Buletin BSNP Edisi 4 2015

Pengantar Redaksi
Penanggungjawab:
Zainal A. Hasibuan
Pemimpin Redaksi:
Bambang Suryadi
Redaksi Eksekutif:
Kiki Yuliati
Nanang Arif Guntoro
Zaki Su’ud
Khomsiyah
Redaksi Pelaksana:
Teuku Ramli Zakaria
Penyunting/Editor:
Titi Savitri Prihatiningsih
Erika Budiarti Laconi
Ipung Yuwono
Djoko Luknanto
Desain Grais & Fotografer
Arief Rifai Dwiyanto
Ibar Warsita


T

idak terasa, kita sudah di penghujung tahun 2015, sementara
tugas dan kewajiban masih menumpuk. Menjelang akhir
tahun ini, tentunya banyak hal yang bisa kami ulas dalam Buletin
BSNP ini. Namun, karena ada keterbatasan jumlah halaman, kami
sengaja menyajikan informasi yang menjadi prioritas penerbitan
buletin edisi keempat ini. Pertama adalah pesan Anies Baswedan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan terkait dengan pelaksanaan
Ujian Nasional tahun 2016. Menurut Anies, pelaksanaan UN bukan
sekedar tanggungjawab konstitusional, tetapi juga tanggungjawab
moral. Kami juga menyajikan oleh-oleh khusus dari kunjungan kerja
anggota BSNP ke Australia untuk melihat lebih dekat tentang sistem
penilaian, kurikulum, dan pendidikan vokasi. Pada edisi penutup
tahun 2015 ini, kami juga menyajikan berita menarik lainnya,
diantaranya adalah penilaian buku teks pelajaran, inalisasi standar
kompetensi lulusan untuk kursus dan lembaga pelatihan. Kegiatan
BSNP lainnya kami sajikan dalam bentuk lensa BSNP. Selamat
membaca.


Daftar Isi
Anies Baswedan dalam Rakor Persiapan UN 2016:
3-5 Pesan
UN Bukan Sekadar Tanggung Jawab Konstitusional Tapi
Juga Tanggung Jawab Moral

6-10
11-16

Sekretaris Redaksi
Ning Karningsih
Alamat:
BADAN STANDAR NASIONAL
PENDIDIKAN

Gedung D Lantai 2,
Mandikdasmen
Jl. RS. Fatmawati, Cipete
Jakarta Selatan
Telp. (021) 7668590

Fax. (021) 7668591
Email: info@bsnp-indonesia.org
Website: http://www.bsnp-indonesia.org

2

17-20

Laporan Kunjungan Kerja ke Australia
Benchmarking Penguatan Sistem Penilaian,
Kurikulum, dan Pendidikan Vokasi
Berita BSNP:
- Ujian Nasional Perbaikan: Pendaftaran Secara Online
Diperpanjang Sampai 15 November 2015
- Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Tandatangani Pakta
Integritas Pelaksanaan UN 2016
- Penilaian Buku Teks Pelajaran SMK, BSNP Berikan
Prinsip-Prinsip Dasar Penilaian
- Finalisasi Lima Standar Sarana dan Prasarana untuk
Lembaga Kursus dan Pelatihan

- Workshop Standar Nasional Pendidikan; Komitmen
pemangku Kepentingan Mutlak diperlukan
- Universitas Hongkong Naikkan Nilai UN Sebagai
Syarat Masuk dari 80 ke 85

Lensa BSNP

Keterangan Gambar Cover
Anies Baswedan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan berpose
bersama anggota BSNP setelah berdiskusi tentang Standar Nasional
Pendidikan. Dari kiri ke kanan (depan): Bambang Suryadi, Nizam (Kepala
Puspendik), Zainal A. Hasibuan, Anies Baswedan, Totok Suprayitno
(KaBalitbang), dan Tauik Hanai (Staf Ahli Menteri). Berdiri, dari kiri ke
kanan: Djoko Luknanto, Kiki Yuliati, Erika Budiarti Laconi, Zaki Su’ud,
Nanang Arif Guntoro, Khomsiyah, dan T. Ramli Zakaria. (foto atas).
Anies Baswedan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan berfoto bersama peserta Rapat Koordinasi Persiapan Ujian Nasional Tahun Pelajaran
2015/2016 di Gedung A lantai tiga (2/11/2015) (foto bawah).

Vol. X/No. 4/Desember 2015


PESAN ANIES BASWEDAN DALAM
RAKOR PERSIAPAN UN 2016
UN Bukan Sekedar Tanggungjawab Konstitusional
Tapi Juga Tanggung Jawab Moral
Dalam pelaksanaan Ujian Nasional (UN)
tanggungjawab kita sebagai pelaksana
UN bukan sekedar tanggungjawab
konstitusional tetapi juga tanggungjawab
moral. Tanggungjawab moral ini justru
lebih berat daripada tanggungjawab
konstitusional. Oleh karena itu pelaksanaan
UN harus memberikan kontribusi dalam
pembentukan karakter dan moral
bagi bangsa Indonesia. Jika UN tidak
memberikan kontribusi dalam pembentukan
moral, maka apa yang kita laksanakan akan
sia-sia, sementara sudah banyak pikiran,
tenaga, dan biaya yang kita keluarkan.

didikan (BSNP). Turut hadir dalam acara ini adalah para pejabat eselon satu

dan dua di lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, anggota
BSNP, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi,
Kepala LPMP, dan Bendahara UN di
tingkat provinsi.
Sementara itu, Ketua BSNP Zainal
A. Hasibuan dalam paparannya mengajak mengajak semua pihak untuk berkontribusi dalam meningkatkan mutu
pendidikan bagi anak bangsa kita melalui penguatan sistem penilaian, mulai
dari penilaian oleh pendidik, penilaian
oleh sekolah, sempai ke penilaian oleh
pemerintah dalam bentuk UN.
“Salah satu indikator negara maju
adalah adanya sistem penilaian yang
mapan sehingga bisa didapatkan potret
kompetensi yang benar. Jika sistem pe-

Anies Baswedan
Menteri
Pendidikan dan
Kebudayaan

menyampaikan
arahan dan pesan
kepada peserta
rapat koordinasi
persiapan Ujian
Nasional (UN)
tahun pelajaran
2015/2016
di Jakarta
(2/11/2015).
Menurut Anies
pelaksanaan UN
bukan sekedar
tanggungjawab
konstitusional
tetapi juga
tanggungjawab
moral.

D


emikian pesan Anies Baswedan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam acara Rapat Koordinasi Persiapan Pelaksanaan UN Tahun
Pelajaran 2015/2016, di Jakarta, Senin
(2/11/2015). Acara ini dilaksanakan
Badan Penelitian dan Pengembangan
(Balitbang) Kemdikbud bekerjasama
dengan Badan Standar Nasional Pen-

nilaian kita memberikan potret yang
palsu, maka bentuk intervensi dan program pembinaan yang kita berikan
juga semu”, ucap Ucok panggilan akrab
Zainal A. Hasibuan.
Dalam konteks pemanfaatan hasil
UN, Zainal mengingatkan bahwa fungsi UN bukan untuk memberikan sanksi
atau penalty kepada peserta didik dan

Vol. X/No. 4/Desember 2015

3


satuan pendidikan, tetapi difungsikan
sebagai diagnostik sehingga program
pembinaan dan intervensi menjadi tepat guna dan sasaran. Lebih lanjut
Ketua BSNP juga menekankan pentingnya intervensi teknologi dalam pelaksanaan UN melalui UN Berbasis Komputer
atau Computer Based Test.

UN Sebagai Barometer
Kepala Balitbang Totok Suprayitno
dalam pengarahannya mengatakan bahwa UN berfungsi sebagai barometer
bagi pengguna terhadap keragaman nilai sekolah.
“Terdapat banyak variasi nilai sekolah berdasarkan hasil penilaian yang
dilakukan pendidik dan satuan pendidikan. Variasi nilai ini perlu disikapi
dengan memberikan acuan baku yang
bisa dijadikan barometer. Barometer itu
adalah nilai UN”, ucap Totok.
Jika ada sekolah, tambah Totok,
yang memberikan nilai delapan kepada
peserta didik, apa arti nilai delapan tersebut? Apakah nilai delapan tersebut
bisa dibandingkan dengan nilai delapan

di sekolah lain? Bagi pengguna, seperti
perguruan tinggi, bagaimana menyikapi
nilai delapan tersebut?
Demikian beberapa pertanyaan kritis
yang disampaikan Kepala Balitbang kepada peserta rapat koordinasi. Menurut
Totok, variasi dan keragaman nilai ini
bisa diatasi jika ada barometer,yaitu
nilai UN. Oleh sebab itu, peserta didik
yang mendapat nilai delapan untuk
mata pelajaran matematika misalnya,
setelah dilakukan penyetaraan dengan
nilai UN, bisa jadi nilai delapan tersebut
setara dengan nilai tujuh dalam UN.
Dengan demikian, meskipun nilai
UN tidak lagi berfungsi untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan
pendidikan, eksistensi UN masih sangat penting dalam pengendalian mutu
pendidikan.
Terkait dengan peran guru sebagai
pendidik dalam melakukan penilaian,
Totok mengingatkan agar guru tidak

hanya menjadikan peserta didik sebagai
obyek yang dinilai dengan skor tertentu,
tetapi juga menjadikan mereka senantiasa siap melakukan perbaikan melalui
umpan balik yang diberikan guru dalam
proses pembelajaran. Melalui cara seperti ini para guru diharapkan mampu
menjadikan penilaian sebagai cara untuk memperbaiki proses pembelajaran
(assessment as learning).

4

MoU Dengan Kemenristek DIKTI
Kepala Balitbang dalam pengarahannya juga mengatakan bahwa untuk pelaksanaan UN tahun 2016, Kemendikbud dan Kemenristek DIKTI
telah sepakat untuk melakukan penandatanganan nota kesepahaman atau
Memorandum of Understanding (MoU).
Diantara lingkup atau aspek yang dituangkan dalam MoU ini adalah peran perguruan tinggi dalam pelaksanaan UN.
“Peran perguruan tinggi sangat
penting untuk meningkatkan kredibilitas pelaksanaan UN karena perguruan
tinggi akan menggunakan nilai UN sebagai salah satu pertimbangan seleksi penerimaan mahasiswa baru”, ucap
Totok seraya menambahkan Kemenristek DIKTI siap memfasilitasi perguruan tinggi yang menggunakan nilai UN
untuk dijadikan pertimbangan seleksi,
tidak hanya untuk seleksi ke perguruan
tinggi negeri, tetapi juga ke perguruan
tinggi swasta.
Dengan adanya MoU ini, penetapan perguruan tinggi negeri koordinator pemindaian Lembar Jawaban
Ujian Nasional (LJUN) akan dilakukan
Kemenristek DIKTI. Tahun lalu penetapannya dilakukan BSNP berdasarkan
rekomendasi
dari
Majelis
Rektor
Perguruan Tinggi Negeri. MoU ini juga
menunjukkan keseriusan dalam pelaksanaan UN sehingga hasilnya menjadi
kredibel, akseptabel, dan akuntabel.

Peningkatan Indeks Intergritas
Kepala Balitbang juga mengingatkan peserta rakor untuk selalu meningkatkan indeks integritas secagai cerminan dari pelaksanaan UN yang jujur,
transparan, profesional, dan akuntabel.
“Jika nilai UN masih belum bersih
dari gangguan-guangguan akibat dari
absennya integritas, maka kepercayaan
publik terhadap pemanfaatan hasil UN
juga akan melemah”, ucap Totok seraya menegaskan perlunya diberlakukan disinsentif bagi satuan pendidikan
yang memiliki indeks integritas rendah
dan diberikan insentif bagi satuan pendidikan yang memiliki indek integritas
tinggi.
Salah satu cara meningkatkan indeks integritas dalam pelaksanaan UN
adalah melalui intervensi pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi
(TIK), yaitu UN berbasis komputer atau
Compter Based Test (CBT). Dalam hal ini
Puspendik telah melakukan rintisan UN

Vol. X/No. 4/Desember 2015

CBT pada tahun 2015 dan akan diperluas dalam pelaksanaan UN tahun 2016.
“Indeks integritas sekolah yang
melaksanakan UN CBT cenderung lebih
tinggi dibanding dengan indeks integritas sekolah yang melaksanakan UN berbasis kertas. Oleh karena itu, mari kita
tingkatkan indeks integritas melalui UN
CBT”, ucap Nizam memotivasi peserta
rakor dengan slogan reward achievers
and support low performers. Artinya,
berikan penghargaan kepada mereka
yang memiliki prestasi tinggi dan beri
dukungan kepada mereka yang memiliki prestasi rendah.
Menurut Nizam Kepala Puspendik,
pelaksanaan UN CBT tahun 2015 mendapat respon positif dari berbagai pihak. UN CBT dirasakan lebih efektif,
efisien, dan kredibel dibanding dengan
UN berbasis kertas. Respon positif ini
dapat dilihat dari meningkatnya peserta UN CBT dari 554 pada tahun 2015
menjadi 2.500 hingga hari ini (saat rakor ini dilaksanakan) dan akan bertambah lagi sampai batas akhir pendataran
yang diperpanjang sampai tanggal 15
November 2015.
Lebih lanjut Nizam memberikan ilustrasi kompleksitas dan kesibukan yang
dirasakan para pelaksana UN berbasis
kertas. Banyak kepala sekolah yang berangkat dari rumah sebelum shalat subuh untuk mengambil soal dari titik simpan yang ditetapkan panitia UN tingkat
kabupaten/kota. Mereka menunaikan
shalat subuh di tempat penyimpanan
naskah soal, karena jarak dari rumah ke
tempat tersebut sangat jauh. Sekurangkurangnya mereka memerlukan waktu
dua jam untuk mengambil soal. Berbeda
dengan sekolah yang menyelenggarakan UN CBT. Kesibukan hanya terlihat
di ruang komputer. Kepala sekolah dan
guru bisa memanfaatkan waktunya untuk keperluan lain, sebelum UN dimulai.
Namun tidak dinafikan, kondisi di
lapangan, sebagaimana diungkapkan
Nizam, masih terdapat pihak tertentu yang bersikap resisten terhadap UN
CBT. Bahkan ada sekolah yang semula
sudah bersedia melaksanakan UN CBT,
tetapi akhirnya mengundurkan diri dan
memilih melaksanakan UN berbasis kertas. Dalam hal ini, Nizam menegaskan
bahwa peserta yang sekarang menggunakan UN CBT, hasilnya tidak berbeda dengan mereka yang mengikutu
UN PBT. Jika ada peserta UN PBT yang
hasilnya berbeda dengan hasil UN CBT,

dipastikan kejujuran peserta terjamin.
Artinya, mereka memiliki indeks integritas yang tinggi.
Oleh karena itu, Nizam mengajak
peserta rakor untuk meyakinkan calon
peserta UN, orang tua siswa, dan guru
bahwa tidak ada pihak yang dirugikan
dengan UN CBT. Sebab sistem aplikasinya dibuat seramah mungkin bagi pengguna (friendly user) dan prinsip keadilan sangat dipegang teguh.
“Generasi kita saat ini sangat berbeda dengan generasi kita atau orang
tua kita. Dahulu kala kita belajar masih
menggunakan asbak, papan tulis dan
kapur, sekarang mereka sudah menggunakan gadget dan teknologi. Justru
menjadi tidak adil bagi kita jika memperlakukan anak didik kita dengan caracara yang tradisional atau kovensional”,
ungkap Nizam yang menerima penghargaan dari Lembaga Administrasi Negara
(LAN) atas jasanya melakukan perubahan dalam pelaksanaan UN dari yang berbasis kertas ke UN berbasis komputer.

UN Bagi Daerah Terkena Bencana
Asap
Sebagaimana kita ketahui bersama,
sudah lebih dari empat bulan ada tujuh
provinsi yang terkena bencana asap akibat kebakaran hutan gambut di wilayah
Sumatera dan Kalimantan Tengah.
Pemerintah Daerah di provinsi tersebut
telah mengambil kebijakan untuk meliburkan proses pembelajaran selama terjadi kabut asap.
Menyikapi kondisi tersebut, menurut Dadang Sudiyarto Sekretaris Balitbang, melalui rapat pimpinan Kemdikbud telah diambil kebijakan untuk
memberikan dispensasi dalam pelaksanaan UN bagi sekolah-sekolah yang
diliburkan lebih dari 28 hari. Jadwal UN
akan dibedakan dengan dengan daerah
yang tidak terkena bencana dan modus
UN dilaksanakan dengan UN CBT.
“Mengingat bervariasinya sekolahsekolah yang terkena bencana kabut
asap, ada yang diliburkan selama tiga
minggu atau lebih, maka pelaksanaan
UN akan diatur tersendiri karena tidak
memungkinkan mereka mengejar kekurangan penyelesaian kurikulum jika jadwal UN disamakan dengan daerah yang
tidak terkena bencana kabut asap”,
ucap Dadang seraya menambahkan cara
yang terbaik untuk melaksanakan UN di
sekolah-sekolah tersebut adalah dengan
UN CBT. l (BS)

Vol. X/No. 4/Desember 2015

5

LAPORAN KUNJUNGAN
KERJA KE AUSTRALIA
Benchmarking Penguatan Sistem Penilaian, Kurikulum,
dan Pendidikan Vokasi
(Bagian Pertama)
Bambang Suryadi*
Pendahuluan

K

edutaan Australia memiliki hubungan yang erat dengan Pemerintah Republik Indonesia, khususnya Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Hubungan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional melalui program kemitraan dan kerja sama. Salah
satu bentuk kerjasama tersebut adalah program kunjungan kerja dan
benchmarking yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan di lingkungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Pada tahun 2015, pihak Kedutaan
Australia melalui Kementerian Luar
Negeri dan Perdagangan (Department
of Foreign Affairs and Trade/DFAT)
mengundang perwakilan dari Badan
Pengembangan dan Penelitian (Balitbang), Pusat Penilaian Pendidikan
(Puspendik), Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP), dan perwakilan
masyarakat untuk melakukan benchmarking dalam tiga tahap. Tahap pertama, dilakukan pada akhir sampai
awal September, dengan fokus pada ujian berbasis komputer atau Computer
Based Test. Sebanyak tujuh orang dari
Puspendik mengikuti kegiatan ini di
Australian Council for Educational
Research (ACER). Tahap kedua, dilakukan pada tanggal 12 sampai dengan
18 September 2015 dengan fokus pada
asesmen, kurikulum, dan pendidikan
vokasi. Tahap ketiga, akan dilakukan
setelah tahap kedua (waktu belum ditentukan) dengan fokus pada pengembangan butir soal (item banking) di
ACER.
Selama di Ausrtralia, rombongan mengunjungi tiga tempat, yaitu Melbourne, Canberra, dan Sydney.
Di Melbourne, pada hari pertama
(14/9/2015), rombongan melakukan

6

kunjungan ke Australian Council for
Educational Research (ACER), Vicotorian
Department of Education and Training.
Pada sesi sore, ombongan mengikuti acara Australia Award Networking Event,
di Sea Life Melbourne Aquarium. Pada
hari kedua, (15/9/2015), rombongan
melakukan kunjungan ke Sekolah dasar,
yaitu Brunswick North West Primary
School, University of Melbourne, dan
William Anglis Institute (TAFE).
Di Canberra, ada dua agenda utama,
yaitu pertemuan dengan Department
of Foreign Affairs and Trade (DFAT)
dan Resepsi Peringatan Kemerdekaan
Indonesia ke-70 di Kediaman Duta Besar
Indonesia untuk Australia (16/9/2015).
Sementara di Sydney (17/9/2015),
rombongan mengunjungi Australian
Curriculum and Assessment Authoriry
(ACARA), Board of Studies Teaching and
Educational Standards (BOSTES) New
South Wales untuk mendiskusikan tentang kurikulum, asesmen, dan model
pembelajaran. Sebagai kegiatan puncak di Sydney, rombongan menghadiri Australia Award Alumni Dinner di
Waterfront Sydney. Rombongan kembali
ke Jakarta pada hari Jumat, 18/9/2015.

Tujuan
Tujuan kunjungan ini, sebagaimana
disebutkan dalam panduan kegiatan,
adalah untuk melakukan benchmarking
dengan menimba pengalaman, pelajaran, dan praktik baik dalam bidang
asesmen, kurikulum, dan pendidikan
vokasi di Australia.

Peserta
Peserta rombongan terdiri atas tujuh orang, yaitu Fasli Jalal Ketua Rombongan, Dadang Sudiyarto Sekretaris
Balitbang, Nizam Kepala Puspendik,
Bambang Suryadi Sekretaris BSNP,
Suprananto Kepala Bidang Akademik

Vol. X/No. 4/Desember 2015

* Anggota BSNP
dan dosen
Fakultas
Psikologi
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta

Puspendik, Doni Koesoema Albertus
Direktur Character Education Consulting, dan Anindito Aditomo Dosen
Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.
Namun karena suatu hal dan alasan
terterntu, Totok Suprayitno Kepala
Balitbang, yang semula akan ikut bergabung dalan kunjungan ini, tidak jadi
bergabung.
Sedangkan dari pihak Kedutaan
Australia yang ikut mendampingi rombongan adalah Ms. Sarah Lendon Penasehat Bidang Pendidikan dan Ms. Kerri
Amos.
Laporan kegiatan ini ditulis secara
kronologis sesuai dengan negara bagian, lembaga yang dikunjungi dan isuisu yang dibahas di setiap lembaga.
Ada lima lembaga yang dikunjungi
selama di Melbourne, yaitu ACER, Vic-

Director of International Development, dan beberapa staf yang
menangani asesmen online dan
Progressive Achievement Test
(PAT).
ACER didirikan tahun 1930
di Victoria Australia, merupakan
lembaga swasta non profit yang
bergerak dalam pengukuran dan
penilaian. Selain ACER di Australia juga ada lembaga pengujian lainnya, seperti Universitas
New Short Wale.
Saat ini ACER memiliki 60
orang tim penyusun soal dari
berbagai bidang keahlian serta
34 orang pakar ITC. ACER bekerja sama dengan Puspendik dalam
pengembantan item dan pelaksanaan ujian berbasis komputer.
Alamat ACER di 19 Prospect Hill Road (Private bag 55)

torian Curriculum Department Authority, Melbourne University, William
Anglis Institute, dan Brunswick Nort
West Primary School. Laporan singkat
untuk masing-masing lembaga disajikan sebagai berikut.

Camberwell Victoria 3124 Australia. Telpon +62 392775509.
Website: www.acer.edu.au. ACER
juga memiliki kantor perwakilan
di Sydney, Brisbane, Perth,
Adelaide, Dubai, dan India.

I. MELBOURNE

Suasana round
table discussion
di ACER tentang
sistem ujian
nasional di
Australia. ACER
merupakan
lembaga
swasta, bersifat
independen
dan non proit
yang bergerak
dalam pelayanan
penilaian
(asesmen) dan
pelatihan guru.

1. ACER
a. Lembaga
Kunjungan ke ACER dilakukan
pada hari Senin, 14 September
2015. Rombongan diterima oleh
Prof. Geoff Master AO Chief
Executive, Mr. Peter McGuckian

b. Isu yang dibahas
1) Large scale computer based
assessment platforms
Setelah sukses mengembangkan Progressive Achieve­
ment Test (PAT) pada tahun
1970, selama tiga tahun ter-

Vol. X/No. 4/Desember 2015

7

akhir, ACER melakukan reformasi dalam penilaian dengan memperkenalkan online
assessment. Selama tiga tahun, ACER melakukan persiapan dengan baik, termasuk
perumusan peta jalannya.
Arsitektur online assess­
ment yang dikembangkan
ACER meliputi sebelas aspek,
yaitu: (1) Super administra­
tion, (2) scoring and reporting,
(3) candidate and client admi­
nistration application, (4) test
builder, (5) item authoring, (6)
item banking, (7) ACER mark­
ing system, (8) online regis­
tration, (9) test delivery, (10)
psychometric, dan (11) trans­
lation management system.
Hasil online assessment
diberikan kepada peserta
setelah 5 (lima) bulan dari
waktu pelaksanaan ujian, yaitu pada bulan September.
Mengapa cukup lama? Dalam
analisis hasil ujian, ACER tidak hanya memberikan angka atau skor, tetapi juga
memberikan deskripsi kemampuan siswa secara komprehensif, baik kepada siswa
maupun guru. Dalam hal ini
ACER memiliki prinsip “the
puspose of assessment is not
to judge but to inform”.
Salah satu kekuatan yang
dimiliki ACER adalah server
dan sistem pengamanan yang
handal. Di Melbourne, ada dua
lapis back up server. Jika server di Melbourne bermasalah,
ada back up satu server lagi
di Sydney. Dalam paparannya,
Peter McGuckian menjelaskan
ACER memiliki 16 application
server, 2 replicated file serv­
er, dan 15 clustered database
server.
Penting untuk dicatat, lembaga pengujian seperti ACER
mempersiapkan online assessment selama tiga tahun.
Selain itu, ACER menyeimbangkan
antara
penguatan National Assess­
ment dan Classroom assess­
ment. Alasan ACER sangat
jelas, perbaikan proses pembelajaran dan peningkatan

8

mutu ujian harus dilakukan
melalui penguatan classroom
assessment.
2). Standardized tools for class­
room­based assessment.
Salah
satu
pertanyaan
yang disampaikan rombongan
adalah bagaimana cara meningkatkan kemampuan guru
dalam melakukan penilaian.
Menurut Geoff Masters, perlu dilakukan perubahan mind
set di kalangan guru-guru melalui pengenalan pentingnya
asesmen sebagai proses pembelajaran melalui program induksi. Setelah kemampuan
guru ditingkatkan, kemudian,
diperlukan reformasi terhadap persepsi masyarakat terhadap asesmen kelas dan ujian nasional, sehingga posisi
asesmen kelas dan ujian nasional mendapat dukungan
penuh dari masyarakat.
Terkait dengan penilaian
sikap, Geoff mengakui adanya
kompleksitas dalam melakukan penilaian sikap dibandingkan dengan penilaian
pengetahuan (kognitif). Karena itu, ACER dalam melakukan penilaian sikap tidak
dilakukan terhadap setiap
individu, tetapi dilakukan terhadap satuan pendidikan (sekolah) secara umum melalui
siswa secara unanimus.

2.

VICTORIAN CURRICULUM AND
ASSESSMENT AUTHORITY
(VCAA)
a. Lembaga
Victorian Curriculum and
Assessment Authority (VCAA)
merupakan lembaga pemerintah
yang memiliki wewenang dalam
pengembangan kurikulum dan
program asesmen di negara bagian Victoria. Alamat lembaga ini
di 2 Lonsdale St, Melbourne VIC
3000, telpon: (03) 9032 1700.
Pertemuan di VCAA berlangsung selama satu jam, mulai
dari pukul 14.30 sampai dengan
pukul 3.30, bertempat di 41 St
Andrews Place, East Melbourne
Room 1.2.

Vol. X/No. 4/Desember 2015

Dari kanan ke diri,
Nizam Kepala
Puspendik,
Fasli Jalal Ketua
Rombongan, dan
Dadang Sudiyarto
Sekretaris
Balitbang
dan empat
anggota lainnya
tidak nampak
dalam gambar,
menyimak
penjelasan
tentang kurikulum
dan asesmen
di Victorian
Curriculum and
Assessment
Authority.

Dari pihak VCAA yang turut hadir menerima rombongan
adalah Alan James acting manager, Sharon Foster Manager,
Cathy Boldiston Project Manager,
NAPLAN Assessment, dan Margaret Mackenzie Manager VCE
Curriculum.
b. Isu yang dibahas
1) Kurikulum
Di Australia ada kurikulum
nasional (Australian Curriculum) dan ada kurikulum negara bagian (State Curriculum).
Struktur kurikulum dari
Foundation (F) sampai ke kelas 10, mencakup tiga hal yaitu (1) 8 learning areas, (2) 7
general capabilities, dan (3)
3 cross-curriculum priorities,
yang secara sederhana dapat
jelaskan sebagai berikut.
a) Delapan learning areas
(mata pelajaran) yang berlaku secara nasional meliputi
Bahasa
Inggris,
Matematika, Sains, Humanities and Social Sciences
(geografi, ekonomi & bisnis, civics & citizenship),
Arts, Bahasa Asing, Health
and Physical Education,
dan Technologies (designs
& technologies dan digital
technologies).

b) Tujuh general capabilities
atau dalam konteks Indonesia disebut SKL, meliputi
literacy, numeracy, ICT capability, critical and creative thinking, personal and
social capability, intercurriculal understanding, dan
ethical understanding. Di
Australia tidaka ada istilah
Taxonomi Bloom yang meliputi kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
c) Tiga
cross-curriculum
priorties
meliputi
(1)
sustainability, Asia and
Australia’a links with Asia,
(3) Aboriginal and Torres
Strait Islander Histories
and Cultures.
Masing-masing negara bagian, seperti Victoria, memiliki
kewenangan mengembangkan
kurikulum sendiri. Saat ini
Victoria telah mengembangkan kurikulum 2017. Salah
satu contoh adalah kurikulum
Foundation-Level 10 yang secara garis besar mencakup
dua hal, yaitu learning areas
dan capabilities sebagaimana dipaparkan dalam matrik
berikut ini.

Vol. X/No. 4/Desember 2015

9

Tabel 1: Learning Areas and Capabilities F-10 in Victoria State
Learning Areas
The Arts
• Dance
• Drama
• Music
• Visual Arts
• Media Arts
• Visual Communication Design (7-10)

Capabilities





Critical and creative thinking
Intercultural capability
Ethical capability
Personal and social capability

English
Humanities
• Economics and Business
• Geography
• History
• Civics and Citizenship
Languages
Health and Physical Education
Matheatics
Science
Technology
• Design and Technologies
• Digital Technologis

Selain kurikulum negara bagian, sekolah juga memiliki kewenangan untuk menambahkan materi. Sebagai
contoh, di sekolah negeri tidak diajarkan pelajaran agama, tetapi di sekolah Katolik
ada pelajaran agama.
Bagi siswa yang sudah menyelesaikan program belajar
di kelas 12 (SMA), ada dua jenis sertifikat yang diberikan,
yaitu Victorian Sertificate of
Education (VSE) dan Victorian
Certificate of Applied Learning
(VCAL).
Untuk mendapatkan VSE
siswa harus mencapai minimum 16 unit (mata pelajaran), tetapi sebagian besar
siswa mengambil 20-24 unit.
Siswa bisa mengambil 16 unit
tersebut sejak SD atau SMP.
Sedangkan VCAL meliputi empat area yaitu (1) personal de­
velopment, (2) literacy and nu­
meracy, (3) work­related skills,
dan (4) industry­related skills.
Terkait dengan vokasi, di
Negara Bagian Victoria, ada
9 sertifikat vokasi yang populer, yaitu (1) Hospitality,
(2) engineering, (3) informa­

10

tion technology/digital media, (4) furnishing, (5) building
and construction, (6) business,
(7) automotive, (8) communi­
ty services, dan (9) sport and
recreation.
2) Asesmen
Di
Australia,
national assessment (baca: Ujian
Nasional) dilaksanakan pada
kelas 3, 5, 7, dan 9. Fungsi
asesmen ini adalah untuk
pemetaan, bukan untuk menentukan kelulusan siswa
dari satuan pendidikan. Oleh
karena itu pelaksanaannya
dua kali di jenjang SD dan dua
kali di jenang SMP. Asesmen
ini disebut dengan National
Assessment Program­Literacy
and Numeracy (NAPLAN).
Dari sini dapat dimengerti,
pressure ada pada siswa SMP
(tahun 7 dan 9), tidak pada
siswa SMA (tahun 10, 11, dan
12). Untuk siswa SMA, kelulusannya ditentukan masingmasing sekolah dan tidak ada
ujian nasional (NAPLAN). l
Bersambung

Vol. X/No. 4/Desember 2015

Berita BSNP*

UJIAN NASIONAL PERBAIKAN:
Pendaftaran Secara Online Diperpanjang
Sampai 15 November 2015

B

adan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
melalui surat edaran nomor 0062/SDAR/
BSNP/IX/2015, tanggal 25 September 2015
menetapkan pendaftaran Ujian Nasional
Perbaikan (UNP) dimulai tanggal 28 September
2015 sampai dengan 23 Oktober 2015. UNP
ini diperuntukan bagi siswa SMA/MA/ SMAK/
SMTK, SMK/MAK, dan Program Paket C yang
memiliki nilai kurang dari atau sama dengan
55 (lima puluh lima) pada mata ujian tertentu
atau belum menempuh ujian secara lengkap.
Calon peserta UNP dapat mendaftarkan diri secara daring (online) di website dengan alamat
http://unp.kemdikbud.go.id.

Pada tanggal 4 November 2015, BSNP telah mengeluarkan surat edaran Nomor 0064/
SDAR/BSNP/XI/2015 tentang perpanjangan
masa pendaftaran UN Perbaikan. Surat dikirim
ke seluruh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi
Dan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi.
Menurut Zainal A. Hasibuan Ketua BSNP,
UNP merupakan pilihan (tidak wajib) dan dilaksanakan dalam bentuk ujian berbasis komputer/Computer Based Test (CBT). Soal UNP mengacu pada kisi-kisi UN 2015.
“Megikuti UNP itu tidak wajib, tapi merupakan pilihan. Bagi yang ingin ikut, silahkan

Sampai tanggal 23 Oktober 2015, hari terakhir pendaftaraan, menurut data dari Puspendik, jumlah peserta UN Perbaikan sebanyak
54.825 siswa dari 34 provinsi dan luar negeri,
dengan rincian SMA 38.443 siswa, SMK 16.298
siswa, dan Program Paket C 84 siswa. Dalam
Rapat Koordinasi Persiapan Ujian Nasional tanggal 2 November 2015 di Jakarta, telah disepakati
pendaftaran UN Perbaikan diperpanjang sampai tanggal 15 November 2015.
“Perpanjangan ini dimaksudkan untuk
memberi peluang kepada mereka yang belum mencapai kriteria Cukup dalam UN tahun
2015 untuk melakukan perbaikan”, ucap Nizam
Kepala Puspendik seraya menambahkan, BSNP
perlu mengeluarkan surat edaran terkait perpanjangan pendaftaran ini.

ikut, dan bagi yang tidak ingin ikut, tidak ada
paksaan. Namun, sebagai penyelenggara,
kami wajib memenuhi hak mereka yang belum
mencapai standar untuk mengikuti ujian nasional perbaikan”, ungkap Zainal dalam rapat
pleno BSNP, Selasa (29/9/2015) di Jakarta bersama Balitbang dan Pusat Penilaian Pendidikan
(Puspendik).
Proses pendaftaran, tambah Ucok panggilan akrab Ketua BSNP, dibuat sesederhana
mungkin. Calon peserta cukup melakukan registrasi dengan nomor peserta UN 2015 dan
tanggal lahir seperti yang tertera pada kartu
peserta UN 2015. Namun, tetap ada veriikasi
yang disiapkan dalam aplikasi pendataran.
Sementara Totok Suprayitno Kepala
Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebu-

Ilustrasi:
Pelaksanaan Ujian
Nasional Berbasis
Komputer
di Madrasah
Insan Cendekia
Serpong tahun
2015. Dengan
alasan eisiensi,
UN Perbaikan
dilaksanakan
dalam bentuk
ujian berbasis
komputer atau
Computer Based
Test.

*Bambang Suryadi

Vol. 4/Desember
X/No. 2/Juni 2015
2015
Vol. X/No.

11

Berita BSNP
dayaan mengatakan UNP dilaksanakan dalam
bentuk CBT. Selain untuk meningkatkan integritas dalam pelaksanaan UN, pemakaian UN
CBT juga dimaksudkan untuk eisiensi penyediaan bahan UN.
“Pelaksanaan UNP didesain dalam bentuk
CBT karena kita ingin meningkatkan integritas dalam pelaksanaan UN. Dengan demikian,
melalui UN kita bisa memberikan kontribusi
dalam meningkatkan integritas di kalangan
pesereta didik”, ucap Totok seraya menambahkan Balitbang sebagai pelaksana UNP akan terus berkoordinasi dengan BSNP, Puspendik, dan

Pustekom.
Terkait dengant tempat ujian, calon peserta boleh memilih di provinsi sekolah asal atau
provinsi domisili saat ini. Jadwal pelaksanaan
UNP pada tanggal 22 Februari sampai dengan
5 Maret 2016. Pengumuman hasil UNP pada
tanggal 19 Maret 2016.
Ketentuan tentang pendaftaran dan
pelaksanaan UNP ini dimuat dalam “Petunjuk
Pelaksanaan Ujian Nasional Perbaikan Tahun
Pelajaran 2014/2015” yang ditetapkan BSNP
dan dapat diunduh di laman website htp://kemdikbud.go.id. l

KEPALA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI TANDATANGANI
PAKTA INTEGRITAS PELAKSANAAN UN 2016

Zainal A. Hasibuan
Ketua BSNP dan
Nizam Kepala
Puspendik
menyaksikan
penandatanganan
Pakta Integritas
oleh Kepala
Dinas Pendidikan
Provinsi Jambi,
Bali, dan Maluku.

S

alah satu cara untuk meningkatkan kredibiltias pelaksanaan Ujian Nasional (UN)
TAHUN 2016 adalah dengan diadakannya
penandatanganan Pakta Integritas oleh pelaksana UN, mulai dari pelaksanana UN Tingkat
Provinsi, Kabupaten/Kota, sampai ke satuan
pendidikan. Pakta integritas ini merupakan
bentuk akuntabilitas dan komitmen semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan UN.
Menurut Nizam Kepala Pusat Penilaian
Pendidikan (Puspendik), penandatanganan
pakta integritas selalu diadakan setiap tahun.
“Perlu ada pakta integritas sebagai pertanggungjawaban pelaksana UN kepada publik sekaligus sebagai bentuk komitmen dari
Panitia Pelaksana UN baik di pusat maupun di
daerah dalam melakanakan UN yang kredibel,
akuntabel, dan obyektif”, ucap Nizam di sela-

12

sela rapat koordinasi persiapan pelaksanaan
UN di Jakarta (2/11/2015).
Secara simbolik, tiga Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, Bali, dan Maluku menandatangani pakta integritas dalam acara
rapat koordinasi UN yang diselenggagrakan
Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan BSNP di Jakarta
(2/11/2015).
Sementara itu, Bambang Suryadi anggota BSNP secara terpisah menjelaskan ada
empat hal yang ditulis dalam pakta integritas. Pertama, kesanggupan meningkatkan kualitas, kredibilitas, dan akuntabilitas
pelaksanaan Ujian Nasional untuk peningkatan mutu Pendidikan. Kedua, kesanggupan
melaksanakan tugas sesuai Prosedur Operasi
Standar Penyelenggaraan Ujian Nasional dan

Vol. X/No. 4/Desember 2015

Berita BSNP
menyukseskan pelaksanaan Ujian Nasional
tingkat provinsi. Ketiga, kesanggupan menjaga keamanan dan kerahasiaan bahan Ujian
Nasional. Keempat, kesanggupan melaksanakan Ujian Nasional secara jujur.
Selain itu, dalam dokummen Pakta Integritas juga disebutkan bahwa penandatanganan

pakta integrtias tersebut dilakukan tanpa ada
unsur paksaan dari pihak manapun. Jika ada
hal-hal yang dilanggar yang telah dinyatakan
dalam pakta integritas ini, pihak yang menandatangani bersedia dikenakan sanksi sesuai
dengan hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. l

PENILAIAN BUKU TEKS PELAJARAN SMK
BSNP Berikan Prinsip-Prinsip Dasar Penilaian

B

SNP sebagai lembaga independen dan profesional memiliki kewenangan menilai buku
teks pelajaran untuk jenjang pendidikan dasar
dan menengah dari aspek isi, bahasa, penyajian, dan kegraikaan. Salah satu kegiatan penilaian buku teks pelajaran tahun 2015 adalah
buku teks pelajaran untuk SMK. Dalam hal ini,
peran BSNP adalah memberikan prinsip-prinsip dasar (guiding principles) yang dijadikan
acuan dalam penilaian buku teks pelajaran.
Salah satu tahapan kegiatan penilaian
buku adalah pendampingan tim pengembang instrumen penilaian buku teks siswa
SMK. Kegiatan ini dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama untuk wilayah Indonesia
bagian Timur dilaksanakan di Makassar mulai
Senin sampai dengan Rabu (26-28/10/2015).
Ada enam anggota BSNP yang turut menjadi nara sumber dan fasilitator pendampingan, yaitu Zaki Su’ud, Erika Budiarti Laconi, Kiki
Yuliati, Nanang Arif Guntoro, T. Ramli Zakaria,
dan Bambang Suryadi. Kegiatan tahap kedua
untuk wilayah Indonesia bagian Barat dilaksanakan di Jakarta pada hari Jumat sampai
dengan Ahad (6-8/11/2015). Tiga anggota
BSNP yang menjadi nara sumber dan fasilitator
adalah Zaki Su’ud, Khomsiyah, dan Bambang
Suryadi.
Menurut panitia dari Direktorat Pembinaan
SMK, proses pendampingan bagi tim pengembang dari wilayah Indonesia bagian timur melibatkan para pengembang dari tiga perguruan tinggi, yaitu Universitas Negeri Gorontalo,
Universitas Negeri Manado, dan Universitas
Negeri Makassar. Sedangkan kegiatan tahap
kedua melibatkan sepeuluh LPTK dari daerah
Jawa dan Sumatera.
Peran BSNP dalam kegiatan ini adalah
memberikan guiding principle untuk pengembangan instrumen penilaian buku. Sebelum
pemaparan dari BSNP, Kepala Puskurbuk Tjipto
Sumadi memberikan penjelasan tentang konsep, ilososi dan implementasi Kurikulum 2013.
Sedangkan Mustaghirin Direktur Pembinaan
SMK menyampaikan visi dan misi pendidikan
SMK dengan segala karakteristiks dan tantangannya.

Menurut Zaki Su’ud, ada delapan prinsip yang perlu diperhatikan dalam penilaian
buku teks pelajaran. Kedelapan prinsip tersebut adalah accountable, responsible, gradation,
diversity in unity, nondiscriminatory, nonpartisan, impersonal, dan zero error. Masing-masing
prinsip dielaborasi dengan jelas beserta contoh-contoh riil di lapangan.
“Jika prinsip-prinsip penilaian ini ditaati,
saya optimis, harapan kita untuk menghasilkan
buku teks pelajaran yang berkualitas dapat terpenuhi”, ucap Zaki seraya menambahkan output dari kegiatan ini adalah instrumen penilai
buku teks pelajaran untuk SMK.
Instrumen penilaian buku SMK, tambah
Zaki, memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan dengan buku SMA. Salah satu kompleksitas buku SMK adalah keragaman paket
keahlian yang mencapai 128 paket keahlian.
“Untuk menghasilkan buku teks yang
berkualitas, salah satu cara yang kita lakukan
adalah menyiapkan instrumen penilaian yang
valid dan reliable”, ungkap Zaki Suud.
Sementara itu Mustaghirin Direktur Pembinaan SMK dalam sambutannya di hadapan tim pengembang instrumen di Jakarta
(7/11/2015) mengatakan bahwa buku teks
pelajaran SMK agak berbeda dengan SMA,
karena pendekatannya adalah keterampilan.
Maka pendekatan Modul digunakan dalam
buku SMK.
Selain karakteristiknya yang berbeda, tambah Mustaghirin, volume pekerjaan penilaian
buku teks pelajaran SMK juga banyak. Ada
9 bidang keahlian, 46 program keahlian dan
128 paket keahlian (kompetensi keahlian), dan
50 program 4 tahun. Secara keseluruhan ada
2.774 buku siswa yang akan disusun, termasuk
untuk SMK program 4 tahun.
Dalam kondisi waktu yang sangat terbatas, Zaki Suud memberikan saran strategi
pengembangan dan penilaiab buku teks pelajaran SMK.
“Dalam kondisi seperti sekarang ini, waktu sangat terbatas sementara volume pekerjaan sangat tinggi, proses pengembangan
dan penilaian dilakukan dalam satu siklus be-

Vol. X/No. 4/Desember 2015

13

Berita BSNP

Peserta
penyusunan
instrumen
penilaian buku
teks pelajaran SMK
mendengarkan
paparan dari
nara sumber
di Tangerang
(7/11/2015).
Mereka adalah
para akademisi
dari LTPK yang
memiliki program
studi terkait
dengan paket
keahlian di SMK.

sar menggunakan pendekatan pipeline dan
klasterisasi untuk buku sejenis. Selain itu, diperlukan kontrol waktu dan disiplin yang lebih ketat bagi semua yang terlibat. Ingat, dalam
kondisi seperti ini, komitmen kita adalah tetap

menjaga kualitas dan tidak boleh menurunkan kualitas”, ucap Zaki mengakhisi paparannya dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.
l(BS)

FINALISASI LIMA STANDAR SARANA DAN
PRASARANA UNTUK LEMBAGA KURSUS
DAN PELATIHAN

D

irektorat Pembinaan Lembaga Kursus
dan Pelatihan bekerjasama dengan BSNP
melakukan inalisasi lima draf standar sarana
dan prasarana di Bogor (3-5/11/15). Lima draf
standar tersebut meliputi teknik akuntansi, pijat pengobatan releksi, merangkai bunga kering dan bunga buatan, fotograi, dan bahasa.
Dari BSNP yang turut hadir dalam kegiatan ini adalah T. Ramli Zakaria dan Bambang
Suryadi.
Sementara dari pihak direktorat, ada
Kasubdit Sarana dan Prasarana beserta beberapa orang staf. Selain itu, ada tim penyusun dan
penelaah sebanyak tiga orang untuk masingmasing standar. Mereka berasal dari praktisi
dan akademisi.
Bambang dalam pengarahannya mengatakan bahwa tugas utama tim penyusun
bersama penelaah adalah melakukan revisi terhadap draf standar berdasarkan umpan balik
(feedback) dan masukan yang diberikan anggota BSNP. Selain itu juga perlu diperhatikan
aspek keterbacaan standar.
“Anggota BSNP telah menelaah draf standar tersebut dua minggu yang lalu dan mem-

14

berikan catatan atau saran perbaikan. Ada
yang bersifat teknis dan substansial. Catatan
dan saran ini yang mesti ditindaklanjuti dalam
kegiatan inalisasi selama tiga hari ini”, ucap
Bambang.
Jika saran tersebut, tambah Bambang,
telah ditindaklanjuti, akan dilakukan penelaahan akhir dan sinkronisasi, kemudian direkomendasikan kepada Menteri untuk ditetapkan
menjadi Peraturan Menteri.
Sementaraitu, secara terpisah Ratna dari
Direktorat Pembinaan Lembaga Kursus dan
Pelatihan mengatakan pada tahun 2014 ada
sepuluh standar sarana dan prasarana untuk lembaga kursus dan pelatihan yang
telah ditetapkan menjadi Peraturan Menteri.
Kesepuluh standar tersebut adalah: (1) keterampilan mekanik sepeda motor, (2) keterampilan mengemudi kendaraan bermotor, (3)
keterampilan tataboga, (4) keterampilan tata
busana/menjahit, (5) keterampilan tata kecantikan kulit, (6) keterampilan tata kecantikan
rambut, (7) keterampilan tata rias pengantin,
(8) keterampilan perhotelan, (9) keterampilan
baby sitter, dan (10) keterampilan Spa.

Vol. X/No. 4/Desember 2015

Berita BSNP
“Kesepuluh keterampilan tersebut ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 127 Tahun 2014 tetang
Standar Sarana dan Prasana Lembaga Kursus
dan Pelatihan”, ucap Ratna seraya mengakhiri
sambutannya.
Dalam sambutan tertulisnya, Yusuf
Muhyiddin Direktur Lembaga Kursus dan
Pelatihan menyebutkan bahwa standar sarana dan prasarana lembaga kursus dan pelatihan sangat diperlukan oleh setiap satuan

pendidikan dan penyelenggara kursus dan
pelatihan dalam rangka memberikan layanan pembelajaran yang bermutu. Manfaat lain
dari adanya standar tersebut adalah memberikan acuan bagi Badan Akreditasi Nasional
Pendidikan Nonformal (BAN-PNF), pemerintah daerah, dan Direktorat Pembinaan
Lembaga Kursus dan Pelatihan dalam
melakukan pembinaan, baik akreditasi, perizinan, maupun peningkatan mutu layanan
kursus dan pelatihan. l(BS)

WORKSHOP STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
Komitmen Pemangku Kepentingan Mutlak Diperlukan

Anies Baswedan
Menteri
Pendidikan dan
Kebudayaan
dan Ceu Popong
Otje Djundjunan
Anggota Komisi
X DPR-RI (tengah)
berpose bersama
anggota BSNP
dalam acara
workshop
standar nasional
pendidikan
di Jakarta, 5-6
Desember 2015.

B

SNP melaksanakan workshop standar nasional pendidikan pada tanggal 5-6 Desember
2015 dan tanggal 12-13 Desember 2015 di
Jakarta dengan tema “Membangun Komitmen
Pemangku Kepentingan untuk Penguatan
Standar Nasional Pendidikan”. Workshop pertama dibuka oleh Anies Baswedan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dan workshop
kedua dibuka oleh Ainun Naim Sekretaris
Jenderal Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi. Turut hadir dalam workshop ini adalah para pemangku kepentingan, diantaranya para pejabata eselon satu
dan dua di kementerian terkait, dinas pendidikan, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
(LPMP), dosen, guru, pengawas, dan praktisi
pendidikan, dengan jumlah peserta sekitar 90
orang untuk masing-masing workshop.
Menurut Erika Budiarti Laconi anggota

BSNP sekaligus Ketua Panitia Pelaksana Workshop, tujuan workshop ini adalah untuk mensosialisasikan rancangan standar yang telah
disusun dan hasil pemantauan/evaluasi implementasi standar kepada pemangku kepentingan. Selain itu workshop ini juga bertujuan
untuk membangun komitmen pemangku kepentingan (Stakeholder) untuk penguatan
Standar Nasional Pendidikan.
Lebih lanjut, Erika menjelaskan BSNP telah
mengembangkan lima standar nasional pendidikan yang terkait dengan pendidikan tinggi,
yaitu (1) Standar Data Sistem Pendidikan
Nasional, (2) Standar Penilaian Berbasis TIK,
(3) Standar Nasional Pendidikan Guru, (4)
Standar Akademi Komunitas, dan (5) Standar
Pendidikan Jarak Jauh. Sedangkan untuk standar nasional yang terkait dengan pendidikan
dasar dan menengah meliputi standar pendi-

Vol. X/No. 4/Desember 2015

15

Berita BSNP
dikan khusus dan layanan khusus, standar pendidikan noformal, standar pendidik dan tenaga
kependidikan (kepala sekolah dan pengawas),
standar pengelolaan, standar sarana dan prasarana, dan standar pembiayaan. Selain itu,
dalam workshop ini juga dibahas hasil pemantauan implementasi Standar Kompetensi
Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar
Penilaian, dan hasil evaluasi penyelenggaraan
Ujian Nasional.
“Melalui workshop ini diharapkan terbangun komitmen dari para pemangku kepentingan dalam percepatan penetapan draf
standar menjadi Peraturan Menteri yang selanjutnya dapat diimplementasikan di lapangan”,
ucap Erika dalam sambutannya seraya menambahkan standar ini berlaku efektif dan mengikat semua satuan pendidikan secara nasional
setelah ditetapkan dengan peraturan menteri.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Mendikbud) Anies Baswedan menyampaikan, standar nasional pendidikan berkaitan
erat dengan pilar strategi Kemendikbud untuk
menguatkan pelaku pendidikan dan kebudayaan. Dalam hal ini, kata dia, utamanya terkait
dengan perubahan paradigma yang sedang didorong di Kemendikbud yaitu tentang pengelolaan ekosistem pendidikan. “Pengembangan
standar dan penilaian pendidikan perlu diarahkan untuk menuju sistem akuntabilitas yang
bersifat resiprokal atau timbal balik,” katanya.
Mendikbud melanjutkan, setiap elemen
dalam ekosistem memiliki tanggung jawab
terhadap elemen lain dalam ekosistem itu. Dia

mencontohkan, seorang guru tidak saja bertanggung jawab kepada kepala sekolah, tetapi
guru juga mempunyai tanggung jawab kepada orang tua dan masyarakat. “Kita tidak melihat sebagai satu pelaku-pelaku yang dikelola
secara tersentralistis justru harus berinteraksi,”
katanya.
Di sisi lain, Mendikbud menjelaskan, orang
tua pun memiliki tanggung jawab yang harus dipenuhi kepada guru dan sekolah. Maka,
menurut Mendikbud, yang perlu dilakukan
adalah membantu menyediakan panduan, menyiapkan alat-alat pemetaan, dan pelaporan
akuntabilitas agar satu elemen dengan elemen
lainnya dapat berinteraksi.
Sementara Ainun Naim Sekretaris Jenderal
Kemenristek DIKTI mengatakan bahwa standar pendidikan sangat penting dan bersifat dinamis. Lingkungan pendidikan bersifat
dinamis karena lingkungannya dinamis dengan perubahan pada sistem pendidikan. “Di
lingkungan pendidikan tinggi ada trend yang
sangat kuat dimana tidak cukup hanya melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Tetapi, lebih spesiik tentang
bagaimana menerapkan tridarma perguruan
tinggi itu terhadap inovasi dan interpretasi
dalam memperhatikan kinerja”, ucapnya.
Lebih lanjut Ainun mengatakan melalui
standar Pendidikan akan terwujud tantangan
atau challenge bagi setiap pihak yang terlibat dalam pendidikan. Tantangan ini adalah
bagaimana setiap satuan pendidikan dapat
memenuhi standar tersebut. l

UNIVERSITAS HONGKONG
Naikkan Nilai UN Sebagai Syarat Masuk
dari 80 ke 85

S

elama lima tahun terakhir animo lulusan
SMA atau yang sederajat untuk meneruskan studi ke Universitas Hongkong meningkat.
Nilai Ujian Nasional (UN) diakui sebagai persyaratan masuk ke universitas kelas dunia ini,
selain ada persyaratan lulus wawancara. Pada
tahun 2015 ada perubahan kebijakan dari pihak Universitas Hongkong terkait dengan batas ambang nilai UN.
Menurut Geneva Damayanti
Student
Recruitment Caunsellor perubahan kebijakan
tersebut adalah pada batas ambang nilai UN
yang dinyatakan layak untuk mendaftar.
“Pada tahun sebelumnya, untuk bisa
mendaftar, calon mahasiswa harus memiliki
nilai minimal 80 untuk setiap mata pelajaran
yang diujikan dalam UN. Mulai tahun 2015, kebijakan diubah menjadi nilai rata-rata 85 untuk
semua mata pelajaran, dengan tidak ada nilai

16

di bawah 80”, ungkap Geneva ketika berkunjung ke BSNP pada hari Selasa (6/10/2015) untuk mengetahui kebijakan UN tahun 2016.
Pada kesempatan tersebut, Bambang
Suryadi memberikan beberapa data terkait
dengan hasil UN 2015. Diantaranya adalah
rata-rata hasil UN secara nasional untuk SMA
atau yang sederajat dan daftar sepuluh sekolah yang memperoleh nilai tertinggi dalam
UN.
Menurut Bambang, meskipun UN tidak
lagi menentukan kelulusan peserta didik dari
satuan pendidikan, pemanfaatan nilai UN untuk seleksi masuk ke perguruan tinggi, seperti yang dilakukan Universitas Hongkong,
diharapkan dapat memotivasi siswa dalam belajar. Pengakuan ini, di sisi lain juga menguatkan eksistensi UN dalam kancah global atau internasional. l(BS)

Vol. X/No. 4/Desember 2015

Lensa BSNP

Senyuman penuh optimis dan harapan, pelaksanaan
Ujian Nasional 2016 akan berjalan dengan lancar.
Para pejabat eselon I dan II berpose bersama setelah
rapat koordinasi persiapan UN 2016 (2/11/2015).
Dari kiri ke kanan: Nizam Kepala Puspendik, Totok
Supriyatno Kepala Balitbang, Zainal A. Hasibuan
Ketua BSNP, Hamid Muhammad Dirjen Pendidikan
Dasar dan Menengah, dan Didik Suhardi Sekretaris
Jenderal Kemdikbud.

Anggota tim ahli untuk kegiatan
pemantauan implementasi
Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) dan Standar Isi (SI) IM
Standar SKL dan SI berpose
bersama setelah membahas hasil
pemantauan. Selain melakukan
pemantauan, tim ahli juga
merumuskan rekomendasi SKL
masa depan.

Anggota tim ahli untuk
pengembangan standar
penilaian berbasis
Teknologi, Iformasi dan
Komunikasi (TIK) berpose
bersama Ketua dan
Anggota BSNP di ruang
rapat BSNP Cipete.

Anggota tim ahli untuk
pemantauan standar proses
berpose bersama Ketua
dan anggota BSNP, setelah
melakukan analisis data yang
dikumpulkan dari responden
di 15 provinsi.

Vol. X/No. 4/Desember 2015

17

Lensa BSNP

Bastari Kepala Pusat Data
dan Statistik Pendidikan dan
Kebudayaan (kanan) menjelaskan
mekanisme pendataan Data Pokok
Pendidikan (DAPODIK) yang akan
digunakan dalam pelaksanaan
Ujian Nasional tahun 2016, dalam
rapat pleno BSNP di Cipete akhir
Oktober 2015.

Zainal A. Hasibuan Ketua BSNP (kiri)
menyampaikan pandangannya
dalam rapat pembahasan draf
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudyaan tentang Penilaian Hasil
Belajar oleh Pemerintah dan Satuan
Pendidikan. Turut hadir dala rapat ini
Kepala Balitbang, Kepala Puspendik,
Anggota BSNP, dan Biro Hukum dan
Organisasi Kemdikbud.

Haidz Muksin Pejabat
Pembuat Komitmen BSNP
(kanan) memimpin rapat
membahas website BSNP
bersama staf BSNP dan
perwakilan dari Balitbang dan
Pustekkon di ruang rapat BSNP
Cipete (23/9/2015).

Zaki Su’ud anggota
BSNP (berdiri) bersama
tim ahli melakukan
inalisasi laporan
pemantauan Standar
Proses. Berdasarkan hasil
pemantauan ini, BSNP
memberikan rekomendasi
untuk perbaikan standar.

18

Vol. X/No. 4/Desember 2015

Lensa BSNP

Musliar Kasim mantan Wakil Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (kanan)
dalam kapasitasnya sebagai tim
ahli pemantauan Standar Proses,
menjelaskan landasan ilosois dan
konseptual Kurikulum 2013 kepada
Zainal A. Hasibuan Ketua BSNP (kedua
dari kiri), Ali Syaukah, dan Zaki Baridwan,
keduanya anggota tim ahli pemantauan
standar proses.

Sumarna Surapranata Dirjen Guru
dan Tenaga Kependidikan (kanan)
menyampaikan rencana pelaksanaan Uji
Kompetensi Guru (UKG) dalam rapat pleno
BSNP. UKG dilaksanakan secara online pada
tanggal 9-27 November 2015 di seluruh
Indonesia. Fungsi UKG adalah untuk
memetakan kompetensi guru yang akan
dijadikan acuan dalam merancang materi
pelatihan guru pada tahun berikutnya.

Sebagian anggota tim ahli untuk
pengembangan Standar Data
Sistem Pendidikan Nasional berpose
bersama anggota BSNP setelah
menyelesaikan analisis data hasil uji
publik draf standar di 15 provinsi.

Perwakilan guru dari
sekolah BPK Penabur
melalukan dialog