TINGKAT PEMAHAMAN PERILAKU HIDUP SEHAT DAN KONSEP DASAR LATIHAN BEBAN MEMBERS FITNESS CENTER HOTEL ROS IN YOGYAKARTA.

(1)

TINGKAT PEMAHAMAN PERILAKU HIDUP SEHAT DAN KONSEP DASAR LATIHAN BEBAN MEMBERS FITNESS CENTER

HOTEL ROS IN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Olahraga

Oleh: Joko Adi Prayitno

10603141020

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

i

TINGKAT PEMAHAMAN PERILAKU HIDUP SEHAT DAN KONSEP DASAR LATIHAN BEBAN MEMBERS FITNESS CENTER

HOTEL ROS IN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Olahraga

Oleh: Joko Adi Prayitno

10603141020

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(3)

ii

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul “Tingkat Pemahaman Perilaku Hidup Sehat dan Konsep Dasar Latihan Beban Members Fitness Center Hotel Ros In Yogyakarta” ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, 22 Juni 2014 Dosen Pembimbing,

Dr. Widiyanto, M. Kes. NIP 19820605 200501 1 002


(4)

iii

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Yogyakarta, 22 Juni 2014 Yang menyatakan,

Joko Adi Prayitno NIM 10603141020


(5)

(6)

v MOTTO

Hidup untuk berjuang, bukan berjuang untuk hidup. (Penulis)

Hidup tanpa perbedaan itu seperti sayur tanpa garam, cintai dan hargailah perbedaan maka hidupmu akan lebih indah.

(Jerinx SID)

”Sesungguhnya Allah tidak akan megubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”


(7)

vi

PERSEMBAHAN Karya yang sedehana ini penulis persembahkan untuk:

 Sujud syukur ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan kemudahan yang telah diberikan-Nya, persembahan kecil ini teruntuk orang tua Bapak Suchad dan Ibu Parinah, S.Pd, yang sudah banyak berdoa untuk sehingga mampu untuk menyelesaikan tugas ini dengan baik. Semoga apa yang mereka cita-citakan pada anaknya dapat terwujud. Hanya Allah SWT yang mampu membalas semua jasa-jasa yang telah mereka berikan. Terima kasih atas kasih sayang dan semua pengorbanan yang telah diberikan.

 Teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keolahragaan FIK UNY angkatan 2010.

Sahabat terbaik Deby Kiswara Murti yang telah memberikan motivasi.

 Adik-adik mahasiswa FIK UNY yang akan menjadi generasi perubahan untuk bangsa ini.


(8)

vii

TINGKAT PEMAHAMAN PERILAKU HIDUP SEHAT DAN KONSEP DASAR LATIHAN BEBAN MEMBERS FITNESS CENTER

HOTEL ROS IN YOGYAKARTA Oleh:

Joko Adi Prayitno

NIM 10603141020 ABSTRAK

Seiring dengan perkembangan zaman, banyak orang yang berperilaku hidup kurang sehat seperti mengonsumsi makanan yang tidak sehat. Selain itu, orang melakukan latihan di fitness center sudah menjadi bagian dari gaya hidup, sehingga tidak sedikit members melakukan latihan beban tanpa memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang konsep dasar latihan beban yang justru akan menimbulkan cedera pada dirinya sendiri. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman perilaku hidup sehat dan konsep dasar latihan beban members Fitness Center Hotel Ros In Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah members Fitness Center Hotel Ros In Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling atau teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel penelitian ini adalah members fitness center yang masih aktif sebanyak 70 orang dari total 120 orang. Pengumpulan data menggunakan angket tertutup. Realibilitas instrumen pemahaman perilaku hidup sehat mempunyai jumlah koefisien sebesar 0,925. Di sisi lain realibilitas instrumen pemahaman konsep dasar latihan beban dengan jumlah koefisien sebesar 0,965. Untuk menganalisis data digunakan statistik deskriptif dengan persentase.

Setelah dilakukan analisis tingkat pemahaman perilaku hidup sehat diperoleh hasil sangat tinggi 4,29 %, tinggi 32,86 %, sedang 31,43 %, rendah 25,71 %, sangat rendah 5,71 %. Hasil penelitian pemahaman konsep dasar latihan beban menunjukan hasil sangat tinggi sebesar 8,57 %, tinggi 24,29 %, sedang 18,57 %, rendah 47,14 %, dan sangat rendah 1,43 %. Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan tingkat pemahaman perilaku hidup sehat didapatkan kategori tinggi dan tingkat pemahaman konsep dasar latihan beban didapatkan kategori rendah.


(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Tingkat Pemahaman Perilaku Hidup Sehat dan Konsep Dasar Latihan Beban Members Fitness Center Hotel Ros In Yogyakarta”.

Skripsi ini dapat selesai berkat bantuan, bimbingan, serta dorongan semangat dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A., Rektor Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Rumpis Agus Sudarko, M.S., Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian.

3. Yudik Prasetya, M.Kes, Ketua Program Studi Ilmu keolahragaan yang telah banyak memberikan masukan dalam penelitian ini.

4. Dr. Widiyanto, M.Kes., Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dukungan, dan motivasi selama penyusunan skripsi. 5. Margono, M.Pd., Dosen Pembimbing Akademik selama kuliah.

6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis kuliah di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta.

7. Avie Kuntari Astarini, Manager Club Arena Fitness Center Hotel Ros In Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian.

8. Karyawan FIK UNY, Members Fitness Center Hotel Ros In Yogyakarta, terima kasih atas bantuannya.

9. Rekan-rekan Mahasiswa Ilmu Keolahragaan angkatan 2010. 10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.


(10)

ix

Penulis menyadari sepenuh hati bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kelengkapan skripsi ini. Semoga hasil skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan khususnya dan bagi semua pihak pada umumnya. Penulis berharap skripsi ini mampu menjadi salah satu bahan bacaan untuk acuan pembuatan skripsi selanjutnya agar menjadi lebih baik.

Yogyakarta, Juni 2014 Penulis,


(11)

x DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Deskripsi Teori dan Penelitian yang Relevan ... 7

1. Pemahaman Perilaku Hidup Sehat ... 7

2. Pengertian Konsep Dasar ... 17

3. Pengertian Latihan ... 17

4. Pengertian Latihan Beban ... 18

5. Konsep Dasar Latihan Beban ... 19

B. Kerangka Berpikir ... 32

C. Penelitian Relevan ... 35

BAB III. METODE PENELITIAN... 36

A. Metode Penelitian dan Desain Penelitian... 36

B. Sumber Informasi ... 36

C. Waktu dan Tempat ... 37

D. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ... 37

E. Validitas dan Reliabilitas ... 38

F. Analisis Data ... 39

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Hasil Penelitian ... 41

1. Pemahaman Perilaku Hidup Sehat ……… 41

2. Pemahaman Konsep Dasar Latihan Beban ……… . 50


(12)

xi

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Implikasi Penelitian ... 62

C. Keterbatasan Penelitian ... 62

D. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65


(13)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Perbandingan Mesin Beban dan Free Weight ... 19

Tabel 2. Contoh Penjabaran Frekuensi Latihan ... 24

Tabel 3. Intensitas Latihan Kekuatan Otot ... 25

Tabel 4. Contoh Intensitas Latihan dengan System Multiple-Set ... 29

Tabel 5. Interprestasi Uji Realibilitas ... 39

Tabel 6. Skala Kategori ... 40

Tabel 7. Deskripsi Hasil Penelitian Pemahaman Perilaku Hidup Sehat .... 44

Tabel 8. Deskripsi Hasil Penelitian Faktor Makanan dan Minuman ... 44

Tabel 9. Deskripsi Hasil Penelitian Faktor Kebersihan Diri ... 45

Tabel 10. Deskripsi Hasil Penelitian Faktor Kebersihan Lingkungan ... 46

Tabel 11. Deskripsi Hasil Penelitian Faktor Sakit dan Penyakit ... 48

Tabel 12. Deskripsi Hasil Penelitian Faktor Perilaku Hidup yang Teratur. 49 Tabel 13. Deskripsi Hasil Penelitian Pemahaman Konsep Dasar Latihan Beban ... 51

Tabel 14. Deskripsi Hasil Penelitian Prinsip Latihan Beban ... 53

Tabel 15. Deskripsi Hasil Penelitian Faktor Takaran Latihan Beban ... 54

Tabel 16. Deskripsi Hasil Penelitian Faktor Sistem Latihan Beban ... 56


(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Diagram Hasil Penelitian Pemahaman terhadap Perilaku

Hidup Sehat ... 44

Gambar 2. Diagram Hasil Penelitian Faktor Makanan dan Minuman ... 44

Gambar 3 Diagram Hasil Penelitian Faktor Kebersihan Diri ... 45

Gambar 4 Diagram Hasil Penelitian Faktor Kebersihan Lingkungan ... 47

Gambar 5 Diagram Hasil Penelitian Faktor Sakit dan Penyakit ... 48

Gambar 6 Diagram Hasil Penelitian Faktor Fase Latihan Beban ... 50

Gambar 7 Diagram Hasil Penelitian Pemahaman Konsep Dasar Latihan Beban .. ... 51

Gambar 8 Diagram Hasil Penelitian Faktot Prinsip-Prinsip Latihan Beban 53 Gambar 9 Diagram Hasil Penelitian Faktor Takaran Latihan Beban ... 55

Gambar 10 Diagram Hasil Penelitian Faktor Sistem Latihan Beban ... 56


(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian ke Dekan ... 68

Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian ke Pengelola Fitness Center... 69

Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian dari Manager Fitness Center 70

Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 71

Lampiran 5. Surat Keterangan Jumlah Members Aktif ... 72

Lampiran 6. Angket Penelitian ……….... 73

Lampiran 7. Data Mentah Angket Perilaku Hidup Sehat ...………. 78

Lampiran 8. Data Mentah Angket Konsep Dasar Latihan Beban ... 80

Lampiran 9. Hasil Penelitian Perilaku Hidup Sehat ... 82

Lampiran 10. Hasil Penelitian Konsep Dasar Latihan Beban ... 84

Lampiran 11. Deskripsi Hasil Penelitian Perilaku Hidup Sehat ... 86

Lampiran 12. Deskripsi Hasil Penelitian Konsep Dasar Latihan Beban ... 88


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam melakukan aktivitas kehidupan, karena tanpa kesehatan manusia tidak akan bisa melakukan aktivitas sehari-hari. Kesehatan diperoleh dari paham tentang perilaku hidup sehat, termasuk memperhatikan perilaku asupan gizi dan aktivitas berolahraga.

Di kota telah banyak perusahaan jasa yang bergerak dibidang kesehatan dan kebugaran yang sering dijumpai, yaitu fitness center. Fitness center merupakan salah satu tempat yang menyediakan segala peralatan dan fasilitas olahraga yang lengkap. Oleh sebab itu tidak sulit lagi bagi orang untuk melakukan latihan beban, agar ia dapat selalu menjaga kesehatan maupun meningkatkan kebugaran tubuhnya. Jadi, untuk medapatkan kebugaran tubuh, orang tidak harus melakukan aktivitas olahraga di lapangan.

Pemahaman perilaku hidup sehat bagi seluruh manusia perlu dilakukan termasuk bagi members fitness, karena dengan pemahaman perilaku hidup sehat, mereka akan terbantu mengetahui dan dapat mengaplikasikan pengetahuannya baik kepada dirinya sendiri, keluarga, maupun lingkungannya dalam melakukan aktivitas olahraga. Dengan bekal informasi yang cukup, members dapat meningkatkan kesadarannya tentang hidup sehat.

Setiap members fitness ingin menerapkan pemahaman perilaku hidup sehat, baik diterapkan di rumah maupun di tempat umum khususnya di fitness center itu sendiri. Aktivitas olahraga fitness merupakan upaya dalam mencapai


(17)

2

kesehatan bagi members. Salah satu contoh dari keseharian members yang belum mencerminkan perilaku hidup sehat, misalnya ketika seorang selesai latihan tidak membersihkan tubuhnya dahulu, melainkan masih melakukan aktivitas yang lain, sehingga gaya hidup sehatnya akan terganggu dan mudah terserang penyakit. Untuk mencapai kesehatan perlu didukung oleh perilaku hidup sehat members itu sendiri, baik itu perilaku makan, perilaku istirahat, dan perilaku terhadap sakit dan penyakit. Perilaku hidup sehat meliputi tiga upaya bugar: makan, istirahat, dan olahraga.

Olahraga adalah salah satu upaya untuk mendapatkan tubuh yang sehat dan bugar dengan cara bergerak. Bergerak merupakan ciri dasar kehidupan, karena itu kuantitas dan kualitas aktivitas fisik erat hubungannya dengan upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Secara umum kebugaran adalah kemampuan seseorang melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga masih bisa menikmati waktu luangnya (Djoko Pekik, 2004: 2-3).

Selain itu setiap members fitness berharap tujuan latihan beban dapat tercapai, akan tetapi pada kenyataanya hal itu tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan bisa gagal dalam mencapai tujuan latihan beban. Kurangnya pemahaman tentang latihan beban dapat menyebabkan cedera pada saat melakukan latihan beban. Tidak ada yang menyangkal jika olahraga baik untuk kebugaran tubuh maupun melindungi diri dari berbagai penyakit, dilakukan secara berlebihan dan mengabaikan aturan yang benar, justru akan mendatangkan cedera yang membahayakan dirinya sendiri. Latihan beban


(18)

3

yang baik harus memperhatikan konsep-konsep dasar dalam melakukan aktivitas fisik, yaitu pemanasan, inti dan pendinginan.

Salah satu tempat fitness center di Yogyakarta yang memiliki fasilitas yang cukup lengkap adalah Fitness Center Hotel Ros In Yogyakarta yang beralamat di Jl. Lingkar Selatan 110 Yogyakarta. Lokasi tersebut cukup strategis karena lingkungan sekitarnya yang merupakan area perumahan, dekat dengan kampus, dekat dengan jalan raya, membuat anggota members tidak hanya berasal dari tamu hotel atau warga perumahan, tetapi juga semua golongan dan beragam profesi yang berbeda. Fitness Center Hotel Ros In Yogyakarta sudah memiliki fasilitas yang cukup baik, di antaranya sarana prasarana, tata letak ruangan, instruktur, maupun pelayanan yang cukup baik.

Dengan fasilitas yang baik dan memadai, Fitness Center Hotel Ros In Yogyakarta memiliki fungsi yang sangat mendukung dengan baik dalam membentuk masyarakat yang sehat, kuat, dan dengan hasil bentuk badan yang ideal. Hampir semua pengusaha, pengelola, dan juga instruktur fitness center memiliki tujuan yang sama-sama baik untuk bisa menyediakan, membantu atau menyalurkan niat dan bakat dari para pengguna fitness center atau members dalam usahanya untuk mencapai tujuan yang diharapkan dari berolahraga. Begitu juga members tersebut hampir semua memiliki tujuan masing-masing.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan terhadap members Fitness Center di Hotel Ros In Yogyakarta, dapat disimpulkan bahwa mereka berasal dari golongan ekonomi menengah ke atas. Hal tersebut tercermin dari harga yang harus dibayar untuk iuran bulanan yang mencapai Rp 254.000,00.


(19)

4

Dengan fasilitas yang didapatkan, seperti tempat elit, fasilitas lengkap, dan ada program latihan lain yang ditawarkan oleh Fitness Center Hotel Ros In Yogyakarta. ternyata tidak menjamin tercapainya tujuan latihan members. Selama masa observasi dan magang di Fitness Center Ros In, peneliti masih banyak menemukan kesalahan konsep dasar dan pemahaman perilaku hidup sehat pada latihan beban. Seperti halnya cara-cara yang belum benar dalam melakukan latihan beban. Members banyak berolahraga pada hari libur saja, tidak memperhatikan takaran latihan, kurang jeli memilih jenis metode latihan yang sesuai dengan keadaan fisiknya, salah menggunakan fasilitas yang pada akhirnya justru merugikan dirinya sendiri.

Dari uraian di atas tampak jelas pentingnya seseorang yang ingin melakukan olahraga latihan beban harus mengerti konsep dasar latihan beban. Hal ini yang membuat latihan tersebut menjadi lebih efektif dan aman. Walaupun didampingi oleh seorang instruktur yang berpengalaman, hal itu tidak menjadi jaminan tercapainya tujuan utama. Tidak banyak members menggunakan jasa PT (personal trainer). Besarnya harga yang harus dikeluarkan oleh members untuk mendapatkan seorang PT membuat members Ros In memutuskan untuk berlatih sendiri tanpa menggunakan jasa PT. Hal tersebut menunjukkan betapa penting pemahaman members tentang konsep dasar latihan beban. Tanpa dibekali pemahaman yang benar tentang konsep latihan tersebut akan sia-sia atau tidak tercapainya tujuan yang diinginkan atau hal lain di luar tujuan utamanya bahkan hal yang paling mungkin bisa terjadi adalah members akan mengalami cedera.


(20)

5

Dari uraian di atas peneliti sangat tertarik untuk meneliti seberapa besar tingkat pemahaman perilaku hidup sehat dan konsep dasar latihan beban members fitness center Hotel Ros In Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Members finess center Hotel Ros In Yogyakarta belum memiliki

perilaku hidup sehat, hal itu antara lain ditunjukkan setelah selesai melakukan latihan members tidak membersihkan tubuhnya.

2. Masih banyak kesalahan dalam melakukan latihan beban, members dalam melakukan latihan beban seperti tidak memperhatikan takaran latihan.

3. Members kebanyakan melakukan latihan beban pada hari libur saja. C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, perlu ada pembatasan masalah agar ruang lingkup penelitian menjadi lebih jelas. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini peneliti hanya ingin memfokuskan pada tingkat pemahaman perilaku hidup sehat dan konsep dasar latihan beban members fitness center Hotel Ros In Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut, “Seberapa tinggi tingkat pemahaman perilaku hidup sehat dan konsep dasar latihan beban members fitness center Hotel Ros In Yogyakarta?”


(21)

6 E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pemahaman perilaku hidup sehat dan konsep dasar latihan beban members fitness center Hotel Ros In Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan di bidang ilmu pengetahuan bidang keolahragaan, khususnya pengetahuan perilaku hidup sehat dan konsep dasar latihan beban. Menjadi acuan tempat fitness lain untuk lebih memahami tentang pentingnya pemahaman perilaku hidup sehat dan pemahaman konsep asar latihan beban.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Instruktur Fitness Center

Hasil penelitian ini dapat menyediakan data dan informasi bagi instruktur tentang kehidupan sehari-hari members nya berkaitan dengan pemahaman perilaku hidup sehat dan konsep dasar latihan beban members fitnes center.

b. Bagi Members Fitness

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi members untuk lebih memahami pentingnya perilaku hidup sehat, dan konsep dasar latihan beban dalam melakukan latihan.


(22)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori dan Penelitian yang Relevan

1. Pemahaman Perilaku Hidup Sehat a. Hakikat Pemahaman

Em Zul Fajri dan Ratu Aprilia Senja (2008: 607-608) menjelaskan pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar, sedangkan pemahaman merupakan proses perbuatan cara memahami. Oleh sebab itu, pemahaman dapat diartikan sebagai suatu proses, cara memahami cara mempelajari baik-baik supaya paham dan pengetahuan banyak.

Menurut Poesprodjo (1987: 52-53) bahwa pemahaman bukan kegiatan berpikir semata, melainkan pemindahan letak dari dalam berdiri di situasi atau dunia orang lain. Mengalami kembali situasi yang dijumpai pribadi lain di dalam erlebnis (sumber pengetahuan tentang hidup, kegiatan melakukan pengalaman pikiran), pengalaman yang terhayati. Pemahaman merupakan suatu kegiatan berpikir secara diam-diam, menemukan dirinya dalam orang lain.

Hasil belajar pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi dibandingkan tipe belajar pengetahuan (Nana Sudjana, 1995: 24) menyatakan bahwa pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu: (1) tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya, mengartikan, dan menerapkan prinsip-prinsip, (2) tingkat kedua adalah


(23)

8

pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya atau menghubungkan beberapa bagian grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang tidak pokok, dan (3) tingkat ketiga adalah pemahaman ekstrapolasi yaitu kesanggupan melihat baik yang tertulis, tersirat dan tersurat, meramalkan sesuatu atau memperluaskan wawasan.

Seseorang memiliki pemahaman tingkat ekstrapolasi berarti mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat estimasi, prediksi berdasarkan pada pengertian dan kondisi yang diterangkan dalam ide-ide atau simbol, serta kemampuan membuat kesimpulan yang dihubungkan dengan implikasi dan konsekuensinya.

b. Pengertian Perilaku

Dari segi biologis, perilaku merupakan aktivitas organisme yang mempunyai bentangan yang luas. Menurut Soekidjo (2007: 133) yang dimaksud perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati langsung.

Menurut Benyamin Bloom yang dikutip M. Ichan (1988: 11) ada tiga aspek dasar yang mem pengaruhi perilaku, yaitu:

1) Aspek Pengetahuan (Cognitif Domain)

Aspek ini merupakan aspek dasar dalam perubahan perilaku seseorang. Aspek ini berkembang secara bertahap memahami, yang kemudian berlanjut ke tahap mengetahui, menganalisis,


(24)

9

mensintensa dan menilai. Aspek ini melatarbelakangi lahirnya aspek sikap.

2) Aspek Sikap (Afektif Domain)

Aspek sikap adalah suatu proses perkembangan mental dalam menentukan pilihan untuk menerima atau menolak suatu rangsangan dari luar diri seseorang setelah ia mengalami proses perkembangan mental aspek pengetahuan. Seperti halnya aspek pengetahuan, aspek sikap juga berkembang melalui beberapa tahap menerima, dan menolak. Kedua tahap ini bersifat kontras sebagai kedua pilihan yang menentukan. Dalam proses perkembangan, kedua tahap yang kontras tersebut terjadi perkembangan menerima, merasakan, menjawab, kemudian menetukan sikap menolak dan menerima. Setelah aspek sikap ini berkembang, kemudian lahir aspek selanjutnya, yaitu aspek perbuatan.

3) Aspek Perbuatan (Psikomotor Domain)

Aspek perbuatan merupakan tahap selanjutnya dari aspek pengetahuan dan aspek sikap. Dalam proses perkembangannya, aspek perbuatan akan sampai pada tahap berbuat untuk melakukan sesuatu.

Jadi dalam perubahan perilaku mulai timbulnya perkembangan pengetahuan (kognitif) yang kemudian diikuti perkembangan bersikap (afektif) dan sampai pada tindakan atau perilaku (psikomotor), sehingga perilaku hidup sehat yang diinginkan akan tercapai apabila


(25)

10

didasari oleh: (1) pengetahuan, (2) sikap, sebagai perwujudan sikap mental dan cerminan dari wawasan yang dimiliki juga dasar di dalam mengambil keputusan, dan (3) perbuatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari hendaknya senantiasa berpedoman pada aturan-aturan yang sesuai dengan syarat-syarat kesehatan.

c. Pengertian Hidup Sehat

Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 memberikan batasan kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Soekidjo, 2007: 3).

Menurut Rusli Luthan yang dikutip oleh Samsu Nurzaman (2006: 15) perilaku sehat adalah setiap tindakan yang mem pengaruhi peluang secara langsung atau jangka panjang semua konsekuensi fisik yang menjadi lebih baik.

d. Faktor-Faktor yang Berpengaruh dalam Kesehatan

Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan antara lain, pengetahuan mengenai penyakit dan daya tahan tubuh. Kedua hal ini saling berpengaruh terhadap kesehatan jika tidak dijaga secara hati-hati. Menurut Syamsunir Adam yang dikutip oleh Samsu Nurzaman (2006: 16) faktor-faktor yang mem pengaruhi kesehatan adalah sebagai berikut:

1) Penyakit; penyebabnya ada dua hal, yaitu:

a) Dari dalam tubuh, adalah sebab yang dapat memudahkan timbulnya penyakit, misalnya penyakit keturunan.


(26)

11

b) Datang dari luar tubuh adalah sebab yang timbul dari mekanis (jatuh atau luka), fisis (panas, dingin), dan kemis (keracunan zat kimia).

2) Manusia adalah faktor yang berhubungan dengan kekebalan tertentu terhadap serangan penyakit.

3) Lingkungan Hidup

Jika salah satu faktor ini melebihi faktor lainnya, orang akan terganggu kesehatannya, sehingga dari semua faktor kesehatan ini harus seimbang agar badan terhindar dari hal yang berhubungan dari sakit dan penyakit.

e. Penerapan Perilaku Hidup Sehat

Perilaku kesehatan menurut Skinner yang dikutip oleh Soekidjo (2007: 136-137) adalah respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, dan upaya pencarian fasilitas kesehatan. Dari batasan tersebut, perilaku hidup sehat dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu:

1) Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (Health Maintenance)

Perilaku seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri atas tiga aspek, yaitu:


(27)

12

a) Perilaku pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit apabila sakit, dan pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

b) Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat. Kesehatan sangat dinamis dan relatif, maka orang sehat perlu diupayakan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal mungkin.

c) Perilaku makanan dan minuman. Makanan dan minuman dapat memelihara dan menigkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit.

2) Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior). Perilaku ini adalah upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit atau kecelakaan, dimulai dari mengobati sendiri sampai mencari pengobatan.

3) Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, sehingga lingkungan tersebut tidak mem pengaruhi kesehatannya, misalnya bagaimana pengelolaan pembuangan limbah air minum dan sebagainya.


(28)

13

Menurut Becker yang dikutip oleh Soekidjo (2007: 137) klasifikasi perilaku hidup sehat adalah sebagai berikut:

1) Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang ini dalam arti kualitas dan kuantitas.

2) Olahraga teratur, yang juga mencakup kualitas (gerakan), dan kuantitas dalam arti frekuensi dari waktu yang digunakan untuk olahraga.

3) Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan buruk yang dapat mengakibatkan berbagai penyakit. Ironisnya, hampir 50 % penduduk usia dewasa merokok.

4) Tidak minum minuman keras dan narkoba. kecenderungannya, sekitar 1 % penduduk Indonesia diperkirakan sudah kerkebiasaan mengkonsumsi minuman keras dan narkoba.

5) Istirahat cukup. Kesibukan dan aktivitas seseorang dalam mencari penghasilan mengakibatkan kurang waktu beristirahat. Tentunya ini juga merupakan hal yang berbahaya.

6) Mengendalikan stress. Stress cepat menyebabkan gangguan kesehatan, maka orang harus dapat mengendalikan stress. 7) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan,

misalnya bahaya seks bebas, penyesuaian terhadap lingkungan dan sebagainya.

Setiap manusia pasti ingin memiliki kondisi sehat, sebab kesehatan merupakan modal utama agar manusia dapat menyelenggarakan tugas-tugas kehidupan selanjutnya. Kesehatan merupakan unsur yang penting bagi kehidupan dan dapat dijadikan sebagai cermin dari keberhasilan, kebahagian dan kesejahteraan. f. Perilaku Hidup Sehat Members

Kesehatan pribadi adalah harta yang tidak ternilai harganya dan paling berharga buat tubuh manusia. Dengan hidup sehat orang dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan produktif. Sayangnya, di zaman yang serba modern ini segala dituntut serba cepat. Orang-orang banyak yang mengabaikan pola hidup dan makan yang sehat.


(29)

14

Memang seringkali terjadi penyesalan yang datangnya belakangan, seperti penyakit serangan jantung, kanker, diabetes, osteoporosis, dan masalah pada ginjal. Pada saat penyakit itu, hidup manusia tidak berarti lagi, bahkan manusia harus mengeluarkan biaya yang cukup mahal untuk melakukan pengobatan. Kesehatan adalah sumber dari kesenangan, kenikmatan, dan kebahagian. Oleh karena itu, sangat bijaksana apabila manusia selalu memelihara dan meningkatkan kesehatan pribadi.

1) Perilaku terhadap Makanan

Tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam bentuk makanan, baik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan maupun dari hewan. Kebutuhan tubuh akan zat-zat gizi tidak dapat dipenuhi hanya dengan satu atau dua macam bahan makanan saja, karena pada umumnya tidak ada satu macam pun dijumpai bahan makanan mengandung zat-zat gizi yang lengkap. Manusia harus makan berbagai macam makanan setiap harinya. Dalam hal ini, variasi makanan sangat memegang peranan penting. Makin beraneka ragam yang dimakan, makin beraneka ragam sumber zat-zat gizi yang masuk ke dalam tubuh manusia.

Menurut Djoko Pekik Irianto (2007: 50) kebutuhan energi yang diperlukan masnusia berbeda-beda tergantung pada beberapa faktor, antara lain luas permukaan tubuh, umur, jenis kelamin, cuaca, ras, status gizi, dan penyakit. Energi yang dibutuhkan antara lain untuk metabolisme basal (BMR = Basal Metabolic Rate).


(30)

15

Metabolisme basal adalah energi minimal yang diperlukan tubuh dalam keadaan istirahat sempurna baik fisik maupun mental, berbaring tetapi tidak dalam suhu ruangan 250 C.

Menurut Djoko Pekik Irianto (2007: 5-22) makanan memiliki sumber tenaga, yakni karbohidrat, lemak, protein, air, vitamin, dan mineral. Di dalam makanan memiliki fungsi yang berbeda-beda, yakni:

a) Karbohidrat

Karbohidrat disebut zat pati atau zat gula. Karbohidrat tersusun atas unsur karbon, hidrogen dan osigen. Karbohidrat terdapat dalam tumbuhan, seperti beras, jagung, gandum, umbi-umbian. b) Lemak

Seperti halnya karbohidrat, lemak tersusun atas molekul C, H dan O, Manfaat lemak untuk cadangan energi, disamping itu juga lemak juga sebagai bahan melarutkan vitamin, yaitu vitamin A, D, E, dan K.

c) Protein

Protein disebut juga zat putih telur. Protein merupakan bahan zat pembangun bagi tubuh. Protein terdapat pada susu, telur, ikan, dan daging.

d) Vitamin

Vitamin ialah senyawa organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah sedikit untuk mengatur fungsi-fungsi tubuh yang


(31)

16

spesifik, seperti pertumbuhan normal, memelihara kesehatan dan reproduksi.

e) Mineral

Mineral adalah senyawa organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil untuk membantu fungsional tubuh, misalnya untuk memelihara keteraturan metabolisme.

f) Air

Air merupakan komponen terbesar dalam struktur tubuh manusia. Gangguan keseimbangan air dan elektrolit, dapat membahayakan fungsi tubuh seseorang. Misalnya, dehidrasi ringan dapat menggangu aktivitas fisik atau prestasi.

g. Perilaku terhadap Sakit dan Penyakit

Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini menyebut respons seseorang baik secara aktif, yaitu berupa tindakan-tindakan yang dilakukan sehubungan dengan sakit dan penyakit, maupun secara pasif (mengetahui, bersikap, persepsi) tentang penyakit dan rasa sakit yang ada didalam dirinya maupun di luar dirinya.

Perilaku manusia terhadap sakit dan penyakit, menurut Soekidjo (2007: 59) meliputi perilaku meningkatkan dan pemeliharaan kesehatan (Healt Promotion Behavior), perilaku pencegahan penyakit (Healt Prevention Behavior), perilaku pencarian pengobatan(Healt

Seeking Behavior), dan perilaku pemulihan kesehatan (Healt


(32)

17

Kesehatan tidak akan datang dengan sendirinya, namun perlu adanya usaha. Usaha tersebut adalah dengan mengupayakan agar setiap orang mempunyai perilaku hidup sehat. Dengan demikian semua perilaku hidup sehat di atas hendaknya dimiliki oleh setiap members fitness center.

2. Pengertian Konsep Dasar

Woodruff yang dikutip Amin, (1987: 48) menerangkan bahwa konsep biasanya dipakai untuk mendeskripsikan dunia empiris yang diamati oleh peneliti, baik berupa benda maupun gejala sosial tertentu yang sifatnya abstrak. Konsep dinyatakan juga sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun dari berbagai macam kharakteristik. Menurut Woodruff yang dikutip Amin (1987: 48) menjelaskan pengertian konsep menjadi tiga yaitu:

a. Konsep dapat didefinisikan sebagai suatu gagasan/ ide yang relatif sempurna dan bermakna.

b. Konsep merupakan suatu pengertian tentang suatu objek.

c. Konsep adalah produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda melalui pengalamannya (setelah melakukan persepsi terhadap objek/benda). 3. Pengertian Latihan

Seseorang yang melakukan suatu aktivitas secara teratur dan terus menerus dengan tujuan untuk mendapatkan hasil lebih baik seseorang tersebut dapat disebut sedang melakukan latihan. Menurut Harsono (1988: 101) training adalah proses yang sistematis dari berlatih atau


(33)

18

bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan/pekerjaannya.

Menurut Suharjana (2007: 12) latihan fisik yang dilakukan dengan benar akan memberikan suatu perubahan pada sistem tubuh, baik itu sistem metabolisme, sistem saraf dan otot maupun sistem hormonal. Latihan kebugaran diartikan sebagai proses sistematis menggunakan gerakan bertujuan meningkatkan atau mempertahankan kualitas atau fungsi tubuh yang meliputi kualitas daya tahan paru jantung, kekuatan dan daya tahan otot, kelentukan dan komposisi tubuh (Djoko Pekik I, 2004: 12).

Menurut Suharjana (2007: 14) exercise adalah aktivitas yang dilakukan dalam suatu sesi atau waktu latihan dan training merupakan suatu latihan yang dilakukan secara berulang-ulang, terprogram yang berlangsung beberapa hari atau bulan.

4. Pengertian Latihan Beban

Latihan beban adalah suatu aktivitas olahraga yang menggunakan beban sebagai alat untuk meningkatkan kemampuan fisik. Menurut Dreger yang dikutip oleh Suharjana (2007: 18), latihan beban (weight training) adalah latihan yang sistematis yang menggunakan beban sebagai alat untuk menambah kekuatan otot guna mencapai tujuan seperti memperbaiki kondisi fisik, mencegah cedera atau hanya sekedar tujuan kesehatan. Dalam cabang olahraga, weight training digunakan untuk membangun kondisi fisik umum atau kondisi fisik khusus (Suharjana, 2007: 19-21).


(34)

19

Latihan beban dapat menggunakan beban berat badan sendiri, atau menggunakan beban bebas (free weight) seperti dumbbell, barbell, atau mesin (gym machine). Latihan menggunakan beban sendiri lebih cocok untuk pemula atau manusia usia lanjut. Bentuk latihan yang banyak digunakan, antara lain chin-up, push-up, sit-up, dan back-up, squat. Latihan menggunakan beban bebas lebih cocok untuk peserta yang sudah berpengalaman. Latihan beban dengan beban bebas dapat memudahkan seseorang untuk mencapai banyak sasaran latihan sesuai tujuan yang diinginkan (Suharjana, 2007:18).

Tabel 1. Perbandingan Mesin Beban dan Free Weight

Gym Machine Free Weight

Kelebihan:  Aman

 Hemat waktu latihan  Praktis

 Dapat dignakan siapa saja  Bisa berlatih sendiri

Kelebihan:

 Gerakan leluasa  Variasi latihan banyak  Melatih otot secara lengkap  Pnambahan beban teliti  Beban maksimal tak terbatas Kekurangan:

 Gerakan terbatas

 Hanya melatih otot utama  Penambahan beban

kurang teliti

 Beban maksimal terbatas

Kekurangan:  Kurang aman

 Digunakan bagi mereka yang sudah pengalaman

 Waktu berlatih relative lama  Perlu spotter (pendamping

lain) (Djoko Pekik Irianto, 2004: 39).

5. Konsep Dasar Latihan Beban

Konsep dasar latihan beban adalah suatu tahapan inti atau yang terpenting dari latihan beban. Agar latihan beban dapat dilakukan secara efektif dan aman shingga mencapai tujuan yang optimal, perlu diperhatikan beberapa tahapan yang sangat berpengaruh dalam latihan


(35)

20

beban. Ada empat dasar latihan beban, yakni: (1) prinsip-prinsip latihan beban, (2) takaran latihan beban, (3) sistem latihan beban, dan (4) fase latihan.

a. Prinsip-prinsip Latihan Beban

Program latihan beban yang baik harus disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip latihan. Prinsip latihan adalah semacam ketentuan yang harus dipedomani dalam membuat program latihan. Prinsi-prinsip latihan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:

1) Prinsip Beban Berlebih (overload)

Menurut Suharjana (2007: 21) menyatakan bahwa prinsip beban berlebih pada dasarnya menekankana otot berkontraksi maksimal dan latihan harus mencapai ambang ransang. Misalnya: seseorang berjalan dengan jarak 500 meter, maka pada saat berlatih untuk meningkatkan kebugarannya dia harus menempuh jarak yang lebih jauh atau lebih kencang. Hal ini bertujuan untuk meransang penyesuaian fisiologis dalam tubuh sehingga akan mendorong meningkatkan kemampuan otot. Latihan yang menjaga kekuatan otot tetap stabil, tanpa diikuti peningkatan kekuatan. Pembebanan dalam latihan harus “lebih berat” dibandingkan aktivitas fisik sehari-hari (Djoko Pekik, 2004: 13). 2) Prinsip Peningkatan Secara Progresif

Menurut (Suharjana, 2007: 22) menyatakan prinsip beban progresif dapat dilakukan dengan meningkatkan beban secara


(36)

21

bertahap dalam suatu program latihan. Apabila telah terjadi adaptasi latihan, beban yang berat akan terasa ringan. Karena itu, pembebanan terhadap otot yang bekerja harus ditambah secara bertahap selama program latihan beban berjalan. Periode adaptasi organisme terhadap serentetan beban yang lebih tinggi selesai dalam waktu yang berbeda, paling tidak dua minggu, Bahkan menurut Kreamer dkk yang dikutip oleh Suharjana (2007: 23) latihan kekuatan akan tampak peningkatannya setelah 7 sampai 14 minggu.

3) Prinsip Pengaturan Latihan

Menurut (Suharjana, 2007: 23) menyatakan program latihan beban harus diatur dengan baik, agar kelompok otot besar mendapat latihan terlebih dahulu, sebelum melatih kelompok otot-otot kecil, sebab kelompok otot-otot-otot-otot kecil lebih mudah lelah dari kelompok otot-otot besar. Di samping itu, diusahakan agar tidak terjadi otot yang sama mendapat latihan dua kali berturu-turut, karena otot perlu istirahat sebelum melakukan latihan berikutnya. Prinsip ini biasanya diatur dengan cara berlatih secara bergantian antara otot-otot tubuh bagian atas dan otot-otot tubuh bagian bawah.

4) Prinsip Kekhususan

Menurut (Suharjana, 2007: 23) menyatakan bahwa latihan beban yang dilakukan harus mengarah pada perubahan fungsional yang diinginkan dalam latihan. Untuk mendapatkan hasil yang


(37)

22

optimal, latihan beban harus diprogram sesuai dengan tujuan latihan yang ingin dicapai atau karakteristik cabang olahraga. Program latihan untuk pemain sepak bola, bentuk-bentuk latihannya benar-benar harus melibatkan otot-otot yang diperlukan dalam permainan sepak bola (Suharjana, 2007: 21). Sistem latihan beban memiliki tujuan yang berbeda. Untuk menurunkan berat badan, sistem yang digunakan adalah circuit training, untuk meningkatkan masa otot diperlukan sistem set block atau set system.

5) Prinsip Individu

Menurut (Suharjana, 2007: 23) menyatakan bahwa dalam berlatih, pemberian latihan yang akan dilaksanakan hendaknya memperhatikan kekhususan individu, sesuai dengan kemampuan masing-masing, karena setiap orang mempunyai ciri yang berbeda baik secara mental maupun fisik (Suharjana, 2007: 23). Harsono (2004: 9) menyatakan, “Agar latihan bisa menghasilkan yang terbaik, prinsip individualisasi harus senantiasa diterapkan dalam latihan.” Artinya, beban latihan harus disesuaikan dengan kemampuan adaptasi, potensi, serta karakteristik spesifik dari atlet.

6) Prinsip Berkebalikan (Reversibilitas)

Menurut (Suharjana, 2007: 23-24) menyatakan dalam latihan, kemampuan otot yang telah dicapai akan berangsur-angsur menurun bahkan kemampuannya kembali ke asal apabila


(38)

23

tidak dilatih secara treratur dan kontinu. Oleh karena itu, rutinitas latihan mempunyai peranan penting dalam menjaga kemampuan otot yang telah dicapai

7) Prinsip Pulih Asal (Recovery)

Program latihan yang baik harus dicantumkan waktu pemulihan yang cukup. Dalam latihan beban waktu pemulihan antarset harus diperhatikan. Jika tidak diperhatikan, seseorang akan mengalami kelelahan yang berat dan penampilannya akan menurun. Recovery bertujuan untuk menghasilkan kembali energi, dan membuang asam laktat yang menumpuk di otot dan darah (Suharjana, 2007: 24). Harsono (2004: 11) menyatakan, “Perkembangan atlet bergantung pada pemberian istirahat yang cukup seusai latihan agar regenerasi tubuh dan dampak latihan bisa dimaksimalkan.”

b. Takaran Latihan Kebugaran

Menurut Djoko Pekik I (2004: 16-18) keberhasilan mencapai kebugaran sangat ditentukan oleh kualitas latihan yang meliputi: tujuan latihan, pemilihan model latihan, penggunaan sarana latihan, dan yang lebih penting lagi adalah takaran atau dosis latihan yang dijabarkan dalam konsep FIT (Frekuensi, Intensitas, Time).

1) Frekuensi

Frekuensi adalah banyaknya unit latihan per minggu. Untuk meningkatkan kebugaran perlu latihan 3-5 kali per minggu.


(39)

24

Tabel 2. Contoh Penjabaran Frekuensi Latihan 3 Kali/Minggu Latihan

(1)

Istirahat

Latihan (2)

Istirahat

Latihan (3)

Istirahat

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu

2) Intensitas

Kualitas yang menunjukkan berat ringannya latihan disebut intensitas. Besarnya intensitas tergantung pada jenis dan tujuan latihan. Latihan aerobic menggunakan patokan kenaikan detak jantung (Training Heart Rate = THR). Secara umum intensitas latihan kebugaran adalah 60 % - 90 % detak jantung maksimal dan secara khusus besarnya intensitas latihan bergantung pada tujuan latihan, untuk pemula < 65 % detak jantung maksimal (DJM) dan pembakaran lemak 65 % - 75 % DJM. Latihan daya tahan paru jantung 75 % - 85 % DJM dan latihan anaerobic untuk atlet > 85 % DJM. DJM = 220 - UMUR.

Untuk menentukan intensitas latihan beban yang akan digunakan untuk latihan setiap repetisi dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu:

a) Repetisi Maksimum ( Repetition Maximum/RM)

Cara menentukan beban latihan dengan berdasar repetisi maksimum adalah dilakukan dengan mengetahui kemampuan otot untuk melakukan pengulangan (repetisi)


(40)

25

maksimum dalam mengangkat beban yang akan digunakan untuk latihan.

b) Persentase Kemampuan Beban Maksimum (One Repetition Maximum/1RM)

Mencari beban 1 RM dilakukan dengan metode trial and erorr, mencoba mengankat beban sampai angkatan terberat tidak data diangkat lagi. Bagi seorang remaja dan usia muda tidak dianjurkan mencari beban 1 RM dengan metode trial and error, karena otot-otot mereka belum kuat, sehingga dikhawatirkan mudah cedera.

Selanjutnya, untuk menentukan beban latihan berdasarkan perhitungan 1 RM ini data digunakan persentase dari beban 1 RM tersebut. Bompa (1994: 78) memberikan klasifikasi intensitas latihan berdasarkan persentase kemampuan maksimal sebagai berikut.

Tabel 3. Intensitas Latihan Kekuatan Otot

Nomor Intensitas Persentase dari Kemampuan Maksimal Intensitas 1 2 3 4 5 6 30-50% 50-70% 70-80% 80-90% 90-100% 100-105% Rendah Sedang Menengah Sub. Menengah Maksimal Super Maksimal (Boompa, 1994: 45)

Lebih lanjut Bompa (1994: 173) menjelaskan bahwa untuk menentukan intensitas latihan beban secara garis besar


(41)

26

membagi daerah latihan menjadi lima, yaitu: (1) supermaximum dengan beban lebih 100 % dari 1 RM, (2) maximum dengan beban 90-100 % dari 1 RM, (3) heavy dengan beban 60-90 % dari 1 RM, (4) medium dengan beban 30-60 % dari 1 RM, dan (5) low dengan beban dibawah 30 % dari 1 RM.

3) Interval Istirahat

Interval istirahat secara progresif menurun seirama dengan penyaesuaian diri seseorang terhadap rangsang latihan. Interval istirahat diperpanjang ketika beban meningkat. Interval istirahat juga tergantung pada tenaga yang dikerahkan, status latihan, irama dan durasi latihan, dan jumlah otot yang terlibat. Memberikan petunjuk bahwa latihan yang bertujuan mengembangkan kekuatan maksimum, interval istirahat antara 205 menit, untuk mengembangkan daya tahan otot, interval istirahat pendek yaitu 1-2 menit. Jika latihan dikemas dalam bentuk sirkuit dan dihubungkan dengan respons denyut nadi, ketika istirahat denyut nadi mencapai rata-rata 120 bpm, set berikutnya baru bisa dilakukan. Kecermatan dalam memilih metode latihan dengan mempertimbangkan antara berat beban, set, repetisi, dan recovery akan sangat menentukan keberhasilan dalam membuat program latihan kekuatan (Suharjana, 2007: 28). 4) Volume


(42)

27

Dalam suatu latihan biasanya berisi drill-drill atau bentuk-bentuk latihan. Isi latihan atau banyaknya tugas yang harus diselesaikan ini disebut volume latihan. Untuk memperoleh kebugaran yang optimal, takaran latihan perlu ditingkatkan bertahap secara periodik. Misalnya, seseorang pada awal latihan menggunakan intensitas 65 %, 8 minggu kemudianditingkatkan menjadi 70 % dan seterusnya atau ada awal mengikuti program frekuensi latihan cukup 3 kali/minggu, selanjutnya dapat ditingkatkan menjadi 4 atau 5 kali/minggu (Djoko Pekik, 2004: 22).

5) Time adalah waktu atau durasi yang diperlukan setiap kali berlatih. Untuk meningkatkan kebugaran paru-jantung dan penurunan berat badan diperlukan waktu berlatih 20-60 menit. c. Sistem Latihan Beban

Menurut Bowers dan Fox yang dikutip Suharjana (2007: 30), seorang peneliti mengidentifikasi ada 21 sistem latihan beban. Untuk menuju sukses dalam penampilan perlu dilakukan pemilihan sistem latihan yang baik. Beberapa sistem latihan beban yang populer digunakan antara lain sistem set tunggal (single set), sistem banyak set (multiple set), sistem beban konstan, sistem progresif, sistem piramida, sistem super set, compound set, dan sistem split rountine. Menurut O’Shea (1976); Hazeldine (1985); Pearl dan Moran (1986); Kreamer dkk, yang dikutip oleh Suharjana (2007: 30).


(43)

28

Set tunggal atau single set adalah sistem latihan beban yang dilakukan dengan cara satu set latihan dilakukan dengan reetisi maksimal hingga seseorang tidak mampu menylesaikan repetisi berikutnya. Mempertahankan repetisi sebanyak-banyaknya merupakan kunci sukses dalam sistem ini. Set tunggal cocok untuk aktivitas seperti sit-up, push-up, atau back-up.

2) Sistem Beban Konstan

Sistem beban konstan adalah sistem latihan dengan menggunakan beban yang sama untuk set-set yang berbeda. Jika latihan akan menggunakan beban 10 repetisi maksimal, maka beban latihan adalah 10 repetisi maksimal untuk set ke 1, kemudian istirahan dan selanjutnya mengulang lagi repetisi seperti semula. Dalam latihan ini istirahat antara set adalah 1,5- 2 menit. Jika latihan ingin menggunakan beban 70% dari kemampuan maksimum, maka beban set pertama hingga set-set selanjutnya tetap menggunakan beban yang sama, yaitu 70% dari kemampuan maksimum. Sistem beban konstan ini identik dengan sistem set. 3) Sistem Piramida

Sistem piramida menunjukkan bahwa latihan dimulai dari repetisi ringan ke berat. Piramida ringan ke berat, misalnya dimulai dari 12 RM, kemudian beban dinaikkan secara bertahap hingga 2 RM. Untuk mencari beban ini pertama-tama mencari beban 2 RM. Latihan bias dimulai dari 12 repetisi, kemudian setiap set dinaikkan 2,5 kg atau 5 kg hingga mencapai berat 2 RM.


(44)

29

Jadi misalnya beban 12 RM (5 kg), 10 RM (10 kg), 8 RM (15 kg), 6 RM (20 kg), 5 RM (25 kg), 4 RM (30 kg), 2 RM (35 kg).

Sistem piramida disusun bukan untuk pemula, karena latihan terdiri atas set-set yang semakin berat hingga mendekati kemampuan maksimal. Dengan demikian metode ini dibuat untuk orang dewasa atau atlet berpengalaman.

4) Sistem Banyak Set (Multiple-set)

Sistem banyak set dikenal juga dengan istilah Multiple-Set atau Set-Block. Multiple-Set adalah sistem latihan beban yang pada dasarnya akan mengkombinasikan jumlah set dan repetisi yang berbeda. Jumlah set bias menggunakan 3-6 set dengan 6-12 kali perset. Contoh latihan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah:

Tabel 4. Contoh Intensitas Latihan dengan Sistem Multiple-Set No. Latihan Beban Repetisi Set Recovery

1 Leg press 80% 6 4 3 mnt

2 Bench press 70% 8 4 3 mnt

3 Leg curl 60% 10 3 2 mnt

4 Half squat 50% 8 4 5 mnt

5) Sistem Super Set

Sistem ini biasanya dilakukan oleh atlet. Sistem super set melatih otot agonis dan antagonis secara berturutan. Misalnya, melatih otot quadriceps dilanjutkan melatih otot hamstring. Melatih otot biceps diikuti otot triceps.


(45)

30

6) Compound Set

Sistem ini diterapkan untuk melatih sekelompok otot berturutan dengan bentuk latihan yang berbeda. Misalnya, melatih otot biceps pada set 1 menggunakan beban mesin, kemudian set kedua menggunakan dumbel.

7) Sistem Split Rountine

Pelaksanaan pada sistem ini adalah pada suatu hari melatih otot anggota tubuh bagian atas, dan pada hari yang lain melatih otot-otot bagian bawah.

Dari beberapa sistem latihan beban tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sistem latihan beban merupakan cara latihan dengan menggunakan beban yang didasarkan pada pengaturan variasi latihan dan pengaturan intensitas latihan. Pengaturan variasi dilakukan dengan mengkombinasikan antara set dan repetisi, penggunaan alat atau otot yang dikenai latihan.

d. Fase Latihan

Fase latihan adalah tahapan atau urutan latihan yang harus diikuti oleh setiap orang yang hendak latihan beban (Suharjana, 2007: 33). Fase latihan tersebut terdiri atas pemanasan, latihan inti, dan pendinginan.

1) Pemanasan

Pemanasan dilakukan sebelum latihan inti. Ini bertujuan untuk menyiapkan fungsi organ tubuh agar mampu menerima


(46)

31

pembebanan yang lebih berat pada saat latihan yang sebenarnya (Djoko Pekik, 2004: 14)

Pada dasarnya pada bagian ini dimaksudkan untuk menyiapkan organisme seseorang agar secara fisiologis dan psikologis siap menerima beban pada latihan inti. Gerakan pemanasan ini bertujuan mengulur otot liga mentum dan tendo agar memperbesar amplitudo dan memperkuat kontraksi otot, memperlancar peredaran darah dan meningkatkan suhu tubuh.

Pemanasan dimulai dari gerakan dengan intensitas ringan semakin lama makin berat, dari gerakan sederhana menuju gerakan komplek. Pemanasan tidak boleh sampai melelahkan. Pemanasan untuk latihan biasanya lebih ringan dari latihan untuk pendinginan. Adapun gerak pemanasan menurut Suharjana (2007: 34-35) adalah sebagai berikut:

a) Lakukan aktivitas aerobik dengan bersepeda statis kurang lebih lima menit dengan beban ringan

b) Stretching statis dan stretching dinamis

Penguluran atau stretching dilakukan pada bagian tubuh yang selanjutnya akan dikenai latihan inti, misalnya peregangan pada tubuh bagian atas: peregangan pada dada, peregangan pada punggung, peregangan untuk bahu, peregangan untuk biceps, peregangan untuk triceps, peregangan hamstring, peregangan betis, peregangan pada groin atau paha dalam.


(47)

32

Pada awalnya lakukan stretching statis kemudian dilanjutkan stetching dinamis.

c) Lakukan latihan dengan beban ringan

Pemanasan ini berisi latihan dengan cara mencoba menggunakan beban selama satu set dengan beban ringan yaitu 30 % dari 1 RM.

2) Latihan inti

Sebelum latihan inti dilakukan pastikan beban-beban latihan dipasang sesuai dengan beban yang telah diprogramkan dengan mengatur pernafasan serta memperhatikan waktu recovery, repetisi, dan jumlah set sesuai program yang telah diputuskan. Lakukan gerakan dengan teknik yang benar dan kerjakan dengan penuh konsentrasi jangan sampai timbul cedera pada saat latihan (Suharjana, 2007: 34-35).

3) Penenangan (Cooldown)

Tahap ini bertujuan untuk mengembalikan kondisi tubuh saat sebelum berlatih dan untuk menghindar terjadinya nyeri otot. Setelah selesai latihan inti selanjutnya memasuki masa penenangan. Pada fase ini lakukan aktivitas ringan, seperti stretching, dan aktivitas relaksasi.

B. Kerangka Berpikir

Perilaku hidup sehat merupakan wujud realita kehidupan manusia dengan menerapakan gaya hidup yang sehat. Perilaku hidup sehat yang dapat dilakukan oleh members fitness center, antara lain pemilihan makanan yang


(48)

33

sehat mengenai kualitas dan keuantitasnya, cara dan waktu makan yang teratur, pemeriksaan segera bila merasa sakit, mempunyai sikap dan kebiasaan hidup sehat. Konsultasi berkala para members dilakukan setiap hari kepada instruktur fitness agar para members dapat menerapkan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Dikarenakan keseringan yang terlihat dari keseharian members yang belum mencerminkan perilaku sehat, contohnya ketika seorang selesai latihan tidak membersihkan tubuhnya dahulu, melainkan masih melakukan aktivitas yang lain, sehingga gaya hidup sehatnya akan terganggu dan mudah terserang penyakit.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas perilaku hidup sehat members perlu diketahui sejak dini, sehingga kesehatan members dapat dipertahankan setinggi-tingginya dan terhindar dari penyakit atau gangguan, serta penyakit yang sudah ada dapat dilakukan tindakan perawatan. Oleh karena itu diperlukan penelitian tentang perilaku hidup sehat members fitness center Hotel Ros In Yogyakarta agar permasalahan-permasalahan yang menyangkut perilaku hidup sehat members bisa diketahui dan dicari jalan keluarnya.

Penelitian ini menggambarkan perilaku hidup sehat pada members fitness center Hotel Ros In Yogyakarta. Perilaku hidup sehat pada members yang mencakup perilaku terhadap makanan dan minuman, perilaku terhadap kebersihan diri, perilaku terhadap kebersihan lingkungan, perilaku terhadap sakit dan penyakit, dan perilaku hidup yang teratur.

Selain itu penelitian ini juga berkaitan dengan konsep dasar latihan beban. Latihan beban adalah aktivitas olahraga yang sistematis yang menggunakan beban, salah satunya sebagai alat untuk menambah kekuatan


(49)

34

otot guna mencapai tujuan yang ingin dicapai, ataupun hanya sekedar menjaga kebugaran tubuh. Kekuatan merupakan unsur terpenting yang harus dimiliki seseorang, karena setiap kinerja dalam aktivitas pekerjaan keseharian selalu memerlukan kekuatan otot. Kekuatan otot dibutuhkan oleh orang untuk mengangkat dan memindahkan beban, memanjat, mendorong barang, dan lain sebagainya.

Dalam latihan untuk meningkatkan kekuatan otot, latihan tersebut harus mencapai ambang rangsang sehingga kekuatan otot akan meningkat. Pengaturan volume intensitas latihan tidak akan mencapai kemajuan yang diharapkan jika tidak memertimbangkan beban dan repetisi, dan sistem latihan yang baik akan merangsang perkembangan sistem saraf dan otot, beban-beban yang lebih berat punya kecenderungan untuk menghasilkan tegangan berlebih ada otot. Beberapa sistem latihan beban yang populer digunakan antara lain: sistem set tunggal (single set), sistem banyak set (multiple set), sistem beban konstan, sistem progresif, sistem piramida, sistem super set, compound set, dan sistem split rountine, sistem latihan tersebut memiliki tujuan latihan yang berbeda (Suharjana, 2007: 30).

Dibutuhkan pemahaman yang mendalam terhadap members mengenai latihan beban. Termasuk pemahaman tentang hal-hal yang harus dihindari saat latihan beban, karena banyak faktor yang harus diperhatikan seseorang members fitness terutama pada members baru sebelum melakukan olahraga latihan beban diantaranya, sistem latihan yang salah, kesalahan teknik, kelelahan, pemanasan yang kurang sempurna, cedera yang belum sembuh


(50)

35

benar atau sempurna, sehingga tujuan dari latihan beban akan berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan.

C. Penelitian Relevan

Roma Sukarno (2004) dengan judul “Perilaku Hidup Sehat Mahasiswa Indekos Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta.” Metode yang digunakan adalah metode survei dengan teknik angket yang dirancang mengumpulkan informasi tentang keadaan nyata sekarang. Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah dipilih dan diambil datanya khusus mahasiswa indekos yang keseluruhanya berjumlah 240 mahasiswa. Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa indekos Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas negeri Yogyakarta yang minimal menetap tiga bulan atau tiga bulan satu kali pulang kampung ke daerah asalnya dengan jumlah 162 mahasiswa.

Prasojo Rosa Harbowo (2013), dalam penelitiannya yang berjudul “Pemahaman Members Club House Fitness Center Casa Grande terhadap Konsep Dasar Latihan Beban.” Berdasarkan hasil penelitian diartikan bahwa pemahaman members fitness center club house casa grande terhadap konsep dasar latihan beban adalah sedang menuju ke rendah, artinya members fitness center club house casa grande masih mempunyai pemahaman yang masih rendah.


(51)

36 BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif karena hanya sampai taraf menggambarkan keadaan objek. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala atau keadaan menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Suharsimi Arikunto, 2006: 109).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode survei. Menurut Moh. Nazir (2005: 56) metode survei adalah metode penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual dari suatu kelompok atau suatu daerah.

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat pemahaman perilaku hidup sehat dan konsep dasar latihan beban members fitness center Hotel Ros In Yogyakarta. Adapun instrumen untuk mengambil data menggunakan angket kuesioner.

B. Sumber Informasi 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006: 130). Populasi dalam penelitian ini adalah members Hotel Ros In Yogyakarta dengan jumlah seluruh members fitness 120 orang.


(52)

37 2. Sampel

Dalam menentukan besarnya sampel, jika yang akan diteliti adalah sebagian dari populasi, penelitian tersebut disebut penelitian sampel. Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 131) sampel adalah sebagian atau wakil yang diteliti.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu sampling purposive. Menurut Sugiyono (2011: 85) teknik purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini yang dijadikan sampel adalah members yang aktif dalam melakukan fitness. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan berjumlah 70 orang.

C. Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan di fitness center Hotel Ros In Yogyakarta yang beralamat di Jl. Lingkar Selatan 110 Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April tahun 2014 dengan cara memberikan angket pada responden untuk mendapatkan data yang diperlukan.

D. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 160) instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik. Instrumen penelitian dalam penelitian ini menggunakan dua instrumen yang berbentuk angket tertutup yang digunakan sebagai alat pengukuran data tentang pemahaman perilaku hidup sehat dan konsep dasar latihan beban members fitness center Hotel Ros In Yogyakarta.

Angket yang diberikan sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih dengan checklist pada setiap butir pernyataan. Angket yang


(53)

38

diberikan yaitu dengan lima pilihan jawaban yaitu, sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, dan sangat sidak setuju. Dalam angket ini disediakan lima alternatif jawaban, yaitu “Sangat Setuju” dengan skor 5, “Setuju” dengan skor 4, “Kurang Setuju” dengan skor 3, “Tidak Setuju” dengan skor 2, dan “Sangat Tidak Setuju” dengan skor 1.

Peneliti menggunakan instrumen penelitian dari skripsi Eko Sucipto (2012) yang berjudul “Perilaku Hidup Sehat dari Members Fitness Center GOR FIK UNY,” dan Prasojo Rosa Harbowo (2013) yang berjudul “Pemahaman Members di Club House Fitness Center Casa Grande terhadap Konsep Dasar Latihan Beban”. Instrumen penelitian ini berupa angket yang sudah divalidasi dan diujicobakan serta digunakan untuk pengambilan data, untuk itu peneliti dapat menggunakan angket yang sudah ada. Angket tersebut dapat dilihat pada halaman lampiran skripsi ini.

E. Validitas dan Reliabilitas

Berkaitan dengan cara penyajian instrumen, menurut Suharsimi Arikunto (2006: 169-171) validitas dibedakan menjadi dua, yaitu validitas eksternal dan validitas internal. Validitas eksternal dicapai apabila data yang dihasilkan dari data instrumen sesuai dengan data informasi lain mengenai variabel penelitian yang dimaksud, sedangkan validitas internal dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen secara keseluruhan.

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 178) reliabilitas yaitu sesuatu instrumen dapat dipercaya dan dapat digunakan untuk pengumpulan data yang berkaitan dengan ketetapan hasil pengukuran.


(54)

39 Tabel 5. Interpretasi Uji Reliabilitas

Besarnya Nilai r Interpretasi

Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Cukup Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Agak rendah Antara 0,200 sampai dengan 0,0400 Rendah Antara 0,000 sampai dengan 0,200 Sangat rendah (Suharsimi Arikunto, 2006: 276)

Realibilitas instrumen pemahaman perilaku hidup sehat members fitness center dengan koefisien sebesar 0,925 (tinggi), sedangkan realibilitas instrumen pemahaman konsep dasar latihan beban dengan koefisien sebesar 0,965 (tinggi). Dengan demikian variabel pemahaman perilaku hidup sehat dan pemahaman konsep dasar latihan beban tersebut dapat dikatakan reliabel dan dapat dipakai untuk penulis gunakan sebagai instrumen pengumpul data.

F. Analisis Data

Untuk menganalisis data yang telah terkumpul, peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif dengan presentase (Suharsimi Arikunto, 1993: 140-141). Sebelumnya akan dikategorikan menjadi empat kategori berdasarkan nilai mean, dan standar deviasi. Setelah data semua terkumpul yaitu dengan memberikan scoring pada tiap butir pernyataan angket dan menjumlahkannya. Untuk mencari nilai varians deviasi standar, range, maksimum, dan minimum bisa menggunakan fasilitas Microsoft Excel pada computer (Purbayu B.S., Ashari, 2005: 25).

Angka yang diperoleh dijumlahkan dan hasilnya dibandingkan dengan jumlah skor yang diharapkan, sehingga diperoleh persentase. Langkah selanjutnya menentukan persentase pada setiap faktor.


(55)

40

Adapun rumus yang digunakan (Anas Sudijono, 2010: 43) sebagai berikut: P =

N F

x 100 % Keterangan:

P : Persentase yang dicari. F : Frekuensi.

N : Number of Cases (jumlah individu).

Untuk memberikan makna skor yang ada, dibuat bentuk kategori/kelompok menurut tingkatan yang ada. Kategori tersebut dibagi menjadi lima kelompok, yaitu sangat tinggi, sedang, rendah, sangat rendah. Pengategorian tersebut menggunakan mean dan standar deviasi. Menurut Slameto (1988: 186), untuk memberikan makna pada skor yang ada, dibuat kategori atau kelompok menurut tingkatan yang ada, kategori terdiri atas lima kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Pengkategorian tersebut menggunakan rata-rata (mean) dan simpangan baku (standar deviasi), Adapun pengkategorian tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Skala Kategori

No Rentang Norma Kategori

1 X > M + 1,5 SD Sangat Tinggi 2 M + 0,5 SD < X ≤ M+ 1,5 SD Tinggi 3 M - 0,5 SD < X ≤ M + 0,5 SD Sedang 4 M - 1,5 SD < X ≤ M - 0,5 SD Rendah 5 X < M - 1,5 SD Sangat Rendah (Slameto 1988: 186)

Keterangan: M : Mean.


(56)

41 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran pemahaman members fitness center Hotel Ros In Yogyakarta terhadap pemahaman perilaku hidup sehat dan konsep dasar latihan beban. Tingkat pemahaman members fitness center Hotel Ros In Yogyakarta terhadap pemahaman perilaku hidup sehat tersebut diukur dengan angket yang berjumlah 28 butir pernyataan dengan rentang skor 1 – 5. Konsep dasar latihan beban diukur dengan angket yang berjumlah 34 butir pernyataan dengan rentang skor 1 – 5. Setelah data diperoleh, diskor, dan dianalisis dengan bantuan software microsoft excel. Hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pemahaman Perilaku Hidup Sehat

Dari 70 responden, dengan angket 28 butir pernyataan diperoleh nilai minimum = 80; nilai maksimum = 121; rata-rata (mean) = 105,44; median = 106; modus sebesar = 97; standar deviasi = 8,52.


(57)

42

Tabel 7. Deskripsi Hasil Penelitian Pemahaman Perilaku Hidup Sehat Fitness Center Hotel Ros In Yogyakarta

Interval Kategori Frekuensi Persentase x > 118,22 Sangat Tinggi 3 4,29 109,70 < x ≤ 118,22 Tinggi 23 32,86 101,18 < x ≤ 109,70 Sedang 22 31,43 92,67 < x ≤ 101,18 Rendah 18 25,71 x ≤ 92,67 Sangat Rendah 4 5,71

Jumlah 70 100,00

Apabila ditampilkan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 1. Diagram Hasil Penelitian Pemahaman Members Fitness center Club Hotel Ros In Yogyakarta Terhadap Pemahaman Perilaku Hidup Sehat

Dari tabel dan gambar di atas diketahui tingkat pemahaman members fitness center Hotel Ros In Yogyakarta terhadap pemahaman perilaku hidup sehat berada pada kategori tinggi 23 responden dengan persentase 32,86 %, kemudian diikuti kategori sedang 22 responden dengan persentase 31,43 %,

0,00% 5,00% 10,00% 15,00% 20,00% 25,00% 30,00% 35,00% Tingkat Pemahaman Sangat Rendah; 5,71% Rendah; 25,71% Sedang; 31,43% Tinggi; 32,86% Sangat Tinggi; 4,29% F r e k u e n s i


(58)

43

kategori rendah 18 responden dengan persentase 25,71 %, kategori sangat rendah 4 responden dengan persentase 5,71 % dan kategori sangat tinggi 3 responden dengan prersentase 4,29 %.

Tingkat pemahaman members fitness center club Hotel Ros In Yogyakarta terhadap pemahaman perilaku hidup sehat pada penelitian ini didasarkan pada faktor makanan dan minuman, faktor kebersihan diri, faktor kebersihan lingkungan, faktor sakit dan penyakit, dan faktor perilaku hidup yang teratur. Deskripsi hasil penelitian masing-masing faktor tersebut diuraikan sebagai berikut:

a. Faktor Makanan dan Minuman

Faktor makanan dan minuman diukur dengan angket yang berjumlah 6 butir pertanyaan dengan rentang skor 1 – 5. Setelah data ditabulasi, diskor, dan dianalisis dengan bantuan software microsoft excel, dari hasil penelitian diperoleh nilai minimum = 15; nilai maksimum = 30; rata-rata (mean) = 22,86; median = 23; modus sebesar = 24; standar deviasi = 3,11. Deskripsi hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 8.


(59)

44

Tabel 8.. Deskripsi Hasil Penelitian Faktor Makanan dan Minuman Interval Kategori Frekuensi Persentase x > 27,52 Sangat Tinggi 2 2,86 24,41 < x ≤ 27,52 Tinggi 20 28,57 21,30 < x ≤ 24,41 Sedang 28 40,00 18,19 < x ≤ 21,30 Rendah 11 15,71 x ≤ 18,19 Sangat Rendah 9 12,86

Jumlah 70 100,00

Apabila ditampilkan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2. Diagram Hasil Penelitian Faktor Makanan dan Minuman Dari tabel dan gambar di atas diketahui tingkat pemahaman berdasarkan faktor makanan dan minuman sebagian besar berada pada kategori sedang 28 responden dengan persentase 40 %, kemudian diikuti kategori tinggi 20 responden dengan persentase 28,57 %, kategori rendah 11 responden dengan persentase 15,71 %, kategori sangat rendah dengan 9 responden persentase 12,86 % dan kategori sangat tinggi 2 responden dengan persentase 2,86 %.

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% Sangat Rendah; 12,86% Rendah; 15,71% Sedang; 40,00% Tinggi; 28,57% Sangat Tinggi; 2,86% F r e k u e n s i


(60)

45 b. Faktor Kebersihan Diri

Faktor kebersihan diri diukur dengan angket yang berjumlah 5 butir pertanyaan dengan rentang skor 1 – 5. Setelah data ditabulasi, diskor, dan dianalisis dengan bantuan software microsoft excel, dari hasil penelitian diperoleh nilai minimum = 12; nilai maksimum = 24; rata-rata (mean) = 18,17; median = 18; modus sebesar = 18; standar deviasi = 2,54. Deskripsi hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Deskripsi Hasil Penelitian Faktor Kebersihan Diri

Interval Kategori Frekuensi Persentase x > 21,98 Sangat Tinggi 7 10,00 19,44 < x ≤ 21,98 Tinggi 16 22,86 16,90 < x ≤ 19,44 Sedang 29 41,43 14,36 < x ≤ 16,90 Rendah 15 21,43 x ≤ 14,36 Sangat Rendah 3 4,29

Jumlah 70 100,00

Apabila ditampilkan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 3. Diagram Hasil Penelitian Faktor Kebersihan Diri 0,00% 20,00% 40,00% 60,00% Sangat Rendah; 4,29% Rendah; 21,43% Sedang; 41,43% Tinggi; 22,86%Sangat Tinggi; 10,00% Fr e ku e n s i


(61)

46

Dari tabel dan gambar di atas diketahui tingkat pemahaman berdasarkan faktor kebersihan diri sebagian besar berada pada kategori sedang 29 responden dengan persentase 41,43 %, kemudian diikuti kategori tinggi 16 responden dengan persentase 22,86 %, kategori rendah 15 responden dengan persentase 21,43 %, kategori sangat tinggi 7 responden dengan persentase 10 % dan kategori sangat rendah 3 responden dengan persentase 4,29 %.

c. Faktor Kebersihan Lingkungan

Faktor kebersihan lingkungan diukur dengan angket yang berjumlah 5 butir pertanyaan dengan rentang skor 1 – 5. Setelah data ditabulasi, diskor, dan dianalisis dengan bantuan software microsoft excel,dari hasil penelitian diperoleh nilai minimum = 14; nilai maksimum = 25; rata-rata (mean) = 19,26; median = 19; modus sebesar = 21; standar deviasi = 2,18. Deskripsi hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Deskripsi Hasil Penelitian Faktor Kebersihan Lingkungan Interval Kategori Frekuensi Persentase x > 22,52 Sangat Tinggi 3 4,29 20,35 < x ≤ 22,52 Tinggi 20 28,57 18,17 < x ≤ 20,35 Sedang 22 31,43 15,99 < x ≤ 18,17 Rendah 21 30,00 x ≤ 15,99 Sangat Rendah 4 5,71


(62)

47

Apabila ditampilkan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 4. Diagram Hasil Penelitian Faktor Kebersihan Lingkungan Dari tabel dan gambar di atas diketahui tingkat pemahaman berdasarkan faktor takaran latihan beban sebagian besar berada pada kategori sedang 22 responden dengan persentase 31,43 %, kategori rendah 21 responden dengan persentase 30 % dan kategori tinggi 20 responden dengan persentase 28,57 %, sedangkan sisanya pada kategori sangat rendah 4 responden dengan persentase 5,71 % dan kategori sangat tinggi 3 responden dengan persentase 4,29 %.

d. Faktor Sakit dan Penyakit

Faktor sakit dan penyakit diukur dengan angket yang berjumlah 4 butir pertanyaan dengan rentang skor 1 – 5. Setelah data ditabulasi, diskor, dan dianalisis dengan bantuan software microsoft excel,dari hasil penelitian diperoleh nilai minimum = 11; nilai maksimum = 19; rata-rata (mean) = 15,34; median = 16; modus sebesar = 16; standar deviasi = 1,86. Deskripsikan hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 11.

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% Sangat Rendah; 5,71% Rendah; 30,00% Sedang; 31,43%Tinggi; 28,57% Sangat Tinggi; 4,29% F r e k u e n s i


(63)

48

Tabel 11. Deskripsi Hasil Penelitian Faktor Sakit dan Penyakit Interval Kategori Frekuensi Persentase x > 18,14 Sangat Tinggi 2 2,86 16,27 < x ≤ 18,14 Tinggi 16 22,86 14,41 < x ≤ 16,27 Sedang 31 44,29 12,55 < x ≤ 14,41 Rendah 12 17,14 x ≤ 12,55 Sangat Rendah 9 12,86

Jumlah 70 100,00

Apabila ditampilkan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5. Diagram Hasil Penelitian Faktor Sakit dan Penyakit Dari tabel dan gambar di atas diketahui tingkat pemahaman berdasarkan faktor system latihan beban sebagian besar berada pada kategori sedang 31 responden dengan persentase 44,29 %, kemudian di ikuti kategori tinggi 16 responden dengan persentase 22,86 %, kategori rendah 12 responden dengan persentase 17,14%, kategori sangat rendah 9

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% Sangat Rendah; 12,86% Rendah; 17,14% Sedang; 44,29% Tinggi; 22,86% Sangat Tinggi; 2,86% F r e k u e n s i


(64)

49

responden dengan persentase 12,86 % dan kategori sangat tinggi 2 responden dengan persentase 2,86 %.

e. Faktor Perilaku Hidup yang Teratur

Faktor perilaku hidup yang teratur diukur dengan angket yang berjumlah 8 butir pertanyaan dengan rentang skor 1 – 5. Setelah data ditabulasi, diskor, dan dianalisis dengan bantuan software microsoft Excel, dari hasil penelitian diperoleh nilai minimum = 21; nilai maksimum = 36; rata-rata (mean) = 29,81; median = 30; modus sebesar = 30; standar deviasi = 3,54. Deskripsi hasil penelitian tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:

Tabel 12.Deskripsi Hasil Penelitian Faktor Perilaku Hidup yang Teratur Interval Kategori Frekuensi Persentase x > 35,12 Sangat Tinggi 2 2,86 31,58 < x ≤ 35,12 Tinggi 22 31,43 28,04 < x ≤ 31,58 Sedang 21 30,00 24,50 < x ≤ 28,04 Rendah 21 30,00 x ≤ 24,50 Sangat Rendah 4 5,71

Jumlah 70 100,00

Apabila ditampilkan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada gambar di bawah ini:


(65)

50

Gambar 6. Diagram Hasil Penelitian Faktor Fase Latihan beban Dari tabel dan gambar di atas diketahui tingkat pemahaman berdasarkan faktor fase latihan beban sebagian besar berada pada kategori tinggi 22 responden dengan persentase 31,43 %, kemudian di ikuti kategori rendah 21 responden dan sedang 21 responden yang memiliki persentase sama yaitu 30 %, diikuti kategori sangat rendah 4 responden dengan persentase 5,71 %, dan kategori sangat tinggi 2 responden dengan persentase 2,86 %.

2. Pemahaman Konsep Dasar Latihan Beban

Dari penelitian 70 responden, dengan angket 34 butir pernyataan diperoleh nilai minimum = 85; nilai maksimum = 138; rata-rata (mean) = 113,84; median = 109; modus sebesar = 99; standar deviasi = 14,31. Deskripsi hasil penelitian tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut :

0,00% 5,00% 10,00% 15,00% 20,00% 25,00% 30,00% 35,00% Sangat Rendah; 5,71% Rendah; 30,00% Sedang; 30,00% Tinggi; 31,43% Sangat Tinggi; 2,86% F r e k u e n s i


(66)

51

Tabel 13. Deskripsi Hasil Penelitian Pemahaman Konsep Dasar Latihan Beban Fitness center Hotel Ros In Yogyakarta

Interval Kategori Frekuensi Persentase x > 135,31 Sangat Tinggi 6 8,57 121 < x ≤ 135,31 Tinggi 17 24,29 106,69 < x ≤ 121 Sedang 13 18,57

92,37 < x ≤ 106,69

Rendah 33 47,14

x ≤ 92,37 Sangat Rendah 1 1,43

Jumlah 70 100,00

Apabila ditampilkan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 7. Diagram Hasil Penelitian Pemahaman Members terhadap Pemahaman Konsep Dasar Latihan Beban

Dari tabel dan gambar di atas diketahui tingkat pemahaman members fitness center club Hotel Ros In Yogyakarta terhadap konsep dasar latihan beban sebagian besar berada pada kategori rendah 33 responden dengan persentase 47,14 %, kemudian diikuti kategori tinggi 17 responden dengan

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% Tingkat Pemahaman Sangat Rendah; 1,43% Rendah; 47,14% Sedang; 18,57% Tinggi; 24,29% Sangat Tinggi; 8,57% F r e k u e n s i


(67)

52

persentase 24,29 %, kategori sedang 13 responden dengan persentase 18,57 %, kategori sangat tinggi 6 responden dengan persentase 8,57 % dan kategori sangat rendah 1 responden dengan persentase 1,43 %.

Tingkat pemahaman members Fitness Center Club Hotel Ros In Yogyakarta terhadap konsep dasar latihan beban pada penelitian ini didasarkan pada faktor prinsip-prinsip latihan, takaran latihan beban, sistem latihan beban, fase-fase latihan beban. Deskripsi hasil penelitian tiap-tiap faktor tersebut diuraikan sebagai berikut:

a. Faktor Prinsip-Prinsip Latihan Beban

Faktor prinsip-prinsip latihan beban diukur dengan angket yang berjumlah 10 butir pertanyaan dengan rentang skor 1 – 5. Setelah data ditabulasi, diskor, dan dianalisis dengan bantuan software microsoft excel, dari hasil penelitian diperoleh nilai minimum = 16; nilai maksimum = 42; rata-rata (mean) = 29,76; median = 30; modus sebesar = 25; standar deviasi = 4,86. Deskripsi hasil penelitian tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:


(68)

53

Tabel 14. Deskripsi Hasil Penelitian Faktor Prinsip-Prinsip Latihan Beban Interval Kategori Frekuensi Persentase x > 37,05 Sangat Tinggi 3 4,29 32,19 < x ≤ 37,05 Tinggi 19 27,14 27,32 < x ≤ 32,19 Sedang 24 34,29 22,46 < x ≤ 27,32 Rendah 22 31,43 x ≤ 22,46 Sangat Rendah 2 2,86

Jumlah 70 100,00

Apabila ditampilkan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 8. Diagram Hasil Penelitian Faktor Prinsip-prinsip Latihan Beban Dari tabel dan gambar di atas diketahui tingkat pemahaman berdasarkan faktor prinsip-prinsip latihan beban sebagian besar berada pada kategori sedang 24 responden dengan persentase 34,29 %, kemudian diikuti kategori rendah 22 responden dengan persentase 31,43 %, kategori tinggi 19 responden dengan persentase 27,14 %, kategori

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00%

Prinsip-prinsip latihan beban Sangat Rendah; 2,86% Rendah; 31,43% Sedang; 34,29%Tinggi; 27,14% Sangat Tinggi; 4,29% Fr e ku e n s i


(69)

54

sangat tinggi 3 responden dengan persentase 4,29 % dan kategori sangat rendah 2 responden dengan persentase 2,86 %.

b. Faktor Takaran Latihan Beban

Faktor takaran latihan beban diukur dengan angket yang berjumlah 10 butir pertanyaan dengan rentang skor 1 – 5. Setelah data ditabulasi, diskor, dan dianalisis dengan bantuan software microsoft. excel, dari hasil penelitian diperoleh nilai minimum = 27; nilai maksimum = 43; rata-rata (mean) = 35,46; median = 34; modus sebesar = 33; standar deviasi = 4,67. Deskripsi hasil penelitian tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:

Tabel 15. Deskripsi Hasil Penelitian Faktor Takaran Latihan Beban Interval Kategori Frekuensi Persentase x > 42,46 Sangat Tinggi 8 11,43 37,79 < x ≤ 42,46 Tinggi 15 21,43 33,12 < x ≤ 37,79 Sedang 18 25,71 28,45 < x ≤ 33,12 Rendah 26 37,14 x ≤ 28,45 Sangat Rendah 3 4,29

Jumlah 70 100,00

Apabila ditampilkan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada gambar di bawah ini:


(70)

55

Gambar 9. Diagram Hasil Penelitian Faktor Takaran Latihan Beban Dari tabel dan gambar di atas diketahui tingkat pemahaman berdasarkan faktor takaran latihan beban sebagian besar berada pada kategori rendah 26 responden dengan persentase 37,14 %, kategori sedang 18 responden dengan persentase 25,71 % dan kategori tinggi 15 responden dengan persentase 21,43 %, sedangkan sisanya pada kategori sangat tinggi8 responden dengan persentase 11,43 % dan kategori sangat rendah 3 responden dengan persentase 4,29 %.

c. Faktor Sistem Latihan Beban

Faktor sistem latihan beban diukur dengan angket yang berjumlah 7 butir pertanyaan dengan rentang skor 1 – 5. Setelah data ditabulasi, diskor, dan dianalisis dengan bantuan software microsoft excel, dari hasil penelitian diperoleh nilai minimum = 16; nilai maksimum = 35; rata-rata (mean) = 25,86; median = 26; modus sebesar = 23; standar deviasi = 4,26. Deskripsikan hasil penelitian tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut: 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00%

Takaran Latihan Beban Sangat Rendah; 4,29% Rendah; 37,14% Sedang; 25,71%Tinggi; 21,43%Sangat Tinggi; 11,43% F r e k u e n s i


(71)

56

Tabel 16. Deskripsi Hasil Penelitian Faktor Sistem Latihan Beban Interval Kategori Frekuensi Persentase x > 32,25 Sangat Tinggi 8 11,43 27,99 < x ≤ 32,25 Tinggi 12 17,14 23,73 < x ≤ 27,99 Sedang 28 40,00 19,47 < x ≤ 23,73 Rendah 17 24,29 x ≤ 19,47 Sangat Rendah 5 7,14

Jumlah 70 100,00

Apabila ditampilkan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 10. Diagram Hasil Penelitian Faktor Sistem Latihan Beban Dari tabel dan gambar di atas diketahui tingkat pemahaman berdasarkan faktor sistem latihan beban sebagian besar berada pada kategori sedang 28 responden dengan persentase 40,0 %, kemudian di ikuti kategori rendah 17 responden dengan persentase 24,29 %, kategori tinggi 12 responden dengan persentase 17,14 %, kategori sangat tinggi 8

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00%

Sistem Latihan Beban Sangat Rendah; 7,14% Rendah; 24,29% Sedang; 40,00% Tinggi; 17,14% Sangat Tinggi; 11,43% F r e k u e n s i


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)