pengembangan dan pengelolaan simpul pengetahuan kebijakan hiv dan aids

Penelitian ”Kebijakan dan Program HIV dan AIDS
ke dalam Sistem Kesehatan di Indonesia”

Pengembangan dan Pengelolaan
Simpul Pengetahuan Kebijakan
HIV dan AIDS

Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK)
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

PKMK FK UGM

i

Pengembangan dan Pengelolaan Simpul Pengetahuan Kebijakan HIV dan AIDS

Penyusun:
Chrysant Lily; Ignatius Praptoraharjo; Eviana Hapsari Dewi; Swasti Sempulur; M. Suharni;
Ignatius Hersumpana; Ita Perwira; Satiti Retno Pudjiati

Pengembangan dan Pengelolaan Simpul Pengetahuan Kebijakan HIV dan AIDS/

Chrysant Lily; Ignatius Praptoraharjo; Eviana Hapsari Dewi; Swasti Sempulur; M.Suharni;
Ignatius Hersumpana; Ita Perwira; Satiti Retno Pudjiati

Yogyakarta: Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada (PKMK FK UGM)
108 halaman/16,5 x 23 cm
Cetakan pertama, September 2016
1. Simpul Pengetahuan 2. HIV-AIDS 3. Kebijakan 4. Sistem Kesehatan 5. Knowledge Hub
I. Dari Penelitian ke Gerakan Perubahan: Sebuah Cerita Perubahan
Design Sampul: Flyingpants.lab
Laporan ini disusun melalui kerjasama antara Department of Foreign Afairs and
Trade (DFAT) dan PKMK FK UGM. Tulisan yang diungkapkan dalam laporan ini tidak
mencerminkan pandangan Pemerintah Australia maupun Pemerintah Indonesia.

Laporan ini bisa dikutip, disalin, dan digandakan dengan menyebutkan sumbernya dan
dipergunakan untuk kepentingan pendidikan masyarakat, bukan untuk kepentingan
komersial.

Sitasi yang disarankan:
PKMK FK UGM. 2016. Pengembangan dan Pengelolaan Simpul Pengetahuan Kebijakan

HIV dan AIDS. Yogyakarta: PKMK FK UGM

Copyright © 2016
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada

ii

PKMK FK UGM

PKMK FK UGM

iii

Daftar Isi
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Singkatan
Ringkasan Eksekutif

Latar Belakang

iv
vi
vi
vii
xi
1

Tahap 1
A. Rasionalisasi
B. Pelaksanaan dan Hasil
1. Pengembangan Jaringan Kebijakan HIV dan AIDS
2. Pengembangan Website Kebijakan AIDS Indonesia
C. Hambatan, Solusi, dan Pembelajaran

14
14
14
15

18

Tahap 2
A. Rasionalisasi
B. Pelaksanaan dan Hasil

iv

22
23

1. Identifikasi Pengetahuan tentang Perkembangan
Kebijakan HIV dan AIDS di Indonesia

23

2. Pelaksanaan Penelitian Sistem Kesehatan dan Kebijakan
HIV dan AIDS

24


3. Pelaksanaan Penelitian Operasional Kebijakan
HIV dan AIDS

27

PKMK FK UGM

30

C. Hambatan, Solusi, dan Pembelajaran

Tahap 3
A. Rasionalisasi
B. Pelaksanaan dan Hasil
1. Pengembangan Kapasitas Peneliti Universitas
2. Kursus Kebijakan AIDS dan Sistem Kesehatan Nasional
3. Penyelenggaraan Diskusi Kultural
4. Community of Practice dan Berbagi Ilmu
C. Hambatan, Solusi, dan Pembelajaran


34
34
34
40
43
44
46

Tahap 4

50
51
51
53

A. Rasionalisasi
B. Pelaksanaan dan Hasil
1. Diseminasi Hasil Penelitian
2. Penyelenggaraan Seminar Terbuka

3. Pertemuan Tingkat Nasional Jaringan Kebijakan
HIV dan AIDS

54
59
61
62

4. Penulisan dan Diseminasi Policy Brief
5. Jumpa Pers
C. Hambatan, Solusi, dan Pembelajaran

PKMK FK UGM

v

Kesimpulan

65


Lampiran
Lampiran 1. Rincian Kegiatan Diskusi Kultural
Lampiran 2. Analisis Website Kebijakan HIV dan AIDS

69
87

Daftar Tabel
Tabel 1. Pelaksanaan kegiatan manajemen
pengetahuan PKMK
Tabel 2. Diskusi kultural yang diselenggarakan
PKMK FK UGM

5

Tabel 3. Diskusi kultural yang diselenggarakan di daerah

70
81


Tabel 4. Daftar 10 besar artikel dan hits (kunjungan) website
Kebijakan AIDS

91

Tabel 5. Daftar dokumen yang diunggah ke website
Kebijakan AIDS

93

Daftar Gambar
Gambar 1. Diagram alur proses pengembangan manajemen
pengetahuan Kebijakan HIV dan AIDS Indonesia

Gambar 3. Sesi, pengguna, dan halaman yang dilihat

3
89
89


Gambar 4. Rata-rata halaman yang dibuka setiap sesi, durasi
kunjungan, dan bounce rate pengunjung website

90

Gambar 5. Persentase user baru dan user yang sebelumnya
pernah mengakses website Kebijakan AIDS

90

Gambar 2. Grafik sesi Oktober – Juni 2016

vi

PKMK FK UGM

Daftar Singkatan
Adinkes

Asosiasi Dinas Kesehatan


AIDS

Acquired Immuno Disease Syndrome

ANU

Australian National University

APBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

ARV

Anti Retro Viral

Bappenas

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

BPJS

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

CCM

Country Coordinating Mechanism

CHAI

Clinton Health Access Initiative

CoP

Community of Practice

Danais

Dana Keistimewaan

DERAP

Delivering Expanded Resources for AIDS
Programming

DFAT

Department of Foreign Afairs and Trade

DKI

Daerah Khusus Ibukota

FGD

Focus Group Discussion

FKM

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Fornas

Forum Nasional

GF

Global Fund

GWL INA

Jaringan Gaya Warna Lentera

HCPI

HIV Cooperation Programme for Indonesia

HIV

Human Immunodeiciency Virus

IAC

Indonesia AIDS Coalition

IMS

Infeksi Menular Seksual

ILO

International Labor Organization

IPPI

Ikatan Perempuan Positif Indonesia

JKKI

Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia

JKN

Jaminan Kesehatan Nasional

PKMK FK UGM

vii

KDS

Kelompok Dukungan Sebaya

Kesra

Kesejahteraan Rakyat

Kemenkes

Kementerian Kesehatan

KPA

Komisi Penanggulangan AIDS

KPAN

Komisi Penanggulangan AIDS Nasional

KPAP

Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi

LKB

Layanan Komprehensif HIV–IMS
Berkesinambungan

LKNU

Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama

LSL

Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki

LSHTM

London School Hygiene and Tropical Medicine

LSM

Lembaga Swadaya Masyarakat

MPI

Mitra Pembangunan Internasional

NFM

New Funding Model

OBK

Organisasi Berbasis Kemasyarakatan

ODHA

Orang dengan HIV dan AIDS

OMS

Organisasi Masyarakat Sipil

OPSI

Organisasi Perubahan Sosial Indonesia

PDP

Perawatan Dukungan Pengobatan

PAUD

Pendidikan Anak Usia Dini

Pernas

Pertemuan Nasional

PITC

Provider Initiative Test and Conseling

PKBI

Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia

PKNI

Perkumpulan Korban Napza Indonesia

PKK

Pembinaan Kesejahteraan Keluarga

PKMK FK UGM

Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

PMTS

Pencegahan Melalui Transmisi Seksual

PPH Atma Jaya

Pusat Penelitian HIV dan AIDS Atma Jaya

viii

PKMK FK UGM

PPK UI

Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia

P2JK

Pusat Pembiayaan Jaminan Kesehatan

P3SY

Perkumpulan Perempuan Pekerja Seks Yogyakarta

P2PL

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
dan Lingkungan

RSCM

Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

RW

Rukun Warga

SAKI

Sanggar Anak Kampung Indonesia

SJSN

Sistem Jaminan Sosial Nasional

SKPD

Satuan Kerja Perangkat Daerah

SRAN

Strategi Rencana Aksi Nasional

SubDit

Sub Direktorat

SUFA

Strategic Use for ART

TB

Tuberculosis

UHC

Universal Health Coverage

UI

Universitas Indonesia

UNAIDS

Joint United Nations Programme on
HIV and AIDS

UNFPA

United Nations Population Fund

UNICEF

United Nations Children’s Fund 

UNODC

United Nations Oice on Drugs and Crime

UPT

Unit Pelayanan Terpadu

USAID

United State Agency for International
Development

UU

Undang-undang

VCT

Voluntary Counselling and Testing

WHO

World Health Organization

WPA

Warga Peduli AIDS

WPS

Wanita Pekerja Seks

PKMK FK UGM

ix

x

PKMK FK UGM

PKMK FK UGM

xi

aporan ini merupakan dokumentasi pelaksanaan pengelolaan
simpul pengetahuan yang diinisiasi oleh Tim Kebijakan HIV
dan AIDS PKMK FK UGM selama bulan Agustus 2013 hingga
Juni 2016. Pengembangan simpul pengetahuan ini dimaksudkan
agar semua pengetahuan yang berhasil dikumpulkan dan diproduksi
oleh Tim Kebijakan HIV dan AIDS PKMK FK UGM dapat dimanfaatkan
oleh khalayak luas, dan secara khusus untuk mendukung pengembangan
kebijakan dan advokasi berbasis bukti. Sistem yang telah dikembangkan
dalam simpul pengetahuan ini mengacu pada fungsi-fungsi manajemen
pengetahuan dari Davenport (1994), yaitu penggalian, pengumpulan,
pengidentifikasian berbagai pengetahuan terkait sistem kesehatan dan
kebijakan HIV dan AIDS serta pemanfaatan pengetahuan, termasuk
untuk pengembangan kebijakan, baik pada tingkat lokal maupun nasional.
Laporan ini mengulas secara detail mengenai kegiatan dan pencapaian
dari setiap fungsi manajemen pengetahuan ini, hambatan yang terjadi
dalam implementasi, serta solusi yang telah diambil sehingga bisa
menjadi pembelajaran.
Tahapan-tahapan dalam manajemen pengetahuan kebijakan HIV
dan AIDS Indonesia yang telah dilakukan mencakup pengembangan
Jaringan Kebijakan HIV dan AIDS Indonesia, pengembangan website
sebagai sumber informasi kebijakan HIV dan AIDS, pelaksanaan penelitian
kolaborasi di antara anggota jaringan tentang sistem kesehatan dan
kebijakan HIV dan AIDS, serta kegiatan-kegiatan peningkatan kapasitas
bagi anggota jaringan. Dalam rangka menerjemahkan pengetahuan yang
didapat agar menjadi aksi nyata, telah dilakukan beberapa kegiatan yang
mendukung upaya tersebut dalam bentuk pertemuan diseminasi hasil
penelitian, seminar terbuka, pertemuan konsultatif di tingkat nasional,
dan pengembangan policy brief untuk mengartikulasikan hasil-hasil
penelitian menjadi pilihan kebijakan.

xii

PKMK FK UGM

Beberapa pembelajaran utama dapat ditarik dari pelaksanaan
simpul pengetahuan kebijakan HIV dan AIDS Indonesia. Pertama, ditemukan
bahwa isu kebijakan HIV dan AIDS merupakan isu yang sangat spesifik
dibandingkan dengan kebijakan kesehatan secara umum. Oleh sebab
itu, dibentuknya Jaringan Kebijakan HIV dan AIDS Indonesia serta
dikembangkannya website Kebijakan AIDS Indonesia sangat bermanfaat
dalam meningkatkan akses informasi dan pengembangan pengetahuan
dalam topik ini. Kedua, kapasitas anggota jaringan dalam penelitian dan
analisis kebijakan juga masih relatif terbatas sehingga untuk menyikapi
hal ini berbagai kegiatan pengembangan kapasitas bagi anggota jaringan
telah dilaksanakan. Ketiga, diperlukan komunikasi secara rutin antara
penghasil dengan pengguna pengetahuan sehingga pemanfaatan hasil
penelitian dapat terjadi dan dapat menghasilkan kebijakan berbasis
bukti. Interaksi dari kedua belah pihak tersebut telah diupayakan melalui

PKMK FK UGM

xiii

berbagai forum pertemuan, termasuk pertemuan
diseminasi hasil penelitian. Namun, upaya ini masih
perlu terus ditingkatkan demi mendorong terjadinya
komunikasi dua arah yang bersifat rutin antara
penghasil dan pengguna pengetahuan.
Sebagai sebuah kesimpulan, simpul pengetahuan
kebijakan HIV dan AIDS Indonesia yang telah
dikembangkan oleh Tim Kebijakan HIV dan AIDS
PKMK FK UGM ini memiliki tiga fungsi utama, yakni
(1) meningkatkan akses informasi kebijakan HIV dan
AIDS, (2) membagikan dan menerapkan pengetahuan
terkait kebijakan HIV dan AIDS, dan (3) menerjemahkan
pengetahuan menjadi kebijakan HIV dan AIDS yang
lebih baik. Dalam implementasinya ternyata masih
ditemukan beberapa hambatan, tetapi di sisi lain
PKMK telah berhasil memperoleh capaian-capaian
untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi manajemen
pengetahuan kebijakan HIV dan AIDS Indonesia.
Dengan terus mengembangkan ketiga fungsi simpul
pengetahuan ini, diharapkan bisa terwujud kontribusi
terhadap pengembangan kebijakan HIV dan AIDS
yang lebih baik.

xiv

PKMK FK UGM

PKMK FK UGM

xv

xvi

PKMK FK UGM

PKMK FK UGM

1

enelitian “Kebijakan dan Program HIV dan AIDS dalam Sistem
Kesehatan di Indonesia” yang dilaksanakan oleh Pusat Kebijakan
dan Manajemen Kesehatan (PKMK) Fakultas Kedokteran,
Universitas Gadjah Mada dan didukung oleh pendanaan dari
Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Pemerintah Australia ini
merupakan proyek penelitian yang dilaksanakan melalui kerja sama
dengan 9 universitas yang tersebar di 8 provinsi di Indonesia. Kesembilan
universitas tersebut adalah Universitas Cenderawasih (Papua), Universitas
Negeri Papua (Papua Barat), Universitas Nusa Cendana (Nusa Tenggara
Timur), Universitas Udayana (Bali), Universitas Hasanuddin (Sulawesi
Selatan), Universitas Airlangga (Jawa Timur), Universitas Indonesia dan
Universitas Atma Jaya (DKI Jakarta), serta Universitas Sumatera Utara.
Proyek penelitian ini bertujuan untuk mengkaji implementasi kebijakan
dan program HIV dan AIDS dalam sistem kesehatan di Indonesia sehingga
bisa dihasilkan rekomendasi yang ditujukan kepada pemerintah, baik
tingkat nasional atau daerah, lembaga donor, dan sektor masyarakat sipil
untuk memperkuatkan program penanggulangan HIV dan AIDS yang
selama ini dilakukan.1
Kegiatan-kegiatan pada proyek penelitian ini dikelompokkan menjadi
tiga komponen, yaitu (1) pemetaan kebijakan HIV dan AIDS dan tingkat
integrasinya dengan sistem kesehatan di Indonesia, (2) pengembangan
model kebijakan penanggulangan HIV dan AIDS yang terintegrasi ke dalam
sistem kesehatan demi memperluas cakupan dan meningkatkan efektivitas
intervensi, serta (3) pengembangan jaringan pengetahuan (knowledge hub)
melaluipenerapan sistem manajemen pengetahuan (knowledge management
system) yang mampu mendukung pengelolaan dan pemanfaatan pengetahuan
untuk pengembangan kebijakan dan advokasi kebijakan. Laporan perkembangan

1 Research Proposal (Australia – Indonesia Partnership for HIV (AIPH). HIV/AIDS Policy and
Programming within the Framework of Health System in Indonesia). Center for Health Policy and
Management, University of Gadjah Mada, 2013.

2

PKMK FK UGM

ini akan berfokus pada komponen ketiga, untuk periode pelaksanaan antara
Agustus 2013 sampai dengan Juni 2016.
Definisi knowledge management yang digunakan dalam proyek penelitian
ini adalah  “the process of capturing, developing, sharing and effectively using
organizational knowledge” (Davenport, 1994). Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan
dari pengembangan manajemen pengetahuan yang ada dalam proyek
penelitian ini adalah menggali, mengumpulkan, mengidentifikasi berbagai
pengetahuan yang menjadi fokus dalam sistem kesehatan dan pengembangan
kebijakan HIV dan AIDS, membagikan hasil pengetahuan yang diperoleh
kepada anggota jaringan, dan memanfaatkan hasil tersebut untuk pengembangan
kebijakan, baik pada tingkat lokal maupun nasional. Secara sederhana proses
pengembangan sistem manajemen pengetahuan dalam proyek ini adalah:

Gambar 1. Diagram alur proses pengembangan manajemen
pengetahuan kebijakan HIV dan AIDS Indonesia
Melalui proses yang dikembangkan ini, sistem manajemen pengetahuan
PKMK2 diarahkan pada fasilitasi anggota Jaringan Kebijakan HIV dan AIDS
yang terdiri dari akademisi, pembuat kebijakan, pelaksana program

2 PKMK terdiri dari berbagai divisi, dimana masing-masing divisi tersebut mengelola berbagai
proyek penelitian yang juga mengedepankan manajemen pengetahuan. Tujuan manajemen
pengetahuan PKMK yang dibahas dalam dokumen ini mengacu pada tujuan manajemen yang secara
khusus hendak dicapai melalui proyek penelitian ini.

PKMK FK UGM

3

4

PKMK FK UGM

penanggulangan HIV dan AIDS, maupun penyedia layanan kesehatan
serta upaya untuk memampukan mereka agar memperoleh pengetahuan
yang bermanfaat demi memperkuat kebijakan dan program di masingmasing wilayah di mana mereka bekerja.
Laporan ini menyajikan berbagai kegiatan manajemen pengetahuan
yang telah dilakukan oleh PKMK seperti yang telah diringkaskan dalam
tabel 1. Selain membahas berbagai pencapaian dari masing-masing fungsi
manajemen pengetahuan, laporan ini juga membahas hambatan-hambatan
yang ada dalam implementasi dan solusi yang telah diambil sehingga
bisa dihasilkan suatu pembelajaran.
Tabel 1. Pelaksanaan kegiatan manajemen pengetahuan PKMK

PKMK FK UGM

5

(Desk Review)

6

PKMK FK UGM

PKMK FK UGM

7

8

PKMK FK UGM

PKMK FK UGM

9

Penelitian “Kebijakan dan Program HIV dan
AIDS dalam Sistem Kesehatan di Indonesia”
yang dilaksanakan oleh Pusat Kebijakan dan
Manajemen Kesehatan (PKMK) Fakultas
Kedokteran, Universitas Gadjah Mada dan
didukung oleh pendanaan dari Department
of Foreign Affairs and Trade (DFAT)
Pemerintah Australia ini merupakan proyek
penelitian yang dilaksanakan melalui kerja
sama dengan 9 universitas yang tersebar
di 8 provinsi di Indonesia.

10

PKMK FK UGM

PKMK FK UGM

11

12

PKMK FK UGM

PKMK FK UGM

13

A. Rasionalisasi
UNTUK memperkuat kebijakan HIV dan AIDS di Indonesia, diperlukan
berbagai bukti empiris (evidence) yang dapat menjadi dasar atau memberikan
informasi bagi pembuatan kebijakan yang relevan dengan situasi, kebutuhan,
dan aktor. Bukti-bukti empiris tersebut dapat dihasilkan melalui hasil
kajian, observasi, evaluasi, penelitian, atau pengalaman praktis pelaksanaan
program. Bukti-bukti tersebut tersebar di berbagai pihak yang terlibat
secara langsung maupun tidak langsung dalam pengembangan kebijakan
terkait. Untuk memperoleh berbagai pengetahuan tacit atau explicit
tentang pengembangan kebijakan tersebut, diperlukan jaringan pengetahuan
(knowledge hub) yang anggotanya terdiri dari akademisi, praktisi, pembuat
kebijakan, dan pemanfaat program itu sendiri, baik di tingkat nasional
maupun lokal. Untuk mengakomodasi kebutuhan tersebut dan mengingat
jaringan seperti ini belum ada di Indonesia, maka PKMK mengembangkan
dua kegiatan yang secara khusus diarahkan untuk menjawab hal tersebut.

B. Pelaksanaan dan Hasil
1. Pengembangan Jaringan Kebijakan HIV dan AIDS
Bertepatan dengan diselenggarakannya Forum Nasional Jaringan
Kebijakan Kesehatan Indonesia IV (Fornas JKKI IV) di Kupang, telah dibentuk
Jaringan Kebijakan HIV dan AIDS Indonesia. Jaringan ini bertujuan untuk
mendorong penelitian dan pengembangan kebijakan HIV dan AIDS yang
lebih baik. Jaringan ini pada dasarnya terbagi menjadi dua. Pertama adalah
jaringan yang terdiri dari para peneliti yang berasal dari 9 universitas
terpilih [Universitas Cenderawasih (Papua), Universitas Negeri Papua
(Papua Barat), Universitas Nusa Cendana (Nusa Tenggara Timur), Universitas
Udayana (Bali), Universitas Hasanuddin (Sulawesi Selatan), Universitas
Airlangga (Jawa Timur), Universitas Indonesia dan Universitas Atma Jaya

14

PKMK FK UGM

(DKI Jakarta), serta Universitas Sumatera Utara] yang tersebar di seluruh
Indonesia dan melaksanakan penelitian sistem kesehatan dan kebijakan
HIV dan AIDS di 8 provinsi. Masing-masing tim peneliti universitas terdiri
dari dua peneliti sehingga secara total anggota dari jaringan peneliti
kebijakan HIV dan AIDS ini berjumlah 18 orang. Kedua, jaringan yang
sifatnya lebih terbuka di mana anggotanya terdiri dari para akademisi,
praktisi, pembuat kebijakan, dan pemanfaat program. Jaringan Kebijakan
HIV dan AIDS ini merupakan forum komunikasi tingkat individual yang
bersifat informal dan hingga saat ini telah memiliki lebih dari 866 anggota.

2. Pengembangan

Kebijakan AIDS Indonesia

Website Kebijakan AIDS Indonesia (www.kebijakanaidsindonesia.
net) bertujuan untuk menjadi portal berkualitas yang memberikan wadah
berbagi pengetahuan mengenai kebijakan AIDS di Indonesia dalam upaya
penanggulangan HIV dan AIDS serta menjadi referensi dalam pengembangan
kebijakan AIDS di Indonesia. Website ini mulai diinisiasi sejak bulan Oktober

PKMK FK UGM

15

2013 dan selalu diperbaharui secara rutin setiap minggunya. Website ini
terdiri dari beberapa bagian, di mana menu utamanya adalah bagian
artikel yang memuat tulisan-tulisan yang kritis dan analitis terkait dengan
kebijakan dan program penanggulangan HIV dan AIDS. Sebagai sumber
referensi terkait kebijakan penanggulangan HIV dan AIDS, website ini juga
dilengkapi dengan kompendium kebijakan HIV dan AIDS yang dapat
diunduh gratis oleh semua pengunjung.
Pengelolaan website seperti ini telah mampu mencapai beberapa
hasil yang diharapkan. Pertama, artikel dan dokumen yang ditampilkan
dalam website ini mendapatkan total hits yang cukup tinggi. Sampai Juni
2016, telah ada 652 artikel yang diunggah dan mendapatkan hits sebanyak
lebih dari 2 juta, atau rata-rata 3.000 hits per artikel. Ada lebih dari 500.000
halaman telah dibuka oleh lebih dari 100.000 pengguna internet3, jumlah
yang tidak sedikit tentunya, mengingat kebijakan HIV dan AIDS merupakan
isu yang sangat spesifik. Selain itu terdapat 539 dokumen yang telah
diunggah dengan total unduh sebanyak 163.673 kali, dengan rata-rata
per dokumen diunduh sebanyak 303 kali. Kedua, dari hasil analisis kunjungan
website diketahui bahwa 10 halaman yang paling sering dikunjungi adalah
halaman yang memang berkaitan dengan topik kebijakan kesehatan,
seperti kebijakan jaminan kesehatan ataupun kebijakan yang terkait
dengan penanggulangan HIV dan AIDS seperti kebijakan LKB.4 Ketiga,
saat ini telah terdapat lebih dari 800 orang pelanggan website kebijakan
AIDS Indonesia. Sesuai targetnya, para pengunjung ini terdiri dari peneliti,
staf dinas kesehatan, pengurus KPA, peneliti, dan staf organisasi masyarakat
sipil. Keempat, secara kualitas kunjungan dari para pengunjung sudah
dapat dikatakan baik. Setiap kali kunjungan, rata-rata pengunjung
menghabiskan waktu lebih dari 2 menit setiap kunjungan dan membuka

3 Jumlah kunjungan ini tidak memisahkan antara pengunjung human atau mesin.
4 Rincian sepuluh artikel yang paling sering dikunjungi dan dokumen yang paling sering diunduh
dapat dilihat pada Lampiran 1.

16

PKMK FK UGM

PKMK FK UGM

17

setidaknya 4 halaman dalam sekali kunjungan. Analisis lebih lanjut mengenai
website Kebijakan AIDS Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 1.

C. Hambatan, Solusi, dan
Pembelajaran
Dari pengalaman PKMK dalam mengembangkan Jaringan Kebijakan
HIV dan AIDS ditemukan bahwa isu kebijakan HIV dan AIDS relatif masih
belum dikenal. Artinya, praktisi atau pengguna pengetahuan yang memiliki
minat terhadap kebijakan HIV dan AIDS masih sangat terbatas dibandingkan
dengan pemerhati program penanggulangan HIV dan AIDS. Selain itu,
kebijakan HIV dan AIDS merupakan isu yang sangat spesifik dibandingkan
dengan kebijakan kesehatan secara umum. Akibatnya, hambatan utama
yang dihadapi adalah terbatasnya audiens dan minimnya demand atas
pengetahuan ini. Untuk itu, PKMK berupaya untuk menciptakan kebutuhan
atas informasi kebijakan HIV dan AIDS. Salah satunya melalui forum yang
berfokus pada isu kebijakan HIV dan AIDS, yaitu Forum Nasional JKKI yang
diadakan setiap tahun. Pada forum ini para pemerhati kebijakan kesehatan
dapat mengetahui pemaparan tentang isu kebijakan HIV dan AIDS. Selain
itu, pertemuan tahunan ini juga menjadi ajang bagi para anggota Jaringan
Kebijakan HIV dan AIDS untuk mengetahui isu-isu terbaru yang relevan
untuk menjadi objek penelitian atau sekadar informasi untuk dikomunikasikan
kepada para pemangku kepentingan di wilayah kerja masing-masing
angggota.
Selain pertemuan tahunan, PKMK juga menyediakan website Kebijakan
AIDS Indonesia sebagai platform untuk dapat mengomunikasikan isu-isu
terkait kebijakan HIV dan AIDS secara rutin. Sejak Februari 2014 website
ini juga dilengkapi dengan fasilitas newsletter dengan alert system yang
memungkinkan pelanggan untuk mendapatkan informasi melalui email

18

PKMK FK UGM

setiap kali website diperbaharui. Media sosial seperti Facebook fanpage,
Twitter,dan Youtube juga sangat berperan sebagai media informasi. Informasi
yang dibagikan ke dalam Facebook dan Twitter umumnya merupakan
informasi terkait kegiatan ataupun link yang merujuk pada artikel-artikel
yang baru dipublikasi di website Kebijakan AIDS Indonesia. Sementara
informasi yang dibagikan melalui Youtube adalah video-video dokumentasi
kegiatan pelatihan atau video lainnya yang memiliki konten terkait program
HIV dan AIDS. Media ini juga sering digunakan untuk melakukan siaran
langsung (live streaming) berbagai kegiatan pelatihan maupun diskusi
kebijakan.

PKMK FK UGM

19

20

PKMK FK UGM

PKMK FK UGM

21

A. Rasionalisasi
DALAM manajemen pengetahuan, isi atau substansi pengetahuan
merupakan hal mendasar yang harus dikelola agar bisa dibagi dan
dimanfaatkan untuk pengembangan kebijakan. Untuk itu, PKMK FK UGM
melakukan upaya-upaya untuk menggali, mencari, dan mengumpulkan
berbagai sumber pengetahuan yang bisa didistribusikan melalui berbagai
saluran komunikasi yang bisa menjangkau para anggota jaringan. Tiga
metode yang digunakan untuk memperoleh sumber pengetahuan ini
yaitu (1) mengkaji dokumen tentang perkembangan kebijakan HIV dan
AIDS di Indonesia, (2) mengumpulkan pengetahuan secara langsung dari
lapangan melalui rangkaian penelitian yang berfokus pada integrasi
kebijakan dan program penanggulangan HIV dan AIDS ke dalam sistem

22

PKMK FK UGM

kesehatan, dan (3) melakukan penelitian-penelitian terkait dengan kebijakan
HIV dan AIDS melalui kerja sama dengan Kementerian Kesehatan, Komisi
Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN), dan Mitra Pembangunan Internasional
(MPI). Dengan ketiga metode ini, pengetahuan tentang kebijakan HIV
dan AIDS serta sistem kesehatan di Indonesia bisa dikumpulkan.

B. Pelaksanaan dan Hasil
1. Identifikasi Pengetahuan tentang Perkembangan
Kebijakan HIV dan AIDS di Indonesia
Untuk memberikan gambaran menyeluruh yang bisa dijadikan
referensi dalam pengembangan penelitian di tahap-tahap berikutnya,

PKMK FK UGM

23

langkah awal yang dilakukan adalah melakukan kajian dokumen (desk
review) mengenai kebijakan dan program penanggulangan HIV dan AIDS,
baik pada level nasional maupun subnasional. Kajian dokumen ini dilakukan
dengan perspektif historis sejak kasus AIDS pertama kali ditemukan di
Indonesia hingga tahun 2013 serta pemetaan kebijakan, baik yang mendukung
maupun yang tidak mendukung upaya penanggulangan HIV dan AIDS.
Kajian dokumen ini menemukan gambaran tentang faktor eksternal
utama yang memengaruhi perkembangan kebijakan penanggulangan
HIV dan AIDS di Indonesia, yaitu berubahnya relasi antara pemerintah
pusat dengan daerah karena kebijakan desentralisasi. Selain itu, juga telah
berhasil memetakan banyaknya kebijakan penanggulangan HIV dan AIDS,
baik di tingkat nasional dan daerah, serta kesenjangan yang ada antara
respons kebijakan dan pembentukan lembaga dengan kinerjanya.

2. Pelaksanaan Penelitian Sistem Kesehatan dan
Kebijakan HIV dan AIDS
Penggalian pengetahuan juga secara sistematis dilakukan melalui
seri penelitian lapangan (original research) tentang sistem kesehatan dan
kebijakan HIV dan AIDS. Selain kajian dokumen di atas, ada 3 rangkaian
penelitian yang dilakukan selama proyek penelitian ini. Dalam implementasinya,
rangkaian penelitian ini melibatkan 9 universitas mitra. Hasil dari penelitian
yang telah selesai dilakukan selanjutnya menjadi sumber pengetahuan
yang didiseminasikan melalui beragam metode, termasuk distribusi buku
hasil penelitian maupun melalui pertemuan-pertemuan yang melibatkan
para pemangku kepentingan di tingkat nasional maupun daerah5. Gambaran
dari 3 penelitian yang telah dilakukan adalah:

5 Penjelasan lebih lanjut mengenai diseminasi hasil-hasil penelitian dapat dilihat di Tahap 4.B.1.
Diseminasi Hasil Penelitian.

24

PKMK FK UGM

a. Penelitian Integrasi Upaya Penanggulangan
HIV dan AIDS ke dalam Sistem Kesehatan
Penelitian ini berfokus pada pemetaan tingkat integrasi kebijakan
dan program penanggulangan HIV dan AIDS ke dalam sistem kesehatan,
baik di tingkat nasional maupun subnasional. Selain itu, faktor-faktor pendorong
maupun penghambat terjadinya integrasi tersebut juga ditelaah. Penelitian
ini telah menghasilkan 9 laporan daerah (Tingkat Nasional, Provinsi Sumatera
Utara, DKI Jakarta, Bali, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,
Papua, dan Kabupaten Manokwari) dan 1 laporan gabungan berjudul
“Integrasi Upaya Penanggulangan HIV dan AIDS ke dalam Sistem Kesehatan”.

b. Studi Kasus: Integrasi Penanggulangan HIV dan
AIDS ke dalam Sistem Kesehatan dan Efektivitas
Penanggulangan HIV dan AIDS di Daerah
Penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari secara analitis pengaruh
integrasi penanggulangan HIV dan AIDS ke dalam sistem kesehatan dan

PKMK FK UGM

25

juga mengidentifikasi mekanisme yang memungkinkan terjadinya pengaruh
integrasi terhadap efektivitas intervensi spesifik penanggulangan HIV dan
AIDS. Dari penelitian ini dihasilkan 9 laporan dari daerah dengan masingmasing studi kasus di daerah tersebut dan 1 laporan gabungan yang
disusun oleh Tim Kebijakan HIV dan AIDS PKMK FK UGM. Kesembilan studi
kasus intervensi spesifik tersebut meliputi program penyediaan layanan
ART (Provinsi DKI Jakarta dan Kota Makassar), program Layanan Alat Suntik
Steril di DKI Jakarta, program PMTS pada LSL (Kota Denpasar dan Surabaya),
program PMTS pada WPS (Kota Merauke, Kupang, dan Medan), serta link
to care di Manokwari.

c. Penelitian: Model Pencegahan melalui
Transmisi Seksual di Tingkat Pelayanan Primer
Puskesmas dan Jejaringnya
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji model layanan yang terintegrasi
yang bisa digunakan untuk menjamin keberlangsungan program PMTS
di pelayanan kesehatan dasar (primary health care), serta untuk mengetahui
model kebijakan operasional yang dibutuhkan untuk dapat menjamin
terlaksananya integrasi program PMTS di tingkat layanan dasar. Pengembangan
model ini diawali dengan kajian pustaka terlebih dahulu, kemudian
diujicoba pada tataran praktisi dan pakar untuk mendapatkan konsensus
bersama, dan di akhir penelitian ini diperoleh model pelayanan kesehatan
dalam program PMTS dan kebijakan pendukungnya yang terintegrasi
dalam sistem kesehatan. Praktisi yang terlibat dalam uji coba model ini
adalah aktor dan pemangku kepentingan di 8 kota yang merupakan lokasi
penelitian sebelumnya. Sedangkan pakar yang dilibatkan sebagai narasumber
dalam uji coba ini adalah para aktor di level nasional yang bermain pada
ranah ini.

26

PKMK FK UGM

3. Pelaksanaan Penelitian Operasional Kebijakan
HIV dan AIDS
Sebagai bentuk keterlibatan dalam Jaringan Kebijakan HIV dan AIDS,
PKMK juga melakukan beberapa penelitian operasional, misalnya untuk
Kementerian Kesehatan RI dan untuk KPAN. Penelitian operasional di luar
pendanaan DFAT ini dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa penelitian
kebijakan HIV dan AIDS hingga saat ini masih terbatas. Dengan inisiatif
memperkenalkan dan sekaligus melaksanakan penelitian kebijakan ini
diharapkan akan mendorong ketertarikan banyak pihak terhadap isu-isu
kebijakan HIV dan AIDS sekaligus menyediakan evidence yang lebih luas
tentang aspek-aspek lain yang belum tercakup dalam penelitian yang telah
disebutkan di atas. Berbagai penelitian operasional yang dimaksud adalah:

a. Penelitian Operasional Layanan Komprehensif
Berkesinambungan (LKB)
Penelitian ini merupakan kerja sama antara PKMK FK UGM dengan
Kementerian Kesehatan RI dan dilatarbelakangi adanya hambatan dalam
prosedur layanan pengobatan bersamaan dengan diterapkannya kebijakan
LKB. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi hambatan-hambatan
tersebut dan mencari solusi aternatifnya agar dapat meningkatkan efektivitas
pengobatan dan pelaksanaan layanan komprehensif HIV-IMS berkesinambungan
di tingkat kabupaten dan kota. Dari penelitian ini diketahui bahwa yang
menjadi permasalahan utama dalam pelaksanaan LKB di kedua kota tersebut
adalah (1) ketidakjelasan desain integrasi strategi LKB ke dalam layanan
yang tersedia, (2) ketidaksiapan fasyankes yang ditunjuk sebagai simpulsimpul jaringan LKB (puskesmas dan rumah sakit rujukan), khususnya tenaga
kesehatannya, dan (3) lemahnya koordinasi antarpemangku kepentingan
di tingkat kota, seperti LSM, Kelompok Dukungan Sebaya (KDS), Dinas
Kesehatan, dan Komisi Penanggulangan AIDS Daerah. Ketiga permasalahan
dasar ini menjadi penyebab belum optimalnya layanan HIV dan AIDS di

PKMK FK UGM

27

28

PKMK FK UGM

masing-masing kota, seperti terlihat pada rendahnya cakupan layanan VCT,
PITC, pengobatan dan perawatan IMS, serta layanan terapi ARV.6

b. Penelitian Peran Sektor Komunitas dalam
Penanggulangan HIV dan AIDS
Penelitian lainnya yang dikerjakan oleh Tim Kebijakan HIV dan AIDS
PKMK FK UGM adalah kajian peran sektor komunitas dalam upaya
penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia. Penelitian ini didukung KPAN
dengan tujuan menentukan secara sistematik peran komunitas serta
efektivitas dari kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan, untuk mengembangkan
rekomendasi agar kontribusi sektor komunitas dalam penanggulangan
HIV dan AIDS di Indonesia dapat berjalan maksimal. Penelitian ini melibatkan
48 OMS/OBK yang ada di 12 provinsi di Indonesia, yaitu di Sumatera Utara,
Bangka Belitung, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Kalimantan Tengah, Jawa
Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Papua
Barat, dan Papua, serta melalui web survey.
Hasil penelitian ini menegaskan bahwa sektor komunitas telah
mengambil peran penyediaan layanan, peran advokasi, dan peran pendidikan
komunitas dalam penanggulangan HIV dan AIDS, tetapi titik beratnya
masih pada kegiatan penyediaan layanan pencegahan, khususnya pada
populasi kunci dan layanan PDP kepada ODHA. Peran advokasi dan
pendidikan komunitas hanya dilakukan sebatas peran pendukung dari
peran penyediaan layanan. Peran-peran sektor komunitas tersebut sudah
banyak tetapi belum berkontribusi secara optimal pada peningkatan
cakupan, perubahan perilaku, dan kepatuhan terhadap pengobatan. Hal
ini terjadi karena adanya pergeseran peran seiring berjalannya waktu

6 Laporan Penelitian Operasional: Prosedur Pengobatan pada Layanan Komprehensif HIV-AIDS
Berkesinambungan (LKB) di Kota Yogyakarta dan Kota Semarang, PKMK FK UGM, 2015.

PKMK FK UGM

29

sehingga diperlukan strategi untuk mengembalikan peran-peran ideal
dari sektor komunitas dalam penanggulangan HIV dan AIDS.

C. Hambatan, Solusi, dan
Pembelajaran
Tahap ini merupakan tahap penting karena di tahap inilah Tim
Kebijakan HIV dan AIDS PKMK mengidentifikasi dan mengumpulkan
sumber-sumber pengetahuan terkait kebijakan HIV dan AIDS dan sistem
kesehatan. Hambatan utama yang ditemui sudah diprediksi sebelumnya,
yaitu sumber-sumber pengetahuan ini tersebar karena minimnya studistudi sejenis di Indonesia yang bisa dijadikan acuan. Inilah yang menjadi
alasan mengapa penelitian integrasi program dan kebijakan HIV dan AIDS
ke dalam sistem kesehatan dilakukan. Untuk itu, Tim Kebijakan HIV dan
AIDS PKMK telah mengambil langkah dari yang paling dasar, yaitu dengan
melakukan pemetaan tentang konteks dan perkembangan kebijakan HIV
dan AIDS di Indonesia dalam kerangka sistem kesehatan melalui kajian
dokumen. Dari implementasinya ditemukan bahwa meski cukup memakan
waktu, langkah ini sangat bermanfaat dalam menyediakan fondasi bagi
kegiatan pengumpulan pengetahuan berikutnya.
Lebih jauh lagi, skala yang dicakup dalam identifikasi dan pengumpulan
sumber pengetahuan lewat berbagai riset ini cukup besar, yaitu di tingkat
nasional dan subnasional dengan diwakili 8 provinsi dan 8 kabupaten/
kota yang tersebar di Indonesia. Untuk itu penelitian ini memang dirancang
untuk dilakukan secara multicenter, dengan melibatkan 9 universitas mitra.
Hambatan lain yang ditemukan dalam pengumpulan sumber pengetahuan
dengan skala sebesar ini adalah koordinasi untuk memastikan upaya yang
dilakukan bersifat konsisten antara satu daerah dengan daerah lain.
Hambatan ini juga telah diprediksi sebelumnya, dan oleh karena itu Tim

30

PKMK FK UGM

Kebijakan HIV dan AIDS PKMK sebagai koordinator penelitian ini telah
melakukan berbagai langkah seperti pengembangan kapasitas jaringan
peneliti serta mengadakan berbagai pertemuan untuk mempersiapkan
metode pengumpulan data dan analisis, seperti yang akan dijelaskan di
tahap selanjutnya.

PKMK FK UGM

31

32

PKMK FK UGM

PKMK FK UGM

33

A. Rasionalisasi
GUNA memastikan agar ada pemanfaatan atas informasi terkait
kebijakan HIV dan AIDS yang telah disediakan, perlu dilakukan berbagai
pengembangan kapasitas bagi anggota jaringan. Pemanfaatan yang
diharapkan adalah agar masing-masing anggota jaringan dapat
melakukan penelitian dan analisis kebijakan, serta menginformasikan
tentang penerapan kebijakan HIV dan AIDS, baik di daerahnya maupun
di daerah lain. Bentuk pengembangan kapasitas yang pertama adalah
dengan meningkatkan pemahaman secara substantif mengenai isu-isu
kebijakan dan kemampuan metodologis untuk melakukan penelitian
dan analisis kebijakan HIV dan AIDS. Bentuk pengembangan kapasitas
ini difokuskan bagi para peneliti universitas yang menjadi bagian dari
rangkaian penelitian multi center tentang sistem kesehatan dan kebijakan
HIV dan AIDS. Bentuk pengembangan yang lain adalah pengembangan
kapasitas anggota jaringan untuk mengenali berbagai permasalahan
kebijakan dan bagaimana memanfaatkan sumber-sumber pengetahuan
yang tersedia untuk mendorong terbentuknya kebijakan berbasis
bukti. Pengembangan kapasitas ini lebih diarahkan bagi para praktisi,
baik dari lembaga pemerintah, pegiat penanggulangan HIV dan AIDS,
dan akademisi yang tertarik dengan isu-isu HIV dan AIDS, serta para
pemanfaat program HIV dan AIDS. Berbagai kegiatan ini diselenggarakan
dengan metode blended learning, di mana pembelajaran dilakukan
secara tatap muka dan online dengan memanfaatkan teknologi webinar.

B. Pelaksanaan dan Hasil
1. Pengembangan Kapasitas Peneliti Universitas
Pengembangan kapasitas bagi peneliti universitas dilaksanakan
secara berkelanjutan dan seiring dengan tahap-tahap penelitian yang

34

PKMK FK UGM

sedang dilaksanakan. Metode yang dipergunakan dalam kegiatan ini
cukup beragam, mulai dari pertemuan secara langsung, kombinasi
antara pertemuan langsung dan jarak jauh, pertemuan konsultatif
dengan narasumber yang relevan, mentoring, hingga pelatihan formal
di dalam kelas. Berbagai pengembangan kapasitas yang telah dilakukan
bagi para peneliti untuk setiap tahapan penelitian adalah:

a. Penelitian I: Integrasi Upaya Penanggulangan
HIV dan AIDS ke dalam Sistem Kesehatan
1) Lokakarya Pengembangan Desain Penelitian Pertama
Kegiatan workshop ini menghadirkan para pakar di bidang
sistem kesehatan, analisis kebijakan kesehatan, dan praktisi
penanggulangan HIV dan AIDS. Mereka memberikan gambaran
tentang isu-isu besar dan konteks penanggulangan HIV dan AIDS

PKMK FK UGM

35

dalam kerangka sistem kesehatan. Kegiatan ini diselenggarakan
pada tanggal 28−30 Januari 2014 di Yogyakarta yang diikuti
secara aktif oleh 18 orang peneliti universitas dan 6 peneliti dari
PKMK. Pertemuan ini juga melibatkan para anggota research
consultative group yang berasal dari perwakilan dari KPAN,
Kementerian Kesehatan, dan Research Advisor dari Universitas
Atma Jaya serta Health Senior Advisor dari DFAT.
2) Lokakarya Pengumpulan Data
Untuk memastikan para peneliti universitas yang terlibat dalam
penelitian kerja sama ini dapat mengimplementasikan desain
penelitian yang telah ada, maka diselenggarakan pelatihan
protokol penelitian Integrasi Kebijakan dan Program HIV dan AIDS
ke dalam Sistem Kesehatan, pada tanggal 27−28 Maret 2014. Dalam
pelatihan ini, kapasitas peserta terkait dengan prinsip-prinsip
penelitian ilmiah diperkuat melalui sesi-sesi yang disampaikan
oleh Prof. Budi Utomo dari FKM Universitas Indonesia.
3) Mentoring
Penguatan kapasitas juga dilakukan melalui kunjungan
langsung ke masing-masing tim peneliti universitas. Kunjungan
ini dilakukan untuk memberikan asistensi dan dukungan teknis
(technical assistance) kepada tim peneliti unversitas untuk
memastikan penelitian dapat diterapkan sesuai pedoman
operasional penelitian yang sudah ditetapkan, serta mencari
solusi bersama atas permasalahan-permasalahan yang muncul.
4) Lokakarya Analisis Data
Setelah tahapan pengumpulan data selesai, para anggota
penelitian ini dipandu agar dapat melakukan analisis data

36

PKMK FK UGM

secara tepat, melalui workshop analisis data kualitatif. Pada
pertemuan ini narasumber yang diundang adalah Prof. drh.
Wiku Adisasmito, M.Sc. dari Universitas Indonesia, yang
memiliki keahlian di bidang sistem kesehatan. Materi yang
disampaikan mengenai pengalamannya dalam melakukan
beberapa penelitian mengenai integrasi program-program
kesehatan tertentu dalam sistem kesehatan nasional. Diskusi
yang diadakan selama 3 hari, yaitu pada 26–28 Agustus 2014,
di Yogyakarta ini menghasilkan beberapa poin utama, yang
kemudian dirangkum dalam sebuah dokumen panduan analisis
data dan penulisan laporan. Panduan ini kemudian digunakan
sebagai acuan bersama dalam melakukan analisis data dan
penyusunan laporan penelitian tahap pertama.
5) Pertemuan Konsultatif
Untuk mempertajam analisis dari hasil penelitian ini, dilakukan
pertemuan konsultatif dengan melibatkan Prof. Richard Coker
dari LSHTM (London School Hygiene and Tropical Medicine) yang
difasilitasi oleh DFAT. Dengan berbagai macam pengalamannya
dalam melakukan penelitian mengenai integrasi, khususnya
pada program-program yang didanai Global Fund ke dalam
sistem kesehatan nasional di beberapa negara Asia Tenggara,
para peneliti berhasil mendapatkan pemahaman yang lebih
komprehensif untuk penelitian mereka. Pertemuan konsultatif
ini diselenggarakan selama 2 hari di Jakarta, yaitu pada
tanggal 10–11 September 2014 dan diikuti oleh Prof. drh.
Wiku Adisasmito, M.Sc., perwakilan dari UNAIDS, KPAN, dan
Kementerian Kesehatan RI.

PKMK FK UGM

37

b. Penelitian II: Studi Kasus tentang Kontribusi
Integrasi Penanggulangan HIV dan AIDS ke
dalam Sistem Kesehatan terhadap Efektivitas
Intervensi Spesifik HIV dan AIDS di Tingkat
Daerah
1) Lokakarya Pengembangan Desain Penelitian
Penelitian tahap kedua berfokus pada analisis tentang
pengaruh integrasi penanggulangan HIV dan AIDS ke dalam
sistem kesehatan dan juga mengidentiikasi mekanisme
yang memungkinkan terjadinya pengaruh integrasi terhadap
efektivitas program. Sebagaimana dalam penelitian tahap
pertama, penelitian tahap kedua ini dilaksanakan dengan
tetap mengedepankan pengembangan kapasitas peneliti.
Pengembangan kapasitas ini dilakukan sejak pengembangan
protokol penelitian, dalam bentuk pertemuan konsultatif
dengan Prof. Richard Coker di Yogyakarta pada tanggal 29–30
Januari 2015, bersama-sama dengan Prof. drh. Wiku Adisasmito,
M.Sc. dan Prof. Budi Utomo. Melalui pertemuan ini, para peneliti
berhasil menajamkan kerangka konseptual yang digunakan
dalam penelitian tahap kedua.
2) Lokakarya Pengumpulan Data
Workshop ini dilaksanakan di Yogyakarta pada tanggal 23–25
April 2015 untuk meningkatkan kapasitas peneliti, khususnya
dalam penggunaan metode studi kasus pada penelitian
sistem kesehatan, mengatasi tantangan dan hambatan dalam
pengumpulan data, serta cara melakukan analisis data dan
penulisan laporan penelitian studi kasus. Narasumber yang
terlibat dalam kegiatan ini adalah Prof. Irwanto dari PPH

38

PKMK FK UGM

Universitas Atma Jaya, Prof. drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., dan
Prof. Budi Utomo dari Universitas Indonesia.
3) Mentoring
Mentoring juga dilakukan pada penelitian tahap kedua dengan
melakukan kunjungan lapangan dari peneliti PKMK FK UGM
sebanyak dua kali selama periode pelaksanaan penelitian ini.
Kunjungan pertama difokuskan untuk memastikan persiapan
pengumpulan data di masing-masing lokasi penelitian.
Mentoring pada tahap ini dilakukan berdasarkan pembelajaran
dari penelitian tahap I yang menunjukkan bahwa pengumpulan
data dilakukan dengan persiapan yang kurang matang
sehingga kelengkapan dan kualitas data yang diperoleh tidak
seperti yang diharapkan. Fokus kunjungan kedua adalah
untuk memastikan penggunaan tools manajemen data agar
perbandingan data antara wilayah satu dengan wilayah lain
dapat dilaksanakan dengan baik dan memberi hasil yang
diharapkan. Hasil kunjungan kedua ini juga dimaksudkan untuk
mempersiapkan bahan-bahan untuk analisis data.
4) Lokakarya Analisis Data
Workshop analisis data dan rencana penulisan laporan
penelitian dilakukan pada tanggal 7–9 Oktober 2015 di Bali.
Selain melakukan praktik secara langsung mengenai tahapantahapan analisis yang perlu dilakukan, peserta juga menyepakati
batasan waktu penyelesaian pelaksanaan penelitian ini hingga
akhir November 2015. Workshop ini tidak menghadirkan
narasumber karena dirancang sebagai forum untuk berbagi
pengalaman dalam pengumpulan data, manajemen data, dan
menyepakati format analisis data untuk penelitian kedua.

PKMK FK UGM

39

5) Lokakarya Finalisasi Laporan Penelitian
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mempertemukan para
peneliti dengan reviewer secara langsung, agar mereka dapat
mendiskusikan catatan-catatan yang diberikan oleh para
reviewer kepada penulisnya langsung atas laporan penelitian
yang telah tersusun. Kegiatan ini dilaksanakan di Solo, pada
tanggal 22–23 Februari 2016, dengan diikuti oleh 16 peneliti
dan 3 reviewer. Peneliti dari UNIPA tidak mengikuti pertemuan
ini sebab hingga pertemuan ini dilakukan mereka belum
berhasil

menyelesaikan

laporan

penelitiannya.

Dengan

model pertemuan konsultatif yang cukup intensif dan fokus,
dimungkinkan untuk melakukan perbaikan hingga inalisasi
laporan penelitian tersebut. Hasil akhir dari pertemuan ini
adalah 8 laporan penelitian studi kasus per daerah yang siap
untuk didiseminasikan secara luas.

2. Kursus Kebijakan AIDS dan Sistem Kesehatan
Nasional
Bentuk penguatan kapasitas lainnya bagi anggota jaringan
adalah melalui kursus kebijakan. Kursus ini dilaksanakan mengingat
analisis kebijakan kesehatan memiliki kerumitan tersendiri dan masih
terbatasnya jumlah pegiat HIV dan AIDS yang mempunyai keterampilan
ini. Oleh karena itu, kursus ini bertujuan untuk melengkapi pesertanya
dalam (1) menganalisis dan mengevaluasi fungsi sistem kesehatan yang
diperlukan untuk penguatan respons HIV dan AIDS, (2) mengidentiikasi
dan menggunakan kesempatan untuk melakukan peran advokasi yang
lebih besar, (3) menganalisis kesenjangan layanan kesehatan bagi
kelompok yang terdampak oleh HIV dan AIDS dan mampu menyediakan
rekomendasi untuk memperbaiki akses terhadap layanan tersebut, serta
(4) melakukan riset kebijakan HIV dan AIDS.

40

PKMK FK UGM

Untuk mencapai tujuan di atas, maka kursus ini memfokuskan
pokok bahasan dalam 6 modul yang meliputi (1) Sistem Kesehatan dan
Desentralisasi Politik, (2) Organisasi Sistem Kesehatan dan Pembiayaan
Kesehatan, (3) Perluasan Respons AIDS dan Sistem Kesehatan, (4) Sistem
Penguatan Masyarakat Sipil, (5) Layanan HIV, Aksesibilitas, dan Artikulasi
Kepentingan Kelompok Populasi Kunci dan Masyarakat, dan (6)
Penelitian Kebijakan AIDS dan Penulisan Paper Kebijakan AIDS. Metode
yang dipergunakan adalah campuran antara tatap muka di awal dan di
akhir kursus serta web based learning dengan mempergunakan aplikasi
webinar. Melalui webinar yang berdurasi selama 90 menit, peserta
dan narasumber dimungkinkan untuk saling berinteraksi dengan
pengaturan dari moderator. Interaksi tidak terbatas pada saat webinar
namun juga di luar kegiatan tersebut dengan mempergunakan media
email. Dalam kursus ini juga dilakukan pembelajaran menggunakan
pendekatan belajar orang dewasa dengan melibatkan partisipasi aktif
para peserta serta kegiatan belajar mandiri yang berupa penugasan dari
narasumber. Penugasannya antara lain berupa kajian artikel, studi kasus,
presentasi, penulisan proposal, dan policy brief.
Kursus kebijakan ini telah dilaksanakan sebanyak 3 angkatan.
Angkatan pertama diikuti oleh para peneliti anggota Jaringan Kebijakan
HIV dan AIDS Indonesia. Kursus ini dimulai dengan pertemuan tatap
muka pada tanggal 24–26 Maret 2014. Salah satu hasil akhir dari
kursus online ini adalah abstrak yang kemudian disampaikan dalam
salah satu sesi Fornas JKKI V di Bandung. Tema abstrak tersebut cukup
bervariasi, mulai dari tata kelola program penanggulangan HIV dan
AIDS hingga layanan program penanggulangan HIV dan AIDS. Pada
kesempatan ini juga, 2 peserta kursus angkatan kedua berkesempatan
untuk memaparkan abstraknya dalam bentuk poster dan salah satunya
mendapatkan penghargaan sebagai salah satu poster terbaik dari
panitia Fornas JKKI V.

PKMK FK UGM

41

Kursus kebijakan angkatan kedua ditujukan untuk menjaring
peserta yang berasal dari luar jaringan peneliti, dengan maksud agar
memperluas pengetahuan terkait kebijakan HIV dan AIDS. Peserta
yang lolos seleksi dan berkomitmen untuk mengikuti kursus online ini
berjumlah 12 orang, yang berasal dari KPA Kota Mataram, Dinas Kesehatan
Kabupaten Banjarbaru, Puskesmas, Kementerian Sosial, Sekolah Tinggi
Saint Carolus Jakarta, Poltekes Kemenkes, dan LSM. Kegiatan tatap muka
pertama dilaksanakan bersamaan dengan Fornas JKKI V di Bandung,
yaitu pada tanggal 24–26 September 2014. Selama kegiatan ini, ratarata tingkat partisipasi peserta 80% per pertemuan. Berdasarkan polling
yang telah 3 kali dilakukan, rata-rata 62% peserta menyatakan bahwa
kegiatan ini sangat bermanfaat bagi mereka. Kursus angkatan kedua ini
ditutup bersamaan dengan Fornas JKKI VI di Padang, sekaligus dengan
pengumuman 3 proposal terbaik peserta yang berhak mendapatkan
dana stimulan (seed grant) sebesar Rp5.000.000,00 per peserta.

42

PKMK FK UGM

Mengingat tingginya minat terhadap kursus kebijakan AIDS dan
sistem kesehatan nasional, rekrutmen angkatan ketiga kembali dibuka
dengan jumlah peserta yang lolos seleksi sebanyak 20 orang. Komposisi
peserta kursus ini cukup bervariasi. Mereka mewakili kalangan praktisi
program HIV seperti LSM, KDS, dan populasi kunci, kalangan akademisi
seperti dosen dan peneliti, serta sektor pemerintah seperti KPAD
dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Kursus diawali dengan
pertemuan tatap muka pada tanggal 24–25 Februari 2016, sebanyak 8
kali pertemuan tutorial melalui webinar dan kembali ditutup dengan
pertemuan tatap muka pada tanggal 3–4 Mei 2016 di Yogyakarta. Di akhir
kursus ini para peserta telah berhasil menghasilkan kertas kebijakan.

3. Penyelenggaraan Diskusi Kultural
Diskusi kultural merupakan kegiatan diskusi informal yang
diselenggarakan secara rutin setiap bulan. Tema yang diangkat cukup
bervariasi, tergantung kesepakatan dari para anggota jaringan tentang
tema yang pada saat itu dianggap penting untuk diperbincangkan.
Namun, tema yang dipilih tersebut tidak lepas dari agenda
kebijakan HIV dan AIDS yang diupayakan oleh PKMK FK UGM. Tujuan
dikembangkannya diskusi kultural ini adalah untuk membangun dan
memperkuatkan dialog di antara pegiat HIV dan AIDS di masing-masing
daerah. Hasil dari diskusi rutin ini kemudian dikembangkan menjadi
poin-poin rekomendasi yang disampaikan kepada lembaga yang dituju,
sebagai salah satu upaya sumbang saran dan pemikiran bagi perbaikan
kebijakan-kebijakan tersebut. Selain itu, semua catatan dari diskusi
tersebut telah didokumentasikan dengan baik di website kebijakan AIDS
Indonesia agar dapat diakses oleh audiens yang lebih luas.
Selain diselenggarakan langsung oleh PKMK FK UGM, diskusi
kultural juga dilakukan di beberapa daerah anggota Jaringan
Kebijakan HIV dan AIDS Indonesia. Rincian diskusi kultural yang telah

PKMK FK UGM