PROFIL INDUSTRI MAKANAN SLONDOK DI DESA BANJARHARJO, KECAMATAN KALIBAWANG, KABUPATEN KULON ROGO.
PROFIL INDUSTRI MAKANAN SLONDOK
DI DESA BANJARHARJO, KECAMATAN KALIBAWANG,
KABUPATEN KULON ROGO
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Teknik
Oleh:
Diah Ayu Septihartiningsih 04511241031
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BOGA
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2008
(2)
PENGESAHAN
PROFIL INDUSTRI MAKANAN SLONDOK
DI DESA BANJARHARJO, KECAMATAN KALIBAWANG, KABUPATEN KULON ROGO
Oleh:
Diah Ayu Septihartiningsih
Telah dipertahankan di depan penguji skripsi Pendidikan Teknik Boga Busana, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Pada Tanggal : 12 Desember 2008
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Teknik
Susunan Dewan Penguji
Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal
Ichda Chayati, M.P Ketua Penguji ………. ………..
Nani Ratnaningsih, M.P Sekretaris Penguji ……….. ………..
Marwanti, M.Pd Penguji ……… ………..
Yogyakarta, Januari 2009 Dekan Fakultas Teknik
(3)
PERSETUJUAN
Skripsi yang berjudul “PROFIL INDUSTRI MAKANAN SLONDOK DI DESA BANJARHARJO, KECAMATAN KALIBAWANG, KABUPATEN KULON ROGO”ini telah disetujui pembimbing untuk diujikan.
Yogyakarta, 21 November 2008 Pembimbing,
Ichda Chayati, M.P NIP. 132280879
(4)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ PROFIL INDUSTRI MAKANAN SLONDOK DI DESA BANJARHARJO, KECAMATAN KALIBAWANG, KABUPATEN KULON ROGO” benar-benar merupakan karya saya sendiri. Sepanjang sepengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang sejenis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang berlaku.
Yogyakarta, November 2008 Yang menyatakan
(5)
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Tiada kemenangan Tanpa perjuangan, tiada perjuangan tanpa pengorbanan, tiada pengorbanan tanpa keiklasan
Jangan Pernah ada kata “Putus asa “ dalam menghadapi segala sesuatu, kalau sudah waktunya, sesuatu akan teras indah, kuncinya hanya “SABAR”
Karya sederhana ini saya persembahkan kepada : Kedua Orang tua ku dan adikku atas doa, dukungan yang diberikan Teman – teman S1 Pend Teknik Boga angkt ’04 Camie_doel yang selalu memberikan doa dan semangat Almamaterku
(6)
PROFIL INDUSTRI MAKANAN SLONDOK
DI DESA BANJARHARJO, KECAMATAN KALIBAWANG, KABUPATEN KULON ROGO
Oleh :
Diah Ayu Septihartiningsih 04511241031
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Profil industri makanan slondok ditinjau dari bidang pemasaran,. (2) Profil industri makanan slondok ditinjau dari bidang produksi, (3) Profil industri makanan slondok ditinjau dari bidang keuangan, dan (4) profil industri makanan slondok ditinjau dari bidang sumber daya manusia.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Variabel penelitian ini adalah profil industri makanan slondok di Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo. Populasi penelitian ini terdiri dari 63 industri slondok yang berada di Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo sedangkan sampel yang diambil 6 industri slondok yang memiliki omset yang paling tinggi dengan teknik sampling menggunakan purposive sampling. Validitas instrumen yang digunakan adalah validitas Isi (content validity) dengan meminta pertimbangan tiga tenaga ahli(expert judgement).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil industri makanan slondok di Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo sebagai berikut: (1) Bidang pemasaran yang dilakukan masih sederhana yaitu tanpa merk, sertifikasi, ataupun kemasan khusus. Penjualan tidak dilakukan dengan menjual langsung di pasaran, tetapi mereka didatangi langsung oleh tengkulak dan juga tidak pernah melakukan promosi. Untuk karakteristik produk, hampir semua industri slondok memiliki karakter yang sama, mulai dari bentuk yang bulat seperti cincin ± 2 cm, berwarna kuning, tekstur renyah dan rasa yang gurih. (2) Dari segi perencanaan produksi, yaitu bahan baku berupa ketela jenis Rengganis dan Adira dan bahan penolong seperti minyak goreng, garam, dan bawang putih. Peralatan yang digunakan dalam membuat slondok masih sederhana. Pembuatan slondok membutuhkan waktu yang singkat yaitu ± 5 jam, dalam proses menjemur membutuhkan waktu ± 10 jam tergantung pada keadaan cuaca. Dalam satu hari slondok yang dihasilkan rata-rata ± 35 kg – 70 kg. Pengawasan produksi dilakukan pada saat penyortiran bahan baku. (3) Bidang keuangan yang didapatkan para pengusaha adalah modal milik sendiri. Sedangkan sistem pengupahan yang dipakai adalah sistem pengupahan menurut hasil kerja. (4) Bidang sumber daya manusia, merupakan industri skala rumah tangga dengan tenaga kerja sebagian besar adalah laki-laki dan tenaga kerja tersebut dari anggota keluarga sendiri dan tetangga dekat. Tingkat pendidikan rata-rata adalah SD dan mereka tidak memiliki pengalaman di luar bidang pembuatan slondok
(7)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “ Profil Industri Makanan Slondok Di Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo”. Penyusunan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Tata Boga Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
Penulis menyadari selesainya laporan proyek akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan semua pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah penyusun menyampaikn rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Wardan Suyanto Ed. D, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Sutriyati Purwanti, M.Si, selaku Ketua Program Studi Teknik Boga Universitas Negeri Yogyakarta
3. Ichda Chayati, M.P, selaku dosen pembimbing skripsi, atas bantuan, dorongan dan bimbingannya selama ini
4. Marwanti, M.Pd,selaku dosen penguji skripsi atas bantuan dan waktu yang telah diberikan.
5. Nani Ratnaningsih, M.P, selaku sekertaris penguji Skripsi, atas bantuan dan waktu yan telah diberikan
6. Teman-teman S1 angkatan 2004, ayo semangat.
7. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya Tugas akhir ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Sebagai tahap belajar, penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan laporan ini dan dapat dimanfaatkan
Yogyakarta, Januari 2009
(8)
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ………... ii
HALAMAN PERSETUJUAN………... iii
HALAMAN PERNYATAAN……… iv
HALAMAN PERSEMBAHAN………... v
ABSTRAK……….. vi
KATA PENGANTAR……… vii
DAFTAR ISI………... viii
DAFTAR TABEL………... x
DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR LAMPIRAN………... xii
BAB I PENDAHULUAN………... 1
A. Latar Belakang Masalah ..………... B. Identifikasi Masalah ………..………... C. Batasan Masalah……….……….. D. Rumusan Masalah………... E. Tujuan Penelitian……….. F. Manfaat Penelitian……….... 1 3 4 4 4 5 BAB II KAJIAN TOERI ……….... 7
A. Deskripsi Teoritik ……… 1. Pengertian Profil………... 2. Pengertian Industri... 3. Pengertian Profil Industri ... 4. Manajemen ... 5. Industri Slondok.………... B. Kerangka berfikir ………... 6 6 7 7 7 19 28 BAB III METODE PENELITIAN ………... 30
(9)
2. Jenis Penelitian ………...
B. Populasi Dan Sampel Penelitian ………...
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ………...
D. Teknik Pengumpulan Data ………...
E. Instrumen Penelitian ………....
F. Teknik Analisis Data ………...
30 31 31 32 33 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 37
A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian ………....
B. Hasil Penelitian...
C. Pembahasan Hasil Penelitian ……….
37 37 54
BAB V SIMPULAN DAN SARAN……….... 65
A. Simpulan………...………...
B. Saran ………..
65 66
DAFTAR PUSTAKA ……….. 67
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kandungan Gizi Singkong... 23
Tabel 2. Formula Pembuatan slondok... 25
Tabel 3. Kisi-kisi instrumen... 34
Tabel 4 Identitas responden menurut usia... 38
Tabel 5. Identitas responden menurut jenis kelamin... 38
Tabel.6 Jumlah produksi dalam 1 kali produksi... 41
Tabel 7. Harga jual slondok... 41
Tabel 8. Jangkauan Penjualan... 43
Tabel 9. Pengadaan bahan baku ... 44
Tabel 10. Jenis bahan baku yang digunakan ... 45
Tabel 11. Jumlah pembelian bahan baku ... 46
Tabel 12. Peralatan dalam membuat slondok... 46
Tabel 13. Modal usaha... 50
Tabel 14. Pendidikan formal pemilik industri... 51
Tabel 15. Pendidikan non formal. pemilik industri... 52
Tabel 16. Pengalaman kerja... 52
(11)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Diagram alir kerangka berfikir ... 29
Gambar 2 Slondok . ... 39
Gambar 2. Pengemasan slondok... 40
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat penelitian... 73
Lampiran 2 Hasil Uji Validitas... 78
Lampiran 3 Instrumen penelitian... 84
Lampiran 4 Hasil Wawancara dan Observasi... 90
Lampiran 5 Perhitungan Penentuan sampel... 108
Lampiran 6 Perhitungan regresi linier umur Vs Lama Usaha... 117
(13)
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pertumbuhan sektor industri sekarang ini sedang mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari semaraknya pertumbuhan industri rumah tangga sebagai usaha yang dipilih masyarakat untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Terlihat jelas bahwa sektor industri dapat menampung tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi pengangguran dan memberikan peningkatan pendapatan masyarakat serta mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dalam perkembangannya tidak semua industri dapat berkembang dengan baik, hal tersebut disebabkan oleh berbagai macam kendala yang dihadapi dari masing-masing industri. Masalah yang timbul dan banyak dialami oleh industri kecil meliputi kurangnya modal, lokasi yang salah dan kurangnya promosi.
Menurut Siti Nurimah (2003) kelemahan dan keunggulan industri kecil meliputi pemilik yang merangkap menjadi manajer perusahaan yang bekerja sendiri dan memiliki gaya manajemen sendiri, merupakan perusahaan keluarga dimana manajernya mungkin tidak memiliki keahlian yang handal, resiko usaha menjadi beban pemilik, pemilik mengelola secara mandiri dan bebas waktu, tenaga kerja yang tidak berpendidikan tinggi, tidak ada analisis uang tunai, tidak memiliki perencanaan sistem struktur organisasi, serta alat-alat kegiatan yang masih sederhana, selain itu lemahnya promosi dan sumber modal terbatas.
Industri kecil perlu ditingkatkan dan dikembangkan, oleh karena itu pemerintah harus mengambil berbagai kebijakan, misalnya kemudahan dalam
(14)
2
mendapatkan kredit dan modal dari bank, pemberian pendidikan dan pelatihan, sehingga sektor industri kecil akan berkembang dengan baik dan akan membantu tercapainya pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
Industri makanan slondok yang berada di Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari sekian banyak industri makanan kecil yang tersebar di wilayah Yogyakarta. Meskipun industri tersebut terletak di daerah yang cukup jauh dari kota dan apabila dibandingkan dengan penelitian tentang slondok di daerah Magelang yang diteliti oleh Ana Diyah (2004),
Industri slondok di Banjarharjo ini tergolong masih sederhana, industri ini mempunyai potensi dalam memberikan sumber penghidupan bagi masyarakat. Industri ini merupakan industri rumah tangga yang memiliki tenaga kerja 1-4 orang dan sudah terdaftar di Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan mulai berkembang, akan tetapi manajemen usaha belum maksimal hal ini dapat dilihat dari manajemen sumber daya manusia yaitu rekruitmen pegawai yang berdasarkan kenalan dan tidak mempermasalahkan latar belakang pendidikan, pembagian kerja yang serabutan, tidak ada struktur organisasi yang jelas, penerapan system penggajian yang sederhana. Manajemen keuangan meliputi administrai yang tidak teratur serta dana pribadi dan dana perusahaan masih tercampur, manajemen produksi meliputi peralatan yang kurang lengkap dan memadai, pelaksanaan produksi yang tidak sesuai jadwal, pengawasan produksi yang kurang itensif. Sedangkan manajemen pemasaran meliputi kurang luasnya
(15)
3
sanitasi hygiene dan pengendalian mutu yang masih sederhana. Untuk itu agar industri slondok dapat berkembang maka diperlukan manajemen usaha yang baik dan terarah terencana dan berkembang dalam persaingan. Untuk itu agar industri slondok dapat berkembang perlu diketahui permasalahannya, dari permasalahan tersebut diharapkan dapat diketahui jalan keluarnya sehingga industri dapat lebih berkembang. Langkah awal yang dilakukan adalah mengetahui gambaran tentang industri makanan slondok di Banjarharjo, dari pemerintah ( Dinas Perindustrian dan Perdagangan) Kabupeten Kulon Progo belum memberikan gambaran yang jelas tentang industri tersebut beserta produknya. Penggambaran yang dimaksud adalah profil industri makanan slondok Di Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo.
B. Identifikasi Masalah
Beberapa hal yang menyangkut profil industri makanan slondok di Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, yang akan diteliti dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Bagaimana pemasaran yang dilakukan pada industri makanan slondok? 2. Bagaimana proses produksi yang dilakukan pada industri makanan
slondok?
3. Bagaimana keuangan pada industri makanan slondok?
4. Bagaimana sumber daya manusia pada industri makanan slondok? 5. Bagaimana sanitasi hygiene makanan pada usaha slondok?
(16)
4
7. Hambatan apa saja yang dihadapi dan upaya mengatasi hambatan pada usaha makanan slondok yang sukses?
C. Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah ternyata terdapat banyak permasalahan sehingga diperlukan batasan masalah. Dengan adanya batasan masalah maka akan menambah jelas fokus permasalahan, di samping keterbatasan pengetahuan, biaya, waktu, dan tenaga. Peneliti membatasi permasalahan yang diangkat dalam latar belakang dan identifikasi masalah yaitu dari bidang pemasaran, bidang produksi, bidang keuangan dan bidang sumber daya manusia.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana profil industri slondok di Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo ditinjau dari bidang pemasaran? 2. Bagaimana profil industri slondok di Desa Banjarharjo, Kecamatan
Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo ditinjau dari bidang produksi? 3. Bagaimana profil industri slondok di Desa Banjarharjo, Kecamatan
Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo ditinjau dari bidang keuangan? 4. Bagaimana profil industri slondok di Desa Banjarharjo, Kecamatan
Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo ditinjau dari bidang sumber daya manusia?
E. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui profil industri slondok di Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo ditinjau dari bidang pemasaran.
(17)
5
3. Mengetahui profil industri slondok di Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo ditinjau dari bidang keuangan. 4. Mengetahui profil industri slondok di Desa Banjarharjo, Kecamatan
Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo ditinjau dari bidang sumber daya manusia
F. Manfaat penelitian
1. Dapat diketahuinya profil indistri makanan slondok di Desa Banjarharjo yang ditinjau dari bidang pemasaran, bidang produksi, bidang keuangan, bidang sumber daya manusia.
2. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh :
a. Pengusaha slondok di Banjarharjo sebagai studi perbandingan untuk kepentingan usahanya terutama untuk pengembanggan usahanya serta untuk mengantisipasi kesulitan yang mungkin muncul.
b. Bagi Jurusan PTBB, Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pustaka yang akan memperkaya khasanah keilmuan tentang industri makanan slondok dan bias digunakan untuk penelitian selanjutnya. c. Bagi peneliti, sebagai wahana untuk menerapkan ilmu yang telah
diperoleh selama melaksanakan perkuliahan di UNY dan sebagai masukan yang dapat digunakanpertimbangan untuk menciptakan lapangan kerja khususnya dalam usaha makanan.
d. Peneliti lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk mengungkap permasalahan lebih lanjut.
(18)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Profil
Istilah profil menurut J.S Badudu (1994) berarti pandangan dari samping tentang wajah orang, raut muka, atau tampang. Menurut Sumadji yang dikutip oleh Asih Ratnasih (2003) dalam kamus ilmu sosial profil adalah gambaran grafis dari tingkat-tingkat yang berhubungan dengan serangkaian ciri tertentu.
Profil menurut Kommaruddin (1984) adalah grafik yang menyajikan secara kuantutatif seperangkat karakteristik yang ditentukan oleh tes. Sedangkan menurut Peter Salim dan Yeni Salim (1991) profil adalah rencana atau penjelasan singkat mengenai bagian-bagian utama. Dari berbagai pendapat tentang definisi profil di atas memberi penjelasan bahwa profil merupakan suatu penggambaran tentang suatu objek secara jelas dilihat dari berbagai segi yang menjadi karakteristik obyek tersebut
2. Pengertian Industri
Industri menurut Badan Pusat Statistik (2000) adalah tempat pengolahan bahan dasar menjadi barang jadi atau barang yang lebih tinggi nilai jualnya. Departemen Perindustrian dan Perdagangan (1994) mendefisinikan industri sebagai kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah menjadi bahan setengah jadi atau barang jadi yang menjadi barang bernilai lebih dalam
(19)
industri dalam pengolahan bahan dibutuhkan tempat untuk proses produksi agar menghasilkan produk yang diinginkan.
Menurut Sujadi Prawirosentono (1997) pengertian industri adalah suatu tempat yang menghasilkan dan menjual barang sejenis. Selama menjual barang dibutuhkan tempat yang berfungsi untuk menghasilkan barang yang diproduksi.
Melihat pengertian di atas, maka industri pada prinsipnya sama merupakan tempat mengolah bahan. Dalam pengolahan bahan tersebut, suatu industri perlu sekali memperhatikan tempat pengolahan yang tepat karena akan mempengaruhi efektivitas dan kenyamanan dalam bekerja, sehingga dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan industri slondok adalah tempat pengolahan bahan baku (singkong) menjadi bahan jadi (slondok).
3. Pengertian Profil Industri
Profil industri yang dimaksud pada penelitian ini adalah gambaran atau potret tempat pengolahan bahan dasar menjadi barang jadi atau barang yang lebih tinggi nilai jualnya.
Menurut Ammirullah dan Imam Hardjanto (2005) dalam konteks bisnis manajemen dapat dibagi menjadi empat bidang utama ; a) bidang pemasaran, b) bidang produksi, c) bidang keuangan dan d) bidang sumber daya manusia.
4. Manajemen
Sukanto Reksohadiprodjo (2000) menyatakan bahwa manajemen adalah proses merencanakan dan mengambil keputusan, mengorganisir, memimpin dan mengandalkan sumber daya manusia, keuntungan fisik dan informasi guna mencapai sasaran organisasi dengan cara efisien dan efektif.
(20)
Menurut Suharsimi Arikunto (1990) Manajemen dapat diartikan pengelolaan-pengelolaan menurut pengertian modern adalah suatu usaha bersama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan menggunakan sumber daya dan dana yang ada.
Menurut M. Fuad (2001) manajemen adalah sutu proses yang melibatkan kegiatan perencanaan, penggorganisasian, penggarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk mencapai sasaran perusahaan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses pelaksanaan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan tertentu yang diselenggarakan dan diawasi.
Menurut Ammirullah dan Imam Hardjanto (2005) Dalam konteks bisnis, manajemen dapat dibagi dalam empat bidang utama, walaupun dalam bisnis tertentu bidang–bidang itu dapat berkembang sesuai dengan skala perusahaan dan strategi yang dikembangkan Manajemen atau juga dapat disebut bidang bisnis dapat dikelompokkan dalam ; a) bidang pemasaran, b) bidang produksi, c) bidang keuangan dan d) bidang sumber daya manusia.
Menurut Amiirullah dan Haris Budiyono (2004) bidang-bidang manajemen dikelompokkan menjadi empat bidang utama yaitu : ) bidang pemasaran, b) bidang produksi, c) bidang keuangan dan d) bidang sumber daya manusia
(21)
Menurut Hani Handoko (1997) bidang-bidang manajemen dibagi menjadi beberapa diantaranya yaitu manajemen sumber daya mausia, manajemen keuangan, manajemen produksi dan manajemen pemasaran
a. Manajemen Pemasaran
Pemasaran adalah kegiatan manusia yang dimaksudkan untuk memuaskan kebutuhan dan kemajuan melalui proses pertukaran (Kotler Philip, 1994). Indiyo Gitosumarno (1994) mengemukakan bahwa pemasaran adalah suatu kegiatan yang mengusahakan agar produk yang dipasarkan dapat diterima dan disenangi pasar. Jadi pemasaran merupakan kegiatan yang mengusahakan agar produk diterima konsumen untuk pemenuhan dan pemuas kebutuhan. Dalam pemasaran terjadi perpindahan barang atau jasa dari tangan produsen ke konsumen. Jangkauan pemasaran sangat luas, berbagai tahap kegiatan harus dilalui hingga barang atau jasa sampai ke tangan konsumen.
Keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya membutuhkan strategi dalam pemasaran. Strategi yang banyak dan sering digunakan adalah strategi bauran pemasaran (Marketing Mix). Bauran pemasaran atau
Marketing Mix merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan yang memuat unsur-unsur yang penting dan perlu dilakukan untuk memantapkan posisi perusahaan dan mencapai tujuan perusahaan.
Menurut Basu Swastha (1997) Marketing Mixadalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran yakni: produk, struktur harga, kegiatan promosi dan saluran distribusi.
(22)
Sedangkan menurut M. Mursid (1997) bauran pemasaran atau marketing mix adalah faktor-faktor yang dikuasai, digunakan dikendalikan oleh sesorang manajer untuk mempengaruhi jumlah permintaan dan menaikkan omset.Marketing mix/ bauran pemasaran terdiri dari :
1) Produk/product
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian yang digunakan, dimili, dikonsumsi sehingga dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan (Kotler dan Amstrong, 2001). Menurut M.H Soetrisno (1991) Produk adalah menyangkut pemilihan barang yang akan ditawarkan secara tepat kepada konsumen. Produk yang dimaksud dalam hal ini adalah setiap barang yang dihasilkan perusahaan melalui proses produksi untuk dijual kepada konsumen. Kebijakan produk perusahaan juga menyertakan atribut produk yaitu mutu, tampilan, model, pilihan, nama merk, pengemasan, garansi/jaminan.
2) Harga/price
Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan kepada konsumen dengan manfaat dari memiliki/menggunakan produk/jasa yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar menawar atau ditetapkan oleh penjual untuk suatu harga yang sama terhadap semua pembeli (MH. Soetrisno, 1991). Harga sering dijadikan indikator oleh konsumen terhadap kualitas suatu produk. Konsumen sering
(23)
Apabila harga lebih tinggi dibandingkan dengan produk yang lain maka dianggap memiliki kualitas yang lebih baik. Basu Swastha & T.Hani
Handoko (1989) mendefisinikan harga sebagai berikut : “ harga adalah
jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan
pelayanannya”.
Dari definisi diatas harga mengandung dua komponen pokok yaitu: barang yang dibayar oleh konsumen sudah termasuk pelayanan, dan penjual ingin mendapatkan keuntungan dari dari harga yang ditetapkan.
3) Promosi/promotion
Menurut Basu Swastha (1997) promosi adalah arus informasi persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang pada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran. Dari definisi tersebut jelas bahwa promosi merupakan salah satu aspek yang penting dalam manajemen pemasaran. Promosi dapat menimbulkan rangkaian kegiatan selanjutnya dari perusahaan disamping itu dapat dijadikan alat untuk menimbulkan keinginan konsumen untuk menggunakan produk-produk yang ditawarkan oleh perusahaan.
Adapun alat –alat yang dapat digunakan untuk mempromosikan produksnya, menurut Indriyo (1996) pengusaha dapat memilih beberapa cara yaitu :
(24)
a) Pengiklanan, baik melauli media surat kabar, majalah, radio, televisi, atau dalam bentuk–bentuk poster poster yang dipasang di penggir jalan
b) Promosi penjualan(sales promotion)seperti membuatbooklet, ikut pameran dan lain-lain
c) Personal Selling, promosi dan penjualan langsung kepada konsumen.
d) Publisitas (publication) seperti yang dilakukan pada media iklan tetapi dalam bentuk pemberitaan.
Selain empat variable daiatas, lokasi penjualan juga sangat berpengaruh terhadap kelancaran kegiatan pemasaran. Harimurti Subanar (1995) mengemukakan bahwa lokasi yang mudah dilihat, mudah di temukan, dan tidak sulit menjangkaunya akan sangat membantu dalam memasarkan produk dan jasa.
4) Saluran distribusi (place)
Saluran distribusi adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan produk sampai ke konsumen atau berbagai aktivitas perusahaan yang mengupayakan agar produk sampai ke tangan konsumen. Perusahaan dalam melaksanakan distribusi adalah bekerja sama dengan para penyalur pemasaran dan distributor kemudian membentuk saluran distribusi, dalam pendistribusian diperlukan tempat yang memadai seperti halnya jumlah dan jenis perantara, lokasi, tingkat persediaan, transportasi.
(25)
Dalam kegiatan distribusi ada beberapa macam aliran distribusi menurut basu swasta (1996):
a) Produsen konsumen
b) Produsen pengecer konsumen
c) Produsen pedagang besar pengecer konsumen b. Manajemen Produksi
Manajemen produksi menurut Pontas M. Pardede (2005) adalah : segala bentuk dan jenis pengambilan putusan mulai dari penentuan jenis barang atau jasa yang akan dihasilkan, sumber daya–sumber daya yang dibutuhkan, cara pengolahannya, teknik operasi dan produksi yang akan digunakan, sampai barang atau jasa tersebut di tangan pemakai atau pengguna.
Menurut Sri Wening dan Sicilia Sawitri (1994) fungsi manajemen produksi dapat digolongkan menjadi tiga buah fungsi meliputi perencanaan produksi, pelaksanaan produksi dan pengawasan produksi.
1. Perencanaan produksi
Setiap pengusaha tidak menghendaki adanya kerugian, mereka berusaha untuk memperlancar usaha agar usahanya dapat berjalan lancar dan dapat meningkatkan produksi. Tentu saja harus direncanakan dengan teliti, apabila usaha tersebut dibidang produksi maka perlu adanya perencanaan produksi yang harus dilakukan.
Dalam suatu kegiatan usaha perencanaan merupakan bagian dari fungsi manajemen. Perencanaan dapat diartikan sebagai serangkaian
(26)
tindakan yang dilakukan untuk mencapai hasil yang diinginkan dan juga untuk menekan inefisiensi dintaranya pemborosan bahan dan penyimpanan fungsi bahan. Perencanaan meliputi seluruh kegiatan mulai dari penentuan jenis barang yang akan dibuat, perencanaan pengadaan dan penanganan sumber daya-sumber daya yang akan diolah, penentuan jumlah dan jenis tata letak peralatan yang akan digunakan, penentuan cara dan teknik pengolahan yang akan digunakan, penentuan ciri dan sifat yang harus dimiliki produk, serta penentapan waktu kapan produk harus siap untuk dipasarkan (Pontas M. Pardede, 2005). Menurut Ray Wild dalam Komarudin (1991) perencanaan produksi adalah penentuan, perolehan dan persiapan segenap fasilitas yang diperlukan untuk memproduksi barang-barang dikemudian hari. Fasilitas yang dimaksud adalah segala sesuatu (sumber daya) yang harus ada untuk pelaksanaan kegiatan jenis produksi misalnya; bahan baku, tenaga kerja , mesin dan lain-lain. Sedangkan menurut Agus Ahyari (1998) perencanaan produksi adalah perencanaaan tentang produk apa dan berapa jumlahnya msing-masing yang segera akan diproduksikan pada periode yang akan datang. Menurut beberapa definisi di atas perencanaan adalah penentuan, perolehan, persiapan segenap fasilitas (modal, bahan baku, tenaga kerja, mesin, tempat produksi dan lain-lain) yang diperlukan untuk memproduksi suatu produk dengan jumlah yang telah direncanakan yang akan diproduksi di masa datang.
(27)
2. Pelaksanaan produksi
Pelaksanaan kegiatan produksi adalah penggunaan tenaga kerja manusia dan alat untuk mengolah bahan baku dan bahan tambahan yang tersedia untuk membuat barang atau jasa. Kegiatan pengolahan dilaksanakan sesuai dengan teknologi yang digunakan dalam pengolahan tersebut. Jenis teknologi yang digunakan dalam pengolahaan tersebut akan menentukan cara pengolahan bahan dan jenis alat yang digunakan. Jenis teknologi juga menentukan daya kerja perusahaan yaitu jumlah barang yang akan dibuat dengan menggunakan sejumlah tertentu bahan baku dan tenaga kerja serta sejumlah jam tertentu (Pontas M. Pardede, 2005). Menurut Indriyo Gitosudarmo (1994) pelaksanaan produksi adalah membuat bahan baku menjadi barang jadi. Pelaksanaan produksi adalah suatu metode atau cara membentuk suatu barang dari bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.
3. Pengawasan produksi
Pengawasan merupakan tindakan seorang manager untuk menilai dan mengendalikan jalannya suatu kegiatan yang mengarah demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Richard L.Daft (2000) pengawasan produksi adalah memantau aktivitas karyawan agar tetap berjalan kearah pencapaian sasaran dan membuat koreksi bila diperlukan. Selain itu Hamdan Mansoer (1989) berpendapat bahwa pengawasan adalah mengukur pelaksanaan dengan acuan dan tujuan yang ditetapkan mencari penyebab adanya penyimpangan dan
(28)
mengadakan tindakan korektif bila diperlukan. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengawasan produksi adalah memantau, menilai dan mengendalikan aktifitas karyawan dengan acuan tujuan yang ditetapkan mencari penyebab adanya penyimpangan dan mengadakan tindakan korektif bila diperlukan
c. Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan aktifitas yang besangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan dana tersebut. Sementara menurut Erlina yang dikutip oleh Viona Rosavita mengungkapkan bahwa manemen keuangan merupakan manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan, di mana fungsi tersebut antara lain fungsi bagaimana memperolah dana dan menggunakan dana tersebut.
Dalam manajemen keuangan tak juga dapat dilepaskan dengan modal. Modal menurut Pandji Anoraga (1997) adalah barang/hasil produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk lebih lanjut. Menurut Bambang Riyanto (1991) modal dibedakan menjadi dua yaitu modal lancar(aktiva lancar) dan modal tetap (aktiva tetap). Pengertian dari modal lancar adalah aktiva yang habis dalam proses satu kali berputar dalam proses produksi dan proses berputarnya dalam jangka waktu pendek. Sedangkan modal tetap adalah aktiva yang tahan lama yang tidak atau secara berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi seperti tanah, masin dan lain-lain.
(29)
Modal merupakan faktor penting yang mempunyai arti yang lebih menonjol dalam kegiatan usaha, sebab modal merupakan urat nadi bagi suatu perusahaan ( Harimurti Subanar, 2001).
Selain modal dalam manajemen keuangan juga membahas tentang pengupahan/pengajian. Menurut Suwanto dan Rasto (2003) definisi gaji, upah dan upah intensif adalah sebagai berikut : gaji adalah balas jasa yang dibayarkan secara periodik pada karyawan tetap serta mempunyai jaminan yang pasti. Upah adalah balas jasa yang dibayarkan kepada karyawan hrian dengan berpedoman atas penggajian yang disepakati. Sedangkan upah intensif adalah balas jasa yang diberikan kapada karyawan tertentu yang mempunyai prestasi diatas prestasi standar.
Sistem penggajian saat ini beraneka ragam dan cenderung tidak menggunakan pedoman yang pasti dalam menentukan upah bagi karyawan /pekerja. Menurut Harimurti Subanar (2001) berbagai pengaturan penggajian yang terdapat pada usaha kecil dan kerajinan di Yogyakarta umumnya berdasarkan jumlah dan kuantitas produk yang dihasilkan oleh pekerja. Slamet Saksono (1998) lebih lanjut membagi sistem pengupahan menjadi empat yaitu :
1) Sistem pengupahan menurut waktu
Dalam sistem ini, hasil pekerjaan bukan merupakan suatu ukuran. Pekerja dibayar berdasarkan waktu yang dihabiskan perjam, per minggu, per bulan atau pertahun. Dengan sistem pengupahan ini
(30)
pengusaha diharapkan pada kemungkinan pekerjaan yang dilakukan pekerja mengguntungkan atau merugikan perusahaan.
2) Sistem pengupahan menurut hasil kerja
Dengan sistem ini, pekerja dibayar untuk jumlah unit pekerjaan yang dapat diselesaikan tanpa menghiraukan jumlah waktu yang digunakan. Oleh karena itu pekerja cenderung memanfaatkan setiap waktu yang ada agar dapat menyelesaikan unit pekerjaan lebih banyak. Dengan sistem ini pihak pengusaha dihadapkan pada tanggung jawab keuntungan dan kerugian yang berkaitan dengan kualitas tiap unit pekerjaan yang dihasilkan oleh pekerja.
3) Sistem pengupahan menurut standar waktu
Dengan system ini, upah dibayarkan berdasarkan waktu yang telah distandarisasi. Premi/bonus merupakan pembayaran ekstra yang diberikan kepada pekerja sebagai suatu pendorong agar pekerja mau meningkatkan prestasinya sebaik dan semaksimal mungkin.
4) Sistem pengupahan menurut kerja sama pekerja dan pengusaha Sistem ini meliputi pembagian keuntungan yang pembayarannya dilakukan dikemudian sebagai tambahan dikombinasikan dengan system pembayaran upah yang telah ditentukan.
d. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Sumber Daya Manusia (SDM) adalah manusia yang merupakan tenaga kerja perusahaan. Manusia berperan aktif dan dominan dalam setiap
(31)
terwujudnya tujuan organisasi (H. Malayu, 2006). Menurut Talidziduhu Ndraha (1993) yang dimaksud dengan SDM adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Pengertian lain dari SDM secara mikro menurut Hudori Nawawi (2001) adalah manusia atau orang yang bekerja menjadi anggota suatu organisasi yang disebut personil, pegawai, karyawan, pekerja, tenaga kerja dan lain-lain. Posisi SDM dalam perusahaan sangatlah penting. SDM merupakan asset atau kekayaan perusahaan, oleh karena itu penting untuk memahami cara pengelolaan SDM secara benar sehingga tujuan organisasi tercapai. Begitu juga dengan industri slondok, pengembangan industri selain membutuhkan modal kerja dan bahan baku industri juga dituntut tersedianya SDM yang dapat mendukung efisiensi, efektifitas, dan produktifitas dalam proses produksi. Unsur-unsur SDM dalam penelitian meliputi, usia, jenis kelamin, jumlah tenaga kerja yang berpengaruh terhadap kemampuan produksi, tingkat pendidikan dan pengalaman yang berpengaruh pada pengorganisaian usaha.
5. Industri Slondok
a. Pengertian Industri Slondok
Industri slondok merupakan unit usaha yang mengolah bahan makanan lokal yaitu singkong menjadi produk jadi (Slondok). Bahan yang digunakan hanya menggunakan bahan makanan lokal yang mudah didapat di daerah sekitar.
(32)
Industri slondok termasuk industri rumah tangga yang terdapat di daerah Banjarharjo Kalibawang yang hampir setiap rumah memproduksi slondok untuk dipasarkan.
b. Pengertian Slondok
Slondok adalah makanan tradisional yang banyak ditemukan di daerah Banjarharjo Kabupaten Kulon Progo. Dalam penelitian ini peneliti tidak menemukan referensi tentang slondok secara khusus. Oleh karena itu peneliti melakukan observasi terlebih dahulu untuk mengetahui tentang produk slondok.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 18 mei 2008, pukul 10.00 WIB di daerah Banjarharjo dengan sumber yaitu bapak Nur Kholis, slondok adalah makanan yang terbuat dari bahan dasar ketela/singkong yang mempunyai bentuk seperti cincin, warna kekuningan, tekstur agak keras dan rasa gurih. Slondok ini hampir sama dengan alen-alen hanya saja warna dan bentuknya yang berbeda.
Dalam golongan makanan tradisional slondok termasuk dalam golongan kudapan atau camilan atau makanan kecil. Makanan kecil adalah makanan ringan yang praktis dikonsumsi biasanya diantara waktu makan dan dalam kedaan santai.
Sebagai gambaran umum, slondok merupakan makanan kecil atau makanan jajanan karena banyak dijumpai di pasar tradisional, yang terbuat dari ketela pohon dan mempunyai karakteristik tekstur renyah dan rasa
(33)
yang gurih, serta memiliki warna yang kuning dengan bentuk bulat seperti cincin
c. Bahan Baku Slondok
Bahan baku adalah bahan pokok yang harus ada dalam pembuatan atau proses produksi. Bahan baku dalam pembuatan slondok terbagi menjadi dua macam yaitu :
1) Bahan Utama
Bahan utama untuk membuat slondok adalah ketela /Ubi kayu/ Singkong. Di Indonesia ubi kayu dijadikan makanan pokok nomor tiga setelah padi dan jagung. Ubi kayu mempunyai banyak nama daerah diantaranya : ketela pohon, singkong, ubi jendal, telo pohong dan telo jendal.
Menurut Kus Irianto yang dikutip oleh Siti Nurimah, di dalam singkong terdapat asam sianida (HCN) yang bersifat racun. Singkong yang berkadar asam sianida rendah yaitu kurang dari 50mg/kg. Sedangkan yang berkadar tinggi yaitu lebih dari 100mg/kg ubi yang sudah dikupas.
Untuk menghindari bahaya racun asam sianida caranya adalah memilih jenis atau varietas ubi yang kadar asam sianidanya rendah. Ubi kayu yang berkadar asam sianida tinggi ditandai dengan rasa pahit dan bila dipotong warnanya berubah menjadi biru. Ubi kayu yang berkadar asam sianida tinggi sebaiknya dibuat tepung tapioka.
(34)
Cara menghilangkan kadar HCN adalah dibilas air sebelum diolah. Metode paling ampuh untuk mengurangi kadar HCN sampai 85% adalah dengan cara menumbuk kemudian mengeringkan ubi tersebut.
Dalam taksonomi tumbuhan, kedudukan ubi kayu sebagai berikut : Kingdom :Plantea(tumbuh-tumbuhan)
Divisi :Spermatophyta(tumbuhan berbiji) Subdivisi :Angiospermae(berbiji tertutup) Kelas :Dicotyledonae(biji berkepang dua)
Ordo :Euphorbiales
Famili :Euphorbiaceae
Genus :Manihot
Spesies :Manihot esculentaa Crantz sin M. utilissima Pohl
(Rahmat Rukmana, 1997)
Ubi kayu/singkong merupakan jenis umbi yang paling banyak dikonsumsi masyarakat, selain sebagai variasi bahan pangan, ada beberapa daerah yang memang makanan pokoknya adalah ubi kayu. Ubi kayu/singkong sebagai variasi bahan makanan, sekarang banyak sekali muncul produk olahan ubi kayu/singkong seperti : getuk, tiwul, lemet dan juga slondok.
Singkong mengandung glikosida yang jumlahnya bervariasi. Bila kadar glikosida lebih dari 100 mg/1 kg singkong, jenis ini disebut singkong pahit, sedangkan bila kurang dari 30 mg/ kg singkong disebut
(35)
dimakan di dalam perut diubah menjadi asam hidrocycan. Asam ini dapat mempengaruhi pernapasan, sehingga orang dapat mati kekurangan oksigen (C. Soejati Tarwotjo, 1998 :54)
Tabel 1. Kandungan gizi singkong
No Kandungan gizi Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kalori Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Fosfor Besi Air Vitamin B1 Vitamin C 146 kal 1,2 g 0,3 g 34,7 g 33 mg 40 mg 0,8 mg 12 g 0,06 mg 30,00 mg Sumber : Direktorat Gizi Dep Kes RI, 1991. 2) Bahan Tambahan
Bahan tambahan merupakan bahan yang menolong terciptanya suatu barang (Sujadi Prawirosentono, 1997). Dalam pengolahan makanan tradisional slondok, selain menggunakan bahan utama juga menggunakan bahan tambahan. Bahan tambahan yang digunakan adalah garam yang digunakan sebagai bumbu. Teknik olah yang digunakan adalah menggoreng. Sehingga media yang digunakan adalah minyak goreng.
a. Garam
Garam disebut juga dengan nama Sodium Chlorida yang berguna untuk menstabilkan cairan di dalam tubuh dan mencegah kekraman dalam otot. Terdiri dari 40% sodium dan 60% chloride
(36)
Garam memiliki fungsi utama dalam makanan sebagai pemberi rasa asin/gurih dan penguat rasa dari suatu makanan. Selain sebagai bumbu makanan, garam juga sebagai pengawet.
b. Minyak Goreng
Minyak goreng sebagai medium penghantar panas, menambah rasa gurih, menambah nilai gizi dan kalori dalam bahan pangan (S. Ketaren 2005). Dalam pembuatan slondok, minyak goreng sebagai media mematangkan slondok yang sudah dijemur.
Jenis lemak yang baik untuk digunakan adalah minyak kelapa, minyak kelapa sawit atau lemak nabati dihidrogenasi dengan titik cair 35°-40° C. Minyak yang termasuk golongan setengah mengering atau minyak mengering misalnya minyak biji kapas, minyak kedelai, dan minyak jagung. Minyak biji matahari tidak dapat digunakan sebagai minyak goreng, hal ini karena minyak tersebut jika kontak dengan udara pada suhu tinggi, akan cepat teroksidasi sehingga berbau tengik. Pemanasan minyak secara berulang-ulang pada suhu tinggi dan dalam waktu yang cukup lama, kan menghasilkan senyawa polimer yang berbentuk padat dalam minyak. Minyak yang telah rusak tidak hanya menyebabkan kerusakan nilai gizi, tetapi juga merusak tekstur dan rasa dari bahan pangan yang digoreng (S. Ketaren, 2005)
(37)
d. Proses Pembuatan Slondok
Tabel 2. Formula pembuatan slondok
No Bahan Jumlah
1 2 3
Ubi kayu Garam
Minyak goreng
1 Kwintal 1 kg 18 liter Sumber. Hasil wawancara bapak Nurkholis 1) Proses pembuatan slondok melalui tahap
Penggolahan makanan tradisional slondok menggunakan teknik tradisional yaitu secara manual dengan pembentukan dengan tangan.
a. Pengupasan
Pengkupasan adalah cara menghilangkan kulit luar suatu bahan dengan cara mengerat/mengiris tipis-tipis menggunakan alat pengupas atau pisau. Pengupasan singkong dilakukan untuk menghilangkan kulit bagian luar dengan cara dikerat menggunakan pisau.
b. Penyortiran
Penyortiran disini dimaksudkan untuk memilih singkong yang akan digunakan, apa bila singkong berwarna biru, singkong tersebut tidak digunakan karena akan mempengaruhi rasa slondok. c. Pencucian
Pencucian untuk membersihkan bahan menggunakan air bersih dan bahan lain dengan tujuan menghilangkan kotoran, mikoorganisme yang menempel pada permukaan bahan makanan. Pencucian pada singkong dilakukan untuk menghilangkan kotoran
(38)
tanah dan juga HCN yang ada pada permukaan singkong sampai berih, dengan cara digosok dengan tangan.
d. Pengkukusan
Mengkukus yaitu teknik olah dengan media uap panas. Benda yang dikukus diletakkan dalam alat yang berlubang-lunang yang dibawahnya terdapat air mendidih. Kemudian dipanasi hingga benda tersebut matang.
e. Penumbukan
Proses ini bertujuan untuk menghancurkan singkong yang sudah dikukus untuk mengambil serat yang ada pada singkong, pada proses penumbukan ini juga dilakukan proses pemberian rasa dengan menambahkan garam pada singkong yang sedang ditumbuk. Penumbukan dilakukan menggunakan alu dan lesung. f. Penggilingan
Proses ini bertujuan untuk mendapatkan adonan singkong yang lebih halus dan mudah dibentuk. Penggilingan menggunakan alat yang dinamakan gilingan daging. Penggilingan dilakukan dua kali agar menghasilkan adonan yang halus.
g. Pembentukan
Pembentukan dilakukan secara manual yaitu dengan membentuk bulatan kecil seperti cincin dengan diameter 2 cm
(39)
h. Penjemuran
Proses ini dilakukan untuk mendapatkan hasil slondok yang kering sehingga pada saat digoreng menghasilkan slondok yang renyah.
i. Penggorengan
Menggoreng adalah memasak makanan dengan menggunakan minyak panas (Kokom Komariah, 1990). Selama penggorengan akan terjadi beberapa perubahan seperti terbentuknya aroma, warna, dan penurunan kadar air. Sedangkan faktor yang mempengaruhi warna dihasilkan adalah frekuensi penggunaan minyak, suhu, dan lama penggorengan, serta jenis minyak yang digunakan (F.G Winarno, 1999)
j. Pemberian variasi rasa
Pemberian variasi rasa disini adalah menambahkan bawang yang sudah dihaluskan, kemudian dicampur dengan slondok yang sudah matang sambil diratakan..
k. Pengemasan
Pengemasan dilakukan untuk mempertahankan agar produk makanan tetap bersih dan memberikan perlindungan dari kerusakan fisik yang ditimbulkan oleh air, oksigen, serangga dan semacamnya (Haryoto 2000)
(40)
d. Karakteristik Slondok
Slondok mempunyai bentuk bulat seperti cincin dengan diameter ± 2 cm, mempunyai rasa gurih, warna kekuningan dan tektur yang renyah agak keras.
B. Kerangka Berfikir
Pertumbuhan sektor industri sekarang ini sedang mengalami peningkatan.Dalam perkembangannya tidak semua industri dapat berkembang dengan baik, hal tersebut disebabkan oleh berbagai macam kendala yang dihadapi dari masing-masing industri.
Industri makanan slondok yang berada di Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari sekian banyak industri makanan kecil yang tersebar di wilayah Yogyakarta. Industri ini merupakan industri rumah tangga yang memiliki tenaga kerja 1-4 orang dan sudah terdaftar di Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan mulai berkembang, akan tetapi manajemen usaha belum maksimal hal ini dapat dilihat dari manajemen sumber daya manusia yaitu rekruitmen pegawai yang berdasarkan kenalan dan tidak mempermasalahkan latar belakang pendidikan, pembagian kerja yang serabutan, tidak ada struktur organisasi yang jelas, penerapan system penggajian yang sederhana. Manajemen keuangan meliputi administrasi yang tidak teratur serta dana pribadi dan dana perusahaan masih tercampur, manajemen produksi meliputi peralatan yang kurang lengkap dan memadai, pelaksanaan produksi yang tidak sesuai jadwal, pengawasan produksi yang kurang itensif.
(41)
media untuk promosi, pendistribusian yang kurang luas, sanitasi hygiene dan pengendalian mutu yang masih sederhana Untuk itu agar industri slondok dapat berkembang perlu diketahui permasalahannya, dari permasalahan tersebut diharapkan dapat diketahui jalan keluarnya sehingga industri dapat lebih berkembang. Langkah awal yang dilakukan adalah mengetahui gambaran tentang industri makanan slondok di Banjarharjo. Penggambaran yang dimaksud adalah profil industri makanan slondok Di Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo.
Diagram alir kerangka berfikir
Industri kecil slondok
Gambar 1. Diagram alir kerangka berfikir
Pemasaran -Produk -Harga -Distribusi -Promosi
Produksi -Perencanaan -Pelaksanaan -pengawasan
Keuangan -Modal -Upah
SDM -Tingkat pendidikan -Pengalaman kerja
-Rekruitmen
Sanitasi hygiene
Pengendalian Mutu
Industri kecil - kecilnya modal - promosi yang kurang
- administrasi yang tidak teratur - SDM yang tidak sesuai
(42)
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di industri makanan slondok yang berada di Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo. Waktu penelitian pada bulan Januari–Oktober 2008
2. Jenis penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Menurut Suharsimi Arikunto (2002) penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesa tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau suatu keadaan. Didalamnya terdapat upaya mendiskripsikan, mencatat dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Sedangkan menurut Arief Furchan (2004) penelitian deskriptif adalah penelitian yang memungkinkan peneliti melukiskan dan merangkum pengamatan yang telah dilakukannya. Jadi penelitian ini dimaksudkan untuk menggali fakta yang ingin diketahui dan kemudian dideskripsikan apa adanya, tidak memanipulasi data serta tidak dilakukan uji hipotesis.
B. Populasi dan Sampel
(43)
31
Arikunto : 2002). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh industri slondok di desa Banjarharjo, Kalibawang, Kulon Progo yang berjumlah 63 unit usaha.
Teknik Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan tujuan tertentu dan pertimbangan tertentu. Sampel yang digunakan berjumlah 6 pengusaha slondok.
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Agar tidak terjadi salah penafsiran, maka terlebih dahulu peneliti kemukakan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini :
1. Profil Industri makanan slondok yang dimaksudkan adalah gambaran tentang potret tempat pengolahan makanan slondok mulai dari bahan dasar menjadi barang jadi atau barang yang lebih tinggi nilai jualnya yang ditinjau dari bidang pemasaran, produksi, keuangan, sumber daya manusia.
2. Bidang pemasaran meliputi marketing mix atau bauran pemasaran yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan yang memuat unsur-unsur yang penting dan perlu dilakukan untuk memantapkan posisi perusahaan dan mencapai tujuan perusahaan yaitu: produk, harga, distribusi dan promosi.
3. Bidang produksi meliputi perencanaan produksi, pelaksanaan produksi dan pengawasan produksi.
4. Bidang keuangan meliputi upah yang diberikan kepada karyawan dan modal yang dipakai pengusaha slondok tersebut.
(44)
32
5. Bidang sumber daya manusia merupakan hal-hal yang dimiliki oleh pengusaha yang meliputi jumlah, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, serta pengalaman kerja dan rekruitmen karyawan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan informasi yang valid maka diperlukan suatu teknik pengumpulan data yang tepat. Suharsimi Arikunto (1998) mengatakan bahwa mengumpulkan data adalah mengamati variabel yang akan diteliti dengan metode interview/wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Pengumpulan data dalam penelitian ini akan menggunakan metode: 1. Wawancara (Interview)
Menurut Iqbal Hasan (2002), wawancara (interview) adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam. Teknik wawancara ini dapat dibedakan atas dua, yaitu:
a. Wawancara berstruktur, merupakan teknik wawancara di mana pewawancara menggunakan (mempersiapkan) daftar isian sebagai pedoman saat melakukan wawancara .
b. Wawancara tidak berstruktur, yaitu merupakan teknik wawancara di mana pewawancara tidak menggunakan daftar pertanyaan atau daftar isisan sebagai penuntun dalam melakukan wawancara.
Penelitian ini menggunakan teknik wawancara berstruktur yang berarti pewawancara menggunakan (mempersiapkan) daftar isian sebagai pedoman
(45)
33
untuk mengetahui semua data-data mengenai profil industri makanan slondok yang sukses di Banjarharjo, Kalibawang.
2. Observasi
Observasi atau pengamatan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan kegiatan yang berlangsung. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif ataupun nonpartisipatif. Observasi partisipatif
(participatory observation) adalah pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung, pengamat ikut sebagai peserta rapat atau peserta pelatihan. Dalam observasi nonpartisipatif (nonparticipatory observation)
pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tetapi tidak ikut dalam kegiatan (Nana Syaodih, 2008). Penelitian ini menggunakan observasi nonpartisipatif dalam melakukan pengambilan data. 3. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk melengkapi data yang diperoleh dari data observasi dan data wawancara. Data dokumentasi yang diperoleh berupa data foto-foto pendukung informasi dalam penelitian.
E. Instrumen Penelitian
1. Penyusunan Instrumen
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah (Suharsimi Arikunto, 1998).
(46)
34
Masih menurut Suharsimi (1998), instrumen penelitian dapat diwujudkan dalam benda, misalnya angket, daftar cocok (check list), pedoman wawancara, lembar pengamatan, soal test, inventori, atau skala. Sesuai dengan metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, maka instrumen yang digunakan meliputi pedoman wawancara dan observasi
Tabel 3. Kisi–Kisi Instrumen Pengambilan Data
Variabel Sub Variabel Indikator Sub indikator No item Ket
Profil Industri rumah tangga makanan tradisional slondok Bidang pemasaran
Produk Karakterisrik produk 1 Wawancara
dan observasi
Mutu produk 2,3,4
Merk 5,6
Kemasan 7,8
Garansi produk 9
Ijin produk 10
Pengembangan produk 11
Jumlah produksi 12
Penyimpanan produk 13
Harga Harga produk 14,15,16,17 Wawancara
Sistem pembayaran 17,18,19,20 Penentuan harga produk 21,22,23 Saluran
Distribusi
Lokasi penjualan 24
Cara penjualan 25
Pengangkutan 26
Jangkauan penjualan 27
Waktu penjualan 28
Sasaran penjualan 29
Pesanan produk 30,31
Promosi Promosi penjualan 32,33
Media informasi 34
Persaingan pasar 35
Bidang produksi
Perencanaan Produksi
Bahan baku 36,37,38,
39,40,41, 42,43,44,45
Wawancara
Peralatan 46,47,48,
49,50,51,52
Tempat produksi 53
Pelaksanaan produksi
Formula slondok 54
Proses pengolahan slondok 55 Lama waktu pengolahan 56
Hasil produksi 57,58
Pengawasan Produksi
Penyortiran bahan baku 59 Pengawasan proses produksi 60 Penyortiran bahan jadi 61 Bidang
keuangan
Keuangan Upah karyawan 62,63 Wawancara
Modal usaha 64,65,66
Bidang sumber daya manusia
Tingkat pendidikan
Pendidikan formal 67 Wawancara
Pendidikan non formal
68,69, 70
(47)
35
2. Validitas Instrumen
Menurut Sugiyono (2005) validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Validitas dalam penelitian ini adalah menggunakan validitas isi. Menurut Saifuddin Azwar (2006) untuk menguji validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisi rasional lewat pertimbangan ahli (Expert Judgement). Validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pertimbangan ahli yaitu konsultasi dengan ahli untuk mengetahui apakah butir-butir instrumen sudah mewakili apa yang hendak diukur.
Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan meminta pertimbangan tiga tenaga ahli yaitu dosen pembimbing, dosen pemasaran dan ahli di bidang manajemen. Validitas isi pada umumnya ditentukan melalui pertimbangan ahli, sehingga tidak ada formula matematis untuk menghitung dan tidak ada cara menunjukkan secara pasti (Sukardi, 2008). Berdasarkan hasil validasi oleh ketiga ahli instrumen penelitian tentang profil industri makanan slondok di Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo telah dinyatakan valid.
F. Teknik Analisis Data
Setelah data-data yang diperlukan terkumpul kemudian diadakan analisa terhadap data-data tersebut. Dalam penelitian ini analisis datanya menggunakan metode analisis deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk
(48)
36
menganalisa data dengan cara mendeskripsikan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa adanya maksud untuk membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.
(49)
65
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
1. Pemasaran yang dilakukan industri makanan slondok masih sederhana yaitu tanpa merk, sertifikasi, ataupun kemasan khusus. Penjualan tidak dilakukan dengan menjual langsung di pasaran, tetapi mereka didatangi langsung oleh tengkulak. Mereka juga tidak pernah melakukan promosi. Untuk karakteristik produk, hampir semua industri slondok memiliki karakter yang sama, mulai dari bentuk yang bulat seperti cincin ± 2 cm, berwarna kuning, tekstur renyah dan rasa yang gurih..
2. Bidang produksi di industri rumah tangga makan tradisional ini dari segi perencanaan produksi yaitu bahan baku berupa ketela jenis Rengganis dan Adira. bahan penolong seperti minyak goreng, garam, dan bawang putih. Peralatan yang digunakan dalam membuat slondok masih sederhana. Pembuatan slondok memakan waktu yang singkat yaitu sehari, tetapi dalam proses menjemur memakan waktu yang lama tergantung pada keadaan cuaca. Dalam satu hari slondok yang dihasilkan rata-rata ± 35 kg –70 kg. Pengawasan produksi dilakukan
(50)
66
3. Modal yang didapatkan para pengusaha adalah modal milik sendiri. Sedangkan sistem pengupahan yang dipakai adalah sistem pengupahan menurut hasil kerja.
4. Industri makanan slondok di Desa Banjarharjo merupakan industri skala rumah tangga dengan tenaga kerja sebagian besar adalah laki-laki dan tenaga kerja tersebut dari anggota keluarga sendiri dan tetangga dekat. Tingkat pendidikan rata-rata adalah SD dan mereka tidak memiliki pengalaman di luar bidang pembuatan slondok
B. SARAN
1. Bagi industri sendiri, perlunya memperluas wilayah penjualan sehingga produk lebih banyak dikenal konsumen. Perlunya promosi yang dilakukan oleh para pengusaha agar produk mereka dikenal konsumen. Perlunya pengembangan dan variasi produk untuk lebih menarik minat pembeli seperti pemberian bumbu yang beda (rasa keju, barbeque dan lain-lain), bentuk yang menarik dan kemasan yang menarik. Perlunya standar upah yang diberikan kepada tenaga kerja. Perlunya variasi pada kemasan yang digunakan untuk lebih menarik minat konsumen.
2. Bagi perguruan tinggi dengan adanya penelitian ini perlu untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang dapat digunakan sebagai informasi yang lebih detail tentang kondisi industri kecil ini, sehingga diharapkan nantinya juga ada perhatian dari Perguruan tinggi untuk
(51)
67
memberikan bantuannya yang dapat berupa pelatihan maupun penyuluhan dibidang manajemen maupun dibidang lainnya .
3. Bagi Pemerintah terutama departemen terkait maupun swasta dapat memberikan bantuan yang berupa kebijaksanaan yang mengarah kepada perkembangan industri maupun berupa bantuan secara moral maupun material seperti pelatihan tentang produk, kemasan dan penyuluhan usaha, bantuan modal dan bantuan peralatan
(52)
37
BAN IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Banjarharjo adalah salah satu desa yang berada di kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo. Desa ini merupakan sentra industri makanan tradisional slondok. Banjarharjo merupakan satu dari empat desa yang masuk wilayah kecamatan Kalibawang. Kalibawang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kalibawang merupakan kawasan agropolitan dan kawasan industri makanan tradisonal slondok. Kecamatan Kalibawang memiliki luas 52,97 Km2 atau 9,03 %, berpenduduk 33.046 jiwa, dengan rata-rata kepadatan penduduk 624 jiwa/Km2 terdiri dari 4 desa. Kecamatan kalibawang terbagi menjadi empat desa yaitu Banjararum, Banjaroya, Banjarharjo, Banjarasri dari keempat desa tersebut Banjarharjo dan Banjarasri merupakan sentra penghasil slondok, tetapi menurut data Depprindag Kabupaten kulon progo, pembuat slondok di Banjarharjo lebih banyak dibandingkan dengan pembuat slondok yang berada di Banjarasri. (Anonim, 2008)
B. Hasil Penelitian 1. Identitas Responden
Identitas responden dikelompokkan menurut usia dan jenis kelamin. a. Identitas menurut usia yaitu sebagai berikut :
(53)
38
Tabel 4. Identitas responden menurut usia Usia ( Tahun) Frekuensi %
< 39 1 16,67%
40–49 -
-50–69 5 83,33% Jumlah 6 100%
Dari data yang ditunjukkan pada Tabel 4 , dapat diketahui bahwa usia responden yang paling banyak berkisar antara 50– 69 tahun yaitu sebanyak 5 orang atau 83,34%. Usia paling muda yaitu kurang dari 39 tahun sebanyak 1 orang atau 16,67%. Usia Responden slondok tersebut sebagian besar termasuk pada kelompok usia lanjut. Semua responden di desa Banjarharjo memiliki status sudah menikah dan menjadikan usaha slondok sebagai mata pencaharian pokok dalam memenuhi kebutuhan keluarga. b. Identitas responden menurut jenis kelamin
Jenis kelamin produsen slondok yang ada di Desa Banjarharjo dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Identitas responden menurut jenis kelamin Jenis kelamin Frekuensi %
Pria 4 66,64% Wanita 2 33,36% Jumlah 6 100%
Berdasarkan Tabel 5. dapat diketahui bahwa produsen slondok di Desa Banjarharjo antara jenis kelamin pria dan wanita berjumlah enam orang dengan perbandingan lebih banyak laki-laki dari pada kaum perempuan. Jumlah produsen slondok dengan jenis kelamin pria adalah 4
(54)
39
orang atau sebesar 66,64%, sedangkan produsen slondok dengan jenis kelamin wanita sebanyak 2 orang atau 33,36%.
2. Profil Industri Makanan Sondok A. Bidang Pemasaran
1) Produk
a) Karakteristik Produk
Karakteristik produk dari semua responden cenderung sama, mereka tidak memiliki ciri khusus dalam produk yang mereka buat, mulai dari bentuk yang bulat seperti cincin dengan ukuran diameter ± 2 cm, berwarna kuning, tekstur renyah dan rasa gurih.
Gambar 2. Slondok. b) Mutu Produk
Dalam menjaga mutu atau kualitas slondok, faktor yang diutamakan oleh semua pengusaha slondok adalah menjaga bentuk dan warna.
c) Merk
Semua pengusaha slondok ini belum mempunyai merk pada produk mereka.
(55)
40
d) Kemasan
Kemasan yang digunakan pengusaha slondok adalah plastik besar, mereka tidak menggunakan kemasan kecil dikarenakan untuk lebih banyak mendapatkan keuntungan
Gambar 3. Kemasan slondok e) Garansi Produk
Semua responden di Desa Banjarharjo tidak menggunakan garansi pada produknya.
f) Ijin Produk
Semua responden di Desa Banjarharjo sudah mendapatkan ijin untuk mengelola usahanya dan terdaftar di Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
g) Pengembangan produk
Usaha pengembangan produk dilakukan oleh semua responden. Usaha pengembangan produk yaitu dengan cara membuat variasi rasa pada slondok, rasa yang ditawarkan tidak hanya rasa gurih saja tetapi juga rasa bawang.
(56)
41
h) Jumlah produksi
Jumlah produksi responden berbeda-beda dalam setiap harinya. Berikut ini adalah tabel tentang jumlah produksi dalam sehari..
Tabel 6. jumlah produksi dalam 1 kali produksi Jumlah bahan baku Jumlah produk Frekuensi
1 kwintal 35 kg 1 1 ½ kwintal 52 kg 2 2 kwintal 70 kg 3
i) Penyimpanan Produk
Penyimpanan produk yang dilakukan oleh pengusaha slondok hanya di dalam rumah saja. Mereka tidak menyediakan tempat khusus atau gudang untuk menyimpan produk tersebut.
2) Harga
a) Harga Produk
Harga jual slondok dari enam pengusaha slondok pada bulan Juli 2008 adalah :
Tabel 7. Harga Jual Slondok
Harga jual Frekuensi Prosentase Rp 7000,- 5 83,33 % Rp 7500,- 1 16,67 %
Data Tabel 7 menunjukkan harga jual slondok langsung dari pembuatnya atau harga kulakan. Harga diatas hanya selisih Rp 500,-. Padahal kalau dilihat dari produk slondoknya, pengusaha slondok ini
(57)
42
b) Sistem Pembayaran
Sistem pembayaran yang dilakukan oleh semua pengusaha slondok adalah dengan menggunakan sistem pembayaran secara tunai dan diangsur atau secara kredit. Adapun syarat yang ditetapkan oleh pengusaha slondok untuk pembelian secara kredit adalah rasa percaya, mereka tidak memerlukan jaminan ataupun uang muka. Jangka waktu pembayaran system kredit adalah 1-3 bulan.
c) Penentuan Harga Produk
Semua pengusaha slondok menentuakan harga penjualan produknya berdasarkan harga bahan baku dan jumlah keseluruhan bahan-bahan lainnya yang digunakan dalam proses pengolahan slondok.
Dalam menentukan harga penjualan produk semua pengusaha slondok mengalami kesulitan. Kesulitan yang dihadapi adalah jika bahan-bahan yang digunakan dalam proses pengolahan mengalami kenaikan harga. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka pengusaha slondok menaikkan harga jual sehingga mereka tidak mengalami kerugian.
3) Saluran Distribusi a) Lokasi penjualan
Lokasi penjualan seluruh responden ini adalah rumah mereka sendiri, mereka cenderung pasif yaitu menunggu tengkulak untuk datang mengambil slondok.
(58)
43
b) Cara penjualan
Seluruh responden ini menjual produk slondoknya dengan cara menunggu tengkulak datang. Mereka lebih memilih cara ini dikarenakan lebih banyak mendapatkan untung dari pada mereka menjual langsung ke pasar-pasar, disamping jarak rumah dengan pasar sangat jauh.
c) Jangkauan Penjualan
Dari ke enam responden, produk slondok yang mereka buat sampai ke wilayah DIY dan sekitarnya meliputi Jogja, Kulon Progo, Bantul bahkan sampai di daerah Magelang.
Tabel 8. Jangkauan Penjualan
d) Waktu penjualan
Slondok dijual dalam jangka waktu dua atau tiga hari sekali setiap minggunya.
e) Sasaran Penjualan
Sasaran penjualan slondok ini belum ada segmentasi pasar, artinya pengusaha slondok memproduksi dan menjual slondok kepada siapa saja yang berminat
Jangkauan penjualan
Pengusaha slondok Jumlah
1 2 3 4 5 6
Kulon Progo v v v v - v 5
Jogja - v v v v v 5
Bantul v - - v v v 4
(59)
44
f) Pesanan produk
Seluruh responden ini menerima pesanan bahkan mereka tidak membatasi junlah pesanan tersebut
4) Promosi
a) Promosi penjualan
Sejauh ini enam unit industri slondok yang menjadi responden penelitian belum pernah melakukan promosi melaui media apapun.
b) Persaingan pasar
Persaingan antar pasar tentu dialami oleh semua pengusaha slondok. Hal ini terjadi karena di luar daerah Banjarharjo juga memproduksi slondok.
B. Bidang Produksi
1) Perencanaan Produksi a) Bahan Baku
1. Asal Bahan Baku
Dari hasil wawancara terhadap pengusaha slondok tentang asal bahan baku dapat diketahui hasilnya pada Tabel 9.
Tabel 9.Pengadaan bahan baku
Responden Asal bahan baku Kebun Sendiri Desa
Boro
Desa Salaman
1 √ √ √
2 √ √
-3 - √ √
4 √ √ √
5 - √ √
(60)
45
Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa bahan baku yang digunakan oleh pengusaha slondok di Desa Banjarharjo berasal dari Kebun sendiri, Desa Boro dan Desa Salaman. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku mereka mengambil bahan baku di dua tempat sekaligus.
2. Cara Mendapatkan Bahan Baku
Semua pengusaha slondok mendapat bahan baku dari pemasok. Awal mulanya semua pengusaha slondok mendatangi pemasok dan memesan secara langsung, dan kemudian pemasok tersebut yang mengirim bahan baku ke pengusaha slondok.
3. Jenis Bahan Baku
Jenis singkong/ubi kayu yang digunakan oleh pengusaha slondok adalah jenis Adira dan Rengganis. Mereka menggunakan singkong/ubi kayu yang berumur 1 tahun.
Tabel 10. jenis bahan baku yang digunakan Jenis bahan baku Frekuensi Prosentase Rengganis 2 33,33% Rengganis dan Adira 4 66,67%
4. Pengendalian bahan baku
Cara yang dilakukan oleh semua pengusaha slondok dalam pengendalian kualitas bahan baku yaitu dengan membeli bahan baku pada tempat yang sama (sudah langganan).
(61)
46
5. Jumlah pembelian bahan baku
Dari hasil wawancara terhadap pengusaha slondok di desa Banjarharjo tentang jumlah pembelian bahan baku, dapat diketahui pada tabel 11.
Tabel 11. Jumlah Pembelian bahan baku Jumlah pembelian bahan baku
dalam seminggu
Total pembelian bahan baku
Frekuensi 1 kwintal 3 kwintal 1 1 ½ kwintal 4 ½ kwintal 2 2 kwintal 6 kwintal 3
b) Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam memproduksi slondok adalah peralatan sederhana. Semua pengusaha slondok menggunakan jenis dan fungsi peralatan yang sama. Peralatan produksi yang digunakan oleh industri slondok dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Peralatan dalam membuat slondok
No Nama Alat Spesifikasi Fungsi
1 Pisau Stainless digunakan untuk mengupas ketela
2 Ember Plastik Digunakan untuk mencuci ketela yang sudah dikupas
3 Dandang Stainless Panic pengkukus yang digunakan untuk mengkukus ketela
4 Kukusan Bambu Saringan dengan lubang agak besar, terbuat dari anyaman bambu berbentuk kerucut, digunakan untuk mengkukus ketela. Penggunaanya dimasukkan pada dandang
5 Alu Batu Digunakan untuk menghaluskan ketela yang sudah dikukus
6 Tambir Bambu Tempat untuk meletakkan ketela yang sudah dihaluskan
7 Gilingan daging
Besi Untuk lebih memperhalus ketela yang sudah ditumbuk
8 Tempat
menjemur
Bambu Diguanakan untuk menjemur slondok yang sudah dibentuk , terbuat dari anyaman bambu yang mempunyai panjang ±180 cm dan lebar 90 cm 9 Wajan Aluminum Digunakan untuk menggoreng slondok
10 Solet Aluminium Digunakan untuk membalik atau mengangkat slondok
11 Tungku Tanah liat Perapian yang terbuat dari tanah liat, dengan bahan baker kayu dan memiliki lubang sebanyak 2-4.
(62)
47
c) Tempat Produksi
Pengusaha slondok di banjarharjo memproduksi slondok di dapur rumah masing-masing, dan biasanya ketika membentuk adonan slondok, mereka juga memanfaatkan ruang lain seperti ruangan keluarga untuk bekerja sambil melihat televisi.
2) Pelaksanaan Produksi a) Formula slondok
Formula yang digunakan untuk membuat slondok oleh semua pengusaha slondok relatif sama yaitu ketela/singkong (jenis Rengganis/Adira) 1 kwintal dan 1 kg garam .
b) Proses Pengolahan
Proses pembuatan slondok yang dilakukan oleh pengusaha slondok dapat dilihat pada gambar 4.
c) Lama Waktu Pengolahan
Waktu yang digunakan dalam membuat slondok relatif singkat yaitu 1 hari, yang lama dalam membuat slondok adalah proses penjemuran. Apabila kondisi cuaca dalam keadaan panas maka penjemuran hanya membutuhkan waktu 1 hari, sedangkan apabila cuaca dalam keadaan mendung membutuhkan waktu 2 hari – 3 hari tergantung dari cuaca tersebut.
(63)
48
dikupas
dicuci dan ditiriskan
dikukus
ditumbuk ½ halus
diambil serat
digiling
dibentuk
dijemur
digoreng
Gambar 4. diagram alir pembuatan slondok
Slondok Ketela
(64)
49
d) Hasil Produksi
Dari 1 kwintal ketela rata menghasilkan slondok 35 kg, rata-rata pengusaha slondok dalam sekali produksi membuat 1 kwintal sampai 2 kwintal ketela
3) Pengawasan Produksi a) Penyortiran bahan baku
Semua pengusaha slondok melakukan penyortiran bahan baku pada saat memilih ketela yang akan digunakan untuk membuat slondok. Apabila ketela berwarna biru mereka tidak memakai ketela tersebut, hal itu dikarenakan akan membuat rasa dari slondok menjadi pahit.
b) Pengawasan Proses produksi
Pengawasan proses produksi dilakukan pada saat proses menghaluskan ketela pada tahap 2, sebelum ketela digiling untuk menghasilkan adonan slondok yang halus, terlebih dahulu mengambil serat-serat ketela.
c) Penyortiran bahan jadi
Seluruh pengusaha slondok tidak melakukan penyortiran barang jadi, mereka langsung menjual produk tanpa mnyortir terlebih dahulu, itu dikarenakan untuk menghemat waktu dan mendapatkan keuntungan lebih banyak.
(65)
50
C. Bidang Keuangan
1) Upah karyawan
Dari enam pengusaha slondok yang memakai karyawan berjumlah empat pengusaha slondok. Mereka memberikan upah Rp 3000,-/hari. tergantung dengan banyak tidaknya mereka membantu membentuk adonan. Dalam satu hari mereka biasanya bekerja selama 3-4 jam. Tenaga kerja disini hanya membantu dalam hal membentuk adonan saja, itu pun biasanya mereka kerjakan di rumah sendiri untuk mengisi waktu luang, sehingga upah yang diberikan pun tidaklah banyak. Upah diberikan dengan sistem borongan, yaitu apabila mereka membantu membuat slondok baru digaji.
2) Modal Usaha
Modal usaha yang digunakan bersumber dari modal sendiri. Berikut besar modal awal usaha untuk membuat slondok dalam hitungan rupiah dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Modal usaha
Responden Modal awal Asal modal Bantuan modal
1 Rp 3.500.000,- Sendiri Dari kelurahan sebesar Rp
1.000.000,-2 Rp 2.000.000,- Sendiri 3 Rp 2.000.000, Sendiri 4 Rp 2.000.000, Sendiri 5 Rp 2.000.000, Sendiri 6 Rp 2.500.000,- Sendiri
Modal yang terangkum diatas adalah modal usaha pada awal berdiri usaha slondok.
(66)
51
D. Bidang Sumber Daya Manusia
1) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan terbagi menjadi dua yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal.
a) Pendidikan Formal
Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan terakhir yang ditempuh oleh para produsen slondok di Desa Banjarharjo. Tingkat pendidikan berkisar antara SD–SMA yang dapat dilihat pada Tabel 16.
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang berjenjang mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Tingkat pendidikan dikategorikan rendah bila SLTP/sederajat. Kategori sedang hingga SLTA/sederajat, dan kategori tinggi bila sampai perguruan tinggi.
Tabel 14. Pendidikan formal pemilik industri Tingkat Pendidikan Frekuensi Prosentase Tidak sekolah 1 16.67 %
SD 3 50 %
SMP 1 16.67 %
SMA 1 16.67 %
b) Pendidikan Non formal
Pendidikan non formal merupakan pendidikan yang dilakukan diluar sekolah. Pendidikan non formal pengusaha slondok dapat dilihat pada Tabel 15.
(67)
52
Tabel 15. Responden menurut tingkat pendidikan non formal Responden Jenis
pendidikan
Bidang Waktu pelaksanaan
Tempat 1 Pelatihan Inovasi
produk ketela
Tahun 2000 Pedukuhan
2 Tidak pernah - -
-3 Pelatihan Oven alat pengering slondok
Tahun 2002 Ngrajun (rumah bapak dukuh) 4 Pelatihan Oven alat
pengering slondok
Tahun 2002 Ngrajun (rumah bapak dukuh) 5 Pelatihan Oven alat
pengering slondok
Tahun 2002 Ngrajun (rumah bapak dukuh)
6 Tidak pernah - -
-Dari Tabel 15 dapat diketahui bahwa sebagian pengusaha slondok pernah mengikuti pelatihan baik tentang produk ketela atau alat yang digunakan untuk membuat slondok, tetapi mereka tidak menerapkan hasil pelatihan tersebut.
2) Pengalaman kerja
Pengalaman kerja yang dimiliki oleh pengusaha slondok bervariasi, mereka mempunyai pengalaman kerja dalam membuat slondok diatas 9 tahun. Pengalaman kerja para pengusaha slondok dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Pengalaman kerja
Lama usaha Frekuensi Prosentase < 10 tahun 1 16,67 % 11–15 tahun 1 16,67 %
16–20 tahun -
-21 - 25 tahun 1 16,67 % 26 - 30 tahun 2 33,33%
(1)
66. Apakah bapak/ibu pernah mengikuti pendidikan non formal?
(pelatihan, kursus)
67. Pelatihan atau kursus apa yang bapak/ibu peroleh?
68. Apakah bapak/ibu menerapkan hasil pelatihan tersebut saat melakukan
kegiatan usaha /produksi?
69. Berapa lama usaha bapak/ibu ini berdiri?
70. Bagaimana cara bapak/ibu merekrut karyawan?
71. Apakah ada syarat untuk menjadi karyawan di usaha yang bapak/ibu
kelola ini?
72. Bagaimana status karyawan yang bapak/ibu miliki? (tetap, harian,
mingguan, borongan)
73. Berapa jumlah karyawan/ tenaga kerja yang bapak/ibu miliki?
74. Bagaimana keterlibatan anggota keluarga dalam usaha yang bapak/ibu
tekuni yaitu produksi slondok?
(2)
PENGHITUNGAN KATEGORI BERDASAR MODAL DISTRIBUSI NORMAL No Nama Gaji karyawan Biaya Investasi Omzet (Rp) Nilai
bahan Penghasilan (x1–x) (x1- x)2 Kategori
Pemilik (Rp) (Rp)
baku
(Rp) (Rp)
1 Bardiyono 432,000 3,000,000 25,250,000 7,200,000 14,618,000 2,025,492 4,102,618,099,269 tinggi 2 Jowiyono 432,000 3,024,000 26,460,000 7,257,000 15,747,000 3,154,492 9,950,820,178,634 sangat tinggi 3 Ronokarso 432,000 3,000,000 25,250,000 7,200,000 14,618,000 2,025,492 4,102,618,099,269 tinggi 4 Munyadi 432,000 3,120,000 27,300,000 7,488,000 16,260,000 3,667,492 13,450,498,035,777 sangat tinggi 5 Saniman 432,000 3,060,000 26,775,000 7,344,000 15,939,000 3,346,492 11,199,009,131,015 sangat tinggi 6 Trisno Suwito 432,000 3,000,000 25,250,000 7,200,000 14,618,000 2,025,492 4,102,618,099,269 tinggi 7 Winoto Atmojo 432,000 3,120,000 27,300,000 7,488,000 16,260,000 3,667,492 13,450,498,035,777 sangat tinggi 8 Darto Wartono 432,000 3,000,000 25,250,000 7,200,000 14,618,000 2,025,492 4,102,618,099,269 tinggi 9 Marto Mihardjo 432,000 3,168,000 27,720,000 7,603,000 16,517,000 3,924,492 15,401,637,956,412 sangat tinggi 10 Noto Kartono 432,000 3,000,000 25,250,000 7,200,000 14,618,000 2,025,492 4,102,618,099,269 tinggi 11 Kamsi 432,000 3,144,000 27,510,000 7,546,000 16,388,000 3,795,492 14,405,760,004,031 sangat tinggi 12 Rejo Sutrisno 432,000 3,168,000 27,720,000 7,603,000 16,517,000 3,924,492 15,401,637,956,412 sangat tinggi 13 Suhartono 432,000 3,240,000 28,350,000 7,776,000 16,902,000 4,309,492 18,571,721,845,301 sangat tinggi 14 Dasinem 432,000 373,000 3,475,000 1,866,000 804,000 -11,788,508 138,968,919,369,111 sangat rendah sekali 15 Cipto 432,000 311,000 2,723,000 746,000 1,234,000 -11,358,508 129,015,702,543,714 sangat rendah sekali 16 Widi Prayitno 432,000 3,336,000 29,190,000 8,006,000 17,416,000 4,823,492 23,266,075,686,571 sangat tinggi 17 Mardirejo 432,000 3,072,000 26,880,000 7,373,000 16,003,000 3,410,492 11,631,456,115,142 sangat tinggi 18 Sarbini 432,000 3,000,000 25,250,000 7,200,000 14,618,000 2,025,492 4,102,618,099,269 tinggi
19 Sarji 432,000 3,528,000 30,870,000 8,467,000 18,443,000 5,850,492 34,228,257,384,984 sangat tinggi sekali 20 Sukimo 432,000 3,216,000 28,140,000 7,718,000 16,774,000 4,181,492 17,484,875,877,047 sangat tinggi 21 Adi Utomo 432,000 311,000 2,723,000 746,000 1,234,000 -11,358,508 129,015,702,543,714 sangat rendah sekali 22 Hari Warsiyanto 432,000 311,000 2,723,000 746,000 1,234,000 -11,358,508 129,015,702,543,714 sangat rendah sekali 23 Mardi Utomo 432,000 311,000 2,723,000 746,000 1,234,000 -11,358,508 129,015,702,543,714 sangat rendah sekali 24 Margo Widodo 432,000 311,000 2,723,000 746,000 1,234,000 -11,358,508 129,015,702,543,714 sangat rendah sekali 25 Marti Harjono 432,000 311,000 2,723,000 746,000 1,234,000 -11,358,508 129,015,702,543,714 sangat rendah sekali 26 Mertorejo 432,000 311,000 2,723,000 746,000 1,234,000 -11,358,508 129,015,702,543,714 sangat rendah sekali
(3)
27 Nurhadi 432,000 311,000 2,723,000 746,000 1,234,000 -11,358,508 129,015,702,543,714 sangat rendah sekali 28 Parto Utomo 432,000 311,000 2,723,000 746,000 1,234,000 -11,358,508 129,015,702,543,714 sangat rendah sekali 29 Rejo Wiyono 432,000 311,000 2,723,000 746,000 1,234,000 -11,358,508 129,015,702,543,714 sangat rendah sekali 30 Sisutomo 432,000 311,000 2,723,000 746,000 1,234,000 -11,358,508 129,015,702,543,714 sangat rendah sekali 31 Soma Iyono 432,000 311,000 2,723,000 746,000 1,234,000 -11,358,508 129,015,702,543,714 sangat rendah sekali 32 Sudiwiyono 432,000 311,000 2,723,000 746,000 1,234,000 -11,358,508 129,015,702,543,714 sangat rendah sekali 33 Triswiyono 432,000 311,000 2,723,000 746,000 1,234,000 -11,358,508 129,015,702,543,714 sangat rendah sekali 34 Wagiyono 432,000 3,360,000 29,400,000 8,064,000 17,544,000 4,951,492 24,517,273,654,825 sangat tinggi sekali 35 Tuminah 432,000 3,072,000 26,880,000 7,373,000 16,003,000 3,410,492 11,631,456,115,142 sangat tinggi 36 Parjoko 432,000 3,120,000 27,300,000 7,488,000 16,260,000 3,667,492 13,450,498,035,777 sangat tinggi 37 Slamet 432,000 3,216,000 28,140,000 7,718,000 16,774,000 4,181,492 17,484,875,877,047 sangat tinggi 38 Mursidi 432,000 3,000,000 25,250,000 7,200,000 14,618,000 2,025,492 4,102,618,099,269 tinggi 39 Markum 432,000 3,144,000 27,510,000 7,545,000 16,389,000 3,796,492 14,413,351,988,158 sangat tinggi 40 Tarmini 432,000 3,168,000 27,750,000 7,603,000 16,547,000 3,954,492 15,638,007,480,222 sangat tinggi 41 Mardi Aji 432,000 3,480,000 30,450,000 8,352,000 18,186,000 5,593,492 31,287,153,464,349 sangat tinggi sekali 42 Marwanto 432,000 3,216,000 28,140,000 7,718,000 16,774,000 4,181,492 17,484,875,877,047 sangat tinggi 43 Maryanto 432,000 3,120,000 27,300,000 7,488,000 16,260,000 3,667,492 13,450,498,035,777 sangat tinggi 44 Nur Kholis 432,000 3,720,000 32,550,000 8,928,000 19,470,000 6,877,492 47,299,897,083,396 sangat tinggi sekali 45 Warijo 432,000 3,024,000 26,460,000 7,258,000 15,746,000 3,153,492 9,944,512,194,507 tinggi
46 Dalidi 432,000 3,000,000 25,250,000 7,200,000 14,618,000 2,025,492 4,102,618,099,269 tinggi 47 Ngaderi 432,000 3,000,000 25,250,000 7,200,000 14,618,000 2,025,492 4,102,618,099,269 tinggi 48 Ngadirah 432,000 3,120,000 27,300,000 7,488,000 16,260,000 3,667,492 13,450,498,035,777 sangat tinggi 49 Sukinah 432,000 3,144,000 27,510,000 7,546,000 16,388,000 3,795,492 14,405,760,004,031 sangat tinggi 50 Sutorejo 432,000 3,000,000 25,250,000 7,200,000 14,618,000 2,025,492 4,102,618,099,269 tinggi 51 Sutomiharjo 432,000 3,138,000 27,457,000 7,531,000 16,356,000 3,763,492 14,163,872,511,968 sangat tinggi 52 Haryanto 432,000 3,360,000 29,400,000 8,064,000 17,544,000 4,951,492 24,517,273,654,825 sangat tinggi sekali 53 Arjo pawiro 432,000 3,000,000 25,250,000 7,200,000 14,618,000 2,025,492 4,102,618,099,269 tinggi
54 Arjo Sudarmo 432,000 3,168,000 27,720,000 7,603,000 16,517,000 3,924,492 15,401,637,956,412 tinggi 55 Asmorejo 432,000 3,168,000 27,720,000 7,603,000 16,517,000 3,924,492 15,401,637,956,412 tinggi 56 Djirin 432,000 3,192,000 27,930,000 7,661,000 16,645,000 4,052,492 16,422,691,924,666 tinggi
57 Windarto 432,000 3,408,000 29,820,000 8,179,000 17,801,000 5,208,492 27,128,389,575,460 sangat tinggi sekali 58 Isyanto 432,000 3,000,000 25,250,000 7,200,000 14,618,000 2,025,492 4,102,618,099,269 tinggi
(4)
59 Marto Utomo 432,000 3,024,000 26,460,000 7,258,000 15,746,000 3,153,492 9,944,512,194,507 tinggi 60 Marwanto 432,000 3,276,000 28,665,000 7,862,000 17,095,000 4,502,492 20,272,434,781,809 sangat tinggi 61 Muji Utomo 432,000 3,084,000 26,985,000 7,402,000 16,067,000 3,474,492 12,072,095,099,269 sangat tinggi 62 Nomorejo 432,000 3,000,000 25,250,000 7,200,000 14,618,000 2,025,492 4,102,618,099,269 sangat tinggi 63 Wakidi 432,000 3,288,000 28,770,000 7,891,000 17,159,000 4,566,492 20,852,849,765,936 sangat tinggi
Jumlah 793.328.000 Jumlah 2.617.601.091.746.030 Rata-rata 12.592.508
Nilai Min 804.000 SD √2.617.601.091.746.030
Nilai Max 19.470.000 63
6.445.869
Perhitungan Kategorisasi dngan rumus :
x
< µ -
(0,75σ)
Sangat Rendah Sekali
x < 7.758.106
µ -
(0,75σ) ≤
x
< µ -
(0, 5σ)
Sangat Rendah
7.758.106
≤
x < 9.369.573
µ -
(0, 5σ)
≤
x
< µ -
(0, 25σ)
Rendah
9.369.573
≤
x < 10.981.041
µ -
(0, 25σ) ≤
x
< µ
+ (0, 25σ)
Sedang
10.981.041
≤
x < 14.203.975
µ + (0, 25σ) ≤
x
< µ + (0, 5σ)
Tinggi
14.203.975
≤
x < 15.815.442
µ + (0, 5σ) ≤
x
< µ + (0, 75σ)
Sangat Tinggi
15.815.442
≤
x < 17.426.909
x
≥µ + (0, 75σ)
Sangat Tinggi Sekali
≥
(5)
Keterangan :
1. Sangat Rendah Sekali
= x < µ -
(0,75σ)
=
x <
12.592.508–( 0,75 x 6.445.869) = x< 7.558.106
2. Sangat Rendah
= µ -
(0,75σ)
≤
x < µ -
(0, 5σ)
=
12.592.508–( 0,75 x 6.445.869)≤
x<
12.592.508–(0,5 x 6.445.869)=
7.558.106
≤
x < 9.369.573
3. Rendah
=
µ -
(0, 5σ)
≤
x < µ -
(0, 25σ)
=
12.592.508–(0,5 x 6.445.869)≤
x <
12.592.508–(0,25 x 6.445.869)=
9.369.573
≤
x < 10.981.041
4. Sedang
= µ -
(0, 25σ)
≤ x < µ + (0, 25σ)
=
12.592.508–(0,25 x 6.445.869)≤
x <
12.592.508 + (0,25 x 6.445.869) =10.981.041
≤
x < 14.203.975
(6)