Jakarta_Undercover_1. 1023KB Mar 29 2010 05:00:39 AM
Sex n' t h e C i t y
Jakarta
Undercover
Liputan Tuntas Dunia Malam Jakarta. Dari Seks Bulan Madu Pajero Goyang, Melrose Place High Callgirls, Sex
Sandwich Sashimi Girls, Service Dobel-tripel VIP Sauna, Lulur Tripel X Salon-salon Eksekutif, Sex Drive-thru Rumah
Cinta XXX, Orgy Order Massage Ladies, Nude Ladies Nite VIP Casino, Sex-midnite Gadis-gadis Burespang,
(2)
Pengantar: Dede Oetomo, Ph. D.
Sex n ' t h e C i t y
Jakarta
Undercover
(3)
Emka, Moammar
Jakarta Undercover: Sex n' the City / Moammar Emka — cet. 1 — Jakarta: GagasMedia, 2005
xl + 488 h1m; 11 x 18 cm
ISBN 979-9341-62-0
1. Lifestyle I. Judul
790
• • •
Terimakasih untuk sahabat-sahabat terbaik: Aip Leurima, Chris Luhulima, Bebi Romeo, Bung Gege, Sonny Lalwani, Cornelia Agatha,
(4)
vi
Seks dan Seksualitas:
Buka-tutup Selubung
Oleh: Dede Oetomo, Phd
Pendiri dan Anggota Dewan Pembina yayasan GAYa NUSANTARA
dan
Ketua Bidang Peminatan Gender dan Seksualitas Program Magister llmu-ilmu Sosial FISIP Universitas Airlangga
P
e r b u a t a n s e k s , y a n g m e l i b a t k a n kenikmatan saraf-saraf di tubuh kita dan acapkali terlampau terpaku pada organ tubuh yang dipahami sebagai alat kelamin (penis dan vagina) tetapi sebetulnya dapat juga melibatkan organ lain seperti tangan, dada, sela paha, m u l u t dan dubur, d a n pemahamannya secara sosial-budaya yang(5)
dikenal dengan istilah seksualitas, pada hemat saya terlalu diistimewakan dalam m a s y a r a k a t kita. Bukankah sebetulnya banyak perbuatan kita (dan dapat nikmat) seperti makan; b u a n g air kecil m a u p u n besar, bersin, menggaruk dan lain sebagai-nya. Patut kita renungkan mengapa seks dan seksualitas begitu diistimewakan, sehingga d i s e l u b u n g i , d i i n t i p , d i k o m o d i f i k a s i , d i h a r a m k a n , b a h k a n ada yang d i k u t u k (seperti seks di antara saudara, orangtua dan anak, dsb.), namun juga oleh sebagian orang dianggap amat berharga, bahkan dirayakan. A n c a n g a n b e r p i k i r k o n s t r u k s i sosial menyadari bahwa penyelubungan, pela-r a n g a n dll. Itu d i s u s u n oleh s u a t u masyarakat, biasanya oleh mereka yang berkuasa di dalamnya, secara berbeda atau lain dengan apa yang didapati di masyarakat l a i n . D i Mesir p a d a z a m a n C l e o p a t r a misalnya, justru perkawinan antar saudara k a n d u n g m e n j a d i pola p a d a k e l u a r g a kerajaan, supaya tuah kerajaan (artinya juga harta dan kekuasaan) tetap di dalam dinasti y a n g b e r k u a s a . Di b a n y a k m a s y a r a k a t N u s a n t a r a , p e r k a w i n a n antara s e p u p u
sering terjadi. Sementara masyarakat yang d i d a s a r i p e m i k i r a n genetika m o d e r n cenderung menabukannya. Penetrasi anal terhadap anak laki-laki oleh laki-laki dewasa sebaya ayah mereka (tetapi bukan ayahnya sendiri) pernah menjadi ritus akil-balig bagi anak laki-laki di beberapa kelompok etnik di Melanesia, seperti pernah dicatat pada s u k u Asmat sebelum m a s u k n y a agama Kristen Katolik.
Dalam sejarah masyarakat di Nusantara pernah ada penulisan dan pencitraan yang l u g a s d a n terbuka m e n g e n a i seks d a n seksualitas. Serat Centhini dan banyak lagi naskah Jawa semasa dari abad ke-18 dan 19, misalnya, dengan ceria dan berseni meng-gambarkan dua orang santri yang sesudah m e l a k u k a n h u b u n g a n seks oral, m a n d i junub dan kemudian sholat subuh bersama. Tidak ada rasa bersalah, tidak ada yang istimewa, dan hebatnya, adegan itu diung-kapkan dalam puisi yang bermutu tinggi. Di candi-candi peninggalan kerajaan-kerajaan Hindu di Nusantara juga ditemui lingga dan yoni yang merupakan representasi penis d a n vagina. Dan sebetulnya kalau kita
(6)
umumnya di kalangan kelas pekerja, masih banyak ekspresi seks dan seksualitas yang lugas dan cenderung merayakannya, seperti ukiran kayu atau kulit kerang berbentuk penis berbagai u k u r a n yang dibuat dan dijual di banyak tempat.
Dengan semangat perayaan seks d a n s e k s u a l i t a s i t u l a h kita s a m b u t b u k u M o a m m a r Emka yang m e n g u n g k a p k a n berbagai aspek seks dan seksualitas di Jakarta. Menarik sekali latar belakang dia yang santri dari Jetak, Montong, Tuban, lalu melanjut-k a n melanjut-ke M a d r a s a h Aliyah di Denanyar, Jombang, dan kemudian ke IAIN di Jakarta. Saya a m a t t e r g o d a u n t u k melihat d u a benang merah:
Yang pertama, pengalaman saya sebagai aktivis di bidang seksualitas yang juga berasal dari Jawa Timur d a n bekerja di Surabaya, membuat saya berkesimpulan b a h w a m a s y a r a k a t Jawa Timur p a d a u m u m n y a cenderung toleran dan mene-rima keanekaragaman seksualitas. Hanya di Surabaya ada tempat ngeber (mangkal) w a r i a y a n g ada p e r a t u r a n d a e r a h d a r i
show yang dapat bertahan sejak tahun 1978 hingga kini. Belum lagi fenomena warok, warokan dan gemblakan di sekitar kesenian reyog P o n o r o g o , yang melibatkan per-p a d u a n hubungan eroto-romantik antara laki-laki dewasa dan anak laki-laki dengan hubungan heteroseks di dalam pernikahan ( y a n g d a p a t p o l i g a m ) d a n p e r c i n t a a n heteroseks non-nikah. Mungkin akar Jawa Timur Moammar Emka-lah yang membuat dia d a p a t menulis t e n t a n g seksualitas, b a h k a n t e r k es a n m e r a y a k a n n y a , t a n p a terlampau menghakiminya sebagai salah atau benar.
Yang kedua, pengalaman saya berkontrak dan bekerjasama dengan masyarakat santri di Jawa Timur, khususnya yang berlatar b e l a k a n g N a h d l a t u l Ulama (NU), juga m e m b u a t saya b e r k e s i m p u l a n b a h w a masyarakat santri NU sangat kaya d a n bernuansa pemahamannya tentang keaneka-ragaman seksualitas. Walaupun saya tidak pernah kenal Moammar Emka, dugaan saya latar b e l a k a n g k e s a n t r i a n n y a l a h y a n g memungkinkan dia justru dengan
(7)
nya menggambarkan berbagai fenomena
seksual yang ada di Jakarta.
Satu kata peringatan saja, dan maafkan
kalau kesannya menggurui: kita patut
berhati-hati untuk tidak melihat bahwa
hanya seks dan seksualitas yang "aneh-aneh"
saja yang patut diperhatikan, dan bahwa
yang "aneh-aneh" itu terjadi di luar
ling-kungan kita. Janganlah kita membaca buku
ini dengan semangat pengintip, melainkan
dengan semangat mawas diri, bahwa kita
pun adalah (calon) makhluk seksual, dan
selama seks (idealnya) dilakukan dalam
relasi kuasa yang setara dan demokratik,
adalah hak kita untuk merayakannya
seorang, dua orang ataupun beramai-ramai.
Selamat membaca dengan asyik!
Surabaya, 17 Oktober 2002
Prakata Penulis
B
uku yang sudah saya persiapkan selama
hampir enam tahun menekuni dunia
jurnalistik, akhirnya selesai juga. Tentu
semua ini membutuhkan perjuangan
pan-jang. Tidak saja dalam arti finansial, tapi juga
tenaga, pikiran, dan waktu.
Pada awalnya, tak pernah terlintas di
benak saya akan menemukan sebuah
gambaran kehidupan metropolis Jakarta
yang begitu kompleks. Terutama yang
berkaitan dengan gebyar kehidupan
malam-nya dan gaya hidup sejumlah orang
ter-kungkung dalam dunia rare
society
—istilah
yang sering saya gunakan di media cetak
untuk mengidentifikasikan sekelompok
orang yang terbiasa hidup dengan budaya
kafe atau pesta yang setia dengan
spending-time plus spending money
untuk mencari satu
bentuk kepuasan pribadi atau mencoba
(8)
aktivitas rutin sehari-hari.
K e h i d u p a n m e t r o p o l i s Jakarta bisa diibaratkan sebagai sebuah medan magnet yang setiap saat bisa menggaet 'siapapun' masuk ke dalamnya bahkan menjerumuskan dalam satu kehidupan semu dan samar. A n e k a w a r n a k e s e n a n g a n h i d u p bisa d i t e m u k a n d i m a n a - m a n a , s e p e r t i d i sejumlah tempat hiburan plus yang tersebar h a m p i r d i tiap s u d u t kota, d a r i y a n g bertarget market untuk kalangan bawah, menengah sampai jet set. Kalau tidak begitu, banyak orang yang pada dasarnya memang p u n y a k e b i a s a a n d a n d e n g a n sengaja menciptakan kesenangan untuk memuas-kan diri sendiri seperti menggelar sejumlah
private party yang ujung-ujungnya memang tidak jauh dari sesuatu yang bernama seks! Beberapa topik tulisan dalam buku ini, sebenarnya merupakan bagian dari inves-tigasi report —atau lebih tepatnya 'peng-a m 'peng-a t 'peng-a n m e n d 'peng-a l 'peng-a m ' , y'peng-ang s'peng-ay'peng-a l'peng-akuk'peng-an selama menggeluti dunia jurnalistik dengan fokus peliputan nite-entertainment dan sex industry. Selama kurang lebih enam tahun, saya m e l a k u k a n p e r j a l a n a n p a n j a n g ,
xiv
h i d u p masyarakat metropolis, terutama mereka yang doyan menghamburkan uang untuk mencari kepuasan dan kenikmatan pribadi. Tidak saja larut dari satu tempat hiburan seperti kafe, diskotik, klub, karaoke ke tempat hiburan lain, tapi juga sengaja membuat satu bentuk kesenangan untuk memuaskan diri sendiri.
Demikian juga, beberapa tulisan dalam buku ini merupakan kompilasi-hasil jerih payah saya selama satu setengah t a h u n ketika bekerja di harian BERITA YUDHA — yang saat itu menjadi Koran Metro dan satu s e t e n g a h t a h u n b e r k a r y a d i majalah PROSPEK, pada segmen Escapade —yang sekarang menjadi PROSPEKTIF. Beberapa artikel lain yang saya tulis di Tabloid Harian Suaka METRO juga ikut menjadi sebagian isi buku ini.
Selain di BERITA YUDHA, PROSPEK, dan Suaka METRO, beberapa tulisan lainnya pernah dimuat di majalah POPULAR — tempat saya bekerja selama h a m p i r tiga tahun dengan fokus peliputan pada rubrik L i p u t a n M a l a m , L i p u t a n K h u s u s d a n
Highlite yang memang menjadi cermin dan
(9)
gambaran gaya hidup malam metropolis Jakarta.
Sementara beberapa tulisan lainnya — walau tak banyak, pernah mengisi lembaran majalah MATRA ketika saya menjadi kontributor freelance untuk liputan dengan fokus tertentu, terutama yang berhubungan dengan kehidupan malam. Sisanya memang sengaja saya simpan dan persiapkan untuk buku ini. Tentu saja, belum pernah dimuat di media manapun.
Hanya saja, ada beberapa pengecualian. A p a yang tersaji dalam b u k u ini, jelas berbeda dengan apa yang terpampang di media cetak. Berbeda bukan dalam main story, tapi lebih pada kelengkapan data, detail story dan tentu saja sisi-sisi lain yang karena alasan tertentu tak mungkin dipublikasikan untuk media yang notabene punya standar dan kode etik tersendiri.
N a m u n yang pasti, ditilik dari sisi ide cerita, sedikit banyak m e m a n g ada per-s a m a a n n y a . H a n y a per-saja, per-saya m e per-s t i m e l a k u k a n investigasi u l a n g u n t u k m e n a m b a h k a n fakta-fakta baru sejalan d e n g a n trend yang tengah b e r k e m b a n g . Maklum, trend yang berkembang di dunia
malam, cepat sekali berubah. Sebuah panti
plus misalnya, setiap saat bisa bertambah
'massage girls'-nya dalam h i t u n g a n hari bahkan jam. Belum lagi pengunjung, tarif dan pernak-pernik yang terjadi.
Sekitar 24 judul tulisan yang tersaji dalam buku ini, hampir serhua temanya mengarah pada kehidupan yang melibatkan subyek maupun obyek. Titik beratnya pada perilaku k e h i d u p a n trend masyarakat metropolis dengan frame besar: sex & the city —memin-jam istilah salah satu sitcom populer yang dilansir jaringan tv internasional.
Barangkali —tanpa m a k s u d m e n c a r i b u k t i p e m b e n a r a n , yang p a t u t di g ar i s -bawahi, apa yang tersaji dalam b u k u ini, bukan sebuah cerita fiksi atau hasil nguping dari mulut ke mulut. Tapi lebih jauh dari itu, semua adalah hasil investigasi mendalam yang sifatnya partisipatif. Jadi, saya memang melibatkan diri secara langsung, bukan hasil wawancara sepihak dengan nara sumber, o r a n g k e d u a , ketiga, d a n s e t e r u s n y a . Kalaupun ada, hampir kebanyakan, orang k e d u a a t a u ketiga t e r s e b u t s t a t u s n y a menjadi t e m a n seperjalanan a t a u n a r a
(10)
dan obyek sasaran.
Jujur saya akui, informasi yang saya dapatkan lebih banyak datang dari sejumlah
esmud g a u l —istilah y a n g s e r i n g saya gunakan dalam setiap tulisan, yang menjadi k a w a n - k a w a n seperjalanan. Biasanya, informasi datang ketika kami sama-sama mampir ke kafe-kafe trendsetter pada Rabu Gaul d a n hari-hari weekend. Kalau tidak begitu, sekedar ngopi di kafe mal sambil bertukar cerita-cerita seru khas lelaki. Ya, apalagi kalau bukan obrolan seputar seks dalam arti seluas-luasnya.
Dari ajang p e r g a u l a n i t u l a h , s e m u a informasi saya serap untuk kemudian saya mencari-cari bukti p e m b e n a r a n d e n g a n melakukan reportase mendalam. Tentu saja, selama melakukan investigasi seringkali saya melepaskan atribut kewartawanan dan lebih sering berada dalam penyamaran. Bukan a p a - a p a , semua masalah yang menjadi obyek investigasi saya, tergolong tertutup dan bagi sebagian orang dianggap sesuatu yang 'di luar' batas kewajaran.
Makanya, saya m e n g g u n a k a n istilah
'under cover' untuk sekedar memberi satu
peristiwa dan kejadian yang terdapat dalam buku ini hampir semua serba terselubung,
tersembunyi d a n tak semua orang bisa melakukannya. Di sisi lain, istilah tersebut juga untuk memberi satu gambaran seder-h a n a , m a y o r i t a s peristiwa yang terjadi memang di luar batas kelaziman, di mata s e b a g i a n o r a n g y a n g tak p e r n a h m e n -ceburinya.
Akhirnya, b u k u ini bagi saya b u k a n semacam sex guide tour. Tidak sama sekali! Karena apa yang tersaji dalam setiap judul, sebisa mungkin menghindari unsur pem-beritaan yang b e r b a u pornografi. Pad a prinsipnya, buku ini hanya untuk menun-jukkan realitas k e h i d u p a n Jakarta yang sebenarnya. Dalam hal ini, realitas kehi-dupan malamnya. Kalau kata banyak orang, apa saja ada di Jakarta, maka salah satunya adalah serentetan peristiwa dan kejadian eksklusif yang tersaji dalam buku ini.
Beberapa teman saya sering berseloroh: Jakarta memang edan, Jakarta telah menjadi negeri tanpa dosa, Jakarta telah menjadi m e d a n ke'semu'an. Benarkah? Mungkin
(11)
Anda bisa menjawabnya atau mencari-cari
jawabannya!
Sebelum saya menyudahi prakata ini,
sudah sepatutnya saya mengucapkan terima
kasih kepada beberapa pihak yang turut
serta memberikan sumbangsih sehingga
buku
Jakarta Under Cover <sex n' the city>
ini bisa rampung.
Ucapan terima kasih, pertama-tama saya
sampaikan pada Heriyadi H Sobiran,
"sesepuh" majalah Popular yang dengan
tulus memberikan dukungan dan
'exit
permit'
sehingga beberapa artikel yang
pernah saya tulis untuk majalah yang punya
tagline 'entertainment for men'
tersebut bisa
saya tulis ulang —tentu saja dengan
'menambal sulam' di sana-sini dan menjadi
sebagian besar isi buku ini.
Terima kasih dengan kadar serupa juga
saya sampaikan kepada Mujimanto
Asmotaruno, "lurah"nya Majalah Male
Emporium —atau lebih sering disebut ME
saja, yang banyak menularkan ilmu cara
menulis yang baik, menarik dan enak dibaca.
Saya selalu ingat bagaimana Pak Muji —
begitu saya biasa memanggilnya, ketika
masih meng'komandani' Majalah Popular
sekitar tahun 1997-2000, tak segan-segan
'membantai' tiap artikel yang saya tulis
untuk jadi liputan terbaik.
Juga kepada Mas Baswardono, "guru"
yang pertama kali mengajarkan banyak hal
tentang dunia tulis menulis ketika kami
bekerja 'satu atap' di harian Berita Yudha
dan Majalah Prospek. Rasa-rasanya, setiap
artikel yang saya tulis jadi lebih indah ketika
Mas Bas mengeditnya.
Matur nuwun sanget
dan selamat atas buku "Selingkuh"nya.
Kepada Mas Dadi Darmadi, saya juga
sampaikan terima kasih. "Orang lain" yang
sudah saya anggap seperti abang sendiri,
yang banyak memberikan motivasi dan
'arahan hidup' ketika pertama kali saya
menginjak bangku kuliah. Kapan buku
tentang Studi Agama-Agama Di Dunia
diterbitkan, Mas? Saya tunggu lho!
Terakhir, terima kasih untuk Ita
Sembiring yang rela jadi 'jembatan' hingga
buku ini bisa terbit. Juga kepada Dede
Oetomo yang bersedia memberikan kata
pengantar yang begitu
"wise"
dan Tommy
F. Awuy yang disela-sela kesibukannya
menyisakan sedikit waktu untuk menulis
'epilog' yang sarat nuansa filosofi.
(12)
Galang Press,
thanks
banget ya, buku yang
sudah lama saya impi-impikan akhirnya bisa
terbit. Juga buat
"my brur",
Rizal Mantovani
—yang selalu membukakan pintu
lebar-lebar untuk berdiskusi tentang banyak hal
dan Anak-anak Menteng (Dodi, Miko, Yudi,
Lisa, Didit, Mas Eko, Susi, Erwin, Lita,
Melly, April, Trie, Wisnu, Mori, Satria, Ucok,
Jimmy, Dolop dll) —yang hampir setiap hari
selalu menjadi teman baik untuk berbagi
canda dan cerita. Pokoknya,
lo
semua
memang
"the best".
XXII
Semua nama, tokoh, dan tempat yang terdapat dalam buku ini, banyak yang disamarkan. Apabila ada penyebutan nama, tokoh dan tempat dalam arti sebenarnya, semata-mata hanya demi kepentingan penulis semata, tanpa
adanya maksud dan tujuan untuk mencemarkan.
(13)
PENDAHULUAN
Sex Life lelaki:
From Hooker To Whore To 1
nite Stand (?)
M
endung sedang bergayut di langit
Jakarta. Di kafe Alessandro Nannini,
Plaza Senayan, sekitar jam lima sore, kami
berdebat seru ihwal kehidupan seks laki-laki.
Kami duduk berlima sambil menikmati
hangatnya secangkir
cappuccino.
Tiga orang
pria dan dua orang wanita. Yang pertama
Leo, kemudian Johan, Lusi, Gita dan saya
sendiri.
Leo, 34 tahun, teman saya yang bekerja
sebagai
product manager
di sebuah
per-usahaan
handphone
terkenal, sependapat
dengan Johan,
art director
sebuah
perusa-haan
advertising,
kalau hampir kebanyakan
(14)
pernah berhubungan dengan wanita lain,
one nite standi Lucunya, Lusi, yang sehari-h a r i bekerja d i s a t u r u m a sehari-h p r o d u k s i ternama, balik menimpali, tidak hanya laki-laki yang doyan one nite stand, banyak juga kaum wanita yang menganut paham sex just for fun.
Jangan heran, kalau di sebuah kafe, pub atau diskotik, usai tamu pria-wanita bertemu di bar, lantas m i n u m bersama, ajojing di lantai disko d a n s e s u d a h n y a , berlanjut menjadi kencan semalam. Ada yang semata-mata just for fun, azas kebutuhan, atau yang p e n t i n g happy, ada juga yang melewati tahapan transaksi layaknya penjual d a n pembeli. Bagi komunitas kafe, budaya seperti itu sudah bukan rahasia lagi, bahkan menjadi perilaku yang sangat biasa.
Budaya pop dan kehidupan metropolis lengkap dengan tetek bengek pengaruhnya, telah melahirkan iklim seksual yang makin hari makin menggila. Jangan kaget, kalau kini banyak wanita lajang yang menganggap
one nite stand sebagai satu hal yang tidak a n e h l a g i , m a l a h biasa, d a n ada y a n g
xxvi
hari.
Meski kini seperti tak ada jarak perilaku seks antara pria dan wanita, tapi kalau diamati selalu ada perbedaan sikap dalam
casual sex-nya. Secara historis laki-laki merasa lebih bisa menikmati tahapan seks demi seks itu sendiri. Sikap itu memang tidak selalu bisa dipahami, tapi paling tidak bisa diterima. Seks anonim —baik dalam bentuk pertunjukan seks atau seks prostitusi, d i a n g g a p menjadi part of life laki-laki. Makanya, tak heran kalau laki-laki tak jauh dari hooker, whore atau wanita pekerja seks profesional u n t u k ber-one nite stand, di manapun dan kapanpun.
Wanita tampaknya juga menerima kalau seks anonim merupakan kepentingan dan minat laki-laki. Hanya saja, mereka tetap tak habis mengerti di mana letak daya tarik seks anonim tersebut.
Dalam obrolan kami di Nannini tadi, Lusi tak h e n t i - h e n t i n y a m e n g h u j a n i J o h a n dengan pertanyaan karena punya kebiasaan 'jajan' ke sebuah panti pijat plus di kawasan
(15)
Hayam Wuruk, paling tidak seminggu
sekali.
"Kamu kenal gak nama aslinya? Apa
sebelum 'begituan' kamu ngobrol dulu? Apa
enaknya langsung tancap gas saja tanpa
basa-basi? Setelah selesai, apa enaknya kamu
membuka dompet dan membayarnya? Kok
bisa ya kamu 'main' dengan orang yang tak
kamu kenal."
Pada kesempatan lain, Johan pernah
meminta saya mengantarnya ke sebuah
karaoke yang punya paket
striptease live
show.
Dan untuk itu, ia mesti membayar
Rp350 ribu hanya untuk nonton saja selama
kurang lebih 30 menit. Lain tidak, karena
selebihnya lebih merupakan 'basa-basi' ala
penari stripstis profesional. Lalu, ketika
ditanya apakah itu harga
privelese
selama 30
menit? Johan hanya tersenyum mengiyakan.
Tapi, ketika ditanya balik apa yang
sebenar-nya ia dapat dari seks sesaat itu, Johan hasebenar-nya
diam membisu.
"Nggak tahu," jawabnya polos.
Sebenarnya, kepuasan apa yang
diper-oleh lelaki dari seks impersonal seperti itu?
Bisakah seks mekanis yang cuma 30 menit
dengan hanya memelototi penari
meliuk-liuk tanpa busana itu dihargai? Sesuaikah
harga yang mesti dibayarkan dengan nilai
seks semalam?
Itulah
sex life
lelaki yang memang penuh
tanda tanya. Apakah perilaku seks yang biasa
disebut seks anonim seperti itu memang ada
nilainya, jika dibanding dengan seks yang
sifatnya amat personal, entah dengan istri,
teman selingkuh atau pacar. Mengapa lelaki
mau mengeluarkan kocek dari sakunya —
seringkali dalam jumlah besar, waktu dan
kejujuran untuk sebuah kenikmatan
sependek itu? Dan benarkah itu 'nikmat'?
Lagi-lagi kami kaum lelaki yang sore itu
masih asyik duduk sambil menikmati gelas
kopi ketiga, hanya geleng-geleng kepala.
"Tidak tahu," Johan dan Leo hampir
menjawab bersamaan. Mungkin, jutaan
lelaki lainnya yang
notabene
penggemar
hooker, whore
—atau apapun namanya, dan
one nite stand
atau seks anonim dalam bentuk
apapun —karena ragamnya memang
seabrek, akan menjawab sama.
Yang jelas, setiap malam, ribuan lelaki
berkeliaran di tempat-tempat yang
menye-diakan jasa layanan cinta kilat. Entah di
Mangga Besar, Kota Dolly, Sunan Kuning,
(16)
lainnya, prostitusi sangat bergantung pada
supply dan demand. Bedanya dengan industri lain, prostitusi tak kenal resesi, musim dan w a k t u . M a k h l u k m a n a y a n g tak m e m -butuhkan seks? Semua butuh dari waktu ke waktu.
M
engapa prostitusi? P e r t a n y a a n selanjutnya adalah mengapa lelaki suka menyewa kamar di hotel 1-2 jam, one short time saja —yang tentu saja sangat menguntungkan bagi pebisnis hotel jam-jaman yang hampir tersebar di tiap sudut kota besar seperti Jakarta? Mengapa tak bosan-bosannya lelaki pergi melancong ke Mangga Besar, Kota, dan tempat-tempat pelesir malam dengan lady escort-nya yang seksi-seksi? Mengapa mereka bermain-main d e n g a n para hookers? Mengapa ada kuepastry di rumah, tapi masih juga mencicipi jajanan pasar? Jawabannya: karena pros-titusi adalah rites of passage bagi lelaki. Prostitusi itu adalah ritus pendewasaan.
X X X
modern seperti sekarang, hanya sedikit lelaki yang menjalani ritus seperti itu, kecuali barangkali pria Yahudi dengan bar
mitzyah-nya. Karenanya, mereka pelan-pelan men-ciptakan beragam 'ritual' dalam bentuk lain. Ritual yang ujungnya bermuara pada satu tahapan untuk dikenal, diakui dan diterima sebagai lelaki. Salah satu ritual tersebut adalah 'jajan', berhubungan dengan wanita pekerja seks, one nite stand.
Irma Kurtz, dalam bukunya Malespeak
menggambarkan bagaimana dan mengapa transisi fisik lelaki, dari remaja menjadi d e w a s a , tidak setraumatik p e r e m p u a n . Suara yang menjadi lebih berat, tumbuhnya segala b u l u , d a n b a h k a n m i m p i b a s a h pertama. Semuanya merupakan pengalaman yang menyenangkan, tapi juga menegang-kan.
Banyak lelaki, boleh jadi sedikit cemas dan gelisah dengan pengalaman seksual per-tamanya. Perasaan takut tiba-tiba hinggap di kepala. Dag dig d u g . N a m u n begitu pengalaman pertama itu bisa gol dengan ' s u k s e s ' , m e l e d a k k e r a s s e p e r t i b u n y i petasan, maka ia melihatnya sebagai suatu
(17)
kemenangan. Bahwa pada titik itu, ia telah
berhasil mencapai sesuatu yang besar.
Bandingkan misalnya dengan
perkem-bangan wanita menuju kematangan. Darah
pertama menstruasi disertai rasa sakit dan
ketidaknyamanan. Robeknya keperawanan
lebih sering disertai perasaan sedih —
bahkan tak jarang menangis, karena
dianggap kehilangan sesuatu, kehilangan
mahkota berharga, alih-alih gemilang
dengan tawa bahagia karena mencapai
sukses. Lalu hamil, melahirkan dan akhirnya
menopause
yang juga berselimutkan rasa
sakit. Semuanya ditandai dengan perubahan
fisik yang amat nyata. Proses pematangan
ini amat emosional dan secara psikologis
betul-betul mengubah diri perempuan.
Sebaliknya, proses pematangan lelaki nyaris
kurang emosional bahkan cenderung
sensasional.
Makanya, ego lelaki terdorong untuk
menciptakan cara-cara yang memungkinkan
mereka bersama-sama saling menegaskan
dan menunjukkan kalau proses pematangan
mereka normal. Ada titik temu untuk
mengklaim bahwa dirinya tidak sendirian,
dan tidak menyimpang.
Yang terjadi kemudian, mudah ditebak.
Salah satu proses menuju kematangan itu
adalah melancong ke prostitusi, 'jajan'
dengan wanita-wanita pekerja seksual. Di
jaman sekarang, banyak remaja, walau
belum jadi pacar —bahkan masih di bawah
umur, paling tidak sudah pernah sekali
'begituan' dengan
whore
atau
hookers.
Ya itu
tadi, semua untuk justifikasi kepada
kaumnya —dan tentu saja dirinya sendiri,
bahwa ia laki-laki jantan,
the real man.
Bayangkan kalau ia tidak bisa membuktikan
ke'jantanan'nya, ia akan dikucilkan dan jadi
bahan olok-olokan oleh kaumnya sendiri.
Lelaki di dalam publik, terdorong untuk
menyesuaikan diri, untuk mengikuti
kelompoknya. Dorongan konformitas itu
sesungguhnya jauh lebih besar daripada
wanita. Pria suka sekali bergerombol seperti
domba: nonton sepakbola, makan siang di
kafe, dan tentu saja 'jajan' bareng. Dan
konformitas itu, lebih sedikit dalam diri
wanita. Paling-paling mereka arisan atau
memasak bersama. Kalaupun ada sejumlah
(18)
dengan menggelar arisan seks dengan piala
laki-laki. Tapi, jumlahnya bisa dihitung dengan
jari dan itupun ritmenya tak menentu.
Lelaki dengan segala egonya,
berlomba-lomba untuk mencapai supremasi, kalau
perlu dengan menyikut teman sendiri.
Terus menerus berkompetisi untuk
menun-jukkan posisi dan jati diri ke'laki-lakian'nya.
Meskipun menikmati suguhan cinta dari
gadis-gadis 'sashimi' di VIP karaoke, 'jajan'
bareng di Mangga Besar, tapi si Apasti akan
bilang 'lawan main'nya sampai
berteriak-teriak minta ampun dan si C mengaku
hooker-nya
tak mau 'main' lagi dengannya
karena kapok.
ooo
S
iklus, variasi.
Unik memang,
sex life
lelaki. Sebulan sekali, wanita bergairah
atau lesu, sebelum dan sesudah menstruasi.
Kalau pria, seminggu sekali mesti
menum-pahkan hasrat kelelaki-lakiannya. Siklus
hormonal ini, ternyata tidak saja menempel
pada diri wanita, tapi juga lelaki.
Rasanya plong dan beda," ujar Leo, ketika
pada satu kesempatan saya dan Johan
minum-minum di kafe Zanzibar, Blok M.
Sambil menyeruput segelas Illusion —
sejenis minuman
cocktail
beralkohol yang
populer di sejumlah kafe di Jakarta, ia
mengaku pergi kencan dengan teman
kencan profesional ketika gairahnya sedang
di ubun-ubun.
Hanya sebatas memenuhi implus
hor-monal? "Tidak dong. Segala
burn out
di
kepala lenyap seketika," candanya.
Buru-buru, ia menambahkan, "Yang
penting, saya suka variasi."
Gadis-gadis pekerja seks profesional itu,
menurut pengalamannya,
mau
diminta
melakukan apa saja, tanpa terkecuali. Dan
itu, yang membuatnya bisa melakukan
ragam variasi. Kemudian, ia mulai bercerita
panjang lebar soal segala variasi yang pernah
dilakukannya. Dongengnya membuat acara
minum-minum kami makin asyik dan lupa
waktu.
Salah satunya tentang gadis-gadis
'sashimi' yang rela membiarkan tubuhnya
yang tanpa sehelai benangpun dipenuhi
(19)
daging sushi khas Jepang untuk kemudian
disantap tanpa ampun.
"You
belum pernah mencoba kan? Yang
satu ini, ya... cukup luar biasa," ledek Leo
dengan mimik penuh kemenangan.
Atau tentang wanita pekerja seks
profesional yang mampu memberikan
layanan 'menu dada super' dengan
menari-narikan tubuhnya di atas tubuh lawan
mainnya, dengan penuh busa beralaskan
kasur istimewa, anti air. Dan tak kalah
serunya, ceritanya tentang
'orgy service'
yang
diberikan gadis-gadis
lady escort
di sebuah
rumah cinta, di kawasan Pondok Indah atau
ihwal bule-bule impor asal Uzbekistan dan
Rusia yang menyediakan jasa kencan tiga
jam di ruang karaoke kelas elit.
Kenapa tidak dengan istri saja?
"Ah, mana mungkin ia mau. Tahu
sendirilah, istri maunya cuma yang
konvensional, kuno, nggak ada seninya,
ha...ha...," tukasnya, tegas. Bahkan,
menurutnya, bisa-bisa istrinya ketakutan
melihat variasi yang ia inginkan. Lalu, Johan
iseng menimpali, "Memang kau pernah
menanyakannya langsung?" Dan ternyata,
jawabannya belum.
"Wah, itu kesempatan besar. Siapa tahu
ia lebih suka variasi daripada kau. Dan salah
satu variasinya, dengan lelaki seperti aku ini,
ha...ha...." Kami tertawa bersama dan
samar-samar mendengar Leo sedikit
meng-umpat.
"Sial bener. Untung di lo, rugi di gua!"
sahut Leo dengan ekspresi wajah sedikit
memerah. Ah, dasar laki-laki! []
(20)
Oleh Dede Oetomo, Ph.D. | vii
Prakata Penulis | xiii
Pendahuluan SEX LIFE LELAKI:
From Hooker to Whore to 1 Nite Stand | xxv
Daftar isi
1. Nudies Party Bawah Tanah | 1 2. Service Dobel-tripel Vip Sauna | 21 3. Seks Bulan Madu Pajero Goyang | 37 4. Arabian Nite Bachelor Party | 57 5. Chicken Nite Private Party | 73 6. Ladies Escort "No Hand Service" | 93 7. Sex Sandwich Sashimi Girls | 109 8. "Meeting Date" Club-lovers 99 | 133 9. "Sex Drive Thru" Rumah Cinta 20X | 151
10. Roadshow Charlie Wanita2 Jet Set | 171
11. "Melrose Place" High Callgirls | 187 12. Order Orgy Rumah Cinta XXX | 207 13. Judi, Wanita & Seks Lintas Jakarta | 221 14. Blue Nite Cowboy Striper | 243
15. Until Drop Party Super Madame | 261 16. Seks Midnite Gadis2 Burespang | 283 17. "Tukar Kelamin" Party Of The Year | 301 18. Lulur Tripel X Salon-salon Eksekutif | 319
(21)
19. Bisnis 'Kolam Susu' GM Super | 343
20. Sex-game Gadis-gadis Gaul | 361
21. Shopping Date Cewek2 Highclass | 377
22. Weekend Party Janda-janda Tajir | 401
23. Nude Ladies Nite VIP Casino | 425
24. Kencan Bule-bule Impor
[Dari Striptis,
No Hand Service Sampai 1 Nite Stand]
| 447
Epilog
Oleh Tommy F. Awuy | 475
Tentang Penulis | 485
1
Nudies Party
Bawah Tanah
Sebuah pesta nudies berlangsung di bawah
tanah. Pesertanya lebih dari 150 orang
tanpa busana. Gadis-gadis cantik bergaul
bebas dengan pria dalam basement yang
disulap menjadi seperti sebuah klub malatn
kelas atas.
B
oleh percaya, boleh tidak!
Rasanya, hanya satu kata itu yang bisa
keluar dari bibir ketika kali pertama saya
mendengar hadirnya sebuah pesta
telanjang di Jakarta. Cerita gila macam apa
lagi ini. Mungkinkah imbas modernisasi
telah begitu dalam memporak-porandakan
budaya dan norma ketimuran? Rasa tak
percaya menggelayut berat di benak saya.
Mungkinkah wajah Jakarta telah berubah
menjadi Las Vegas?
Tapi apa mau dikata. Informasi pertama
soal pesta telanjang yang berlangsung di
(22)
b a w a h tanah itu saya dapatkan dari se-orang aktor ganteng terkenal ibu kota. Sebut saja SLA, 27 tahun, yang pernah digosipkan menjadi pacar artis top paling seksi Ibukota. Menurut penuturannya, pesta itu memang di luar batas kelaziman.
"Gila, seru tapi serem juga lho. Kita bisa apa saja, mau jadi kayak raja dengan para haremnya, atau mau jadi 'playboy' semalam suntuk," ucapnya, serius. Antara percaya dan tidak, saya terus saja melacak kebe-naran kabar gila itu.
Kabarnya, pesta itu berlangsung ter-t u ter-t u p d a n ter-t e r b a ter-t a s h a n y a u n ter-t u k p a r a
member, t e n t u saja dari k a l a n g a n yang berduit. Yang menarik, pestanya berlang-sung kontinyu, berdasarkan tanggal yang disepakati. Selama kurang lebih satu bulan, saya merambah kawasan Pluit. Berdasar-kan informasi yang saya terima, di kawasan yang banyak terdapat perumahan mewah i t u l a h t e m p a t pesta telanjang sering digelar.
Berbagai tempat hiburan yang tersebar di kawasan itu, saya amati satu per satu. Dari p u s a t perjudian, bar diskotik, k a r a o k e sampai panti pijat. Seminggu saya
mondar-2 | Sex & City; Jakarta Under Cover
m a n d i r d i k a w a s a n u t a r a J a k a r t a itu, namun peta tempat pesta telanjang bawah tanah itu tetap misterius dan masih dalam tanda tanya besar.
Sampai suatu ketika, saya menghadiri s e b u a h acara fashion show a k b a r y a n g digelar di sebuah hotel berbintang lima di J a k a r t a . Saya b e r t e m u s e o r a n g k a w a n warga ketu-runan yang mempunyai sebuah pabrik kabel di kawasan Tangerang. Sebut saja Alex, 31 tahun. Pergaulan Alex yang luas, membuat ia memiliki banyak teman dari berbagai kalangan. Ia sering hadir pada acara-acara yang m e l i b a t k a n k a l a n g a n selebritis. Maklum, istri Alex juga punya sebuah butik standar internasional yang pembelinya banyak dari kalangan artis dan kalangan berduit.
Alex yang saya kenal tipikal orang yang c u k u p akrab d a n enak diajak bicara. Ia banyak bercerita seputar pengalamannya soal tempat-tempat hiburan seks yang ada di Jakarta, terutama yang berstandar kelas atas. Ternyata, Alex pun pernah terlibat se-kali dalam pesta telanjang bawah tanah itu.
"Kalau mencari sendiri, susah ketemu-nya. Itu hanya untuk members. Kalau nggak
(23)
M o a m m a r Emlca
begitu, mesti ada yang menjamin dari pihak anggota," ujarnya.
Dari pertemuan itu, saya mulai men-dapatkan titik terang. Menurutnya, Alex b u k a n l a h a n g g o t a . Ia diajak s e o r a n g temannya yang menjadi salah satu pemilik diskotek kelas atas di wilayah Jakarta Utara. "Saya pernah ke sana. Diajak seorang t e m a n y a n g menjadi salah satu owner
diskotek kelas atas di Jakarta," tukasnya. Ketika saya mengutarakan keingintahuan saya ihwal pesta telanjang itu, Alex dengan senang hati akan membantu. Kebetulan, menurut kabar temannya, pesta itu dalam minggu-minggu ini memang akan digelar. Saya p u n m e m b u a t janji u n t u k j a l a n bareng.
U
nderground Party. Jum'at, pukul 18.00 WIB. Langit senja Jakarta beranjak malam. Saya janji bertemu dengan Alex di s e b u a h r e s t o r a n J e p a n g d i k a w a s a n Kebayoran Baru. Saya datang pukul 18.15 WIB. Seperempat jam kemudian datang bersama seorang pria b e r b a d a n sedikit gemuk dengan dandanan rapi dan klimis.N u d i e s P a r t y B a w a h T a n a h
"Kenalkan ini kawan saya, Hendra. Nih dia yang pernah mengajak saya ke klub telanjang sebulan lalu," ujar Alex. Saya pun berjabat tangan yang usianya saya taksir tak lebih dari 33 tahun itu untuk kemudian memesan makanan. Sushi, teppanyaki dan segala masakan khas Jepang kami santap sambil terus ngobrol seputar klub telanjang.
"Acara itu hanya u n t u k members d a n u n d a n g a n k h u s u s . Biasanya, d i a d a k a n s e b u l a n a t a u tiga b u l a n sekali, ya ter-g a n t u n ter-g ' p e m i n a t ' n y a . Maklum, s e m u a serba sembunyi-sembunyi dan hanya antar
members yang rata-rata memang kenal satu sama lain," kata Hendra, menjelaskan.
Satu jam kemudian, Saya dibawa ke arah Jakarta Pluit. Mengendarai Mercedez E 320 w a r n a h i t a m metalik milik Alex, Saya melaju cepat melintas Sudirman dan masuk jalan tol.
Sepanjang perjalanan mereka tak henti-hentinya terus bercerita soal klub telanjang.
"Jakarta memang sudah gila. Dulu saya juga nggak percaya kalau itu ada," sergah Alex.
"Saya pikir, acara pesta telanjang itu hanya ada di Amerika atau Belanda saja.
(24)
Siapa sangka kalau di Jakarta p u n ada," sambungnya sambil geleng-geleng kepala. Menurut Alex, kalau tidak lantaran Hendra yang mengajaknya, ia tak akan pernah pergi ke tempat itu.
"Daripada you buang-buang duit pergi ke luar negeri, mendingan di Jakarta kan. Toh, tak ada beda jauh dengan pesta di klub telanjang yang ada di luar," timpal Hendra. Saya tak berkomentar banyak, selain tak
t a h u m e s t i n g o m o n g a p a , saya juga tersentak dengan istilah yang dahsyat itu.
Tak terasa, lima belas menit kemudian, Saya telah memasuki kawasan Pluit. Alex yang memegang kemudi sesekali bertanya p a d a Hendra rute menuju tempat yang Saya tuju.
"Saya agak lupa jalannya," tandas Alex. Saya m e n y a n g k a a k a n d i b a w a k e kawasan pusat hiburan Pluit yang tak jauh dari sebuah pusat perbelanjaan yang baru b e b e r a p a t a h u n terakhir ini d i b a n g u n . Ternyata saya salah. Mobil Mercedez yang d i k e m u d i k a n Alex m a l a h m e m a s u k i kawasan yang saya belum tahu sebelum-nya. Saya terus saja menebar pandangan ke segala a r a h . Ketika saya m e l e w a t i
sebuah b a n g u n a n Mal lama, Saya b a r u t e r s a d a r . A p a l a g i ketika saya m e l i h a t sebuah gedung bioskop yang memajang poster-poster film dalam ukuran besar.
"Oh, Saya tahu sekarang," sergah saya. Mal lama dan gedung bioskop itu yang menjadi patokan saya. Menurut penuturan Alex, k a w a s a n yang kami tuju saat itu masuk kawasan di mana banyak tinggal bos-bos berduit. Rumah-rumah yang saya lihat memang seperti kompleks perumahan elit. P u l u h a n r u m a h d e n g a n b a n g u n a n mewah, berjajar rapi. Rata-rata berpintu gerbang besar.
Lalu, kami memasuki bangunan peru-m a h a n besar. Tak ada papan naperu-ma atau logo layaknya sebuah t e m p a t h i b u r a n . Yang agak aneh, dari balik kaca kami me-lihat ada sekitar lima pria berbadan tegap berdiri di depan pintu. Begitu berhenti, dua orang sigap menghampiri kami.
"Bisa saya bantu, bos!" sapanya sopan. Sementara pria satunya melihat-lihat ke d a l a m mobil d e n g a n sorot mata tajam. Begitu membuka kaca dan melihat Hendra, pria tegap itu langsung tersenyum ramah dan bersikap hormat.
(25)
M o a m m a r Emka
Rupanya, Hendra sudah dikenal mereka
dengan baik. Atas permintaannya, kami
mencari parkir sendiri sambil melihat-lihat
situasi.
"Silakan memutar ke belakang," kata pria
bercelana jeans dengan jaket hitam.
Dari halaman depan kami masuk ke
area parkir. Cukup luas. Area parkir itu
kira-kira bisa menampung 75-100 mobil
lebih. Saya lihat puluhan mobil mewah
parkir rapi. Hanya jenis mobil mewah yang
ada. Mercy, BMW, Range Rover dan Volvo.
Di area parkir, juga terdapat sedikitnya
lima pria berbadan tegap. Setelah
meme-riksa, salah seorang dari mereka membantu
memarkir mobil yang kami tumpangi.
Dari halaman parkir kami naik tangga.
Begitu membuka pintu, kami langsung
disambut seorang pria berpakaian rapi.
"Malam bos. Silakan langsung ke
dalam," ujar pria itu mempersilakan.
Rupanya, Hendra cukup dikenal di tempat
itu. Itulah yang membuat saya merasa
aman, meskipun harus menghadapi
pemeriksaan dan tatapan mata tajam.
Padahal, kalau dipikir-pikir, mustahil
masuk kalau tak ada yang 'membawa'.
Nudies Party B a w a h Tanah
Setidaknya, baru sampai di depan pintu
masuk, sudah tertahan oleh penjaga.
Kami sampai di ruang dalam. Ada
beberapa bidang ditata seperti layaknya
sebuah restoran. Ada bar kecil. Beberapa
pramusaji yang semuanya laki-laki tampak
mondar-mandir melayani tamu yang
datang.
"Di sini tempat awalnya. Kalau di hotel,
ini
lobby-nya,"
jelas Hendra. Pria yang
selalu merokok cerutu itu segera
meng-hampiri seorang pramusaji.
"You punya bos mana. Tolong bilang,
Hendra sudah datang," katanya perlahan.
Pramusaji itu buru-buru pergi. Kami
memilih meja dekat bar. Saya amati,
ruangan yang menurut Hendra menjadi
lobby
ini tampak biasa-biasa saja layaknya
restoran Jepang atau Cina. Tidak ada
interior khas yang ditonjolkan.
Paling-paling beberapa hiasan khas Cina seperti
kelambu dan beberapa gambar yang
dipajang di dinding.
Seperempat jam kemudian, seorang pria
bermata sipit mengenakan jas dan dasi
dengan rambut klimis disisir menghampiri
kami.
(26)
"Pak Hendra, gimana you punya kabar," sapa pria itu kepada Hendra, ramah.
"Ini teman you yang pernah you ajak ke sini dulu kan?" sambung pria itu ketika melihat Alex.
Pria berjas itu, sebut saja Robby, 34 tahun. Rupanya, pria keturunan itu pemilik tempat tersebut. Hendra memperkenalkan saya sebagai temen dekat, tanpa status macam-macam. Berkat Hendra, sayapun diterima dengan ramah, meskipun berkulit cokelat m a t a n g dan secara p e n a m p i l a n tidak serapi mereka. Di kalangan mereka, kepercayaan rupanya memegang peranan penting dalam pergaulan m a u p u n bisnis. Tak jarang di antara mereka terjadi transaksi tanpa melalui tanda bukti tertulis dan ber-langsung aman dan lancar.
Saya jadi p e n d e n g a r setia di tengah obrolan mereka seputar bisnis. Terdengar akrab dan cukup terbuka satu sama lain. Bahkan sesekali terdengar tawa meledak lantaran sering ada gurauan konyol yang muncul tiba-tiba.
Jam telah beranjak dari pukul 20.30 WIB. Robby u n t u k kesekian kali m e m e s a n minuman.
10 | Sex & City; Jakarta Under Cover
"Bagaimana you punya tempat. Tambah ramai kan?" tanya Hendra.
"Ya, masih seperti dulu. Members
guest-nya lumayan naik. Seperti you lihat kan. Masih tetap ramai," jawab Robby sambil meneguk segelas black-russian.
"Ngomong-ngomong, you masuk apa cuma nengok," tanya Robby.
"Sudah ke sini, masa aku cuma m a u m a m p i r . Koleksi-nya n a m b a h n g g a k ? " jawab Hendra sambil balik bertanya soal koleksi.
"Ya, pastilah. Kalau nggak nambah, ntar banyak member-guest yang bosan," sergah Robby, tertawa. Rupanya, yang dimaksud d e n g a n koleksi oleh H e n d r a tak lain " w a n i t a " . D e n g a n t e r s e n y u m , Robby mendekatkan mulutnya ke telinga Hendra.
P
esta Kaligula. Kami p u n segerameninggalkan tempat d u d u k . Kami dibawa menuruni anak tangga. Sepanjang anak tangga diterangi l a m p u neon d a n bentuknya menyerupai sebuah lorong kecil. Kalau tidak salah, kami seperti s u d a h
berada di Basement. Hanya saja, interiornya
(27)
M o a m m a r Emka
sungguh beda. Dua menit kemudian, kami tiba di lokasi.
E m p a t recepsionist d e n g a n s e n y u m ramah menyambut. Sebuah pintu besar di depan meja recepsionist tampak terkunci r a p a t . Saya d u d u k di sofa sambil m e -n u -n g g u percakapa-n a-ntara Robby, Alex dan Hendra. Saya melihat sekeliling. Tem-bok di tempat itu nyaris didesain dengan warna tanah. Lampu yang menyorot ke tiap sudut, membias kekuningan. Di se-belah meja recepsionist tak jauh dari pintu utama, terdapat sebuah pintu lagi.
Pukul 21.10 WIB, Robby mohon diri. "Silakan b e r s e n a n g - s e n a n g , " t u k a s n y a s a m b i l b e r l a l u p e r g i . Dua recepsionist
m e n g h a m p i r i kami d a n mempersilakan masuk ke pintu tak jauh dari pintu utama.
"Maaf, semua harap ditanggalkan tanpa terkecuali. Tak boleh ada jam tangan, hand-phone dan dompet. Barang-barang silakan dimasukkan dalam box yang disediakan. Saya akan mengunci box dengan aman," jelas recepsionist berambut cepak itu.
D a n b e n a r saja. Begitu m a s u k kami mendapati sederet lemari box. Satu per satu
Nudies Party B a w a h Tanah
kami bergantian menanggalkan semua yang melekat pada tubuh. Begitu selesai, saya mengikuti Hendra di belakang menyibak tirai hitam. Di balik tirai itu rupanya ada pintu lagi.
Begitu pintu terkuak, kami yang tanpa sehelai baju p u n , hanya bisa ternganga. Astaga! Sebuah pemandangan yang sama sekali tak pernah saya bayangkan sebelum-nya. Ratusan pria dan wanita semua dalam keadaan telanjang bulat. Musik mengalun deras laksana bunyi hujan di malam hari. Suasana layaknya klub malam, tergambar jelas. Hanya saja, kali ini semua pengun-jungnya tanpa busana.
Saya pun mulai berpisah. Hendra dan Alex s u d a h b e r b a u r d e n g a n r i u h n y a s u a s a n a . Saya m e n e b a r p a n d a n g a n ke sekeliling. Semua r u a n g a n b e r n u a n s a cokelat. Interior ruangan seperti larut dalam b a n g u n a n meditarian. Lampu m e m b i a s kelam. Meski tidak seterang lampu stadion, tapi gambaran klub telanjang itu benar-benar transparan.
Ruangan bawah tanah yang disulap menjadi seperti klub itu layaknya istana wanita. Sejauh mata memandang, hanya
(28)
ada wanita dan pria dalam keadaan bugil. Tamu-tamu yang say a temui, amat beragam. Para prianya, dari yang bermata sipit sampai yang berkulit cokelat mata juga ada. Saya juga m e n e m u i beberapa selebritis yang wajahnya kerap nongol di televisi.
Sementara wanita bugilnya, juga tak kalah b e r a g a m . Ada Arab, Cina, India sampai bule. Namun mayoritas asli pribumi. Saya tak p e r c a y a , wajah-wajah cantik dengan badan seksi dan montok itu ada di acara gila seperti ini. Gaya dan tingkah mereka benar-benar liar dan menggoda.
Sebuah bar besar dibangun di tengah-tengah. Empat orang wanita tanpa busana b e r g a n t i a n m e n u a n g b e r b a g a i racikan minuman beralkohol ke dalam. Ah, rupanya wanita yang bugil di klub telanjang ini merangkap sebagai bartender. Di beberapa meja yang diletakkan di tiap sudut ruangan, terdapat makanan-makanan siap santap.
Di dalam ruangan klub telanjang itu, juga t e r h a m p a r d e r e t a n k a m a r yang h a n y a ditutup dengan tirai. Kamar mandi, toilet l e n g k a p d e n g a n p e r l e n g k a p a n . Sebuah panggung mini tak jauh dari bar, menjadi
14 I Sex & City; Jakarta Under Cover
panggung tarian striptis. Puluhan wanita m e l i u k - l i u k d e n g a n p a n a s n y a l a k s a n a cacing kepanasan. Saya seperti berada di alam mimpi.
Sejauh mata memandang, hanya badan tanpa busana yang mengacaukan urat saraf. Dari balik kamar yang ditutupi tirai, saya melihat pasangan yang keluar masuk. Saya tak bisa berpikir lagi. Pasangan yang keluar masuk dari kamar bertirai itu, bisa dua wanita satu pria atau sebaliknya. Semua berlangsung tanpa dapat saya bayangkan apa yang telah saya temui saat itu.
Benarkah ini ada? Dunia memang sudah gila. Kalau selama ini saya hanya bisa melihat adegan-adegan syur seperti itu dalam film-film biru, kini saya melihatnya secara live.
Benar-benar edan! U n g k a p a n itu u n t u k kesekian kali keluar dari bibir saya.
Saya p u n larut dalam suasana pesta purba itu. Entah sudah berapa lama saya berada di ruang bawah tanah yang penuh d e n g a n nafsu yang bergejolak tiap saat laksana gunung merapi itu. Saya tak tahu waktu lagi. Berada di bawah tanah, serasa tak kenal siang. Yang ada hanya malam
(29)
M o a m m a r Emka
dan malam. Semua berlalu seperti mimpi dan di bawah sadar.
M
embers Rp 50 juta. Hampir pukul 5pagi, saya ketemu Hendra dan Alex, dan memutuskan untuk keluar dari pesta telanjang tersebut. Harus saya akui, kami tampak lusuh. Hendra dan Alex, tampak seperti b a r u saja m e r a m p u n g k a n kerja berat. Tapi, wajah mereka kelihatan segar, gembira.
"Rani pijatnya jago, l h o . Belum lagi
service-nya," ujar Alex, tersenyum.
Usai m e m b e r i k a n tip p a d a d u a
recepsionist y a n g berjaga, kami segera menaiki tangga menuju ruang lobby. Tanpa b a n y a k basa-basi lagi, kami l a n g s u n g menuju area parkir dan melaju dengan cepat meninggalkan klub telanjang tersebut.
Selama dalam perjalanan, kami saling bertukar cerita. Selama melintas di lalu lintas Jakarta yang sepi lantaran hari masih pagi buta, Hendra dan Alex saling me-nuturkan, untuk masuk ke acara tadi itu tidaklah mudah. Menurut Hendra, untuk
N u d i e s Party B a w a h Tanah
bisa masuk pertama-tama harus menjadi
member-guest.
"Itupun tidak gampang. Karena mereka selektif sekali," tandasnya.
Untuk menjadi member-guest, satu orang harus membayar Rp 50 juta untuk masa berlaku selama 6 bulan. Nah, selesai men-dapat kartu member-guest, tiap kali datang ke klub telanjang, harus menyerahkan Rp 3 juta lagi untuk dapat mengikuti pesta purba. Dengan membayar Rp 3 juta itu, lanjut Hendra, tiap tamu diberi kebebasan mau berapa lama tinggal di dalam pesta.
"Kalau kuat, mau dua hari juga boleh. Tapi, biasanya acaranya tak lebih dari dua hari dua malam," tukasnya.
Lantaran pengelola acara pesta telanjang sangat selektif, biasanya para members baru datang dengan dibawa orang-orang dekat. "Kayak saya saja. Karena saya kenal dekat dengan "bos" dan dia percaya, gam-pang kan," tandasnya.
Menurut Hendra, tidak gampang bagi tamu yang belum terdaftar sebagai member-guest.
"Ya, mereka menjaga diri saja dari hal yang tidak diinginkan. Zaman sekarang kan
(30)
ada-ada saja yang punya niat jelek," ungkap Hendra.
Ihwal puluhan gadis-gadis cantik dan seksi y a n g menjadi ' d a y a n g - d a y a n g ' penghibur dalam pesta tersebut, menurut Hendra, mereka adalah gadis-gadis bayaran yang sudah diseleksi. Mereka didapat dari sejumlah germo kelas atas di Jakarta. Rata-rata, satu orang m e n d a p a t b a y a r a n tak kurang Rp 5 -10 juta untuk satu acara.
Masih menurut Hendra, biasanya, acara y a n g sama akan d i a d a k a n b e r d a s a r k a n undangan ke tiap members. Masing-masing
members akan memberi tanda setuju ketika mereka menyetorkan uang. Yang pasti, kata H e n d r a , d a l a m 6 b u l a n , m i n i m a l akan diadakan 2 kali pesta.
"Member guest-nya tak kurang dari 100 orang lebih, orang berduit semua lagi," jelasnya.
Tak terasa, kami pun sampai di sebuah hotel berbintang empat di kawasan Blok M. Alex membukakan sebuah kamar untuk beristirahat.
"Saya duluan. Selamat beristirahat. Lain kali kita jalan lagi," Alex mohon diri.
18 | Sex & City; Jakarta Under Cover
Sesampainya di kamar hotel, di benak saya masih terbayang-bayang puluhan gadis cantik m e n a r i d e n g a n p e n u h l i u k a n menggoda, tanpa busana. Astaga! []
(31)
M o a m m a r Emka
2
Service
Dobel-tripel Vip Sauna
Sebuah sauna yang menawarkan layanan
kemanjaan untuk laki-laki genit. Pijat, lulur,
mandi uap lengkap dengan pedikur oleh
sejumlah wanita cantik..
Istimewanya, layanan kemanjaan itu bisa
dilakukan di private-sauna, nafsi-nafsi
dengan full-service. Bisa dobel bahkan
tripel!!!
B
ukan hal aneh, sebenarnya. Bagi
seba-gian orang, mandi uap alias sauna
lengkap dengan pelayanan lengkap
—dengan ditemani wanita-wanita cantik
yang notabene tak hanya satu, berarti bisa
dua, tiga bahkan lebih, sudah menjadi
kesenangan dan hobi tersendiri.
Mandi uap atau lebih populer dengan
sebutan mandi sauna, sebenarnya bukan
hal yang asing. Hampir di tiap sudut Jakarta
(32)
bisa ditemui. Di tempat-tempat kebugaran berkelas seperti di hotel dan gedung per-kantoran mewah, atau di beberapa panti pijat, mandi uap sudah menjadi konsumsi paket sehari-hari.
Sebutlah misalnya b e b e r a p a t e m p a t sauna di hotel-hotel berbintang di Jalan Thamrin dan Jalan Sudirman atau bebe-rapa lain yang ada di kawasan Kebayoran Baru dan Tebet yang kini lagi menjamur. M a k l u m , d u a k a w a s a n tersebut d a l a m beberapa tahun terakhir memang menjadi s a r a n g salon k e n c a n t i k a n , b a n y a k d i antaranya yang dilengkapi dengan spa atau sauna. Rata-rata tempat tersebut, memiliki ruangan sauna yang nyaman, hangat dan eksklusif karena pelanggannya p u n rata-rata dari kalangan eksekutif, bahkan ada yang khusus menjadi ajang kumpul ibu-ibu jet-set.
Tetapi yang saya tahu, di pusat kebugar-a n t e r s e b u t , r u kebugar-a n g kebugar-a n s kebugar-a u n kebugar-a p r i kebugar-a d kebugar-a n w a n i t a t e r p i s a h , sehingga k a l a u ada k e b e r s a m a a n , itu a d a l a h t a m u - t a m u sesama jenis. Lagi pula, di pusat kebugaran tersebut, tidak ada layanan kemanjaan yang aneh-aneh. Hampir rata-rata
mena-warkan layanan kemanjaan dalam arti yang sebenarnya.
P
rimadona. Banyak t e m p a t s a u n a yang berpraktek lurus, namun banyak juga yang memberikan paket miring. CP a d a l a h salah s a t u n y a . CP s e b e n a r n y a bukan tempat hiburan baru. Ketika Jakarta mulai dilanda banjir panti pijat, steam-bath, pub dan klub malam, pada tahun 1980-an, CP menjadi bagian dari gebyar hiburan m a l a m kelas atas. M a k l u m , l e t a k n y a berdampingan dengan sebuah hotel ber-bintang empat, di kawasan Ancol. Bahkan, n a m a CP t i d a k saja menonjol d e n g a n private-sauna plusnya, n a m u n lebih dari itu, ia juga populer karena m e m p u n y a i ladang bisnis yang langsung menguras dan menangguk uang.Ya, apalagi kalau bukan judi dan kasino.S e b a g a i m a n a laiknya s t a n d a r inter-nanasional, tentu saja sarang uang tersebut dilengkapi dengan tempat pelesir cinta seperti p a n t i pijat, restoran, p u b , k l u b malam dan sauna lengkap dengan dayang-d a y a n g penghibur. Dan seiring dayang-d e n g a n
(33)
M o a m m a r Emka Service Dobel-tripel Vip Sauna
makin basahnya bisnis tersebut, persaingan p u n terjadi dimana-mana. Banyak tempat yang menawarkan paket layanan serupa. Lalu, apa keistimewaaan CP sehingga masih banyak laki-laki genit yang saban hari selalu mampir?
Ya, apalagi kalau bukan layanan sauna istimewa. Sesuai tingkatannya, sisa-sisa kejayaannya masih terasa, meskipun kalah m e w a h d i b a n d i n g k a n d e n g a n t e m p a t kebugaran di hotel berbintang lima. Tapi standar tata ruangnya, dengan setting tata lampu yang cenderung temaram, CP tetap memiliki daya tarik tersendiri. Di ruang utama, setelah melewati pintu masuk, ada b a n g k u bar sofa u n t u k mengobrol d a n
m e n u n g g u . Pengunjungnya, kebanyakan laki-laki separuh baya, ada juga beberapa anak muda yang asyik memilih pasangan. C u k u p banyak untuk waktu yang relatif masih sore, pukul 19.00 WIB, Rabu malam. Pada siang hari, terutama di atas jam makan siang, tempat ini mulai ramai pengunjung. Apalagi pada malam libur, seperti Jumat dan Sabtu malam.
"Banyak juga tamu yang setelah bosan ngobrol di kafe atau menang main judi,
rileks di sini, m e l e m a s k a n o t o t , " ujar seorang teman yang mendampingi saya, sebut saja Bram, 29 t a h u n , s e h a r i - h ari menjadi manajer di sebuah kafe di bilangan Senayan.
Bagi saya, k e h a d i r a n Bram s a n g a t diperlukan. Bukan apa-apa, sebagai salah satu tamu yang masuk kategori member-guest, Bram mempunyai akses luas. Bagi s a y a , y a n g m a s i h b a r u , bisa h a n y a mendapatkan pelayanan biasa. Palayanan biasa? "Ya, membayar tiket d a n ditemani pemijat standar," sahut Bram.
H a r u s saya a k u i , saya t i d a k b e g i t u p a h a m y a n g d i m a k s u d k a n . Yang saya dengar, di pusat kebugaran dan kesehatan
rule-nya m e m a n g b e g i t u . Tamu d a p a t menggunakan fasilitas dengan membayar sejumlah u a n g dan akan m e n d a p a t k a n p e l a y a n a n sebagaimana pijat satu jam, mandi air dingin atau hangat, mandi u a p d a n bisa d i s a m b u n g d e n g a n fasilitas kebugaran yang lain. Sedangkan di sini, di CP, dengan membayar Rp 250 ribu per jam u n t u k k a m a r s t a n d a r d a n Rp 350 ribu untuk kamar VIP, tamu bisa mendapatkan fasilitas m a n d i sauna d e n g a n d i t e m a n i
(34)
hostes y a n g d i p i l i h . " K a l a u m a u y a n g istimewa, bisa langsung minta ke Mami," tambah teman saya, Bram.
Istilah M a m i , r u p a n y a a d a l a h koor-d i n a t o r hostes y a n g t e r n y a t a juga bisa menjadi pemijat. Bram, sebagai member-guest, rupanya akrab dengan Mami Neny — b e g i t u w a n i t a 27 t a h u n ini d i s e b u t . Wajahnya cantik, dengan dandanan agak berani, tampak ramah dan akrab, meski-pun dari caranya mengisap rokok yang tak kunjung habis, tampak sering gugup dan gelisah. Saya terus terang sering tak habis m e n g e r t i , k e n a p a k e b a n y a k a n w a n i t a -wanita pekerja di tempat hiburan malam seringkali tampak gelisah. Padahal, untuk jabatan koordinator seperti Mami Neny, d a p a t d i p a s t i k a n m e m p u n y a i s e a b r e k p e n g a l a m a n d a n jam terbang yang tak sedikit. Kata Bram, Neny ini dulunya juga
hostes, t a p i k e m u d i a n p a c a r a n d e n g a n seorang bos yang menjadi langganannya. Oleh sang pacar, segala kebutuhan Neny serba dicukupi. Tapi, belum genap setahun, sang pacar mulai bosan d a n meninggal-kannya. Apa boleh buat, Neny pun kembali ke pekerjaan lamanya.
26 | Sex & City; Jak arta Under Cover
Satu tahun kemudian, karena hubungan baiknya dengan para bos CP, Neny naik pangkat sebagai koordinator hostes alias Mami. Dan sebagai Mami, Neny biasanya memberikan perhatian lebih pada sejumlah tamu istimewa, yang tak lain para bos atau relasi-pelanggan CP. "Ada juga sejumlah oknum pejabat daerah, kalau menginap di hotel sebelah, selalu mampir ke sini," kata Mami Neny, menerangkan.
M
andi Dobel. Atas inisiatif Bram, saya p u n minta pelayanan istimewa. Dua pemijat: satu untuk Bram dan dua untuk saya. Dan ternyata, tiga wanita pilihan Mami Neny adalah termasuk primadona — m e n u r u t istilah mereka. Padahal, bisa saja, u n t u k m e n y e n a n g k a n t a m u p l u s bahasa bisnis, semua hostes yang menjadi anak buahnya dianggap primadona.Berbeda dengan panti kesehatan yang lain, dimana tamu biasanya memilih nomor atau nama dari foto, di CP, kami dibebaskan bertemu dengan hostes pemijat. Dan pilihan Mami Neny memang lumayan. Sebut saja Lisa dan Evi adalah wanita yang sedikit di
(35)
M o a m m a r Emka
telanjang. Dan yang membuat saya kikuk lagi, k e d u a n y a selalu m e m a n c i n g d a n m e n g g o d a dengan genit. Mereka secara bergantian atau bersama-sama menggosok tubuh dengan sabun busa, membersihkan jemari dan meremasnya, memotong dan m e m b e r s i h k a n k u k u , d a n b e r g a n t i a n k e d u a n y a ikut masuk ke kolam dengan merapatkan tubuhnya yang hangat. Dan d e n g a n p o l a h genit, m e r e k a a c a p k a l i menggoda dengan gerakan dan gesekan sensual.
Saya tak tahu, apakah tamu laki-laki y a n g m u d a h terbakar, c u k u p k u a t menghadapi godaan setan cantik seperti ini? Saya yakin, apakah mandi di kolam susu dengan ditemani dayang-dayang cantik ini bisa berjalan semestinya ketika lagu-lagu Celine Dion mengalun dalam keremangan l a m p u d a n r u a n g a n y a n g h a n g a t menggoda? Tapi sebelum saya mendapat j a w a b a n , Evi m e m i n t a saya naik d a n m e m b a l u t n y a d e n g a n h a n d u k u n t u k merebuh tubuh dengan uap sauna. Kami menghangatkan tubuh dengan mengobrol. Ternyata, keduanya sama-sama enak diajak
Service Dobel-tripel Vip Sauna
bicara, seraya sesekali m e n y e r u p u t minuman.
O
rder Cinta. Ceritanya ternyata klise dan klasik. Entah sudah berapa kali saya m e n e m u k a n cerita yang sama dari beberapa m u l u t wanita yang bekerja di t e m p a t h i b u r a n m a l a m . Patah hati d a n merasa diperlakukan tidak adil oleh laki-laki, baik Evi dan Rita sama-sama mengaku jadi k o r b a n laki-laki. U n t u k b e b e r a p a saat l a m a n y a , saya t e k u n m e n y i m a k cerita mereka berdua. Evi dikhianati pacar yang ia kenal ketika sama-sama masih kuliah di Medan. Sementara Rita lebih parah lagi karena pacar yang selama ini ia percaya ternyata hanya mau tubuhnya saja, lain tidak."Kita ini memang bodoh. Mau-maunya dikibuli laki-laki. Sudah rusak, ee...nggak d a p a t apaapa. Mendingan yang m e n g -hasilkan, kita kan pengin segenggam emas d a n s e o n g g o k b e r l i a n . . . , " kata Evi tersenyum kecut.
Tak terasa, saya sudah berada di tempat tidur untuk edisi pemijatan. Dengan hanya
(36)
d i t u t u p h a n d u k , Rita d a n Evi m u l a i mengerjakan tugasnya. Waktu bergulir cepat. Ketika saya meraih jam tangan, waktu telah menunjuk angka 20.00 WIB. Saya tadi masuk pukul tujuh lewat. Rupanya, waktu satu jam terlalu pendek untuk mendapatkan
full-service. Saya masih ragu ketika keduanya menawarkan untuk menambah jam, seraya menaiki punggung saya. Hanya dengan jas mandi dan pakaian dalam, Rita bergerak di p u n g g u n g , sementara Evi dengan manja mengelus wajah. Bisa Anda bayangkan! Ini bukan pijatan seorang dayang-dayang. Ini jelas-jelas u s a p a n p e n u h g od a y a n g menawarkan anggur lezat duniawi.
Dan benar saja, tak lama kemudian, Evi d e n g a n manja m e n a w a r k a n p e l a y a n a n kemanjaan untuk kelas dewasa.
"Bagaimana dengan Rita," saya coba memancing.
"Lho, memangnya kenapa? Tidak mau dengan saya," rengek Evi spontan.
" N g g a k usah ribut-ribut. Bagaimana kalau kita bergabung. Ya, bertigalah. Belum p e r n a h ya? Coba saja...," t i m p a l Evi, kemudian.
32 | Sex & City; Jakarta Under Cover
Astaga! Untuk beberapa saat lamanya, saya tak bisa bicara. Rupanya, pijat istimewa tersebut, ujung-ujungnya ber-muara pada t r a n s a k s i cinta juga. B a h k a n , t i d a k t a n g g u n g - t a n g g u n g , selain layanan full service secara sendiri maupun dobel, tidak melulu berlangsung di tempat tidur. Tapi, bisa juga berlangsung di kolam uap. Terser ah o r d e r t a m u , y a n g p e n t i n g s u d a h a d a kesepakatan antara kedua belah pihak soal besarnya tips.
"Maunya seperti apa, sih?" tanya Evi dengan nada sedikit merajuk. "Kalau nggak mau di tempat tidur, kita ke kolam uap saja. Banyak lho, yang d e m e n p e r m a i n a n di dalam air hangat, bertiga lagi," timpalnya d e n g a n s e n y u m m e n g g o d a . Maaf, saya belum bisa membayangkannya. Dengan alasan yang dibuat-buat, saya memutuskan u n t u k m e n y u d a h i l a y a n a n k e m a n j a a n penuh goda tersebut. Waktu satu jam, saya pikir s u d a h lebih dari c u k u p . P a d a h a l , hampir semua tamu laki-laki yang datang, memang mengharapkan layanan full service
super istimewa tersebut.
Sepenuhnya saya paham. Kalau tujuan-nya uang, mereka memang layak kecewa
(37)
M o a m m a r Emka Service Dobel-tripel Vip Sauna
karena bagaimanapun mereka kehilangan kesempatan untuk menangguk uang pada saat itu. Semestinya, uang yang sudah di tangan, mendadak hilang lantaran transaksi
full service tak jadi berlanjut. Padahal, untuk sekali t r a n s a k s i saja, m e r e k a bisa mengantongi tips paling tidak Rp 200 - Rp 300 ribu untuk one short time. Saya maklum, ketika wajah m e r e k a t a m p a k k u r a n g gembira meski sejumlah uang saya selipkan sebagai tips.
Pijat kesehatan istimewa seperti yang ditawarkan CP, sebenarnyalah menjurus pada layanan cinta kilat. Hanya saja, ke-masan yang ditawarkan memang lain dari biasanya. Seperti layanan cinta kilat de-ngan d i t e m a n i hostes cantik, bisa satu, dobel bahkan tripel. Tidak hanya itu, tamu juga bisa mendapatkan ragam layanan keman-jaan yang amat variatif dengan adanya paket pijat dan kolam uap. Dan rupanya pula, kecenderungan menjadikan sarana pijat kesehatan sebagai ajang untuk tran-saksi cinta kilat, telah menerpa di banyak tempat. Meskipun, tentunya, tidak semua.
"Coba, kita berpikir bodoh saja. Apa yang terjadi kalau dua makhluk lain jenis berada
dalam satu ruang tertutup atau setengah t e r t u t u p . Katakanlah tidak m e l a k u k a n aktivitas seks dalam arti sebenarnya, tapi kan m e n j u r u s ke arah sana. Laki-laki k a n m e n c o b a iseng, m e n c a r i k e s e n a n g a n , sementara si wanita membutuhkan uang. Kan besar sekali ketemunya. Kalau ada yang risih di tempat itu, ya tentunya transaksi di t e m p a lain y a n g lebih n y a m a n , h o t e l misalnya," ujar Bram sembari tertawa.
"Tapi b e r t i g a ? " tanya saya b e r l a g a k bodoh. "Kenapa kalau bertiga? Mereka itu s u d a h m e m a t i k a n rasa. N g g a k p e d u l i berdua, bertiga atau berempat sama saja. Malahan, kalau bertiga atau lebih, tugas dan pekerjaan mereka jadi ringan. G i m a n a nggak? Tugasnya tak dipikul sendirian, tapi dibagi-bagi, he...he....," selorohnya men-coba beralasan.
Pola pelayanan istimewa seperti di CP, sebenarnya bukan hal yang luar biasa lagi, bahkan hampir bisa ditemukan di tempat-tempat pijat, diskotek atau klub malam yang membiarkan transaksi seks ber-langsung. Hanya saja, seperti tadi saya bilang, ragam dan pola paket yang ditawarkan berbeda-beda. Ibarat juru masak, mesti mencari dan
(38)
menambahkan bumbu-bumbu penyedap
biar masakan jadi tambah lezat dan diminati.
Begitu juga denga pola-pola layanan
kemanjaan untuk laki-laki yang ditawarkan
sejumlah tempat panti pijat, klub sauna,
diskotek atau klub malam. []
36 | Sex & City; Jakarta Under Cover
3
Seks
Bulan Madu
Pajero Goyang
Seks bulan madu di dalam mobil berkelas,
mulai Pajero sampai Range Rover.
Wanitanya, tidak hanya Melayu, bahkan
Arab, Cina sampai India pun tersedia. Tren
baru bisnis 'kolam susu' megapolitan.
S
eks tak lepas dari petualangan. Malah,
banyak yang mengatakan,
sex is not just
sex but it's a game.
Seks adalah permainan,
entah di awal atau malah di akhir sekalipun.
Tak heran, kalau beragam 'permainan'
sengaja dihadirkan untuk memuaskan para
lelaki petualang. Tarian Striptis, mandi
kucing,
foreplay
dengan perempuan
berpayudara besar adalah bagian dari
sebuah petualangan untuk menuju seks
paling puncak.
Dan untuk semua itu, Jakarta seperti tak
pernah kehabisan bensin. Kreatifitas yang
tinggi, tapi lebih pada mengumbar nafsu
(39)
M o a m m a r Emka
godaan setan yang bermuara pada bisnis semata. Seks Pajero Goyang (SPG) adalah bagian dari salah satu layanan cinta kilat yang sangat inovatif dan variatif, selain tentu juga menawarkan satu tantangan yang lain dari biasanya.
Berawal dari kongkow-kongkow ber-sama seorang teman, sebut saja Andreas, 31 tahun, informasi seputar layanan Seks Pajero Goyang mulai terkuak. Pria yang sehari-hari menggeluti bisnis di pasar saham tersebut, punya pergaulan luas. Kenalannya tak tanggung-tanggung, dari anak pejabat sampai komunitas masya-rakat kafe yang memang doyan keluyuran malam.
Sebagai eksekutif muda gaul, Andreas rupanya, termasuk tipe laki-laki yang tak pernah puas dengan aneka layanan cinta kilat y a n g menjamur di Jakarta. Logis memang, kalau seringkali ia membayang-kan d a p a t menikmati jasa layanan cinta dalam bentuk lain.
"Seks itu yang penting petualangan-nya," ujarnya.
Makanya, sekali waktu ia membayang-kan berhubungan seks dengan wanita di
Seks Bulan M a d u Pajero G o y a n g
dalam mobil. Pernah dicobanya tapi itu hanya sebatas, 'permainan kecil', lain tidak.
" A d a n g g a k y a yang m e n y e d i a k a n p e l a y a n a n making love di d a l a m mobil lengkap dengan supir dan segala fasilitas ranjang, makan dan minuman?" tanyanya suatu waktu.
Ternyata, Andreas tak berfantasi seorang s e n d i r i . Banyak pria y a n g i n g i n menumpahkan hasrat seksualnya dengan cara yang 'berbeda' dari biasanya. Ranjang, kolam renang, lapangan terbuka, s u d a h bukan satu tantangan lagi bagi orang seperti Andreas. Rupanya, banyak pria yang seperti Andreas, yang ingin menggapai surga dunia bersama seorang wanita cantik di dalam mobil yang melaju di atas jalan raya.
M
enu Indo. Pada a w a l n y a , saya menduga tempat Seks Pajero Goyang tersebut berada di kawasan Jakarta Utara, sebut saja Ancol. Maklum, sejak lama, kawasan terbuka yang sering digunakan sebagai t e m p a t m e l a n c o n g t e r s e b u t , memang memungkinkan untuk aktivitas seperti itu. Bahkan, kabarnya banyak orang(40)
yang memang memanfaat-kannya untuk
be-rendezvous cinta di dalam mobil, di pelataran parkir dan sebagainya. Ancol sebagai tempat untuk pacaran, memang bukan rahasia lagi. Ternyata, pada hari yang dijanjikan, oleh A n d r e a s , saya tak d i b a w a ke k a w a s a n Ancol. Laju kendaraan kami meluncur ke arah kawasan Kota. Rupanya, di kawasan yang telah tumbuh menjadi pusat hiburan malam itu pula yang telah menciptakan kreasi baru jasa layanan cinta yang berbalut seks petualangan tersebut.
Di d a l a m mobil Land Rover milik Andreas, saya ditemani seorang rekan se-petualangan Andreas, sebut saja Gunawan, 33 tahun. Gunawan yang sehari-hari be-kerja sebagai 'big bos' di perusahaan adver-tising itu termasuk tipe laki-laki borju. Baju yang dikenakannya serba brand-minded.
Maklum, perusahaan advertising-nya cukup top d a n m e n a n g a n i b a n y a k klien-klien kakap.
"Dia ini yang ingin jadi kelinci laki-laki kali ini. Soalnya, you pasti udah nggak excited
lagi," ledek Andreas sambil menunjuk ke a r a h saya. Saya h a n y a t e r s e n y u m mendengarnya. Rupanya, dari Gunawan
40 | Sex & City; Jakarta Under Cover
jugalah, Andreas mendapatkan informasi ihwal SPG. Dan kepergiannya kali ini, bu-kan untuk yang pertama kali. Malah, ia m e n g a t a k a n , ini s u d a h y a n g k e e m p a t . Astaga!
Dari GM Plaza, kami memutar balik. Beberapa meter kemudian kami memasuki sebuah gang besar yang muat untuk dua kendaraan. Sekitar 10 meter berjalan, dari sebuah b a n g u n a n tampak lampu m e r a h hijau yang mencorong di suasana sore yang perlahan beranjak malam. Lampu merah hijau itu membungkus sebuah logo ber-bentuk burung dan rembulan. Sekilas logo itu seperti berbentuk dua huruf: ML. Kami tak s e m p a t lagi b e r p i k i r p a n j a n g soal kepanjangan dua huruf itu.
Kami perlahan mulai mencari tempat p a r k i r y a n g letaknya persis b e r a d a d i samping gedung ML. Aneka ragam merek mobil tampak berjajar rapi. Parkir! Bebe-rapa diantaranya mobil-mobil berkelas, dari BMW sampai Mercedes. Seorang petugas parkir menjemput kedatangan kami sambil menunjukkan areal kosong.
(41)
M o a m m a r Emka Seks Bulan M a d u Pajero G o y a n g
"Nah, di sini tempatnya. Siap berpetua-l a n g n g g a k ? " g oda G u n a w a n sambiberpetua-l tersenyum simpul.
Jam sudah menunjuk pukul 19.00 WIB ketika kami memasuki ruangan SM. Kami disambut seorang penerima tamu wanita y a n g m e n g e n a k a n blazer hi t am d i p a d u dengan kemeja putih dan rok mini. Dengan senyum ramahnya, ia mempersilakan kami masuk. Terus terang, sayang masih belum
'ngeh' dengan tempatnya. Dibilang kantor bukan, kafe kok nanggung, tapi ta-mu yang datang banyak juga dan rata-rata d u d u k santai di tempat yang disediakan.
M u s i k s e d a n g m e n g a l u n . I r a m a n y a t e r d e n g a r l e m b u t d a n m e n d a y u - d a y u . C a h a y a l a m p u b e r s i n a r c u k u p t e r a n g . Sekilas ML tampak seperti paduan kafe dan d i s k o t i k . Kami m e l i h a t ke sekeliling ruangan. Beberapa meja tampak dipenuhi lelaki dengan dandanan necis dan perlente. Sebagian malah sudah ditemani wanita-wanita cantik dengan busana seksi. Mereka rata-rata mengenakan kaos ketat dan rok mini. Beberapa dari mereka yang memiliki ukuran dada 36 B terlihat begitu menonjol
sex-appeal-nya.
Kami pun dipersilakan duduk. Seorang pramusaji wanita menghampiri kami sam-bil menawarkan menu yang disediakan. Segelas white-wine dan dua gelas Black Russian kami pesan. Sekitar lima menit kemudian, seorang pramusaji yang usianya kira-kira 35 tahunan itu, kembali dengan minuman yang kami pesan.
"Silakan minum. Apa mau pesan yang lain?" tawarnya sopan. Kami hanya geleng-geleng kepala.
Pramusaji itu k e m u d i a n m e m p e r -kenalkan diri sebagai Irma. Meski tak begitu cantik, n a m u n p o l e s a n kosmetik y a n g membaluri wajahnya membuat wajah Irma tampak fresh dan segar.
"Mau ditemani atau tetap mau bertiga saja?" tanyanya sambil membungkukkan badan.
R u p a n y a , G u n a w a n tak lagi h e r a n d e n g a n basabasi Irma. M e n u r u t p e n g -akuannya, terakhir sebulan lalu ia pergi ke ML. Saya coba m e n g a m a t i sekeliling r u a n g a n . Sejumlah tamu laki-laki yang datang, tampak asyik bercengkerama di meja dengan teman 'wanita'nya masing-masing. Makanya, tanpa banyak basa-basi
(1)
sarana komunikasi-transportasi, rekreasi, fantasi, dan Iain-lain, tersedia dan terus-m e n e r u s d i p e r c a n g g i h . Dengan tujuan apalagi kalau bukan untuk meninabobokkan masyarakatnya dalam kenikmatan. Tepatnya masyarakat dalam menghadapi dua hal; m i m p i d a n k e n y a t a a n . Bermimpi d u l u apabila potensi kita masih belum mampu menjangkau dan melampiaskan hasrat dan nikmatilah sepuas-puasnya jika memang sudah saatnya untuk itu.
P a r a p e m i l i k m o d a l , p r o d u s e n d a n pengelola usaha semakin cerdas membang-kitkan hasrat lewat media-media imajinasi-estetik yang bertebaran di mana-mana. Di kota m e t r o p o l i t a n m e m a n g b e r t e b a r a n dengan semaraknya slogan atau iklan-iklan audio-visual. Semuanya merupakan serbuan atas wilayah rangsarigan indrawi. Dari sana cara pandang seseorang, secara sadar atau tidak dibangun untuk menghadapi dunia yang memang senantiasa mengundangnya u n t u k m e l a m p i a s k a n h a s r a t s e h a b i s -habisnya jika mungkin.
Pemenuhan hasrat mungkin saja hanya terfokus pada wilayah seksualitas. Suka atau tidak, setuju atau tidak, wilayah inilah yang
paling ditekan, terselubung tapi sekaligus diumbar-umbar dalam keseharian manusia urban kontemporer.
Moammar Emka, mungkin salah seorang yang sangat unik bagi begitu banyak penulis d a n w a r t a w a n yang sedemikian intens membidik wilayah seksualitas dan praktek-nya di Jakarta. Usahapraktek-nya terlihat gigih dalam m e l a k u k a n investigasi ke r u a n g - r u a n g praktek seksual yang hampir tak terbayang-k a n oleh m a s y a r a terbayang-k a t u m u m n y a . Dan patutlah kita syukuri karena dari usahanya itu sekarang bisa menghasilkan sebuah buku y a n g d i b e r i n y a j u d u l Sex n' the City,
JAKARTA UNDERCOVER. Bagaimana-pun, buku yang ditulis dari hasil observasi dengan tema seperti itu masih cukup langka kita temukan di negeri ini apalagi ditulis oleh orang kita sendiri.
Membaca artikel b u k u ini sepertinya mengundang kita untuk mempertanyakan lagi, apakah teori psikoanalisa Sigmund F r e u d t e n t a n g libido (energi seksual) merupakan hal yang paling mendasar dalam kehidupan manusia adalah benar? Freud b u k a n l a h s e o r a n g y a n g s e m b a r a n g a n berspekulasi di atas pengamatan yang binal
(2)
M o a m m a r Emka
karena s u d a h terang bahwa seksualitas merupakan bagian dari sejarah manusia dan kehidupan. Betapa p u n banyak para ahli menyerang dan menghujat Freud, namun kenyataannya seksualitas masih saja hadir segar dan dominan dalam dimensi historis manusia sekarang.
Fenomena yang dibuka oleh Moammar Emka dalam buku ini benar-benar menjadi sesuatu yang menarik, terutama jika kita tempatkan dalam skala yang luas, yakni menyangkut problematika kultural. Cara pandang tentang seksualitas jelas menyang-k u t d e n g a n menyang-konstrumenyang-ksi sebuah menyang-k u l t u r a l tertentu. Ketika Freud m e n g u n g k a p k a n b a h w a h i d u p m a n u s i a d i t e n t u k a n oleh b a w a h sadar, yakni libido, ia l a n g s u n g berhadapan dengan norma viktorian yang benar-benar kontradiktif dengan teorinya itu. Kultur viktorian m e n g a n g g a p seks merupakan unsur yang paling mengancam dalam peradaban atau moralitas dan karena itu harus direpresi sedemikian rupa oleh rasionalitas. Justru Freud membuka dan mendobraknya dengan mengesampingkan a s p e k r a s i o n a l i t a s . A k i b a t n y a , F r e u d dianggap manusia paling berbahaya dan
4 7 8 Sex & City; Jakarta Under Cover
Epilog: G a i r a h n y a EMKA
harus disingkirkan, yang membuat Freud memang harus melarikan diri dari negaranya.
Namun kembali lagi, sejarah pula yang nampaknya berpihak pada Freud. Manusia s e o l a h - o l a h selalu d i s a d a r k a n b a h w a seksualitas tidak mudah direpresi karena dia akan bangkit terus mencari ruang-ruang yang hidup di manapun dan bagaimanapun itu manusia berada. Atau mungkin, thesis Michel F o u c a u l t s a n g a t t e p a t b a h w a sebenarnya seks tidak pernah direpresi karena praktek dan wacana mengenainya selalu muncul dalam setiap zaman.
Moralitas yang menganggap seks itu berbahaya dan karena itu dimarjinalkan memang lahir dibekali oleh paham filosofis tertentu. Sudah sejak Plato yang meremeh-kan tubuh (body) dan mengistimewakan jiwa, seksualitas sepertinya tak dirninati oleh para filsuf untuk dijadikan target perde-batan filosofis. Apalagi paham agama-agama modern sedikit-banyak menerima filsafat Plato, soal tubuh dan seks semakin marjinal. H a n y a k e m u d i a n m u n c u l filsafat feno-menologi dari Maurice Merleau-Ponty, k e b e r a d a a n t u b u h m u l a i m e n d a p a t perhatian besar.
(3)
Pada abad ke-XX, ketika dipertemukan dengan psikoanalisa, tubuh dari pandangan f e n o m e n o l o g i Merlau-Ponty, menjadi sebuah kajian filosofis dan psikologis yang s a n g a t m e n a n t a n g . Tubuh t i d a k lagi didiskreditkan sebagai sesuatu yang bisa menjerumuskan manusia ke dalam keam-brukan peradaban, namun tubuh menjadi subjek dari kesadaran manusia itu sendiri atas dunia kehidupannya. Seksualitas yang senantiasa hadir dalam tubuh pun menjadi sesuatu yang tidak lagi harus diturup-tutupi dan dipandang negatif.
Dari seksualitasnya, manusia mendapat-k a n gairah u n t u mendapat-k h i d u p , gairah u n t u mendapat-k m e n a n t a n g h i d u p atau mencengkerami k e h i d u p a n n y a s e n d i r i . P e r s o a l a n n y a kemudian terletak pada pertanyaan yang sangat mendasar, sampai di mana batas-batas seksualitas bisa membangkitkan kegairahan d a n kesegaran u n t u k menghayati kehi-d u p a n ? Pertanyaan ini akan kembali lagi mengarahkan perhatian kita pada konteks kultur-kultur tertentu.
Seks dan kota, terutama metropolitan, di dalam praktek-praktek tertentu tidak lepas d a r i p e r s o a l a n a k u m u l a s i m o d a l . Seks
menjadi sesuatu yang mencuat atau ter-selubung, hal itu tergantung dari bagaimana teknik atau taktik dagang. Secara optimis, apalagi membaca artikel-artikel Moammar Emka dalam bukunya ini, seksualitas lebih sering dipraktekkan dalam rangka akumulasi modal. Maka seks, uang dan kekuasaan sebagaimana disinggung di muka, meru-pakan rajutan yang membangun sebuah peradaban tertentu.
M u n g k i n kita bisa t e r p e r a n g a h a t a u ragu-ragu, apakah praktek-praktek seksual yang dikemukakan Moammar Emka di sini benar-benar terjadi? Mungkinkah ini—kalau tidak semua, mungkin sebagian—rekayasa p e n u l i s u n t u k m e m b u a t p e r s o a l a n ini menjadi sangat sensasional? Apakah kita percaya begitu saja, misalnya pada praktek seksualitas seperti dalam cerita pesta orgy a la p e n g u s a h a lalim Caligula terjadi di Jakarta? Pesta seks ganti p a s a n g a n d a n kelamin? Seks dan makanan, pijitan, yang diramu sedemikian rupa sehingga pelang-gan tak ragu mengeluarkan uang jutaan Rupiah dalam satu paket? Yakin atau ragu itu bisa dikembalikan pada diri kita masing-masing.
(4)
M o a m m a r Emka
Praktek seksualitas yang bisa kita tarik
dari buku ini menampakkan bahwa gejala
paling mencolok dalam kehidupan kaum
urban adalah terfokus pada permainan
imajinasi dan fantasi. Seks adalah unsur
yang sangat dikejar, tapi sekaligus begitu
mudah ditinggalkan karena bosan, jenuh,
muak manakala itu tinggal dilakukan secara
monoton. Ketika sepasang kekasih atau
suami-istri tak bisa lagi menjalin kasih
dengan intens, kemungkinan paling besar
ialah karena praktek seks mereka tak lagi
dilakukan secara imajinatif. Di sini seks
menjadi sebuah praktek repetitif, kegiatan
tanpa 'gerak', ritus tanpa makna, sebuah
tubuh tanpa organ yang tak lagi receptif dan
eksplosif menghayati kehidupan. Maka tak
heran, praktek seksualitas yang
bervariatif-imajinatif dan sensasional di luar pasangan
yang lazim, seringkali dilakukan mereka
yang sebenarnya sudah punya pasangan,
sebagai suami-istri, sebagian oleh mereka
yang karena kesepian saja. Untuk mengejar
kenikmatan tak peduli seberapa besar uang
yang mereka keluarkan, bahkan ada harga
yang tak lagi rasional. Mereka tak peduli.
4 8 2 | Sex & City; Jakarta Under Cover
Epilog: G a i r a h n y a EMKA
Sekali lagi, punya uang, punya kuasa untuk
memiliki kenikmatan seksual yang hendak
dikejar. Buku ini memberikan banyak
informasi yang mengejutkan tentang
praktek seksualitas di Jakarta.[]
(5)
Tentang Penulis
MOAMMAR EMKA lahir di Desa Jetak, Keca-matan Mon-tong,Tuban, Jawa Timur pada tanggal 13 Februari 1974. Usai menyelesaikan pendidikan jenjang SMTA di MAN Denanyar Jombang pada tahun 1993, dia melanjutkan pendidikannya ke Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jakarta. Semasa kuliah, aktif menulis di beberapa koran Ibukota seperti Harian Terbit, Suara Karya dan Media Indonesia dengan fokus tulisan pada isu-isu aktual yang berhubungan dengan masalah-masalah sosial, politik dan keagamaan.
Pada tahun 1996, dia memulai karir jurnal-istik dengan menjadi wartawan harian Berita Yudha yang waktu itu menjadi koran metro. Namun hanya bertahan satu tahun karena pada tahun 1997, dia pindah ke majalah
Prospek. Itupun tak lama, dari Prospek, dia kembali memilih hengkang ke tabloid Suaka Metro pada pertengahan tahun 1998. Karirnya di Suaka Metro pun hanya bertahan 6 bulan. Dia kembali hijrah ke media lain. Yang menjadi pilihannya adalah majalah Popular.
Selama menekuni karir jurnalistik, bidang yang menjadi fokus liputannya tak jauh dari
(6)
M o a m m a r Emka
dunia entertainment dalam arti seluas-luasnya. Seperti di harian Berita Yudha misalnya, selain sehari-hari bertanggungjawab penuh pada dua halaman Metro-J — garis besarnya meng-upas dunia entertainment yang mencakup cafe to cafe, musik, gosip dan berita selebriti, dia juga menggarap kolom Kisi Kisi Metropolitan di halaman depan yang berisi tentang kehi-dupan malam metropolitan Jakarta.
Di majalah Prospek pun, selama kurang lebih satu tahun dia menggeluti dunia enter-tainment dan lifestyle. Tulisan-tulisannya bisa ditemukan pada rubrik Escapade. Sementara di majalah Popular, selama hampir dua sete-ngah tahun, dia aktif mengisi untuk kolom Liputan Malam, Liputan Khusus, Highlite dan
Cafe to Cafe —yang kesemua kolom tersebut tak lepas dari nafas kehidupan malam.
Selain menulis, ia juga menggeluti dunia fotografi. Karya-karyanya kebanyakan bisa ditemukan di majalah Popular pada rentang tahun 1998 sampai 2001. Sekarang, ia menjadi penulis freelance dan kontributor untuk tayangan SILET—sebuah acara yang menge-mas tema tren gaul dan lifestyle, di RCTI dan beberapa media cetak, di samping juga mulai merintis usaha di bidang entertainment dan
public relations.[]