S PE 1005761 Chapter4

(1)

Belinda Suryani Agustine, 2014

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Pengetahuan dan Pemahaman Pengurus KOPMA di Kota Bandung terhadap UU No. 17 Tahun 2012 Khususnya Aspek Permodalan

Sebelum membahas tentang pengetahuan dan pemahaman pengurus KOPMA di Kota Bandung, terlebih dahulu akan diuraikan tentang profil dari kopma di kota Bandung yang menjadi responden / objek penelitian.


(2)

Tabel 4.1

Profil KOPMA di Kota Bandung

No Variabel KOPM A BS UPI

KOPM A Ekuitas

KOKESM A ITB

KOPM A ITENAS

KOPM A STT TEKSTI

KOPM A UNISBA

KOPM A UNPAD

KOPM A UNPAS

1. Tahun Pendirian 1975 2004 1980 1996 1996 1983 1983 1982

2. No. BH 6528/BH/DK.10 /1

518/BH.53-DISKOP/2004 - - -

7794/BH/DK.10 /1

7921/BH/DK. 10/1

7955/BH/DK. 10/1 3.  Anggota 2.367 orang 750 orang 150 orang 258 orang 800 orang 250 orang 138 orang 900 orang 4.  Simpanan Rp. 94.257.650 Rp. 40.250.000 Rp. 56.993.217 Rp. 15.738.000 Rp. 9.650.000 Rp. 24.228.201 Rp.

17.310.000

Rp. 34.092.000 5.  SHU Rp. 104.457.147 Rp. 34.004.043 Rp. (2.220.494) Rp. 16.144.239 Rp. 2.138.600 Rp. 7.133.254 Rp. 4.900.000 Rp.


(3)

4.1.1 Pengetahuan dan Pemahaman Pengurus KOPMA BS UPI

Pengurus KOPMA BS UPI sudah mengetahui adanya UU No. 17 Tahun 2012 pengganti dari UU No. 25 Tahun 1992. Seperti yang diungkapkan oleh Ketua KOPMA BS UPI yaitu Iqbal Hidayatullah.

Iya tahu kebetulan untuk ketua sendiri ya teh udah sering kumpul bareng se-Jawa Barat tentang pembahasan Undang-Undang no 17 tahun 2012...memang ada dua...dua kubu ya... ada yang pro ada yang kontra beberapa...tapi akhirnya karena peraturan pemerintahnya belum keluar...jadi emang dari implementasinya sendiri belum maksimal...kita masih menyesuaikan”.

Iqbal sebagai Ketua KOPMA BS UPI pemahamannya terhadap UU No. 17 Tahun 2012 belum begitu banyak khususnya aspek permodalan. Undang-undang ini lebih menitikberatkan pada pengelolaannya saja, selain itu tidak adanya percampuran antara modal anggota dan modal koperasi.

“Undang-undang ini hanya apa ya...hanya menitikberatkan kepengelolaannya sih kalau menurut Iqbal...jadi misalkan pengurus dari luar anggota,dari sistem permodalan, dari sistem simpanannya jadi hanya lebih...mengkhususkan gitu ga mau adanya percampuran antara modal anggota dan modal koperasi...jadi ada...harta anggota itu ga bisa digabungin dengan harta koperasi gitu...”.

Mengenai perbedaan antara UU No. 17 Tahun 2012 dengan UU No. 25 Tahun 1992 khususnya aspek permodalan, Iqbal sudah banyak tahu. Dalam undang-undang ini,setoran pokok anggota tidak bisa dikembalikan dan menjadi hak milik koperasi. Kalau sekarang adanya istilah baru yaitu Sertifikat Modal Koperasi (SMK) yang besarannya bisa berbeda tiap anggota. SMK ini agak sedikit sulit dalam pengembaliannya karena sertifikat ini harus dijual lagi ketika anggota keluar.

“Mungkin contohnya kaya setoran pokok ya...dulu kita masih sistem simpanan pokok semua uang anggota dikembalikan...kalau misalkan sekarang setoran pokok mungkin ga boleh dikembalikan jadi hak milik koperasinya...terus mungkin setelah dari sisi kerugian nih...kalau kerugian setoran pokoknya aja yang hilang...anggota tidak ada kewajiban untuk istilahnya patungan untuk menutupi kerugian...kalau dulu itu simpanan pokok ketika KOPMAnya rugi...kita harus bersama-sama iuran untuk menutupi kerugian...kalau sekarang seperti model Sertifikat Modal Koperasi mungkin besarannya ya bisa berbeda setiap anggota...tapi kalau saya rasa di KOPMA sendiri ya Koperasi Mahasiswa belum sangup untuk seperti itu...soalnya kalau besarannya berbeda takutnya ada kesenjangan...terus dari segi pengembaliannya juga agak sedikit sulit sih...sulit untuk kalau SMK...kalau sertifikat itu kan harus dijual lagi ya...ketika dia keluar dijual lagi ya kepada orang lain dan ketika dijualnya dalam nominal yang cukup


(4)

besar...KOPMA tidak sanggup misalkan ...jadi paling dibeli terlebih dahulu kemudian disalurkan lagi...”

Selain aspek permodalan ada perbedaan lain yang Iqbal ketahui, seperti dalam kepengawasan, sekarang pengawas bisa berasal dari non anggota dan pengawas bisa memberhentikan anggota. Selain kepengawasan, dalam undang-undang ini koperasi tidak boleh dicampur harus berdiri tersendiri yang boleh dicampur hanya koperasi konsumsi dan produksi saja. Koperasi simpan pinjam harus terpisah menjadi badan hukum sendiri.

“Paling kedudukan pengawas...pengawas sekarang emang lebih tinggi ya dari pengurus kalau dulu hanya sebagai...pemberi masukan kalau sekarang sudah ketataran teknisnya juga gitu kan...bahkan pengawas bisa memberhentikan pengurus dalam waktu 30 hari dengan alasan tertentu...”

“Ya...ya...paling dari sistem jenis koperasi nya jadi jenis-jenis koperasinya sekarang ga boleh dicampur...yang boleh dicampur itu hanya konsumsi dan produksi itu aja...nah sedangkan untuk simpan pinjam harus terpisah jadi ada unit simpan pinjam harus ada itu koperasi simpan pinjam badan hukum yang berbeda...dari...jenisnya seperti itu...terus ya selebihnya mungkin ya Undang-Undang no 17 lebih menitikbertakan ke...pengelolaan dalam bidang teknisnya jadi koperasi yang ideal itu seperti apa misalkan...yang bagus itu kaya gimana...dari prinsipnya sendirikan sudah lebih dirincikan kalau dulu itu kan hanya umum kalau sekarang prinsip nya sudah terperinci...apa yang ingin...yang akan dicapainya...paling segitu sih yang Iqbal tahu tentang Undang-Undang no 17 tahun 2012...”

Selain ketua, sekretaris KOPMA BS UPI yang bernama Fakhri Mutakhari dan bendahara KOPMA BS UPI yang bernama Iis Sumiati juga mengetahu mengenai UU No. 17 Tahun 2012 ini.

Kalau saya cukup tahu...se dikit tahu sih le bih te patnya”. “Kalau Iis...cukup tahu sih tapi be lum te rlalu banyak tahu ya...”.

Dalam pemahaman terhadap UU No. 17 tahun 2012 khususnya aspek permodalan, Fakhri sebagai sekretarsi KOPMA hanya sebatas tahu. Dalam undang-undang ini permodalannya menggunakan sistem Sertifikat Modal Koperasi (SMK).

“Oh gitu...jadi misalkan untuk Undang-Undang yang baru ini lebih apa ya...lebih... me...apa ya namanya...memposisikan koperasi itu lebih kaya perusahaan...kenapa...karena kita lihat dari permodalannya yang menggunakan sistem Sertifikat Modal jadi kaya gitu sih yang saya tahu....”


(5)

Berbeda halnya dengan Iis sebagai bendahara KOPMA, pemahaman Iis terhadap terhadap UU Perkoperasian No. 17 tahun 201 dalam aspek permodalan lebih banyak tahu dibanding rekan-rekan lainnya di KOPMA. Iis mempunyai pemikiran bahwa SMK ini sistemnya seperti saham. UU No. 17 Tahun 2012 ini mengenal istilah baru yaitu Selisih Hasil Usaha dan Defisit hasil Usaha, kalau dulu bernama SHU (sisa Hasil Usaha). Sistem Selisih Hasil Usaha ini pembagiannya hanya dari trasaksi anggota saja sedangkan transaksi bukan anggota digunalan untuk modal koperasi.

Kalau Iis...cukup tahu sih tapi be lum te rlalu banyak tahu ya...tapi kalau dari aspek permodalannya sendiri yang Iis tahu mungkin perbedannya dimulai dari modal KOPMAnya ya dari anggota ya kalau dulu kan simpanan pokonya sama... simpanan pokok sama simpanan wajib juga...tapi sekarang ditentukan harus Rp 10.000 gitu ditentukan harus sekecil-kecilnya supaya banyak orang yang masuk ke koperasi gitu...yang kedua dulu kan namanya simpanan wajib ya kalau sekarang namanya teh...SMK dimana antara simpanan pokok dan simpanan wajib itu di Undang no. 17 itu ga bisa diambil lagi...sementara di Undang-Undang yang lama bisa diambil lagi...nah kalau di sudut SMK sendiri kan bentuknya sertifikat ya jadi mengarah ke saham gitu ya jadi anggota itu tidak bisa pindah alih dan sebagainya gitu ya jadi ga kaya yang dulu...kalau dari aspek pengurus seperti yang tadi dijelaskan Fakhri juga pengawas kalau sekarang tuh bisa dari non anggota asalkan dia mempunyai kemampuan gitu...terus dari perbedaan dari pengertian jelas ya..pengertiannya berbeda juga kalau dulu badan usaha sekarang badan hukum...terus dari aspek SHU...nah kalau dulu tuh dinamakannya itu Sisa Hasil Usaha ya kalau sekarang tuh Selisih Hasil Usaha dimana ada Defisit Hasil Usaha ada Surplus Hasil Usaha nah...kalau dulu yang namanya SHU dari anggota tuh bisa dibagikan dalam setahun kalau sekarang tuh SHU yang dibagikan tuh hanya dari semua transaksi anggota jadi taransaksi yang bukan anggota itu digunakan untuk modal kembali...kalau ini mah digunakan untuk dana cadangan...gitu paling.... “

Sejauh ini pengurus KOPMA BS UPI hanya cukup tahu saja mengenai UU No. 17 tahun 2012 ini. Hal ini dapat dilihat dari yang mereka ungkapkan, terlihat pemahaman mereka hanya sedikit yang termasuk aspek permodalanya. Pengetahuan pengurus KOPMA BS UPI mengenai perbedaan dalam aspek permodalan antara UU No. 17 Tahun 2012 dengan UU No. 25 Tahun 1992 sudah cukup mengetahui namun belum secara rinci. Pemahaman pengurus KOPMA BS UPI dalam aspek permodalan yaitu bisa menyebutkan istilah baru pengganti simpanan wajib, Sertifikat Modal Koperasi (SMK). SMK sendiri bisa diperjual belikan, mahasiswa yang sudah tidak menjadi anggota KOPMA harus menjual


(6)

SMK nya kepada orang lain sebagai penggan simpanan wajib yang dikembalikan seperti pada UU No. 25 Tahun 1992. Selain SMK, SHU atau Selisih Hasil Usaha yang telah pengurus KOPMA BS UPI pahami. SHU ini diakumulasikan dari transaksi anggota saja sedangkan transaksi dari non anggota menjadi modal koperasi tidak dikembalikan kepada anggota dalam bentuk SHU.

4.1.2 Pengetahuan dan Pemahaman Pengurus KOPMA Ekuitas

Pegurus KOPMA Ekuitas baru berjalan hampir satu bulan. Ketua KOPMA Ekuitas seorang perempuan yang mengetahui cukup banyak tentang UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012 khususnya aspek permodalan. Dalam UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012, aspek permodalan yang berubah cukup signifikan yaitu perubahan simpanan wajib menjadi Sertifikat Modal Koperasi (SMK). SMK ini dalam akuntansi seperti pasar modal jual-beli saham namun untuk teknisnya masih belum begitu tahu.

Hmm...kalau tahu...tau gitu...cuma mengenai implementasinya di KOPMA Ekuitas sendiri itu belum...belum...cuma ya kita lagi mengarah ke sana...nah yang saya ribetkan itu masalah pergantian dari setoran pokok eh...simpanan wajib ke Sertifikat Modal Koperasi...nah itu kan teknisnya sendiri seperti...kalau di akuntansi ada yang namanya pasar modal...mata kuliahnya pasar modal...nah itu kurang lebih seperti jual beli saham kaya gitu...nah untuk teknisnya sendiri hmm...dulu sempet sosialisasi dari Dinas Koperasi cuma kita kan belum terlalu paham gitu...”

Selain aspek permodalan yang dirasa rumit dalam penerapan SMKnya, pemahaman lain Ketua KOPMA Ekuitas terhadap Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 ini yaitu tentang perubahan dalam AD/ART. KOPMA Ekuitas sendiri sedang dalam tahap mengacu kepada perubahan undang-undang tersebut. Dalam tahap mengacu ke sana ini KOPMA Ekuitas selalu konsultasi dengan pihak Dinas Koperasi agar tidak salah dalam menngimplementasikan Undang-Undang No. 17 Tahun 2012.

“Hmm...AD/ART mungkin jelas ya harus mengacu ke sana...kalau AD/ART menurut saya okey lah...bisalah untuk mengacu ke sana karena memang harus sesuai untuk teknis yang lebih condong itu ya mungkin yang ini gitu...karena kemaren saja saya konsul sama pihak Dinas Koperasi gitu...kan masa...penyesuaiannya itu kan 3 tahun gitu dari diterbitkan....sekarang udah tahun 2014 berarti masih ada tahun 2015 setahun lagi cuma...yaudalah kata si ibu dari pihak dinasnya juga ga usah terlalu...langsung “plek” gitu kita perlahan...sedikit


(7)

-sedikit aja dulu mengacu ke sana gitu...AD/ART itu mungkin teknisnya...karena bersifat berhubungan sama notaris dan lain sebagainya gitu...ga terlalu pemahaman yang seperti apa di lapangan ga terlalu gitu...cuma ya itu yang paling ribetnya itu penerapan SMKnya nanti seperti apa gitu...”

Penerbitan UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012 ini banyak mengandung perbedaan dengan UUNo. 25 Tahun 1992. Pertama dalam simpanan koperasi yaitu simpana wajib dan simpanan pokok yang sekrang simpanan pokok berubah menjadi Sertifikat Modal Koperasi (SMK). Dalam hal simpanan pokok anggota, di undang-undang sebelumnya simpanan pokok akan dikembalikan kepada anggota pada saat anggota berhenti menjadi anggota. Sekarang, setoran pokok itu tidak bisa dikembalina dan menjadi aset koperasi, yang bisa dikembalikan hanya SMK dan SHU nya saja.

“Hmm...pertama dari simpanan koperasi...mungkin lebih condong ke simpanan koperasi ya...simpanan anggota ya...yang pertama setoran wajib dan setoran pokok...sekarang jadi Sertifikat Modal Koperasi...sama...oh iya setoran pokok gitu kan...terus kalau dulu simpanan pokok itu kan pada saat anggota berhenti menjadi anggota itu kan dikembalikan ke anggota gitu kan...kalau sekarang ngga...jadi antara setoran pokok yaudah itu menjadi aset KOPMA gitu ketika mereka berhenti menjadi anggota yaudah itu tidak bisa dikembalikan...yang bisa dikembalikan adalah SMKnya ini yang bisa dikembalikan sama SHU yang mereka dapat...itu sih garis besarnya yang saya tahu...”

4.1.3 Pengetahuan dan Pemahaman Pengurus KOKESMA ITB

Dalam UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012 dikenal istilah baru yaitu Sertifikat Modal Koperasi (SMK). Pengurus KOKESMA ITB lebih mengenal istilah ini dengan sebutan saham. Seperti yang dikatakan oleh Arya Ketua KOKESMA ITB, nilai saham koperasi berbeda-beda tergantung yang diberikan anggota.

Jadi kalau undang-undang baru itu kope rasi itu dianggap se bagai kaya apa ya...dulu berbadan intinya kan setiap anggota itu...punya saham yang sama di Koperasi nah sekarang tuh...nilai saham anggota itu sekarang berbeda-beda tergantung yang diberikan oleh anggota itu...”

Dulu dalam UU No. 25 Tahun 1992, simpanan yang dibayarkan oleh calon anggota pada saat menjadi anggota dikenal dengan istilah simpanan pokok yang dapat dikembalikan ketika sudah tidak menjadi anggota lagi. Sekarang dalam UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012 istilah simpanan pokok berganti nama menjadi


(8)

setoran pokok yang tidak dapat dikembalikan kepada anggota pada saat keluar menjadi anggota, namun menjadi modal koperasi.

“Apa ya...oiya dulu kaya...simpanan pokok yang...simpanan pokok yang dibayarkan diawal itu wajib dikembalikan nah sekarang tuh kaya ada...jadi kaya simpanan pokok tuh harus di...direlakan kepada koperasi...”

Hal senada dikatakan oleh Sekretaris KOKESMA ITB, Fania mengungkapkan bahwa istilah simpanan wajib diubah dalam UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012 menjadi berbentuk saham yang jumlah nilainya tergantung kerelaan anggota koperasinya.

“Ya pokoknya yang paling itu tuh diubah ga udah bukan simpanan pokok simpanan wajib itu kan ya...yang jadi kasarnya sih sejenis saham jadinya dibilangnya simpanan wajibnya itu...jadi itu tergantung kita relanya ngasih sahamnya seberapa gitu kan ya...terus...abis itu...sama yang ketahuan paling keliatannya itu sih teh...”

Selain Fania, Ketua Keuangan KOKESMA ITB yang bernama Susiana pu berpendapat sama dengan rekannya yang lain bahwa istilah baru dari simpanan wajib itu berbentuk saham. Maksud dari saham di sini Susiana belum begitu mengerti. Selain saham yang diketahui dalam UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012 ini yaitu tentang SHU, besaran SHU yang diterima anggota tergantung besarnya nilai saham yang anggota miliki.

Hmm...dari apa ya...paling sistem permodalannya kaya gitu kaya...kaya saham-saham kaya gitu kan...tapi saya sendiri belum ngerti itu maksudnya kaya gimana terus...paling...pembagian dari SHU nya dari yang tadinya SHU jadi yang kaya sistem tergantung besarnya saham berapa juga...terus paling cuma yang gitu doang jadi...nanti setiap tahunnya itu...koperasinya ngeluarin saham berapa terus nanti setiap satu sahamnya itu berapa harganya...berapa yang dikeluarin sama berapa yang masuk gitu kan...”

Pemahaman pengurus KOKESMA ITB UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012 khusunya apek permodalan masih sangat kurang hanya tahu saja tentang perbedaan SHU dengan undang-undang sebelumnya. Dalam pemahaman perubahan simpanan wajib menjadi Sertifikat Modal Koperasi, pengurus KOKESMA masih kurang mengenal istilah SMK namun hanya sistem seperti saham yang pengurusnya tahu. Selain itu setoran pokok yang dibayar satu kali pada saat calon anggota akan menjadi anggota tidak dapat dikembali dan menjadi modal koperasi. Keseluruhan aspek permodalan yang berubah dalam UU

Perkoperasian No 17 Tahun 2012 hanya sebatas tahu istilahnya saja tanpa mengetahui maksud dan arti dari istilah tersebut.


(9)

4.1.4 Pengetahuan dan Pemahaman Pengurus KOPMA ITENAS

Pengimplementasian suatu UU termasuk UU No. 17 Tahun 2012 sangat ditentukan oleh pemahaman maupun pengetahuan pengurus koperasinya terhadap UU tersebut. Pengetahuan da pemahaman tersebut sangat diperlukan demi tercapainya tujuan dalam penerapan UU tersebut. UU No. 17 Tahun 2012 telah disahkan pada bulan Oktober 2012, namun di Kota Bandung khususnya baru diadakan sosialisasi pada awal tahun ini. Sosialisasi tersebut tidak secara keseluruhan mensosialisasikan UU No. 17 Tahun 2012 namun undangan sosialisasi tersebut dilakukan pada acara seminar pajak yang lebih menjelaskan tentang sistem pajaknya.

Sosialisasi yang baru saja dilakukan oleh pihak dinas tersebut berimbas pada pengetahuan pengurus koperasi akan adanya UU tersebut. Pengurus KOPMA ITENAS salah satu yang baru mengetahui adanya pergantian UU No. 25 Tahun 1992 menjadi UU No. 17 Tahun 2012 pada acara sosialisasi pajak tersebut. Sebelumnya pengurus KOPMA ITENAS tidak mengetahui telah adanya pergantian UU koperasi yang berlaku.

“Kalo...dari...saya sendiri kan dari kepengurusan KOPMA itu baru ada undangan ...apa dari dinasnya dan katanya ada perubahan Undang-Undang baru dan kita pun baru tahu oh te rnyata Undang-Undang tuh udah banyak se kali diupdatenya...diubahnya dan kita juga baru tahu kemaren dan kita sekarang sedang mempelajari Undang-Undang yang baru ini apa...apa yang ada di KOPMA itu sama ga sih...atau berbeda harus ada yang diganti atau gimana...” “Untuk undang-undang kope rasi yang baru itu...saya baru tahu...baru tahu...be be rapa hari yang lalu gitu...itu Undang-Undang No. 17 tahun 2012...” Dalam sosialisasi pajak tersebut, penjelasan mengenai UU No. 17 Tahun 2012 hanya secara garis besarnya saja tidak secara menyeluruh. Sosialisasi tersebut menentukan kuota maksimal setiap koperasi mengirimkan wakilnya sebanyak 2 orang. Terbatasnya kuota bagi pengurus yang diundang mengakibatkan hanya pengurus yang datang kesosialisasi saja yang mengetahui perubahan UU tersebut, sedangkan pengurus lainnya hanya sedikit yang tahu.


(10)

“Kalau yang saya tahu...kemaren kan dari kebetulan kita mempunyai Kepala Departemen Humas dari apa ya... kemaren hari Rabu ya...hari Rabu kan ada workshop tentang perpajakan seperti itu ya...yang saya ketahui itu ya...ternyata memang banyak Undang-Undang yang telah diubah gitu dari Dinas Koperasi tersebut...dan dari pemerintahnya...lalu kemarin juga membahas tentang perpajakan gitu dan perpajakan itu yang saya tahu ketahui itu sekitar 1%... yang saya ketahui itu...dan ini apa...masalah tentang apa aja yang diubah itu Undang-Undang diperkoperasian ini saya belum terlalu tahu juga iya karena saya juga baru kemaren juga baru nanya-nanya ada apa aja yang diubah da belum diubah...” Pengurus KOPMA ITENAS baru mengetahui adanya pergantian UU koperasi pada saat sosialisasi pajak tersebut. Pengetahuan pengurusnya pun hanya sebatas tahu saja tanpa mengetahui isi dari UU No. 17 Tahun 2012 tersebut. Pengetahuan yang terbatas ini mengakibatkan ketidaktahuan perbedaan UU No. 17 Tahun 2012 dengan UU No. 25 Tahun 1992.

“Kalau buat perbandingan kita belum ...soalnya emang belum begitu tahu Undang-Undang yang baru...”

Perwakilan dari KOPMA ITENAS yang telah ikut dalam sosialisasi pajak tersebut telah memberitahukan hasil dari sosialisasinya kepada rekan-rekan pengurus yang lain. Tidak sedikit pengurus KOPMA ITENAS yang masih bingung terhadap UU No. 17 Tahun 2012. Pengurus KOPMA ITENAS masih berkiblat pada UU No. 25 Tahun 1992, termasuk dalam aspek permodalan koperasinya. Modal koperasi KOPMA ITENAS masih mengandalkan dari omzet usahanya untuk digulirkan kembali menjadi modal, selain dari omzet modal KOPMA ITENAS berasal dari simpanan wajib anggota.

“Kalau permodalan....kalau permodalan...karena kita ngga...apa ya...kita kan belum mengimplementasikan undang...jadi kurang tahu di undang-undang baru yang sekarang...kalau kita mah gini modalnya itu dari...jadi pertama modal itu berawal dari omzet...setelah kita mendapatkan omzet sebulan...nah omzet itu diambil digulirkan untuk modal...dan modal itu diambil dari simpanan wajib...”

Pengetahuan dan pemahaman pengurus KOPMA ITENAS dapat disimpulkan masih rendah khususnya dalam aspek permodalan, mengingat pengurus koperasinya mulai dari ketua sampai staf bawahannya masih belum tahunya UU No. 17 Tahun 2012 padahal UU ini sudah hampir berjalan selama 2 tahun. Pengurus KOPMA ITENAS sebagian besar baru mengetahui pergantian UU koperasi dari sosialisasi pajak yang dilakukan awal tahun ini. Tidak semua


(11)

pengurus KOPMA ITENAS memahami UU perkoperasian ini, sejauh ini mereka masih mempelajari dan mencari informasi mengenai UU No. 17 Tahun 2012 ini.

Latar belakang pendidikan pengurus KOPMA ITENAS yang kebanyakan adalah jurusan teknik, menjadi salah satu terbatasnya pengetahuan serta pemahaman pengurusnya tentang UU koperasi. Sebagian besar pengurus KOPMA ITENAS adalah angkatan 2012 yang masih sangat awam terhadap koperasi. Ketua KOPMA ITENAS ragu jika bawahannya mengetahui dan paham terhadap pergantian UU No. 25 Tahun 1992 menjadi UU No. 17 Tahun 2012.

4.1.5 Pengetahuan dan Pemahaman Pengurus KOPMA STT TEKSTIL

KOPMA STT Tekstil sempat vakum hampir dua tahun yaitu pada tahun 2007-2009, dikarenakan tidak adanya penerus dari KOPMA STT Tekstil dengan kata lain tidak ada anggota yang mau menjadi pengurus. Pada tahun 2009 atas instruksi Dinas Koperasi, KOPMA STT Tekstil mulai berdiri kembali di bawah kepengurusan anggota angkatan 2005. Setelah masa vakum tersebut, KOPMA STT Tekstil mulai dirintis kembali dan bertahan sampai kepengurusan periode sekarang. Keadaan KOPMA STT Tekstil masih di bawah rata-rata KOPMA di Kota Bandung, hal tersebut bisa dilihat dari pencatatan keuangan koperasinya yang masih sangat sederhana serta pembagian SHU yang tidak sesuai dengan yang seharusnya. Pendidikan perkoperasian pengurus dan anggotanya pun masih rendah tidak seperti KOPMA-KOPMA lain.

Pengetahuan pengurus KOPMA STT Tekstil dalam UU No. 17 Tahun 2012 bisa dibilang masih rendah. Perubahan yang terjadi dalam UU No. 17 Tahun 2012 dari segi permodalannya adalah simpanan pokok dan simpanan wajib yang berubah menjadi Sertifikat Modal Koperasi (SMK). Selain dari segi permodalan, yang mengalami perubahan yaitu prinsip koperasi yang mengalami penambahan prinsip serta keanggotaan yang sukarela. Selama ini keanggotaan di KOPMA STT Tekstil bersifat otomatis, sehingga pengurus KOPMA STT Tekstil berusaha agar keanggotaan koperasinya bersifat sukarela.

Kalau te ntang Undang-Undang baru sih yang kita tahu gitu ya baru dari pe rubahan yang simpanan pokok.. simpanan wajib gitu ya jadi SMK Sertifikat


(12)

Modal Koperasi terus..kaya adanya perubahan prinsip-prinsip gitu ada penambahan..”

“Sama mungkin sifat keanggotannya yang sukarela.”

Pengetahuan dan pemahaman pengurus KOPMA STT Tekstil masih belum memahami secara rinci hanya secara garis besarnya saja. Perubahan yang diketahui hanya terbatas pada perubahan simpanan wajib yang berubah menjadi SMK. Mengenai SMK ini juga pengurus hanya sebatas tahu dan mengikuti instruksi dari Dinas Koperasi tanpa mengetahui sistem penggunaan SMK secara menyeluruh yang sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2012.

4.1.6 Pengetahuan dan Pemahaman Pengurus KOPMA UNISBA

Kepengurusan KOPMA UNISBA periode 2014-2015 baru terbentuk sekitar dua bulan yang lalu, awal Maret 2014. Sebagian besar pengurus KOPMA UNISBA berasal dari Fakultas Syariah, dua pengurus inti yaitu Ketua dan Manager Administrasi Keuangan KOPMA UNISBA berasal dari Jurusan Keuangan dan Perbankan Syariah. Pengetahuan dan pemahaman pengurus KOPMA UNISBA akan aspek permodalan dalam UU No. 17 Tahun 2012 terbilang masih rendah. Ketua pada khususnya sudah mengerti aspek permodalan dalam UU tersebut terutama Sertifikat Modal Koperasi (SMK), namun belum semua pengurus lainnya memahami hal tersebut. SMK sendiri merupakan perubahan dari UU No. 25 Tahun 1992 yang dikenal dengan istilah simpanan wajib. Perubahan selain SMK yaitu dari sisi perubahan jenis koperasi yag harus berubah menjadi satu jenis koperasi saja.

“Kalau dari Undang-Undang paling mulai dari simpanan wajibnya yang berubah menjadi Sertifikat Modal Koperasi... terus dari sisi nama perubahan jenis koperasi jadi harus satu jenis saja... terus banyak lah...”

“Oh tentang Sertifikat Modal Koperasi ya? Kalo saya mah udah ya udah nge rti, tapi kan nanti ada untuk teknis ke bawahnya juga kan ya jadi semua harus ngerti juga...”

Pengurus lainnya belum memahami dengan benar UU No. 17 Tahun 2012. Kebanyakan pengurus KOPMA UNISBA hanya sekedar tahu, untuk selebihnya belum paham. Tidak sedikit pengurus yang hanya mengetahui sebatas penggantian nomor UU dari awalnya UU No. 25 Tahun 1992 dan sekarang


(13)

menjadi UU No. 17 Tahun 2012. Perubahan UU ini terjadi pada perubahan sistem simpanan dan perubahan sistem organisasi.

Kalau se batas tahu...tau tapi kalau untuk se le bihnya juga be lum lah be lum be gitu paham.

Tahunya hanya se batas nomornya gitu kan pengganti Undang-Undang tahun sebelumnya menjadi sekarang Undang-Undang no 17 Tahun 2012, itu mengatur tentang koperasi... jadi dalam koperasi itu yang saya tahu ada perubahan...perubahan sistem simpanan kemudian ada perubahan sistem organisasi mungkin.”

Aspek permodalan dalam UU No. 17 Tahun 2012 juga belum dipahami secara menyeluruh, yang diketahui hanya pergantian istilahnya saja. Simpanan dalam UU ini ada dua jenis simpanan, namun pada UU No. 17 Tahun 2012 simpanan wajib berubah menjadi SMK. Terjadi perubahan istilah juga pada simpanan pokok yaitu menjadi setoran pokok, istilah ini masih asing tidak populer seperti SMK.

“Hmm iya kalau tentang permodalan itu kan kalau koperasi kan kalau yang sekarang berjalan itu kan ada simpanan ya ada dua simpanan... simpanan pokok sama simpanan wajib... nah pada Undang-Undang no. 17 tahun 2012 itu diubah untuk simpanan berubah menjadi Sertifikat modal Koperasi atau SMK...jadi di situ dijelaskan...kalau misalkan yang saya pahami SMK itu mengubah apa ya...pokonya...mengubah dari simpanan wajib yang kita kenal sekarang itu menjadi SMK sementara untuk simpanan pokoknya itu menjadi...apa gitu istilahnya lupa...jadi nanti itu beda lagi sitemnya.”

Pemahaman Ketua KOPMA UNISBA terhadap UU No. 17 Tahun 2012 terbilang sudah di atas rata-rata pengurus lain KOPMA di Kota Bandung. Pengetahuannya mengenai aspek permodalan sudah baik, mengerti akan sistem SMK yang mulai diberlakukan pada UU No. 17 Tahun 2012, namun pengurus KOPMA UNISBA yang lain masih belum memahami dengan baik hanya sebatas tahu saja. Pemahaman pengurus yang lain hanya tahu perubahan-perubahan yang terjadi pada UU ini namun untuk pemahamannya masih kurang. Merupakan tugas Ketua KOPMA UNISBA untuk mensosialisasikan kepada rekan pengurus yang lainnya agar sama-sama memahami UU No. 17 Tahun 2012 ini dengan baik. Tidak cukup hanya ketua saja yang tahu dan paham, tetapi semua pengurus bahkan anggota harus sama-sama tahu dan paham.


(14)

Tidak banyak pengurus koperasi yang tahu akan pergantian UU No. 25 Tahun 1992 menjadi UU No. 17 Tahun 2012, termasuk pengurus KOPMA UNPAD. Beberapa pengurus KOPMA UNPAD hanya mengetahui UU No. 17 Tahun 2012 secara sekilas. Secara garis besar pengetahuan pengurus KOPMA UNPAD mengetahui tentang perubahan AD/ART, permodalan, keanggotaan, kepengurusan, kepengawasan, SHU, dll.

Se kilasnya...pokoknya mah ya intinya UU No. 17 itu ngatur se mua te ntang pe rkope rasian ya dari anggaran dasar dan apa...pokoknya AD/ART terus dari permodalan dari keanggotaan dari...kepengurusan kan kaya pengurus koperasi beda sama yang lain...kepengawasannya gitu...terus...SHU...dana cadangan...ya pokoknya itunya itu we....”

Pengurus KOPMA UNPAD khususnya bendahara merupakan anggota angkatan 2012, terlihat masih awam terhadap koperasi. kebingungan terhadap sistem permodalan koperasi terlihat jelas ketika menjelaskan permodalan di KOPMA UNPAD. Saat ini pengurus KOPMA UNPAD sedang memperbaiki sistem usahanya dikarenakan ada masalah pada usaha KOPMA dalam beberapa tahun terakhir. Saat ini modal KOPMA UNPAD masih berasal dari simpanan pokok dan simpanan wajib, sedangkan Sertifikat Modal Koperasi (SMK) belum diimplementasikan.

“Yang permodalan?...sama sih sama kaya dari simpanan pokok simpanan wajib dana hibah sama sertifikat itu...kalau buat di KOPMA...sebenernya di KOPMA itu lagi perbaikan sistem usahanya...jadi KOPMA UNPAD itu baru mau perbaikan sistem usahanya jadi bener-bener baru dimulai dari nol...modalnya tuh baru dari simpanan pokok dan simpanan wajib...”

Pengetahuan pengurus KOPMA UNPAD tentang SMK hanya sebatas tahu saja mengetahui basicnya belum secara mendalam. Saat ini dirasa masih banyak koperasi yang belum mengetahui tentang SMK ini, bila ketuanya saja belum mengetahui apalagi anggotanya.

Nah itu...tahu tapi hanya se batas tahu aja...soalnya menurut saya sendiri...saya dengan apa...yang sekarang ini...saya merasa memang masih banyak gitu...yang betul-betul koperasinya saya belum ketahui sekalipun saya sebagai ketua gitu...apalagi bagaimana yang di bawah anggota mungkin...ini juga usul mungkin kalau nanti ada...petinggi-petinggi koperasi supaya sosialisasikan aja...soalnya baru tahu singkatan-singkatannya aja...basic-basicnya tapi yang mendalamnya belum...”


(15)

Sistem SMK yang terdapat dalam UU No. 17 Tahun 2012 terlihat seperti saham yang berlaku di badan usaha yang mencari keuntungan yaitu perusahaan. SMK ini dianggap memberatkan bagi Koperasi Mahasiswa termasuk KOPMA UNPAD karena sistem SMKnya.

“Paling modal...kan kita ...setahu saya modal itu...dia...apa ya...semacam beda gitu...kalau perusahaan kan ga..ga..terlalu saham gimana gitu...paling gitu sih kalau yang modal soalnya yang di KOPMA kami sama sih kaya di KOPMA UPI waktu itu Iqbal yang ketua umumnya keberatan karena sistemnya itu...paling itu...”

Pengetahuan perbedaan UU No. 25 Tahun 1992 dengan UU UU No. 17 Tahun 2012 dinilai masih rendah. Diantara pengurus inti seperti ketua, sekretaris dan bendahara, yang mengetahui perbedaan tersebut hanya ketua saja sedangkan yang lain tidak tahu perbedaannya karena tidak memahami UU No. 17 Tahun 2012. Ketua KOPMA UNPAD melihat UU No. 25 Tahun 1992 sudah tidak sesuai dengan tuntutan jaman saat ini. Isi UU No. 17 Tahun 2012 masih mencantumkan mengenai besaran yang harus dibayarkan oleh koperasi. KOPMA berbeda dengan koperasi umum, sehingga dengan diterapkannya pajak bagi koperasi ini dirasa berat dan belum bisa membayar pajak yang seharusya.

“Hmm nomor 25 mungkin agak kurang update menurut saya sih garis besar aja...soalnya kalau per pasal atau per bab ga..ga memenuhi tuntutan jaman saat ini gitu...terus juga mungkin emang...saya sedikit ngebahas tentang pajak mulu ...karena mungkin emang kalau pajak di nomor 25 itu mungkin masuk kekas negara kita sedikit sedangkan Undang-Undang No. 17 tahun 2012 itu baik...Cuma banyak KOPMA...terutama KOPMAbukan koperasi umum tapi koperasi mahasiswa agak belum bisa...belum terbiasa gitu...”

Pengetahuan dan pemahaman pengurus KOPMA UNPAD terlihat masih rendah, mengingat pengurus inti seperti ketua, sekretaris dan bendaharanya masih belum memahami secara menyeluruh mengenai UU No. 17 Tahun 2012 ini. Sejauh ini para pengurus KOPMA UNPAD hanya sekedar tahu saja tanpa dipahami secara detail atau menyeluruh. Pengetahuan khusunya dalam aspek permodalan hanya mengetahui mengenai SMK saja tanpa dipahami secara detail. Pengurus KOPMA UNPAD melihat sistem SMK ini seperti saham yang berlaku di perusahaan-perusahaan yang mencari keuntungan. Saat ini sisitem usaha KOPMA UNPAD sedang dibenahi, sehingga sistem permodalan KOPMA UNPAD masih berasal dari simpanan pokok dan simpanan wajib.


(16)

4.1.8 Pengetahuan dan Pemahaman Pengurus KOPMA UNPAS

Pengetahuan dan pemahaman pengurus KOPMA UNPAS terhadap UU No. 17 Tahun 2012 masih rendah hanya mengetahui secara garis besarnya saja. Pengetahuan pengurus KOPMA UNPAS dalam UU ini masih secara garis besarnya saja seperti perubahan pengertian koperasai, kepengawasan koperasi yang bisa dari non anggota, perubahan dari simpanan pokok menjadi iuran, serta perubahan istilah simpanan pokok dan simpanan wajib. Perubahan pengertian koperasi sangat terlihat jelas perbedaannya, dalam UU No. 25 Tahun 1992 koperasi adalah gabungan dari badan hukum dan badan usaha koperasi sedangkan dalam UU No. 17 Tahun 2012 koperasi adalah kumpulan badan hukum saja.

Kalau pe nge tahuannya le bih ke pe nge rtian kope rasi...te rus apa ya...pengawas kan boleh dari non anggota...terus tadi juga perbedaannya dari simpanan jadi iuran...yang tadinya simpanan pokok dan simpanan wajib menjadi...”

“Jadi sebenernya undang-undang lama gabungan badan hukum dan badan usaha...kalau diundang-undang yang baru hanya badan hukum saja...”

Khusus aspek permodalan, pengetahuan pengurus masih sabatas mengetahui perubahan simpana pokok menjadi iuran pokok dan simpanan wajib menjadi Sertifikat Modal Koperasi (SMK). Pengurus KOPMA UNPAS memahami bahwa SMK dan iuran pokok sistemnya berbentuk saham yang dapat diperjual belikan. Sangat berbeda dengan simpanan wajib yang tidak bisa diperjual belikan tetapi koperasi mempunyai kewajiban untuk mengembalikan simpanan tersebut kepada anggota.

Hmm...saya cukup se dikit tahu ya...perbedannya itu mungkin dari...apa namanya...sertifikat modal usaha ya kalo sekarang...hmm...kalau sekarang itu setau saya berbentuk saham gitu...terus juga kalau setoran wajibnya tidak bisa diambil kembali yang baru saya tahu sedikit...”

“Iya jadi sertifikat...kan sertifikat itu kaya saham lagi bisa diperjual-belikan kalau misalkan simpanan tidak bisa ya...tapi ada kewajiban kita untuk mengembalikan kepada anggota...kalau sertifikat bisa diperjual-belikan...”

Sistem SMK yang diketahui pengurus KOPMA UNPAS minimal harus dibeli sesuai dengan ketentuan nominal dalam anggaran dasar koperasi. Perubahan sistem simpanan wajib menjadi SMK juga dilakukan pada simpanan pokok menjadi iuran wajib koperasi. Simpanan pokok merupakan simpanan yang


(17)

hanya sekali dibayarkan oleh anggota pada saat anggota masuk sebagai anggota dan simpanan ini dikembalikan kepada anggota pada saat anggota keluar atau tidak menjadi anggota lagi. Tidak jauh berbeda dengan iuran pokok yang hanya satu kali bayar pada saat anggota masuk menjadi anggota koperasi, namun iuran pokok ini tidak dikembalikan lagi kepada anggota saat anggota keluar atau tidak menjadi anggota koperasi. Iuran pokok yang tidak dikembalikan ini menjadi modal tetap koperasi.

“Hmm...terus untuk setoran pokoknya itu yang berbentuk saham itu kalau ga salah bisa diperjual-belikan itu sih yang baru saya tahu...terus juga hmm...Sertifikat Modal Usaha itu minimal harus dibeli dalam ketentuan anggaran dasar...jadi ada ketentuan nominalnya gitu...”

Pengurus KOPMA UNPAS belum memahami secara menyeluruh perubahan yang terjadi dalam UU No. 17 Tahun 2012, baru mengetahui secara umum dan belum mengetahui sistem setiap perubahannya. Pengetahuan dan pemahamannya dalam aspek permodalan juga belum secara mendalam masih secara garis besar, seperti perubahan istilah simpanan pokok menjadi iuran pokok dan simpanan wajib menjadi Sertifikat Modal Koperasi (SMK). Pemahaman iuran pokok dan SMK masih sebatas tahu namanya saja namun untuk ketentuan-ketentuannya belum mengetahui secara pasti. Pengurus KOPMA UNPAS memahami sistem SMK dan iuran pokok ini berbentuk saham yang dapat diperjual belikan serta tidak ada kewajiban koperasi untuk mengembalikan semua modal dari anggota. perbedaan yang sangat terihat yaitu pada iuran pokok yang tidak dikembalikan kepada anggota namun menjadi modal tetap bagi koperasi, sedangkan SMK seperti saham yang dapat diperjual belikan serta koperasi tidak ada kewajiban mengembalikan modal anggota.

Pengetahuan dan pemahaman pengurus KOPMA se-Kota Bandung terhadap UU No. 17 Tahun 2012 sudah cukup namun masih ragu-ragu, seperti pada tabel jawaban pengurus di bawah ini.

Tabel 4.2

Pengetahuan dan Pemahaman Pengurus KOPMA di Kota Bandung mengenai UU No. 17 Tahun 2012 Berdasarkan Hasil Wawancara


(18)

No Jawaban Pengurus Kesimpulan 1. KOPMA BS UPI

- “Iya tahu” (Ketua)

- “Kalau saya cukup tahu...sedikit tahu sih lebih tepatnya...” (Sekretarris) - “Kalau Iis...cukup tahu sih tapi belum

terlalu banyak tahu ya...” (Bendahara)

Dari jawaban respoden dapat disimpulkan bahwa pengetahuan

pengurus KOPMA di Kota Bandung sudah cukup tahu namun masih ada keragu-raguan dan untuk pemahamannya sendiri

masih belum memahami secara menyeluruh

2. Ekuitas

- “Hmm...kalau tahu...tau gitu...” 3. KOKESMA ITB

- “Jadi kalau undang-undang baru itu koperasi itu dianggap sebagai kaya apa ya...” (Ketua)

- “Ya pokoknya yang paling itu tuh diubah ga udah bukan simpanan pokok simpanan wajib...” (Sekretaris) - “Hmm...dari apa ya...” (Bendahara) 4. KOPMA ITENAS

- “...kita pun baru tahu oh ternyata Undang-Undang tuh udah banyak sekali diupdatenya...” (Ketua) - “Untuk undang-undang koperasi yang

baru itu...saya baru tahu...baru tahu...beberapa hari yang lalu gitu...” (Sekretaris)

5. KOPMA STT TEKSTIL

- “Kalau tentang Undang-Undang baru sih yang kita tahu gitu ya baru dari perubahan yang simpanan pokok...” 6. KOPMA UNISBA

- “Kalau sebatas tahu...tau tapi kalau untuk selebihnya juga belum lah belum begitu paham...” (Bendahara) - “Kalo saya mah udah ya udah

ngerti...” (Ketua) 7. KOPMA UNPAD

- “Sekilasnya...pokoknya mah ya intinya UU No. 17 itu ngatur semua tentang perkoperasian...” (Sekretaris) - “Nah itu...tahu tapi hanya sebatas tahu

aja...” (Ketua) 8. KOPMA UNPAS


(19)

kepengertian koperasi...terus apa ya...” (Ketua)

- “Hmm...saya cukup sedikit tahu ya...” (Sekretaris)

Berdasarkan data yang diperoleh sebagian pengurus KOPMA se-Kota Bandung hanya tahu saja mengenai perubahan dari UU No. 25 Tahun 1992 menjadi UU No. 17 Tahun 2012 tanpa mengetahui isi perubahan yang terjadi di dalamnya. Perubahan secara garis besar yang terjadi dalam aspek permodalan yaitu perubahan dari simpanan pokok menjadi iuran pokok dan simpanan wajib menjadi Sertifikat Modal Koperasi (SMK). Pengurus yang mengetahui perubahan tersebut hanya sebagian kecil dan untuk mekanisme dalam iuran pokok maupun SMK belum dipahami secara menyeluruh.

Perubahan iuran pokok yang diketahui dan dipahami oleh pengurus KOPMA yaitu iuran pokok yang dibayar sekali selama menjadi anggota pada saat menjadi anggota koperasi tidak dapat dikembalikan kembali kepada anggota dan menjadi modal bagi koperasi, berbeda dengan simpanan pokok yang dapat dikembalikan kepada anggota pada saat anggota keluar dan tidak menjadi anggota koperasi lagi. Sistem SMK sendiri yang dipahami oleh pengurus KOPMA se-Kota Bandung terlihat seperti sistem saham yang diperjual-belikan di perusahaan-perusahaan yang tujuannya mencari keuntungan. Besaran SMK tiap anggota bisa berbeda tergantung kesanggupan anggotanya, sehingga dapat memacu kesenjangan sosial antar anggota koperasi. berbeda dengan simpanan wajib yang besaran dan waktu pembayaran ditentukan oleh koperasi sehingga setiap anggota mempunyai kedudukan yang sama. SMK maupun simpanan wajib sama-sama menjadi modal dari anggota namun mekanisme baik dalam pembayaran maupun pengembalian sangat berbeda.

4.2 Gambaran Kesiapan Pengurus KOPMA di Kota Bandung dalam Mengimplementasikan UU No. 17 Tahun 2012 Khususnya Aspek Permodalan.


(20)

Sejauh ini meskipun belum mengimplementasikan UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012, KOPMA BS UPI sudah mempersiapkan segala sesuatu yang akan menungjang pemngimplementasian undang-undang tersebut. KOPMA BS UPI telah membuat tim ADHOC yang mempunyai tugas untuk menyesuaikan AD/ART KOPMA dengan UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012.

“Ya KOPMA sendiri karena...batas akhirnya tahun 2015...jadi kami ditahun 2014 ini...membuat tim khusus untuk me mbahas Undang-Undang yang baru namanya tim ADHOC menyesuaikan AD/ART 2014 ya tentang Undang-Undang yang baru...jadi mereka di sini membahas perbedaannya antara yang dulu dengan yang sekarang Undang-Undang 25 dan Undang-Undang 27 yang bisa diaplikasikan yang mana aja...terus emang di bulan Oktober Insya Allah pengennya sih semua sudah diaplikasi kan...selain itu juga perbedaan...dari tim ini mungkin ya membahas tentang apa saja yang bisa diaplikasikan dan apa yang tidak...soalnya kan peraturan pemerintahnya kan emang belum muncul ya belum ada...jadi kita juga masih menyesuaikan aja yang mana yang bisa dan tidak... Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Fakhri, persiapannya dalam membentuk tim ADHOC yang membahas pasal demi pasal dari undang-undang perkoperasian tersebut. Selain membentuk tim ADHOC, pengurus KOPMA BS UPI terus mencari informasi agar dapat memahami UU ini secara menyeluruh. Sejauh ini, pengurus KOPMA BS UPI terus mengkaji secara keseluruhan mnengenai pasal-pasal yang perlu diubah dan disesuaikan dengan UU No. 17 Tahun 2012. Setelah semua penyesuaian selesai dilakukan, pengurus akan mencoba untuk mengundang para ahli koperasi maupun dari pihak dinas yang sudah memahami benar UU perkoperasian ini.

“Kalau dari persiapan kita sih...untuk me ngahadapi pe ne rapannya mungkin kita se karang lagi apa...bikin tim ADHOC yang membahas tentang penyesuaian dari Undang-Undang yang lama ke Undang-Undang yang baru mungkin di sana nah... makanya untuk saat ini mungkin kita...kita masih mengkaji secara keseluruhan gitu dulu kira-kira apa...pasal-pasal mana yang mau apa yang perlu diubah untuk disesuaikan dengan Undang-Undang yang baru gitu...nah nanti misalnya sudah semua di...apa...dikaji kita mungkin nanti akan mengundang apa...ahli yang udah apa...dari kedinasan mungkin atau dari yang bener-bener udah memahami Undang-Undang no. 17 gitu...”

Tidak jauh bereda dengan yang diungkapkan oleh Iis bahwa KOPMA BS UPI juga melakukan koordinasi dengan pihak luar salah satunya IKOPIN untuk membantu mereka dalam upaya mengimplementasikan UU No 17 Tahun 2012.


(21)

“Sama sih yang tadi disampaikan Fakhri juga...tapi mungkin kalau dari ini nya...selain memang mengadakan tim ini sendiri kita juga sering berkoordinasi dengan pihak luar kaya IKOPIN gitu...”

Persiapan dari KOPMA BS UPI dalam mengimplementasikan UU No 17 Tahun 2012 baru sekitar 25% karena masih menunggu penerbitan peraturan dari pemerintah.

Oh kalau dihitung pe rse n sih ya...mungkin masih 25% masih jauh...” “Iya masih 25% soalnya kita juga masih menunggu peraturannya kan ...”

4.2.2 Kesiapan Pengurus KOPMA Ekuitas

UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012 sudah disah kan sekitar dua tahun yang lalu dan harus diterpakan maksimal pada tahun 2015 atau sekitar tiga tahun dari disah kannya undang-undang tersebut. Sejauh ini, KOPMA Ekuitas baru mempersiapkan tim khusus untuk membahas mengenai penerapan UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012 di KOPMA Ekuitas. Untuk menambah persiapan diri khususnya dari pengurus KOPMA Ekuitas, setiap bulan pengurus KOPMA Ekuitas mengadakan pembahasan mengenai implementasi undang-undang ini.

“Hmm...kalau persiapan udah...kita pas RAT kemaren sempet membahas bersama anggota bakal dibuat satu tim khusus itu kan...untuk membahas mengenai...itu sih penerapan di kita...di KOPMA...entah itu dari AD/ART...sama SMKnya sendiri nanti teknisnya mau seperti apa cuma dari kita sendiri belum terlalu...pemahamannya belum nyampe gitu makanya pas kemaren kan sempet ada pelatihan dari...apa sih...hmm... DEKOPINWIL kalo ga salah mengenai perpajakan koperasi dan di sana juga hadir FKKMI bahwa nanti setiap bulannya itu ada pembahasan mengenai implementasi undang-undang yang baru gitu...” Persiapan yang dilakukan KOPMA Ekuitas baru mencapai angka 10%, karena pembentukan pengurusnya baru dilaksanakan sekitar satu bulan yang lalu. Sebelum menerapkan undang-undang ini langsung di KOPMA Ekuitas, pengurus KOPMA Ekuitas nya dulu yang diberi pemahaman. selain melakukan kajian undang-undang sendiri, KOPMA Ekuitas juga melakukan studi banding dan berbagi pengalaman ke KOPMA-KOPMA lain salah satunya KOPMA BS UPI.


(22)

Dari 100...belum sih kita be lum nyampe 10% juga be lum....karena... pertama RATnya baru kemaren gitu kan...terus kita di KOPMAnya juga masih...apa...pembentukan pengurusnya juga baru...jadi yaudah kita matengin dulu nih pengurusnya ketika intern pengurusnya udah mateng udah bener-bener ngerti...okey kita bikin sekaligus bikin kita sekaligus bikin tim-tim di sini kita sekaligus cari informasi dari yang lain juga gimana seperti apa...termasuk kemaren sempet ada kunjungan dari...ketua...KOPMA UPI ya...kang Iqbal gitu...nanya-nanya juga tentang di mereka gimana mengenai undang-undang yang baru ini...mereka pun sama ada tim gitu ya...nah itu ya...kita juga sharing-sharimg sih di situ gimana...seenggaknya mereka juga suka atau ngga...adanya undang-undang baru...”.

4.2.3 Kesiapan Pengurus KOKESMA ITB

UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012 ditetapkan pada tahun 2012 dan wajib diimplementasikan pada tahun 2015. Setelah hampir dua tahun disahkannya undang-undang koperasi tersebut, KOKESMA ITB belum mengimplementasikan dan baru mempersiapkan segala sesuatunya untuk mengarah kepada implementasi undang-undang ini. Aryo sebagai Ketua KOKESMA menjelaskan persiapan yang sudah dilakukan oleh KOKESMA ITB baru pada tahap sosialisasi undang-undang kepada pengurus dan baru akan membentuk tim formatur pada pertengahan tahun untuk menentukan akan diimplemtasikan undang-undang ini atau tidak. UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012 wajib diimplementasikan pada tahun 2015, sehingga di KOKESMA ITB baru akan mengimplementasikan undang-undang koperasi ini pada kepengurusan selanjutnya tahun 2015.

“Iya kan undang-undang ditetapkannya kan tahun 2012 dan wajib diimplemetasikan tahun 2015...nah se dangkan se lama ini kita...sudah sampai ke tahap sosialisasi kepada keanggota sama pe ngurus-pengurusnya...nah untu pengurus tahun depan kan kita pergantian pengurus itu biasanya itu tiap awal tahun...nah dengan...itu kalau ga salah 2015...maka tahun 2015 harus dijalankan mulai tahun depan mulai kepengurusan tahun 2015 yang mulai Januari...jadi mereka mulai menjalankannya...nah di kita tuh ada tradisi bahwa pengurus itu...dipilih...di...rembugkan oleh ada tim namanya tim formatur...nah nanti insya allah tim ini bakal kaya bener-bener...tim ini dipilih sekitar September-Oktober nah...mereka yang bakal merumuskan gimana nih koperasi kita berubah apa ngga...dengan perubahan yang seperti ini tahun depan gitu... “

Tidak jauh berbeda, Fania mengatakan persiapan KOKESMA ITB baru sampai tahap sosialisasi antar pengurus juga sosialisasi dari Menkop yang kebetulan hadir pada saat RAT. Diharapkan KOKESMA ITB sudah bisa menerapkan UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012 ini pada tahun 2015.


(23)

“Kalau yang sosialisasinya sih udah...udah berkali-kali sih kalau sosialisasi terus abis itu juga udah ada dari bapak Menkop ya...sekalian RAT kan waktu itu...itu waktu itu udah ngomongin tentang itu tapi dari kita nya emang udah sepakat kalau kita belum nerapin kalau undang-undang baru nya...terus jadi itu maksimal 2015 ya kalau ga salah itu nya...mudah-mudahan sih tahun depan udah bisa nerapin kan RAT Januari 2015 mudah-mudaha udah bisa...”

Tahun 2014 ini kepengurusan KOKESMA ITB sedang membenahi sistem pembagian SHU yang sedang mengalami masalah sebelum mengimplementasikan UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012. Menurut Susiana Ketua Keuangan KOKESMA, sudah beberapa tahun belakangan ini SHU KOKESMA tidak dibagikan kepada anggota, diharapkan SHU pada tahun ini bisa dibagikan kepada anggota.

“Hmm...dari tahun kemarinnya aja kita tuh udah ada masalah gitu kan SHU kita tuh ga dibagiin karena apa ya...sebenernya banyak yang mesti dibenahi dulu gitu...takutnya kalau tahun ini pengen...yaudah perbaikin dulu sebisa mungkin SHU tahun ini dibagiin kaya gitu...jadi mengarah ke sana kaya gitu tapi diperbaikin dulu yang kemarin gitu...”

Sejauh ini persiapan KOKESMA ITB baru tahap sosialisasi kepada pengurus baik antar pemgurus maupun dari pihak terkait seperti Menkop. Kewajiban mengimplementasikan UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012 yaitu pada tahun 2015, sehingga pada saat ini kepengurusan KOKESMA ITB belum mengimplementasikannya dan berharap pada kepengurusan periode berikutnya bisa mengimplementasikan undang-undang tersebut. Kepengurusan periode sekarang masih akan membenahi dahulu sistem SHU yang sedang bermasalah, sudah beberapa tahun kebelakang SHU tidak dibagikan kepada anggota. SHU yang tidak dibagikan tersebut dijadikan modal untuk KOKESMA ITB. Diharapkan tahun ini SHU dapat dibagikan kepada anggota dan kepengurusan periode selanjutnya bisa mengimplementasikan UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012.

4.2.4 Kesiapan Pengurus KOPMA ITENAS

UU No. 17 Tahun 2012 sudah disahkan pada bulan Oktober 2012, semua koperasi wajib mengimplmentasikan UU tersebut dengan batas waktu maksimal pengimplementasian pada tahun 2015. Diharapkan pada tahun 2015 semua


(24)

koperasi di Indonesia sudah mengimplementasikan UU Perkoperasian No. Perkoperasian 17 Tahun 2012. KOPMA ITENAS yang belum berbadan hukum membuat pengurusnya masih belum mau untuk mengimplementasikan UU perkoperaasian tersebut.

“Hmm...yang peraturan dari pemerintah ya...tahu sih cuma...kalau misalnya tahun ke mare n di rapatin kita tuh ngga...ngga ngikutin undang -undang itu dite rapin cuma kita cukup tahu aja tapi ngga terlalu apa...ga terlalu kaya ngikutin banget cuma pada tahu aja gitu ya...soalnya kita juga kan belum berbadan hukum...”

KOPMA ITENAS belum mempersiapkan apapun untuk mengimplementasikan UU No. 17 Tahun 2012 ini. Selain karena belum berbadan hukum, pengurus KOPMA ITENAS ingin membenahi dahulu sistem koperasinya sebelum mengimplemenasaikan UU koperasi ini secara menyeluruh.

“Kalau yang untuk itu sih...kalau untuk apa istilahnya...menerapkan undang-undang yang baru yah...ada...emang ada...pengurus yang tahun ini juga lagi ber...apa istilahnya...bikin planning gitu buat pengurus kami itu membenahi sistem awalnya kan bisa menerapkan undang-undang yang baru itu seperti apa...” Bisa dikatakan pengurus KOPMA ITENAS belum akan mengimplementasikan UU No. 17 Tahun 2012 dalam waktu dekat. Mengingat belum dilakukannya persiapan apapun dala upaya pengimplementasian UU ini. KOPMA ITENAS yang belum berbadan hukum yang menjadi alasan utama KOPMA ini belum akan mengimplementasikan UU No. 17 Tahun 2012. Membenahi sistem koperasi juga menjadi alasan belum akan diterapkannya UU koperasi ini.

4.2.5 Kesiapan Pengurus KOPMA STT TEKSTIL

Setelah sempat vakum beberapa tahun terakhir, namum KOPMA STT Tekstil sudah mampu bangkit dan mulai mengembangkan lagi koperasinya. Struktur kepengurusan yang tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya memudahkan para pengurus untuk berkomunikasi satu sama lain, temasuk dalam mempersiapkan pengimplementasian UU No. 17 Tahun 2012. KOPMA STT Tekstil sendiri masih dalam tahap proses menuju pengimplementasian UU koperasi, juga sedang dalam tahap adaptasi. Sejauh ini pengurus KOPMA STT


(25)

Tekstil sudah mempersiapkan SMK sesuai dengan yang berikan oleh Dinas Koperasi.

“Iya..se dikit-sedikit kita me ngacu ke sana cuma kan kita masih dalam tahap prose s gitu., soalnya kan itu apa ya.. bisa dibilang adaptasi juga ..”

“Kalau dari Adm sih yang Sertifikat Modal Koperasi itu kita buat sama kaya yang dikasih sama dinas itu terus teh...”

Selain persiapan SMK yang sudah mulai dilakukan oleh sekretaris dan keuangan, KOPMA STT Tekstil juga sedang mempersiapkan tranformasi dari segi keanggotaan dari yang sebelumnya otomatis menjadi sukarela. Permodalan KOPMA STT Tekstil selama ini masih tergantung kepada keanggotaan yang bersifat otomatis, sehingga saat ini para pengurus sedang mempersiapkan permodalan koperasi ketika nantinya sistem keanggotaan sudah menjadi sukarela.

“Kalau dari kita sendiri khususnya buat anggota ya yang keterbukaan dari otomatis ke sukarela itu... kita lagi nyiapin juga untuk permodalan. Karena permodalan yang ada kan memang sekarang ini karena otomatis kan kita ketergantungan terhadap anggota.. nah kita lagi nyiapin itu modal ketika nanti sukarela kita masih mempunyai modal buat terus berjalan... kalau untuk SMK sendiri kita dari sekretaris udah mulai sekarang lagi mendata untuk bikin SMK buat yang nanti anggota baru..”

Persiapan yang dilakukan pengurus KOPMA STT Tekstil tidak hanya mengenai pengimplementasian UU No. 17 Tahun 2012, namun memperbaiki segala sistem yang sudah berjalan sejak dulu. Perbaikan sistem tersebut mulai dari perbaikan sistem keanggotaan yang berifat otomatis mejadi sukarela, pembagian SHU yang semula hanya dibagikan kepada anggota yang akan lulus dari STT Tekstil menjadi SHU yag dibagikan kepada seluruh anggota setiap tahunnya. Sistem pencatatan keuangan koperasi yang belum sesuai dengan PSAK pun menjadi perhatian penting, karena selama ini pencatatan keuangan STT tekstil hanya neraca secara garis besar.

4.2.6 Kesiapan Pengurus KOPMA UNISBA

UU No. 17 Tahun 2012 disahkan oleh pemerintah pada bulan Oktober 2012. Pemerintah memberi waktu kepada koperasi-koperasi di Indonesia termasuk KOPMA yang ada di Kota Bandung untuk mengimplemtasikan UU tersebut paling lambat pada tahun 2015. Koperasi Mahasiswa pun ikut


(26)

mempersiapkan pengimplementasian UU ini. KOPMA-KOPMA di Kota Bandung khususnya KOPMA UNISBA sedang mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. Persiapan yang saat ini sedang dilakukan KOPMA UNISBA yaitu mensosialisasikan UU No. 17 Tahun 2012 ini baik kepada pengurus maupun anggota.

Kalau ke siapan di sini mah kan kaya gitu kan ada pe rubahan nama dan se gala macam kan ya jadi mungkin karena itu kan baru berjalan itu Oktober 2015 kan jadi ada waktu lah buat kita untuk prepare dulu dimana perubahan...apa.. mungkin...kalau misalkan mungkin pensosialisaian kita baru berjalan tahun depan bukan di tahun sekarang , kalau tahun sekarang kita baru mempersiapkan apa saja yang kita butuhkan... “

Persiapan KOPMA UNISBA pada tahun ini selain melakukan sosialisasi juga mencari informasi termasuk ke Dinas Koperasi. Penjelasan yang didapat ketika mencari informasi ke dinas yaitu untuk tahun sekarang hanya sebatas mencari informasi apa saja yang harus diubah untuk menghadapi UU No. 17 Tahun 2012 yang akan diterapkan pada tahun 2015. Persiapan yang harus dilakukan yaitu pengubahan badann hukum, pengubahan nama, pengubahan jenis kopersi yang dijalani, juga pengubahan nama simpanan yang berubah menjadi sertifikat. Hal terpenting yang harus dipersiapkan dalam UU ini adalah mempersiapkan segala sesuatu tentang Sertifikat Modal Koperasi.

“Kalau untuk pengubahan kita belum karena pada dasrnya kan itu diterapkan tahun 2015 ya... pas kita mencari informasi ke dinas katanya kalau untuk sekarang hanya sebatas mencari informasi apa saja yang harus kita rubah untuk menghadapi Undang-Undang no 17 yang akan diterpakan ditahun 2015... jadi di situ kita harus mempersiapkan pengubahan badan hukum, pengubahan nama, pengubahan jenis koperasi yang kita jalani kemudian dari pengubahan nama simpanan menjadi sertifikat... pengubahan apa ya... lebih menyiapkan tentang sertifikatnya itu....”

Selain dinas, pencarian informasi pun dilakukan ke KOPMA-KOPMA rekanan se-Bandung Raya mengenai format-formatan SMK dsb. Pengurus KOPMA UNISBA pernah mengunjungi KOPMA Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai referensi mencari informasi. KOPMA UGM sudah melakuakan persiapan hampir 80%, mulai dari perubahan AD/ART, GBHO, juga dari sistematika permodalannya.


(27)

“Kan kita baru sharing-sharing aja sama koperasi yang ada di kota Bandung tentang SMK, format-formatan SMK gitu.. untuk perubahan nama udah cari-cari notaris gitu..”

Kalau kita pe rsiapan baru 40% ya kalau yang saya lihat, karena pertama kita juga belum begitu paham Undang-Undang tersebut...jadi kita hanya sebatas mencari informasi itu lewat dinas aja dan KOPMA-KOPMA rekanan se-Bandung Raya...waktu tahun lalu juga kita pernah ke Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta mereka juga...mereka sudah mempersiapkan hampir 80% kalau ga salah untuk persiapan...dari pengubahan AD/ART GBHO-GBHO kemudian dari sistematika permodalannya...kemudian dari akuntansi nya juga itu kan ada perubahan nama akun.”

Persiapan KOPMA UNISBA sejauh ini baru mencapai 40% dari keseluruhan, yang sedang dipersiapkan mulai dari sosialisasi pengurus serta anggota, formatan SMK, penggantian nama koperasi, penentuan jenis koperasi, juga persiapan notaris. Sosialisasi mengenai UU No. 17 Tahun 2012 sangat diperlukan bagi pengurus maupun bagi anggota. Saat ini pengetahuan pengurus KOPMA UNISBA masih rendah belum memahami secara menyeluruh mengenai perubahan-perubahan yang ada dalam UU tersebut. Peran pengurus dalam menjalankan koperasi sangat penting sehingga pemahaman terhadap UU ini pun harus segera dipahami agar dalam mengimplementasikan UU No. 17 Tahun 2012 ini dapat berjalan dengan baik. harusPenggantian nama dan penentuan jenis koperasi perlu dipersiapkan, mengingat pada UU No. 17 Tahun 2012 koperasi dikelompokkan menurut jenis usaha koperasinya. Satu koperasi tidak boleh memiliki lebih dari satu jenis koperasi, sedangkan di KOPMA UNISBA jenis usahanya mulai dari jasa, produksi juga konsumsi. Hal tersebut yang sedang dipersipakan saat ini serta nama koperasi yang tidak boleh sama sehingga peran notaris sangat diperlukan.

4.2.7 Kesiapan Pengurus KOPMA UNPAD

Persiapan untuk mengimplementasikan UU No. 17 Tahun 2012 sudah mulai dilakukan oleh KOPMA UNPAD, namun pengurus KOPMA UNPAD masih belum memahami sistem SMK. Upaya yang dilakukan dalam mempersiapkan pengimplementasian tersebut salah satunya konsultasi dengan KOPINDO maupun FKKMI dalam upaya memahami sistem SMK.


(28)

“Hmm...ada sih...yang jelas pasti ada ya untuk yang itu...tapi sejujurnya untuk apa ya...ilmu tentang yang kaya sertifikat itu terutama Sertifikat Modal Koperasi itu kita belum dapet gitu...jadi paling nanti kita kaya konsultasi dulu sama KOPINDO...FKKMI yang gitu gitu untuk ke arah situ jadi kita bener-bener permodalannya masih dari yang lain yang kaya diulang lagi kaya simpanan pokok simpanan wajib mungkin hibah kalo ada sih...”

UU No. 17 Tahun 2012 sebetulnya sudah mulai diseosialisasikan pada tahun kemarin. Kepengurusan KOPMA UNPAD periode sebelumnya belum mengimplementasikan UU ini, namun kepengurusan tahun ini akan mulai mengaplikasikannya. Persiapan yang telah dipersiapkan yaitu mulai dari pembuatan SPT, modal, pembenahan sistem, serta mempersiapkan sistem penanaman modal (SMK) untuk ke depannya agar tidak ada yang memonopoli KOPMA.

“Kalau...itu kan sebetulnya dari tahun lalu mulai disosialisasikan...jadi kalau tahun lalu...dikepengurusan tahun lalu belum...tapi kalau dike pe ngurusan tahun ini kita mau aplikasiin...kaya kita yang SPT...yang pajak...terus kita yang modal semuanya mekanismenya mau dibetulin gitu...jadi ga ada yang...misalnya satu pihak ketiga yang kita jual itu terlalu memonopoli...kaya misalnya kan ya...memonopoli lah... jadi...kita betul-betul terbuka siapa aja yang mau menanamkan modalnya bareng di KOPMA dari luar ya sok mangga...asal pembagiannya nanti sesuai dengan Undang-Undang No. 17...”

Persiapan yang harus dilakukan sebenarnya mengenai sosialisasi kepada anggota. Sosialisasi beberapa kali telah dilakukan oleh para pengurus KOPMA UNPAD, namun tetap saja masih ada pengurus yang belum tahu mengenai UU ini yaitu bidang Pemberdayaan Sumber Daya Anggota. Pengurus PSA ini seperti kurang peduli sehingga belum begitu memahami terhadap pergantian UU perkoperasian ini. Ketua KOPMA UNPAD tidak begitu menghiraukan masalah tersebut, yang terpenting semua pengurus mengetahui basicnya. Pengurus inti seperti ketua, sekretaris dan bendahara sangat diharuskan memahami UU ini, karena kedudukan pengurus inti ini sangat penting dalam sebuah koperasi termasuk KOPMA.

“Tahu...kalau yang keuangan tahu...dia walaupun ga ikutan workshop saya udah ngasih bukunya...trus dia juga tahu...pasti...pasti tahu gitu ...terus paling yang justru belum tahu tuh mungkin yang bidang PSA yang Pemberdayaan Sumber daya Anggota...kalau itu mungkin saya sudah mensosialisasikan tapi mereka agak kurang apa...bukan kurang peduli tapi kurang paham ya...dan memang menurut


(29)

saya...okelah...yang penting udah paham betul basic nya...yang penting yang paham itu kan usaha...keuangan...ketua...wakil...itu paling yang penting...”

Sejauh ini persiapan yang sedang dilakukan KOPMA UNPAD mulai dari sosialisasi kepada pengurus dan anggota agar lebih memahami UU No. 17 Tahun 2012. Persiapan lain yang sangat penting adalah membenahi sistem koperasi yang sedang mengalami masalah beberapa tahun ini sebelum UU perkoperasian ini diimplementasikan secara menyeluruh. Pencarian informasipun menjadi salah satu persiapan yang sedang dilakukan, pencarian informasi ini bertujuan agar pengurus KOPMA pada khususnya memahami dengan benar mengenai sistem SMK yag terlihat seperti saham.

4.2.8 Kesiapan Pengurus KOPMA UNPAS

Persiapan yang dilakukan oleh KOPMA UNPAS dalam mengimplementasikan UU No. 17 Tahun 2012 baru pada tahap mempelajari UU tersebut. Pengurus KOPMA UNPAS sebagian besar dari anggota angkatan 2011 dan 2012, lamanya pengalaman di koperasi menjadi salah satu alasan belum mengimplementasikannya UU ini dan menjadi penyebab belum dilakukannya persiapan yang matang. Pada bidang keuangan dan sekretasris belum melakukan persiapan apapun dikarenakan pengurus bidang tersebut masih mempelajari UU No. 17 Tahun 2012 sebelum benar-benar diimplementasikan di KOPMA UNPAS.

“Hmm...sejujurnya saat ini belum ya teh...ya...karena kita juga masih...saya juga kan baru gitu di sini jadi masih banyak belajar...gitu sih teh...”

Kalau pe rsiapan khusus sih be lum ada ya...untuk sejauh ini...soalnya kan itu melakukan proses ya teh itu bener-bener beda dari yang kemarin...jadi kalau dari keuangan persiapannya belum ada...tapi kita pelajari gitu...”

Mempelajari lebih lanjut UU perkoperasian ini mejadi salah satu alasan utama KOPMA UNPAS belum melakukan persiapan pengimplementasian UU No. 17 Tahun 2012. Pemahaman yang masih kurang menjadikan pengurus KOPMA UNPAS bingung dalam menentukan persiapan yang harus dilakukan.


(30)

Pengetahuan sistem sertifikat yang masih sangat awam dan belum dipahami secara menyeluruh, sehingga saat ini pengurus KOPMA UNPAS sedang giat mempelajari UU perkoperasian ini. Proses untuk mengimplementasikan UU perkoperasian ini membutuhkan waktu yang panjang bagi KOPMA UNPAS.

“Sama...kalau itu mah...kalau dari segi kalau itu kan perlu...perlu apa ya...perlu pengkajian lebih lanjut gitu teh...jadi tidak bisa menerapkan langsung gitu soalnya emang...itu kan pake sertifikat juga ...sekarang juga masih bingung gitu harus gimana...jadi paling di...kita mempelajari kalau misalkan itu...jauh prosesnya untuk menerapkan ke koperasi gitu...”

Koperasi Mahasiswa yang notabene merupakan koperasi tempat pembelajaran bagi pemula juga masih dibingungkan dengan penjenisan koperasi. selama ini Koperasi Mahasiswa mempunyai beberapa jenis usaha, misalnya KOPMA UNPAS yang mempunyai koperasi konsumsi, jasa, dan produksi. Pengurus KOPMA UNPAS masih bingung untuk memfokuskan koperasi menjadi satu jenis koperasi saja. Sejauh ini baru pengertian-pengertian dalam UU No. 17 Tahun 2012 yang sudah mulai diterapkan dalam AD/ART KOPMA UNPAS, sedangkan untuk permodalan khususnya SMK masih dalam tahap pembelajaran.

“Kalau misal me ngimple ntasikan se ndiri be lum te h...tapi kalau di AD/ART pengertiannya itu kita sudah mulai gitu tapi implementasi secara apa ya...keuangan...kaya yang tadi simpanan...pengawasan itu kita belum...soalnya juga kita masih bingung ya...lebih kaya...kan diundang-undang yang baru itu berubah...jenis-jenis...karena kita kan koperasi mahasiswa yang notabene yang apa ya...masih pembelajaran gitu masih bingung sih...yang mana gitu mau yang kejenis...eh...jenisnya itu mau ke produksi, konsumsi atau jasa gitu...soalnya saya juga ngobrol sama yang lain juga masih”.

Sama seperti halnya KOPMA lain di Kota Bandung, KOPMA UNPAS belum mengimplementasikan UU No. 17 Tahun 2012. Saat ini KOPMA UNPAS masih dalam proses pembelajaran lebih lanjut mengenai UU perkoperasian ini. Pengalaman pengurus dalam koperasi menjadi salah satu alasan belum dilakukannya persiapan. Koperasi Mahasiswa sebagai sarana pembelajaran bagi aktivis muda koperasi membuat bingung pengurus KOPMA UNPAS untuk menyesuaikan diri dengan UU ini, khususnya dalam penjenisan koperasi. Semua usaha yang dijalankan oleh KOPMA UNPAS merupakan jenis koperasi yang berbeda mulai dari jenis koperasi konsumsi, produksi hingga jasa. Pemahaman


(31)

SMK yang masih rendah menambah kebingungan pengurus KOPMA dalam mempersiapkan pengimplementasian UU No. 17 Tahun 2012.

Persiapan yang dilakukan oleh pengurus KOPMA di Kota Bandung masih dibawah 50%, seperti yang terlihat pada tabel pernyataan pengurus KOPMA berikut.

Tabel 4.3

Kesiapan Pengurus KOPMA di Kota Bandung mengenai UU No. 17 Tahun 2012 Berdasarkan Hasil Wawancara

No Jawaban Pengurus Kesimpulan

1. KOPMA BS UPI

- “Oh kalau dihitung persen sih

ya...mungkin masih 25% masih jauh...”

Dari jawaban respoden dapat disimpulkan bahwa persiapan yang dilakukan pengurus KOPMA di Kota Bandung di bawah 50% bahkan ada yang belum melakukan persiapan apapun.

2. Ekuitas

- “Dari 100...belum sih kita belum nyampe 10% juga belum...” 3. KOKESMA ITB

- “sedangkan selama ini kita...sudah sampai ketahap sosialisasi kepada keanggota sama

pengurus-pengurusnya...” 4. KOPMA ITENAS

- “tahun kemaren di rapatin kita tuh ngga...ngga ngikutin undang-undang itu diterapin...”

5. KOPMA STT TEKSTIL

- “sedikit-sedikit kita mengacu ke sana cuma kan kita masih dalam tahap proses...”

6. KOPMA UNISBA

- “Kalau kita persiapan baru 40% ya kalau yang saya lihat...”

7. KOPMA UNPAD

- “tapi kalau dikepengurusan tahun ini kita mau aplikasiin...kaya kita yang SPT...”

8. KOPMA UNPAS

- “Kalau persiapan khusus sih belum ada ya...”


(32)

Pengetahuan dan pemahaman pengurus KOPMA yang sudah cukup namun masih terlihat ragu-ragu menjadikan persiapan masing-masing KOPMA dalam mengimplementasikan UU No. 17 Tahun 2012 masih rendah juga. Pengurus KOPMA juga belum dapat banyak mempersiapkan segala kebutuhannya dikarenakan peraturan pemerintah mengenai UU ini belum dikeluarkan. Hal tersebut mengakibatkan pengurus KOPMA belum bisa berbuat banyak, adanya ketakutan persiapan yang dilakukan tidak sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah. sejauh ini pengurus KOPMA masih menunggu dikeluarkannya peraturan pemerintah tersebut agar persiapan pengimplementasian UU ini dapat segera dilakukan.

Tidak sedikit KOPMA yang mulai mempersiapkan pengimplementasian UU ini dengan membentuk tim yang biasa disebut tim ADHOC yang bertugas menyesuiakan AD/ART koperasi dengan UU No. 17 Tahun 2012. Selain itu ada KOPMA yang sudah menerapkan perubahan pengertian-pengertian dalam AD/ART pada periode 2013-2014. Persiapan lain yang dilakukan oleh KOPMA se-Kota Bandung yaitu mencari informasi baik secara langsung ke Dinas Koperasi maupun bertukar pikiran dengan KOPMA lain di Kota Bandung juga di luar Kota Bandung. Sosialiasi kepada pengurus lain dan anggota pun menjadi bagian persiapan yang dilakukan pengurus KOPMA se-Kota Bandung. Sejauh ini persiapan yang dilakukan pengurus KOPMA se-Kota Bandung masih di bawah angka 50%.

4.3 Gambaran Hambatan yang Dihadapi Pengurus KOPMA di Kota Bandung dalam Mengimplementasikan UU No. 17 Tahun 2012 Khususnya Aspek Permodalan

4.3.1 Hambatan yang Dihadapi Pengurus KOPMA BS UPI

Dalam mempersiapan implementasi undang-undang koperasi yang baru, KOPMA BS UPI mengalami kendala yang cukup berat. Kendala utama yang dihadapi yaitu belum keluarnya peratutan pemerintah, sehingga ketika akan mengimplementasikan UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012 takutnya ketika


(33)

sudah diterapkan malah bertentangan dengan peraturan dari pemerintahnya. Disamping peraturan pemeritah yang belum keluar, pemahaman anggota yang masig kurang pun menjadi kendala yag dihadapi oleh KOPMA BS UPI.

“Ya kendala mungkin pemahaman kami ya sebagai mahasiswa...cuma ga se muanya me mahami de tail te ntang Undang-Undang yang baru...bahkan Undang-Undang yang lama pun ada beberapa mahasiswa yang emang bahkan ga tahu sama sekali...jadi kita emang dari pemahamannya...pemahamannya...kalau dari segi sumber daya manusianya sendiri sih emang mereka masih antusias masih mau gitu untuk belajar tentang Undang-Undang yang baru... Ya paling...dari segi peraturan pemerintanya yang belum keluar sih itu juga yang menghambat ya...jadi kita masih...bingung untuk kebijakan ke depannya mau diterapkan kapan ...takutnya ketika kita sudah menerapkan malah beda bertentangan dengan peraturan pemerintah sih itu paling...”

Peraturan pemerintah yang belum keluar sangat menghambat koperasi dalam mengimplementasikan UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012. Peraturannya belum ada sehingga teknis dalam menjalankannya pun belum tahu akan seperti apa.

Dan kita be lum tahu te knisnya sepe rti apa kan belum ada aturannya baru ada harus ada SMK tapi teknisnya belum turun jadi kita belum bisa menerapkan dan kalau kita menerapkan juga kan belum tentu teknisnya bener gitu...sesuai...” Dalam UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012 tidak ada lagi simpanan pokok namun diubah menjadi Sertifikat Modal Koperasi (SMK). KOPMA BS UPI sampai saat ini belum mempersiapkan SMK ini, hal ini dikarenakan adanya kendala dalam status keanggotaan koperasi. Koperasi Mahasiswa anggotanya khusus yang masih berstatus mahasiswa namun jika status seorang mahasiswa sudah lulus dan status kemahasiswaannya hilang maka otomatis hilang juga keanggotaan koperasinya.

“ya soalnya kita juga liat kan kita Koperasi Mahasiswa ya...mungkin dengan status mahasiswa...kita bisa jadi anggota tapi ketika status mahasiswa itu sudah hilang gitu kan...otomatis apa...hmm...keanggotaannya pun ikut hilang gitu...ya mungkin di sana gitu nanti saat menerapkan SMK itu karena mungkin ga ini lagi ya...harus harus dijual lagi ke anggota lain gitu kan ...ya mungkin kendalanya di sana...masih sistem di sananya... Soalnya da kita mah beda ya ga kaya koperasi biasa...kalau kita pergantian anggotanya kan terus...terus gitu kan jadi mungkin masih belum ini kalau dikita...”

Kendala yang dihadapi KOPMA BS UPI yaitu pemahaman anggotanya yang masih kurang juga peraturan pemerintahnya yang menghambat


(1)

lagi kita sedang mau ujian atau saat temen-temen udah pulang...udah pulang ke kampung gitu...paling solusinya betul-betul kita tuh KOPMA sesuai dengan

aturan koperasinya...tapi di sisi lain kita juga UKM...”

Pengurus KOPMA UNPAD mengharapkan pemerintah lebih sering melakukan sosialisasi serta memebrikan penjelasan yang detail mengenai UU No. 17 Tahun 2012. Waktu sosialisasi pun diharapkan bisa disesuaikan dengan waktu pengurus KOPMA karena waktu pengurus KOPMA terbagi dengan waktu kuliah, ujian, dll yang berhubungan dengan kewajibannya sebagai mahasiswa. Selain sosialisasi, pemerintah diminta memberikan pelatihan.

4.4.8 Solusi dari Pengurus KOPMA UNPAS

Setiap kendala yang dihadapi selalu ada solusi untuk menemukan jalan keluarnya. Solusi yang diungkapkan oleh pengurus KOPMA UNPAS untuk mengurangi kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan UU Perkoperasian No. 17 Tahun yaitu lebih digencarkan lagi sosialisasi dari pemerintah atau dinas terkait. UU perkoperasian ini sudah disahkan pada bulan Oktober 2012, namun hingga saat ini masih banyak pengurus koperasi yang pengetahuan serta pemahamannya masih rendah termasuk pengurus KOPMA UNPAS. Rendahnya pemahaman pengurus koperasi disebabkan kurangnya sosialisasi dari pemerintah, selama ini pengurus KOPMA UNPAS hanya mempelajari dari buku saja yang penjelasannya kurang dimengerti.

“Hmm...solusinya jika memang undang-undang ini memang sudah...memang sudah di sahkan ya teh...harapan saya untuk pe me rintah itu le bih sosialisasikan te ntang undang-undang ini supaya masyarakat juga lebih tahu gitu...jadi tidak....kan kalau misalnya...lebih dijelaskan sama pemerintah kitanya

juga lebih ngerti daripada kita baca sendiri...udah paling gitu aja...”

Penjelasan dari pemerintah sangat diperlukan untuk menyamakan persepsi dalam pengimplementasian UU No. 17 Tahun 2012. Pencarian informasi yang terus mengandalkan buku masih menemui banyak kebingungan karena penjelasan dari buku masih sangat kurang. Saat ini pengurus KOPMA UNPAS khususnya bidang keuangan masih kebingungan mengenai mekanisme perubahan simpanan menjadi sertifikat, perubahan keanggotaan, serta kepengawasan. Sosialisasi yang


(2)

diadakan oleh pemerintah diharapkan berbentuk pelatihan, agar pengurus yang ikut pelatihan bisa mempraktekan langsung perubahan mekanisme dala koperasi.

“Kalau...untuk keuangan kan harus lebih banyak sosialisasi dengan rencana pemindahan itunya aja beda...pengalihan dari simpanan ke sertifikat seperti apa...jadi nah keanggotaan itu kita tidak pusing gitu kalau kaya gini kan masih pusing gitu...sedangkan untuk kepengawasan juga kalau mereka udah punya Sertifikat Modal Koperasi itu boleh ikut jadi kepengawasan gitu...jadi...harus lebih banyak...apa ya...hmm...dari dinasnya juga harus lebih banyak pelatihan...pelatihan-pelatihan pada koperasi gitu...”

Sosialisasi yang masih sangat kurang membuat pengurus KOPMA UNPAS mencari informasi langsung ke dinas. Pengurus KOPMA UNPAS sering melakukam sharing dengan pihak dinas untuk mengurangi ketidakpahaman dan ketidaktahuan mengenai UU perkoperasian yang baru khususnya aspek permodalan yang banyak mengalami perubahan. Telah ada rencana untuk dilakukannya audiensi antara pihak dinas kota maupun dinas provisi dengan pengurus koperasi di Kota Bandung termasuk dengan pengurus KOPMA untuk memecahkan permasalahan yang terjadi di koperasi. permasalahan utama di KOPMA UNPAS yaitu masih kurangnya pemahaman para pengurusnya mengenai perubahan mekanisme yang terjadi dalam UU No. 17 Tahun 2012.

Paling kita juga sering sharing teh ke dinas...kemarin juga...insya allah kita mau ada audensi dengan dinas kota...dinas provinsi juga bulan depan...jadi kita juga sekalian apa ya...ikut sharing lah soalnya kita juga ada permasalahan untuk undang-undang yang baru”

Audiensi yang baru akan dilakukan bulan depan, diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi di koperasi khususnya KOPMA UNPAS. Setelah diadakannya audiensi ini, pemahaman pengurus KOPMA UNPAS diharapkan dapat meningkat dan KOPMA UNPAS dapat mengimplementasikan UU No. 17 Tahun 2012 dengan baik dan sesuia dengan peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah.

Berdasarkan uraian di atas, maka kesimpulan solusi yang diberikan pengurus KOPMA di Kota Bandung dapat terlihat dalam tabel berikut.


(3)

Solusi Pengurus KOPMA di Kota Bandung mengenai UU No. 17 Tahun 2012 dari Hasil Wawancara

No Jawaban Pengurus Kesimpulan

1 KOPMA BS UPI

- “...kalau kami pengennya ada loka

karya...”

Dari jawaban respoden dapat disimpulkan bahwa solusi dari pengurus KOPMA di Kota Bandung yaitu pemerintah lebih sering lagi mensosialisasikan UU tersebut.

2 Ekuitas

- “...dari saya sih lebih gencar dari pihak

dinasnya...”

3 KOKESMA ITB

- “...harusnya sebelum undang-undang di iniin gitu ya harusnya nanya-nanya dulu ke koperasi-koperasi lainnya...”

4 KOPMA ITENAS

- “...pengennya sih maksudnya juga pemerintahnya juga ngeliat situasi dari tiap kampus gimana kan beda-beda gitu kan...”

5 KOPMA STT TEKSTIL

- “...solusinya paling ya.. mencari

permodalan juga ke dinas..”

6 KOPMA UNISBA

- “...cuma dalam masalah teknisnya ya harusnya pemerintah juga mengawasi ya tidak hanya me..melihat dari satu sisi..”

7 KOPMA UNPAD

- “...lebih disosialisasiin lagi...”

8 KOPMA UNPAS

- “...harapan saya untuk pemerintah itu lebih sosialisasikan tentang

undang-undang ini...”

Semua KOPMA di Kota Bandung mengatakan bahwa penjelasan maupun sosialisasi dari pemerintah sangat kurang. Sebelumnya pihak dinas sempat mengadakan sosialisasi, namun dalam sosialisasi tersebut kuota pengurus dibatasi sehingga tidak semua pengurus dapat mengikuti sosialisasi tersebut juga penjelasan yang dilakukan hanya sebagian besar saja tidak secara detail. Pengurus


(4)

sosialisasi baik dalam bentuk pelatihan maupun lokakarya namun dalam segi penjelasannya detail atau secara menyeluruh sehingga pengurus KOPMA dapat mengetahui dan memahami UU No. 17 Tahun 2012 ini secara menyeluruh.

Sosialisasi yang dilakukan pihak terkait diharapkan dapat dilakukan di setiap KOPMA agar penjelasannya lebih mudah dipahami oleh semua pengurus. Pihak dinas diharapkan dapat membimbing serta mengawasi KOPMA dalam melakukan persiapan mengimplementasikan UU No. 17 Tahun 2012. Pemerintah juga diminta agar peraturan yang dibuat tidak disama ratakan namun melihat kondisi koperasi secara nyata di lapangan. Sistem SMK dinilai sangat memberatkan jika diimplementasian di Koperasi Mahasiswa yang perkembangan koperasinya bergantung pada anggota yang tidak selalu meningkat, serta sistem keanggotaan yang pendek sesuai dengan lamanya studi menjadikan sistem tersebut teras berat untuk diimplementasikan.

Secara keseluruhan UU Perkoperasian No. 17 Tahun 2012 tersebut memiliki sisi negatif maupun sisi positif. Perbandingan mengenai UU No. 17 Tahun 2012 tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 4.6

Perbandingan sisi negatif dan sisi positif UU No. 17 Tahun 2012

Sisi Negatif Sisi Positif

 Koperasi terkesan seperti PT

 Mengkapitalisasi Koperasi

 Memperlemah daya saing koperasi

 Menghilangkan jati diri Koperasi

 Banyak Koperasi yang membubarkan diri

 Mempertegas kededukan Koperasi sebagai badan hukum

 Mempertegas legalitas koperasi

 Adanya penjamin dalam Koperasi Simpan Pinjam

 Pengelolaan yang profesional

Berdasarkan tabel di atas, sisi negatif dari UU No. 17 tahun 2012 yaitu koperasi terkesan seperti PT, mengakapitalisasi Koperasi, memperlemah daya saing Koperasi dan menghilangkan jadi diri Koperasi. UU No. 17 Tahun 2012 oleh sebagian orang diibaratkan seperti PT karena adanya Sertifikat Modal


(5)

Koperasi yang sistem pemberlakuannya seperti saham di PT yang bisa diperjualkan belikan dengan nominal yang berbeda sesuai dengan kemampuan anggota koperasi. Permodalan koperasi dalam UU No. 17 Tahun 2012 terlihat seperti sistem kapitalis yang merubah citra koperasi dari awalnya kumpulan orang menjadi kumpulan modal. Istilah simpanan diganti jadi setoran, tidak bisa dikembalikan dan hanya sebagai tiket masuk jadi anggota. hal tersebut dinilai memberatkan anggota. Bagi strategi penggalangan modal koperasi, jelas hal ini tidak menguntungkan, pertumbuhan modal koperasi dari unsur swadaya keanggotaan tak mungkin bisa bertumbuh selamanya, sebaliknya justru mendorong bank atau pemilik modal melalui kekuatan modalnya mampu mengambil alih koperasi, menguasai sumber-sumber produksi koperasi, dan lain-lain.

Surplus atau profit sebuah koperasi sudah sewajarnya dibagikan kepada Anggota, namun UU tersebut mengatur koperasi dilarang membagikan profit apabila diperoleh dari hasil transaksi usaha dengan non-anggota. Selain permodalan koperasi yang seakan berbentuk PT, administrasi pendirian Koperasi dalam UU tersebut pun seperti pendirian PT mulai dari tata cara pendirian anggaran dasar dan perubahan anggaran dasar. Administrasi pendirian Koperasi memerlukan biaya yang tidak murah. Koperasi yang tidak mampu mengikuti aturan yang terdapat dalam UU No. 17 Tahun 2012 terancam akan membubarkan diri. Aturan tersebut dirasa sangat memberatkan Koperasi khususnya bagi Koperasi yang belum mempunyai badan hukum Koperasi.

Selain sisi negitif, UU No. 17 Tahun 2012 mempunyai sisi positif berdasarkan sudut pandang yang berbeda. UU Perkoperasian No. 17 Tahun 2012 mempertegas kedudukan koperasi sebagai badan hukum dan badan usaha atau perusahaan dengan memisahkan kekayaan anggota sebagai modal Koperasi dan adanya tanggungjawab terbatas dari anggota, serta mempertegas pelayanan pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) hanya kepada anggota. Legalitas Koperasi pun dipertegas, pendirian koperasi harus melalui akta otentik. Pemberian status dan pengesahan perubahan anggaran dasar merupakan wewenang dan tanggungjawab


(6)

Menteri. UU tersebut juga mengatur ketentuan mengenai Koperasi Simpan Pinjam (KSP) mencakup pengelolaan maupun penjaminannya. KSP ke depan hanya dapat menghimpun simpanan dan menyalurkan pinjaman kepada anggota. Koperasi Simpan Pinjam harus berorientasi pada pelayanan pada anggota, sehingga tidak lagi dapat disalahgunakan pemodal yang berbisnis dengan badan hukum Koperasi. Selain itu, untuk menjamin simpanan anggota KSP diwajibkan menjaminkan simpanan anggota. Dalam kaitan ini pemerintah diamanatkan membentuk Lembaga Penjamin Simpanan Anggota Koperasi Simpan Pinjam (LPS - KSP) melalui Peraturan Pemerintah (PP).

Kemajuan lain yang dibawa oleh UU No. 17 Tahun 2012 adalah penegasan atas persyaratan kompetensi para pengurus dan pengawas KSP. Pengurus dan pengawas KSP wajib mempunyai kompetensi dan profesionalisme. Hal ini tentunya secara langsung juga akan menjadi jaminan bagi para anggota yang mempercayakan dananya kepada KSP bahwa dana mereka memang dikelola secara professional oleh orang yang tepat. Hadirnya UU No. 17 Tahun 2012 merupakan penyediaan fasilitas payung hukum oleh pemerintah bagi gerakan koperasi Indonesia untuk dapat berapresiasi dalam kegiatan usaha secara nyaman, aman, professional dan berskala global.