S PE 1005761 Chapter1
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Setelah berjalan lebih dari 20 tahun, UU Perkoperasian No 25 Tahun 1992
diubah menjadi UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012. Pergantian tersebut
dikarenakan UU No 25 Tahun 1992 dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan
kebutuhan hukum dan perkembangan perkoperasian. Selain sudah tidak sesuai
dengan keadaan saat ini, pergantian UU koperasi tersebut karena pengembangan
dan
pemberdayaan
koperasi
dalam suatu
kebijakan
perkoperasian
harus
mencerminkan nilai dan prinsip koperasi sebagai wadah usaha bersama untuk
memenuhi aspirasi dan kebutuhan ekonomi anggota sehingga tumbuh menjadi
kuat, sehat, mandiri, dan tangguh dalam menghadapi perkembangan ekonomi
nasional dan global yang semakin dinamis dan penuh tantangan. Selain itu,
pergantian UU ini untuk memperluas pengembangan dan memperkuat posisi
koperasi yang memiliki peran strategis dalam tata ekonomi nasional.
Pergantian aturan tentang perkoperasian menjadi UU No 17 Tahun 2012
ini mendapat respon yang beragam dari masyarakat. Sebagian masyarakat ada
yang mendukung pergantian UU
ini, namun tidak sedikit masyarakat yang
menolak pergantian peraturan tersebut. Pihak yang setuju terhadap pergantian ini
berpendapat bahwa pendirian dan pembentukan koperasi tidak lagi didirikan atau
dibentuk secara “main-main” melainkan secara serius. Selain itu, koperasi harus
menjadi badan hukum yang mandiri yang dapat meningkatkan kesejahteraan
anggotanya. UU No 17 Tahun 2012 juga mengharapkan koperasi menjadi lebih
profesional dan fokus dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Pihak yang tidak setuju atau kontra terhadap pergantian peraturan ini
beranggapan UU ini telah keluar dari prinsip dan jati diri koperasi. Dalam UU No
17
Tahun
2012
tersebut
terdapat
beberapa
poin
yang
tidak
sejalan
Belinda Suryani Agustine, 2014
STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA
KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed
2
dengan identitas diri koperasi dari UU perkoperasian sebelumnya. Salah satunya
adalah ayat yang menyebutkan bahwa pengurus koperasi bisa di ambil dari pihak
luar atau non anggota. Hal tersebut dianggap sebagai permasalahan yang sangat
vital, mengingat identitas diri sebuah koperasi adalah “dari, oleh dan untuk
anggota”, untuk itu pengurus koperasi haruslah seseorang yang telah menjadi
anggota dan bukan dari pihak luar.
Dalam UU No. 17 Tahun 2012 banyak terdapat perbedaan dengan UU
Perkoperasian No. 25 Tahun 2012 khususnya dalam pemberian istilah seperti
diubahnya simpanan pokok menjadi setoran pokok, Sisa Hasil Usaha menjadi
Surplus Hasil Usaha apabila koperasi mendapatkan keuntungan dan Defisit Hasil
Usaha apabila koperasi mengalami kerugian, serta munculnya istilah baru seperti
adanya Sertifikat Modal Koperasi.
Permodalan koperasi perbedaannya terletak pada ketentuan mengenai
setoran pokok yang tidak dapat diambil kembali oleh anggota, sedangkan pada
UU No 25 Tahun 1992 simpanan pokok yang dibayarkan oleh anggota akan
dikembalikan saat anggota tersebut keluar dari kenggotaan koperasi. Sebuah
koperasi
bila
ingin
mengumpulkan
modal
yang
lebih
banyak
dapat
mengakumulasikan modal secara tidak terbatas melalui penerbitan sertifikat
modal koperasi. Istilah sertifikat Modal Koperasi, tidak adanya pembatasan
kepemilikan
memungkinkan
bagi
anggota
anggota
untuk
memiliki
membeli
kepemilikan
sertifikat
mayoritas
tersebut.
dalam
Hal
itu
koperasi,
sehingga koperasi mempunyai kemiripan dengan saham pada Perseroan terbatas.
UU No. 17 Tahun 2012 ini mengatur setiap koperasi tentang penjenisan
koperasi yang dibatasi dalam empat: Koperasi Produksi, Koperasi Konsumen,
Koperasi Jasa, dan Koperasi Simpan Pinjam. Penjenisan ini mengaharuskan
koperasi seperi Koperasi Serba Usaha (KSU) harus mendirikan unit usahanya
masing-masing. Pemisahan unit usaha ini dinilai dapat merugikan koperasi yang
memiliki peluang diluar jenis usaha tersebut.
Dilihat dari segi permodalan tidak lagi berdasarkan atas kesanggupan
calon anggota, tetapi didasarkan atas kebutuhan riil ekonomis modal usaha
Belinda Suryani Agustine, 2014
STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA
KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed
3
koperasi sesuai dengan tujuan pendiriannya. Dijelaskan juga
adanya pemisahan
kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha dan adanya
tanggung jawab terbatas bagi anggota. Hal tersebut tergambar pada setoran pokok
anggota yang tidak dapat diambil kembali dan dianggap sebagai modal tetap
koperasi dan modal yang digunakan koperasi bisa berasal dari modal asing yang
bukan anggota.
Berdasarkan pergantian UU tersebut, telihat jelas yang paling banyak
mengalami perubahan yang signifikan adalah aspek permodalan. Banyaknya
pergantian istilah dalam aspek permodalan sampai adanya istilah baru seperti
Sertifikat Modal Koperasi dan Defisit hasil Usaha, serta terbukanya koperasi
untuk menjadi penanaman modal baik swasta mapun asing membuat koperasi
harus siap baik dari pengurus sampai anggota untuk menjalankan organisasinya
sesuai peraturan yang terdapat dalam UU No 17 Tahun 2012. Tetapi penerapan
UU ini harus dilakukan sosialisasi serta pelatihan-pelatihan terlebih dahulu agar
tidak terjadi muti-tafsir dan kebingungan dikalangan anggota koperasi.
Kesiapan menjalankan atau mengimplementasikan UU tersebut berlaku
untuk semua koperasi termasuk Koperasi Mahasiswa (KOPMA) yang dijalankan
oleh generasi muda yang sangat potensial membangun serta memajukan koperasi
di Indonesia. KOPMA berkembang sangat pesat dan sarat dengan kegiatan yang
dibanggakan. KOPMA tersebar hampir di seluruh universitas maupun perguruan
tinggi di Indonesia, sesuai cita citanya adalah memperkenalkan dan mengajak
kepada mahasiswa untuk ikut masuk dalam gerakan koperasi yang lebih sering
diurus oleh kaum ‘ber-umur”. KOPMA lebih tepat disebut sebagai “Koperasi
Pendidikan” karena kegiatan dan partisipasi anggotanya tidak hanya dalam
kegiatan perekonomian tetapi lebih sering dalam kegiatan pendidikan dan
pengembangan anggotanya.
Mahasiswa sering disebut sebagai agen perubahan, selalu menyampaikan
aspirasi dari masyarakat melalui aksi-aksi protes terhadap berbagai kebijakan
yang dipandang merugikan masyarakat. Hanya saja dalam praktik dilapangan
KOPMA belum mendapat pengakuan sebagai organisasi pergerakan di kalangan
Belinda Suryani Agustine, 2014
STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA
KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed
4
mahasiswa, padahal ekonomi termasuk masalah penting di negara ini yang perlu
dibenahi.
KOPMA sebagai koperasi pendidikan sangat berpotensi untuk generasi
muda yang ingin membantu membangun koperasi di Indonesia. Sebelum benarbenar masuk ke dalam perkoperasian secara luas, generasi muda ini bisa belajar
berkoperasi sejak dini lewat organisasi KOPMA. Pendidikan perkoperasian yang
telah diberikan sejak dini akan membuat generasi muda mudah memahami selukbeluk perkoperasian Indonesia termasuk peraturan yang mengatur koperasi
termasuk KOPMA.
Keberadaan KOPMA masih dianggap sebatas sebagai wadah penyaluran
minat dan bakat mahasiswa dibidang perekonomian. Padahal seperti yang terlihat
dalam kebanyakan visi KOPMA di Indonesia, yaitu KOPMA sebagai wahana
pengembangan SDM melalui aktivitas ekonomi berbasis koperasi, dengan tiga
misi yang kita kenal dengan student basic needs (misi pelayanan), profession
study needs (misi profesi), dan idealism and leadership study needs (misi
pengkaderan dan kepemimpinan). Selain itu, KOPMA sebagai salah satu lembaga
ekonomi yang berwatak sosial, bukan hanya sekedar “Profit Oriented” tapi juga
berusaha ikut memberikan kecerdasan pada masyarakat tentang pentingnya suatu
kerjasama
untuk
bergerak
dalam kegiatan
ekonomi yang pada akhirnya
mendorong pergerakan ekonomi rakyat.
Peran KOPMA sangat penting karena menjadi moral force (gerakan
moral)
yang
menampung
aspirasi
masyarakat,
sekaligus
sebagai lembaga
advokasi dari gerakan koperasi untuk menentukan kebijaksanaan pemerintah yang
secara kaffah berpihak kepada ekonomi rakyat (Haryono Suyono, Kompasiana
2002). Kopma lewat potensi dirinya juga memiliki kemampuan mengisi segi
kelemahan koperasi dari sumber daya manusia dan iptek, sehingga mampu
meningkatkan peran sertanya dalam efisiensi dan produktivitas koperasi dalam
pembangunan ekonomi nasional.
Tabel 1
Modal KOPMA se-Kota Bandung
Belinda Suryani Agustine, 2014
STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA
KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed
5
Tahun
2012
2013
Modal
Rp 2.157.305.764
Rp 2.504.074.769
Berdasarkan tabel di atas, terlihat KOPMA di Kota Bandung mempunyai
modal yang cukup besar yaitu lebih dari Rp 2 Milyar pada tahun 2012. Tahun
2013 modal KOPMA meningkat ±20% menjadi Rp 2.504.074.769. Melihat
modal yang cukup
besar tersebut,
operasionalnya
secara
mandiri.
diperhitungkan
keberadaannya
KOPMA mampu membiayai kegiatan
KOPMA
diantara
di Kota
koperasi besar
Bandung
lainnya.
juga
dapat
Sejauh ini
KOPMA khususnya di Kota Bandung hanya mengandalkan modal sendiri yang
diperoleh dari anggotanya. Usaha yang dijalankan KOPMA sudah berjalan cukup
baik, dengan modal yang cukup besar tersebut KOPMA dapat memperluas
kegiatan usahanya.
Penerapan UU No 17 Tahun 2012 dapat mulai diterapkan oleh KOPMA
termasuk KOPMA di Kota Bandung sebagai pembelajaran memahami peraturan
tersebut. Latar belakang pengurus serta anggota KOPMA merupakan mahasiswa
yang kebanyakan belum memahami tentang UU perkoperasian ini, maka perlu
adanya kesiapan dari dalam organisasi KOPMA sebelum benar-benar menerapkan
UU ini. Perlu persiapan yang matang karena dalam UU ini terdapat istilah-istilah
yang sulit dipahami bagi kalangan remaja yang baru masuk dalam perkoperasian.
Sehingga tidak terjadi kesalahan penafsiran atau multi tafsir terhadap UU ini.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui
kesiapan koperasi dalam menerapkan UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012
khususnya
aspek
penelitian
“Studi
permodalan.
Deskriptif
Dengan demikian penulis mengangkat judul
Aspek
Permodalan
Koperasi
Dalam
Implementasi UU No 17 Tahun 2012 Pada Koperasi Mahasiswa Se -Kota
Bandung”.
1.2
Rumusan masalah
Belinda Suryani Agustine, 2014
STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA
KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed
6
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas,
maka penulis
mengemukakan perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran pengetahuan dan pemahaman pengurus KOPMA di
Kota Bandung tentang UU No. 17 tahun 2012 khususnya aspek permodalan?
2. Bagaimana gambaran
kesiapan pengurus KOPMA di Kota Bandung dalam
mengimplementasikan UU No. 17 tahun 2012 khususnya aspek permodalan?
3. Bagaimana gambaran hambatan yang dihadapi pengurus KOPMA di Kota
Bandung dalam mengimplementasikan UU No. 17 tahun 2012 khususnya
aspek permodalan?
4. Bagaimana gambaran solusi dari pengurus KOPMA di Kota Bandung
mengenai pengimplementasian UU No. 17 tahun 2012 khususnya aspek
permodalan?
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Gambaran pengetahuan dan pemahaman pengurus KOPMA di Kota Bandung
tentang UU no 17 tahun 2012 khususnya aspek permodalan.
2. Gambaran
kesiapan
pengurus
KOPMA
di
Kota
Bandung
dalam
mengimplementasikan UU no 17 tahun 2012 khususnya aspek permodalan.
3. Gambaran hambatan yang dihadapi pengurus KOPMA di Kota Bandung
dalam mengimplementasikan UU no 17 tahun 2012 khususnya aspek
permodalan.
4. Gambaran solusi dari pengurus KOPMA di Kota Bandung mengenai
pengimplementasian UU no 17 tahun 2012 khususnya aspek permodalan.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi aspek teoritis
maupun aspek praktis.
Manfaat Teoritis
Belinda Suryani Agustine, 2014
STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA
KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed
7
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam pengembangan teori koperasi khususnya tentang permodalan.
Manfaat Praktis
1. Bagi pengurus koperasi, penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui dan
memahami tentang UU No. 17 Tahun 2012 khususnya aspek permodalan
koperasi.
2. Bagi pemerintah dalam hal ini Dinas Koperasi dan UMKM, penelitian ini
bermanfaat
untuk
memberikan
masukan
dalam
pengambilan
kebijakan
khususnya dalam UU No. 17 Tahun 2012.
Belinda Suryani Agustine, 2014
STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA
KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Setelah berjalan lebih dari 20 tahun, UU Perkoperasian No 25 Tahun 1992
diubah menjadi UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012. Pergantian tersebut
dikarenakan UU No 25 Tahun 1992 dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan
kebutuhan hukum dan perkembangan perkoperasian. Selain sudah tidak sesuai
dengan keadaan saat ini, pergantian UU koperasi tersebut karena pengembangan
dan
pemberdayaan
koperasi
dalam suatu
kebijakan
perkoperasian
harus
mencerminkan nilai dan prinsip koperasi sebagai wadah usaha bersama untuk
memenuhi aspirasi dan kebutuhan ekonomi anggota sehingga tumbuh menjadi
kuat, sehat, mandiri, dan tangguh dalam menghadapi perkembangan ekonomi
nasional dan global yang semakin dinamis dan penuh tantangan. Selain itu,
pergantian UU ini untuk memperluas pengembangan dan memperkuat posisi
koperasi yang memiliki peran strategis dalam tata ekonomi nasional.
Pergantian aturan tentang perkoperasian menjadi UU No 17 Tahun 2012
ini mendapat respon yang beragam dari masyarakat. Sebagian masyarakat ada
yang mendukung pergantian UU
ini, namun tidak sedikit masyarakat yang
menolak pergantian peraturan tersebut. Pihak yang setuju terhadap pergantian ini
berpendapat bahwa pendirian dan pembentukan koperasi tidak lagi didirikan atau
dibentuk secara “main-main” melainkan secara serius. Selain itu, koperasi harus
menjadi badan hukum yang mandiri yang dapat meningkatkan kesejahteraan
anggotanya. UU No 17 Tahun 2012 juga mengharapkan koperasi menjadi lebih
profesional dan fokus dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Pihak yang tidak setuju atau kontra terhadap pergantian peraturan ini
beranggapan UU ini telah keluar dari prinsip dan jati diri koperasi. Dalam UU No
17
Tahun
2012
tersebut
terdapat
beberapa
poin
yang
tidak
sejalan
Belinda Suryani Agustine, 2014
STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA
KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed
2
dengan identitas diri koperasi dari UU perkoperasian sebelumnya. Salah satunya
adalah ayat yang menyebutkan bahwa pengurus koperasi bisa di ambil dari pihak
luar atau non anggota. Hal tersebut dianggap sebagai permasalahan yang sangat
vital, mengingat identitas diri sebuah koperasi adalah “dari, oleh dan untuk
anggota”, untuk itu pengurus koperasi haruslah seseorang yang telah menjadi
anggota dan bukan dari pihak luar.
Dalam UU No. 17 Tahun 2012 banyak terdapat perbedaan dengan UU
Perkoperasian No. 25 Tahun 2012 khususnya dalam pemberian istilah seperti
diubahnya simpanan pokok menjadi setoran pokok, Sisa Hasil Usaha menjadi
Surplus Hasil Usaha apabila koperasi mendapatkan keuntungan dan Defisit Hasil
Usaha apabila koperasi mengalami kerugian, serta munculnya istilah baru seperti
adanya Sertifikat Modal Koperasi.
Permodalan koperasi perbedaannya terletak pada ketentuan mengenai
setoran pokok yang tidak dapat diambil kembali oleh anggota, sedangkan pada
UU No 25 Tahun 1992 simpanan pokok yang dibayarkan oleh anggota akan
dikembalikan saat anggota tersebut keluar dari kenggotaan koperasi. Sebuah
koperasi
bila
ingin
mengumpulkan
modal
yang
lebih
banyak
dapat
mengakumulasikan modal secara tidak terbatas melalui penerbitan sertifikat
modal koperasi. Istilah sertifikat Modal Koperasi, tidak adanya pembatasan
kepemilikan
memungkinkan
bagi
anggota
anggota
untuk
memiliki
membeli
kepemilikan
sertifikat
mayoritas
tersebut.
dalam
Hal
itu
koperasi,
sehingga koperasi mempunyai kemiripan dengan saham pada Perseroan terbatas.
UU No. 17 Tahun 2012 ini mengatur setiap koperasi tentang penjenisan
koperasi yang dibatasi dalam empat: Koperasi Produksi, Koperasi Konsumen,
Koperasi Jasa, dan Koperasi Simpan Pinjam. Penjenisan ini mengaharuskan
koperasi seperi Koperasi Serba Usaha (KSU) harus mendirikan unit usahanya
masing-masing. Pemisahan unit usaha ini dinilai dapat merugikan koperasi yang
memiliki peluang diluar jenis usaha tersebut.
Dilihat dari segi permodalan tidak lagi berdasarkan atas kesanggupan
calon anggota, tetapi didasarkan atas kebutuhan riil ekonomis modal usaha
Belinda Suryani Agustine, 2014
STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA
KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed
3
koperasi sesuai dengan tujuan pendiriannya. Dijelaskan juga
adanya pemisahan
kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha dan adanya
tanggung jawab terbatas bagi anggota. Hal tersebut tergambar pada setoran pokok
anggota yang tidak dapat diambil kembali dan dianggap sebagai modal tetap
koperasi dan modal yang digunakan koperasi bisa berasal dari modal asing yang
bukan anggota.
Berdasarkan pergantian UU tersebut, telihat jelas yang paling banyak
mengalami perubahan yang signifikan adalah aspek permodalan. Banyaknya
pergantian istilah dalam aspek permodalan sampai adanya istilah baru seperti
Sertifikat Modal Koperasi dan Defisit hasil Usaha, serta terbukanya koperasi
untuk menjadi penanaman modal baik swasta mapun asing membuat koperasi
harus siap baik dari pengurus sampai anggota untuk menjalankan organisasinya
sesuai peraturan yang terdapat dalam UU No 17 Tahun 2012. Tetapi penerapan
UU ini harus dilakukan sosialisasi serta pelatihan-pelatihan terlebih dahulu agar
tidak terjadi muti-tafsir dan kebingungan dikalangan anggota koperasi.
Kesiapan menjalankan atau mengimplementasikan UU tersebut berlaku
untuk semua koperasi termasuk Koperasi Mahasiswa (KOPMA) yang dijalankan
oleh generasi muda yang sangat potensial membangun serta memajukan koperasi
di Indonesia. KOPMA berkembang sangat pesat dan sarat dengan kegiatan yang
dibanggakan. KOPMA tersebar hampir di seluruh universitas maupun perguruan
tinggi di Indonesia, sesuai cita citanya adalah memperkenalkan dan mengajak
kepada mahasiswa untuk ikut masuk dalam gerakan koperasi yang lebih sering
diurus oleh kaum ‘ber-umur”. KOPMA lebih tepat disebut sebagai “Koperasi
Pendidikan” karena kegiatan dan partisipasi anggotanya tidak hanya dalam
kegiatan perekonomian tetapi lebih sering dalam kegiatan pendidikan dan
pengembangan anggotanya.
Mahasiswa sering disebut sebagai agen perubahan, selalu menyampaikan
aspirasi dari masyarakat melalui aksi-aksi protes terhadap berbagai kebijakan
yang dipandang merugikan masyarakat. Hanya saja dalam praktik dilapangan
KOPMA belum mendapat pengakuan sebagai organisasi pergerakan di kalangan
Belinda Suryani Agustine, 2014
STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA
KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed
4
mahasiswa, padahal ekonomi termasuk masalah penting di negara ini yang perlu
dibenahi.
KOPMA sebagai koperasi pendidikan sangat berpotensi untuk generasi
muda yang ingin membantu membangun koperasi di Indonesia. Sebelum benarbenar masuk ke dalam perkoperasian secara luas, generasi muda ini bisa belajar
berkoperasi sejak dini lewat organisasi KOPMA. Pendidikan perkoperasian yang
telah diberikan sejak dini akan membuat generasi muda mudah memahami selukbeluk perkoperasian Indonesia termasuk peraturan yang mengatur koperasi
termasuk KOPMA.
Keberadaan KOPMA masih dianggap sebatas sebagai wadah penyaluran
minat dan bakat mahasiswa dibidang perekonomian. Padahal seperti yang terlihat
dalam kebanyakan visi KOPMA di Indonesia, yaitu KOPMA sebagai wahana
pengembangan SDM melalui aktivitas ekonomi berbasis koperasi, dengan tiga
misi yang kita kenal dengan student basic needs (misi pelayanan), profession
study needs (misi profesi), dan idealism and leadership study needs (misi
pengkaderan dan kepemimpinan). Selain itu, KOPMA sebagai salah satu lembaga
ekonomi yang berwatak sosial, bukan hanya sekedar “Profit Oriented” tapi juga
berusaha ikut memberikan kecerdasan pada masyarakat tentang pentingnya suatu
kerjasama
untuk
bergerak
dalam kegiatan
ekonomi yang pada akhirnya
mendorong pergerakan ekonomi rakyat.
Peran KOPMA sangat penting karena menjadi moral force (gerakan
moral)
yang
menampung
aspirasi
masyarakat,
sekaligus
sebagai lembaga
advokasi dari gerakan koperasi untuk menentukan kebijaksanaan pemerintah yang
secara kaffah berpihak kepada ekonomi rakyat (Haryono Suyono, Kompasiana
2002). Kopma lewat potensi dirinya juga memiliki kemampuan mengisi segi
kelemahan koperasi dari sumber daya manusia dan iptek, sehingga mampu
meningkatkan peran sertanya dalam efisiensi dan produktivitas koperasi dalam
pembangunan ekonomi nasional.
Tabel 1
Modal KOPMA se-Kota Bandung
Belinda Suryani Agustine, 2014
STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA
KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed
5
Tahun
2012
2013
Modal
Rp 2.157.305.764
Rp 2.504.074.769
Berdasarkan tabel di atas, terlihat KOPMA di Kota Bandung mempunyai
modal yang cukup besar yaitu lebih dari Rp 2 Milyar pada tahun 2012. Tahun
2013 modal KOPMA meningkat ±20% menjadi Rp 2.504.074.769. Melihat
modal yang cukup
besar tersebut,
operasionalnya
secara
mandiri.
diperhitungkan
keberadaannya
KOPMA mampu membiayai kegiatan
KOPMA
diantara
di Kota
koperasi besar
Bandung
lainnya.
juga
dapat
Sejauh ini
KOPMA khususnya di Kota Bandung hanya mengandalkan modal sendiri yang
diperoleh dari anggotanya. Usaha yang dijalankan KOPMA sudah berjalan cukup
baik, dengan modal yang cukup besar tersebut KOPMA dapat memperluas
kegiatan usahanya.
Penerapan UU No 17 Tahun 2012 dapat mulai diterapkan oleh KOPMA
termasuk KOPMA di Kota Bandung sebagai pembelajaran memahami peraturan
tersebut. Latar belakang pengurus serta anggota KOPMA merupakan mahasiswa
yang kebanyakan belum memahami tentang UU perkoperasian ini, maka perlu
adanya kesiapan dari dalam organisasi KOPMA sebelum benar-benar menerapkan
UU ini. Perlu persiapan yang matang karena dalam UU ini terdapat istilah-istilah
yang sulit dipahami bagi kalangan remaja yang baru masuk dalam perkoperasian.
Sehingga tidak terjadi kesalahan penafsiran atau multi tafsir terhadap UU ini.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui
kesiapan koperasi dalam menerapkan UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012
khususnya
aspek
penelitian
“Studi
permodalan.
Deskriptif
Dengan demikian penulis mengangkat judul
Aspek
Permodalan
Koperasi
Dalam
Implementasi UU No 17 Tahun 2012 Pada Koperasi Mahasiswa Se -Kota
Bandung”.
1.2
Rumusan masalah
Belinda Suryani Agustine, 2014
STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA
KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed
6
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas,
maka penulis
mengemukakan perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran pengetahuan dan pemahaman pengurus KOPMA di
Kota Bandung tentang UU No. 17 tahun 2012 khususnya aspek permodalan?
2. Bagaimana gambaran
kesiapan pengurus KOPMA di Kota Bandung dalam
mengimplementasikan UU No. 17 tahun 2012 khususnya aspek permodalan?
3. Bagaimana gambaran hambatan yang dihadapi pengurus KOPMA di Kota
Bandung dalam mengimplementasikan UU No. 17 tahun 2012 khususnya
aspek permodalan?
4. Bagaimana gambaran solusi dari pengurus KOPMA di Kota Bandung
mengenai pengimplementasian UU No. 17 tahun 2012 khususnya aspek
permodalan?
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Gambaran pengetahuan dan pemahaman pengurus KOPMA di Kota Bandung
tentang UU no 17 tahun 2012 khususnya aspek permodalan.
2. Gambaran
kesiapan
pengurus
KOPMA
di
Kota
Bandung
dalam
mengimplementasikan UU no 17 tahun 2012 khususnya aspek permodalan.
3. Gambaran hambatan yang dihadapi pengurus KOPMA di Kota Bandung
dalam mengimplementasikan UU no 17 tahun 2012 khususnya aspek
permodalan.
4. Gambaran solusi dari pengurus KOPMA di Kota Bandung mengenai
pengimplementasian UU no 17 tahun 2012 khususnya aspek permodalan.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi aspek teoritis
maupun aspek praktis.
Manfaat Teoritis
Belinda Suryani Agustine, 2014
STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA
KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed
7
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam pengembangan teori koperasi khususnya tentang permodalan.
Manfaat Praktis
1. Bagi pengurus koperasi, penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui dan
memahami tentang UU No. 17 Tahun 2012 khususnya aspek permodalan
koperasi.
2. Bagi pemerintah dalam hal ini Dinas Koperasi dan UMKM, penelitian ini
bermanfaat
untuk
memberikan
masukan
dalam
pengambilan
kebijakan
khususnya dalam UU No. 17 Tahun 2012.
Belinda Suryani Agustine, 2014
STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA
KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed