18520 22568 1 PB
MATHEdunesa
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No.5 Tahun 2016
ISSN : 23019085
PENERAPAN MODEL TABA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BELAHKETUPAT DAN
LAYANG-LAYANG DI KELAS VII SMP
Ditya Rifky Rahmawati
PendidikanMatematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail : [email protected]
Susanah
Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail : [email protected]
Abstrak
Pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan model Taba. Model Taba merupakan
prosedur pengajaran yang menggunakan proses penalaran induktif dalam menanamkan
suatu konsep. Tujuh langkah model Taba antara lain Listing (mendata), Grouping
(mengelompokkan), LabellingandData Collection (melabeli dan mengumpulkan data),
Generalizing (menggeneralisasi), Comparing (membandingkan), Explaining (menjelaskan)
dan Predicting (memprediksi).Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan
bagaimana kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, aktivitas siswa, hasil belajar
siswa, dan respon siswa terhadap pembelajaran. Data dikumpulkan menggunakan lembar
pengamatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, lembar pengamatan
aktivitas siswa, kuis , tes hasil belajar, dan angket respon siswa.Jenis penelitian ini adalah
deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: 1) Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran menggunakan model Taba
termasuk dalam kategori sangat baik dengan skor rata-rata sebesar 3,69, 2) Aktivitas
siswa selama mengikuti pembelajaran termasuk dalam kategori kurang aktif dengan
persentase rata-rata aktivitas siswa selain berperilaku tidak relevan dengan kegiatan
pembelajaran yang sedang berlangsung sebesar 100% dan kesesuaian aktivitas siswa
dengan waktu ideal berada dalam kategori kurang sesuai, 3) Hasil belajar siswa dilihat dari
nilai kuis dan tes hasil belajar yang menyatakan sebanyak 26 dari 32 siswa telah tuntas
dalam materi belahketupat dan layang-layang serta memperoleh persentase ketuntasan
secara klasikal sebesar 81,25%, dan 4) Respon siswa terhadap pembelajaran termasuk
kategori positif dengan rata-rata presentase respon sebesar 83,44%.
Abstract
Mathematics learning on this research uses Taba model. Taba model is teaching
procedures that uses inductive reasoning process in instilling a concept. Seven steps Taba
models include Listings, Grouping, Labelling and Data Collection , generalizing ,
Comparing, Explaining and Predicting.This research aims to describe how teacher’s
proficiency manages teaching process, students` activity, learning output, and students`
response. The method of this research is descriptive with qualitative and quantitative
approach. The data are gathered by using observation, test, and questionnaire methods.
The observation method is used to gather data aboutteacher’s proficiency in managing the
learning process and students` activities. Test method is used to collect data about
students` learning output, whereas questionnaire method is used to gather data students`
response during studying with Taba model.The result of this research showed that: 1)
teacher’s proficiency in managing the learning process using Taba model was categorized
as very good with average score of 3,69, 2) students` activities during the learning
process was categorized as less active with average percentage without irrelevant
activities is 100% and and suitability of student activity with ideal time to be in the
category of less suitable, 3) the learning output based on recapitulation of score in
assignment sheets and final test showed that 26 of 32 students had already passed the
material of rhombus and kite and earned the percentage of completeness classically
81,25%, and 4) the students’ response about the learning process included to positive
category with an average percentage of responses is 83.44%.
Keywords: Mathematics Learning, Taba model
132
Volume 3 No.5
2016
Tahun
disajikan melalui prosedur atau langkahlangkah yang menarik.
Maka
sangat
diperlukan
adanya
penerapan
model
pembelajaran
yang
menarik, melibatkan keaktifan peserta didik
dan dapat meningkatkan pemahaman konsep
matematika. Model pembelajaran yang
kurang tepat dapat menjadi faktor timbulnya
kesulitan siswa dalam belajar (Widdiharto,
2008).
Soedjadi (2000) berpendapat bahwa
dalam pembelajaran Matematika, terutama
pada jenjang SD dan SMP, sangat diperlukan
penggunaan pola pikir induktif. Model
pembelajaran yang menggunakan pola pikir
induktif antara lain Model Induktif, Model
“Concept Attainment”, dan Model Taba.
Menurut Eggen (1996), Model Induktif sangat
bergantung pada proses observasi tetapi
penekanan
keterampilan
untuk
menyimpulkan
hanya
sebatas
menggeneralisasi apa yang mereka amati,
Model “Concept Attainment” menekankan
pada keterampilan menyimpulkan dengan
mendorong siswa untuk membentuk dan
menganalisis hipotesis, sedangkan
Model
Taba meningkatkan lingkup pengembangan
keterampilan proses dengan melibatkan
siswa
dalam
membuat
generalisasi,
penjelasan, dan prediksi.
Model pembelajaran Taba merupakan
prosedur pengajaran yang menggunakan
proses
penalaran
induktif
dalam
menanamkan
suatu
konsep.
Dalam
pembelajaran dengan model Taba, siswa akan
mendapat serangkaian contoh spesifik yang
dapat menanamkan sampai pada suatu
aturan, prinsip, atau fakta yang pasti. Titik
tekan model Taba adalah mengajarkan siswa
untuk bagaimana berpikir (Eggen et al.,
1979).
Model Taba juga memiliki sintaks yang
sesuai jika diterapkan dengan pendekatan
scientific. Fase listing pada model Taba
memuat aktifitas mengamati yang ada pada
pendekatan scientific. Fase grouping dan
labeling pada model Taba mengajak peserta
didik mengeksplorasi hasil pengamatannya
lebih detail. Hal itu akan memaksimalkan
pendekatan scientific yang diterapkan dalam
kurikulum 2013.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti
tertarik
untuk
mengadakan
penelitian
tentang “Penerapan Model Taba pada
Pembelajaran
Matematika
Materi
Belahketupat Dan Layang-Layang di Kelas VII
SMP”.
PENDAHULUAN
Matematika
merupakan
mata
pelajaran yang memiliki peranan penting
dalam kehidupan. Sejalan dengan hal
tersebut,
Permendiknas
Tahun
2006
mengenai Standar Isi menyatakan bahwa
Matematika merupakan salah satu disiplin
ilmu
yang
mendasari
perkembangan
teknologi
modern
karena
mempunyai
peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu
lain dan pengaruh besar dalam memajukan
daya pikir manusia.
Dewasa ini banyak siswa yang
mengalami kesulitan dalam mempelajari
matematika. Hal tersebut menurut Lestari
(2014) disebabkan oleh kurangnya minat dan
perhatian
siswa
pada
pembelajaran
matematika.
Kesulitan
siswa
dalam
mempelajari dan memahami matematika
menurut
Fitri
(2014)
terletak
pada
mengaitkan antar konsep-konsep. Salah satu
materi Matematika yang mengaitkan antar
konsep-konsep adalah materi bangun datar
dengan sub materi Belahketupat dan LayangLayang.
Fakta yang diperoleh dari beberapa
penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
siswa mengalami kesulitan untuk memahami
materi bangun datar dengan submateri
Belahketupat
dan
Layang-Layang.
Berdasarkan hasil penelitian Chairani (2012)
di
SMP
Assalam
Bandung
diperoleh
kesimpulan bahwa siswa mengalami kesulitan
dalam menjelaskan sifat-sifat dan rumus luas
daerah belahketupat dan layang-layang. Hal
tersebut
dikarenakan
mereka
hanya
mengingatnya tanpa mengonstruksi sendiri
rumus tersebut. Hasil yang sama diperoleh
Chasanah (2014) yang menyatakan bahwa
berdasarkan
diagnosis
kesulitan
dalam
menyelesaikan soal, kesulitan terbanyak
pertama yang dialami siswa terletak pada
aspek
penguasaan
konsepyang
selalu
berkaitan
dengan
materi
segiempat
khususnya layang-layang dan belah ketupat.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu
dilakukan suatu tindakan untuk mengatasi
permasalahan tersebut sehingga pemahaman
konsep
matematika
pada
materi
belahketupat
dan
layang-layang
dapat
ditingkatkan. Higgins (dalam Wahyudi, 2011)
menyatakan bahwa peserta didik akan lebih
mudah memahami dan memaknai konsep
yang menjadi tujuan pembelajaran jika
peserta
didik
terlibat
aktif
dalam
pembelajaran yang berlangsung. Selain itu
menurut Frudenthal (Lestari, 2014) dalam
suatu konsep akan lebih dipahami dan diingat
oleh peserta didik apabila konsep tersebut
133
Volume 3 No.5
2016
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mendeskripsikan bagaimana kemampuan
guru
dalam
mengelola
pembelajaran,
aktivitas siswa, hasil belajar siswa, dan
respon siswa terhadap pembelajaran.
Kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran pada penelitian ini adalah
keterampilan guru dalam melaksanakan
setiap tahap pembelajaran, dalam hal ini
pembelajaran dengan model Taba, sesuai
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP). Aspek yang diteliti antara lain.
Aktivitas siswa dalam penelitian ini adalah
kegiatan yang dilakukan siswa selama proses
pembelajaran dengan model Taba.Keenam
aktivitas belajar siswa yang diamati dalam
penelitian ini antara lain 1) Visual activities,
yaitu aktivitas mengamati objek yang
ditampilkan guru. 2) Oral activities, yaitu
aktivitas menjelaskan kesimpulan akhir dan
mengajukan
pertanyaan;
3)
Listening
activities, yaitu memperhatikan penjelasan
guru atau teman; 4) Writing activities, yaitu
membuat list berdasarkan pengamatan,
membuat pengelompokan dari daftar hasil
pengamatan, memberikan label nama pada
kelompok
yang
telah
dibuat,
dan
mengumpulkan data dengan mengerjakan
LKS;
5)
Drawing
activities,
yaitu
mengumpulkan data dengan mengerjakan
LKS; 6) Mental activities, yaitu membuat
generalisasidari masing-masing kelompok
data, membandingkan
hasil generalisasi
antarkelompok,
dan
memprediksi
penyelesaian soal yang disajikan guru.
Hasil belajar siswa adalah skor yang
diperoleh siswa dari pengerjaan kuis dan tes
hasil belajar setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model
Taba. Sedangkan respon siswa adalah
tanggapan siswa terhadap pembelajaran
menggunakan model Taba dan kejelasan
bahasa yang digunakan dalam Lembar Kerja
Siswa (LKS) serta Tes Hasil Belajar. Tanggapan
terhadap pelaksanaan pembelajaran meliputi
suasana selama pembelajaran menggunakan
model Tababerlangsung dan minat terhadap
model Taba.
Tahun
Krian Sidoarjo yang terdiri dari32 siswa dan 5
siswa
yang
diamati
untuk
aktivitas
siswa.Pada
penelitian
ini
digunakan
rancangan one-shot-case study.
Perangkat pembelajaran yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar
Kerja Siswa (LKS), dan Lembar Kuis.
Instrumen dalam penelitian ini berupa lembar
observasi kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran, lembar observasi aktivitas
siswa, soal tes hasil belajar, dan angket
respon siswa.
Adapun
rangkaian
prosedur
yang
dilaksanakan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut: 1) Menerapkan model
pembelajaran Taba pada materi Belahketupat
dan
Layang-Layang
selama
tiga
kali
pertemuan;
2)
Melakukan
pengamatan
terhadap kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran dan aktivitas siswa, serta
melaksanakan
kuis
setiap
proses
pembelajaran
selesai
dilaksanakan;
3)
Melakukan
tes
hasil
belajar
untuk
memperoleh data tentang hasil belajar siswa.
Data tentang kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran diperoleh dengan
menggunakan lembar observasi kemampuan
guru dalam mengelola pembelajaran.Pada
masing-masing aspek kemampuan guru
dalam melaksanakan kegiatan yang telah
disusun pada RPP dilakukan penyekoran
berdasarkan kategori yang telah ditentukan
pada
rubrik
penyekoran
pengelolaan
pembelajaran.Nilai
rata-rata
kemampuan
guru dalam mengelola pembelajaran secara
keseluruhan dari tiga kali pertemuandihitung
menggunakan rumus yang telah ditentukan,
kemudian menggolongkan nilai rata-rata
kemampuan guru mengelola pembelajaran ke
dalam kategori sangat kurang, kurang,
baik,dan sangat baik.
Data tentang aktivitas siswa diperoleh
dengan menggunakan lembar observasi
aktivitas siswa. Kemudian akan dianalisis
dengan menghitung persentase kemunculan
dari
masing-masing
aktivitas
untuk
selanjutnya dijumlahkan serta menentukan
kesesuaian persentase aktivitas siswa yang
menjadi ciri khas model Taba dengan kriteria
waktu ideal aktivitas siswa yang berpedoman
METODE
Jenis
penelitian
yang
digunakan
adalah penelitian deskriptif.Penelitian ini
dilaksanakan pada semester genap tahun
ajaran
2015-2016.Pengambilan
data
dilakukan di SMPN 1 Krian Sidoarjo.Subyek
penelitian dalam penelitian ini adalah guru
matematika dan siswa kelas VII-I SMPN 1
134
Volume 3 No.5
2016
Tahun
pada penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) menggunakan model
Taba
Sedangkan data tentang hasil belajar
diperoleh dengan menghitung nilai kuis dan
nilai tes sebagai nilai hasil belajar siswa
dengan rumus
peningkatan dari pertemuan pertama ke
pertemuan kedua karena pada pertemuan
kedua aspek memotivasi siswa, mengaitkan
materi
dengan
pengetahuan
awal,
membimbing
kelompok
untuk
menggeneralisasikan konsep, membimbing
kelompok untuk membandingkan konsep,
serta
umpan
Nilai Kuis 1+ Nilai Kuis 2+ Nilai
Kuismemberi
3+(2 × Nilai
Tes) balik dan mengajukan
Hasil Belajar=
soal
hipotetik
mendapat
skor 4. Pada
5
pertemuan
ketiga,
skor
rata-rata
yang
Hasil belajar tersebut dibandingkan dengan
diperoleh guru mengalami penurunan.Hal
KKM yang diterapkan di sekolah penelitian,
yakni
79.Persentase
keberhasilan
tersebut dikarenakan ada beberapa aspek
pembelajaran klasikal selanjutnya dihitung
yang mengalami penurunan skor, yaitu
untuk
mengkategorikan
ketuntasan
mengorganisasikan siswa dalam kelompok,
belajar.Aturan yang ditetapkan di SMP Negeri
mengaitkan materi dengan pengetahuan
1 Krian, Sidoarjo dikatakan tuntas belajar
awal, serta mengingatkan siswa untuk
secara klasikal jika banyaknya siswa yang
mempelajari materi selanjutnya mendapat
tuntas secara individu lebih dari atau sama
skor 3.Adapun rata-rata kemampuan guru
dengan 80% dari keseluruhan siswa yang ada
dalam kelas pembelajaran.
dalam
mengelola
pembelajaran
secara
Data tentang respon siswa diperoleh
keseluruhan dari tiga kali pertemuan sebesar
dengan menggunakan lembar angket respon
3,69 dengan kategori sangat baik.
siswa.Nilai respon siswa untuk setiap kategori
Aktivitas
siswa
yang
mendapatkan
jawaban dihitung dengan cara mengalikan
persentase terbesar adalah aktivitas yang
banyaknya siswa/responden yang memilih
ketujuh.Aktivitas
tersebut
yaitu
jawaban dengan skor pilihan jawaban
mengumpulkan data dengan mengerjakan
tersebut. Kemudian, persentase nilai respon
lembar kerja siswa (LKS). Hal tersebut terjadi
siswa setiap item pernyataan dihitung
karena siswa secara berkelompok harus
dengan menggunakan rumus yang untuk
mengumpulkan data untuk mengorganisasi
selanjutnyadikategorikan
dengan
cara
dan menunjukkan informasi dari data yang
mencocokkan
hasil
persentase
dengan
telah
dimiliki,
yang
nantinya
akan
kriteria yang telah ditentukan.
disimpulkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data kemampuan guru
dalam
mengelola
pembelajaran,
dapat
dinyatakan bahwa semua kegiatan guru
dalam
mengelola
pembelajaran
sesuai
dengan RPP selama tiga kali pertemuan. Hal
tersebut dikarenakan skor rata-rata lebih dari
3,00. Dengan demikian, kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran termasuk
dalam kategori baik atau sangat baik.
3.9
3.8
3.7
3.6
3.5
3.4
3.3
3.2
A-11; 3.71 A-12;
10.17
A-10; 1.02
A-1; 23.98
A-9; 4.07
A-2; 5.09
A-8; 5.09
A-3; 5.09
A-7; 28.94
A-4; 2.69
A-6; 5.09 A-5; 5.09
Aktivitas siswa yang sering dilakukan
kedua
adalah
aktivitas
memperhatikan
penjelasan guru atau teman dengan rata-rata
sebesar 23,98%. Aktivitas selanjutnya yang
sering
dilakukan
oleh
siswa
adalah
mengerjakan kuis individudengan presentase
sebesar 10,17%. Aktivitas yang sama-sama
mendapat presentase rata-rata 5,09% antara
lain
aktivitas
mengamati
objek
yang
ditampilkan guru, membuat list berdasarkan
pengamatan, membuat pengelompokan dari
daftar hasil pengamatan, memberikan label
nama pada kelompok yang telah dibuat, serta
Pertemuan ke1
Pertemuan ke2
Berdasarkan nilai kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran, terlihat adanya
135
Volume 3 No.5
2016
membuat generalisasi dari masing-masing
kelompok data.
Aktivitas siswa yang mendapat persentas
terendah
berturut-turut
antara
lain
membandingkan generalisasi antarkelompok
data, memprediksi penyelesaian soal yang
disajikan guru, mengajukan pertanyaan, dan
menjelaskan kesimpulan akhir. Aktivitas ini
tidak sering dilakukan oleh siswa karena
kesimpulan akhir hanya dijelaskan oleh
beberapa siswa yang mengajukan diri
ataupun yang ditunjuk oleh guru secara acak.
Berdasarkan data yang diperoleh, total
presentase rata-rata aktivitas siswa selain
skor perilaku tidak relevan dengan kegiatan
pembelajaran yang sedang berlangsung
sebesar 100%. Berdasarkan tabel tersebut
dapat disimpulkan juga bahwa aktivitas
mengumpulkan data dengan mengerjakan
LKS dan membandingkan hasil generalisasi
antarkelompok data berada dalam rentang
waktu ideal, sedangkan aktivitas membuat
generalisasi dari masing-masing kelompok
data tidak berada pada rentang waktu ideal,
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
siswa
SMPN
1
Krian
aktif
dalam
pembelajaran.
Berdasarkan data hasil belajar pada aspek
pengetahuan dan keterampilan s, dapat
diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar
kelas untuk materi Belahketupat dan Layanglayang setelah menerapkan model Taba
sebesar 82,29. Nilai hasil belajar terendah
yang diperoleh siswa yaitu 72,4 dan nilai hasil
belajar tertinggi yang diperoleh siswa sebesar
95,2. Dengan model Taba yang menurut
Apriyanti (2014) didasarkan pada penalaran
induktif, siswa dapat menemukan sendiri
kesimpulan atau generalisasi dari hasil
observasi yang telah mereka lakukan.
Soedjadi (2000) berpendapat bahwa dalam
pembelajaran Matematika, terutama pada
jenjang SD dan SMP, masih sangat diperlukan
penggunaan pola pikir induktif. Dengan
demikian, siswa akan lebih mudah menguasai
konsep
yang
dipelajari
sehingga
memudahkan mereka dalam mengerjakan
soal-soal.
Persentase
ketuntasan
hasil
belajar
penguasaan materi di kelas VII-I SMPN 1 Krian
Sidoarjo secara klasikal sebesar 81,25%.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
kelas VII-I menguasai atau tuntas belajar
mengenai materi Belahketupat dan Layanglayang karena persentase ketuntasan hasil
belajar kelas lebih dari 80%.
Dalam
pembelajaran
matematika
menggunakan
model
Tabapada
materi
Belahketupat dan Layang-layang, siswa
Tahun
memberikan
respon
positif
terhadap
pengajaran yang dilakukan oleh guru. Dapat
diketahui juga bahwa siswa memberikan
respon yang positif terhadap LKS dan Tes
Hasil Belajar yang diberikan oleh guru.
Sebesar 83,59% siswa menyatakan setuju
bahwa LKS yang diberikan oleh guru
membantu mereka dalam memahami materi
Belahketupat
dan
Layang-layang
serta
88,28%
siswa
tidak
setuju
dengan
pernyataan bahwa LKS yang diberikan oleh
guru membingungkan.
Berdasarkan angket respon siswa yang
diberikan pada pertemuan keempat setelah
pembelajaran menggunakan model Taba
pada materi Belahketupat dan Layang-layang
selesai dilakukan, dapat diketahui bahwa
respon peserta didik terhadap penerapan
model Taba pada pembelajaran matematika
materi Belahketupat dan Layang-layang
mendapatkan persentase sebesar sebesar
83,44%. Dari hasil tersebut diperoleh bahwa
siswa mempunyai respon positif terhadap
penerapan model Taba pada pembelajaran
matematika materi Belahketupat dan Layanglayang.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan,
dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru
dalam
mengelola
pembelajaran
menggunakan model Taba termasuk dalam
kategori sangat baik dengan skor rata-rata
sebesar
3,69,
aktivitas
siswa
selama
mengikuti pembelajaran termasuk dalam
kategori kurang aktif dengan persentase ratarata aktivitas siswa selain berperilaku tidak
relevan dengan kegiatan pembelajaran yang
sedang berlangsung sebesar 100% dan
kesesuaian aktivitas siswa dengan waktu
ideal berada dalam kategori kurang sesuai,
hasil belajar siswa dilihat dari nilai kuis dan
tes hasil belajar yang menyatakan sebanyak
26 dari 32 siswa telah tuntas dalam materi
belahketupat
dan
layang-layang
serta
memperoleh persentase ketuntasan secara
klasikal sebesar 81,25%, dan respon siswa
terhadap pembelajaran termasuk kategori
positif dengan rata-rata presentase respon
sebesar 83,44%.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan
mengenai penerapan model Taba pada
136
Volume 3 No.5
2016
Tahun
Wahyudi, Endah Bekti. 2011. Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Teams–Achievement Divisions
(STAD)
untuk
Meningkatkan
Pemahaman Konsep Matematika pada
Materi
Persamaan
dan
Pertidaksamaan Kuadrat pada Peserta
Didik Kelas X Teknik Komputer
Jaringan (TKJ) di SMK 45 Wonosari .
Skripsi Tidak Diterbitkan. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Widdiharto, R. 2008. Diagnosis Kesulitan
Belajar Matematika SMP dan Alternatif
Proses Remidinya. Yogyakarta: Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Matematika.
pembelajaran
Matematika
materi
Belahketupat dan Layang-layang, maka
peneliti dapat memberikan saran bagi guru
yang ingin mengajarkan materi bangun
belahketupat
dan
layang-layang
untuk
menggunakan model Taba sebagai alternatif
dalam pembelajaran. Saran juga peneliti
berikan bagi peneliti yang akan melakukan
penelitian sejenis, sebaiknya memperhatikan
pelaksanaan tahapan model Taba pada
perangkat pembelajaran serta menelaah
kembali materi yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Chairani, Yuni. 2012. Desain Didaktis Konsep
Layang-Layang dan Belah Ketupat
Untuk
Siswa
SMP.
Thesis
tidak
diterbitkan.
Bandung:
Universitas
Pendidikan Indonesia.
Chasanah, Ulifatul. 2014. Diagnosis Kesulitan
Siswa Kelas VII Pada Materi Segiempat
Melalui Pembelajaran Remedial Dengan
Tutor Sebaya di MTsN 2 Tulungagung.
Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: UIN
Sunan Ampel.
Eggen, P. D., Kauchak, D. P., & Harder, R. J.
1979.
Strategies
for
Teachers:
Information Processing Models in the
Classroom. Englewood Cliffs, New
Jersey: Pretince/Hall International, Inc.
Fitri, Rahma. 2014. “Penerapan Strategi The
Firing
Line
pada
Pembelajaran
Matematika Siswa Kelas XI IPS SMA
Negeri 1 Batipuh”. Jurnal Pendidikan
Matematika. (online) Part 2. Vol. 3 (1):
18-22.
(ejournal.unp.ac.id/students/index.php/
pmat/article/download/.../906
diakses
pada 25 Februari 2016)
Apriyanti, Iis dan Gurning, Busmin. 2014.
Improving Students Achievement in
Reading Comprehension by Applying
The
Taba
Model.
Vol.3
No.1
(http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.
php/ellu/article/view/1396/1154
diakses pada 22 November 2015)
Lestari, Dewi. 2014. “Penerapan Teori Bruner
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Pembelajaran Simetri Lipat
di Kelas IV SDN 02 Makmur Jaya
Kabupaten Mamuju Utara”. Jurnal
Kreatif Tadulako. (Online) Vol. 3 (2):
hal.129-141
(jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKT
O/article/viewFile/2874/1962
diakses
pada 3 April 2016)
Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika
di
Indonesia.
Jakarta:
DirektoratJenderal Pndidikan Tinggi.
137
Volume 3 No.5
2016
138
Tahun
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No.5 Tahun 2016
ISSN : 23019085
PENERAPAN MODEL TABA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BELAHKETUPAT DAN
LAYANG-LAYANG DI KELAS VII SMP
Ditya Rifky Rahmawati
PendidikanMatematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail : [email protected]
Susanah
Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail : [email protected]
Abstrak
Pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan model Taba. Model Taba merupakan
prosedur pengajaran yang menggunakan proses penalaran induktif dalam menanamkan
suatu konsep. Tujuh langkah model Taba antara lain Listing (mendata), Grouping
(mengelompokkan), LabellingandData Collection (melabeli dan mengumpulkan data),
Generalizing (menggeneralisasi), Comparing (membandingkan), Explaining (menjelaskan)
dan Predicting (memprediksi).Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan
bagaimana kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, aktivitas siswa, hasil belajar
siswa, dan respon siswa terhadap pembelajaran. Data dikumpulkan menggunakan lembar
pengamatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, lembar pengamatan
aktivitas siswa, kuis , tes hasil belajar, dan angket respon siswa.Jenis penelitian ini adalah
deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: 1) Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran menggunakan model Taba
termasuk dalam kategori sangat baik dengan skor rata-rata sebesar 3,69, 2) Aktivitas
siswa selama mengikuti pembelajaran termasuk dalam kategori kurang aktif dengan
persentase rata-rata aktivitas siswa selain berperilaku tidak relevan dengan kegiatan
pembelajaran yang sedang berlangsung sebesar 100% dan kesesuaian aktivitas siswa
dengan waktu ideal berada dalam kategori kurang sesuai, 3) Hasil belajar siswa dilihat dari
nilai kuis dan tes hasil belajar yang menyatakan sebanyak 26 dari 32 siswa telah tuntas
dalam materi belahketupat dan layang-layang serta memperoleh persentase ketuntasan
secara klasikal sebesar 81,25%, dan 4) Respon siswa terhadap pembelajaran termasuk
kategori positif dengan rata-rata presentase respon sebesar 83,44%.
Abstract
Mathematics learning on this research uses Taba model. Taba model is teaching
procedures that uses inductive reasoning process in instilling a concept. Seven steps Taba
models include Listings, Grouping, Labelling and Data Collection , generalizing ,
Comparing, Explaining and Predicting.This research aims to describe how teacher’s
proficiency manages teaching process, students` activity, learning output, and students`
response. The method of this research is descriptive with qualitative and quantitative
approach. The data are gathered by using observation, test, and questionnaire methods.
The observation method is used to gather data aboutteacher’s proficiency in managing the
learning process and students` activities. Test method is used to collect data about
students` learning output, whereas questionnaire method is used to gather data students`
response during studying with Taba model.The result of this research showed that: 1)
teacher’s proficiency in managing the learning process using Taba model was categorized
as very good with average score of 3,69, 2) students` activities during the learning
process was categorized as less active with average percentage without irrelevant
activities is 100% and and suitability of student activity with ideal time to be in the
category of less suitable, 3) the learning output based on recapitulation of score in
assignment sheets and final test showed that 26 of 32 students had already passed the
material of rhombus and kite and earned the percentage of completeness classically
81,25%, and 4) the students’ response about the learning process included to positive
category with an average percentage of responses is 83.44%.
Keywords: Mathematics Learning, Taba model
132
Volume 3 No.5
2016
Tahun
disajikan melalui prosedur atau langkahlangkah yang menarik.
Maka
sangat
diperlukan
adanya
penerapan
model
pembelajaran
yang
menarik, melibatkan keaktifan peserta didik
dan dapat meningkatkan pemahaman konsep
matematika. Model pembelajaran yang
kurang tepat dapat menjadi faktor timbulnya
kesulitan siswa dalam belajar (Widdiharto,
2008).
Soedjadi (2000) berpendapat bahwa
dalam pembelajaran Matematika, terutama
pada jenjang SD dan SMP, sangat diperlukan
penggunaan pola pikir induktif. Model
pembelajaran yang menggunakan pola pikir
induktif antara lain Model Induktif, Model
“Concept Attainment”, dan Model Taba.
Menurut Eggen (1996), Model Induktif sangat
bergantung pada proses observasi tetapi
penekanan
keterampilan
untuk
menyimpulkan
hanya
sebatas
menggeneralisasi apa yang mereka amati,
Model “Concept Attainment” menekankan
pada keterampilan menyimpulkan dengan
mendorong siswa untuk membentuk dan
menganalisis hipotesis, sedangkan
Model
Taba meningkatkan lingkup pengembangan
keterampilan proses dengan melibatkan
siswa
dalam
membuat
generalisasi,
penjelasan, dan prediksi.
Model pembelajaran Taba merupakan
prosedur pengajaran yang menggunakan
proses
penalaran
induktif
dalam
menanamkan
suatu
konsep.
Dalam
pembelajaran dengan model Taba, siswa akan
mendapat serangkaian contoh spesifik yang
dapat menanamkan sampai pada suatu
aturan, prinsip, atau fakta yang pasti. Titik
tekan model Taba adalah mengajarkan siswa
untuk bagaimana berpikir (Eggen et al.,
1979).
Model Taba juga memiliki sintaks yang
sesuai jika diterapkan dengan pendekatan
scientific. Fase listing pada model Taba
memuat aktifitas mengamati yang ada pada
pendekatan scientific. Fase grouping dan
labeling pada model Taba mengajak peserta
didik mengeksplorasi hasil pengamatannya
lebih detail. Hal itu akan memaksimalkan
pendekatan scientific yang diterapkan dalam
kurikulum 2013.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti
tertarik
untuk
mengadakan
penelitian
tentang “Penerapan Model Taba pada
Pembelajaran
Matematika
Materi
Belahketupat Dan Layang-Layang di Kelas VII
SMP”.
PENDAHULUAN
Matematika
merupakan
mata
pelajaran yang memiliki peranan penting
dalam kehidupan. Sejalan dengan hal
tersebut,
Permendiknas
Tahun
2006
mengenai Standar Isi menyatakan bahwa
Matematika merupakan salah satu disiplin
ilmu
yang
mendasari
perkembangan
teknologi
modern
karena
mempunyai
peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu
lain dan pengaruh besar dalam memajukan
daya pikir manusia.
Dewasa ini banyak siswa yang
mengalami kesulitan dalam mempelajari
matematika. Hal tersebut menurut Lestari
(2014) disebabkan oleh kurangnya minat dan
perhatian
siswa
pada
pembelajaran
matematika.
Kesulitan
siswa
dalam
mempelajari dan memahami matematika
menurut
Fitri
(2014)
terletak
pada
mengaitkan antar konsep-konsep. Salah satu
materi Matematika yang mengaitkan antar
konsep-konsep adalah materi bangun datar
dengan sub materi Belahketupat dan LayangLayang.
Fakta yang diperoleh dari beberapa
penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
siswa mengalami kesulitan untuk memahami
materi bangun datar dengan submateri
Belahketupat
dan
Layang-Layang.
Berdasarkan hasil penelitian Chairani (2012)
di
SMP
Assalam
Bandung
diperoleh
kesimpulan bahwa siswa mengalami kesulitan
dalam menjelaskan sifat-sifat dan rumus luas
daerah belahketupat dan layang-layang. Hal
tersebut
dikarenakan
mereka
hanya
mengingatnya tanpa mengonstruksi sendiri
rumus tersebut. Hasil yang sama diperoleh
Chasanah (2014) yang menyatakan bahwa
berdasarkan
diagnosis
kesulitan
dalam
menyelesaikan soal, kesulitan terbanyak
pertama yang dialami siswa terletak pada
aspek
penguasaan
konsepyang
selalu
berkaitan
dengan
materi
segiempat
khususnya layang-layang dan belah ketupat.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu
dilakukan suatu tindakan untuk mengatasi
permasalahan tersebut sehingga pemahaman
konsep
matematika
pada
materi
belahketupat
dan
layang-layang
dapat
ditingkatkan. Higgins (dalam Wahyudi, 2011)
menyatakan bahwa peserta didik akan lebih
mudah memahami dan memaknai konsep
yang menjadi tujuan pembelajaran jika
peserta
didik
terlibat
aktif
dalam
pembelajaran yang berlangsung. Selain itu
menurut Frudenthal (Lestari, 2014) dalam
suatu konsep akan lebih dipahami dan diingat
oleh peserta didik apabila konsep tersebut
133
Volume 3 No.5
2016
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mendeskripsikan bagaimana kemampuan
guru
dalam
mengelola
pembelajaran,
aktivitas siswa, hasil belajar siswa, dan
respon siswa terhadap pembelajaran.
Kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran pada penelitian ini adalah
keterampilan guru dalam melaksanakan
setiap tahap pembelajaran, dalam hal ini
pembelajaran dengan model Taba, sesuai
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP). Aspek yang diteliti antara lain.
Aktivitas siswa dalam penelitian ini adalah
kegiatan yang dilakukan siswa selama proses
pembelajaran dengan model Taba.Keenam
aktivitas belajar siswa yang diamati dalam
penelitian ini antara lain 1) Visual activities,
yaitu aktivitas mengamati objek yang
ditampilkan guru. 2) Oral activities, yaitu
aktivitas menjelaskan kesimpulan akhir dan
mengajukan
pertanyaan;
3)
Listening
activities, yaitu memperhatikan penjelasan
guru atau teman; 4) Writing activities, yaitu
membuat list berdasarkan pengamatan,
membuat pengelompokan dari daftar hasil
pengamatan, memberikan label nama pada
kelompok
yang
telah
dibuat,
dan
mengumpulkan data dengan mengerjakan
LKS;
5)
Drawing
activities,
yaitu
mengumpulkan data dengan mengerjakan
LKS; 6) Mental activities, yaitu membuat
generalisasidari masing-masing kelompok
data, membandingkan
hasil generalisasi
antarkelompok,
dan
memprediksi
penyelesaian soal yang disajikan guru.
Hasil belajar siswa adalah skor yang
diperoleh siswa dari pengerjaan kuis dan tes
hasil belajar setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model
Taba. Sedangkan respon siswa adalah
tanggapan siswa terhadap pembelajaran
menggunakan model Taba dan kejelasan
bahasa yang digunakan dalam Lembar Kerja
Siswa (LKS) serta Tes Hasil Belajar. Tanggapan
terhadap pelaksanaan pembelajaran meliputi
suasana selama pembelajaran menggunakan
model Tababerlangsung dan minat terhadap
model Taba.
Tahun
Krian Sidoarjo yang terdiri dari32 siswa dan 5
siswa
yang
diamati
untuk
aktivitas
siswa.Pada
penelitian
ini
digunakan
rancangan one-shot-case study.
Perangkat pembelajaran yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar
Kerja Siswa (LKS), dan Lembar Kuis.
Instrumen dalam penelitian ini berupa lembar
observasi kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran, lembar observasi aktivitas
siswa, soal tes hasil belajar, dan angket
respon siswa.
Adapun
rangkaian
prosedur
yang
dilaksanakan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut: 1) Menerapkan model
pembelajaran Taba pada materi Belahketupat
dan
Layang-Layang
selama
tiga
kali
pertemuan;
2)
Melakukan
pengamatan
terhadap kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran dan aktivitas siswa, serta
melaksanakan
kuis
setiap
proses
pembelajaran
selesai
dilaksanakan;
3)
Melakukan
tes
hasil
belajar
untuk
memperoleh data tentang hasil belajar siswa.
Data tentang kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran diperoleh dengan
menggunakan lembar observasi kemampuan
guru dalam mengelola pembelajaran.Pada
masing-masing aspek kemampuan guru
dalam melaksanakan kegiatan yang telah
disusun pada RPP dilakukan penyekoran
berdasarkan kategori yang telah ditentukan
pada
rubrik
penyekoran
pengelolaan
pembelajaran.Nilai
rata-rata
kemampuan
guru dalam mengelola pembelajaran secara
keseluruhan dari tiga kali pertemuandihitung
menggunakan rumus yang telah ditentukan,
kemudian menggolongkan nilai rata-rata
kemampuan guru mengelola pembelajaran ke
dalam kategori sangat kurang, kurang,
baik,dan sangat baik.
Data tentang aktivitas siswa diperoleh
dengan menggunakan lembar observasi
aktivitas siswa. Kemudian akan dianalisis
dengan menghitung persentase kemunculan
dari
masing-masing
aktivitas
untuk
selanjutnya dijumlahkan serta menentukan
kesesuaian persentase aktivitas siswa yang
menjadi ciri khas model Taba dengan kriteria
waktu ideal aktivitas siswa yang berpedoman
METODE
Jenis
penelitian
yang
digunakan
adalah penelitian deskriptif.Penelitian ini
dilaksanakan pada semester genap tahun
ajaran
2015-2016.Pengambilan
data
dilakukan di SMPN 1 Krian Sidoarjo.Subyek
penelitian dalam penelitian ini adalah guru
matematika dan siswa kelas VII-I SMPN 1
134
Volume 3 No.5
2016
Tahun
pada penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) menggunakan model
Taba
Sedangkan data tentang hasil belajar
diperoleh dengan menghitung nilai kuis dan
nilai tes sebagai nilai hasil belajar siswa
dengan rumus
peningkatan dari pertemuan pertama ke
pertemuan kedua karena pada pertemuan
kedua aspek memotivasi siswa, mengaitkan
materi
dengan
pengetahuan
awal,
membimbing
kelompok
untuk
menggeneralisasikan konsep, membimbing
kelompok untuk membandingkan konsep,
serta
umpan
Nilai Kuis 1+ Nilai Kuis 2+ Nilai
Kuismemberi
3+(2 × Nilai
Tes) balik dan mengajukan
Hasil Belajar=
soal
hipotetik
mendapat
skor 4. Pada
5
pertemuan
ketiga,
skor
rata-rata
yang
Hasil belajar tersebut dibandingkan dengan
diperoleh guru mengalami penurunan.Hal
KKM yang diterapkan di sekolah penelitian,
yakni
79.Persentase
keberhasilan
tersebut dikarenakan ada beberapa aspek
pembelajaran klasikal selanjutnya dihitung
yang mengalami penurunan skor, yaitu
untuk
mengkategorikan
ketuntasan
mengorganisasikan siswa dalam kelompok,
belajar.Aturan yang ditetapkan di SMP Negeri
mengaitkan materi dengan pengetahuan
1 Krian, Sidoarjo dikatakan tuntas belajar
awal, serta mengingatkan siswa untuk
secara klasikal jika banyaknya siswa yang
mempelajari materi selanjutnya mendapat
tuntas secara individu lebih dari atau sama
skor 3.Adapun rata-rata kemampuan guru
dengan 80% dari keseluruhan siswa yang ada
dalam kelas pembelajaran.
dalam
mengelola
pembelajaran
secara
Data tentang respon siswa diperoleh
keseluruhan dari tiga kali pertemuan sebesar
dengan menggunakan lembar angket respon
3,69 dengan kategori sangat baik.
siswa.Nilai respon siswa untuk setiap kategori
Aktivitas
siswa
yang
mendapatkan
jawaban dihitung dengan cara mengalikan
persentase terbesar adalah aktivitas yang
banyaknya siswa/responden yang memilih
ketujuh.Aktivitas
tersebut
yaitu
jawaban dengan skor pilihan jawaban
mengumpulkan data dengan mengerjakan
tersebut. Kemudian, persentase nilai respon
lembar kerja siswa (LKS). Hal tersebut terjadi
siswa setiap item pernyataan dihitung
karena siswa secara berkelompok harus
dengan menggunakan rumus yang untuk
mengumpulkan data untuk mengorganisasi
selanjutnyadikategorikan
dengan
cara
dan menunjukkan informasi dari data yang
mencocokkan
hasil
persentase
dengan
telah
dimiliki,
yang
nantinya
akan
kriteria yang telah ditentukan.
disimpulkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data kemampuan guru
dalam
mengelola
pembelajaran,
dapat
dinyatakan bahwa semua kegiatan guru
dalam
mengelola
pembelajaran
sesuai
dengan RPP selama tiga kali pertemuan. Hal
tersebut dikarenakan skor rata-rata lebih dari
3,00. Dengan demikian, kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran termasuk
dalam kategori baik atau sangat baik.
3.9
3.8
3.7
3.6
3.5
3.4
3.3
3.2
A-11; 3.71 A-12;
10.17
A-10; 1.02
A-1; 23.98
A-9; 4.07
A-2; 5.09
A-8; 5.09
A-3; 5.09
A-7; 28.94
A-4; 2.69
A-6; 5.09 A-5; 5.09
Aktivitas siswa yang sering dilakukan
kedua
adalah
aktivitas
memperhatikan
penjelasan guru atau teman dengan rata-rata
sebesar 23,98%. Aktivitas selanjutnya yang
sering
dilakukan
oleh
siswa
adalah
mengerjakan kuis individudengan presentase
sebesar 10,17%. Aktivitas yang sama-sama
mendapat presentase rata-rata 5,09% antara
lain
aktivitas
mengamati
objek
yang
ditampilkan guru, membuat list berdasarkan
pengamatan, membuat pengelompokan dari
daftar hasil pengamatan, memberikan label
nama pada kelompok yang telah dibuat, serta
Pertemuan ke1
Pertemuan ke2
Berdasarkan nilai kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran, terlihat adanya
135
Volume 3 No.5
2016
membuat generalisasi dari masing-masing
kelompok data.
Aktivitas siswa yang mendapat persentas
terendah
berturut-turut
antara
lain
membandingkan generalisasi antarkelompok
data, memprediksi penyelesaian soal yang
disajikan guru, mengajukan pertanyaan, dan
menjelaskan kesimpulan akhir. Aktivitas ini
tidak sering dilakukan oleh siswa karena
kesimpulan akhir hanya dijelaskan oleh
beberapa siswa yang mengajukan diri
ataupun yang ditunjuk oleh guru secara acak.
Berdasarkan data yang diperoleh, total
presentase rata-rata aktivitas siswa selain
skor perilaku tidak relevan dengan kegiatan
pembelajaran yang sedang berlangsung
sebesar 100%. Berdasarkan tabel tersebut
dapat disimpulkan juga bahwa aktivitas
mengumpulkan data dengan mengerjakan
LKS dan membandingkan hasil generalisasi
antarkelompok data berada dalam rentang
waktu ideal, sedangkan aktivitas membuat
generalisasi dari masing-masing kelompok
data tidak berada pada rentang waktu ideal,
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
siswa
SMPN
1
Krian
aktif
dalam
pembelajaran.
Berdasarkan data hasil belajar pada aspek
pengetahuan dan keterampilan s, dapat
diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar
kelas untuk materi Belahketupat dan Layanglayang setelah menerapkan model Taba
sebesar 82,29. Nilai hasil belajar terendah
yang diperoleh siswa yaitu 72,4 dan nilai hasil
belajar tertinggi yang diperoleh siswa sebesar
95,2. Dengan model Taba yang menurut
Apriyanti (2014) didasarkan pada penalaran
induktif, siswa dapat menemukan sendiri
kesimpulan atau generalisasi dari hasil
observasi yang telah mereka lakukan.
Soedjadi (2000) berpendapat bahwa dalam
pembelajaran Matematika, terutama pada
jenjang SD dan SMP, masih sangat diperlukan
penggunaan pola pikir induktif. Dengan
demikian, siswa akan lebih mudah menguasai
konsep
yang
dipelajari
sehingga
memudahkan mereka dalam mengerjakan
soal-soal.
Persentase
ketuntasan
hasil
belajar
penguasaan materi di kelas VII-I SMPN 1 Krian
Sidoarjo secara klasikal sebesar 81,25%.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
kelas VII-I menguasai atau tuntas belajar
mengenai materi Belahketupat dan Layanglayang karena persentase ketuntasan hasil
belajar kelas lebih dari 80%.
Dalam
pembelajaran
matematika
menggunakan
model
Tabapada
materi
Belahketupat dan Layang-layang, siswa
Tahun
memberikan
respon
positif
terhadap
pengajaran yang dilakukan oleh guru. Dapat
diketahui juga bahwa siswa memberikan
respon yang positif terhadap LKS dan Tes
Hasil Belajar yang diberikan oleh guru.
Sebesar 83,59% siswa menyatakan setuju
bahwa LKS yang diberikan oleh guru
membantu mereka dalam memahami materi
Belahketupat
dan
Layang-layang
serta
88,28%
siswa
tidak
setuju
dengan
pernyataan bahwa LKS yang diberikan oleh
guru membingungkan.
Berdasarkan angket respon siswa yang
diberikan pada pertemuan keempat setelah
pembelajaran menggunakan model Taba
pada materi Belahketupat dan Layang-layang
selesai dilakukan, dapat diketahui bahwa
respon peserta didik terhadap penerapan
model Taba pada pembelajaran matematika
materi Belahketupat dan Layang-layang
mendapatkan persentase sebesar sebesar
83,44%. Dari hasil tersebut diperoleh bahwa
siswa mempunyai respon positif terhadap
penerapan model Taba pada pembelajaran
matematika materi Belahketupat dan Layanglayang.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan,
dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru
dalam
mengelola
pembelajaran
menggunakan model Taba termasuk dalam
kategori sangat baik dengan skor rata-rata
sebesar
3,69,
aktivitas
siswa
selama
mengikuti pembelajaran termasuk dalam
kategori kurang aktif dengan persentase ratarata aktivitas siswa selain berperilaku tidak
relevan dengan kegiatan pembelajaran yang
sedang berlangsung sebesar 100% dan
kesesuaian aktivitas siswa dengan waktu
ideal berada dalam kategori kurang sesuai,
hasil belajar siswa dilihat dari nilai kuis dan
tes hasil belajar yang menyatakan sebanyak
26 dari 32 siswa telah tuntas dalam materi
belahketupat
dan
layang-layang
serta
memperoleh persentase ketuntasan secara
klasikal sebesar 81,25%, dan respon siswa
terhadap pembelajaran termasuk kategori
positif dengan rata-rata presentase respon
sebesar 83,44%.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan
mengenai penerapan model Taba pada
136
Volume 3 No.5
2016
Tahun
Wahyudi, Endah Bekti. 2011. Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Teams–Achievement Divisions
(STAD)
untuk
Meningkatkan
Pemahaman Konsep Matematika pada
Materi
Persamaan
dan
Pertidaksamaan Kuadrat pada Peserta
Didik Kelas X Teknik Komputer
Jaringan (TKJ) di SMK 45 Wonosari .
Skripsi Tidak Diterbitkan. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Widdiharto, R. 2008. Diagnosis Kesulitan
Belajar Matematika SMP dan Alternatif
Proses Remidinya. Yogyakarta: Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Matematika.
pembelajaran
Matematika
materi
Belahketupat dan Layang-layang, maka
peneliti dapat memberikan saran bagi guru
yang ingin mengajarkan materi bangun
belahketupat
dan
layang-layang
untuk
menggunakan model Taba sebagai alternatif
dalam pembelajaran. Saran juga peneliti
berikan bagi peneliti yang akan melakukan
penelitian sejenis, sebaiknya memperhatikan
pelaksanaan tahapan model Taba pada
perangkat pembelajaran serta menelaah
kembali materi yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Chairani, Yuni. 2012. Desain Didaktis Konsep
Layang-Layang dan Belah Ketupat
Untuk
Siswa
SMP.
Thesis
tidak
diterbitkan.
Bandung:
Universitas
Pendidikan Indonesia.
Chasanah, Ulifatul. 2014. Diagnosis Kesulitan
Siswa Kelas VII Pada Materi Segiempat
Melalui Pembelajaran Remedial Dengan
Tutor Sebaya di MTsN 2 Tulungagung.
Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: UIN
Sunan Ampel.
Eggen, P. D., Kauchak, D. P., & Harder, R. J.
1979.
Strategies
for
Teachers:
Information Processing Models in the
Classroom. Englewood Cliffs, New
Jersey: Pretince/Hall International, Inc.
Fitri, Rahma. 2014. “Penerapan Strategi The
Firing
Line
pada
Pembelajaran
Matematika Siswa Kelas XI IPS SMA
Negeri 1 Batipuh”. Jurnal Pendidikan
Matematika. (online) Part 2. Vol. 3 (1):
18-22.
(ejournal.unp.ac.id/students/index.php/
pmat/article/download/.../906
diakses
pada 25 Februari 2016)
Apriyanti, Iis dan Gurning, Busmin. 2014.
Improving Students Achievement in
Reading Comprehension by Applying
The
Taba
Model.
Vol.3
No.1
(http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.
php/ellu/article/view/1396/1154
diakses pada 22 November 2015)
Lestari, Dewi. 2014. “Penerapan Teori Bruner
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Pembelajaran Simetri Lipat
di Kelas IV SDN 02 Makmur Jaya
Kabupaten Mamuju Utara”. Jurnal
Kreatif Tadulako. (Online) Vol. 3 (2):
hal.129-141
(jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKT
O/article/viewFile/2874/1962
diakses
pada 3 April 2016)
Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika
di
Indonesia.
Jakarta:
DirektoratJenderal Pndidikan Tinggi.
137
Volume 3 No.5
2016
138
Tahun