PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING TERHADAP KEAKTIFAN SISWA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS V SDN KEDUNGREJO WARU SIDOARJO.

(1)

KEDUNGREJO WARU SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh:

DIANI NING TYAS D91212163

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JANUARI 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

Kata kunci: Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining, Keaktifan siswa dalam belajar

Sebelum adanya pengembangan metode pembelajaran, kegiatan belajar masih kurang menarik karena siswa cenderung pasif dan jarang mengajukan pertanyaan. Perhatian dan kemandirian siswa masih rendah karena siswa hanya bergantung pada apa yang telah diberikan guru dan kurang tepatnya penerapan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Oleh karena itu dibutuhkan satu alternatif untuk mengembangkan pembelajaran, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining, karena metode ini dapat menempatkan siswa sebagai subyek pembelajaran. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengaktifan siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas V di SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo.

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Populasi Dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo yang berjumlah 100 siswa. Sampel yang diambil berjumlah 40 siswa, karena teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Dalam pengumpulan data menggunakan angket, di dalam angket tersebut yang bertindak sebagai variabel X adalah model pembelajaran Student Facilitator and Explaining sedangkan variabel Y adalah Keaktifan siswa dalam belajar. Dan observasi untuk mengenai sekolah ini. Data penelitian yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis regresi sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dalam pembelajaran PAI, menyampaikan informasi tentang penerapan model pembelajaran Student facilitator and Explaining, mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, membimbing kelompok-kelompok bekerja dan belajar, evaluasi. 2) keaktifan siswa yang di dapat dari pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah “cukup baik”. Hal ini terlihat dari rata-rata keaktifan siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas V SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo adalah 49. 3) Dari analisis uji hipotesis diketahui ada pengaruh antara penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining terhadap keaktifan siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas V SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo yang signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh r > r dengan angka 1,96 >

0,312.

Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan, Ha yaitu “terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining terhadap keaktifan siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas V SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo” diterima.


(6)

Keyword: learning model Student Facilitator and Explaining, student activity in learning.

The development of teaching methods and learning activities are still less attractive because student tend to be passive and the students competence is still low because student only rely on what has been given by the teacher and less precise application of learning models that suit with the material being taught. Therefore, necessary to develop an alternative to learning by using learning model student facilitator and explaining, because this method can place the student as the subject of learning. Thus this study aims to increase student activity in the learning of Islamic religious education in class V SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo.

This research uses quantitative research. The population in this study was all students in grade V SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo of the 100 students. Samples taken were of 40 students. Due to the sampling technique used purposive sampling technique, is a sampling technique with a particular consideration. In collecting data using questionnaires, in the questionnaire which acts as a variable X is a learning model Student Facilitator and Explaining while the variable Y is the activity of student in learning, and observation about this school. The research data were analyzed using simple linier regression analysis. These results indicate that, 1) The results showed that the application of learning models Student facilitator and explaining in teaching Islamic religious education, convey information about the application of learning models Student facilitator and explaining organize student into study groups to learn, guiding group work and study, as well as evaluation. 2) Student activity obtained from the learning of Islamic religious education is pretty good. This is evident from the average activity of student in the learning of Islamic religious education in class V SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo is 49. 3) From the analysis of hypothesis test is know to influence the application of learning models Student Facilitator and Explaining to the increased activity of student in the learning of Islamic religious education in class V SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo is significant. This is demonstrated by

r >r by the numbers 1,96 > 0,312.

Thus the hypothesis that the authors proposed, Ha “there is the effect of the application of the model Student Facilitator and Explaining to the increased activity of student in the learning of Islamic religious education in class V SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo” Be accepted.


(7)

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian... 7

E. Hipotesis Penelitian ... 8

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 9

G. Definisi Operasional... 11


(8)

1. Pengertian Model Pembelajaran Student Facilitator

and Explaining ... 13

2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining ... 16

3. Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining ... 17

B. Tinjauan Umum Tentang Keaktifan Belajar 1. Pengertian Keaktifan Belajar ... 18

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar ... 20

3. Penerapan Keaktifan Belajar Siswa ... 22

4. Suasana Keaktifan Belajar ... 25

5. Sikap Guru Yang Menerapkan Keaktifan Belajar ... 26

C. Tinjauan Umum Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 28

2. Tujuan Dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 30

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 31

D. Tinjauan Pengaruh Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining Terhadap Keaktifan Belajar ... 35

E. Hipotesis ... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian ... 39

B. Variabel dan Instrument Penelitian ... . 43

C. Populasi Dan Sampel ... 46


(9)

B. Analisis Data... 64 C. Pengujian hipotesis ... ... 104 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... ... 124 B. Saran ... ... 125 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk waktu serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (UU RI No. 20, tahun 2003). Berdasarkan fungsi pendidikan nasional diatas, maka peran guru menjadi kunci keberhasilan dalam misi pendidikan dan pembelajaran di sekolah selain bertanggung jawab untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan di kelas.1 Karena pada hakekatnya pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran.

Untuk mencapai itu semua, diperlukan paradigma baru oleh seorang guru dalam proses pembelajaran dari yang semula pembelajarannya berpusat pada guru menuju pembelajaran yang inovatif dan berpusat pada siswa. Perubahan tersebut di mulai dari segi kurikulum, model pembelajaran, ataupun cara mengajar. Dalam perubahan kurikulum, cara mengajar harus mampu mempengaruhi perkembangan pendidikan karena pendidikan merupakan tolak ukur dalam lingkup sekolah. Karena berhasil tidaknya pendidikan bergantung apa yang diberikan dan diajarkan guru. Hasil pengajaran dan pembelajaran berbagai bidang disiplin ilmu terbukti selalu


(11)

kurang memuaskan berbagai pihak yang berkepentingan (Stakeholder). Hal tersebut setidaknya disebabkan oleh beberapa hal yaitu Pendidikan yang kurang sesuai dengan kebutuhan dan fakta yang ada sekarang, metodologi, strategi, dan teknik yang kurang sesuai dengan materi, dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran. Hal tersebut memberikan dampak yang besar bagi perkembangan pendidikan.2

Karena pendidikan merupakan bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Sehingga dalam pendidikan terdapat unsur-unsur yang membentuknya, yaitu usaha(kegiatan) yang bersifat bimbingan(pertolongan atau pimpinan) dilakukan secara sadar, ada pendidik, ada yang dididik, mempunyai dasar dan tujuan, dan dalam usaha tersebut ada alat-alat yang dipergunakan dalam belajar.3

Dalam dunia pendidikan, yang lazim disebut pendidik adalah orang tua, guru, dan pemimpin-pemimpin masyarakat atau tegasnya orang-orang yang telah dewasa. Sebagai usaha secara sengaja dari orang dewasa dengan pengaruhnya untuk meningkatkan anak ke arah kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggungjawab moril dari segala perbuatannya. Orang dewasa itu adalah orang tua anak atau orang yang atas dasar tugas dan kedudukannya mempunyai tugas untuk mendidik.

2 Aris Shoimin. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media, 2014), h. 16


(12)

Dengan demikian, esensi pendidikan merupakan proses menghadirkan situasi dan kondisi yang memungkinkan memperluas dan memperdalam makna-makna esensial untuk mencapai kehidupan manusiawi. Sehingga sangat diperlukan adanya kesadaran (niat) untuk melakukan tindak belajar.

Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman (tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang dapat diamati). Setiap orang mempunyai pengetahuan/pengalaman dalam dirinya, yang tertata dalam bentuk struktur kognitif. Proses belajar terjadi apabila materi yang baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki, tingkah laku manusia merupakan ekspresi dan akibat dari eksistensi internal manusia yang dapat diamati.4 Menurut John B Watson, secara umum belajar diartikan sebagai proses interaksi dalam bentuk tingkah laku. Dengan pembentukan perilaku sebagai hasil belajar tampak diperoleh dengan penataan kondisi yang ketat dan penguatan. Perilaku manusia dipengaruhi oleh stimulus yang ada di lingkungannya. Oleh karena itu, perilaku manusia dianggap dapat dikendalikan dengan melakukan manipulasi terhadap lingkungan.5

Hal ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya. Sebagaimana dinyatakan bahwa tujuan dari suatu pendidikan yaitu terbentuknya suatu kepribadian yang utama,

4 Ridwan Abdullah Sani. Inovasi pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 10 5 Ibid., h. 7


(13)

suatu kepribadian yang menganut hukum-hukum Islam, atau suatu kepribadian Muslim. Didalamnya terkandung pula pengertian bahwa pendidik harus merasa berkewajiban untuk menyampaikan hukum-hukum Islam kepada anak-anaknya, kepada keluarganya bahkan kepada siapa saja.6

Sungguh tepatlah buah pikir beberapa ahli yang mengatakan bahwa maju-mundurnya suatu kaum tergantung sebagian besar kepada pendidikan yang berlaku dalam kalangan mereka. Tidak ada satu kaum atau pun bangsa yang dapat maju melainkan sesudah mengadakan dan memperbaiki didikan anak-anak dan pemuda mereka.

Melalui pendidikanlah para pendidik Islam menghasilkan pribadi-pribadi yang nantinya menjadi pendidik pula, menyebarkan agama Islam kepada generasi yang akan datang.7 Pendidikan Islam harus mempunyai karakter sebagai lembaga pendidikan yang menghidupkan sistem demokrasi dalam pendidikan. Sistem pendidikan yang memberikan keluasan pada peserta didik untuk mengekspresikan pendapatnya secara bertanggungjawab. Dalam tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu kecakapan jasmaniah, pengetahuan membaca dan menulis, pengetahuan dan ilmu-ilmu kemasyarakatan, serta sampai terbentuknya kepribadian Muslim.8

Jelaslah bahwa tujuan hidup manusia menurut agama Islam yaitu untuk menjadi hamba Allah. hamba Allah yang mempercayai dan menyerahkan diri

6 Ahmad D Marimba, op.cit, h. 28 7 Ibid., h. 29


(14)

Nya dengan jalan memeluk agama Islam sehingga manusia hanya diperkenankan memilih satu agama, yaitu agama Islam di mana tujuan hidupnya yaitu penyerahan diri sepenuhnya kepada-Nya. Kepribadian yang demikian disebut kepribadian Muslim, ke sinilah arah tujuan akhir dari pendidikan Islam.9

Adapun tujuan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, serta pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dengan adanya peningkatan iman dan pemahaman yang telah terbentuk dari pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam diharapkan siswa aktif dalam setiap proses belajar mengajar berlangsung. Dengan keaktifan dari hasil diskusi dan saling berbagai informasi memungkinkan peserta didik dapat memberikan reaksi terhadap ide, pengalaman, opini, dan pengetahuan teman sejawat atau narasumber. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti dengan judul “Pengaruh model pembelajaran Student Facilitator and Explaining terhadap keaktifan siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas V SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo”

9 Ibid., h. 49


(15)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan penelitian dapat di identifikasi sebagai berikut:

1. Bagaimana model pembelajaran Student Facilitator and Explaining?

2. Bagaimana keaktifan siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas V SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo?

3. Adakah pengaruh antara model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dengan keaktifan siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas V SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mencari data dan informasi yang kemudian dianalisis dan ditata secara sistematis dalam rangka menyajikan gambaran yang semaksimal mungkin tentang penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining. Adapun tujuannya adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana model pembelajaran Student Facilitator and Explaining.

2. Untuk mengetahui bagaimana keaktifan siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas V SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara model pembelajaran


(16)

pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas V SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Bagi guru

a. Dapat memilih atau menentukan model pembelajaran yang tepat dalam mengajarkan materi.

b. Sebagai informasi bagi semua tenaga pengajar mengenai model pembelajaran Student Facilitator and Explaining.

2. Bagi peserta didik

a. Dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada pelajaran Pendidikan Agama Islam melalui model pembelajaran Student Facilitator and Explaining.

b. Memperoleh pengalaman kerjasama dalam kelompok. 3. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah, dengan adanya informasi yang diperoleh sehingga dapat dijadikan sebagai bahan kajian bersama agar dapat meningkatkan kualitas sekolah. Meningkatkan kemampuan guru untuk memecahkan permasalahan yang muncul dari siswa, dapat meningkatkan guru untuk melakukan tindakan kelas, dan guru menjadi kreatif karena selalu dituntut


(17)

untuk melakukan upaya inovatif sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajaran yang

dipakainya. 4. Bagi peneliti

Mendapatkan wawasan dan pengalaman praktis di bidang penelitian. Selain itu hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bekal untuk lebih meningkatkan prestasi dalam mendidik siswa dalam menerapkan model pembelajaran yang efektif.

E. Asumsi Penelitian atau Hipotesis Penelitian

Hipotesis berasal dari kata “hypo” yang artinya kurang dan “thesis” artinya pendapat. Hipotesis adalah suatu kesimpulan yang masih kurang atau kesimpulan yang masih belum sempurna. Pengertian ini kemudian diperluas dengan maksud sebagai kesimpulan penelitian yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian (dilakukan dengan menguji data di lapangan).10

Hipotesis tersebut sebagai tuntutan sementara dalam penyelidikan untuk mencari jawaban yang benar. Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dirumuskan sebagai berikut: adakah pengaruh model pembelajaran Student Facilitator and Explaining terhadap keaktifan siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas V SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo. Hal ini semakin tinggi


(18)

peningkatan pembelajaran dengan model Student Facilitator and Explaining maka semakin baik keaktifan belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Agama Islam. F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Untuk memudahkan pembahasan ini, maka peneliti membatasi ruang lingkup pembahasan yang mana sasarannya lebih ditekankan pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam (khususnya pada keaktifan siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam)

G. Definisi Operasional

Agar terhindar dari kesalahpahaman akan pengertian judul di atas, maka penulis menjelaskan batasan judul di atas sebagai berikut:

1. Model pembelajaran Student Facilitator And Explaining

Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan rangkaian penyajian materi ajar yang diawali dengan penjelasan secara terbuka, memberi kesempatan siswa untuk menjelaskan kembali kepada rekan-rekannya, dan diakhiri dengan penyampaian semua materi kepada siswa.11

2. Keaktifan belajar

11 Miftahul Huda. Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013)


(19)

Pembelajaran aktif secara sederhana didefinisikan sebagai metode pengajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran aktif mengkoordinasikan agar siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berpikir tentang apa yang dapat dilakukannya selama pembelajaran.12

Sehingga keaktifan belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan peserta didik dalam memahami apa yang dipelajari. Proses pembelajaran yang sedemikian rupa dapat membantu guru dalam memahami bagaimana peserta didik belajar.

3. Pendidikan Agama Islam

Di dalam GBPP Pendidikan Agama Islam di sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. Dari pengertian tersebut dapat ditemukan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu sebagai berikut:13

12 Warsono. Hariyanto. Pembelajaran Aktif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 12 13 Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 76


(20)

a. Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai.

b. Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan, dalam arti ada yang dibimbing, diajari atau dilatih dalam peningkatan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman terhadap ajaran agama Islam.

c. Pendidik atau Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) yang melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan secara sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam. H. Sistematika Pembahasan

Dalam sistematika pembahasan ini terdiri dari beberapa bagian yaitu:

1. Bagian muka terdiri dari Halaman Sampul Dalam, Persetujuan Pembimbing, Pengesahan Tim Penguji Skripsi, Pertanyaan Keaslian Tulisan, Motto, Persembahan, Abstrak, Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar Dan Daftar Lampiran.

2. Bagian isi memuat tentang:

a. BAB I: Pendahuluan yang memuat tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Asumsi Penelitian/Hipotesis Penelitian, Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian, Definisi Operasional, Sistematika Penulisan Skripsi.


(21)

b. BAB II: Kajian Pustaka, meliputi Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining, Keaktifan Siswa dalam Belajar, Pendidikan Agama Islam, Pengaruh Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining Terhadap Keaktifan Siswa dalam Belajar, dan Hipotesis. c. BAB III: Metode penelitian meliputi Jenis Penelitian, Rancangan

Penelitian, Variabel, Indikator dan Instrumen Penelitian, Populasi dan Sampel, Metode Pengumpulan Data, Metode Analisis Data

d. BAB IV: Pembahasan dan diskusi hasil penelitian membahas pertama Gambaran Umum SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo, Data Hasil Angket tentang Penggunaan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining, Hasil Observasi tentang Keaktifan Siswa dalam Belajar, Analisis Data dan Pengujian Hipotesa

e. BAB V: Berisi tentang Simpulan dan Saran-saran.

3. Bagian akhir terdiri dari Daftar Pustaka, Daftar Riwayat Hidup, Lampiran-lampiran.


(22)

13

A. Tinjauan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining

1. Pengertian Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining

Dalam dunia pendidikan, Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. ada dua pengertian penting dari istilah tersebut:14

a. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakannya.

b. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Oleh karena itu, sebelum menentukan strategi perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat dikukur

14 Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 126


(23)

keberhasilannya sebab tujuan adalah jiwanya dalam implementasi suatu strategi.

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran agar aktivitas belajar mengajar dapat berjalan dengan baik yang sesuai dengan tujuan yang telah dibentuk sebelumnya. Karena dengan adanya model pembelajaran seorang pendidik akan merasakan adanya kemudahan dalam proses pelaksanaannya di kelas. Dengan demikian, bisa terjadi satu strategi pembelajaran digunakan beberapa model pembelajaran.15

Oleh karena itu strategi berbeda dengan model. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai tujuan, sedangkan model adalah pedoman yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi.

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap proses pembelajaran. Pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.16

Oleh karena itu strategi dan model pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa suatu strategi pembelajaran yang

15 Wina Sanjaya, op.cit, h. 126 16 Ibid., h. 127


(24)

diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan berbagai model pembelajaran.

Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining

merupakan rangkaian penyajian materi ajar yang diawali dengan penjelasan secara terbuka, memberi kesempatan siswa untuk menjelaskan kembali kepada rekan-rekannya, dan diakhiri dengan penyampaian semua materi kepada siswa.17 Gagasan dari strategi pembelajaran ini adalah bagaimana guru mampu menyajikan atau mendemonstrasikan materi didepan siswa lalu memberikan mereka kesempatan untuk menjelaskan kepada teman-temannya.

Sedangkan menurut Agus Student Facilitator and Explaining

mempunyai arti metode yang menjadikan siswa dapat membuat peta konsep maupun bagan untuk meningkatkan kreativitas siswa dan prestasi belajar siswa.18 Sehingga model pembelajaran Student Facilitator and

Explaining menjadikan siswa sebagai facilitator dan diajak berpikir secara kreatif sehingga menghasilkan pertukaran informasi yang lebih mendalam dan lebih menarik sehingga menimbulkan percaya diri pada siswa untuk menghasilkan karya yang diperlihatkan kepada teman-temannya.

17 Miftahul Huda. op.cit, h, 228

18 Agus Suprijono. Cooperative Learning Dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 209), h. 129


(25)

Selain penjelasan di atas Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining juga memiliki arti yakni model pembelajaran ini merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan materi.19 Penerapan model pembelajaran harus bisa memperbanyak pengalaman serta meningkatkan motivasi belajar yang mempengaruhi keaktifan belajar peserta didik, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining. Dengan menggunakan model pembelajaran ini dapat meningkatkan antusias, motivasi, keaktifan dan rasa senang. Oleh karena itu, sangat cocok dipilih guru untuk digunakan karena mendorong peserta didik menguasai beberapa keterampilan diantaranya berbicara, menyimak, dan pemahaman pada materi.20

2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining

Tahap-tahap model pembelajaran Student Facilitator and Explaining adalah sebagai berikut:21

a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

19 Aris Shoimin, op.cit, h. 183 20 Ibid., h.184


(26)

b. Guru mendemonstrasikan atau menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran.

c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya melalui bagan atau peta konsep hal ini bisa dilakukan secara bergiliran atau acak.

d. Guru menyimpulkan ide atau pendapat siswa.

e. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu. f. Penutup.

3. Kelebihan dan kelemahan dalam Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining

Beberapa Kelebihan dalam menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining sebagai berikut:22

a. Membuat materi yang disampaikan lebih jelas dan konkret.

b. Meningkatkan daya ingat atau daya serap siswa karena pembelajaran yang dilakukan dengan demonstrasi.

c. Melatih siswa untuk menjadi guru, karena siswa diberi kesempatan untuk mengulangi penjelasan guru yang telah di dengar.

d. Memacu motivasi siswa untuk menjadi yang terbaik dalam menjelaskan materi ajar.

22 Ibid., h. 229


(27)

e. Mengetahui kemampuan siswa dalam menyampaikan ide atau gagasan atau pendapat.

Akan tetapi, dalam menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining ini juga memiliki kelemahan, sebagai berikut:23

a. Siswa pemalu sering kali sulit untuk mendemonstrasikan apa yang diperintahkan oleh guru.

b. Tidak semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk melakukannya (menjelaskan kembali kepada teman-temannya karena keterbatasan waktu pembelajaran).

c. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil.

d. Tidak mudah bagi siswa untuk membuat peta konsep atau menerangkan materi ajar secara ringkas.

B. Tinjauan Umum Tentang Keaktifan Belajar 1. Pengertian Keaktifan Belajar

Keaktifan berasal dari kata aktif yaitu: giat bekerja atau berusaha dan punya rasa ingin tahu yang lebih tinggi24. Pembelajaran aktif secara sederhana didefinisikan sebagai metode pengajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran aktif

23 Ibid.

24 Poewadarminta, W. J. S. Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakatra: PT. Balai Pustaka, 1993), h. 26


(28)

mengkoordinasikan agar siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berpikir tentang apa yang dapat dilakukannya selama pembelajaran.25

Menurut Charles C. Bonwell dan J.A Eison (1991) seluruh bentuk pengajaran yang berfokus pada siswa sebagai penanggung jawab pembelajaran adalah pembelajaran aktif. Jadi menurut kedua ahli tersebut, pemelajaran aktif mengacu pada pembelajaran berbasis siswa.26

Dalam model pembelajaran inovatif, siswa dilibatkan secara aktif dan bukan hanya dijadikan sebagai obyek. Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru melainkan pada siswa. guru memfasilitasi siswa untuk belajar sehingga mereka lebih leluasa untuk belajar. Dalam pembelajaran inovatif, metode yang digunakan bukan lagi bersifat monoton seperti metode ceramah melainkan metode yang bersifat fleksibel dan dinamis sehingga dapat memenuhi kebutuhan siswa secara menyeluruh. Dengan adanya ide-ide kreatif peserta didik sehingga menumbuhkan kemampuan berpikir dan membiasakan diri untuk aktif dalam pembelajaran.27

Keaktifan siswa tidak dipengaruhi oleh hadir atau tidaknya guru. Untuk itu, seorang guru harus memiliki kreativitas guna menunjang pembelajarannya. Sehingga keaktifan belajar siswa dapat dilakukan secara

25 Warsono, Hariyanto. op.cit, h. 12 26 Ibid., h. 14


(29)

terus menerus dan diulang-ulang guna terjadinya suatu perubahan yang diharapkan.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar

Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar pada siswa dapat dikelompokkan menjadi dua faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern.28

a. Faktor intern

Merupakan faktor yang ada pada diri siswa, faktor ini terdiri dari dua faktor yaitu, faktor fisiologis dan psikologis

1) Faktor fisiologis

Merupakan keadaan jasmani anak yang berpengaruh terhadap aktivitas belajar. Jadi keadaan jasmani pada diri siswa harus dijaga dengan baik.

2) Faktor psikologis

Merupakan faktor yang mencakup jiwa atau rohani yang pada umumnya dapat dikatakan sebagai hal yang mendorong aktivitas belajar atau hal yang merupakan alasan dilakukannya belajar.


(30)

Menurut Arden N Frandsen, bahwa hal yang mendorong aktivitas belajar adalah sebagai berikut;

a) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dengan luas b) Adanya sifat yang kreatif yang ada pada diri manusia dan

keinginan untuk selalu maju

c) Adanya keinginan mendapatkan rasa simpati dari orang tua, guru dan teman.

d) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru

e) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman, bila menguasai pelajaran

f) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar Keinginan tersebut tidak dapat lepas satu sama lainnya, karena merupakan satu kesatuan dari keseluruhan perihal mendorong anak aktif untuk belajar.29

b. Faktor ekstern

Merupakan faktor yang datangnya dari luar anak didik, yang dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu:30

1) Faktor non sosial

29 Sumadi Suryabrata. Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 1998), h. 237 30 Ibid., h. 233


(31)

Merupakan faktor yang tidak ada kaitannya antara individu dengan yang lain, akan tetapi individu dengan keadaan lingkungan sekitar. Misalnya keadaan cuaca, udara, waktu yang tidak tepat, alat-alat yang dipakai untuk belajar dan sebagainya. semua faktor tersebut harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat membantu aktivitas anak didik dalam belajar secara maksimal.

2) Faktor sosial

Merupakan faktor yang berhubungan dengan manusia, baik kehadiran langsung maupun tidak langsung. Faktor sosialisasi ini meliputi metode pembelajaran, situasi dan motivasi belajar. Kehadiran seseorang saat anak didik melakukan aktifitas belajar mungkin dapat mengganggu anak didik tersebut. Misalnya anak yang sedang belajar, kemudian ada salah satu temannya yang membuat kegaduhan, maka hal ini akan dapat mengganggu konsentrasi anak didik tersebut.

3. Penerapan keaktifan belajar siswa

Penerapan pembelajaran aktif inovatif dalam proses pembelajaran harus diperhatikan dengan benar yaitu dengan cara, sebagai berikut:31

31 Sofan Amri, Iif Khoiru Ahmad. Proses Pembelajaran Kreatif Dan Inovatif Dalam Kelas, (Jakarta: PT.Prestasi Pustakarya, 2010), cet 1, h. 17


(32)

1. Siswa langsung terlibat kedalam berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui praktik.

2. Guru dituntut untuk menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.

3. Guru harus bisa mengatur kelas dengan berbagai variasi seperti memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan alat-alat pembelajaran.

4. Guru menerapkan tentang cara mengajar yang lebih baik kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok dalam segala suasana. 5. Guru mendorong, memberikan motivasi siswa untuk menemukan cara

sendiri dalam pemecahan suatu masalah dan guru memberikan motivasi kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

Pembelajaran aktif diperlihatkan dan dipraktikkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian selama proses pembelajaran akan mengajak siswa lebih aktif, karena proses pembelajaran yang dapat membangkitkan keaktifan siswa tersebut mengutamakan kreativitas siswa.


(33)

Ada beberapa metode yang membuat siswa lebih aktif dalam segala macam mata pelajaran, dengan memberikan sedikit materi dan memberikan peluang kepada siswa untuk bertanya, jangan membuat siswa takut, berikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk berekspresi dalam belajarnya, misalnya siswa terlibat aktif dalam belajar. Siswa belajar segala materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir. Siswa belajar bagaimana belajar itu.32

Belajar yang bermakna terjadi bila siswa atau anak didik berperan secara aktif dalam proses belajar dan akhirnya mampu memutuskan apa yang akan dipelajari dan cara implementasinya.33Pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus yang diberikan guru dan respon anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pemelajaran menjadi suatu hal yang menyenangkan tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka.

Dengan demikian belajar aktif, pada anak didik dapat membantu ingatan mereka, sehingga dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Karena setiap materi pelajaran harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan

32 Ibid., h. 128

33 Eveline Siregar, Hartini Nara. Teori Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2014), cet ke 3, h. 107


(34)

pengetahuan yang ada, agar siswa dapat belajar secara aktif oleh karena itu, guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar.34

4. Suasana keaktifan belajar siswa

Suasana pengajaran yang tenang, terjadinya dialog yang kritis antara siswa dengan guru, dan menumbuhkan suasana yang aktif diantaranya siswa tentunya akan memberikan nilai lebih pada proses pengajaran. Sehingga keberhasilan siswa dalam belajar dapat meningkat secara maksimal.35 Karena suasana belajar dalam pembelajaran aktif diharapkan kondusif dan mendukung pembelajaran karena:36

a. Setiap anak bebas melakukan interaksi sosial dengan peserta didik lainnya

b. Terjalin hubungan sosial yang baik antara guru dengan siswa, saling menghormati dan tahu peran dan posisi masing-masing

c. Suasana kelas nyaman dan menyenangkan, penuh dengan pajangan (display) karya siswa

d. Bilamana diperlukan ada aktivitas pembelajaran di luar kelas.

34 Ibid., h.108-109

35 Ahmad susanto. op.cit, h, 18 36 Warsono, hariyanto. op.cit, h. 10


(35)

Sarana pembelajaran diharapkan sebagai berikut:37

a. Tersedia cukup media pembelajaran untuk berbagai aktivitas siswa b. Pengaturan ruang bersifat fleksibel sehingga siswa dapat dengan

bebas membentuk kelompok atau kembali belajar klasikal

c. Media yang tersedia selalu terawat dan terkontrol dengan baik, sehingga selalu siap digunakan baik oleh guru maupun siswa

d. Guru kelas bukan satu-satunya sumber belajar bagi anak didik, dapat juga guru kelas lain atau guru bidang studi lain, kepala sekolah, guru bimbingan konseling, karyawan, atau bahkan narasumber dari luar termasuk orang tua siswa dapat juga menjadi sumber belajar.

e. Setiap peserta didik pada hakikatnya menjadi sumber belajar bagi peserta didik yang lain

5. Sikap guru yang menerapkan keaktifan belajar siswa

Sesuai dengan penjelasan di atas, yaitu menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar siswa, maka sikap dan perilaku guru hendaknya:

a. Terbuka, mau mendengarkan pendapat siswa

b. Membiasakan siswa untuk mendengarkan bila guru atau siswa lain berbicara/bertanya.

c. Menghargai perbedaan pendapat


(36)

d. Menumbuhkan rasa percaya diri siswa

e. Memberi umpan balik terhadap hasil kerja siswa f. Tidak terlalu cepat membantu siswa

g. Tidak kikir memuji atau menghargai.

h. Tidak menertawakan pendapat atau hasil karya siswa sekalipun kurang berkualitas.

i. Mendorong siswa untuk tidak takut salah

j. Mampu mendorong siswa berani menanggung resiko

Terkait dengan keberhasilan belajar yang aktif, MC Keachie mengemukakan adanya tujuh dimensi implementasi pembelajaran siswa aktif yang meliputi:38

a. Partisipasi siswa dalam menentukan tujuan kegiatan pembelajaran b. Penekanan pada aspek afektif dalam pembelajaran

c. Partisipasi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar terutama yang berbentuk interaksi antar murid

d. Penerimaan guru terhadap perbuatan atau sumbangan siswa yang kurang relevan atau karena siswa berbuat kesalahan.

e. Keeratan hubungan kelas sebagai kelompok

f. Kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan yang penting dalam kegiatan sekolah.

38 Warsono, Hariyanto, op.cit, h. 8


(37)

g. Jumlah waktu yang digunakan menangani masalah pribadi siswa, baik yang berhubungan atau pun yang tidak berhubungan dengan materi pelajaran

C. Tinjauan Umum Pendidikan Agama Islam. 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Di dalam UUSPN No. 2/1989 Pasal 39 ayat 2 dijelaskan bahwa pendidikan agama merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. Dalam konsep Islam iman merupakan potensi rohani yang harus diaktualisasikan dalam bentuk amal saleh, sehingga menghasilkan prestasi rohani (iman) yang disebut takwa. Kualitas amal saleh ini akan menentukan derajat ketakwaan (prestasi rohani/iman) seseorang dihadapan Allah SWT.39

Di dalam GBPP Pendidikan Agama Islam di sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam


(38)

hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. Dari pengertian tersebut dapat ditemukan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu sebagai berikut:40

a. Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai.

b. Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan, dalam arti ada yang dibimbing, diajari atau dilatih dalam peningkatan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman terhadap ajaran agama Islam. c. Pendidik atau guru Pendidikan Agama Islam yang melakukan kegiatan

bimbingan, pengajaran atau latihan secara sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam.

d. Pendidikan Agama Islam diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman ajaran agama Islam dari peserta didik, untuk membentuk keshalehan atau kualitas pribadi, juga untuk membentuk keshalehan sosial.

Rumusan tujuan ini mengandung pengertian bahwa proses Pendidikan Agama Islam yang dilalui dan dialami oleh siswa di sekolah di mulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa

40 Ibid., h. 76


(39)

terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam, untuk selanjutnya menuju ke tahapan afektif yakni terjadinya proses internalisasi nilai agama ke dalam diri siswa, dalam arti menghayati dan meyakininya.

2. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Secara umum Pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia Muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.41

Tujuan pendidikan atau pembelajaran di sekolah dasar pada umumnya dan sekolah dasar khususnya adalah sebagai usaha sadar untuk menyiapkan siswa agar memahami (knowing), terampil melaksanakan (doing), dan mengamalkan (being) agama kegiatan pendidikan atau pembelajaran. Berdasarkan definisi pendidikan agama ini, maka tujuan pendidikan agama di sekolah ialah anak memahami, terampil, melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.42

41 Muhaimin. et.al., Strategi Belajar Mengajar (Surabaya: Citra Media, 1996), h, 2 42 Ibid.


(40)

Menurut Zuhairini (1983), tujuan Pendidikan Agama Islam di lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia ini dapat dibagi menjadi dua macam, yakni tujuan umum dan tujuan khusus.43

a. Tujuan Umum

Tujuan umum pendidikan agama ialah membimbing anak agar mereka menjadi orang Muslim sejati, beriman teguh, beramal saleh dan berakhlak mulia serta berguna bagi masyarakat, agama dan negara. Tujuan pendidikan agama tersebut merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh setiap orang yang melaksanakan pendidikan agama, karena dalam mendidik agama perlu ditanamkan terlebih dahulu ialah keimanan yang teguh, sebab dengan adanya keimanan yang teguh ini, maka akan menghasilkan ketaatan menjalankan kewajiban agama. b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus Pendidikan Agama ialah tujuan pendidikan agama pada setiap tahap atau tingkat yang dilalui, seperti tujuan pendidikan agama untuk sekolah dasar berbeda dengan tujuan pendidikan agama pada sekolah menengah, dan berbeda pula untuk perguruan tinggi.

Dari definisi perumusan Pendidikan Agama Islam di atas bahwa tujuan terakhir Pendidikan Agama Islam terletak pada realisasi sikap

43 Ibid., h. 280


(41)

penyerahan diri sepenuhnya pada Allah SWT, baik secara perseorangan, masyarakat maupun sebagai umat manusia keseluruhannya.

Untuk mencapai tujuan dan kemampuan-kemampuan tersebut, maka ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara:

a. Hubungan manusia dengan Allah SWT b. Hubungan manusia dengan sesama manusia c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri

d. Hubungan manusia dengan makhluk lain (selain manusia) dan lingkungannya.

Pada dasarnya ruang lingkup pendidikan agama silam meliputi tujuh unsur pokok yaitu: Al-Qur'an Hadits, Keimanan, Syari'ah, Ibadah, Mu'amalah, Akhlak dan Tarikh (sejarah Islam) yang menekankan pada perkembangan politik.44

Menurut Muhaimin (2001), Pendidikan Agama Islam yang diajarkan di sekolah di mulai dari tahapan kognisi, kemudian menuju tahapan afeksi, selanjutnya tahapan psikomotorik yaitu pengalaman ajaran Islam oleh peserta didik.45 Tujuan pendidikan agama Islam tersebut

44 Abdul Majid dan Dian Andayani. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 134


(42)

dicapai melalui materi-materi yang didapatkan kedalam lima unsur pokok yaitu Al-Qur'an, Keimanan, Akhlak, Fikih, dan Bimbingan Ibadah, serta Tarikh atau Sejarah yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran agama, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Pemberian materi ini diharapkan data memberikan kemampuan-kemampuan dasar yang harus dimiliki lulusan sekolah dasar, yaitu memiliki landasan iman yang benar, yang diukur dengan indikator-indikator, di bawah ini:46

a. Siswa mampu melaksanakan atau menjelaskan kehidupan beribadah b. Siswa mengenal kitab suci sesuai dengan umur anak

c. Siswa mampu membiasakan adab sopan santun yang baik sesuai dengan ajaran agama

d. Siswa memiliki pemahaman tentang kehidupan para Nabi/Rasul terutama masa kecil

e. Siswa mengenal cara membaca kitab suci dalam bahasa Ali dan memahami pengertian-pengertiannya dalam bagian tertentu.

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam untuk sekolah berfungsi sebagai bentuk:47

46 Ibid., h. 278


(43)

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dapat mengubah dan menjaganya sesuai dengan ajaran agama Islam.

d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, dan pengamalan ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat menghambat perkembangan menuju Indonesia seutuhnya.

f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan non nyata), sistem dan fungsinya.

g. Penyaluran, yaitu untuk mengeluarkan anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.


(44)

D. Tinjauan Pengaruh Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining terhadap Keaktifan siswa dalam Belajar

Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku melalui latihan atau pengalaman yang menyangkut aspek kepribadian baik fisik maupun psikis. Proses belajar adalah berbuat, beraksi, mengalami, menghayati. Pengalaman berarti menghayati situasi-situasi yang sebenarnya dan beraksi dengan sungguh-sungguh terhadap berbagai aspek situasi itu demi tujuan-tujuan yang nyata bagi pelajar.

Dalam pelaksanaan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining untuk meningkatkan beberapa siswa menjadi aktif dapat dilihat dari berbagai model pembelajaran/metode yang telah diberikan atau digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di lingkungan sekolah. Dengan model pembelajaran

Student Facilitator and Explaining diharapkan siswa secara mandiri bertindak atau melakukan kegiatan dalam proses belajar karena materi pelajaran akan lebih mudah dikuasai dan lebih lama diingat jika siswa mendapat pengalaman langsung dalam belajar.

Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan salah satu bagian dari active learning yang besar pengaruhnya terhadap belajar karena bila proses belajar mengajar tidak menarik siswa maka siswa tidak akan antusias untuk aktif belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya dan


(45)

bahan pelajaran yang dibungkus dengan proses belajar mengajar dengan menarik akan mudah disimpan dalam otak.

Menurut John Holt (1967) proses belajar akan meningkat jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata mereka sendiri 2. Memberikan contoh

3. Mengenali dalam bermacam-macam bentuk situasi

4. Melihat kaitan antara informasi tersebut dengan fakta atau gagasan lain 5. Menggunakan dengan beragam cara

6. Menyediakan sejumlah konsekuensinya 7. Menyebutkan lawan atau kebalikannya.48

Bagi guru sebagai pendidik hendaknya memperhatikan bagaimana agar anak mempunyai semangat dalam menerima pelajaran dan aktif di dalam proses belajar pembelajaran. Oleh sebab itu tugas pendidik adalah membimbing dan menyediakan kondisi agar peserta didik dapat mengembangkan bakat dan potensinya.

Dengan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining yang merupakan bagian dari pembelajaran active learning diharapkan siswa dapat

48 Melvin L Silberman. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nusamedia, 2006), h. 19


(46)

membiasakan peserta didik belajar aktif secara individu dan membantu peserta didik merefleksikan pengalaman-pengalaman yang telah mereka alami.49

Pada pembelajaran active learning merupakan suatu langkah dalam proses pembelajaran yang mengutamakan perbuatan secara langsung dari peserta didik dengan materi yang diberikan oleh guru sebagai instruktur belajar sekaligus sebagai mitra untuk menuntaskan belajar secara aktif yang artinya bahwa model pembelajaran ini memang dirancang mengarahkan siswa untuk aktif belajar.

Dari beberapa uraian di atas, penulis berkesimpulan bahwa model pembelajaran Student Facilitator and Explaining berpengaruh terhadap keaktifan belajar siswa. Sedangkan secara emperik hipotesis belum dapat dibuktikan, oleh karena itu untuk membuktikan hipotesis penulis mengadakan penelitian di SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo.

E. Hipotesis Penelitian

Yang dimaksud dengan hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih diuji secara empiris.50 Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya yang berjudul ”Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek” disebutkan bahwa hipotesis dapat diartikan sebagai

49 Ismail SM. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Paikem, ( Semarang: Sagha Grafika, 2008),h. 75


(47)

suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.51

Jadi yang dimaksud hipotesis penelitian adalah jawaban dari permasalahan sebuah penelitian yang masih bersifat sementara, yang kebenarannya dapat dibuktikan setelah penelitian dilaksanakan.

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka penulis merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Hipotesis kerja/ hipotesis Aternatif ( H )

H = Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining terhadap keaktifan siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas V SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo.

2. Hipotesis nol/ nihil (H )

H = Tidak terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining terhadap keaktifan siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas V SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo.


(48)

39

Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya maka seseorang peneliti harus dapat memahami dan menggunakan cara atau metode yang benar dalam penulisan tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian itu lazimnya dikatakan sebagai metodologi penelitian.

Metodologi penelitian dalam suatu penelitian ilmiah mempunyai kedudukan yang sangat penting karena di dalamnya membicarakan tatakerja dan cara pemecahan secara sistematis yang ditempuh peneliti. Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. sehingga dapat menemukan suatu jawaban dari permasalahan tersebut yang bersifat rasional, sistematis, dan emperis.

Berikut akan diterangkan mengenai hal-hal yang berkenan dengan masalah metodologi penelitian dan pendekatan penelitian, variabel penelitian, jenis data dan sumber data.

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif, yaitu jenis penelitian yang menggunakan metode kuantitatif dengan mengemukakan analisisnya pada


(49)

data numerik (data berbentuk angka) atau data kualitatif yang diangkakan/scoring.52 Pemilihan jenis penelitian kuantitatif karena pada penelitian

ini bertujuan untuk menguji suatu teori/hipotesis yang menjelaskan tentang hubungan antara fenomena sosial yang sedang terjadi. Pengujian tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah teori/hipotesis yang ditetapkan didukung oleh kenyataan atau bukti-bukti empiris atau tidak, bila bukti-bukti yang dikumpulkan mendukung, maka teori/hipotesis tersebut dapat diterima, atau sebaliknya jika tidak mendukung maka tertolak dan perlu direvisi kembali.

Untuk rancangan penelitiannya penulis menentukan beberapa tahap antara lain:

1. Menentukan Masalah Penelitian.

Dalam menentukan masalah penelitian ini penulis mengadakan studi tentang pengaruh model pembelajaran Student Facilitator and Explaining

terhadap keaktifan belajar siswa. 2. Pengumpulan Data

Tahap ini berisi metode penelitian yang akan digunakan oleh peneliti yang terbagi dalam beberapa tahap yaitu:

a. Menentukan sumber data, dalam penentuan sumber data ini adalah Kepala Sekolah, guru Pendidikan Agama Islam, dan siswa.


(50)

b. Mengumpulkan data, dalam pengumpulan data ini penulis menggunakan metode wawancara/interview, observasi, dan angket. 3. Analisis dan penyajian data berupa penulisan skripsi ini.

Rancangan penelitian diartikan sebagai model pembelajaran mengatur langkah latar belakang penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian.

Rancangan penelitian yang digunakan yaitu untuk mencari pengaruh antara variabel X (Independent Variabel) terhadap variabel Y (Dependent Variabel). Hal ini sesuai dengan problema dalam skripsi ini, yaitu untuk menemukan pengaruh antara model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (Variabel Bebas/ Independent Variabel) dengan keaktifan siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Variabel Terikat/ Dependent Variabel).

Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara kedua variable tersebut dapat penulis gambarkan sebagai berikut:

X Y

Maksudnya adalah bahwa hubungan antara kedua variabel di atas saling berpengaruh dimana variable X (Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining) berpengaruh terhadap variable Y (keaktifan siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam).


(51)

Adapun rancangan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Penentuan populasi yang akan dilakukan oleh peneliti(observer) sebelum menyebarkan angket

2. Menyebarkan angket pada siswa kelas V SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo 3. Analisis hasil angket yang telah disebarkan

4. Tahap pembuktian menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (menulis pengalaman secara langsung) dengan pantauan secara langsung oleh peneliti sekaligus observasi tentang keaktifan belajar siswa selama melaksanakan penelitian. Hal tersebut diperlukan untuk melihat kebenaran yang diungkapkan responden dalam angket.

5. Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti mengambil kesimpulan dan memberi saran serta membuat laporan dalam bentuk skripsi.

B. Variabel dan Instrumen Penelitian

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulan.53 Variabel adalah

konstruk yang sifatnya sudah diberi nilai dalam bentuk bilangan atau konsep

53 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet


(52)

yang mempunyai dua nilai atau lebih pada suatu kontinum. Nilai suatu variabel dapat dinyatakan dengan angka atau kata-kata.54

Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi dua yaitu variabel independen dan variabel dependent.55

a. Variabel independen

Variabel independen disebut juga dengan variabel bebas. Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent. Misalnya pada penggunaan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining.

b. Variabel dependen

Variabel dependen disebut juga variabel terikat. Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Misalnya pada “keaktifan siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam”.

2. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian pada prinsipnya adalah melakukan pengukuran maka harus ada alat ukur yang baik dalam penelitian yang dinamakan

54 Iqbal Hasan. Analisis Data Penelitian dengan Statistik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), cet 1,.

h. 12-13


(53)

instrumen penelitian. jadi instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian.

a. Instrumen pengumpulan data angket

Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining

terhadap keaktifan siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diberikan dan dilakukan oleh siswa, sehingga angket ini diberikan kepada siswa karena siswa adalah pelaku pembelajaran.

Dalam pelaksanaan metode angket, penulis menggunakan metode angket secara langsung dengan tipe tertutup, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang tersedia dengan membubuhkan tanda silang (X) sesuai dengan keadaan yang diketahui.

Adapun pemberian skor pada tiap-tiap item lembar angket ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk jawaban A adalah selalu skornya 4

2. Untuk jawaban B adalah kadang-kadang skornya 3 3. Untuk jawaban C adalah jarang skornya 2

4. Untuk jawaban D adalah tidak pernah skornya 1 b. Instrumen pengumpulan data observasi


(54)

1) Lembar pengamatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining

Lembar dalam penelitian ini meliputi lembar pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining terhadap keaktifan siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo. Lembar ini digunakan untuk mengamati guru dalam mengelola kelas.

Penilaian terhadap kemampuan guru dalam mengelola dan menerapkan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining, dibedakan menjadi 4 skala penilaian, yaitu nilai 1 ( kurang baik), nilai 2 (cukup baik), nilai 3 ( baik), dan nilai 4 ( sangat baik). Jika disajikan dalam bentuk interval, maka kriteria tingkatan kemampuan guru dalam mengelola dan menerapkan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining adalah sebagai berikut:

a) 1,00-1,75 = kurang baik b) 1,76-2,50 = cukup baik c) 2,51-3,25 = baik

d) 3,26-4,00 = sangat baik

2) Lembar pengamatan aktivitas siswa selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining

Lembar pengamatan ini digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan


(55)

menggunakan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi berasal dari bahasa Inggris population yang berarti jumlah penduduk. Oleh karena itu, apabila kata populasi, orang kebanyakan menghubungkannya dengan masalah-masalah kependudukan. Jadi populasi penelitian adalah keseluruhan dari obyek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya. sehingga obyek-obyek ini dapat menjadi sumber data penelitian.56 Populasi pada penelitian ini adalah seluruh jumlah siswa kelas V SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo. Jumlah siswa sebagai populasi adalah 100 siswa.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang


(56)

diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).57 Sehingga Dalam penelitian ini jenis sampel yang digunakan adalah jenis sampling purposive. Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Populasi dari penelitian ini adalah kelas V yang berjumlah 100 siswa, di mana pada kelas lima berjumlah 4 kelas yaitu kelas VA, VB, VC, dan VD, masing-masing kelas terdapat kurang lebih 25 orang siswa, sehingga sampel yang diambil oleh peneliti adalah 40 siswa dari kelas VB dan VC. Hal ini dilakukan untuk ketajaman analisis serta terbatasnya waktu, tenaga, biaya dan lain-lain.

D. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai

sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan datanya dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpulan data, dan sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpulan data, misalnya lewat orang lain atau dokumen. Selanjutnya jika


(57)

dilihat dari cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), quesioner (angket), observasi

(pengamatan) dan gabungan ketiganya.58

Untuk mengambil data yang akurat, dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu sebagai berikut:

1. Angket

Metode angket disebut pula sebagai metode kuesioner atau dalam bahasa Inggris disebut questionnaire (daftar pertanyaan). Metode angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden.59 Sehingga

kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan secara tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas.

Teknik ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang pengaruh penggunaan model Student Facilitator and Explaining terhadap

58 Ibid., h. 137


(58)

keaktifan siswa pada pembelajaran PAI kelas V SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo. Dengan cara memberikan pertanyaan/pernyataan terstruktur untuk dijawab atau dikerjakan responden secara tertulis. Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup dan langsung. Tertutup karena jawaban responden tinggal menyilang saja atau memilih jawaban yang telah tersedia. Pelaksanaannya langsung kepada subyek untuk mendapatkan keadaan tentang dirinya.

2. Observasi

Metode Observasi dalam sebuah penelitian diartikan sebagai pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan melibatkan seluruh indra untuk mendapatkan data. Jadi, observasi merupakan pengamatan langsung dengan menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, atau kalau perlu dengan pengecapan.60

Menggunakan metode observasi untuk mencari data di SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo, sebagai berikut:

a. Menentukan kelas yang akan digunakan sebagai kelas penelitian. b. Proses penyampaian mata pelajaran PAI oleh guru.

c. Mengamati suasana kelas ketika diadakan mata pelajaran PAI berlangsung.

60 Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka


(59)

3. Interview/wawancara

Wawancara adalah suatu proses interaksi dan komunikasi yang bertujuan untuk memperoleh informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden.61Penulis menggunakan metode wawancara untuk

mendapatkan informasi yang terkini dari narasumber. Selain itu, metode wawancara juga diperlukan karena melalui metode ini penulis dapat memperoleh data berupa informasi-informasi.

E. Metode Analisis Data

Analisis data dimaksudkan untuk mengkaji data dalam kaitannya dengan pengujian hipotesis penelitian, yaitu untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang dijelaskan. Untuk mengetahui jawaban dari permasalahan-permasalahan tersebut, maka peneliti mencari kebenaran dari data-data yang diperoleh, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Analisis data merupakan inti dalam penelitian. Analisis data ini dilakukan dalam suatu proses penyederhanaan data ke dalam bentuk lain yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan, di mana dalam pelaksanaannya dilakukan sejak pengumpulan data dan dikerjakan secara intensif yang yaitu setelah diadakannya penelitian.

61 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES, 2006), h.


(60)

Untuk menguji hipotesis dan memperoleh konklusi diperlukan metode analisis data sebagai berikut:

1. Untuk menjawab permasalahan pertama digunakan analisis deskriptif kualitatif yang datanya diperoleh dari angket yang disebarkan kepada siswa. Setelah data angket didapatkan dari siswa maka selanjutnya adalah memprosentasikan dengan rumus62:

P = X 100% Keterangan: P = Prosentase F = Frekuensi63

N = Jumlah responden

Setelah mendapatkan hasil perhitungan dari prosentase, nilainya dapat ditafsirkan dalam kalimat yang bersifat kualitatif sebagai berikut: a. 75-100% tergolong sangat baik

b. 50-74% tergolong baik

c. 25-49% tergolong cukup baik d. Kurang dari 24% tergolong kurang baik

2. Untuk menjawab permasalahan kedua dari rumusan masalah di atas yaitu tentang keaktifan belajar, maka penulis menggunakan data pengamatan

62 Anas Sudjono. Pengantar Statistika Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), h. 40 63 Ibid., h. 43


(61)

aktivitas belajar siswa selama pembelajaran berlangsung akan dianalisis dengan menggunakan prosentase (%) dan setiap indikator akan dihitung dengan cara sebagai berikut:

P = X 100% Keterangan: P = Prosentase F = Frekuensi

N = Jumlah responden

Setelah mendapatkan hasil perhitungan dari prosentase, nilainya dapat ditafsirkan dalam kalimat yang bersifat kualitatif sebagai berikut:

a. 75-100% tergolong sangat baik

b. 50-74% tergolong baik

c. 25-49% tergolong cukup baik

d. Kurang dari 24% tergolong kurang baik

3. Untuk menjawab permasalahan ketiga yaitu tentang ada tidaknya pengaruh model pembelajaran Student Facilitator and Explaining terhadap keaktifan siswa pada pembelajaran pendidikan agama Islam di SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo penulis menggunakan teknik analisa statistik dengan menggunakan rumus persamaan Regresi Linier, adapun rumus yang digunakan sebagai berikut64:


(62)

Y = a + b X Keterangan:

Y = nilai yang di prediksikan

X = variabel penyebab atau variabel independent a = konstanta

b = koefisien regresi

Untuk dapat menentukan persamaan regresi, maka harus menghitung terlebih dahulu harga a dan b. adapun rumus untuk menghitung harga a dan b sebagai berikut:

a = (∑ )(∑ ) (∑ )(∑ )( ∑ ) (∑ ) b = ( ∑ ) (∑ )(∑ )( ∑ ) (∑ )

Setelah mensubtitusikan ke dalam rumus regresi linier, maka langkah berikutnya adalah dengan uji signifikan adapun rumusnya dengan menggunakan tabel Anova untuk menguji hipotesis sampel:

TABEL 3.1

TABEL RINGKASAN UNTUK MENGUJI HIPOTESIS SAMPEL SUMBER

VARIASI

dk JK RJK F


(63)

Regresi (a) 1 JKreg(a)=∑ RJKreg(a)=JKreg(a) Fsig = ( )

Regresi (bIa) 2 JKreg(bIa) = b. ∑XY- (∑ )(∑ )

RJKreg(bIa)= JKreg(bIa)

Residu n-2 JKres=∑ -

JKreg(bIa)- JKreg(a)

RJK(e) =

Tuna cocok k-2 JK(tc)=JKres-IK(E)

RJK(tc) = ( ) Fline =

( _ ( )

Kekeliruan(E) n-k JK(E)=∑∑ −

(∑ )

RJK(E) = ( )

Kemudian isi rumus-rumus di atas berdasarkan hasil perhitungan dan tetapkan taraf signifikansi, setelah itu cari nilai Fsign hitungdan Fline tabel dengan rumus di bawah ini:

a. Fsign tabel = F(1-a)(dk reg)(bIa)dk res dengan melihat tabel F dapat dinilai F tabel

b. Fsig tabel = F(1-a) dk(TC) dk (E) F dan dengan melihat tabel F didapat nilai Ftabel

Ketika semuanya sudah dihitung dan diketahui masing-masing hasilnya, maka prosedur yang terakhir yakni membuat sebuah kesimpulan


(64)

dengan cara membandingkan antara hasil dari perhitungan tabel Anova tersebut dengan nilai Fsign hitung dan Fline tabel.65

Kemudian uji linieritas model regresi yaitu dengan pengujian hipotesis keberartian model regresi dengan taraf kesalahan 5%. Setelah itu dikorelasikan ke dalam produk moment dengan rumus:66

r = ( ∑(∑ ) ( ∑(∑ )(∑ )(∑ ) ) Keterangan:

= koefisien Korelasi Product Moment = jumlah individu dalam sampel = angka mentah untuk variabel X = angka mentah untuk variabel Y

untuk menguji korelasi digunakan statistik Product moment untuk mengetahui apakah Hipotesisnya terdapat pengaruh antara model pembelajaran Student Facilitator and Explaining terhadap keaktifan siswa dalam belajar pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas V SDN Kedungrejo.

65 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar. Pengantar Statistika, (Jakarta: Bumi Aksara,

2012), h. 218-220.

66 Suharsimi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h.


(65)

BAB IV

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

1. Sejarah Berdirinya SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo

Awal mula berdirinya Sekolah Dasar Negeri Kedungrejo sudah berdiri sejak zaman Belanda, pada saat itu Belanda masih menjajah Indonesia. Dan Sekolah Dasar Negeri Kedungrejo ini awalnya terbagi menjadi beberapa sekolah dasar. Masing-masing sekolah tersebut mempunyai visi dan misi yang berbeda. Seiring berjalannya waktu visi dan misi dari masing-masing sekolah dasar tersebut pada intinya sama sehingga pihak yang berwenang atas sekolah tersebut menjadikan satu sekolah dasar untuk mengembangkan pendidikan yang lebih maju, maka terbentuklah Sekolah Dasar Negeri Kedungrejo Waru Sidoarjo. Status bangunan sekolah ini adalah milik sendiri. SDN Kedungrejo berstatus terakreditasi A.

2. Keadaan Geografis

Letak geografis merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi pelaksanaan penelitian ini untuk memperoleh gambaran yang utuh dan jelas mengenai lokasi tersebut. Sesuai data yang penulis peroleh dari hasil observasi lapangan dan melihat keadaan secara langsung adalah sebagai berikut kondisi geografis SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo:


(66)

a. SDN Kedungrejo ini terletak diwilayah kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo.

b. Kondisi geografis.

1) Sekolah menghadap : Timur

2) Topografis : Daratan

3) Suhu udara rata-rata : 230 c

4) Luas tanah : + 5336.00 m 2

3. Visi dan Misi SDN Kedungrejo

Hasil observasi Kepala sekolah secara langsung penulis peroleh catatan visi dan Misi sesuai yang ada sebagai berikut:1

a. Visi SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo adalah Mewujudkan siswa beriman, bertaqwa, berilmu, cerdas, dan terampil

b. Misi SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo, adalah sebagai berikut: 1) Disiplin dan tertib dalam melakukan tugas dan pekerjaan 2) Membudayakan salam, senyum, sapa, santun (4S)

3) Melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan, dinamis, efektif, kreatif, inovatif, dialogis, dan produktif

4) Menyukseskan wajib belajar 9 tahun

1

Observasi di ruang guru bersama Ibu Lilik selaku staf TU, tanggal 16 November 2015, di SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo


(67)

4. Sarana dan Prasarana

Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar tidak terlepas dari sarana dan prasarana tersebut dapat menunjang dan menentukan tujuan yang diharapkan. Apalagi dengan kapasitas siswa yang berjumlah sekitar 565 siswa maka perlu dilengkapi fasilitas yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang proses belajar mengajar. Data sarana dan prasarana sesuai hasil observasi langsung di lapangan adalah sebagai berikut:2

a. Ruang kelas yang berjumlah 20 kelas, yang mana masing-masing kelas menampung kurang lebih 23-25 siswa

b. Ruang laboratorium IPA, Komputer

c. Ruang perpustakaan yang memiliki banyak koleksi untuk bahan bacaan siswa.

d. Tempat ibadah

e. Ruang guru dan kepala sekolah masing-masing berjumlah 1 ruang.

f. Ruang UKS/kesehatan

g. Kamar mandi/WC yang berjumlah 8 ruang, yang mana kamar mandi/WC

guru terdapat 2 ruang dan Kamar mandi/WC siswa terdapat 6 ruang. h. Halaman gedung yang lumayan luas

i. Meja dan buku

j. Dilengkapi gudang dan ruang sikulasi/selasar

2

Observasi di ruang guru bersama kepala sekolah Bapak Bambang, tanggal 19 November 2015, di SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo


(68)

5. Keadaan Pendidikan

Jumlah anggota yang berperan di sekolah SDN Kedungrejo ini adalah:3

a. Jumlah Kepala Sekolah : 1 orang

b. Jumlah Guru Pengajar : 31 Guru.

c. Jumlah tenaga Administrasi : 1 orang

d. Penjaga keamanan/pesuruh : 1 orang

Sesuai data yang penulis peroleh dari hasil observasi di Kepala sekolah dan TU SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo. Dari data tersebut terdapat jumlah guru yang sangat banyak, maka penulis mencantumkan rincian guru yang sesuai dengan mata pelajarannya:4

TABEL 4.1

DAFTAR PENGAJAR DAN STAF

NO Nama Pamong Pendidik Mengajar Mata Pelajaran

1. Ainur Rahimah, S.Pd TIK

2. Mareta Salsabila Pendidikan Agama

3. Achmad Syaiful Bahri, S.Pd Guru Pramuka

3

Observasi langsung pada buku data TU, tanggal 19 November 2015, di ruang guru SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo

4

Dokumentasi dari Ibu Lilik selaku TU, tanggal 19 November 2015 di Ruang guru SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo


(69)

4. Amro Asabektireti, S.Pd GURU KLS

5. Andi Setyawan, S.Pd GRU KLS

6. Dra.Dwi Prihatiningsih GURU KLS

7. Lilik Indriani, S.Pd GURU KLS

8. Lilik Kusmiati, S.Pd TU

9. Lilik Sumarni, S.Pd TU dan TIK

10. Lilis Sri Endahingtyas, S.Pd Sd GURU KLS

11 Maria Kurniawati, S.Pd GURU KLS

12. Mei Ernawati, S.Pd GURU KLS

13 Puji Rahayu GURU KLS

14 Riza Kurniawan, S.Pd GURU KLS

15 Titin Widiastuti, S.Pd Sd GURU KLS

16 Septian Wicaksono, S.Pd GURU KLS dan Pramuka

17 Drs.Siswo Edhy Guru Olahraga


(70)

19 Sri Utami GURU KLS

20 Suyono Penjaga Sekolah

21 SRI Wahyuni, S.Pd SD GURU KLS

22 Wida Puspita Sari, S.Pd GURUKLS

23. Sri Nuryati, S.Pd Sd Pendidikan Agama

24 SulisTri Ningsih, S.Pd Penjaskes

25 Ummatul Mahmudiyah Pendidikan Agama

26 A Yusuf Hasyim Ashari, A.Ma Pd SBK

27 Veronika Peni Nugraha, S.Ing Bhs. INGGRIS

28 Yuni Fajarwati, S.Pd Sd GURU KLS

29 Titin Sugiarti, S.Pd. Sd GURU KLS

30 Yetty Setiyo Rini GURU KLS

31 Wartini, S.Pd GURU KLS


(1)

pembelajaran kelas V SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo, dikategorikan cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata keaktifan peserta didik sebesar 49.

Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan analisis Regresi sederhana dapat diketahui bahwa persamaan Regresi Y = 20,218+ 0,519X. Sedangkan untuk menguji signifikansi dan linieritas dari persamaan Regresi tersebut dengan menggunakan tabel ANOVA. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwasanya F sign hitung = 3,32, kemudian dikonsultasikan pada F sign tabel pada taraf signifikan 5% = 4,08. Karena F sign hitung F sign tabel, maka hipotesis diterima. Kemudian diketahui juga F line hitung = 0,616 dan dikonsultasikan pada F line tabel pada taraf signifikan 5% = 2,64, Karena F line hitung Fline tabel, maka hipotesisnya juga diterima.

Kemudian dilanjutkan dengan korelasi dan , dengan nilai =1,96 dan =0,312 dengan taraf signifikan 5% sedangkan dengan taraf 1% adalah 0,403, sehingga dengan angka 1,96 0,403 0,312, maka Ha diterima

Maka dapat disimpulkan bahwa persamaan Regresi tersebut signifikan dan linier berdasarkan perhitungan ini, maka hipotesis nihil (Ho) yang berbunyi, “Tidak ada pengaruh yang signifikan dan linier antara model pembelajaran Student Facilitator and Explaining terhadap keaktifan siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas V SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo”, ditolak. Dan hipotesis kerja (Ha) yang berbunyi, “ Ada pengaruh


(2)

123

yang signifikan dan linier antara model pembelajaran Student Facilitator and Explaining terhadap keaktifan siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas V SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo” diterima. Artinya semakin baik model pembelajarannya pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam, maka semakin baik pula keaktifan dalam belajar yang ditimbulkan siswa kelas V SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo. Namun sebaliknya jika semakin rendah model pembelajarannya pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam, maka semakin rendah pula keaktifan dalam belajar yang ditimbulkan siswa kelas V SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo.


(3)

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang pengaruh model pembelajaran student Facilitator and Explaining terhadap peningkatan keaktifan siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas V SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo, maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran model Student Facilitator and Explaining di SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo dapat dikatakan baik, hal ini dibuktikan dengan observasi yang mana kemampuan guru dalam mengelola pemelajaran yang meliputi: pendahuluan, kegiatan inti/materi, evaluasi, penutup serta pengelolaan waktu dan suasana kelas mendapatkan jumlah rata-rata keseluruhan dari hasil observasi sebesar 3,42.

2. Keaktifan siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam juga tergolong baik, hal ini terlihat dari hasil wawancara pada guru bidang studi Pendidikan Agama Islam dan wali kelas. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya siswa yang bertanya setelah pembelajaran berlangsung.


(4)

125

3. Pembelajaran model student Facilitator and Explaining mempunyai pengaruh yang cukup besar pada keaktifan siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Kedungrejo Sidoarjo khususnya kelas V, hal ini dapat dibuktikan dengan hasil analisis data yang tersebar dan dihitung dengan rumus regresi linier yang mendapatkan hasil Y = 20,218+ 0,519X, jadi dapat dikatakan bahwa Ho” ditolak dan “Ha” diterima yakni ada pengaruh antara pelaksanaan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining terhadap keaktifan siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas V SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo.

B. SARAN

Adapun saran yang hendak dikemukakan peneliti berkenaan dengan pengaruh model pembelajaran Student Facilitator and Explaining terhadap keaktifan siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas V SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo yaitu pelaksanaan pembelajaran model Student Facilitator and Explaining sudah baik namun ada baiknya lebih ditingkatkan lagi sehingga visi dan misi SDN Kedungrejo Waru Sidoarjo dapat tercapai secara maksimal.


(5)

Agus suprijono, Cooperative Learning Dan Aplikasi Paikem (Yogyakarta: pustaka belajar, 2009).

Ahmad D Marimba, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Alma’arif).

Anas sudjono, pengantar statistika pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000).

Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013 (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014).

Eveline Siregar, Hartini Nara, Teori Belajar Dan Pembelajaran (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2014).

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Pengantar Statistika (Jakarta: Bumi Aksara, 2012).

Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Paikem ( Semarang: Sagha Grafika, 2008).

Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004).

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey (Jakarta: LP3ES, 2006).

Melvin L Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif (Bandung: Nusamedia, 2006).

Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013).

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001).

Muhaimin, et.al., Strategi Belajar Mengajar (Surabaya: citra media, 1996). M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana, 2009). Poewadarminta, W. J. S, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakatra: PT Balai

Pustaka, 1993).


(6)

Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods) (Bandung: Alfabeta, 2013).

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010).

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1993).

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1993).

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006).

Sumadi Suryabrata, Metodologii Penelitian (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998).

Sofan Amri, Iif Khoiru Ahmad. Proses Pembelajaran Kreatif Dan Inovatif Dalam Kelas (Jakarta: PT.Prestasi Pustakarya, 2010).

Tadjab M A, Ilmu Jiwa Pendidikan (Surabaya: PT Karya Dimata, 1994).

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan ( Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 1998).

Warsono, Hariyanto, Pembelajaran Aktif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012).

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007).


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN TUGUREJO 03

0 5 291

Model Pembelajaran Kooperatif Student Facilitator and Explaining (SFE) dengan Peta Konsep dalam Peningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. (Kuasi Eksperimen di SMP Jayakarta)

0 2 225

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SDN 101775 SAMPALI.

0 3 24

PENERAPAN STRATEGI STUDENT FACILITATOR ADN EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN Penerapan Strategi Student Facilitator And Explaining Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Dan Kemampuan Komunikasi Pada Pembelajaran IPA Siswa Kel

0 6 13

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Strategi Pembelajaran Student Facilitator And Explaining Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa KelaS V SD N

0 1 15

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Strategi Pembelajaran Student Facilitator And Explaining Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa KelaS V SD N

0 1 15

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri 1 Pulokulon Ke

0 2 14

PENERAPAN STRATEGI STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PEMAHAMAN SISWA KELAS VIII-D PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP MUHAMMADIYAH 4 SURABAYA SKRIPSI

0 0 16

BAB II IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR - IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PSIKOMOTORIK SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI MEMAHAMI TATACARA SHOLAT JUMA

0 1 18

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA KELAS X DI SMK SMTI BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 0 105