Bab 8 Pengolahan dan Wirausaha Produk Pembersih dari Bahan Nabati dan Hewani

(1)

Pengolahan dan Wirausaha

Produk Pembersih dari Bahan

Nabati dan Hewani

BAB 4

A. Mengenal Produk Pembersih dari Bahan

Nabati dan Hewani

Produk pembersih adalah produk yang fungsinya melepaskan kotoran dari permukaan benda maupun tubuh manusia. Terdapat berbagai jenis produk pem-bersih yang biasa digunakan di rumah tangga. Produk rumah tangga dapat dibagi menjadi produk yang digunakan untuk tubuh seperti sabun, sampo serta pasta gigi dan pembersih untuk perabot rumah tangga seperti sabun cuci pakaian, sabun cuci piring, pembersih kamar mandi, pembersih kaca dan lain-lainnya. Produk pembersih apa saja yang ada di rumahmu?

Produk pembersih yang digunakan untuk tubuh secara umum adalah: 1. sabun

2. sampo 3. pasta gigi

Produk pembersih yang digunakan untuk perabot di antaranya: 1. sabun cuci piring

2. sabun cuci pakaian

3. bubuk pembersih, yang sifatnya menggerus (contoh: abu gosok)

Manusia Produk

Pembersih

Mebel Pakaian

Lain-lain

Perabot Alat Makan

Sumber: Dokumen Kemdikbud

Bagan 4.1 Pengelompokan pembersih berdasar fungsinya


(2)

4. cairan pembersih lantai dan kamar mandi, mengandung zat pembunuh kuman (seperti lisol)

5. pembersih kaca/glass cleaner

6. wood polish, untuk membersihkan sekaligus mengkilapkan pernis mebel kayu 7. sampo untuk karpet

Produk pembersih juga dapat digolongkan menjadi pembersih tradisional dan pembersih modern. Pembersih tradisional memanfaatkan zat kimia alami secara langsung tanpa diolah dahulu. Contohnya susu kambing yang digunakan untuk mandi, dapat melepaskan sel kulit mati dan melembabkan kulit. Pembersih tradisional lain yang sangat terkenal adalah batang siwak untuk membersihkan gigi dan buah lerak untuk mencuci pakaian. Pembersih modern menggunakan bahan kimia alami maupun sintetis untuk diolah menjadi produk pembersih.

Produk Pembersih

Kimia Alami

Modern

Kimia Sintetis

Tradisional

Kimia Alami

Sumber: Dokumen Kemdikbud

Bagan 4.2 Pengelompokan Pembersih Tradisional dan Modern

Sumber: http://www.tamilnet.com/art.html?catid=98&artid=35345

Gambar 4.1 Pohon Siwak (Salvadore Persica)


(3)

Pengolahan

Sumber: http://www.biorient.fr/585-siwak-6291069206708.html

Gambar 4.2 Batang siwak untuk pembersih gigi

Tugas 1

Produk atau Cara Pembersih Khas Daerah

Tugas ini akan mengajak kita untuk lebih mengenal produk-produk dan cara-cara pembersih tradisional yang khas dari daerah di Indonesia.

Kegiatan 1

Perhatikan di sekitar lingkungan tempat tinggal dan sekolahmu. Adakah produk pembersih atau cara tradisional yang masih digunakan? Tanyakan kepada orang tua, nenek kakek atau sesepuh di daerahmu, apakah mereka mengetahui tentang produk pembersih atau cara tradisional yang digunakan di masa lalu? Kamu dapat juga mencari informasi dari buku dan internet. Catat hasil wawancaramu pada selembar kertas kerja.

Contoh Lembar Kerja

Pelaksanaan wawancara: (tanggal, bulan, tahun, jam, tempat) Narasumber: (boleh lebih

dari satu orang) Nama pembersih: Cara menggunakan: Fungsi pembersih: Bahan:

Cara pembuatan:

Kemasan yang digunakan: Catatan penting lainnya:


(4)

Produk pembersih juga dapat digolongkan menjadi pembersih tradisional dan pembersih modern. Pembersih tradisional memanfaatkan zat kimia alami secara langsung tanpa diolah dahulu contohnya susu kambing yang digunakan untuk mandi, dapat melepaskan sel kulit mati dan melembabkan kulit. Pembersih tradisional lain yang sangat terkenal adalah batang siwak untuk membersihkan gigi dan buah lerak untuk mencuci pakaian. Pembersih modern menggunakan bahan kimia alami maupun sintetis untuk diolah menjadi produk pembersih.

Kegiatan 2

Diskusikan di kelas bersama guru dan teman sekelasmu. Bila ada teman yang mendapatkan data tentang produk atau cara pembersih tradisional yang serupa, kalian dapat saling melengkapi catatan masing-masing untuk meng-hasilkan laporan yang lebih lengkap dan menyeluruh. Pikirkan potensi apa yang dapat dikembangkan dari proses pembuatan pembersih, kemasan maupun cara penjualannya.

Kegiatan 3

Bentuklah beberapa kelompok dalam kelas. Buatlah buku tempel (scrapbook) tentang produk atau cara pembersih tradisional tersebut. Buku disusun dengan runut dan menarik, tanyakan kepada guru bila ada kesulitan penyusunan. Lengkapi buku dengan teks, gambar, foto, bahan, atau material lain seperti daun atau bunga kering sesuai dengan materi, ide, dan kreativitas kelompok. Bagilah tugas sesuai dengan bakat dan keahlian masing-masing anggota kelompok.

Kegiatan 4

Pamerkan buku-buku tersebut pada pameran akhir semester di sekolahmu. Mintalah kritik dan saran dari guru dan siswa yang mengunjungi pameran, catatan setiap kritik dan saran dengan rapi. Kritik dan saran yang membangun, dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan hasil karya kalian di masa men-datang.


(5)

B. Bahan Nabati, Bahan Hewani dan

Bahan Pendukung

Produk pembersih dapat dibuat dari bahan kimia alami dan bahan kimia sintetis. Bahan alami terdiri atas nabati dan hewani. Bahan nabati adalah bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Bahan hewani adalah bahan yang berasal dari hewan. Bahan kimia sintetis diproduksi melalui proses kimia oleh industri produk kimia.

Material yang dengan fungsi pembersih dapat dibagi menjadi sabun, deterjen, dan material abrasif (bersifat seperti amplas).

1. Material Sabun

Bahan pembuat sabun terdiri atas material utama, yaitu lemak (asam lemak) dan bahan kimia basa kuat, yaitu natrium hidroskida (NaOH) dan kalium hidrok- sida (KOH) dengan air murni. Basa kuat yang sudah dilarutkan pada air akan menghasilkan alkalin. Asam lemak dan alkalin (dari NaOh atau KOH dengan H2O) bereaksi mengakibatkan proses saponiikasi yang menghasilkan sabun yang berfungsi sebagai pembersih. Untuk memberikan kenyamanan penggu-naan, sabun diberi warna dan pengharum. Sabun juga dapat dicampur dengan material pendukung untuk menghasilkan fungsi tambahan (misalnya antiseptik dan pengawet).

Bahan Baku Pembersih

Pewarna

Alami

Sintetis

Pengharum

Alami

Sintetis

Bahan Kimia Alami

Bahan Kimia Sintetis Material Utama

Lemak Nabati

Pendukung

Sintetis

Lemak Hewani Sumber: Dokumen Kemdikbud

Bagan 4.3 Material pembersih


(6)

a. Minyak

Minyak atau lemak sebagai bahan baku pembuatan sabun dapat berupa minyak/lemak nabati atau hewani. Jumlah minyak atau lemak yang digu-nakan dalam proses pembuatan sabun ditetapkan berdasarkan beberapa pertimbangan kelayakan ekonomi, spesiikasi produk (sabun tidak mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah larut), dan lain-lain. Berikut adalah jenis minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam pembuatan sabun.

- Tallow. Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri pengolahan daging sebagai hasil samping, selain hasil utamanya yaitu daging sapi. Kualitas dari tallow ditentukan dari warna, titer (temperatur solidiikasi dari asam lemak), kandungan FFA, bilangan saponiikasi, dan bilangan iodin. Tallow dengan kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan sabun mandi dan tallow dengan kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat adalah asam lemak yang paling banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA dari tallow berkisar antara 0,75-7,0%. Titer pada tallow umumnya di atas 40 °C. Tallow dengan titer di bawah 40 °C dikenal dengan nama grease.

- Lard. Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam lemak tak jenuh seperti oleat (60 ~ 65%) dan asam lemak jenuh seperti stearat (35 ~ 40%). Jika digunakan sebagai pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk mengurangi ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna putih dan mudah berbusa.

- Palm Oil (minyak kelapa sawit). Minyak kelapa sawit umumnya digu-nakan sebagai pengganti tallow. Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah kelapa sawit. Minyak kelapa sawit berwarna jingga ke- merahan karena adanya kandungan zat warna karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun, warnanya harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak kelapa sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digu-nakan sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak kelapa sawit harus dicampur dengan bahan lainnya.

Gambar pohon sawit Gambar buah sawit

Pengolahan


(7)

- Coconut Oil (minyak kelapa). Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui ekstraksi daging buah kelapa yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat, sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang dapat menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa juga memiliki kandungan asam lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat.

- Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit). Minyak inti kelapa sawit diperoleh dari biji kelapa sawit. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak yang mirip dengan minyak kelapa sehingga dapat digunakan sebagai pengganti minyak kelapa. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebih tinggi dan asam lemak rantai pendek lebih rendah daripada minyak kelapa.

- Palm Oil Stearine (minyak sawit stearin). Minyak sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan dari ekstraksi asam lemak dari minyak sawit yang sudah diolah dengan pelarut aseton dan heksana. Kandungan asam lemak terbesar dalam minyak ini adalah stearin.

- Marine Oil. Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine oil memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi sehingga harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan baku.

Gambar pohon kelapa

Gambar 4.4 Pohon kelapa dan buahnya

Gambar daging buah kelapa yang dikeringkan/kopra


(8)

- Castor Oil (minyak jarak). Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan digunakan untuk membuat sabun transparan.

- Olive oil (minyak zaitun). Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengan kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak zaitun memiliki sifat yang keras tetapi lembut bagi kulit.

- Campuran minyak dan lemak. Industri pembuat sabun umumnya mem-buat sabun yang berasal dari campuran minyak dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering dicampur dengan tallow karena memiliki sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa memiliki kandungan asam laurat dan

miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun mudah larut dan berbusa. Kandungan stearat dan palmitat yang tinggi dari tallow akan memperkeras struktur sabun.

Gambar pohon jarak

Gambar 4.5 Pohon jarak dan buahnya

Gambar biji pohon jarak

Gambar pohon zaitun

Gambar 4.6 Pohon zaitun dan buahnya

Gambar pohon zaitun


(9)

b. Kimia Basa

Material kimia basa yang digunakan untuk sabun rumah tangga adalah NaOH, dan KOH. NaOH yang dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida, digunakan untuk pembuatan sabun padat. KOH, dikenal juga dengan potasium hidroksida atau caustic potash, banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair. Sabun dengan bahan KOH tidak bisa padat, sehingga digunakan untuk membuat sabun cair. KOH terbuat dari abu tumbuhan (ash wood), sedangkan NaOH dari abu soda (soda-ash).

2. Material Detergen

Deterjen terbentuk dari senyama kimia alkyl benzene sulfonat (ABS) yang berasal dari pengolahan minyak bumi, direaksikan dengan natrium hidroksida

(NaOH), yaitu basa yang juga digunakan untuk sabun. Perbedaan sabun dan deterjen adalah sabun tidak dapat bekerja baik untuk pencucian dengan air sadah (air yang memiliki kandungan mineral tinggi, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat) dan air dingin, sedangkan deterjen sebagai pembersih dapat berfungsi baik pada air sadah dan air dingin.

3. Material Sampo

Bahan pembuat sampo dapat berupa bahan sabun atau deterjen. Sampo yang terbuat dengan bahan sabun terdiri atas material utama, yaitu lemak (asam lemak) dan bahan kimia basa kuat dengan air. Air yang digunakan sebaiknya air yang sudah melalui proses deionisasi atau air murni, untuk mencegah terjadinya reaksi ion yang dapat menurunkan kualitas produk sampo. Kimia basa yang digunakan pada sampo adalah kalium hidroksida (KOH). KOH yang sudah dilarutkan pada air akan menghasilkan alkalin. Asam lemak dan alkalin bereaksi mengakibatkanterjadinyaprosessaponiikasiyangberfungsisebagai pembersih. Sampo yang menggunakan deterjen sintetis di antaranya menggunakan senyawa natrium laurel sulfat (SLS) yang berfungsi mengatasi kesadahan air (kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air). Sampo untuk rambut berminyak memiliki kandungan deterjen yang lebih tinggi daripada sampo untuk rambut kering.

Sampo diberikan tambahan pewarna dan pengharum untuk memberikan kenyamanan penggunaan. Sampo juga dapat dicampur dengan material pendukung untuk menghasilkan fungsi tambahan seperti obat penghilang ketombe dan pengawet. Bahan pengawet dipakai untuk mencegah terben-tuknya mikroba pada produk. Beberapa jenis pengawet yang sering dipakai adalah EDTA (Ethylen Diamine Tetra Acetic), sodium benzoate, sodium salicylate, dan sebagainya. Garam atau natrium klorida (NaHC) dalam campuran shampoo

berperan untuk mengatur kekentalan.


(10)

Sampo juga dapat dibuat dari bahan-bahan natural yang sejak lama sudah digunakan secara tradisional, seperti merang, daun lidah buaya, jeruk nipis, telur, dan kulit buah nanas. Bahan-bahan tersebut umumnya langsung digu-nakan dengan cara dihaluskan terlebih dahulu. Bahan-bahan alami tersebut sangat berkhasiat dan membutuhkan pengolahan khusus agar dapat tahan lebih lama.

Sumber: Forum Kerjasama Agribisnis

Gambar 4.7 Pohon lidah buaya yang dibudidayakan

Sumber: http://berkerblog.blogspot.com/ 2013/08/manfaat-jeruk-nipis.html

Gambar 4.8 Buah jeruk nipis

Sumber: http://proinspector.blogspot.com/2013/06/manfaat-dan-efek-samping-nanas-serta.html

Gambar 4. 10 Buah nanas


(11)

3. Material Pasta Gigi atau Pembersih Gigi

Bahan utama untuk pasta gigi adalah bahan yang memilki sifat abrasif atau mengikis (seperti amplas). Abrasif yang digunakan dalam pasta gigi di antaranya adalah silica (SiO2), kalsium karbonat (CaCO3), dan baking soda. Umumnya pasta gigi mengandung luorida yang berfungsi sebagai pembunuh bakteri dan kalsium. Bahan alami yang dapat digunakan sebagai pembersih gigi adalah batang siwak yang memiliki kandungan zat fenol.

4. Lerak

Lerak adalah tumbuhan genus Sapindus, yang terdiri atas 13 spesies. Salah satunya adalah Sapindus rarak dari Asia Tenggara. Lerak atau Sapindus rarak

kadang disebut pula sebagai Soapberry atau Soapnut. Di Indonesia terdapat

Sapindus rarak De Candole yang dalam bahasa daerah dikenal dengan werek,

lamuran, rerek dan lain-lain, yang digunakan sebagai pembersih tradisional sejak dahulu. Kulit dan daging buah lerak yang sudah dihancurkan digunakan untuk mencuci kain batik. Lerak juga digunakan oleh masyarakat tradisional untuk mandi, keramas, dan membersihkan perhiasan seperti emas dan perak. Lerak yang digunakan adalah bagian buahnya. Buah lerak memiliki diameter

kurang lebih 1 cm. Kulit dan daging buah setebal sekitar 2 - 3 mm. Kulit dan daging buah ini membungkus biji yang juga bulat, berwarna hitam, berukuran sekitar 7 - 9 mm. Buah lerak tahan disimpan selama setahun bila dalam keadaan kering. Daging buah lerak mengandung zat saponin yang memiliki sifat alkaoid yang melarutkan kotoran. Biji lerak mengandung minyak.

Sumber: http://leraksoapnut.blogspot.com/2011/01/pohon-lerak-sapindus-mukorossi-soapnut.html

Gambar 4.11 Pohon lerak dan buahnya


(12)

C. Proses dan Alat Pengolahan Pembersih

Berbahan Nabati dan Hewani

1. Proses Pembuatan Produk Pembersih Sabun

Proses pengolahan produk pembersih adalah proses kimia yang terjadi pada bahan-bahan pembentuknya. Sabun merupakan hasil reaksi kimia dari pencampuran minyak dan larutan alkali dari basa yang dilarutkan ke dalam air murni. Pembuatan sabun dapat dibagi menjadi proses dingin (cold process), proses panas (hot process), larut-tuang (melt and pour), dan Rebatching/Triple milled. Larut-tuang adalah proses pembuatan sabun adalah dengan melarut-kan bahan sabun dasar (yang sudah jadi), menambahmelarut-kan esense pewangi dan warna serta penghias lain seperti kelopak bunga mawar, parutan kelapa yang sudah dikeringkan dan lain-lain. Perbedaan proses dingin dan proses panas adalah pada proses pencampuran larutan NaOH atau KOH (alkalin) dengan minyak. Pencampuran tersebut dapat dilakukan dengan atau tanpa pemana-san. Rebatcing adalah membuat sabun mulai dari proses pencampuran minyak dengan alkali hingga pewarnaan, pemberian pengharum, dan bahan lainnya. Proses pengolahan dengan bahan kimia membutuhkan ketepatan pengukuran material/bahan yang akan digunakan, ketepatan penggunaan alat, dan harus menggunakan pelindung untuk memastikan tubuh kita aman dari kemung- kinan terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh bahan dan reaksi kimia yang terjadi.

Sumber: http://sapinduslerak.wordpress.com/jual-stock-lerak/

Gambar 4.12 Buah lerak


(13)

Prosedur pembuatan produk pembersih terdiri atas persiapan sarana kerja (tempat dan alat keselamatan kerja), persiapan bahan, pelaksanaan pembuatan produk, pembersihan dan perapian alat dan tempat kerja. Alat kerja dan tempat kerja harus dibersihkan dari bahan-bahan kimia yang digunakan. Bahan kimia harus disimpan di tempat dengan temperatur sedang (sejuk) dan aman, sesuai dengan petunjuk yang terdapat pada kemasan bahan kimia.

a. Penggunaan Alat Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Alat K3 untuk pembuatan produk pembersih adalah pelindung mata (goggle), masker, sarung tangan karet, dan apron. Gunakan alat keselamatan kerja sebelum proses dimulai. Disarankan untuk tidak menggunakan perhi-asan seperti gelang atau lainnya yang akan mengganggu kerja dan meng-gunakan baju lengan panjang untuk melindungi tubuh secara lebih optimal.

Sumber: http://www.teachersource.com/product/youth-safety-glasses/lab-equipment, http://www.piscesart.co.uk/shops/piscesart/Products/PD1936582/alibaba.com, http:// emblematic.co.uk/schools/heaton-manor/hm-unicol-apron-crm.html

Gambar 4.13 Pelindung mata, masker, sarung tangan karet, dan apron


(14)

b. Persiapan Tempat dan Alat Kerja

Pada proses pembuatan sabun, ruang kerja harus memiliki aliran udara yang baik, atau beberapa proses dapat dilakukan di luar ruangan. Tempat kerja harus bebas dari gangguan atau benda-benda lain yang tidak berhubungan dengan proses dan cukup leluasa. Alat yang dibutuhkan untuk proses pem-buatan sabun dapat dikelompokkan sesuai tahapan kerja.

Alat untuk mengukur material dan suhu

- Termometer panas/termometer untuk memasak - Timbangan digital

- Wadah untuk setiap bahan yang akan ditimbang

Alat untuk membuat campuran air dengan basa keras

- Sendok kayu atau batang pengaduk - Gelas ukur berbahan plastik

Alat untuk mencampur minyak dengan larutan alkalin

- Panci stainless steel untuk wadah minyak dan larutan alkalin - Panci yang lebih besar (untuk double boiler pada proses panas/

hot process)

- Sendok kayu atau batang pengaduk

- Alumnium foil (untuk menutup panci pada proses panas) - Pengocok telur atau mixer

g

Sumber: http://timbangandigital3.webs.com/, www.amazon.com

Gambar 4.14 Timbangan dan termometer digital

Sumber: http://www.wikihow.com/Make-a-Double-Boiler-%28Bain-Marie%29

Gambar 4.15 Membuat double boiler


(15)

Alat untuk pembentukan dan pengeringan sabun

- Sendok logam/kayu

- Cetakan (bisa terbuat dari plastik, silikon, atau wadah bekas kemasan minuman (tidak mengandung alumunium)

- Pisau lebar atau kape

- Alas potong atau talenan - Alas berjeruji

c. Persiapan Bahan

Pada tahap persiapan bahan, semua bahan ditimbang dengan teliti sesuai resep sabun yang akan dibuat. Jangan mengukur bahan dengan satuan volume (seperti satu sendok makan, ½ gelas), melainkan gunakan ukuran berat seperti gram atau ons. Pastikan kamu menggunakan satuan yang sama untuk setiap bahan. Jika NaOH diukur dengan gram, minyak diukur dengan satuan gram.

Sumber: http://www.soap-blog.com/2010/06/question-soap-cutters.html

http://www.aliexpress.com/store/product/Fluted-soap-cutter-wavy-cutter/502970_566921532.html, www.ebay.com

Gambar 4.16 Pemotong Sabun

Sumber: http://www.productcareuk.com/holme-min-oven-with-hob-replacement-grill-rack.html

Gambar 4.17 Alas berjeruji


(16)

d. Proses Pembuatan

Tabel 4.1 Perbedaan Proses Dingin dan Panas pada Pembuatan Sabun

Proses dingin (cold process) Proses panas (hot process)

1 Masukan NaOH atau KOH ke dalam air murni, sedikit demi sedikit. Campuran NaOH atau KOH dengan air akan mengeluarkan kalor/panas. Aduk hingga tercampur rata. Sisihkan.

2 Campurkan jenis-jenis minyak yang akan digunakan (misalnya minyak kelapa dengan minyak olive), aduk hingga rata.

Campurkan jenis-jenis minyak atau lemak (padat) yang akan digunakan di dalam double boiler dengan api sedang, aduk tercampur rata. 3 Ukur suhu cairan alkalin (campuran NaOH atau KOH dengan air) 4 Samakan suhu cairan alkali dan campuran minyak dengan

memanaskan minyak (misalnya cairan alkali bersuhu 60 0C, minyak harus memiliki suhu antara 51o-68 0C).

5 Angkat panci dari double boiler.

6 Masukkan larutan alkalin ke dalam minyak, lalu aduk dengan menggunakan mixer kecepatan rendah (dapat pula dengan pengocok telur) hingga tercampur rata.

7 Aduk dengan mixer selama 10 -15 menit.

Masukkan panci kembali ke double boiler. Tutup panci kecil dengan lembaran aluminium agar dimasuki uap air dari air mendidih. Tutup keseluruhannya (kedua panci) dengan lembaran aluminium agar air tidak habis menguap. Biarkan dalam keadaan tertutup selama pemanasan (selama kurang lebih 1,5 – 2 jam).

Buka dan aduk setiap 15 menit. Untuk memastikan bahwa sabun sudah netral, ambil sedikit lalu campurkan dengan air bersih. Jika campurannya keruh seperti susu, artinya proses pemanasan masih harus dilakukan. Sabun netral jika dicampur dengan air menjadi cenderung transparan. Setelah sabun netral, angkat dari api.

Aduk untuk mendinginkan sabun hingga bersuhu + 60 0C.

8 Masukkan esens pewangi

(sebagian pewangi akan menguap pada suhu di atas 60 0C). 9 Aduk rata.

10 Tuangkan pada cetakan.


(17)

2. Proses Pembuatan Produk Pembersih Sampo

Proses pembuatan sampo secara prinsip serupa dengan pembuatan sabun dengan proses panas. Perbedaannya penggunaan KOH sebagai basa kuat, dengan minyak nabati. Pemanasan dilakukan hingga sabun sangat kental dan cenderung transparan, disebut dengan sabun nabati (castille soap). Sabun tersebut kemudian dilarutkan dengan air murni yang mendidih dan didiamkan satu malam hingga menjadi sabun nabati cair. Sabun nabati cair dicampurkan dengan bahan-bahan lain untuk khasiat yang diinginkan sesuai dengan jenis rambut.

3. Proses Pembuatan Produk Pembersih Pasta Gigi

Pembuatan pasta gigi secara sederhana hanya mencampurkan bahan-bahan yang dibutuhkan ke dalam satu wadah. Salah satu resep sederhana pembuatan pembersih pasta gigi adalah mencampurkan 4 sendok makan soda kue (fungsi absrasi, membersihkan dan menyerap bau), 4 sendok makan minyak kelapa (antibakteri) dan aroma (misalnya minyak peppermint), ke dalam satu buah toples kaca yang memiliki tutup, aduk hingga rata. Tutup rapat toples setelah penggunaan karena bahan soda kue bersifat menyerap bau.

4. Pembuatan Pembersih dari Lerak

Buah lerak dapat langsung digunakan dengan cara menggosokkan daging buah lerak yang sudah kering pada permukaan kain batik. Selain digunakan langsung, pembersih dari lerak yang dapat dikemas dengan baik dan menjadi produk wirausaha.

Pengolahan

11 Tutup cetakan dengan plastik dan lapisi dengan handuk atau selimut untuk menahan panas, untuk membantu proses

saponiikasi. Diamkan selama 24 jam.

Sabun sudah siap digunakan karena proses netralisasi sudah terjadi melalui proses pemanasan pada double boiler.

12 Keluarkan sabun dari cetakan.

13 Potong sesuai bentuk dan ukuran yang diinginkan. 14 Letakkan semua potongan sabun pada alas jeruji. 15 Diamkan selama 4-6 minggu,

hingga sabun proses saponiikasi terjadi sempurna (netral) dan sabun menjadi keras.

Diamkan selama beberapa minggu, hingga sabun menjadi keras.


(18)

Membuat Pembersih dari Lerak

Bahan:

- 20 butir lerak kering yang telah dipotong-potong dan dibuang bijinya - 2 liter air

- Minyak Atsiri (tambahan) Alat:

- Panci - Kompor

- Batang pengaduk - Kain halus

- Wadah - Corong - Botol Cara:

A. Membuat Larutan Inti1. Siapkan semua

bahan, alat, dan tempat kerja.

2. Rebus 20 butir lerak kering yang telah dibuang bijinya di dalam 2 liter air.

3. Biarkan mendidih selama 20 menit dengan api kecil. 4. Matikan kompor.

5. Saring air hasil rebusan dengan kain halus. 6. Masukkan ke dalam wadah.

Larutan Inti Lerak dapat bertahan selama 7 hari .

B. Larutan Pembersih

- setengah liter (500 m) larutan inti lerak dicampur dengan 15 liter air, untuk mencuci pakaian.

- Campuran larutan inti dengan air, 1 : 10 ditambahkan dengan 2 tetes minyak atsiri, untuk pembersih perabot.

- Larutan inti 50 ml dicampur dengan 1 liter air untuk mengepel lantai.

Tugas 2


(19)

D. Cara Merancang Produk Pembersih dari

Bahan Nabati dan Hewani

1. Mencari Ide

Ide tidak datang begitu saja. Kita harus melakukan beberapa riset atau peneli-tian terkait dengan ketersediaan bahan dan alat, peluang pasar dari produk pembersih bahan nabati dan hewani, serta yang tak kalah penting adalah riset atau percobaan untuk menemukan resep-resep baru dari produk pembersih. Ide perancangan produk pembersih dari bahan nabati dan hewani yang dilaku-kan dapat berupa variasi resep pembuatan pembersih yang sudah ada seperti pembuatan bentuk sabun yang unik, penggunaan warna dan pembuatan motif sabun, penambahan aroma dan lain-lain atau penemuan berdasarkan perco-baan/eksperimen terhadap bahan untuk menemukan resep dan khasiat yang baru.

Rancangan modiikasi atau penyempurnaan dari pembuatan produk pem-bersih dengan resep yang sudah ada dapat diawali dengan berlatih menggu-nakan resep tersebut hingga kita memahami potensi pengembangannya. Carilah potensi khas daerah, misalnya potensi tanaman untuk aroma dan warna atau hewan untuk ide bentuk yang dibuat. Pikirkan juga ide pengemasan yang sesuai dengan produk pembersih yang akan dibuat.

2. Percobaan

Pada pembuatan produk pembersih, perencanaan produksi tidak dapat dilaku-kan sebelum didapat resep atau rumusan dan teknik yang tepat untuk pengo- lahannya. Perancangan produk pembersih harus dilakukan dengan sabar melalui berbagai percobaan dan eksperimen yang bisa jadi harus dilakukan berulang-ulang hingga mendapatkan resep ramuan pembersih yang tepat. Selalu ingat untuk mencatat setiap eksperimen yang dilakukan, serta menjaga kesehatan dan keselamatan kerja (K3).

3. Perencanaan Produksi

Rancangan proses pembuatan produk pembersih yang akan dilakukan dimulai dengan pengadaan dan persiapan bahan serta peralatan, langkah-langkah pada proses pembuatan produk pembersih hingga pengemasan. Buatlah perancangan secara mendetail meliputi waktu, sarana, dan proses yang harus dilakukan.


(20)

4. Pembuatan Produk Pembersih dari Bahan Nabati dan Hewani

Pembuatan produk pembersih dilakukan sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Lakukan setiap tahapan proses dengan hati-hati dan teliti. Kesalahan pada salah satu tahapan akan memengaruhi kualitas produk akhir. Lakukan pula evaluasi pada setiap produk yang dihasilkan untuk memastikan kualitas produk. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk perbaikan proses pembuatan produk pembersih berikutnya. Ingatlah selalu untuk memperhatikan kesela-matan kerja dan kebersihan agar menghasilkan produk pembersih yang higienis, menarik, dan berkualitas.

E. Pengemasan Produk Pembersih dari Bahan

Nabati dan Hewani

Fungsi utama kemasan adalah untuk melindungi produk, memberikan informasi, dan memberikan daya jual. Saat ini kemasan tidak hanya dituntut untuk me- menuhi fungsi tersebut, namun kemasan juga harus ramah lingkungan. Kemasan yang ramah lingkungan adalah yang penggunaan bahannya sedikit (reduce), berasal dari bahan yang dapat didaur ulang (recycle), dapat digunakan ulang (reuse), dan sedapat mungkin menggunakan material yang dapat terurai di tanah, seperti kertas atau bahan alami lainnya.

Sumber: http://teachsoap.com/2012/04/02/ dream-catcher-swirl-soap/

Gambar 4.19 Motif dan Warna Sabun yang Menarik

Sumber: http://flarepapernstyle.blogspot.com/

Gambar 4.20 Kemasan Sabun Khas Daerah

Pengolahan

Sumber: http://wanelo.com


(21)

Bentuk kemasan bergantung pada produk pembersih yang diwadahinya. Pem-bersih yang bentuknya solid seperti sabun batang, dapat dikemas dengan pem-bungkus seperti kertas atau plastik lembaran. Pembersih yang berbentuk bubuk biasanya dikemas dalam kardus atau toples. Pembersih yang berupa cairan dapat dikemas dengan botol kaca, botol plastik maupun pouch. Selain bentuk, kemasan juga dapat dibuat dengan material yang unik, dengan warna dan gambar yang menarik seperti contoh-contoh berikut ini.

Sumber: http://lovelypackage.com/french-paper-pop-ink-soap/

Gambar 4.21 Kemasan karton dengan penataan gambar yang menarik

Sumber: http://www.shelterriic.com/2010/04/26/

love-of-packaging-compagnie-de-provence-limited-edition-liquid-soap

Gambar 4.22 Kemasan botol dan karton dengan penataan gambar yang menarik

Sumber: http://www.noformulae.com/work/ packaging-design-for-bodyshine-from-the-house-of-mg/

Gambar 4.23 Kemasan sabun seperti batu alam


(22)

berikut ini.

Sumber: http://www.cooljanedesign.com/?m=201010 http://www.soapisbeautiful.com/archives/tag/design

Gambar 4.24 Kemasan sabun dari kertas

Sumber: http://lovelypackage.com/student-work-steven-williams/

Gambar 4.25 Kemasan dari karung bekas

Sumber:http://amomentwithamanda.blogs.gastongazette.com/10068/making-laundry-soap/ http://www.sealspout.com/powdered-soap-packaging.html

Gambar 4.26 Kemasan Toples dan Karton untuk Sabun Bubuk


(23)

dan berkualitas.

Sumber: http://www.yankodesign.com/2010/07/02/automatic-funnel/

Gambar 4.27 Botol sabun unik dengan corong

Sumber: http://www.behance.net/gallery/SkinClays-by-KAI/3856425

Gambar 4.28 Wadah sabun cair dari botol bekas


(24)

berikut ini.

Sumber: http://www.treehugger.com/sustainable-product-design/

new-soap-old-bottle-detergents-now-come-in-a-heineken-coke-or-dr-pepper-bottle.html

Gambar 4.29 Penggunaan ulang (reuse) botol limun untuk produk pembersih

Sumber: http://www.behance.net/gallery/THIS-Toothbrush/939513

Gambar 4.30 Desain kemasan siwak, karya leen sadder


(25)

dan berkualitas.

Tugas 3

Membuat Wadah Sabun dari Toples dan Botol Bekas Bahan:

- Dispenser sabun (botol sabun cair bekas) - Botol selai

- Lem

Alat:

- Gunting - Bor

Tahap 1: Lubangi/bor tutup Tahap 2: Potong botol plastik botol selai. bekas pada bagian atas.


(26)

berikut ini.

Tahap 3: Rapikan bagian atas botol bekas yang sudah dipotong.

Tahap 4: Pastikan bagian atas botol plastik dapat masuk ke lubang yang dibuat pada tutup wadah selai.

Tahap 5: Masukkan bagian atas botol plastik ke dalam tutup wadah selai.

Tahap 6: Kuatkan dengan lem.


(27)

dan berkualitas.

Tahap 7: Biarkan hingga lem mengeras.

Tahap 8: Pasang pompa botol plastik pada bagian atas botol.

Tahap 9: Pasangkan tutup wadah selai. Wadah siap untuk digunakan.


(28)

F. Wirausaha di Bidang Pengolahan Produk

Pembersih dari Bahan Nabati dan Hewani

1. Stimuli dan Motivasi Berwirausaha di Bidang Pengolahan

Produk Pembersih Berbahan Nabati dan Hewani

Indonesia memiliki keragaman hewan dan tumbuhan yang dapat diolah menjadi beragam produk, di antaranya produk pembersih. Perhatikan ling- kungan sekitar tempat tinggalmu. Apabila kamu tinggal di wilayah pantai, amati dan pikirkan keragaman bahan nabati dan hewani yang berasal dari laut. Apabila kamu tinggal di pegunungan, amati dan pikirkan beragam bahan nabati dan hewani yang hidup dan tumbuh di sana. Apabila kamu tinggal di padang savana, pikirkan potensi nabati dan hewani apa yang ada di sana. Kekayaan alam Indonesia patut disyukuri dengan menjaga kelestarian dan memanfaatkannya dengan bijak.

Kekayaan fauna dan lora Indonesia dapat dimanfaatkan menjadi berbagai produk melalui teknik-teknik pengolahan. Setiap daerah memiliki sumber daya fauna dan lora yang khas, yang dapat diolah menjadi produk nonpangan, di antaranya produk pembersih. Produk pembersih, terutama produk pembersih alami yang tidak berbahaya bagi lingkungan, saat ini dan di masa datang sangat sesuai dengan makin tingginya kepedulian kita terhadap kelestarian bumi. Produk pembersih alami potensial untuk dijadikan wirausaha karena selain diminati oleh kita sendiri juga diminati oleh orang-orang di daerah lain bahkan negara lain.

Pengolahan produk pembersih alami pada umumnya mudah dan sederha-na, serta dapat dikembangkan menjadi wirausaha dengan kreativitas dan ide inovatif. Produk pembersih memiliki fungsi utama untuk melepaskan noda, namun dengan pengolahan dan pembuatan kemasan yang kreatif, dapat memberikan nilai tambah. Wirausaha juga tidak mengenal usia. Jika, ada yang bertanya kapan seseorang sebaiknya memulai wirausaha, maka jawabnya adalah: sekarang.

2. Dasar Kewirausahaan

Wirausaha berasal dari kata wira dan usaha. Arti kata wira adalah pejuang, utama, gagah, berani, teladan, dan jujur. Arti kata usaha adalah kegiatan yang dilakukan. Pengertian wirausaha adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun kegiatan untuk mengadakan produk baru, mengatur permodalan serta memasarkannya. Pelaku wirausaha disebut wirausahawan atau entrepreneur. Kegiatan yang bersifat kewirausahaan misalnya:


(29)

a) Menghasilkan produk baru dengan cara baru pula.

b) Menemukan peluang pasar baru dengan menghasilkan produk baru pula. c) Mengkombinasikan faktor-faktor produksi dengan cara baru.

d) Mendukung budaya yang mendorong eksperimen yang kreatif. e) Mendorong perilaku eksperimen dll.

Wirausaha adalah seorang yang mandiri, yaitu orang yang memiliki perusa-haan sebagai sumber penghasilannya. Dengan perkataan lain ia tidak meng-gantungkan diri untuk penghasilannya kepada orang lain. Wirausaha adalah kegiatan yang sangat mulia, karena selain bisa menghidupi dirinya sendiri dan keluarganya, juga banyak dampak positif lainnya dari aktiitasnya, diantaranya adalah :

a) Menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat,

b) Memanfaatkan sumber-sumber bahan baku yang belum digunakan sehingga menjadi bermanfaat bagi masyarakat,

c) Sumber devisa bagi pemerintah, dan

d) Secara keseluruhan mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Kewirausahaan, seperti tercantum dalam lampiran Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusahan Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995, adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta mene- rapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan eisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Entrepreneurship adalah sikap dan perilaku yang melibatkan keberanian mengambil risiko, kemampuan berpikir kreatif dan inovatif.

Kewirausahaan adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru secara kreatif dan inovatif untuk mewujudkan nilai tambah (Overton, 2002). Kreatif berarti menghasilkan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya, misalnya membuat wirausaha pengolahan produk sabun dengan aroma, bentuk dan kemasan yang belum pernah ada sebelumnya. Inovatif berarti memperbaiki, memodiikasi, dan mengembangkan sesuatu yang sudah ada, seperti memberi

-kan tambahan aroma baru pada produk pembersih dan membuat kemasan baru yang unik untuk produk pembersih yang sudah ada. Nilai tambah berarti memiliki nilai lebih dari sebelumnya. Nilai tambah suatu produk diperoleh dari inovasi dan kreatiitas dalam mengembangkan produk, dalam hal ini produk pembersih dari bahan nabati dan hewani.


(30)

3. Karakter dan Sikap Kewirausahaan

Sikap yang harus ada dalam jiwa seorang wirausahawan adalah kreativitas, inisiatif, dan percaya diri. Ciri-ciri seorang wirausahawan adalah:

a. Percaya diri (self confidence)

Kepercayaan diri adalah sikap yang harus dimiliki wirausahawan. Sikap percaya diri dimiliki bila seseorang mengenali keunggulan maupun kelema-han dirinya. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai dapat menambah kepercayaan diri seseorang. Seorang wirausahawan, agar memiliki keper-cayaan diri yang tinggi, harus mengenali dirinya serta memiliki pengeta-huan dan keterampilan. Pengalaman dalam berusaha, mengalami keberhasi-lan dan mengatasi kegagakeberhasi-lan juga dapat menambah kepercayaan diri seseorang. Kepercayaan diri akan memengaruhi gagasan, karsa, inisiatif, kreativitas, keberanian, ketekunan, semangat kerja, kegairahan berkarya.

b. Berorientasi tugas dan hasil

Seseorang yang berorientasi pada tugas dan hasil artinya selalu menguta-makan tugas atau pekerjaan untuk memperoleh hasil yang baik. Kerja dilakukan dengan tekun dan sungguh-sungguh serta dengan semangat pantang menyerah, sehingga hasil yang dicapai memiliki kualitas/mutu yang baik.

c. Keberanian mengambil risiko

Usaha kreatif dan inovatif adalah membuat sesuatu yang belum ada sebe- lumnya, untuk itu membutuhkan keberanian untuk mengambil risiko. Keberanian mengambil risiko harus dilengkapi dengan kemampuan mem-pertimbangkan dan membuat rencana-rencana untuk mengatasi setiap risiko yang akan dihadapi.

d. Kepemimpinan

Seorang wirausahawan harus memiliki sifat kepemimpinan dan ketela- danan. Wirausahawan dalam harus mengatur pengadaan bahan baku, pengolahan, pengemasan hingga pemasaran, distribusi dan penjualan. Seluruh proses tersebut dapat melibatkan orang lain, sehingga seorang wirausahawan harus mampu memimpin, mengatur dan memberikan contoh keteladanan untuk orang-orang yang bekerja bersamanya.

e. Berorientasi ke masa depan

Wirausahawan harus memiliki pandangan dan pemikiran ke masa depan, artinya memiliki kemampuan untuk mengenali peluang serta kondisi yang akan muncul di masa depan. Orienstasi ke depan akan menjadi dasar mun-culnya ide kreatif dan inovatif, membuat sesuatu yang baru dan berbeda dari yang sudah ada sekarang.


(31)

f. Keorisinalitas: Kreativitas dan Inovasi

Proses kreatif dan inovatif tersebut biasanya diawali dengan munculnya ide-ide dan pemikiran baru untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Baik ide, pemikiran, maupun tindakan kreatif tidak lain untuk men-ciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Sesuatu yang baru dan berbeda merupakan nilai tambah barang dan jasa yang menjadi sumber keunggulan untuk dijadikan peluang.

Wirausahawan yang inovatif adalah orang yang memiliki ciri-ciri berikut. - Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini, meskipun

cara tersebut cukup baik

- Selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaannya

- Selalu ingin tampil berbeda atau selalu memanfaatkan perbedaan Syarat untuk menjadi wirausahawan yang berhasil adalah seperti berikut. - Memiliki sikap mental yang positif

- Memiliki keahlian di bidangnya - Mempunyai daya pikir yang kreatif

- Rajin mencoba hal-hal yang baru (inovatif)

- Memilliki semangat juang yang tinggi (motivasi) dan komitmen yang tinggi

- Mampu mengantisipasi berbagai risiko dan persaingan

4. Faktor Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan Wirausaha

Pengolahan Produk Pembersih dari Bahan Nabati dan Hewani

Keberhasilan suatu wirausaha ditentukan oleh berbagai faktor, baik dari keterampilan, kemampuan wirausahawan dalam menghadapi tantangan dan memecahkan masalah, maupun faktor-faktor lain yang ada di luar dirinya. Untuk memahami faktor-faktor penentu keberhasilan tersebut, kita akan bela-jar dari pengalaman wirausahawan yang bergerak di bidang pengolahan bahan pembersih dari bahan nabati dan hewani yang terdapat di daerah lingkungan sekitar rumah dan sekolah.

Tugas 4

Pengamatan Wirausaha Pengolahan Produk Pembersih Berbahan Nabati dan Hewani

Langkah-langkah yang dilakukan:

a. Mengumpulkan Data

Setiap kelompok melakukan kegiatan penelitian dengan metode observasi (pengamatan lapangan), dan wawancara tentang usaha/industri pengolahan produk pembersih.


(32)

membuat sesuatu yang baru dan berbeda dari yang sudah ada sekarang. Data tentang produk pembersih yang dihasilkan meliputi: sejarah, bahan, alat, teknik dan prosedur pembuatan produk. Usaha/industri pengolahan meliputi; sejarah atau motivasi perusahaan/teknisi membuat produk pembersih, jumlah pekerja, sistem/pola kerja, pasar sasaran dari produk pembersih tersebut, keberhasilan dan kegagalan wirausaha produk pembersih yang pernah dialami.

Lembar Pengamatan dan Wawancara (contoh)

Nama Industri :

Jenis Produk :

Tanggal wawancara dan observasi

:

Sejarah industri :

Produk Pembersih:

Bahan utama :

Bahan pendukung :

Alat :

Teknik dan prosedur produksi secara umum

:

Teknik khusus :

Perusahaan/industri Sejarah atau motivasi perusahaan

:

Jumlah pekerja :

Sistem/pola kerja :

Pasar sasaran :

Keberhasilan :

Kegagalan :

Catatan lain :


(33)

G. Membuat Produk Pembersih dari Bahan

Nabati khas Daerah

Proyek 1

Membuat Sabun Alami dengan Proses Dingin (cold process)

Sabun yang kita pakai sehari-hari mengandung bahan kimia buatan. Kita juga dapat membuat sabun alami dengan bahan nabati. Kita dapat membuat sabun alami sendiri dan membentuknya sesuai dengan keinginan. Pada tugas ini kita akan membuat sabun dari bahan-bahan nabati. Sabun yang kita buat nanti dapat kita kemas sesuai dengan keinginan dan ide kreatif masing-masing.

Ingatlah untuk menggunakan alat kesehatan dan keselamatan kerja (K3) sebelum proses pembuatan dimulai.

Bahan-Bahan:

- 74 gr NaOH - 210 g Air murni - 235 gr Minyak zaitun - 150 gr Minyak kelapa - 100 gr Minyak sawit

- 10 cc Esens pewangi (sesuai selera)

Alat:

- Cetakan plastik, silikon atau karton bekas kemasan (tanpa lapisan logam) - Pemotong sabun

- Batang pengaduk untuk NaOH + air murni

- Sendok kayu untuk mengaduk larutan NaOH (alkalin) + minyak - Wadah untuk setiap bahan yang akan ditimbang

- Gelas ukur berbahan plastik untuk melarutkan NaOH - Alas potong

- Alas berjeruji

b. Membuat laporan hasil pengamatan

Buatlah laporan dari hasil pengamatan dan wawancara yang telah dilaku-kan. Laporan ditulis dengan rapi, boleh dilengkapi dengan skema dan gambar. Pada bagian akhir, tuliskan kesan dan pendapatmu tentang produk pembersih ataupun perusahaan/industri produk pembersih tersebut. Buatlah laporan seteliti dan semenarik mungkin.


(34)

o

- Plastik wrap

- Handuk atau selimut bekas - Termometer

- Mixer

- Panci stainless steel

- Panci yang lebih besar (untuk double boilling)

- Timbangan (timbangan digital lebih baik agar menghasilkan pengukuran yang tepat)

- Kompor

Cara Membuat:

a. Masukan 74 gr NaOH ke dalam 210 g air murni, sedikit demi sedikit. Aduk hingga tercampur rata. Sisihkan.

b. Campurkan 235 gr minyak zaitun, 150 gr minyak kelapa dan 100 gr minyak sawit pada wadah stainless steel, aduk hingga rata. Gunaka sendok kayu untuk mengaduk.

c. Ukur suhu cairan alkalin (campuran NaOH dan air murni).

d. Samakan suhu cairan alkali dan campuran minyak, dengan memanaskan minyak (misalnya cairan alkali bersuhu 60 C, minyak harus memiliki suhu antara 51-68 oC).

e. Masukkan larutan alkalin ke dalam minyak, lalu aduk dengan menggunakan

mixer kecepatan rendah (dapat pula dengan pengocok telur) hingga tercampur rata.

f. Aduk dengan mixer selama 10-15 menit.

g. Masukkan esens pewangi (sebagian pewangi akan menguap pada suhu di atas 60 oC).

h. Aduk rata.

i. Tuangkan pada cetakan.

j. Tutup cetakan dengan plastik dan lapisi dengan handuk atau selimut untuk menahan panas, untuk membantu proses saponiikasi. Diamkan selama 24 jam. k. Keluarkan sabun dari cetakan.

l. Potong sesuai bentuk dan ukuran yang diinginkan. m. Letakkan semua potongan sabun pada alas jeruji.

n. Diamkan selama 4-6 minggu, hingga sabun proses saponiikasi terjadi sempurna (netral) dan sabun menjadi keras.

o. Sabun siap dikemas.


(35)

Proyek 2

Membuat Rancangan Kemasan Produk Pembersih

Kalian boleh membuat kemasan untuk produk pembersih yang dibuat pada Proyek 1 atau produk pembersih lain yang ada di sekitarmu.

Kegiatan 1. Mengetahui, Mengenali, Memahami, dan Mengempati Catatan pengamatan (contoh)

Kegiatan 2. Pengembangan Kemasan Produk Pembersih

1. Pikirkan material alami (daun, serat, pelepah dll.) atau buatan (botol kaca, botol plastik, toples dll.) yang mudah didapatkan di lingkungan sekitar.

2. Ambil beberapa jenis material.

3. Buatlah kemasan yang sesuai dengan produk pembersih yang ada, sesuai dengan idemu. Ingat prinsip-prinsip desain kemasan yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.

Bahan:

- Kertas gambar - Bahan/material - Bahan perekat

Alat:

- Pensil

- Penggaris/meteran - Alat potong bahan

Produk Pembersih:

Dimensi/Volume Sifat: Padat/Cair/Serbuk Catatan (hal yang diperhatikan atau ide yang dimiliki)

Pasar sasaran/pengguna

Jenis Kelamin Usia

Tingkat Ekonomi Warna yang disukai dll


(36)

Kegiatan 3. Membuat Presentasi dan Evaluasi

Setiap individu membuat presentasi tentang Desain Kemasan Produk Pembersih yang sudah dibuat. Siswa-siswa lain dan guru memberikan apresiasi untuk produk yang dihasilkan. Siswa-siswa lain dan guru dapat mengajukan pertanyaan untuk mengetahui lebih jauh proses pembuatan dan hal-hal lain yang terkait dengan desain kemasan yang dihasilkan. Siswa-siswa dan guru juga boleh memberikan masukan dan saran untuk pengembangan produk kemasan tersebut.


(1)

f. Keorisinalitas: Kreativitas dan Inovasi

Proses kreatif dan inovatif tersebut biasanya diawali dengan munculnya ide-ide dan pemikiran baru untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Baik ide, pemikiran, maupun tindakan kreatif tidak lain untuk men-ciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Sesuatu yang baru dan berbeda merupakan nilai tambah barang dan jasa yang menjadi sumber keunggulan untuk dijadikan peluang.

Wirausahawan yang inovatif adalah orang yang memiliki ciri-ciri berikut. - Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini, meskipun

cara tersebut cukup baik

- Selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaannya

- Selalu ingin tampil berbeda atau selalu memanfaatkan perbedaan Syarat untuk menjadi wirausahawan yang berhasil adalah seperti berikut. - Memiliki sikap mental yang positif

- Memiliki keahlian di bidangnya - Mempunyai daya pikir yang kreatif

- Rajin mencoba hal-hal yang baru (inovatif)

- Memilliki semangat juang yang tinggi (motivasi) dan komitmen yang tinggi

- Mampu mengantisipasi berbagai risiko dan persaingan

4. Faktor Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan Wirausaha

Pengolahan Produk Pembersih dari Bahan Nabati dan Hewani

Keberhasilan suatu wirausaha ditentukan oleh berbagai faktor, baik dari keterampilan, kemampuan wirausahawan dalam menghadapi tantangan dan memecahkan masalah, maupun faktor-faktor lain yang ada di luar dirinya. Untuk memahami faktor-faktor penentu keberhasilan tersebut, kita akan bela-jar dari pengalaman wirausahawan yang bergerak di bidang pengolahan bahan pembersih dari bahan nabati dan hewani yang terdapat di daerah lingkungan sekitar rumah dan sekolah.

Tugas 4

Pengamatan Wirausaha Pengolahan Produk Pembersih Berbahan Nabati dan Hewani

Langkah-langkah yang dilakukan: a. Mengumpulkan Data

Setiap kelompok melakukan kegiatan penelitian dengan metode observasi (pengamatan lapangan), dan wawancara tentang usaha/industri pengolahan


(2)

membuat sesuatu yang baru dan berbeda dari yang sudah ada sekarang. Data tentang produk pembersih yang dihasilkan meliputi: sejarah, bahan, alat, teknik dan prosedur pembuatan produk. Usaha/industri pengolahan meliputi; sejarah atau motivasi perusahaan/teknisi membuat produk pembersih, jumlah pekerja, sistem/pola kerja, pasar sasaran dari produk pembersih tersebut, keberhasilan dan kegagalan wirausaha produk pembersih yang pernah dialami.

Lembar Pengamatan dan Wawancara (contoh)

Nama Industri : Jenis Produk : Tanggal wawancara dan

observasi

: Sejarah industri :

Produk Pembersih:

Bahan utama : Bahan pendukung :

Alat :

Teknik dan prosedur produksi secara umum

:

Teknik khusus : Perusahaan/industri

Sejarah atau motivasi perusahaan

:

Jumlah pekerja : Sistem/pola kerja : Pasar sasaran : Keberhasilan : Kegagalan : Catatan lain :


(3)

G. Membuat Produk Pembersih dari Bahan

Nabati khas Daerah

Proyek 1

Membuat Sabun Alami dengan Proses Dingin (cold process)

Sabun yang kita pakai sehari-hari mengandung bahan kimia buatan. Kita juga dapat membuat sabun alami dengan bahan nabati. Kita dapat membuat sabun alami sendiri dan membentuknya sesuai dengan keinginan. Pada tugas ini kita akan membuat sabun dari bahan-bahan nabati. Sabun yang kita buat nanti dapat kita kemas sesuai dengan keinginan dan ide kreatif masing-masing.

Ingatlah untuk menggunakan alat kesehatan dan keselamatan kerja (K3) sebelum proses pembuatan dimulai.

Bahan-Bahan: - 74 gr NaOH - 210 g Air murni - 235 gr Minyak zaitun - 150 gr Minyak kelapa - 100 gr Minyak sawit

- 10 cc Esens pewangi (sesuai selera) Alat:

- Cetakan plastik, silikon atau karton bekas kemasan (tanpa lapisan logam) - Pemotong sabun

- Batang pengaduk untuk NaOH + air murni

- Sendok kayu untuk mengaduk larutan NaOH (alkalin) + minyak - Wadah untuk setiap bahan yang akan ditimbang

- Gelas ukur berbahan plastik untuk melarutkan NaOH - Alas potong

b. Membuat laporan hasil pengamatan

Buatlah laporan dari hasil pengamatan dan wawancara yang telah dilaku-kan. Laporan ditulis dengan rapi, boleh dilengkapi dengan skema dan gambar. Pada bagian akhir, tuliskan kesan dan pendapatmu tentang produk pembersih ataupun perusahaan/industri produk pembersih tersebut. Buatlah laporan seteliti dan semenarik mungkin.


(4)

o

- Plastik wrap

- Handuk atau selimut bekas - Termometer

- Mixer

- Panci stainless steel

- Panci yang lebih besar (untuk double boilling)

- Timbangan (timbangan digital lebih baik agar menghasilkan pengukuran yang tepat)

- Kompor Cara Membuat:

a. Masukan 74 gr NaOH ke dalam 210 g air murni, sedikit demi sedikit. Aduk hingga tercampur rata. Sisihkan.

b. Campurkan 235 gr minyak zaitun, 150 gr minyak kelapa dan 100 gr minyak sawit pada wadah stainless steel, aduk hingga rata. Gunaka sendok kayu untuk mengaduk.

c. Ukur suhu cairan alkalin (campuran NaOH dan air murni).

d. Samakan suhu cairan alkali dan campuran minyak, dengan memanaskan minyak (misalnya cairan alkali bersuhu 60 C, minyak harus memiliki suhu antara 51-68 oC).

e. Masukkan larutan alkalin ke dalam minyak, lalu aduk dengan menggunakan

mixer kecepatan rendah (dapat pula dengan pengocok telur) hingga tercampur rata.

f. Aduk dengan mixer selama 10-15 menit.

g. Masukkan esens pewangi (sebagian pewangi akan menguap pada suhu di atas 60 oC).

h. Aduk rata.

i. Tuangkan pada cetakan.

j. Tutup cetakan dengan plastik dan lapisi dengan handuk atau selimut untuk menahan panas, untuk membantu proses saponiikasi. Diamkan selama 24 jam. k. Keluarkan sabun dari cetakan.

l. Potong sesuai bentuk dan ukuran yang diinginkan. m. Letakkan semua potongan sabun pada alas jeruji.

n. Diamkan selama 4-6 minggu, hingga sabun proses saponiikasi terjadi sempurna (netral) dan sabun menjadi keras.

o. Sabun siap dikemas.


(5)

Proyek 2

Membuat Rancangan Kemasan Produk Pembersih

Kalian boleh membuat kemasan untuk produk pembersih yang dibuat pada Proyek 1 atau produk pembersih lain yang ada di sekitarmu.

Kegiatan 1. Mengetahui, Mengenali, Memahami, dan Mengempati

Catatan pengamatan (contoh)

Kegiatan 2. Pengembangan Kemasan Produk Pembersih

1. Pikirkan material alami (daun, serat, pelepah dll.) atau buatan (botol kaca, botol plastik, toples dll.) yang mudah didapatkan di lingkungan sekitar.

2. Ambil beberapa jenis material.

3. Buatlah kemasan yang sesuai dengan produk pembersih yang ada, sesuai dengan idemu. Ingat prinsip-prinsip desain kemasan yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.

Bahan:

- Kertas gambar - Bahan/material - Bahan perekat Alat:

- Pensil

- Penggaris/meteran - Alat potong bahan

Produk Pembersih:

Dimensi/Volume Sifat: Padat/Cair/Serbuk Catatan (hal yang diperhatikan atau ide yang dimiliki)

Pasar sasaran/pengguna

Jenis Kelamin Usia

Tingkat Ekonomi Warna yang disukai dll


(6)

Kegiatan 3. Membuat Presentasi dan Evaluasi

Setiap individu membuat presentasi tentang Desain Kemasan Produk Pembersih yang sudah dibuat. Siswa-siswa lain dan guru memberikan apresiasi untuk produk yang dihasilkan. Siswa-siswa lain dan guru dapat mengajukan pertanyaan untuk mengetahui lebih jauh proses pembuatan dan hal-hal lain yang terkait dengan desain kemasan yang dihasilkan. Siswa-siswa dan guru juga boleh memberikan masukan dan saran untuk pengembangan produk kemasan tersebut.