Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2007 – 2008

(1)

DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

2007 – 2008

TESIS

Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika

Diajukan Oleh:

B. SRI RUKATININGSIH B.R S 850907107

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

ii

JIGSAW PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

2007 – 2008

Tesis Disusun Oleh:

B. SRI RUKATININGSIH B.R. S.850907107

Telah disetujui oleh Tim pembimbing

Pada tanggal :……… Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Tri Atmojo K, M. Sc, Ph. D Drs. Budi Usodo, M.Pd. NIP. 131791750 NIP. 132050357

Mengetahui,

Ketua Program Pascasarjana Pendidikan Matematika

Dr. Mardiyana, M. Si NIP. 132 046 017


(3)

iii

JIGSAW PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

2007 – 2008

Disusun oleh:

B. SRI RUKATININGSIH B.R S 850907107

Telah disetujui oleh Tim Penguji Pada tanggal :………

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Dr. Mardiyana, M. Si ………..

Sekretaris Prof. Dr. Budiyono, M. Si ……….. Anggota 1. Drs. Tri Atmojo K, M. Sc, Ph. D ……….. 2. Drs. Budi Usodo, M.Pd ………..

Mengetahui, Ketua Program Studi

Direktur PPs. UNS Pendidikan Matematika

Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D Dr. Mardiyana, M. Si


(4)

iv Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : B. Sri Rukatiningsih B.R

NIM : S.850907107

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis saya yang berjudul:

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI KOTA SURAKARTA TAHUN PEMBELAJARAN 2007 - 2008

Adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kelak kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis ini.

Surakarta, Januari 2009 Yang membuat pernyataan


(5)

v

* Lihatlah orang yang lebih bawah dari pada kalian, dan janganlah melihat orang yang lebih atas dari kalian. Maka yang demikian itu lebih patut agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah kepada kalian.

(H. R. Abu Hurairah)

* Hiduplah seolah kau akan mati besok. Belajarlah seolah kau akan hidup selamanya.

(Mahatma Gandhi)

* Kuatkan dan teguhkanlah hatimu. Janganlah kecut dan tawar hati, sebab Tuhan, Allahmu, menyertai engkau kemana pun engkau pergi.

(Yosua 1:9)

PERSEMBAHAN

Tesis ini kupersembahkan untuk :

1. Bapak dan almarhum Ibu yang tersayang. 2. Suamiku tercinta yang telah mendoakan

memotivasi dengan penuh pengertian. 3. Anak-anak dan cucuku Keysan yang cinta dan terkasih.

4. Rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan semangat dan bantuan.


(6)

vi

Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan Berkat, Rahmat, dan Kesehatan kepada kita sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA BENGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2007 – 2008.

Selesainya penyusunan tesis ini bukan karena kemampuan kami semata, namun adanya motivasi ataupun bantuan dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D, Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. Mardiyana, M. Si, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana yang telah membimbing, mengarahkan, dan memotivasi kepada penulis dalam penyusunan tesis ini, serta memberikan pengantar izin penelitian kepada penulis sehingga penulis mendapatkan kemudahan dalam pelaksanaan penelitian.

3. Drs. Tri Atmojo, K. M. Sc. Ph. D, Dosen Pembimbing I, yang telah memotivasi membimbing, mengarahkan, dan memberikan masukan kepada penulis


(7)

vii

bimbing, mengarahkan, dan memberikan masukan kepada penulis sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

5. Bapak / Ibu Dosen Program Pascasarjana Studi Pendidikan Matamatika yang telah membimbing dan memberikan wawasan keilmuan selama penulis puh studi pada Program Pascasarjana.

6. Drs.F. Handoyo, M.M, Kepala sekolah SMP Negeri 10 Surakarta yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.

7. Drs. Joko Slametto, M.Pd, Kepala sekolah SMP Negeri 17 Surakarta yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.

8. Hj.Endang Mangularsih, S.Pd, M.M, M.Pd, Kepala sekolah SMP Negeri 19 Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

9. Dra. Hj. Muryati, Kepala sekolah SMP Negeri 5 Surakarta yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan uji coba instrumen penelitian.

10. Para guru matematika SMP Negeri 10 Surakarta, SMP Negeri 17 Surakarta, SMP Negeri 19 Surakarta.

11.Seluruh staf Tata usaha Program Pascasarjana UNS, yang telah membantu kelancaran penyusunan penelitian ini.

12. Teman – teman Mahasiswa Program Pascasarjana Pendidikan Matematika UNS yang telah banyak memberikan bantuan baik material maupun spiritual, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.


(8)

viii menyelesaikan penelitian ini.

Harapan penulis semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan pahala yang sesuai dengan amal kebaikan yang mereka berikan.

Akhir kata, penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca yang budiman pada umumnya, bagi penulis, dan bagi peningkatan mutu pendidikan.

.

Surakarta, Januari 2009


(9)

ix

Halaman

HALAMAN JUDUL………...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………. ii

HALAMAN PENGESAHAN TESIS……… iii

HALAMAN PERNYATAAN………iv

MOTTO………... v

KATA PENGANTAR……….. vi

DAFTAR ISI……….. ix

DAFTAR TABEL……….xii

DAFTAR LAMPIRAN……….xiii

DAFTAR GAMBAR………xvi

ABSTRAK………...xvii

ABSTRACT..………..xviii

BAB I : PENDAHULUAN………1

A. Latar Belakang Masalah………..1

B. Indentitikasi Masalah………...6

C. Pembatasan Masalah………6

D. Perumusan Masalah……….7

E. Tujuan Penelitian……….8


(10)

x

A. Landasan Teori……….. 10

1. Prestasi Belajar Matematika……….. 10

2. Metode Pembelajaran……….15

3. Aktivitas Belajar Siswa………..23

4. Materi Pembelajaran Pokok Bahasan Kubus, Balok, Prisma, Limas…26 B. Hasil Penelitian Yang Relevan………...27

C. Kerangka Pemikiran………...28

D. Hipotesis……….31

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN………33

A. Tempat dan Waktu Penelitian……….33

B. Jenis Penelitian………34

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel………..34

D. Metode Pengumpulan Data……….38

E. Teknik Analisis Data………..46

1. Uji Pendahuluan……….46

2. Uji Prasyarat Anava……….……..48

3. Uji Hipotesis……….…….50

4. Uji Komparasi Ganda………58

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………61

A. Pengujian Instrumen………...61


(11)

xi

D. Pembahasan Hasil Penelitian……….73

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN……….77

A. Kesimpulan………77

B. Implikasi Hasil Penelitian……….78

C. Saran………..79

DAFTAR PUSTAKA………81


(12)

xii

Halaman Lampiran :1 Rencana Pembelajaran Pokok Bahasan Kubus, Balok,

Prisma, dan Limas……… 84

Lampiran : 2 Materi Pembelajaran Pokok Bahasa Kubus, Balok, Prisma, Dan Limas………117

Lampiran : 3 Lembar Kerja Siswa Pokok Bahasan Kubus, Balok, Prisma, Dan Limas………179

Lampiran : 4 Daftar Siswa Kelompok Eksperimen………...192

Lampiran : 5 Daftar Siswa Kelompok Kontrol………..193

Lampiran : 6 Data Nilai Kemampuan Awal Kelompok Eksperimen…………194

Lampiran : 7 Data Nilai Kemampuan Awal Kelompok Kontrol………...197

Lampiran : 8 Uji Normalitas, Homogenitas, dan Keseimbangan Kemam-puan Awal Siswa………. 200

Lampiran : 9 Uji Normalitas Kelompok Kontrol……….. 204

Lampiran : 10 Perhitungan Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen vs Kelompok Kontrol Kemampuan Awal………208

Lampiran : 11 Uji Keseimbangan Kemampuan Awal……… 210

Lampiran : 12 Daftar Siswa Kelompok Uji Coba……….. 212

Lampiran : 13 Kisi-kisi Angket Aktivitas Belajar Matematika………...213


(13)

xiii

Lampiran :16 Lembar Validitas II Angket Aktivitas Belajar………..229

Lampiran :17 Perhitungan Daya Pembeda Tes Uji Coba……….. 231

Lampiran : 18 Contoh Cara Perhitungan Daya Pembeda TesUji Coba……….. 233

Lampiran : 19 Perhitungan Uji Reliabilitas Tes Uji Coba……… 234

Lampiran : 20 Contoh Cara Perhitungan Uji Reliabilitas………236

Lampiran : 21 Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Siswa Pokok Bahasan Kubus, Balok, Prisma, Dan Limas……….. 237

Lampiran : 22 Soal Tes Prestasi Belajar Matematika Pokok Bahasan Kubus, Balok, Prisma, dan Limas………238

Lampiran : 23 Lembar Jawab Tes Prestasi Belajar………. 245

Lampiran : 24 Kunci Tes Prestasi Belajar………...246

Lampiran : 25 Perhitungan Daya Beda Tes Prestasi Belajar………. 247

Lampiran : 26 Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes Prestasi……….. 249

Lampiran : 27 Lembar Validasi I Instrumen Tes Prestasi Belajar Siswa………251

Lampiran : 28 Lembar Validasi II Instrumen Tes Prestasi Belajar Siswa…….. 253

Lampiran : 29 Lembar Validasi III Instrumen Tes Prestasi Belajar Siswa…….255

Lampiran : 30 Perhitungan Uji Reliabilitas Tes Prestasi Belajar………257

Lampiran : 31 Contoh Perhitungan Uji Reliabilitas, Daya Pembeda, dan Tingkat Kesukaran………. 259

Lampiran : 32 Daftar Nilai Aktivitas Belajar Kelompok Eksperimen…………261


(14)

xiv

Lampiran : 35 Daftar Nilai Tes Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen………268

Lampiran : 36 Daftar Nilai Tes Prestasi Belajar Kelompok Kontrol…………..271

Lampiran : 37 Desain Data………..274

Lampiran : 38 Uji Normalitas Tes Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen….. 275

Lampiran : 39 Uji Normalitas Tes Prestasi Belajar Kelompok Kontrol………. 279

Lampiran : 40 Uji Normalitas Tes Prestasi Kelompok Aktivitas Tinggi………283

Lampiran : 41 Uji Normalitas Tes Prestasi Kelompok Aktivitas Sedang…….. 286

Lampiran : 42 Uji Normalitas Tes Prestasi Kelompok Aktivitas Rendah……..290

Lampiran : 43 Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen vs Kelompok Kontrol……… 293

Lampiran : 44 Uji Homogenitas Kelompok Aktivitas Tinggi, Sedang, Rendah……… 295

Lampiran : 45 Perhitungan Pengujian Hipotesis Anava Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama……….. 297

Lampiran : 46 Perhitungan Komparasi Ganda………302

Ijin Penelitian………...306


(15)

xv

Halaman Tabel 4.1 Banyaknya Siswa Kelompok Eksperimen Yang Memiliki

vitas Belajar Dengan Kategori Tinggi, Sedang, dan Rendah………. 65

Tabel 4.2 Banyaknya Siswa Kelompok Kontrol Yang Memiliki Aktivitas Dengan Kategori Tinggi, Sedang, dan Rendah……….. 65

Tabel 4.3 Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa Pokok Bahasan Kubus, Balok, Prisma, dan Limas Kelompok Eksperimen dan Kontrol……. 66

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa………... 67

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Tes Prestasi Belajar Pokok Bahasan kubus, Balok, Prisma, dan Limas………69

Tabel 4.6 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan………. 70

Tabel 4.7 Rataan Masing-masing Sel Data Hasil Penelitian……….71


(16)

xvi

SRI RUKATININGSIH B.R. (S850907107) Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2007 – 2008.

Tujuan pada penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang belajar dengan menggunakanan model pembelajaran kooperatif jigsaw dan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan kubus, balok, prisma dan limas, (2) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang aktivitas belajarnya tinggi, sedang, rendah pada pokok bahasan kubus, balok, prisma, dan limas, (3) untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran dan tingkat aktivitas belajar siswa pada prestasi belajar matematika pokok bahasan kubus, balok, prisma, dan limas.

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi pelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri kota Surakarta tahun pelajaran 2007-2008. Pengambilan sampel adalah gabungan dari stratisfied random sampling dan cluster random sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 235 siswa.Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, metode angket, dan metode tes. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa adalah tes pilihan ganda. Adapun instrumen yang digunakan untuk mengetahui tingkat aktivitas belajar siswa adalah berupa angket. Untuk uji pendahuluan kemampuan awal siswa menggunakan uji t, dan sebagai prasyarat uji t adalah uji normalitas menggunakan uji Lilliefors dan uji homogenitas menggunakan uji Bartlet

Teknik analisis data pada penelitian ini digunakan Anava dua jalan dengan sel tak sama, prasyarat analisis menggunakan uji Lilliefors untuk

uji normalitas, uji homogenitas menggunakan uji Bartlet, dengan taraf signifikan (

 ) = 5 %

Dari hasil analisis di atas menunjukkan: (1) tidak terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif jigsaw maupun pembelajaran konvensional pada pokok bahasan kubus, balok, prisma, dan limas ( Fobs = 3,191  F; p-1; N-pq = F0,05; 1; 299 = 3,840 ), (2) tidak

terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang aktivitas belajarnya tinggi, sedang, atau rendah pada pokok bahasan kubus, balok, prisma, dan limas ( Fobs =

0,448  F; q-1; N-pq = F0,05; 2; 229 = 3,000 ), (3) terdapat interaksi antara penggunaan

model pembelajaran dan tingkat aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan kubus, balok, prisma, dan limas( Fobs = 6,496 


(17)

xvii

SRI RUKATININGSIH B.R. (S 850907107). An Experiment of Jigsaw Type of Cooperative Learning Model in Subject Matter of Flat Side Construct Viewed from Learning Activity of Grade VIII Students of SMP Negeri in Surakarta City in School Years 2007-2008.

The objectives of research are (1) to find out whether there is or not the difference of students’ learning achievement between the student using jigsaw cooperative learning model and the one using the conventional model in the subject matter of cubic, beam, prism and dipper, (2) to find out whether there is or not the difference of students’ learning achievement between the students with high, medium and low learning activity (3) to find out whether there is or not interaction between the use of learning model and the students’ learning activity level in the mathematics learning achievement in subject matter of cubic, beam, prism and dipper.

This study was categorized into a quasi experimental research. The population of research was all grade VIII students of SMP Negeri in Surakarta city in School Years of 2007-2008. The sampling technique employed was the combination of stratified random sampling and cluster random sampling. The number of sample of research was 235 students. Methods of collecting data used in this research were documentation, questionnaire, and test. The instrument employed to find out the students’ learning achievement was multiple-choice test. The instrument employed to find out the level of students’ learning activity was questionnaire. For the preliminary test of students’ prior capability, the t-test was used, and as the t-test requirement and the normality test by using Liliefors test and homogeneity test using Bartlet test.

Technique of analyzing data employed in this study was two-way Anava with different cells. The prerequisite of analysis used Liliefors test for normality test, homogeneity test used Bartlet test with significance level () = 5%.

From the analysis above, it can be seen that: (1) there is no difference of mathematics learning achievement in subject matter of cubic, beam, prism and dipper, the teaching of which uses either jigsaw cooperative or conventional learning models (Fobs = 3.191 < F; p-1; N-pq = F0,05; 1; 299 = 3.840), (2) there is no

difference of mathematics learning achievement in subject matter of cubic, beam, prism and dipper between the students with high, medium and low learning activity (Fobs = 0.448 < F; q-1; N-pq = F0,05; 2; 299 = 3.000), and (3) there is an

interaction between the use of learning model and the students’ activity level in the students’ learning achievement in the subject matter of cubic, beam, prism and dipper (Fobs = 6.496 < F; (p-1)(q-1); N-pq = F0,05; 2; 299 = 3.000).


(18)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berkembang sangat cepat dan pesat. Untuk mengimbangi perkembangan tersebut dituntut adanya manusia-manusia yang berkualitas. Salah satu cara yang harus ditempuh untuk membentuk manusia yang berkualitas adalah melalui proses pendidikan, baik pendidikan melalui jalur sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Selain itu sekolah sudah merupakan bagian dari masyarakat dan merupakan tempat yang sangat tepat bagi pembinaan sumber daya manusia yang sesuai dengan ilmu pendidikan dan teknologi. Hal ini sesuai dengan apa yang di ungkapkan oleh Soedjadi (1995:8), bahwa satu-satunya wadah kegiatan yang dapat dipandang dan seyogyanya berfungsi sebagai alat untuk membangun sumber daya manusia yang bermutu tinggi adalah pendidikan, baik pendidikan jalur sekolah maupun jalur luar sekolah. Ini menunjukan bahwa pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam mempersiapkan dan mencetak sumber daya manusia (SDM) yang bermutu tinggi.

Dalam pendidikan sekolah, untuk mengetahui keberhasilan belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai siswa. Keberhasilan proses belajar mengajar tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, yang dapat digolongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Intelegensia, minat, bakat, motivasi, aktivitas belajar dan sebagainya, termasuk


(19)

faktor internal, sedangkan yang termasuk dalam faktor eksternal misalnya, guru, bahan pelajaran, fasilitas belajar, metode mengajar dan sebagainya.

Dalam pembelajaran matematika, tugas seorang guru adalah menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat membangkitkan semangat belajar siswa, sehingga siswa mempunyai ketrampilan, keberanian serta mempunyai kemampuan matematika. Dengan demikian matematika akan mempunyai peran yang penting bagi peserta didik untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya hal ini akan berdampak dalam menciptakan sumber daya manusia yang bermutu. Oleh karena itu guru sebagai pendidik perlu mempersiapkan suatu model pembelajaran yang terprogram agar siswa sebagai peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih mantap.

Dari tahun ke tahun, pembelajaran matematika di sekolah banyak mengalami perubahan, diantaranya perubahan yang menitikberatkan dari situasi guru mengajar menjadi situasi murid belajar. Selama ini metode mengajar yang banyak digunakan oleh guru adalah metode konvensional (tradisional), dimana kegiatan belajar mengajar didominasi oleh guru. Agar pembelajaran dengan situasi murid belajar ini dapat tercapai, hendaknya guru dapat menggunakan strategi belajar mengajar yang lebih banyak melibatkan siswa. Sebagaimana diungkapkan oleh Soedjadi (1995:12), betapapun tepat dan baiknya bahan ajar matematika yang ditetapkan belum menjamin akan tercapainya tujuan pendidikan, dan salah satu faktor penting untuk mencapai tujuan tersebut adalah proses mengajar yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa secara optimal.


(20)

Salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk meningkatkan prestasi belajar siswa adalah melalui kreativitas yang dimiliki oleh para guru, dan dengan keinginan untuk selalu mencari metode yang terbaik agar selalu menarik minat dan motivasi siswa belajar, maka tujuan yang diharapkan akan tercapai.

Metode pembelajaran yang dapat menarik minat siswa dalam belajar adalah dengan menempatkan siswa secara kelompok-kelompok. Pembelajaran kelompok dapat meningkatkan siswa dalam berpikir kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi. Pembelajaran yang dapat mewujudkan hal tersebut salah satunya adalah pembelajaran kooperatif, yang sesuai dengan pembelajaran konstruktivisme. Dalam konstruktivisme, siswa secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri. Slavin (1995:18) menyatakan bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya.

Bahan kajian inti matematika di SMP mencakup aritmatika, aljabar, geometri, trigonometri, dan statistika. Dalam pengalaman mengajar di SMP ternyata banyak siswa yang mengalami kesulitan mempelajari pokok bahasan geometri. Hal ini berlaku untuk siswa kelas VII, VIII, IX SMP. Salah satu materi geometri kelas VIII yang dianggap sulit adalah pokok bahasan kubus, balok, prisma, dan limas. Misalnya dalam menentukan panjang diagonal ruang, menghitung volume dan luas bangun ruang. Oleh karenanya diperlukan peningkatan kualitas pembelajaran pada pokok bahasan tersebut.


(21)

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, yang merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam kelompoknya yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arend, RI, 1997:73 ). Dalam proses belajar mengajar pada pokok bahasan kubus, balok, prisma, dan limas untuk siswa SMP kelas VIII semester II diduga lebih efektif dan efisien dari pada menggunakan metode konvensional. Hal ini disebabkan metode jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran yang berdasarkan filsafat konstruktivisme, sehingga siswalah yang membangun pengetahuannya sendiri. Siswa diberi kemampuan agar menggunakan strateginya sendiri dalam belajar secara sadar, sedangkan guru sebagai fasilitator membimbing siswa ke tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. Model pembelajaran kooperatif jigsaw dipilih karena dianggap bisa dipakai untuk mengajarkan pokok bahasan tersebut, karena topik tersebut dapat dibagi atas empat sub yang independen, artinya masing-masing sub pokok bahasan tidak merupakan prasyarat bagi yang lain (syarat model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw).Dengan demikian diharapkan melalui metode kooperatif jigsaw, pembelajaran lebih bermakna sehingga lebih meningkatkan pemahaman siswa .

Selain metode dalam mengajar, keberhasilan belajar siswa tidak terlepas dari kemampuan individu yang dimiliki oleh siswa yang merupakan faktor internal. Dalam hal ini adalah keaktifan siswa dalam belajar. Sekolah adalah area untuk mengembangkan aktivitas siswa. Dalam belajar matematika, aktivitas siswa


(22)

tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat apa yang di terangkan guru, tetapi siswa harus berpartisipasi aktif , misalnya bertanya, mengerjakan soal, menjawab pertanyaan guru, dan sebagainya. Aktivitas belajar siswa bervariasi, ada siswa yang aktivitas belajarnya rendah, sedang atau tinggi. Ada sebagian siswa yang tidak tertarik pada mata pelajaran matematika, karena matematika di anggap pelajaran yang sangat sulit. Bagi mereka yang tidak suka dengan pelajaran matematika , maka aktivitas belajar mereka juga rendah. Hal ini berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Siswa dengan aktivitas belajar yang tinggi, maka prestasi yang akan diperoleh juga tinggi, sehingga aktivitas belajar siswa sangatlah membantu dalam proses belajar matematika.

Mengingat pentingnya aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar, guru diharapkan dapat menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih banyak melibatkan keaktifan siswa. Siswa itu sendiri hendaknya dapat memotivasi dirinya sendiri untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan aktifitas ini kemungkinan besar prestasi belajar matematika yang dicapai oleh siswa akan lebih memuaskan.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di muka, perlu diadakan penelitian yang berkaitan dengan model pembelajaran kooperatif jigsaw pada pokok bahasan kubus, balok, prisma dan limas terhadap prestasi belajar matematika ditinjau dari aktivitas belajar siswa.


(23)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan oleh guru matematika dalam menyampaikan pokok bahasan tertentu kemungkinan akan mempengaruhi prestasi belajar siswa.

2. Secara umum siswa masih rendah prestasi belajar matematikanya, sehingga perlu adanya strategi pembelajaran yang bisa meningkatkan prestasi belajarnya.

3. Adanya perbedaan aktivitas belajar siswa dapat menyebabkan perbedaan prestasi belajar siswa.

4. Masih jarangnya penggunaan pembelajaran dengan metode kooperatif, diduga merupakan salah satu sebab kurang terbinanya sikap kemandirian dalam

belajar.

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas agar penelitian yang dikaji dapat lebih terarah dan mendalam maka diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut: 1. Metode pembelajaran yang digunakan dibatasi pada model pembelajaran

kooperatif jigsaw pada kelompok eksperimen dan metode konvensional pada kelompok kontrol.


(24)

2. Prestasi belajar matematika pada penelitian ini dibatasi pada hasil belajar siswa yang dicapai melalui proses belajar mengajar, dalam hal ini adalah tes formatif pada pokok bahasan kubus, balok, prisma dan limas untuk siswa klas VIII SMP.

3. Aktivitas belajar siswa dibatasi pada aktivitas siswa dalam belajar matematika yang meliputi aktivitas memperhatikan, bertanya, mencatat, mendengarkan, mengerjakan soal, dan mempelajari materi pelajaran matematika.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut diatas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif jigsaw dan metode pembelajaran konvensional pada pokok bahasan kubus, balok, prisma, dan limas.

2. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi, aktivitas belajar sedang dan aktivitas belajar rendah.

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan kubus, balok, prisma, dan limas.


(25)

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang belajar dengan model pembelajaran koopertif tipe jigsaw dan metode pembelajaran konvensional pada pokok bahasan kubus, balok, prisma dan limas.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi, aktivitas belajar sedang dan aktivitas belajar rendah pada pokok bahasan kubus, balok, prisma, dan limas.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara penggunaan metode pembelajaran dan aktivitas belajar matematika terhadap prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan kubus, balok, prisma, dan limas.

F. Manfaat Penelitian Bagi Siswa :

1. Meningkatkan dan memudahkan siswa dalam belajar atau memahami mata pelajaran matematika.

2. Melatih kreativitas atau kemandirian dalam belajar.

3. Melatih kerja sama dengan teman dalam menyelesaikan soal-soal matematika. 4. Diharapkan lebih termotivasi dalam belajar matematika


(26)

Bagi guru :

1. Sebagai alternatif pemilihan pendekatan dalam pembelajaran matematika. 2. Menambah wawasan dalam rangka perubahan paradigma mengajar ke

paradigma belajar.

Bagi Peneliti

1. Sebagai pembelajaran penyusunan karya ilmiah.

2. Menambah pengetahuan tentang model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. 3. Dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian yang sejenis pada pokok hasan lain

Bagi Sekolah

Untuk memberikan informasi tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw


(27)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori . 1. Prestasi Belajar Matematika

a Pengertian Matematika

Menurut Herman Hudoyo (1988:3), simbolisasi dalam matematika menjamin adanya komunikasi dan mampu memberikan keterangan untuk membentuk suatu konsep baru. Konsep baru terbentuk karena adanya pemahaman terhadap konsep sebelumnya sehingga matematika itu konsep-konsepnya tersusun secara hierarkis.

Soehardjo (1992:13) juga berpendapat bahwa sistem matematika adalah sistem deduktif yang dimulai dari memilih beberapa unsur yang tidak didefinisikan (undefined) yang disebut unsur-unsur pendahulu yang diperlukan sebagai dasar komunikasi, kemudian ke unsur-unsur yang didefinisikan. Akhirnya dalil atau teorema dapat dibuktikan melalui unsur-unsur yang tidak didefinisikan dan unsur-unsur-unsur-unsur yang didefinisikan tadi. Dengan demikian, matematika adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasi.

Gagne, R. M dalam Soehardjo (1992:12) menyatakan bahwa obyek penelaahan matematika adalah fakta, keterampilan (operasi matematika), konsep dan prinsip atau aturan-aturan. Obyek penelaahan ini menggunakan simbol-simbol sebagai sarana untuk melakukan penalaran.


(28)

Menurut Soehardjo (1992:12), matematika dapat digambarkan sebagai suatu kumpulan sistem yang tiap-tiap sistem itu mempunyai struktur atau urutan, interrelasi dari pengetahuan atau operasi-operasi tersendiri yang tersusun secara deduktif. Matematika berkenaan dengan pikiran berstruktur yang relasi operasinya maupun hubungan-hubungannya diatur secara logis. Hal ini berarti matematika bersifat sangat abstrak yaitu berkenaan dengan konsep, prinsip, abstrak dan penalarannya.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan penalarannya deduktif.

b. Belajar Matematika

Menurut Herman Hudoyo (1988:6), seseorang dikatakan belajar matematika bila dapat diasumsikan dalam diri orang tersebut terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan matematika, dimana tingkah laku itu dapat diamati, yang diperoleh dengan adanya usaha orang tersebut.

Perubahan yang disebabkan oleh proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pemahaman, perubahan pengetahuan, sikap, dan tingkah laku, keterampilan serta aspek-aspek lain yang ada pada diri orang yang belajar.

Belajar matematika pada dasarnya merupakan proses yang diarahkan pada suatu tujuan. Tujuan belajar matematika dapat dilihat dari


(29)

kemampuan seseorang menfungsionalkan materi matematika yang dipelajari, baik secara konseptual maupun secara praktis. Secara konseptual dimaksudkan dapat mempelajari matematika lebih lanjut, sedangkan secara praktis dimaksudkan menerapkan matematika pada bidang-bidang lain dan dalam kehidupan nyata.

c. Pengertian Prestasi Belajar Matematika

Proses belajar mengajar menghasilkan perubahan di pihak siswa, dimana perubahan tersebut berupa kemampuan diberbagai bidang yang sebelumnya tidak dimiliki siswa. Menurut Gagne dalam Winkel (1996:482), kemampuan-kemampuan itu digolongkan atas kemampuan dalam hal informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, kemampuan motorik dan sikap. Kemampuan-kemampuan tersebut merupakan kemapuan internal yang harus dinyatakan dalam suatu prestasi, prestasi belajar yang diberikan oleh siswa, berdasarkan kemampuan internal yang diperolehnya sesuai dengan tujuan instruksional, menampakkan hasil belajar.

Suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil jika tujuan instruksional khusus dapat tercapai. Tujuan instruksional tersebut merupakan hasil belajar yang telah ditetapkan menurut aspek isi maupun aspek perilaku.

Menurut Sukardi dan Anton Sukarno (1995:14) mengemukakan bahwa hasil belajar dalam bentuk nilai atau indeks prestasi adalah merupakan pertanda tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang diikuti


(30)

selama proses belajar. Indeks prestasi akan membawa konsekuensi yang sangat luas dalam perjalanan meniti karier atau perjalanan studi siswa.

Selain itu Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002:120) yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah hal-hal sebagai berikut:

1). Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok.

2). Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.

Dari beberapa pendapat tentang prestasi belajar, maka dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses belajar atau tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru.

d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Matematika

Prestasi yang dicapai seseorang individu merupakan hasil interaksi antara faktor yang mempengaruhinya, baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu (Abu Ahmadi, Widodo Supriyono;1991:130).

Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut :


(31)

(a). Faktor jasmani (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.

(b). Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, faktor ini terdiri dari:

i. Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial dan faktor kecakapan.

ii. Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motifasi, emosi, dan penyesuaian diri.

(c). Faktor kematangan fisik maupun psikis.

2). Faktor Eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar adalah : (a). Faktor sosial, terdiri dari :

i). Lingkungan keluarga. ii). Lingkungan sekolah. iii). Lingkungan masyarakat. iv). Lingkungan kelompok.

b). Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.

c). Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar. d). Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.


(32)

Dalam penelitian ini faktor internal yang dibahas adalah aktivitas belajar siswa, sedang faktor eksternalnya adalah metode pembelajaran.

2. Metode Pembelajaran Matematika

Berikut akan diuraikan dua macam metode pembelajaran matematika tersebut beserta teori-teori yang mendukungnya.

a. Pembelajaran Konvensional

Model pembelajaran konvensional adalah pembelajaran secara klasikal dengan menggunakan model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pembelajaran pada siswa. Pembelajaran secara klasikal adalah pembelajaran yang disampaikan guru kepada sejumlah siswa tertentu secara serentak pada waktu dan tempat yang sama. Dalam sistem pembelajaran konvensional, siswa cenderung pasif, kurang mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kreatifitas dan inisiatif, karena proses pembelajaran lebih banyak didominasi oleh guru.

Sistem pembelajaran konvensional lebih banyak menuntut keaktifan guru dari pada anak didik. Dalam metode mengajar yang tradisional ini, guru mendominasi kegiatan belajar mengajar. Pada proses pembelajaran, guru langsung membuktikan dalil dan menurunkan rumus. Guru memberikan contoh soal dan dikerjakan sendiri oleh guru. Sementara itu siswa duduk dengan rapi dan mengikuti guru dengan teliti. Proses belajar mengajar monoton dan tidak variatif sehingga membosankan siswa.


(33)

Menurut Poerwadarminta (1997:523), konvensional adalah tradisional. Tradisional sendiri diartikan sikap dan cara berfikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun.

Pembelajaran secara konvensional telah terbentuk sejak beberapa tahun yang lalu. Pola ini diterima secara umum dan masih berlaku hampir dimana saja di dewasa ini. Pada umumnya guru kurang memperhatikan model pembelajaran yang digunakan dan cenderung menggunakan model pembelajaran secara konvensional. Pandangan pembelajaran konvensional meletakan tanggung jawab belajar pada guru.

Berikut ini akan diuraikan kelebihan dan kelemahan metode konven-sional.

1). Kelebihan metode konvensional : (a). Dapat menampung kelas besar.

(b). Kemajuan anak berjalan teratur menurut tingkatan kelas.

(c). Dapat disampai kepada siswa yang usia dalam satu kelas agak bersa-maan.

(d). Buku-buku pelajaran dapat disesuaikan dengan taraf kesanggupan kelas.

2). Kelemahan metode konvensional :


(34)

(b). Siswa tidak dapat menilai apa yang dipelajari. Hal ini dikarenakan siswa tidak dapat menemukan sendiri konsep yang diajarkan, siswa hanya aktif membuat catatan.

(c). Siswa tidak bisa menggunakan teknik matematis atau ilmiah karena siswa cenderung belajar menghafal saja sehingga tidak mengakibatkan pengertian.

(d). Siswa tidak dapat menyusun fakta dan mengambil kesimpulan. (e). Siswa tidak bisa memperoleh hasil yang maksimal, karena

pengetahuan yang diperoleh cenderung lebih mudah dilupakan. b. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berdasar pada faham konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa belajar pada kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar bersama dalam kelas/kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa, dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami bahan pelajaran.

Menurut Anita Lie (1995:72), sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas yang terstruktur disebut sistem pengajaran gotong royong atau cooperative learning. Dari hasil penelitian, pada beberapa bidang studi yang


(35)

melibatkan suatu pelajaran yang kompleks dan memerlukan keterampilan dalam menyelesaikan permasalahan, maka kerja kelompok lebih sesuai untuk mencapai tujuan dibandingkan dengan kompetisi, khususnya bagi mereka yang berkemampuan rendah.

Dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan yang dapat dicapai oleh tiap individu dalam kelompoknya sangat berarti dalam mencapai tujuan yang positif dalam belajar kelompok tersebut. Pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi akademik. Selain itu pembelajaran kooperatif memberikan peluang pada siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dan saling tergantung satu sama lain dalam tugas akademik dan akan saling menghargai satu sama lain.

1). Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran yaitu penerimaan, pengembangan keterampilan sosial dan prestasi akademik (Arends, 1997:111).

(a). Penerimaan.

Pengaruh penting dalam pembelajaran kooperatif adalah penerimaan yang lebih luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, tingkat sosial dan kemampuan. Belajar kooperatif menyajikan peluang bagi siswa dengan berbagai latar belakang yang beragam untuk bekerja saling bergantung terhadap tugas-tugas.


(36)

(b). Pengembangan Keterampilan Sosial

Tujuan terpenting dari pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan-keterampilan kerjasama dan kolaborasi.Hal ini sangat penting mengingat siswa berasal dari masyarakat yang heterogen.Banyak anak-anak dan orang dewasa kurang mempunyai ketrampilan kooperatif yang dibuktikan dengan ketidakharmonisan hubungan antar individu. Hal ini dapat menyebabkan rasa tidak puas jika diminta bekerja dalam situasi yang kooperatif.

(c). Prestasi Akademik

Pembelajaran kooperatif selain mencakup berbagai tujuan sosial, juga dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi akademik. Pembelajaran kooperatif dapat bermanfaat bagi siswa yang berprestasi rendah dan tinggi yang bersama-sama pada tugas akademik. Siswa yang berprestasi tinggi membantu siswa yang berprestasi rendah.

2). Keuntungan Pembelajaran Kooperatif

(a). Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma kelompok atau tim.

(b). Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama berhasil.

(c). Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk dapat meningkatkan


(37)

(d). Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

(e). Interaksi antar siswa membantu meningkatkan perkembangan kognitif.

3). Pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw

Pengertian jigsaw dalam pembelajaran kooperatif adalah satu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arend,RI,1997:73).

Jigsaw dikembangkan dan diuji oleh Eliot Aronso, kemudian digunakan oleh Slavin dan temannya (Arend,RI,1997:72). Dalam pembelajaran kooperatif jigsaw ini, siswa belajar / bekerja dalam kelom pok yang heterogen dan beranggotakan 4-6 orang, yang disebut kelompok asal. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas penguasaan bagian dari materi belajar yang ditugaskan padanya, kemudian mengajarkan bagian tersebut kepada anggota kelompok lain. Masing-masing anggota kelompok yang mendapat tugas penguasaan bagian materi itu disebut ahli. Keahlian tersebut dapat diperoleh dari menawarkan bagian materi kepada anggota kelompok menurut dari kelompok yang berbeda dengan topik yang sama (ahli) bertemu untuk berdiskusi antar ahli. Mereka dapat saling


(38)

membantu satu sama lain tentang topik yang ditugaskan, serta mendiskusikannya. Setelah itu siswa pada kelompok ahli kembali pada kelompok masing-masing untuk menjelaskan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lainnya tentang apa yang dibahas / dipelajari dalam kelompok ahli.

Hubungan yang terjadi antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan oleh Arend, R.I sebagai berikut :

Kelompok asal

Kelompok ahli

Gambar 1. Hubungan kelompok asal dan kelompok ahli dalam jigsaw Masing-masing anggota kelompok asal bertemu dalam diskusi kelompok ahli untuk membahas materi yang ditugaskan. Setelah selesai berdiskusi dalam kelompok ahli, kembali pada kelompok asal untuk menjelaskan pada teman sekelompoknya. Jigsaw didesain tidak hanya


(39)

untuk meningkatkan rasa tanggung jawab secara mandiri, tetapi juga dituntut untuk saling ketergantungan dalam arti positif terhadap teman sekelompoknya.

Pada penelitian ini, masing-masing kalompok asal terdiri dari empat orang siswa, karena pokok bahasan kubus, balok, prisma dan limas terdiri dari empat sub pokok bahasan yang saling independen. Setiap siswa bertanggung jawab atas penguasaan materi yang ditugaskan kepadanya. Selanjutnya masing-masing kelompok ahli dengan materi yang sama bertemu untuk berdiskusi dan mengerjakan latihan-latihan yang diberikan. Setelah waktu yang diberikan selesai, masing-masing siswa dalam kelompok ahli kembali lagi ke kelompok asal untuk menjelaskan materi yang menjadi bagiannya pada siswa lain dengan materi yang berbeda. Siswa yang mendapat bagian materi kubus menjelaskan pada siswa lain yang mendapat bagian materi balok, prisma, maupun limas. Demikian seterusnya hingga siswa-siswa dalam kelompok asal sudah paham materi pada pertemuan hari itu. Sedapat mungkin siswa berdiskusi dulu dengan temannya dalam satu kelompok, jika menemui kesulitan baru bertanya pada guru. Karena peran guru di sini masih diperlukan, baik sebagai motivator maupun fasilitator. Sehingga hal ini dapat meminimalkan kelas yang ramai atau gaduh, karena guru dapat terus memantau jalannya diskusi masing-masing kelompok, baik dalam diskusi kelompok asal, maupun diskusi kelompok ahli sehingga pembelajaran tetap efektif dan optimal.


(40)

Adapun rencana pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diatur secara instruksional sebagai berikut :

a) Membaca

Siswa mendapat topik-topik ahli, kemudian membaca dan mempelajari materi tersebut untuk mendapatkan informasi.

b) Diskusi kelompok ahli.

Siswa dengan topik ahli yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikan topik tersebut.

c) Laporan Kelompok, masing-masing ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan topik pada kelompoknya.

d) Kuis / tes.

Diberikan setelah tiga kali pertemuan secara perorangan. e) Penghargaan kelompok

Dilihat dari nilai rata-rata nilai kuis dalam satu kelompok. f) Rangkuman pembelajaran.

3. Aktivitas Belajar Siswa

Montessori dalam Sardiman A.M (1994:95) menegaskan bahwa anak-anak memiliki tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri. Pernyataan Montessori tersebut memberikan petunjuk bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam pembentukan diri anak adalah anak itu sendiri, sedang pendidik


(41)

hanya memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didik, dan mengamati bagaimana perkembangan anak didik.

Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia (1996:17), aktivitas berarti keaktivan, kegiatan atau kesibukan. Dalam kegiatan belajar mengajar, aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Keduanya harus selalu terkait (Nasution, 1995:89).

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Rousseau dalam Sardiman A.M (1994:95) memberikan penjelasan bahwa dalam kegiatan belajar segala pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis. Hal ini menunjukan bahwa setiap orang yang bekerja harus aktif sendiri, tanpa adanya aktivitas maka proses belajar tidak mungkin terjadi.

Dari beberapa pendapat diatas diperoleh kesimpulan bahwa aktivitas belajar siswa adalah kegiatan belajar yang dilakukan siswa dengan cara mengamati sendiri, pengalaman sendiri, menyelidiki sendiri dan bekerja secara aktif dengan fasilitas yang diciptakan sendiri untuk berkembang sendiri dengan bimbingan dan pengamatan dari guru. Guru harus berusaha membangkitkan aktivitas siswa dalam menerima pelajaran baik aktivitas jasmani maupun rohani. Aktivitas jasmani meliputi: melakukan percobaan, berkebun, dan lain-lain, sedang aktivitas rohani meliputi memecahkan persoalan, mengambil keputusan, dan lain-lain.


(42)

Aktivitas belajar siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat saja. Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Paul B. Diedrich dalam Sardiman A.M (1994:99) membuat suatu daftar aktivitas belajar yang dapat digolongkan sebagai berikut :

a). Visual activities, seperti : membaca, memperhatikan gambar, percobaan. b). Oral activities, seperti : menyatakan, bertanya, memberi saran.

c). Listening activities, seperti : mendengarka percakapan, diskusi, musik, pidato. d). Writing activities, seperti : menulis cerita, laporan, angket, menyalin.

e). Drawing activities, seperti : menggambar, membuat grafik, peta, diagram. f). Mental activities, seperti : mengingat, memecahkan soal, menganalisis. h). Emosional activities, seperti : menaruh minat, bersemangat, berani, tenang.

Dengan klasifikasi aktivitas seperti yang diuraikan di atas, menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah bermacam-macam. Kalau berbagai macam kegiatan tersebut dapat diciptakan di sekolah, tentu sekolah-sekolah itu akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal. Aktivitas belajar siswa dalam penelitian ini adalah :

1). Waktu untuk belajar matematika, yang meliputi frekwensi belajar matematika dan waktu yang digunakan.

2). Sikap dalam mengikuti pelajaran matematika, yang meliputi partisipasi dalam mengikuti pelajaran matematika, mengikuti jam kosong, sikap dalam mengerjakan setiap tugas sekolah.


(43)

3). Belajar matematika sendiri, yang meliputi mengatasi kesulitan dalam belajar, belajar matematika di rumah, belajar di luar rumah atau les.

4). Belajar matematika secara kelompok, yang meliputi partisipasi dalam belajar kelompok, mengatasi kesulitan dalam belajar kelompok.

5). Mengerjakan tugas, latihan atau pekerjaan rumah, yang meliputi mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan, sikap dalam menghadapi pekerjaan rumah yang sulit.

4. Materi Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Kubus, Balok, Prisma Dan Limas

Materi pembelajaran matematika yang dipilih dalam penelitian ini adalah pokok bahasan kubus, balok, prisma dan limas, berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk kelas VIII SMP semester 2:

a. Standard Kompetensi: Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya.

b. Kompentensi Dasar: 1). Kubus.

a). Mengidentifikasi sifat-sifat serta bagian-bagiannya. b). Membuat jaring-jaringnya.

c). Menghitung luas permukaan dan volumenya. 2). Balok.


(44)

b). Membuat jaring-jaringnya.

c). Menghitung luas permukaan dan volumenya. 3). Prisma.

a). Mengidentifikasi sifat-sifat serta bagian-bagiannya. b). Membuat jaring-jaringnya.

c). Menghitung luas dan volumenya. 4). Limas.

a). Mengidentifikasi sifat-sifat serta bagian-bagiannya. b). Membuat jaring-jaringnya.

c). Menghitung luas dan volumenya.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Budi Usodo, dkk (2000) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Pembelajaran Kalkulus Di Jurusan P.MIPA FKIP UNS“. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa model pembelajaran kooperatif jigsaw tidak dapat meningkatkan prestasi belajar pada topik limit fungsi pada mahasiswa jurusan P.MIPA FKIP UNS.

2. Chusnal Ainy (2000) dalam penelitiannya yang berjudul “Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Dalam Pengajaran Matematika Sekolah Dasar“. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa model pembelajaran kooperatif jigsaw efektif untuk proses pembelajaran pada pokok bahasan luas dan keliling di kelas V sekolah dasar. Dan berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa prestasi


(45)

belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif jigsaw lebih baik dari pada prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran tradisional.

3. Ira Kurniawati ( 2003 ) dalam penelitiannya yang berjudul “ Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Terhadap Prestasi Belajar

Matematika Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa Kelas II SLTP Negeri 15 Surakarta “. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa model pembelajaran kooperatif jigsaw efektif untuk proses pembelajaran pada pokok bahasan bangun datar jajaran genjang, belah ketupat, laying-layang, dan trapesium. Dan berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif jigsaw lebih baik dari pada prestasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

Dari hasil penelitian yang relevan diatas, persamaan dan perbedaannya dengan penelitian ini adalah :

Persamaan : Dalam pembelajarannya sama-sama menggunakan model lajaran kooperatif jigsaw.

Perbedaan : Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah bangun ruang sisi datar kubus, balok, prisma, dan limas. Sedangkan dalam penelitian Budi Usodo dkk ( 2000 ) pada pokok bahasan Kalkulus di jurusan Pendidikan MIPA FKIP UNS, pada penelitian Chusnal Ainy ( 2000 ) pada pengajaran Matematika di Sekolah Dasar dan pada penelitian Ira Kurniawati pada pokok bahasan bangun datar jajaran genjang, belah ketupat, layang-layang, dan trapesium.


(46)

C. Kerangka Berfikir

Kerangka pemikiran merupakan arahan penalaran untuk dapat sampai pada pemberian jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan. Kerangka pemikiran berguna untuk mewadahi teori teori yang seolah-olah terlepas menjadi suatu rangkaian yang utuh untuk menentukan jawaban sementara.

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini bahwa keberhasilan proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran dapat dilihat dari prestasi belajar siswa. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, diantaranya adalah metode pembelajaran dan aktivitas belajar siswa.

Penggunaan metode pembelajaran cukup besar pengaruhnya terhadap keberhasilan guru dalam mengajar. Pemilihan metode pembelajaran yang tidak tepat justru dapat menghambat tercapainya tujuan mengajar. Agar metode pembelajaran terpilih dengan tepat, seorang guru harus mengetahui macam-macam metode pembelajaran dan mengetahui pula model pembelajaran yang sesuai dengan materi pada pokok bahasannya.

Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan pada filsafat konstruktivisme, dimana siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit dalam pelajaran, apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Jigsaw adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa


(47)

anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Jigsaw adalah suatu sistim pembelajaran yang berorientasi pada proses, sehingga pembelajaran lebih bermakna dan lebih meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran. Pada akhirnya, diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran kooperatif jigsaw pada pokok bahasan kubus, balok, prisma, dan limas diduga dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional.

Pada dasarnya untuk menyampaikan pokok bahasan kubus, balok, prisma, dan limas, diperlukan keaktifan belajar siswa agar siswa dapat lebih memahami materi yang disampaikan guru. Aktivitas belajar siswa dapat timbul jika pada diri siswa motivasi yang menyebabkan mereka ingin berbuat sesuatu. Motivasi tersebut dapat timbul dengan sendirinya pada diri siswa atau timbul karena ada pengaruh dari luar, diantaranya dari guru. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar seorang guru harus senantiasa menimbulkan motivasi pada diri siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi akan lebih mudah dalam menerima pelajaran dari pada siswa yang mempunyai aktivitas belajar yang sedang atau rendah. Siswa dengan aktivitas belajar tinggi diduga akan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa dengan aktivitas belajar sedang atau rendah.


(48)

Berdasarkan uraian di atas, ternyata model pembelajaran dan aktivitas belajar siswa adalah faktor penting yang harus diperhatikan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran kooperatif jigsaw sangat menuntut keaktifan belajar siswa, karena siswa mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri melalui interaksi dengan obyek dan pengalaman dari lingkungan. Pengetahuan bukanlah suatu hal yang sudah jadi, tetapi merupakan suatu proses yang berkembang secara terus menerus dan dalam proses inilah keaktifan siswa yang ingin tahu sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Dengan demikian siswa dengan aktivitas belajar tinggi akan memberikan pengaruh yang kuat terhadap pencapaian prestasi belajar yang baik.

Berdasarkan pemikiran di atas, kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Metode pembelajaran

Prestasi belajar Aktivitas belajar

Gambar Diagram Kerangka Pemikiran Penelitian

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(49)

1. Terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang pengajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif jigsaw dan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan kubus, balok, prisma, dan limas.

2. Terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki tingkat aktivitas belajar tinggi, sedang, atau rendah.

3. Terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran dan tingkat aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matamatika pada pokok bahasan kubus, balok, prisma, dan limas, artinya bahwa karakteristik perbedaan antara model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan pembelajaran konvensional untuk semua tingkat aktivitas siswa tidak sama.


(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat yang digunakan untuk penelitian adalah SMP Negeri 19 Surakarta, SMP Negeri 10 Surakarta, dan SMP Negeri 17 Surakarta, sedangkan untuk uji coba angket dan tes dilaksanakan di SMP Negeri 5 Surakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada akhir semester II tahun pelajaran 2007/2008, yaitu mulai bulan Maret 2008 sampai bulan Juni 2008, dengan tahap-tahap sebagai berikut:

a. Tahap Pertama

Tahap pertama persiapan meliputi pengajuan judul penelitian, penyusunan proposal penelitian, konsultasi proposal dan pengajuan ijin ke tempat penelitian, berlangsung pada bulan Maret 2008.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan meliputi langkah-langkah uji coba instrumen dan pengambilan data dengan instrumen yang telah diuji Validitas dan Realibilitasnya berlangsung pada bulan April 2008 sampai Juni 2008.


(51)

c. Tahap Penyelesaian

Tahap ini merupakan langkah penyusunan laporan dan penyelesaian, sampai selesai pada bulan Januari 2009.

B. Jenis Penelitian

Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian eksperimen semu (quasi-experimental research), karena peneliti tidak memungkinkan untuk mengontrol semua variabel yang relevan. Budiyono (2003 : 79) menyatakan bahwa tujuan penelitian eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan memanipulasi semua variabel yang relevan.

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto (1998 : 115), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dalam penelitian ini, populasinya adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Surakarta tahun pelajaran 2007 - 2008.

2. Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (1998 : 117), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel


(52)

merupakan kelompok hasil individu yang diamati dan dapat digeneralisasikan terhadap populasi penelitian sekaligus dapat meramalkan keadaan populasi.

Sampel yang terpilih dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Surakarta sebanyak 6 kelas, yaitu kelas VIII B dan VIII C ( dari SMP N.10 ), Kelas VIII E dan VIII F ( dari SMP N.17 ), kelas VIII A dan VIII B ( dari SMP N.19 ).

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah gabungan dari Stratisfied Random Sampling dan Cluster Random Sampling. Stratisfied Random Sampling digunakan untuk memilih Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang didasarkan pada peringkat sekolah berdasarkan data nilai Ulangan Umum Bersama Semester I tahun pelajaran 2007 - 2008. Dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok atas, kelompok tengah, dan kelompok bawah. Dari masing-masing kelompok ditentukan satu sampel. Dengan membuat gulungan kertas yang bertuliskan SMP dari peringkat atas, kemudian dipilih satu secara acak dan terpilih SMP Negeri 19 Surakarta. Dengan cara yang sama untuk kelompok tengah terpilih SMP Negeri 10 Surakarta dan untuk kelompok bawah terpilih SMP Negeri 17 Surakarta. Dari SMP Negeri 19 Surakarta terdapat 6 kelas VIII yang akan diambil 2 kelas, dengan cara membuat gulungan kertas yang bertuliskan kelas VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, dan VIII F digulung dan dipilih 2 gulung secara acak, dan terpilih kelas VIII A dan kelas VIII B. Dengan cara yang sama untuk SMP Negeri 10 Surakarta terpilih kelas VIII B dan VIII C,


(53)

dari SMP Negeri 17 Suarakarta terpilih kelas VIII E dan kelas VIII F. Sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 6 kelas yang terdiri dari 3 kelas sebagai sampel kelompok eksperimen dan 3 kelas sebagai sampel kelompok kontrol.

Setelah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ditetapkan, kemudian dilakukan uji keseimbangan dengan menggunakan uji t. Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol seimbang kemampuannya atau tidak. Data yang digunakan untuk uji keseimbangan adalah nilai UUB pada semester I tahun pelajaran 2007/2008.

D. Metode Pengumpulan Data 1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas, yaitu metode pembelajaran matematika dan aktivitas belajar siswa, serta satu variabel terikat yaitu prestasi belajar siswa pada pokok bahasan kubus, balok, prisma, dan limas. Adapun ciri-ciri variabel penelitian tersebut adalah:

a. Metode Pembelajaran 1). Definisi Operasional

Metode pembelajaran adalah rangkaian strategi kegiatan belajar mengajar di kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran pada pokok bahasan kubus, balok, prisma, dan limas. Adapun model pembelajaran kooperatif jigsaw

)

(a1 pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional )


(54)

2). Indikator: Metode pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar pada pokok bahasan kubus, balok, prisma, dan limas.

3). Skala pengukuran: Nominal dua kategori yaitu pembelajaran kooperatif jigsaw serta model pembelajaran konvensional.

4). Simbol: A. b. Aktivitas Siswa

1). Definisi Operasional

Aktivitas siswa adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa dalam belajar matematika baik di rumah maupun di sekolah. Aktivitas ini dibatasi pada aktivitas memperhatikan, bertanya, mencatat, mendengarkan, mengerjakan soal, dan mempelajari materi pelajaran matematika.

2). Indikator: Nilai skor hasil angket aktivitas belajar siswa.

3). Skala Pengukuran: Interval kemudian diubah menjadi skala ordinal, dengan tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Pembagiannya sebagai berikut :

- Kelompok tinggi dengan skor  X + 1/2 s

- Kelompok sedang dengan X –1/2 s < skor < X + 1/2 s

- Kelompok rendah dengan skor  X –1/2 s

Keterangan : X = Rata-rata nilai aktivitas belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol

s = Standart deviasi


(55)

4). Simbol: B.

c. Prestasi Belajar Matematika Siswa 1). Definisi Operasional

Prestasi belajar matematika siswa adalah tingkat penguasaan siswa dalam mata pelajaran matematika, khususnya pada pokok bahasan kubus, prisma, dan limas hasil belajar siswa yang dicapai setelah melalui proses belajar. 2). Indikator: Nilai skor formatif pokok bahasan kubus, prisma, dan limas. 3). Skala Pengukuran: Interval.

4). Simbol: abij ; i = 1, 2 ; j = 1, 2, 3.

2. Teknik Pengambilan Data

Salah satu kegiatan dalam penelitian adalah menentukan cara mengukur variabel penelitian dan alat pengumpul data. Untuk mengukur variabel maka diperlukan instrumen yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data.

Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini ada tiga cara, yaitu metode dokumentasi, metode angket, metode tes. a. Metode Dokumentasi

Menurut Budiyono (2003 : 54) metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan melihat dokumen-dokumen yang telah ada. Pada penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data tentang nama-nama siswa dan nilai UUB semester I. Dokumen tersebut digunakan


(56)

untuk uji keseimbangan rata-rata antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan kelompok uji coba.

b. Metode Angket

Menurut Budiyono (2003 : 47) metode angket adalah pengumpulan data melalui daftar pertanyaan tertulis kepada subjek penelitian, responden atau sumber data dan jawabannya diberikan pula secara tertulis. Dan dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket langsung karena peneliti langsung menyampaikan angket tersebut kepada subjek penelitian.

c. Metode Tes

Menurut Suharsimi Arikunto (1995 : 51), tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes ini memuat beberapa pertanyaan yang berisi materi-materi pokok bahasan balok, kubus, prisma, dan limas.

3. Instrumen Penelitian a. Angket Aktivitas Belajar

Dalam penelitian ini angket yang dimaksud adalah angket tentang aktivitas belajar matematika. Angket berupa soal pilihan ganda, dengan alternatif 4 jawaban. Pemberian skor untuk item positif adalah jika A diberi skor 4, B diberi skor 3, C diberi skor 2, dan D diberi skor 1. Sedang untuk item


(57)

negatif jika menjawab A diberi skor 1, B diberi skor 2, C diberi skor 3, dan D diberi skor 4.

Prosedur penyusunan angket aktivitas belajar adalah : 1) Menentukan indikator

2) Menentukan kisi-kisi angket aktivitas belajar. 3) Menulis butir soal angket

4) Menelaah untuk melihat validitas konstruk. Untuk menentukan validitas membutuhkan validator, dan harus hal-hal berikut :

(1) Butir angket telah mengacu pada kisi-kisi.

(2) Pernyataan butir jelas dan dapat dipahami peserta didik. (3) Pernyataan butir angket tidak memberikan interprestasi ganda

5) Uji coba angket untuk menentukan indeks konsistensi internal atau daya beda dan reliabilitas angket aktivitas. Instrumen angket ini diuji cobakan di SMP Negeri 5 Surakarta. Analisis item tes dilakukan sebagai berikut

(1) Menentukan Daya Pembeda

Pada penelitian ini jumlah responden 36 siswa dan jika terdapat n buah butir, maka akan dilakukan perhitungan sebanyak n kali. Jika indeks konsistensi internal untuk butir ke-i kurang dari 0,3 maka butir tersebut harus dibuang. Indeks konsistensi internal ini sering disebut daya pembeda. Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson berikut :


(58)

 

2 2

2

 

2

    Y Y n X X n Y X XY n rxy xy

r = indeks konsistensi internal untuk butir ke-i. n = banyaknya subjek yang dikenai tes ( instrumen ).

X = skor butir ke-i ( dari subyek uji coba ) Y = skor total ( dari subyek uji coba )

( Budiyono, 2003: 65 )

(2) Uji reliabilitas

Menggunakan rumus Alpha yaitu :

               

2

2 11 1 1 t i S S n n r 11

r = indeks reliabilitas instrumen. n = banyaknya butir instrumen

2 i

S = variansi belahan ke-i, i = 1, 2, ...,k ( k  n ) atau variansi butir ke-i, i = 1, 2, ..., n

2 t

S = variansi skor-skor yang diperoleh subjek uji coba. Instrumen dikatakan reliabel jika r11 > 0,7


(59)

6) Penetapan Angket

Setelah dilakukan uji coba kita tetapkan apakah butir soal tersebut dipakai, atau dibuang.

b. Tes Prestasi Belajar

Tes tersebut berupa tes pilihan ganda dengan empat pilihan sebanyak 30 butir soal prestasi pada pokok bahasan balok, kubus, prisma, dan limas. Uji coba instrumen tes dalam penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Surakarta. Subjek uji coba terdiri dari 36 siswa kelas VII

Prosedur penyusunan tes prestasi : 1) Menentukan pokok materi 2) Membuat kisi-kisi

3) Menulis butir soal

4) Menelaah untuk melihat validitas isi.

Menurut Guilfort ( 1954: 398 ) bahwa istilah validitas menunjuk kepada sejauh mana skor tes dapat memprediksi kriteria yang telah ditentukan. Validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi sehingga membutuhkan validator. Menurut Budiyono ( 2003: 58 ), suatu instrumen valid menurut validitas isi apabila isi instrumen tersebut telah merupakan sampel yang representatif dari keseluruhan isi hal yang akan diukur. Pada kasus ini, validitas tidak dapat ditentukan dengan mengkorelasikan dengan suatu kriteria dari suatu kinerja.


(60)

Validitas tidak dapat ditentukan dengan mengkorelasikan dengan suatu kriteria dari suatu kinerja. Untuk tes hasil belajar, supaya tes mempunyai validitas isi, harus diperhatikan hal-hal berikut :

(1) Bahan ujian (tes) harus merupakan sampel yang representatif untuk mengukur sampai seberapa jauh tujuan pembelajaran tercapai ditinjau dari materi yang diajarkan maupun dari sudut proses belajar.

(2) Titik berat bahan yang harus diujikan harus seimbang dengan titik berat bahan yang diajarkan.

(3) Tidak diperlukan pengetahuan lain yang tidak atau belum diajarkan untuk menjawab soal-soal tes dengan benar.

Untuk mempertinggi validitas isi, disarankan agar pembuat soal melalui langkah-langkah :

(1) Mengidentifikasikan bahan-bahan yang telah diberikan beserta tujuan instruksionalnya.

(2) Membuat kisi-kisi dari soal tes yang akan ditulis. Cara yang ditempuh adalah membuat tabel dua jalan yang membuat isi pokok bahasan yang akan diukur.

(3) Menyusun soal tes beserta kuncinya. Dalam hal ini menyusun kunci sesaat setelah menulis soal tes sangat dianjurkan.

(4) Menelaah soal tes sebelum dicetak. Penelaahan ini akan lebih baik apabila dilakukan oleh satu tim yang terdiri dari ahli-ahli yang relevan.


(61)

5) Uji coba tes prestasi untuk menentukan daya beda, tingkat kesukaran dan reliabilitas.

(1) Menentukan Daya Pembeda

Pada penelitian ini jumlah responden 36 siswa dan jika terdapat n butir, maka akan dilakukan perhitungan sebanyak n kali. Jika indeks konsistensi internal untuk butir ke-i kurang dari 0,3 maka butir tersebut harus dibuang. Indeks konsistensi internal ini sering disebut daya pembeda. Jika instrumennya berupa tes hasil belajar, maka butir yang indeks konsistensinya tinggi dapat membedakan antara anak yang pandai dan kurang pandai. Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson berikut :

 

 

 

2 2

2

2 X n Y Y

X n

Y X XY

n rxy

rxy = indeks konsistensi internal untuk butir ke-i ( daya pembeda )

n = banyaknya subjek yang dikenai tes ( instrumen ). X = skor butir ke-i ( dari subyek uji coba )

Y = skor total ( dari subyek uji coba )


(62)

(2) Menentukan Indeks Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang memadai artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Rumus untuk menentukan Indeks tingkat kesukaran ( Thorndike dan Hagen dalam Noehi Nasution, 1992 : 41-42 ) adalah :

% 100   J B P Keterangan :

P= indeks tingkat kesukaran ( fasilitas butir soal ).

B= banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar. J= jumlah peserta tes.

Soal dianggap baik jika 0,30  P < 0,7 .

3) Uji Reliabilitas

Reliabel disebut juga terpercaya, terandalkan, ajeg, stabil, dan konsisten

( Budiyono, 2003 : 65 ) Untuk menguji reliabilitas masing-masing item dalam tes uji Kruder-Richardson 20 (KR – 20) sebagai berikut:

              

2

2 11 1 t i i t S q p S n n r 11


(63)

n = banyaknya butir soal

pi = proporsi banyaknya menjawab subjek yang menjawab benar pada

butir ke-i.

i

q = 1- pi

2 t

S = variansi total.

(Budiyono, 2003 : 69) Hasil skor tes disebut reliabel jika besarnya indeks reliabilitas yang diperoleh telah melebihi nilai 0,70.

6) Penetapan Tes Prestasi

Setelah dilakukan uji coba tes prestasi belajar ditentukan butir soal yang dipakai untuk tes prestasi.

E. Teknik Analisis Data 1. Uji Pendahuluan

Pada uji pendahuluan ini digunakan uji t untuk mengetaui apakah antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam keadaan seimbang. Sebelumnya dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Langkah-langkah yang ditempuh dalam uji keseimbangan (uji t) adalah sebagai berikut:

a. Hipotesis

H0 : 1 =2 (kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang sama).

1


(64)

b. Taraf signifikansi:

= 0,05. c. Statistik uji

2 1 2 1 1 1 n n S X X t p   

t(n1n2 2)

Keterangan:

1

X : rata-rata nilai matematika UUB semester I kelompok eksperimen.

2

X : rata-rata nilai matematika UUB semester I kelompok kontrol.

2 p

S : variansi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Sp2 =

2 n n S 1 n S 1 n 2 1 2 2 2 2 1 1      1

n : banyaknya siswa kelompok eksperimen.

2

n : banyaknya siswa kelompok kontrol.

d. Daerah kritik

DK :

; 2

2 1 2 1

/tt nn

t

e. Keputusan uji

0

H diterima jika harga statistik uji t berada di luar daerah kritik.


(65)

2. Uji Prasyarat Anava

Uji prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan homogenitas.

a. Uji normalitas

Pada penelitian ini uji normalitas dengan metode Lilliefors digunakan apabila datanya tidak dalam distribusi frekuensi data bergolong.

Prosedur uji normalitas populasi dengan menggunakan metode Lilliefors. 1). Hipotesis

0

H : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

1

H : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 2). Taraf signifikansi (

) = 0,05.

3). Statistik uji yang digunakan:

   

zi S zi

F Max

L 

Dengan:

* Menentukan standart deviasi

) 1 ( 2 2   

n n X X n s

* Menentukan bilangan baku zi

s X X zii

* Menentukan peluang:

i

z


(66)

* Menghitung proporsi cacah Zzi terhadap seluruh zi

S

 

zi

* Menghitung nilai dari F

   

ziS zi

4). Daerah kritik

DK =

LLL,n

dengan n adalah ukuran sampel untuk beberapa nilai

dan n, nilai L,n dapat dilihat pada tabel.

5). Keputusan uji

Jika H0 ditolak berarti sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal.

(Budiyono, 2004 : 170-171) b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah variansi-variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak (Budiyono, 2004 : 175). Dalam penelitian ini uji homogenitas yang digunakan adalah uji Barlett dengan prosedur sebagai berikut:

1). Hipotesis

0

H : 2 1

 = 2

2

 = ... = 2 k

 ( Variansi populasi homogen ).

1

H

:

tidak semua variansi sama ( Variansi bukan populasi homogen ). 2). Taraf signifikansi (

) = 0,05.

3). Statistik uji yang digunakan:

 2 2 log log 203 , 2 j j S f RKG f c


(67)

Selanjutnya nilai 2 yang diperoleh dari perhitungan

dikonsultasikan dengan 2tabel.

4). Daerah kritik

DK =

2 2(2;k1)

, dimana (2;k1) didapat dari daftar distribusi Chi

Kuadrat dengan taraf signifikan

5). Keputusan uji

0

H ditolak jika 2 DK

Bila H0 ditolak berarti variansi populasinya tidak homogen.

(Budiyono, 2004 : 177-178)

3. Uji Hipotesis

Untuk pengujian hipotesis digunakan rumus Analysis of Variance (ANAVA). Pengujian hipotesis ini digunakan anava dua jalan dengan sel tak sama.

a. Model

ijk ij j ijk

X 1   Keterangan:

ijk

X = data amatan ke-k yang dikenai faktor A (metode pembelajaran) ke-i dan faktor B (tingkat aktivitas belajar) ke-j.

 = rerata besar dari seluruh data amatan (pada populasi).

1


(68)

j

 = efek faktor B kolom ke-j variabel terikat

ij = kombinasi efek faktor A baris ke-i dan faktor B kolom ke-j pada

variabel terikat.

ijk = galat berdistribusi normal N (0,

i = 1,2 1 = untuk model pembelajaran kooperatif jigsaw. 2 = untuk model pembelajaran konvensional. j = 1,2, 3 1 = aktivitas belajar tinggi.

2 = aktivitas belajar sedang. 3 = aktivitas belajar rendah.

k = 1,2,3 ...,n;nij = banyaknya data amatan pada sel abij. b. Desain Data

Keterangan desain data: A. Penggunaan Pembelajaran

1

a = Pembelajaran dengan model kooperatif jigsaw.

2

a = Pembelajaran dengan metode Konvensional. Aktivitas

Tinggi ) (b1

Aktivitas Rendah

) (b3 Aktivitas

Sedang ) (b2

12 ab 22 ab 11 ab 21 ab

Metode kooperatif jigsaw )

(a

Metode Konvensional(a2) Faktor B Faktor A 13 ab 23 ab


(69)

B. Aktivitas Belajar Siswa

1

b = aktivitas belajar tinggi.

2

b = aktivitas belajar sedang. b3 = aktivitas belajar tinggi.

11

ab = Prestasi belajar kubus, balok, prisma, dan limas menggunakan pembelajaran model kooperatif jigsaw dengan aktivitas belajar tinggi.

12

ab = Prestasi belajar kubus, balok, prisma, dan limas menggunakan pembelajaran model kooperatif jigsaw dengan aktivitas belajar sedang.

ab13 = Prestasi belajar kubus, balok, prisma, dan limas menggunakan

pembelajaran model kooperatif jigsaw dengan aktivitas belajar rendah.

21

ab = Prestasi belajar kubus, balok, prisma, dan limas menggunakan pembelajaran metode konvensional dengan aktivitas belajar tinggi.

22

ab = Prestasi belajar kubus, balok, prisma, dan limas menggunakan pembelajaran metode konvensional dengan aktivitas belajar sedang.

23

ab = Prestasi belajar kubus, balok, prisma, dan limas menggunakan pembelajaran metode konvensional dengan aktivitas belajar rendah.


(1)

(5) = 2 2 2 2 2 2 , 2 ) 621 , 56 ( ) 25 , 59 ( ) 455 , 66 ( ) 917 , 65 ( ) 88 , 67 ( ) 594 , 59 (      

j i ij AB

= 3551,445 + 4607,694 + 4345,051 + 4416,267 + 3510,563 + 3205,938

= 23636,958

JKA = nh{(3)(1)}= (43,165)(23547,616 – 23527,085) = (43,165)(20,531)

= 886,221

JKB = nh{(4)(1)}= (43,165)(23532,849 – 23527,085) = (43,165)(5,764) = 248,803

JKAB = nh{(1)(5)(3)(4)}

= (43,165)(23527,085 +23636,958 – 23547,616 – 23532,849) = (43,165)(83,578) = 3607,644.

JKG = (2) = 63591,736

JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG = 886,221 + 248,803 + 3607,644 + 63591,736

= 68334,404 dkA = p-1 = 2-1 =1 dkB = q-1 = 3-1 =2

dkAB = (p-1)(q-1) = (2-1)(3-1) = (1)(2) = 2 dkG = N-pq = 235-(2)(3) = 237-6 = 229


(2)

dkT = N-1 = 235-1 = 234 221 , 886 1 221 , 886    dkA JKA RKA 402 , 124 2 803 , 248    dkB JKB RKB 822 , 1803 2 644 , 3607   dkAB JKAB RKAB

277,693

229 736 , 63591   dkG JKG RKG

3,191

693 , 277 221 , 886   RKG RKA Fa

0,448

693 , 277 402 , 124   RKG RKB Fb

0,006

693 , 277 822 , 1803    RKG RKAB Fab

Untuk Fa adalah DK = {F | F > F0,05; 1; 229}= {F | F > 3,84} Untuk Fb adalah DK = {F | F > F0,05; 2; 229}= {F | F > 3,00} Untuk Fab adalah DK = {F | F > F0,05; 2; 229}= {F | F > 3,00}

Tabel 5

Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan

Sumber JK dk RK Fobs Fα p

Pendekatan Pembelajaran (A)

886,221 1 886,221 3,191 3,84 > 0,05 Kemampuan

Awal (B)

248,803 2 124,402 0,448 3,00 > 0,05 Interaksi (AB) 3607,644 2 1803,822 0,006 3,00 > 0,05

Galat 63591,736 229 277,693 - -


(3)

-5. Keputusan uji :

HoA diterima; HoB diterima; HoAB diterima. 6. Kesimpulan :

a). Pedekatan pembelajaran tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

b). Aktivitas Belajar tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. c). Tidak ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dan aktivitas


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IX SMP KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008 2009

4 54 248

Eksperimentasi model pembelajaran kooperatif tipe stad pada pokok bahasan fungsi ditinjau dari motivasi belajar siswa kelas viii Smp negeri kota surakarta Tahun pelajaran 2008 2009

0 3 100

Eksperimentasi Pembelajaran Bangun Ruang Sisi Lengkung dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Ditinjau Dari Kemampuan Awal Peserta Didik Kelas IX SMP Negeri Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2008 2009

0 92 278

Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Numbered Heads Together (NHT) Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau dari Kecerdasan Interpersonal Siswa Kelas VIII SMP Negeri di Kota Madiun Tahun Ajaran 2013/2014.

0 0 3

Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Guided Note Taking (GNT) Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau Dari Kemampuan Penalaran Siswa Kelas VIII SMP Negeri di Kota Surakarta Tahun 2013/2014.

0 1 18

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN NUMBERED HEADS TOGETHER PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI DI KOTA MADIUN | Ayu Kurniawati | 6769 14393 1 SM

0 0 12

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN NUMBERED HEADS TOGETHER PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI DI KOTA MADIUN | Kurniawati | 5304 11529 1 SM

0 0 13

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL KOOPERATIF MODIFIED JIGSAW PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI TINGKAT PERCAYA DIRI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI SE-KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN PELAJARAN 2011 2012 | Pu

0 0 18

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP SE-KOTA KEDIRI | Yannuansa | 5917 12647 1 SM

0 0 12

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 10 SURAKARTA PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI KEAKTIFAN BELAJAR SISWA - UNS Institutional Repository

0 1 18