Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaturan Mengenai Ganti Rugi dalam Pengadaan Tanah T1 312004029 BAB IV

BAB IV
KESIMPULAN

Dari hasil analisis yang terdapat didalam BAB III mengenai
karakteristik ganti rugi dalam pengadaan tanah , penulis menyimpulkan hal – hal
berikut :

1.

Penggunaan Istilah
Penggunaan istilah dalam masing – masing peraturan dari Peraturan
Mentri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975 yang menggunakan istilah ganti
rugi, kemudian Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 menggunakan
istilah ganti kerugian, Peraturan Presiden Nomer 36 Tahun 2005 hingga
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007
menggunakan istilah ganti rugi. Dalam hal ini penulis menyimpulkan bahwa
dari pengunaan istilah sama saja. Hanya ada perbedaan dalam penempatan
kata tetapi mempunyai satu tujuan yang sama.

66


2.

Pengertian Ganti Rugi
Dalam peraturan pengadaan tanah, tidak semua pengaturan
mempunyai pengertian ganti rugi. Pada Peraturan Mentri Dalam Negri
Nomor 15 Tahun 1975
Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006, Peraturan Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007tidak ada pengertian secara
tertulis. Dalam Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 mengatakan
ganti kerugian adalah penggantian atas nilai tanah serta bangunan, tanaman
dan atau benda lain yang terkait dengan tanah akibat pelepasan atau
penyerahan hak atas tanah. Peraturan Presiden Nomer 36 Tahun 2005
mengatakan ganti rugi adalah pergantian atas kerugian baik fisik atau non
fisik, sebagai akibat pengadaan tanah kepada yang mempunyai tanah,
bangunan, tanaman dan atau benda – benda lain yang berkaitan dengan
tanah yang memberikan kelangsungan hidup lebih baik dari tinggkat
kehidupan sosial ekonomi sebelum terkena pengadaan tanah.
Menurut penulis pengertian yang lebih baik berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 36 Tahun 2005. Karena dalam peraturan ini pengertian
ganti rugi menjanjikan kehidupan yang lebih baik dari sebelum terkaena

pengadaan tanah.
67

3.

Bentuk Ganti Rugi
Berdasarkan bentuk ganti rugi menurut penulis yang lebih
memberikan banyak pilihan dan tidak merugikan masyarakat adalah
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007. Yaitu
berupa:
-

Uang

-

Tanah

-


Bangunan pengganti

-

Pemukiman kembali sesuai dengan yang dikehendaki

-

Fasilitas lain

-

Fasilitas yang sama dengan nilai tanah atau benda wakaf

-

Recognisi fasilitas umum atau bentuk lain yang bermanfaat bagi
kesejahteraan masyarakat setempat untuk tanah ulayat

4.


Berdasarkan Penerima Ganti Rugi
Berdasarkan penerima ganti rugi, menurut penulis adalah Peraturan
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007 yang
tidak merugikan masyarakat yang tanahnya terkena pengadaan tanah.
Karena mengatur mengenai penerima ganti rugi atas tanah hak pakai dan

68

hak guna bangunan diatas tanah hak pengelolaan adalah pemegang hak
milik atau hak pengelolaan.

5.

Berdasarkan Dasar Perhitungan Ganti Rugi
Berdasarkan dasar perhitungan ganti rugi penulis memilih Peraturan
Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007. Karena dalam
peraturan ini memperhitungkan variable kecil yang menjadi penentu harga
tanah, semua di nilai berdasarkan dinas atau bagian yang menguasai
berdasarkan standard harga yang ditentukan oleh perundang – undangan.


6.

Berdasarkan Mekanisme Ganti Rugi
Berdasarkan mekanisme ganti rugi, penulis memilih Peraturan
Presiden Nomor 65 Tahun 2006. Dalam peraturan ini pemilik hak tanah
yang tidak setuju dengan ganti rugi yang diberikan dapat mengajukan
banding ke pengadilan tinggi jika pada saat di beri pilihan pencabutan.
Sehingga pemilik hak atas tanah dapat memperjuangkan haknya.

69