Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Pengetahuan dan Sikap Orangtua Terhadap Kemandirian Anak Usia Sekolah dengan Retardasi Mental di SLB Bina Putra Salatiga T1 462007017 BAB V
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengetahuan dan sikap orangtua terhadap kemandirian anak usia
sekolah dengan retardasi mental di SLB Bina Putra Salatiga
tergolong kategori baik. Hal ini dapat dilihat dari data pendidikan
terakhir orangtua terbanyak adalah SMA dan perguruan tinggi,
sedangkan usia orangtua paling banyak berkisar antara 36-40 tahun.
2. Kemandirian anak usia sekolah dengan retardasi mental di SLB Bina
Putra Salatiga tergolong cukup mandiri. Anak lebih sering melakukan
aktivitas sehari-hari sendiri seperti makan, minum, mencuci atau
mengeringkan tangan, memakai atau melepaskan pakaian, sepatu
dan kaos kaki.
3. Ada hubungan yang tidak signifikan antara pengetahuan orangtua
dengan kemandirian anak retardasi mental di SLB Bina Putra
Salatiga.
4. Ada hubungan positif yang signifikan antara sikap orangtua dengan
kemandirian anak retardasi mental di SLB Bina Putra Salatiga.
55
56
5. Ada hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara
pengetahuan orangtua dan sikap orangtua dengan kemandirian anak
retardasi mental di SLB Bina Putra Salatiga.
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan kesimpulan yaitu:
1. Untuk Pelayanan Keperawatan
Perawat anak memeriksa kesehatan fisik dan perkembangan anak
yang mengalami retardasi mental dengan memperhatikan pentingnya
menanamkan kemandirian, sehingga dapat diberikan bimbingan dan
latihan sejak usia dini yang akan dapat terus berkembang seiring
dengan pertambahan usianya.
2. Untuk Sekolah Luar Biasa (SLB)
Pihak sekolah diharapkan dapat terus mengembangkan program
pengajaran di sekolah dengan bekerja sama dengan orangtua dan
tenaga kesehatan sehingga anak retardasi mental mendapatkan
bimbingan dan dukungan yang dibutuhkan terkait dalam memenuhi
aktivitas sehari-harinya.
3. Untuk Orangtua dan Masyarakat
Orangtua yang memiliki anak retardasi mental dan masyarakat
diharapkan terus meningkatkan pengetahuan terkait kondisi dan
kebutuhan anak retardasi mental dengan mengikuti penyuluhan,
57
diskusi, atau pelatihan tentang usia yang tepat untuk mulai melatih
anak retardasi mental dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan
latihan peningkatan kekuatan motorik pada anak retardasi mental
sehingga anak mampu mandiri.
4. Untuk Peneliti Selanjutnya
Kepada peneliti selanjutnya disarankan agar melakukan penelitian
lanjutan tentang kemandirian anak dengan retardasi mental dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi.
Misalnya,
peneliti
dapat
mengembangkan variabel-variabel lainnya yang turut mempengaruhi
kemandirian anak, seperti lingkungan tempat tinggal ataupun
kebiasaan untuk dilayani, dan peran orang-orang di sekitar mereka.
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengetahuan dan sikap orangtua terhadap kemandirian anak usia
sekolah dengan retardasi mental di SLB Bina Putra Salatiga
tergolong kategori baik. Hal ini dapat dilihat dari data pendidikan
terakhir orangtua terbanyak adalah SMA dan perguruan tinggi,
sedangkan usia orangtua paling banyak berkisar antara 36-40 tahun.
2. Kemandirian anak usia sekolah dengan retardasi mental di SLB Bina
Putra Salatiga tergolong cukup mandiri. Anak lebih sering melakukan
aktivitas sehari-hari sendiri seperti makan, minum, mencuci atau
mengeringkan tangan, memakai atau melepaskan pakaian, sepatu
dan kaos kaki.
3. Ada hubungan yang tidak signifikan antara pengetahuan orangtua
dengan kemandirian anak retardasi mental di SLB Bina Putra
Salatiga.
4. Ada hubungan positif yang signifikan antara sikap orangtua dengan
kemandirian anak retardasi mental di SLB Bina Putra Salatiga.
55
56
5. Ada hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara
pengetahuan orangtua dan sikap orangtua dengan kemandirian anak
retardasi mental di SLB Bina Putra Salatiga.
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan kesimpulan yaitu:
1. Untuk Pelayanan Keperawatan
Perawat anak memeriksa kesehatan fisik dan perkembangan anak
yang mengalami retardasi mental dengan memperhatikan pentingnya
menanamkan kemandirian, sehingga dapat diberikan bimbingan dan
latihan sejak usia dini yang akan dapat terus berkembang seiring
dengan pertambahan usianya.
2. Untuk Sekolah Luar Biasa (SLB)
Pihak sekolah diharapkan dapat terus mengembangkan program
pengajaran di sekolah dengan bekerja sama dengan orangtua dan
tenaga kesehatan sehingga anak retardasi mental mendapatkan
bimbingan dan dukungan yang dibutuhkan terkait dalam memenuhi
aktivitas sehari-harinya.
3. Untuk Orangtua dan Masyarakat
Orangtua yang memiliki anak retardasi mental dan masyarakat
diharapkan terus meningkatkan pengetahuan terkait kondisi dan
kebutuhan anak retardasi mental dengan mengikuti penyuluhan,
57
diskusi, atau pelatihan tentang usia yang tepat untuk mulai melatih
anak retardasi mental dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan
latihan peningkatan kekuatan motorik pada anak retardasi mental
sehingga anak mampu mandiri.
4. Untuk Peneliti Selanjutnya
Kepada peneliti selanjutnya disarankan agar melakukan penelitian
lanjutan tentang kemandirian anak dengan retardasi mental dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi.
Misalnya,
peneliti
dapat
mengembangkan variabel-variabel lainnya yang turut mempengaruhi
kemandirian anak, seperti lingkungan tempat tinggal ataupun
kebiasaan untuk dilayani, dan peran orang-orang di sekitar mereka.