogen,
dengan tingkat signifikansi 5%, diperoleh
maka selanjutnya uji keseimbangan antara
hasil dan rangkumannya dapat dilihat pada
ketiga kelompok tersebut dengan uji anava
tabel 9.
satu jalan dapat dilakukan. Perhitungan uji
Berdasarkan keputusan uji pada Tabel
9, harga dari χ2
observasi
< χ2
kritik
keseimbangan
sehingga
selengkapnya
dapat
dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 10.
dapat disimpulkan bahwa sampel berasal
Berdasarkan keputusan uji pada Tabel
dari populasi yang homogen.
10, dapat dilihat bahwa harga dari Fobservasi <
Fkritik, sehingga disimpulkan bahwa kedua
84
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
kelompok dalam keadaan seimbang.
analisis uji normalitas dan perhitungannya
Uji Prasyarat Anava
diperoleh hasil pada Tabel 11.
Berdasarkan tabel 11 untuk masing-
a. Uji Normalitas
Uji normalitas untuk masing-masing
masing sampel harga dari Lobservasi < Lkritik, ini
kelompok dilakukan dengan menggunakan
berarti bahwa masing-masing sampel berasal
metode Lilliefors dengan taraf signifikansi
dari populasi yang berdistribusi normal.
0,05 pada masing-masing sampel. Dari
Uji Normalitas
Modified Jigsaw
Jigsaw
Konvensional
Percaya diri tinggi
Percaya diri sedang
Percaya diri rendah
Tabel 11 Rangkuman Hasil Uji Normalitas
Lobservasi
Lkritik
Keputusan
0,0792
0,0886
H0 diterima
0,0866
0,0886
H0 diterima
0,0847
0,0895
H0 diterima
0,0933
0,0991
H0 diterima
0,0735
0,0777
H0 diterima
0, 0840
0,0944
H0 diterima
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan
b. Uji Homogenitas Variansi
Uji
homogenitas
Kesimpulan
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
antara
kelompok
Sel Tak Sama
eksperimen dan kelompok kontrol, serta
Hasil perhitungan analisis variansi dua
antara tingkat percaya diri siswa dilakukan
jalan
dengan menggunakan uji Bartlett pada taraf
signifikansi 0,05 disajikan pada tabel 13.
signifikansi
0,05.
Dari
analisis
sel
tak
sama
dengan
tingkat
Dari tabel 13, dapat ditarik kesimpulan
uji
homogenitas variansi diperoleh hasil sebagai
sebagai berikut:
berikut 12
a.
Terdapat perbedaan antara model
pembelajaran terhadap prestasi belajar
Berdasarkan keputusan uji pada Tabel
matematika.
12, maka dapat disimpulkan bahwa populasi
b.
siswa antar model pembelajaran mempunyai
Terdapat perbedaan antara percaya
variansi populasi homogen dan populasi
diri
siswa antar tingkat percaya diri mempunyai
matematika.
c.
variansi populasi homogen.
terhadap
Terdapat
prestasi
interaksi
dan
antara
belajar
model
3. Pengujian Hipotesis Penelitian
pembelajaran
percaya
a. Analisis Variansi
terhadap prestasi belajar matematika.
Tabel 12. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi
Sampel
K
χ2 observasi
χ2 kritik
Keputusan
Kesimpulan
Model Pembelajaran
3
1,0598
5,991
H0 diterima
Homogen
Percaya Diri Siswa
3
0,9883
5,991
H0 diterima
Homogen
85
diri
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
Tabel 13. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
JK
dK RK
Fobs
Keputusan
Model (A)
17668,948 2
8834,474
130,240
3
Ho ditolak
Percaya Diri (B)
1550,909
2
775,455
11,432
3
Ho ditolak
Interaksi (AB)
790,266
4
197,567
2,913
2,37
Ho ditolak
Galat
19603,502 289 67,832
Total
39613,626 297
tinggi dan percaya diri sedang terhadap
Uji Lanjut Pasca Anava
prestasi belajar matematika siswa, terdapat
Dari rangkuman analisis variansi dua
perbedaan pengaruh antara percaya diri
jalan dengan sel tak sama di atas telah
tinggi dan percaya diri rendah terhadap
diperoleh bahwa :
prestasi belajar matematika siswa, serta tidak
a.H0A ditolak, maka perlu dilakukan uji
terdapat perbedaan pengaruh antara percaya
komparasi ganda. Rangkuman uji komparasi
diri sedang dan percaya diri rendah terhadap
ganda dengan metode Scheffe’. Hasil
prestasi belajar matematika siswa.
perhitungan komparasi ganda antar baris
c.H0AB ditolak, maka perlu dilakukan uji
dapat dilihat pada Tabel 14.
komparasi ganda. Rangkuman uji komparasi
Dari uji komparasi ganda antar baris,
ganda dengan metode Scheffe’. Hasil
diperoleh kesimpulan bahwa terdapat
perhitungan komparasi ganda antar baris
perbedaan
pengaruh
antara
model
dapat dilihat pada Tabel 16.
pembelajaran kooperatif modified jigsaw dan
Berdasarkan tabel 16 dapat disimpulkan
model pembelajaran kooperatif jigsaw
sebagai berikut :
terhadap prestasi belajar matematika siswa,
1) Tidak ada perbedaan prestasi belajar
terdapat perbedaan pengaruh antara model
antara siswa dengan percaya diri tinggi
pembelajaran kooperatif modified jigsaw
dan sedang pada pembelajaran modified
dengan model pembelajaran konvensional
jigsaw.
terhadap prestasi belajar matematika siswa,
2) Tidak ada perbedaan prestasi belajar
serta terdapat perbedaan pengaruh antara
antara siswa dengan percaya diri sedang
model pembelajaran jigsaw dengan model
dan rendah pada pembelajaran modified
pembelajaran konvensional terhadap prestasi
jigsaw.
belajar matematika siswa.
3) Tidak ada perbedaan prestasi belajar
b.H0B ditolak, maka perlu dilakukan uji
antara siswa dengan percaya diri tinggi
komparasi ganda. Rangkuman uji komparasi
dan rendah pada pembelajaran modified
ganda dengan metode Scheffe’. Hasil
jigsaw.
perhitungan komparasi ganda antar kolom
4) Tidak ada perbedaan prestasi belajar
dapat dilihat pada Tabel 15 berikut.
antara siswa dengan percaya diri tinggi
Dari uji komparasi ganda antar kolom di
dan sedang pada pembelajaran Jigsaw.
atas, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat
perbedaan pengaruh antara percaya diri
86
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
5) Tidak ada perbedaan prestasi belajar
dan
antara siswa dengan percaya diri sedang
sedang
pada
pembelajaran
konvensional.
dan rendah pada pembelajaran Jigsaw.
8) Tidak ada perbedaan prestasi belajar
6) Ada perbedaan prestasi belajar antara
antara siswa dengan percaya diri sedang
siswa dengan percaya diri tinggi dan
dan
rendah pada pembelajaran Jigsaw.
konvensional.
rendah
pada
pembelajaran
7) Tidak ada perbedaan prestasi belajar
9) Tidak ada perbedaan prestasi belajar
antara siswa dengan percaya diri tinggi
siswa dengan percaya diri tinggi dan
rendah pada pembelajaran konvensional.
Ho
μ.1 = μ.2
μ.1 = μ.3
μ.2 = μ.3
Ho
μ.1 = μ.2
μ.1 = μ.3
μ.2 = μ.3
Tabel 14 Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Baris
Fobs
2F0,05;2;201
Keputusan Uji
66,105
(2)(3) = 6
Ho ditolak
278,770
(2)(3) = 6
Ho ditolak
74,082
(2)(3) = 6
Ho ditolak
Tabel 15 Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom
Fobs
2F0,05;2;201
Keputusan Uji
6,043
(2)(3,00) = 6,00
Ho ditolak
16,169
(2)(3,00) = 6,00
Ho ditolak
3,878
(2)(3,00) = 6,00
Ho diterima
Tabel 16 Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Sel pada Baris yang Sama
H0
Fobs
Ftabel
Keputusan
μ11 = μ 12
0,195
15,52
H0 Diterima
μ12 = μ 13
0,042
15,52
H0 Diterima
μ 11 = μ 13
0,343
15,52
H0 Diterima
μ 21 = μ 22
1,231
15,52
H0 Diterima
μ 22 = μ 23
11,265
15,52
H0 Diterima
μ 21 = μ 23
16,472
15,52
H0 Ditolak
μ 31 = μ 32
11,337
15,52
H0 Diterima
μ 32 = μ 33
0.015
15,52
H0 Diterima
μ 31 = μ 33
9,869
15,52
H0 Diterima
Tabel 17 Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Sel pada Kolom yang Sama
H0
Fobs
Ftabel
Keputusan
μ 11 = μ 21
8,325
15,52
H0 Diterima
μ 21 = μ 31
15,954
15,52
H0 Ditolak
μ 11 = μ 31
46,589
15,52
H0 Ditolak
μ 12 = μ 22
20,205
15,52
H0 Ditolak
μ 22 = μ 32
55,852
15,52
H0 Ditolak
μ 12 = μ 32
147,016
15,52
H0 Ditolak
μ 13 = μ 23
44,609
15,52
H0 Ditolak
μ 23 = μ 33
10,582
15,52
H0 Diterima
μ 13 = μ 33
93,630
15,52
H0 Ditolak
Berdasarkan tabel 17 dapat disimpulkan
pada pembelajaran kooperatif modified
sebagai berikut:
1)
jigsaw dan jigsaw.
Tidak ada perbedaan prestasi belajar
2)
antara siswa dengan percaya diri tinggi
Ada perbedaan prestasi belajar antara
siswa dengan percaya diri tinggi pada
87
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
pembelajaran kooperatif jigsaw dan
3)
4)
5)
6)
7)
1. Siswa-siswa
kooperatif modified jigsaw mempunyai
Ada perbedaan prestasi belajar antara
prestasi belajar matematika yang lebih
siswa dengan percaya diri tinggi pada
baik
pembelajaran
pembelajaran kooperatif jigsaw dan
kooperatif
modified
daripada
siswa-siswa
dengan
jigsaw dan konvensional.
pembelajaran konvensional. Sedangkan
Ada perbedaan prestasi belajar antara
siswa-siswa
siswa dengan percaya diri sedang pada
kooperatif jigsaw mempunyai prestasi
pembelajaran
belajar matematika yang lebih baik
kooperatif
modified
dengan
pembelajaran
jigsaw dan jigsaw.
daripada
Ada perbedaan prestasi belajar antara
pembelajaran konvensional.
siswa-siswa
dengan
siswa dengan percaya diri sedang pada
2. Prestasi belajar matematika siswa-siswa
pembelajaran kooperatif jigsaw dan
yang mempunyai percaya diri tinggi
konvensional.
lebih baik daripada prestasi belajar
Ada perbedaan prestasi belajar antara
matematika
siswa dengan percaya diri sedang pada
mempunyai percaya diri sedang dan
pembelajaran
percaya diri rendah. Sedangkan prestasi
kooperatif
modified
siswa-siswa
yang
jigsaw dan konvensional.
belajar matematika siswa-siswa yang
Ada perbedaan prestasi belajar antara
mempunyai percaya diri sedang sama
siswa dengan percaya diri rendah pada
baiknya
pembelajaran
mempunyai percaya diri rendah.
kooperatif
modified
dengan
siswa-siswa
yang
3. Pada pembelajaran kooperatif modified
Tidak ada perbedaan prestasi belajar
jigsaw, tidak ada perbedaan antara
antara siswa dengan percaya diri rendah
prestasi
pada pembelajaran kooperatif jigsaw
masing-masing tingkatan percaya diri.
dan konvensional.
9)
pembelajaran
konvensional.
jigsaw dan jigsaw.
8)
dengan
belajar
matematika
pada
4. Pada pembelajaran kooperatif jigsaw,
Ada perbedaan prestasi belajar antara
prestasi belajar matematika siswa-siswa
siswa dengan percaya diri rendah pada
yang mempunyai percaya diri tinggi
pembelajaran
sama baiknya dengan siswa-siswa yang
kooperatif
modified
jigsaw dan konvensional.
mempunyai percaya diri sedang. Begitu
pula dengan prestasi belajar matematika
siswa-siswa yang mempunyai percaya
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa
diri sedang sama baiknya dengan siswa-
data yang telah dilakukan, maka dapat
siswa dengan percaya diri rendah. Tetapi
disimpulkan sebagai berikut :
untuk prestasi belajar matematika siswasiswa yang mempunyai percaya diri
88
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
tinggi lebih baik daripada prestasi
pembelajaran kooperatif modified jigsaw
belajar matematika siswa-siswa yang
lebih baik daripada siswa dengan yang
mempunyai percaya diri rendah.
diberi
5. Pada pembelajaran konvensional, tidak
pembelajaran
Saran
matematika
Bagi Siswa
masing-masing
tingkatan percaya diri.
a. Pada pembelajaran kooperatif modified
6. Pada siswa yang memiliki percaya diri
tinggi,
prestasi
dan
konvensional.
ada perbedaan antara prestasi belajar
pada
jigsaw
belajar
jigsaw, sebaiknya siswa dapat berperan
matematika
aktif sesuai dengan langkah-langkah
siswa-siswa yang diberi pembelajaran
yang disampaikan oleh guru sehingga
kooperatif
prestasi
modified
jigsaw
sama
baiknya dengan siswa-siswa yang diberi
belajar
matematika
dapat
meningkat.
pembelajaran kooperatif jigsaw. Akan
b. Pada pembelajaran kooperatif modified
tetapi prestasi belajar matematika siswa-
jigsaw, hendaknya siswa dapat belajar
siswa yang diberi pembelajaran jigsaw
untuk bersosialisasi dengan teman dan
dan modified jigsaw lebih baik daripada
dapat
siswa-siswa yang diberi pembelajaran
temannya yang lain.
konvensional.
belajar
dari
perilaku
positif
d. Bagi siswa dengan berbagai tingkatan
7. Pada siswa yang memiliki percaya diri
percaya diri harus lebih bersemangat
sedang, prestasi belajar matematika
dalam pembelajaran modified jigsaw
siswa
pembelajaran
karena dengan pembelajaran kooperatif
kooperatif modified jigsaw lebih baik
modified jigsaw, tidak terdapat perbedaan
daripada siswa yang diberi pembelajaran
prestasi belajar siswa dengan tingkat
kooperatif jigsaw dan pembelajaran
percaya diri tinggi, sedang, maupun
konvensional.
belajar
rendah.
diberi
Bagi Guru
yang
matematika
diberi
Prestasi
siswa
yang
pembelajaran kooperatif jigsaw lebih
baik
daripada
siswa
yang
a. Hendaknya guru menggunakan model
diberi
pembelajaran kooperatif modified jigsaw
pembelajaran konvensional.
untuk meningkatkan
8. Pada siswa yang memiliki percaya diri
rendah,
prestasi
prestasi
siswa.
belajar matematika
b. Hendaknya guru melibatkan peran aktif
siswa-siswa yang diberi pembelajaran
siswa
jigsaw sama baiknya dengan siswa-
misalnya
siswa
kooperatif modified jigsaw.
yang
konvensional.
diberi
Akan
pembelajaran
tetapi
belajar
prestasi
dalam
proses
melalui
pembelajaran
pembelajaran
c. Hendaknya guru mau selalu
belajar matematika siswa yang diberi
mencoba
model-model pembelajaran kooperatif
89
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
dan mau memodifikasi serta melakukan
karakteristik cara berpikir, kreativitas,
refleksi untuk mendapatkan hasil yang
aktivitas, minat siswa, dan lain-lain agar
optimal.
dapat lebih mengetahui faktor-faktor
d. Hendaknya
guru
karakteristik
siswa
memperhatikan
misalnya
yang
tingkat
mempengaruhi
prestasi
belajar
matematika siswa.
percaya diri siswa.
b. Hasil penelitian hanya terbatas pada
e. Hendaknya guru dapat memanfaatkan
pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Datar
siswa dengan kemampuan tinggi mampu
di kelas VIII SMP Negeri, sehingga dapat
mendampingi siswa dengan kemampuan
dikembangkan pada pokok bahasan lain
rendah dalam penyampaian materi pada
di jenjang yang lain pula.
kelompok asal sehingga prestasi belajar
c. Pada model pembelajaran Kooperatif
dapat meningkat.
Modified Jigsaw, setiap siswa wajib
Kepada Pihak Sekolah
menyampaikan materi pada temannya
a. Hendaknya menghimbau para guru untuk
yang lain dalam satu kelompok asal.
mulai menerapkan model pembelajaran
Agar materi dapat tersampaikan dengan
kooperatif modified jigsaw di dalam
baik, maka tiap siswa harus dipersiapkan
proses pembelajarannya sehingga hasil
dengan
belajar yang diperoleh siswa menjadi
menyampaikan
lebih baik.
sehingga
b. Hendaknya menyediakan
prasarana
yang
sarana dan
dibutuhkan
secara
dalam
mungkin
matang
untuk
materi
materi
peneliti
dengan
dapat
menyeluruh.
dapat
tersampaikan
Pada
bisa
baik,
fase
ini
memodifikasi
pembelajaran kooperatif modified jigsaw
dengan cara yang lain, misalnya dengan
sehingga dapat diperoleh prestasi belajar
mengadakan pre test terlebih dahulu pada
matematika siswa yang optimal.
siswa, agar bisa ditentukan siswa tersebut
c. Hendaknya menghimbau para guru untuk
menggunakan
layak untuk memberi materi yang benar-
model-model
benar dia kuasai.
pembelajaran kooperatif yang lainnya
serta memodifikasi sesuai kebutuhan
DAFTAR RUJUKAN
Arends,
Richardl.
1997.
Classroom
Instructional Management. New York:
The McGraw-Hill Company.
pembelajaran di kelas sehingga prestasi
belajar siswa dapat meningkat.
Kepada Peneliti/Peneliti Lain
a. Pada
penelitian
ini
Killen, Roy, 1996, Effective Teaching
Strategies, Lesson from Research and
Practice, Scial Science Press, New
South Wales
menggunakan
tinjauan tingkat percaya diri, bagi para
calon peneliti mungkin dapat melakukan
Melissa C. Leavitt. 2006. Team Teaching:
Benefits and Challenges. Speaking of
Teaching. Volume 16. 1-4
peninjauan yang lain, misalnya motivasi,
gaya
belajar,
kecerdasan
majemuk,
90
JMEE Volume II Nomor 2, Desember 2012
Slavin, R. E. 2009. Cooperative Learning.
Cetakan V. Bandung: Nusa Media
Thursan Hakim. 2002, Mengatasi Rasa
Tidak Percaya Diri, Jakarta : Purwa
Suara.
Slavin, R. E. 1994. Educational Psycology:
Theory and Practise . Fourth Edition.
Massachusetts: Allyn and Bacon.
91