Revolusi Islam Syiah: studi komparatif Ayatullah Muhammad Baqir al Shadr (1931-1980) dan Ayatullah Khomeini (1902-1989).

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian kepustakaan dengan tema revolusi Islam Syi’ah : studi komparatif gerakan politik Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr dan Ayatullah Khomeini. Yang didalamnya terdapat beberapa rumusan masalah seperti : Pertama, Siapakah Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr dan Ayatullah Khomeini.Kedua, Bagaimana gerakan politik Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr dan Ayatullah Khomeini dalam revolusi Islam serta dampaknyadan ketiga, Bagaimana Perbandingan Gerakan politik antara Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr dan Ayatullah Khomeini yang dari keseluruhannya menjadi fokus dalam penelitian ini.

Pendekatan dan metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah politik yang disertai dengan studi Biografi dan komparasi (perbandingan). Menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan jenis penelitian kepustakaan atau studi pustaka. Sedangkan untuk teorinya menggunakan teori politik Islam Ibn Taimiyah, dan Teori comparative.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa analisis perbandingan dari gerakan politik Islam Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr di Irak dan Ayatullah Khomeini di Iran, memiliki persamaan dan perbedaanterkait dengan gerakan politik mereka. Dari sisi perbedaan ada tiga hal, yakni pertama, jalur pelaksanaan gerakan politik Islam Syiah mereka. Kedua, hasil dari gerakan politik Islam Syiah al-Shadr dan Khomeini. Yang ketiga, pengaruh yang ditimbulkan oleh gerakan politik mereka. Sedangkan dari persamaan ada empat point. Pertama, visi dan misi yang sama-sama dari konsep Imamah. Kedua, latar belakang munculnya gerakan politik Islam Syiah mereka. Ketiga, peran penting al-Shadr dan Khomeini dalam aktivitas gerakan politik Islam mereka. Keempat, upaya gerakan politik Islam Syiah al-Shadr di Irak dan Khomeini di Iran.


(7)

ABSTRACT

This minithesis has the result from literature research with theme the Islam

Shi’i revolution : Comparative study Shii political movement of Ayatullah

Muhammad Baqir al-Shadr and Ayatullah Khomeini. Which some including, formulation as : the first, who is Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr and Ayatullah Khomeini. Second, what the political movement Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr and Ayatullah Khomeini with Islam revolution and their movement impact. Third, what comparative the political movement between Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr and Ayatullah Khomeini, and altogether become focus with this research.

The approach and method in this research use political history approach along with biography study and comparative. And using the qualitative research method with library research or literature research genre. While the theory use Islam politics theory from Ibn Taimiyah and comparative theory.

The result from this research indicate has comparative analysis of political movement Islam Shii. Their have the similarity anddifferentiation about their political movement. From division the similarity has three point, The first, implementation track of their political movement. Second, the result of their political movement. Third, the impact has showing of their political movement. While the differentiation has four point, first, the perspective and mission equaaly of the Imamah idea. Second, the behind background of appear their Islam Shi’i political movement. Third, the important role al-Shadr and Khomeini of their activity Islam Shii political movement. And fourth, the efforts of Islam Shii political movement al-Shadr in Irak and Khomeini in Iran.


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 6

E. Pendekatan danKerangkaTeori ... 7

F. PenelitianTerdahulu ... 9

G. Metode Penelitian ... 11

H. Sistematika Pembahasan ... 14

BAB II : BIOGRAFI AYATULLAH MUHAMMAD BAQIR AL-SHADR DAN AYATULLAH KHOMEINI ... 16

A. Ayatullah Muhammad Baqir Al-Shadr (1931-1980) ... 16


(9)

C. Karakteristik Pemikiran Ayatullah Muhammad Baqir

Al-Shadr dan Ayatullah Khomeini dalam politik Syi’ah... 35

BAB III : GERAKAN POLITIK SYIAH : BAQIR AL-SHADR DAN AYATULLAH KHOMEINI SERTA DAMPAKNYA .... 41

A. Gerakan politikAyatullah Muhammad Baqir Al-Shadr ... 41

B. Gerakan politik Ayatullah Khomeini ... 47

C. Dampak Gerakan politik Mereka bagi Revolusi Islam .... 55

BAB IV : PERBANDINGAN GERAKAN POLITIK BAQIR AL- SHADR DAN AYATULLAH KHOMEINI ... 60

A. Perbedaan GerakanpolitikAyatullah Muhammad Baqir Al-Shadr dan Ayatullah Khomeini ... 60

B. Persamaan GerakanpolitikAyatullah Muhammad Baqir Al-Shadr dan Ayatullah Khomeini ... 69

C. Respon Dunia Islam TerhadapGerakanPolitikMereka ... 76

BAB V : PENUTUP ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

LAMPIRAN- LAMPIRAN ... 87


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Syiah merupakan sebutan yang dilekatkan bagi mereka pengikut setia Sayyidina Ali bin Abi Thalib Radhiya Allᾱh ‘anhu, sepupu sekaligus menantu Rasulullah ShallᾱAllᾱh ‘alayh Wasallam. Untuk asal usul kelahiran Syiah terdapat ragam pendapat mengenai hal tersebut, dan pendapat yang paling populer mengatakan bahwa Syiah muncul setelah terjadinya kegagalan perundingan antara pihak Khalifah Ali bin Abi Thalib Radhiya Allᾱh ‘anhu dengan pihak Muawiyah bin Abi Sufyan dalam perang Shiffin,1 atau yang lazim dikenal dengan peristiwa

Tahkim (arbitrase).2 Menurut pandangan orang Syiah sebenarnya yang berhak

untuk menggantikan kepemimpinan Nabi Muhammad Shallᾱ Allᾱh ‘alayh

Wasallam setelah beliau wafat adalah Ali bin Abi Thalib dan ahlul

bait.3Mengikuti perkembangan Syiah selanjutnya, aliran Syiah mulai tampak secara nyata menjadi sebuah aliran yang berhaluan politik. Hal seperti ini dimulai sejak akhir periode pemerintahan Utsman bin Affan Radhiya Allᾱh ‘anhu yang berada di Mesir, yang kemudian berlanjut dan tumbuh pesat pada periode Ali bin

1

Perang Shiffin merupakan perang yang terjadi antara Muawiyah bin Abi Sufyan dan Ali bin Abi Thalib Radiya allahu anhu. Perang ini terjadi di wilayah Shiffin, oleh sebab itu perang ini disebut dengan perang Shiffin. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam :Dirasah Islamiyah II (Jakarta : P.T Raja Grafindo Persada,2008), 40.

2

Usaha yang dilakukan seorang perantara (orang ke-3) dalam meleraikan sengketa atau perselisihan. Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru (Surabaya : Amelia Surabaya, 2003), 24.

3

Sebutan bagi orang-orang keturunan Rasulullah dari putrinya yakni Fatimah az-Zahra binti Nabi Muhammad Shallᾱ Allᾱh ‘alayh Wasallam. Jalaludin Rakhmat, Rintihan Suci Ahlul Bait Nabi


(11)

Abi Thalib Radhiya Allᾱh ‘anhu yang berpusat di Kufah, Irak.4Karena hal ini pulalah yang membuat para Revolusioner5 muslim menjadikan politik sebagai bagian dari Islam.

Sekitar abad ke-20 M kaum Syiah termasuk menjadi kelompok Mayoritas, jumlahnya mencapai 57% dari 25 juta penduduk Irak. Komposisi etnis agama di Irak ialah 53% Arab Syiah, 21% Arab Sunni, 14% Kurdi Sunni, 5% Arab Non-Muslim, 6% Non-Arab Non- Muslim. Pada umumnya umat Syiah didominasi oleh kawasan Irak selatan dan Timur seperti Bashrah, Karbala, Diwaniyah, Hillah,

„Amarah, Muntafiq, Kut, Najaf, Kazimain, dan Al-Thaurah. Wilayah Karbala dan

Najaf dikenal sebagai kota Suci umat Syiah yang ada di negara Irak.6 Dan di Irak inilah banyak lahir sosok cendekiawan-cendekiawan muslim yang berbakat. Salah satu cendekiawan Syiah yang paling populer abad 20-an yakni Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr, beliau adalah Salah seorang sarjana, ulama, guru, dan tokoh politik yang termasyhur di Irak dan Iran. Lahir dan besar di Kazhimain, Irak dan berasal dari keturunan keluarga religius terkemuka didunia Syiah.7Al-Shadr telah mengajarkan bahwasannya politik merupakan bagian dari Islam, oleh karena itu ia menyeru dan memberikan semangat kepada kaum muslim agar senantiasa mengenali dan melestarikan kekayaan khazanah Islam dan melepaskan diri dari pengaruh-pengaruh eksternal apa pun, seperti (pengaruh marxisme dan

kapitalisme). Ia juga mendorong umat muslim supaya bangun dari tidur

4

Rochimah et.al, Ilmu Kalam (Surabaya : UIN Sunan Ampel Press, 2013), 49-50.

5

Sebutan bagi orang yang cenderung menghendaki perubahan secara menyeluruh dan mendasar, bersifat revolusi ; penganut paham politik yang menghendaki perubahan ketatanegaraan, pemerintahan, sosial dengan sekaligus. Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 830.

6

Riza Sihbudi,Menyandera Timur Tengah (Jakarta: Mizan, 2007), 67.

7

Chibili Mallat,Menyegarkan Islam : Kajian Komprehanif Pertama Atas Hidup dan Karya Muhammad Baqir al-Shadr”, Terj. Santi Indra Astuti (Bandung : Mizan, 2001), 21.


(12)

panjangnya dan menyadari bahwa orang-orang barat sedang berusaha untuk menghanjurkan ideologi Islam dengan cara mendakwahkan ideologi mereka kepada kaum muslim. Maka dari itu Kaum muslim harus bersatu dan berjuang dalam hal menolak intervensi seperti itu dalam sistem sosial, ekonomi, dan politik mereka.8

Dengan bergabungnya dan didirikannya gerakan politik yang berbasiskan Islam, hal ini tentunya membuat Gerakan al-Shadr dimasa-masa itu bisa dikatakan memiliki pengaruh yang besar dan dijadikan titik tolak garis keislaman yang baru bagi kegiatan para Ulama.9Terjadinya revolusi Islam di beberapa negara-negara muslim cukup membawa pengaruh pada ulama dan cendekiawan di Iraq, salah satunya yang tergerak hatinya ialah Baqir al-Shadr, sejak menyatakan dukungan terbuka terhadap Ayatullah Khomeini dalam Revolusi Islam yang terjadi di Iran,10 al-Shadr-pun mengekspresikan harapan perubahan yang sama di negaranya yakni Irak.11Namun sebelum harapan itu terwujud secara sempurna, Takdir berkendak lain, al-Shadr dijatuhi hukuman mati oleh rezim Saddam.

Apabila di negara Irak ada Muhammad Baqir al-Shadr sebagai lentera Islam bagi dunia Syiah di Irak, begitu juga dengan negara Iran mereka memiliki revolusioner Islam yakni Ruhullah12 Khomeini.13Ruhullah kecil lahir Khomein di

8

Muhammad Baqir ash-Shadr,Falsafatuna : pandangan Muhammad Baqir ash-Shadr terhadap pelbagai aliran filsafat dunia”, Terj. M.Nur Mufid bin Ali (Bandung : Mizan, 1993), 11-12.

9

Sihbudi, Menyandera Timur Tengah, 17.

10

TM Aziz,”The Role of Muhammad Baqir Al-Sadr in Shi’i Political Activism in Iraq from 1958 to 1980”, dalam An Anthology of Contemporary Middle Easten History, Ed. Syafiq Mughni (Canada : The Indonesia-Canada Islamic Higher Education Project, 2002), 100.

11

Ayatullah Muhammad Baqir Shadr, Khilafah dan Imamah, Terj. Hikmat Danaatmaja(Jakarta : Nur al Huda, 2012), 178.

12

Ruhullah adalah nama kecil dari Khomeini, sedangkan nama aslinya ialah Ruhollah Moussavi. Azyumardi Azra,Ensiklopedi Islam Jilid 4(Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005), 111.


(13)

Iran bagian Tengah Pada 24 Oktober 1902, keluarga Khomeini merupakan keturunan dari Sayyid Musawi, beliau memiliki nasab dari Nabi Muhammad

Shallᾱ Allᾱh ‘alayh Wasallam melalui jalur ketujuh Syiah yakni Musa

al-Khazim.14Selain dikenal sebagai bapak revolusi Islam Iran, beliau juga seorang ulama, guru besar dan figur terkemuka di pusat teologi Qum.

Pentingnya tema ini diangkat karena disini kita akan tahu tentang bagaimana perjuangan tokoh-tokoh Islam dunia dalam memperjuangkan agama Islam. Ayatullah Baqir al-Shadr dan Ayatullah Khomeini adalah sedikit contoh dari pelopor revolusi Islam di dunia, mereka mencoba untuk membangkitkan semangat para pejuang Islam untuk melawan kezaliman orang-orang kafir dan mendorong kaum muslim untuk bangun dari tidur panjangnya dan menyadari bahwa orang-orang imperialis sedang berusaha untuk mengahancurkan ideologi Islam dengan cara memupuk ideologi mereka di dunia Islam. Selain itu kedua tokoh ini juga berusaha untuk menampilkan kebangkitan Islam lewat revolusi Islam dalam kancah dunia sebagai ideologi yang kuat ke arena politik Internasional. Adanya revolusi Islam yang terjaditelah berhasil menghancurkan kezaliman dan kediktatoran penguasa yang lalim,dandapat membawa pengaruh positif bagi dunia, khususnya Islam. Dengan fakta ini, maka kita dapat belajar tentang bagaimana memperjuangkan dan membangkitkan kembali kejayaan Islam sebagai agama Rahmatal lil alamin, meskipun tidak harus dengan melakukan revolusi, banyak hal yang bisa dilakukan oleh umat Islam tentunya untuk

13

Sebutan Khomeini ini dinisbatkan pada tanah asal kelahirannya yakni Khomein, sebuah kota kecil yang terletak tidak jauh dari kota Arak (Iran bagian Tengah). Azra,Ensiklopedi Islam Jilid 4,111.

14

Yamani, Wasiat Sufi Ayatullah Khomeini : Aspek Sufistik Ayatullah Khomeini yang Tak Banyak diketahui (Bandung : Mizan, 2002), 24.


(14)

membangun kembali kejayaan Islam yang hampir pudar ini, salah satu contohnya dengan terus belajar, dan memetik pelajaran dari masa lalu. Karena kejayaan Islam dan umatnya merupakan sebuah harapan yang harus ada dan tertanam dalam benak semua orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian.

Lewat studi komparasi atau perbandingan, maka kita akan mengetahui secara jelas mengenai revolusi Islam Syiah yang dilakukan oleh kedua tokoh diatas bagi dunia Islam. Alasan mengambil studi komparatif atau perbandingaannya sendiri ialah bahwasannya kedua tokoh ini yakni Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr dan Ayatullah Khomeini meski memiliki karakteristik yang khas dari keduanya dalam mengembalikan kejayaan Islam lewat revolusi mereka.Tentunya faktor persamaan dan perbedaan tetap ada didalamnya, meski tidak banyak. Jika dilihat dari unsur intelektual dan agama, mereka memiliki persamaan dan perbedaan satu sama lain, begitupun dengan unsur-unsur yang lainnya.

Disini penulis mencoba membandingkannya dari unsur kekuasaan, implementasi gerakan politik,seperti Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr memiliki pengaruh gerakan politik Syiah di negara Irak sedangkan Ayatullah Khomeini pengaruhnya besar dalam dunia politik di Iran sehingga beliau digadang-gadang sebagai bapak revolusi Islam Iran. Sudut pandang pemikiran-pun turut dibandingkan dalam penulisan ini.

B. Rumusan Masalah


(15)

2. Bagaimana gerakan politik Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr dan Ayatullah Khomeini dalam revolusi Islam serta dampaknya?

3. Bagaimana Perbandingan Gerakan politik antara Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr dan Ayatullah Khomeini ?

C. Tujuan Penelitian

Dalam sebuah penelitian tentunya mempunyai tujuan dan maksud tertentu yang mendasarinya,adapun berikut ini adalah tujuan dari penelitian ini:

1. Untuk menguraikan secara kronologis dan sistematis mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr dan Ayatullah Khomeini

2. Untuk mengetahui perjuangan Gerakan Politik Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr dan Ayatullah Khomeini dalam revolusi Islam serta dampaknya. 3. Untuk menjelaskan dan memaparkan tentang hasil analisis perbandingan

antara Gerakan Politik antara Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr dan Ayatullah Khomeini.

D. Kegunaan atau Manfaat Penelitian

penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupunpraktis:

1. Teoritis

a. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang revolusi Islam, khususnya tentang perbandingan gerakan politik antara Ayatullah Baqir al-Shadr dan Ayatullah Khomeini.


(16)

b. Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi pada penelitian yang akan datang.

2. Praktis

Bagi jurusan Sejarah Peradaban Islam, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dan bahan pembelajaran mengenai revolusi Islam, khususnya tentang perbandingan gerakan politik antara Ayatullah Baqir al-Shadr dan Ayatullah Khomeini.

E. Pendekatan dan Kerangka teoritik

Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah politik dengan pendekatan studi Biografi dan komparasi (perbandingan), yakni pendekatan yang digunakan dalam sebuah penelitian dengan maksud membuat rekonrstuksi peristiwa atau kejadian yang terkait dengan sejarah politik yang berhubungan dengan masalah pemerintahan dan kenegaraan, secara sistematis, akurat dan objektif.15 Dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi, serta mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat,16studi biografi juga tak lupa ditambahkan sebagai bentuk interpretasi dalam penelitian ini. Biografi merupakan studi terhadap seseorang atau individu yang dituliskan oleh peneliti atas permintaan individu tersebut atau atas keinginan peneliti yang bersangkutan.17Biografi atau catatan tentang kehidupan seseorang itu sifatnya mikro, biografi sendiri menjadi bagian dalam mosaik Sejarah yang

15

Kuntowijoyo, Metodolohi Sejarah (Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya, 2003), 176.

16

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998), 16.

17

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial (Jakarta : Salemba Humanika, 2012), 64-65.


(17)

lebih besar.18Karena sebagian besar biografi berisi tentang tokoh-tokoh besar yang memiliki pengaruh besar terhadap dunia atau peradaban umat manusia.

Mengenai kajian komparasi atau perbandingan, Yang dimaksud dengan studi perbandingan ialahsuatu kegiatan yang dilakukan untuk mengadakan identifikasi persamaan atau perbedaan antara dua gejala tertentu atau lebih, Mengenai masalah Revolusi Islam Syiah : Studi Komparatif Gerakan Politik Muhammad Baqir al-Shadr (1931-1980) dengan Ayatullah Khomeini (1902-1989). Dalam sebuah penelitian tentunya sangat dibutuhkan yang namanya kerangka teori, tujuannya antara lain untuk membantu memecahkan dan mengidentifikasi suatu masalah yang ingin diteliti. Selain itu sebuah kerangka teori juga dipakai untuk memperlihatkan tolak ukur atau kriteria yang dijadikan sebagai dasar untuk membuktikan sesuatu. Maka untuk menjelaskan tentang Revolusi Islam Syiah : Studi Komparatif Gerakan Politik Muhammad Baqir al-Shadr (1931-1980) dengan Ayatullah Khomeini (1902-1989), Diperlukan adanya suatu pendekatan terhadap makna yang dapat menunjukkan maksud dan tujuan yang sebenarnya. Untuk itu penulis disini menggunakan teori politik Islam yang di gagas oleh Ibn Taimiyah, dalam teorinya Ibn Taimiyah menyatakan secara tegas bahwa kekuasaan kepala negara atau raja itu hanya merupakan amanah dari Allah yang di berikan kepada hamba-hamba pilihannya. Konsep Ibn Taimiyah mengenai kebutuhan manusia terhadap negara atau kekuasaan itu didasarkan pada akal dan hadis. Argumen rasionalnya terletak pada kebutuhan universal semua manusia untuk bergabung, bekerja sama menikmati berbagai manfaat kepemimpinan tanpa

18


(18)

peduli mereka menganut suatu agama atau tidak. Ibn Taimiyah menekankan perlunya kepemimpinan dan pemerintahan dalam kehidupan masyarakat. Tetapi Ibn Taimiyah mengkritik dan meragukan validitas pendapat bahwa kekhalifahan berasal sumber al-Quran dan Sunnah, Ibn Taimiyah juga mengkritik teori Syi’ah tentang Imamah dan teori Sunni tentang kekhalifahan, menurutnya tidak ada dasar dalam teori tersebut dalam al-Quran dan al-Sunnah. Teori politik Ibn Taimiyah memiliki kemiripan dengan konsep pemerintahan modern, dimana perlunya pemerintahan sebagai sebuah esensi kekuasaan.19Kekuasaan disini dimaksudkan melalui adanya pola hubungan dimana terdapat pihak yang dominan didalamnya sebagai posisi sentral dalam pemerintahan dan pihak lain yang harus tunduk dan taat. Teori comparative juga turut mendukung kelengkapan teori dalam penelitian ini, mengenai teori comparative, seperti yang diungkapkan oleh kaum comparativis yang menyatakan bahwa suatu institusi,kompleks, proses atau ikhwal harus dicopot dari Matriks budaya yang lebih besar dengan cara tertentu sehingga bisa dibandingkan institusi, kompleks, proses, atau ikhwal-ikhwal dalam konteks sosio kultural lain.20

F. Penelitian terdahulu

Dalam melakukan sebuah penelitian diperlukan pencarian penelitian terdahulu gunanya ialah untuk membandingkan antara penelitian yang kita teliti dengan penelitian sebelumnya. Berikut ini adalah penelitian terdahulu yang pembahasannya terkait dengan pembahasan dalam proposal Revolusi Islam Syiah

19

Khalid Ibrahim Jindan, Teori Politik Islam : Telaah Kritis Ibnu Taimiyah tentang Pemerintahan Islam.Terj. Masrohin (Surabaya : Risalah Gusti, 1995), 36.

20


(19)

: Studi Komparatif Muhammad Baqir al-Shadr (1931-1980) dengan Ayatullah Khomeini (1902-1989)

1. TM Aziz,The Role of Muhammad Baqir Al-Sadr in Shi’i Political Activism in

Iraq from 1958 to 1980, karya tulis ini berbentuk artikel, didalamnya

dijelaskan mengenai peran dari Muhammad Baqir al-Shadr dalam aktivitas politik Syiah yang berada di Irak sejak tahun 1958-1980.

2. Salim Ahyar, Perjuangan Ayatullah Khomeini pada Masa Pengasingan

Tahun 1964-1979 dan Dampaknya Pasca Revolusi Iran. Skripsi ini

memaparkan tentang bagaimana perjuangan Khomeini dalam masa-masa pengasingannya di beberapa negara seperti Turki, Prancis dan Irak sejak tahun 1964-1979.21

3. Dista Kurniawan, Pemikiran Politik Islam Ayatullah Khomeini tentang

Wlayah Faqih. Dalam Jurnal ini dipaparkan tentang pemikiran atau pandangan

Ayatullah Khomeini prihal wilayah Faqih dan hal-hal yang terkait dengan wilayah tersebut.22

4. Abdul Kadir, Syiah Dan Politik : Studi Republik Islam Iran. Dalam jurnal ini dijelaskan mengenai Syiah dan politik mengenai kondisi dan pengaruhnya terhadap bangsa Iran, pasca terjadinya peristiwa revolusi Islam Iran tahun 1979 yang dipimpin oleh Ayatullah Khomeini.23

21

Salim Ahyar, Perjuangan Ayatullah Khomeini pada Masa Pengasingan Tahun 1964-1979 dan Dampaknya Pasca Revolusi Iran(Skripsi, IAIN Sunan Ampel Fakultas Adab, Surabaya, 2007). 22

Dista Kurniawan,Pemikiran Politik Islam Ayatullah Khomeini tentang wilayah Faqih,

lihat

http://www.academia.edu/11771677/PEMIKIRAN_POLITIK_ISLAM_AYATULLAH_KHOMEI NI_TENTANG_WILAYAH_FAQIH (24 Februari 2017).

23

Abdul Kadir, Syi’ah dan Politik : Studi Republik Islam Iran. Politik Profetik, vol 5 nomor 1, (2015).


(20)

5. Abdul Salam, Gerakan Revolusioner dalam Syiah (Studi Tentang Revolusi

Islam Iran 1979). Dalam karya tulis ini dijelaskan mengenai peristiwa revolusi

Islam Iran yang terjadi pada 1979, dan keberhasilan gerakan revolusioner Islam khususnya Syiah dalam menumbangkan sistem Monarki Iran dan menggantikannya dengan Republik Islam Iran.24

G. Metode penelitian

Tahapan-tahapan metode penelitian Sejarah akan dijelaskan sebagai berikut, sebelum menjelaskannya secara lebih rinci, dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif,25dengan jenis penelitian kepustakaan atau literatur.26Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti yakni, pertama, peneliti mengumpulkan mengumpulkan sumber atau data-data yang terkait dengan tema penelitian tersebut melalui penelitian pustaka (Library

Research). Sumber-sumber tersebut diperoleh dari perpustakaan umum, seperti

UIN Sunan Ampel, Perpustakaan Daerah Surabaya (Perpusda), perpustakaan Medayu Agung serta buku-buku, artikel maupun jurnal yang bersifat online, Selain itu peneliti juga memanfaatkan media teknologi informasi seperti Internet, Googlebooks dan lain sebagainya. Dari hasil penelusuran dan pengumpulan sumber, penulis memperoleh sumber berupa primer dan Sekunder. Adapun rinciannya sebagai berikut :Sumber Primer terdiri dari Falsafatuna : Pandangan

Muhammad Baqir al-Shadr terhadap Pelbagai Aliran Filsafat Dunia. Karya

Muhammad Baqir Al-Shadr, Terjemah : M.Nur Mufid bin Ali. Khilafah dan

24

Abdul Salam, Gerakan Revolusioner Islam Syiah (Studi tentang Revolusi Islam Iran 1979) (Skripsi, UIN Sunan Kalijaga Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam, Yogyakarta, 2010).

25

Mohammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial : Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif (Edisi Kedua) (Jakarta : Erlangga, 2009), 21.

26


(21)

Imamah Karya Ayatullah Muhammad Baqir Shadr et.al, Terjemah : Hikmat Danaatmaja. Islam and Schools Economics Karya Syahid Muhammad Baqir al-Shadr. Terjemah : M.Hashem menjadi“Islam dan Mazhab Ekonomi”. Risalatuna Karya Syahid Muhammad Baqir Shadr, Terjemah : Muhammad Abdul Qadir Alcaff menjadi Syahadat kedua : ketika keimanan saja tak cukup. Palestine : The

Institute for The Compilation and Publication of The Works of Imam Khomeini,

Karya Imam Khomeini, Terjemah Muhammad Anis Maulachela menjadi “Palestina dalam Pandangan Imam Khomeini”.Islamic Goverment, Karya Imam Khomeini, terjemah Anis Maulachela menjadi “Sistem Pemerintahan Islam”.40

Hadits : Telaah Imam Khomeini Buku Dua. Karya Ayatullah Ruhullah al Musawi

al Khomeini.Artikel Roeslan Abdulgani, Ambruknya Tentara Rezim Shah Kontra

Kekuatan Rakyat Iran “Merdeka”, edisi Jum’at, 19 Oktober 1979, danGema

Revolusi Iran Dewasa Ini “Merdeka”, edisi Jum’at 12 Oktober 1979.Sumber

sekunder juga digunakan oleh peneliti, seperti buku“Pioneers of Islamic Law”,Para Perintis Zaman Baru Islam, Ed. Ali Rahnema karya Chibili Mallat tahun 1996.“The Renewal Islamic Law” Terjemah Santi Indra Astuti “Menyegarkan Islam : kajian komperhensif pertama atas hidup dan karya Muhammad Baqir al-Shadr”, Karya Chibili Mallat Tahun 2001.“Menyandera Timur

tengah” karya Riza Sihbudi Tahun 2007.“Wasiat Sufi Ayatullah Khomeini : Aspek

Sufistik Ayatullah Khomeini Yang Tak Banyak Diketahui ”. Karya Yamani Tahun

2002.ArtikelThe Role of Muhammad Baqir Al-Sadr in Shi’i Political Activism in


(22)

Langkah kedua, peneliti melakukan Kritik atau analisis yakni setelah melakukan penelusuran sumber sebagaimana penjelasan diatas, kemudian peneliti melakukan kritik terhadap sumber-sumber yang telah diperoleh tadi, dengan cara melakukan cross check, melihat asal sumber dan menyeleksi sumber-sumber, hal ini dilakukan peneliti gunanya untuk melihat keobyektifan, validitas,dan keotentikan dari sumber tersebut, apakah sumber tersebut cocok dan layak atau tidak apabila digunakan dalam penelitian ini. Fokus dalam penelitian ini sendiri ialah tentang hal-hal yang berkaitan dengan Revolusi Islam Syiah antara gerakan politik dari Ayatullah Muhammad Baqir Al-Shadr dan Ayatullah Khomeini, sehingga dalam penelitian ini peneliti menganalisis secara mendalam dengan melakukan kritik atas keseluruhan sumber data yang sudah diperoleh. Untuk itu penulis memeriksa dan menilai dari segi isi (teks) yang ada dalam buku-buku tersebut, apakah relevan atau tidak dengan permasalahan yang ada dalam penelitian tersebut dan apakah sumber yang didapatkan ini sesuai dengan yang dikehendaki oleh peneliti.

Langkah ketiga, peneliti melanjutkan dengan proses Interpretasi atau Penafsiran, pada proses ini peneliti melakukan sebuah penafsiran terhadap fakta-fakta sejarah yang diperoleh dari sumber data tersebut, dengan melakukan pengolahan fakta yang telah di kritisi. Penafsiran diuraikan secara deskriptifdengan merangkai fakta yang diperoleh peneliti dari sumber data seperti buku Falsafatuna, Risalatuna, Islamic Goverment, Khilafah dan Imamah dan yang lainnya dalam kesatuan yang bersifat logis. Selain itu peneliti juga melakukan penafsiran secara menyeluruh terhadap konteks peristiwa yang ada,


(23)

sehingga berbagai fakta yang ada dalam sumber data tersebut terlepas satu sama lainnya, kemudian dapat disusun dan dihubungkan kembali menjadi satu kesatuan yang berkesinambungan dan masuk akal seperti yang tertuang dalam penelitian ini.

Tahap akhir dari metode penelitian ini ialah historiografi atau biasa disebut dengan penulisan sejarah,merupakan langkah akhir dalam penelitian sejarah. Dalam langkah ini penulis menyajikan keseluruhan dari isi penelitian ini dalam bentuk uraian yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang sederhana dan tak melupakan ejaan yang disempurnakan dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh. Adapun penelitian ini ditulis dalam bentuk laporan penelitian yang berupa skripsi.

H. Sistematika Pembahasan

Secara umum Sistematika pembahasan disusun untuk mempermudah pemahaman terhadap penulisan ini, dalam hal ini akan di paparkan tentang hubunganyang sistematis antara bab awal hingga bab yang lainnya yang terkait dalam penelitian ini. Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan diuraikan beberapa bab yang akan dibahas.

Bab I, Pada bab ini akan dipaparkan mengenai pendahuluan, yang didalamnya terdiri dari latar belakang, rumusan masalah atau batasan masalah, tujuan dari penelitian, kegunaan atau manfaat diadakannya penelitian ini. Pendekatan dan kerangka teori, Penelitian Terdahulu.Metodologi penelitian dan yang terakhir sistematika pembahasan.


(24)

Adapun dalam bab II ini penulis akan menjelaskan dan memaparkan secara deskriptif, kronologis dan sistematis tentang hal-hal yang berkaitan dengan biografi Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr dan Ayatullah Khomeini mulai dari latar belakang keluarga, riwayat pendidikan, karier dan karya-karyanya, serta Karakteristik Pemikiran Ayatullah Muhammad Baqir Al-Shadr dan Ayatullah Khomeini dalam politik Syiah.

Sedangkandalam bab III ini penulis akan menjelaskan dan memaparkan secara deskriptif tentang Bagaimana gerakan politik Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr dan Ayatullah Khomeini dalam revolusi Islam khususnya dinegara Irak dan Iran serta dampaknya bagi revolusi Islam.

Pada bab IV ini penulis akan menguraikan tentang Bagaimana perbandingangerakan politik antara Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr dan Ayatullah Khomeini, dengan melakukan analisis mendalam terkait perbandingan persamaan dan perbedaan diantara keduanya, yang dilihat dari unsur gerakan politiknya keduanya.

Adapun dalam bab V, Peneliti akan memaparkan mengenai kesimpulan dan saran yang ditulis pada bagian penutup sebagai akahir dari dari sebuah pembahasan dalam penelitian ini.


(25)

BAB II

BIOGRAFI AYATULLAH MUHAMMAD BAQIR AL- SHADR DAN AYATULLAH KHOMEINI

A. Ayatullah Muhammad Baqir Al-Shadr

Muhammad Baqir ibn Sayid Haydar ibn Ismail Al Shadr, ia adalah seorang sarjana, ulama, guru, dan tokoh politik.Lahir pada 1350 H/1931 M, di Kazhimain, Baghdad, Irak.27 Berasal dari keluarga Syiah yang religius dan terkemuka, yang telah banyak melahirkan generasi penerus bangsa yang hebat, khususnya di Irak, Iran, dan Lebanon, tokoh-tokoh yang paling populer diantaranya, seperti : Sayid Shadr Al-Din Al-Shadr (w. 1371 H/1954M),28 Muhammad Al-Shadr (w. 1373 H/1956M)29 dan Musa Al-Shadr (w. 1395 H/1978 M).30 Nama al-Shadr sendiri merupakan sebuah rujukan kepada nama kakek buyutnya yang bernama Shadr al-Din al-Amili (w. 1264 H/1847 M), yang lahir dan besar di Ma’rakah, Lebanon Selatan, menginjak dewasa kakek buyutnya melakukan hijrah ke Najaf dan Isfahan untuk belajar, hingga wafatnya dan dimakamkan di Najaf. Sedangkan kakeknya, yang bernama Isma’il lahir dan

27

Mallat,Menyegarkan Islam..., 9.

28

Sayid Shadr Al-Din Al-Shadr, salah seorang ulama Syiah dan Marja’ Qum, beliau pernah belajar

dan mengajar di kota Najaf, Irak sebelum akhirnya tahun 1920-an beliau pundah ke kota Qum. Muhammad Riza Sihbudi, Islam, Dunia Arab, Iran : Bara Timur Tengah (Bandung : Mizan, 1993), 46.

29

Muhammad Al-Shadr, seorang pemimpin religius yang memiliki peranan penting dalam revolusi Irak melawan Inggris yang sebagian besar hal itu diorganisasikan dan dilaksanakan oleh pemimpin-pemimpin religius. Beliau juga mendirikan Haras Al-Istiqlal (Pengawal Kemerdekaan).Ash-Shadr, Falsafatuna, 11.

30

Musa Al-Shadr merupakan salah satu Imam terkemuka Syiah bagi kaum Syiah di Lebanon, beliau banyak mewarnai gerakan-gerakan Syiah yang ada di Lebanon. Banyak orang beranggapan Musa Al-Shadr adalah saudara Baqir Al-Shadr, namun sebenarnya Musa tidak memiliki hubungan keluarga dengan Baqir A-Shadr. Sihbudi, Islam, Dunia Arab, Iran...., 46.


(26)

dibesarkan di Isfahan pada 1258 H/1842 M.31 Kemudian pada 1280 H/1863 M

Isma’il berhijrah ke Najaf dan dilanjutkan ke Samarra, konon di Samarra ini

beliau menggantikan al-Mujaddid al-Syrazi di Hauzah32 yang merupakan lingkungan orang-orang alim sekte Syiah. Putranya, Ayah Baqir al-Shadr yakni Haidar al-Shadr lahir di Samarra (1309 H/1891M). Semasa hidupnya Haidar belajar langsung kepada ayahandanya dan Ayatullah al-Hairi al-Yazdi di kota Karbala. Dan wafat di Kazimiah pada 1356 H/1937 M dalam keadaan miskin

harta, Beliau telah meninggalkan dua orang putra dan seorang putri yakni Isma’il,

Baqir al-Shadr dan Bint al-Huda. Meskipun ia seorang Marja’33yang terkenal, namun, ia meninggal dalam keadaan miskin harta, dan tidak meninggalkan harta apapun kepada keluarganya, yang diwariskan hanyalah keilmuannya saja.

Tidak hanya dari pihak ayahnya yang berasal dari keturunan ulama’-ulama besar, dari pihak Ibundanya-pun mengalir darah ulama’ terkemuka yakni Syeikh Abdul Husain al-Yasin. Dikarenakan mengalami kesulitan Ekonomi ditahun-tahun awal setelah ditinggal oleh Ayahnya wafat, membuat anggota keluarga lainnya turut serta berjasa dalam mengasuh dan mendidik Baqir al-Shadr dan saudara-Saudaranya, selanjutnya beliau tumbuh dalam lingkungan pengawasan paman dari pihak Ibunya, yakni Murtadha al-Yasin yang nuga merupakan ulama terkemuka dalam dunia Syiah.34

Menginjak usia empat tahun, Ayah Baqir al-Shadr meninggal Dunia, hal itu membuat al-Shadr menjadi seorang yatim, dan kemudian al-Shadr kecil diasuh

31

ash-Shadr, Falsafatuna ....(Bandung, penerbit Mizan, 1993). 11

32Merupakan lingkungan alim Syi’ah. Mallat,

Para Perintis Zaman Baru Islam,253.

33

Julukan bagi mereka yang memiliki otoritas tertinggi (orang yang ahli) dalam bidang agama. Ira M.Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2000), 857.

34


(27)

oleh Ibundanya serta kakak kandungnya, yakni Ismail (1340/1921-1388/1968), yang juga merupakan seorang Mujtahid35 termasyhur di Irak. Sejak usia kanak-kanak al-Shadr sudah menampakkan tanda- tanda kejeniusan yang sudah tertanam dalam dirinya, bisa dibilang pemikiran beliau melebihi anak-anak seusianya, mungkin kejeniusan al-Shadr ini dilatar belakangi oleh keluarga yang alim. Kejadian ini dibuktikan dengan fakta bahwa beliau pernah melakuakan ceramah mengenai sejarah Islam dan hal-hal yang berkaitan dengan kultur Islam.36Hal ini mulai terlihat ketika al-Shadr bersekolah di sekolah dasar Muntada al-Nasyr daerah Khazimiyah.

Menurut beberapa laporan rekan-rekan sejawat al-Shadr disekolahnya. Jauh-jauh hari dia sudah mengukuhkan diri sebagai subjek minat dan keingintahuan guru-gurunya, sebegitu jauh sikap yang diambilnya, hingga beberapa murid berusaha meniru cara berjalan, berbicara dan perilaku al-Shadr selama didalam kelas.37 Dalam hal sosial keagamaan al-Shadr merupakan penganut aliran Syiah dari Sekte Syiah Imamiyah.38Hal ini bisa dilihat bahwasannya al-Shadr merupakan keturunan dari keluarga miskin dan memiliki intelektual tinggi yang menganut paham syiah.39

35

Orang yang memenuhi persyaratan melaksanakan ijtihad dan menyampaikan pandangan yang mandiri mengenai hukum islam.Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, 859.

36

al-Shadr, Falsafatuna,11.

37

Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, 253-254

38

Sekte Syiah Imamiyah, al-Ismailiyah adalah termasuk golongan al-Imamiyah, aliran ini dinisbatkan kepada Isma’il bin Ja’far al-Sadiq dan keturunannya, aliran ini memiliki kesamaan dengan sekte Itsna ‘Asyariyah dalam hal pengakuan terhadap para imam Syi’ah, akan tetapi mereka berselisih paham mengenai imam pengganti setelah Ja’far al-Sadiq. Menurut Imamiyah, pengganti Ja’far al-Sadiq ialah putranya, Ismail, sedangkan menurut Itsna Asyariyah pengganti Ja’far al-Sadiq ialah Musa al-Kazhim. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, 860. Mohammad Abu Zahrah, Sejarah Aliran-Aliran dalam Islam Bidang Politik dan Aqidah (Ponorogo : Pusat Studi Ilmu dan Amal, 1991), 70.

39


(28)

Adapun riwayat pendidikan dari al-Shadr dapat dilampirkan sebagai berikut : sejak kecil al-Shadr sudah menelaah ilmu pengetahuan yang banyak dari kalangan keluarganya. Setelah ayahnya meninggal, beliau diasuh oleh kakak dan pamannya, dari situlah ia banyak belajar. Ia telah menyelesaikan sekolah dasarnya pada usia sebelas tahun, kemudian melanjutkan mengambil studi logika, selain itu ia juga menulis sebuah buku yang isinya mengkritik para filosof. Pada usia tiga belas tahun, al-Shadr mengkaji ilmu Ushul ilm al-fiqh yang berisi tentang asas-asas ilmu tentang prinsip-prinsip hukum Islam yang terdiri dari Al- Quran, Hadis,

Ijma, Qiyas dan ilmu Mantiq yang diajarkan oleh kakaknya sendiri, Ismail.

Seperti kebiasaan keluarganya yang melakukan hijrah dari satu tempat ke tempat yang lainnya guna menuntut ilmu, maka al-Shadr pun melakukan hal yang sama pula, diusianya yang genap enam belas tahun, beliau berhijrah ke kota Najaf untuk menggali ilmu agama lebih dalam dari berbagai cabang keilmuan Islami selama kurun waktu empat tahun. Setelah itu ia kembali menorehkan ide pemikirannya lewat karya tulis ilmiah, yakni sebuah ensiklopedi mengenai ilmu Ushul, dengan judul Ghayat Al-Fikr fi Al-Ushul (pemikiran puncak dalam ushul). Di Najaf Shadr berguru kepada dua orang ulama ternama, yakni Ayatullah Murtadha al-Yasin, pamannya sendiri dari garis keturunan ibunya, Dan Ayatullah Udzma Sayyid Abu al-Qasim al-Khuiy, al-Shadr memperdalam ilmu Fiqh dan Ushul

Fiqh-nya kepada pamannya. Setelah menyelesaikan studinya pada dua orang

ulama ternama tadi selama kurang lebih 13 tahun, selanjutnya al-Shadr melanjutkan petualangannya dalam mencari ilmu sampai pada umur 25 tahun


(29)

kepada seorang pemimpin Hawza40, yakni Sayyid Muhsin al-Allamah al-Hakim yang merupakan seorang Marja dan cendekiawan muslim yang termasyhur.

Ayatullah Muhammad Baqir al-Shadr merupakan sosok tokoh penting dalam dunia Syiah khususnya di Irak. Ia salah satu ulama, cendekiawan dan pemikir yang terkemuka pada saat itu. Masa kecilnya dihabiskan untuk belajar dari satu guru ke guru lainnya. Jadi tak heran apabila beliau menyalurkan keilmuan yang diperolehnya di tanah asal kelahirannya, Irak. Al-Shadr banyak berpartisipasi dalam dunia pendidikan dan keagamaan atau dakwah. Dalam usia yang relatif muda yakni 25 tahun ia sudah mengajar Bahts Kharij (tahap akhir dalam ilmu ushul).41dan rata-rata muridnya usianya lebih tua darinya. Selain itu, ia juga mengajar fiqh. Usia tiga puluh tahun ia sudah menjadi seorang mujtahid. Al-Shadr juga banyak menulis mengenai ekonomi Islam, atau yang paling dikenal demgan Iqtisaduna. Ia juga sering dimintai kritik dan sarannya oleh berbagai organisasi Islam, seperti Bank Pembangunan Islam. Dalam karya-karyanya, ia sering kali menyerang dialektika-materialistik dan sebagai gantinya merekomendasikan konsep Islam dalam membedakan kebenaran dan kesalahan. Al-Shadr juga berceramah, menelaah kitab-kitab dan menuangkan gagasan-gagasannya lewat media tulisan. Oleh sebab itu, Sampai sekarang hasil tulisannya masih dapat kita rasakan.

40

Organisasi para ulama marja atau sebuah tempat yang didalamnya mengajarkan pola atau metode pendidikan agama tradisional dilingkungan Syiah, baik itu di Irak maupun di Iran yang sampai saat ini dipertahankan. Azyumardi Azra, Ensiklopedi Islam Jilid 4 (Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005), 111.

41

Bahts al-Kharij, merupakan jenjang pendidikan terakhir sebelum siswa/murid itu bisa melakukan istinbat fiqh dengan ijtihadnya sendiri. Mallat, Menyegarkan Islam..., 254.


(30)

Selain berkiprah didunia pendidikan, dan keagamaan.Al-Shadr juga berkiprah didunia politik.Hal ini dibuktikan dengan adanya sebuah artikel Hanna Batatu di Middle East Journal di Washington yang dikutip dari karya Chibli

Mallat “Muhammad Baqir al-Shadr” dalam Para Perintis Zaman Baru Islam,

yang memeperlihatkan pada orang-orang tentang arti pentingnya al-Shadr bagi gerakan bawah tanah Syiah di Irak. Sedangkan nilai penting al-Shadr dalam kebangkitan berbagai gerakan politik Islam di Irak, di dunia Syiah dan dunia muslim pada umumnya tidak mungkin bisa diabaikan begitu saja.42Keterlibatan al-Shadr dalam dunia politik telah dimulai sebelum tahun 60-an dan pada saat itu reputasinya sebagai seorang ahli fiqih dan ushul fiqih sudah sangat diperhitungkan. Mengingat keahliannya sebagai seorang ahli fiqih, oleh para seniornya di Hauza, ia diproyeksikan sebagai Grand Marja’ berikutnya.

Untuk itu ia diminta untuk meninggalkan dunia politik dan meletakkan jabatannyadi partai Dakwah dan Buletin Al-Adwa mengingat seorang Grand

Marja tidak boleh bersentuhan dengan dunia politik dan tidak boleh terlibat

dalam kepengurusan sebuah partai. Pada tahun 1961 ia meletakan jabatan di partai Dakwah dan Buletin Al-Adwa, akan tetapi secara pribadi ia masih berhubungan dan berkomunikasi dengan anggota partai dan editorial bulletin tersebut. Dengan posisinya sebagai pemimpin tertinggi Hawza, maka fokusnya sekarang terarah untuk mengembangkan dan memperbaiki Hawza. Salah satu yang menjadi keinginannya terhadap Hawza adalah memperbaiki kurikulum Hawza yang

42


(31)

selama lebih kurang satu setengah abad hanya terfokus pada pelajaran fiqih dan

ushul fiqih serta cendrung menganggap pelajaran lain tidak penting.43

Muhammad Baqir al-Shadr juga berpartisipasi dalam lingkup aktivitas politik, al-Shadr memulai debut karier politiknya ketika ia selesai merampungkan studinya. Al-Shadr baru dinobatkan sebagai Marja’44 bagi kaum Syiah Irak setelah wafatnya Muhsin al-Hakim pada 1970. Kaum Syiah Irak dibawah kendali kepemimpinan al-Shadr mulai diperhitungkan sebagai sebuah kekuatan politik Islam yang potensial.Bahkan beberapa pernyataan mengungkapkan bahwa al-Shadr merupakan pendiri dari Jamaah al-Ulama yang dikemudian hari menjadi cikal bakal partai Dakwah Islam. Akan tetapi hal ini dibantah oleh Baqir Hakim, yang merupakan putra dari Muhsin Hakim, yang membantah bahwa al-Shadr adalah pendiri sekaligus anggota Jamaah al-Ulama. Menurut pernyataan Baqir al-Hakim, bahwasanya al-Shadr tidak ada kaitannya dengan Jamaah

al-Ulama dan partai Dakwah. Namun, terlepas dari persoalan diatas jelas bahwa sulit

memisahkan antara al-Shadr dengan gerakan umat Syiah Irak. Semisal pada masa al-Shadr para ulama di Najaf menuntut peranan yang lebih aktif lagi dalam kancah ruang politik.45

Dari penjelasan diatas dapat ditarik benang merah bahwasannya gerakan Baqir al-Shadr di masa itu memiliki pengaruh yang begitu besar dan menjadi titik tolak ukur garis keislaman yang baru dalam kegiatan para ulama (khususnya ulama Syiah), dikarenakan ia telah mencapai kesempurnaan tingkat ilmiah yang terhormat meskipun pada saat itu usia al-Shadr masih relatif muda. Dibalik itu

43

TM Aziz,”The Role of Muhammad Baqir Al-Sadr, 100. 44

Ulama yang mempunyai otoritas dibidang hukum dan agama.Ash-Shadr, Falsafatuna,11. 45


(32)

semua ia juga mendapatkan dukungan yang luar biasa oleh pamannya, Ayattullah Syekh Murtadha al-Yasin dan kakaknya al-Hujjah Sayyid Ismail Shadr.46Peristiwa pengeksekusian Shadr dan saudara perempuannya (Bint al-Huda), merupakan salah satu titik puncak tantangan terhadap Islam di Irak. Dengan gugurnya Muhammad Baqir al-Shadr bersama Bint al-Huda, negara Irak kehilangan sosok aktivis Islamnya yang paling penting.47

Baqir al-Shadr merupakan sedikit dari beberapa tokoh-tokoh Islam yang mampu berbicara dengan fasihnya tentang pemikiran-pemikiran Barat. Kesan apologi yang sekian lama ini menyatu dengan pada pemikir Islam, kini beliau tepis dengan kecerdasan dan kejelian pemikirannya, tidak hanya akrab dan paham dengan hasil karya-karya pemikir Islam di zaman klasik maupun modern, akan tetapi beliau juga paham dengan pemikiran-pemikiran barat yang sedang berkembang. Dalam beberapa hasil karya-karyanyanya, beliau juga mengutarakan beberapa kritikan terhadap pemikiran Barat dengan fasihnya, seperti gagasan Karl Marx, Descrates, John Locke dan yang lainnya juga.

Sebagai salah satu seorang pemikir yang termasyhur, sekitar tahun 1950-1980 an al-Shadr telah melambungkan kebangkitan intelektualnya dengan menuangkan pemikirannya dalam hasil karya-karyanya di Najaf, dan ciri yang paling mencolok dari kebangkitannya itu ialah dalam dimensi politiknya.48 Beberapa karya dalam berbagai disiplin ilmu mampu dihasilkannya, berikut merupakan buku-buku yang paling terkenal yaitu :

46

Syahid Muhammad Baqir Shadr,Syahadat Kedua : Ketika Keimanan Saja Tak Cukup, Terj. Muhammad Abdul Qadir Alcaff (Jakarta : Pustaka Zahra, 2003), 11-12.

47

Chibli Mallat, The Pioneers of Islamic Revival:Muhammad Baqir as-Sadr,Edited by Ali Rahnema (London and New Jersey : Zed Book Ltd, 1994), 252.

48


(33)

1. Ekonomi : Iqtisaduna (ekonomi kita)49, Al-Bank Al-Islamiyyah (bank Islam)

Al-Bank Al-Laribawi fi Al-Islam (Bank tanpa bunga dalam Islam).50Maqalat

al-Iqtishadiyyah, Al-Bank al-Islamiyyah.

2. Filsafat : Falsafatuna (Filsafat Kita) atau Our Philosophy.51

3. Ushul fiqh : Durus fi Ilm Al-Ushul (kuliah tentang ilmu prinsip hukum Islam),Al-Maalim Al-Jadidah fi Al-Ushul (Buku ini merupakan salah satu dari tiga buah buku yang dipersiapkan oleh Baqir al-Shadr untuk mahasiswa di Kuliah Ushuluddin Baghdad tahun1385 H), Ghayat al- Fikr fi Ilmi al-Ushul, adalah sebuah buku yang berisi tentang Puncak Pemikiran Ilmu Ushul Fiqh). 4. Fiqih : Al-Fatwa Al-Wadihah (fatwa yang jelas), Manhaj as-Shalihin (jalan

orang-orang sholeh), Mujaz Ahkam al-Hajj, Al-Ta Liqah ala Manasik al-Hajj, Al-Taliqah ala Shalah al-Jumuah.

5. Sejarah : Ahl al-Bait Tanawwu al-Ahdaf wa Wahdah al-Hadaf, Fadak

fit-Tarikh (fadak dalam sejarah).

6. Theologi/Aqidah : Al-Tasyayyu wa al-Islam – Bahts Haul al-Wilayah, Baths Haul al-Mahdi (pembahasan tentang Imam Mahdi), Al-Mujaz fi Ushul al-Din : al-Mursil, al-Rasul, al-Risalah The Revealer, The Messenger, and The Messag.

7. Mantiq/Logika :Al-Ushul Al-Mantiqiyyah li Al-Istiqra (asas-asas logika dalam induksi).52

49

Syahid Muhammad Baqir al-Shadr, Islam dan Mazhab Ekonomi, Terj.M.Hashem (Jakarta : Pustaka Zahra, 2002), 54.

50

Sihbudi, Menyandera Timur tengah, 90.

51

Al-Shadr, Falsafatuna,11.

52


(34)

8. Tafsir dan Ulumul Quran : Al-Madrasah al-Quraniyyah al-Tafsir al-Maudhui li al-Quran al-Karim, Al-Buhuts fi Ulum al-Quraniyyah.

9. Kebudayaan Islam : Al-Madrasah al-Islamiyah (madzhab Islam), Risalatuna,

Al-Islam Yaqud al-Hayah, Nazhrah Ammah fi al-Ibadah, Maqalat wa

Muhazrat.

10.Artikel :Taliqat ala Al-Asfar (ulasan tentang empat kitab perjalanan Mulla Sadhra), Manabi Al-Qudrah fi Dawlat Al-Islam (sumber-sumber kekuasaan dalam negara Islam), Al-Insan al-Muashir wa Al-Musykilah Al-Ijtimaiyyah (manusia modern dan problem sosial), Al-Mursil wa Al-Rasul wa Al-Risalah (yang mengutus, rasul dan risalah).

Akan tetapi kemasyhuran al-Shadr mulai naik setelah beliau wafat, semenjak itu reputasi al-Shadr mulai diakui dan dihargai di berbagai kalangan masyarakat.Nama Baqir al-Shdar telah melewati lintasan Mediterania, Eropa dan Amerika Serikat dalam dunia intelektualnya.53

Diantara karya-karya beliau.karya dalam bidang filsafat, seperti

Falsafatuna-lah yang membuat nama al-Shadr lebih banyak dikenal, kitab

Falsafatuna yang sudah diterjemahkan kedalam berbagai bahasa diantaranya

bahasa Inggris. Kitab Falsafatuna ditulis oleh al-Shadr sebagai hasil reaksi atas perkembangan arus komunis di Irak, terlebih dalam kalangan Syiah yang memisahkan diri.Falsafatuna juga hadir sebagai sebuah kritik terperinci, dari titik pandang Islam.54Tidak hanya itu saja, masalah-masalah sosial juga banyak dibahas dalam Falsafatuna dan Iqtisaduna, menurut al-Shadr sebuah sistem yang

53

Shadr,Syahadat Kedua..., 13.

54


(35)

dibangun diatas landasan falsafah, tradisi dan hukum Islam mampu memecahkan masalah-masalah sosial.

Al-Shadr juga mengkritik secara tajam marxisme dan kapitalisme yang sudah mengeksploitasi kebebasan dominasi golongan kaya atas mekanisme kekuasaan dan aliansi individu dalam masyarakat yang dikendalikan oleh sistem yang materialistis. Bagi al-Shadr sendiri, Islam merupakan alternatif yang paling tepat. Karena Islam mengajarkan bahwa Tuhan adalah sumber segala kekuasaan, legislator tunggal dan satu-satunya pemilik semua sumber alam.55Seyyed Hussein Nashr, dalam pengantar Falsafatuna Muhammad Baqir al-Shadr mengunkapkan pernyataannya tentang hasil karya al-Shadr, mengatakan : “ Tulisan-tulisan Muhammad Baqir al-Shadr mengandung makna teologis dan filosofis, sebab beliau adalah intelektual penting dalam kehidupan Islam Kontemporer, satu

figur yang karya-karyanya melampaui sekedar semata-mata polemik dan retorik”.

Dan Iqtisaduna merupakan karya-karya yang paling melambungkan

namanya dibelantika keilmuan sebagai seorang teoritis kebangkitan Islam ternama.Pada 1980-an Iqtisaduna telah diterjemahkan kedalam bahasa Jerman, dengan disertai Mukaddimah mengenai alim Syiah ini oleh seorang orientalis muda Jerman.56Karya-karya al-Shadr dibidang hukum konstitusi dan ekonomi Islam merupakan hasil karya yang paling inovatif.Sebenarnya masih banyak karya-karya al-Shadr, karyanya tidak hanya dalam bentuk buku-buku saja tetapi juga artikel-artikel. Dan tulisan-tulisan al-Shadr merupakan bagian integral dari kebangkitan Islam, sangat kritis terhadap sistem politik dan sosial ekonomi yang

55

Sihbudi, Menyandera Timur Tengah, 90.

56


(36)

berlaku didalam dunia Islam dikarenakan tidak adanya keadilan. Al-Shadr memandang hal ini sebagai hal yang paling penting bagi umat muslim, tidak hanya untuk menyambut seruan Islam kepada keadilan sosial, melainkan juga untuk memahami sepenuhnya implikasinya yang bermacam-macam.57

Sesudah kewafatannya pada 9 April 1980 M, beberapa karya-karya beliau dalam bidang Ushul dipublikasikan. Dan kebanyakan karya-karyanya direkam dalam bentuk catatan atau sejenisnya oleh para muridnya. Hal demikian ini terjadi pada muridnya yang bernama Kazhim al-Husaini al-Hariri yang telah mengumpulkan volume pertama kitab Mabahits al-Ushul pada 1987. Dan salah satu pengikut setia dan kesayangan al-Shadr, Mahmud al-Hasyimi mengumpulkan bagian-bagian kuliah al-Shadr mengenai Taarud al-Adillah al-Syariyyah, yang kemudian dijadikan buku dan dipublikasikan pada 1977.58Terlepas dari hasil karya-karya al-Shadr tersebut. Sejumlah artikel al-Shadr yang bertemakan sosial juga di publikasikan dan dimuat dalam jurnal Al-Adwa, yang merupakan sebuah jurnal yang dipublikasikan di najaf, dan kemudian dikumpulkan setelah wafatnya al-Shadr, sebagaimana dengan karyanya yang lain Risalatuna (pesan kami).59

B. Ayatullah Khomeini

Ayatullah Khomeini memiliki nama kecil yakni Ruhullah, sedangkan nama aslinya ialah Ruhullah Mousavvi (Musawi),60 beliau lahir pada 20 Jumada Al-Tsaniyah 1320/24 September 1902, disebuah kota kecil bernama Khomein, di

57

Umer Chapra, Masa depan Ilmu Ekonomi : Sebuah Tinjauan Islam,Terj. Ikhwan Abidin (Jakarta : Gema Insani Press, 2001), 58-59.

58

Mallat, Menyegarkan Islam...,24.

59

Ibid., 33 - 37.

60


(37)

Iran bagian tengah,61sebutan nama Khomeini sendiri sebenarnya diambil dari nama kota tersebut.62 Ruhullah dilahirkan dilingkungan sebuah keluarga yang cukup berada dan religius, nasab keturunannya bermuara pada Imam Musa Al-Kazhim63 bin Jafar Al-Shadiq Ibn Muhammad Al-Baqir Ibn Ali Zayn Al-Abidin Ibn Husain Ibn Ali bin Abi Thalib ra. Disebutkan pula bahwa keluarga Khomeini merupakan keluarga Sayid Musawi, yang nasabnya sampai kepada Nabi Muhammad melalui jalur imam ketujuh syiah, Musa al-Kazhim.64Kakeknya, Sayyid Ahmad Musawi Hindi dilahirkan di Kintur, keluarga dari kakeknya adalah salah satu keluarga ulama terkemuka di India yakni Mir Hamed Husein Hindi Neysyaburi.65 Pada tahun 1830, Sayyid Musawi meninggalkan India untuk pergi berziarah ke kota Suci Najaf, kemudian di kota Najaf beliau bertemu dengan seorang saudagar kaya yang berasal dari Khomein, oleh saudagar kaya tersebut, Sayyid Musawi ditunjuk sebagai pembimbing spiritual, Sayyid Musawi-pun pergi ke Khomein. Di dusun Khomein inilah sayyid Musawi menikahi seorang putri dari Tuan rumahnya, yang bernama Sakinah, dari pernikahannya tersebut beliau dikaruniai empat orang, salah satunya yakni Mustafa yang lahir pada 1856.

61

Moin, Ayatullah Khomeini, 69.

62

Agus Nur Cahyo, Tokoh-Tokoh Dunia Yang Paling DiMusuhi Amerika dan Sekutunya

(Jogjakarta : Diva Press, 2011), 111.

63

Imam Musa Al-Kazhim merupakan salah satu dari 12 Imam Syiah yang dianut oleh aliran Itsna ‘Asyariyah yang terdiri dari Ali bin Abi Thalib, Hasan bin Ali, Husein bin Ali, Ali Zain al-Abidin, Mohammad Baqir, Jafar Shadiq, Musa Kazhim, Ali Ridha, Muhammad Taqi, Ali al-Hadi, Hasan al-Askari, dan Muhammad al-Mahdi al-Muntazhar. Muhammad Iqbal & Amien Husein Nasution, Pemikiran Politik Islam : Dari Masa Klasik Hingga Indonesia Kontemporer

(Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2013), 237.

64

Yamani, WasiatSufi Ayatullah Khomeini, 24.

65


(38)

Kemudian Sayyid Mustafa menikah dengan Hajar (Agha Khanum), dan dikaruniai enam orang anak, salah satunya adalah Ruhullah.66

Sayyid Musthafa, Ayahnya, adalah salah satu ulama terpandang dilingkungan Syiah, beliau merupakan murid Muhammad Taqi Mudarrisi dan Mirza Hasan Syirazi. Sifat alimnya, concern kepada dhuafa, serta keberanian dan sikap konsekuen pada sesuatu hal yang diperjuangkannya, terbukti menurun pada putranya, yakni Ruhullah Khomeini. Sayangnya tujuh bulan setelah kelahirannya, Rulullah kecil harus kehilangan ayahnya, karena ayahnya adalah seorang penentang rezim tirani dinasti Qajar, ayahnya dibunuh oleh agen rahasia penguasa Qajar pada 1903,67 pendapat lain mengemukakan bahwa ayah Khomeini meninggal akibat dibunuh oleh tuan tanah kaya, Jafar Quli Khan-yang merasa tidak senang atas keberadaan dan sikap Sayyid Musthafa dalam membela kaum yang lemah. Setelah kehilangan ayahnya, Ruhullah kecil diasuh oleh ibunya (Agha Khanum) dan bibinya (Sahiba).Sejak kecil Ruhullah Khomeini merupakan anak yang energik, kuat, pemberani dan bersemangat dalam hal apapun.68Tak heran apabila Ruhullah sejak kecil sudah mengenyam pendidikan agama dari keluarganya, karena hal ini didukung dengan latar belakang lingkungan keluarga yang religius.

Tidak hanya dari pihak ayahnya yang berasal dari keturunan ulama-ulama besar, dari pihak Ibunya-pun mengalir darah ulama terkemuka Syiah, ibunya merupakan Putri dari Ayatullah Mirza Ahmad, seorang teolog yang dihormati di

66

Imam Khomeini, Palestina dalam Pandangan ImamKhomeini, Terj. Muhammad Anis Maulachela (Jakarta : Pustaka Zahra, 2004), xxxvii.

67

Iqbal, Pemikiran Politik Islam, 230.

68


(39)

Iran. Menginjak usia enam belas tahun, ibunda khomeini meninggal dunia, sebagai seorang Syiah yang taat, khomeini menjalani hidup dan tumbuh besar dalam tradisi sosial keagamaan Syiah. Salah satu alasan yang menggerakkan hati khomeini untuk merebut dan menghancurkan kekuasaan Reza Pahlevi dan merintis revolusi Islam ialah karena beliau terkenang tentang sejarah Rasulullah dan kehidupam para imam-imam Syiah yang mengalami pahit dan duka perjuangan dalam menegakkan kebenaran dan menentang kebatilan yang ada yang begitu membekas dalam pemikiran khomeini muda. Hal ini kelak memotivasi khomeini untuk melakukan revolusi Islam.69

Sejak kanak-kanak sampai usia tujuh tahun Ruhullah mengenyam pendidikan di maktab70 yang berada dikotanya, berlatar belakang keluarga dengan tradisi Syiah yang mengakar kuat didalamnya. Ruhullah yang dididik oleh bibinya, sejak kecil sudah mulai menghafal al-Quran. Setelah menyelesaikan pendidikannya di maktab, Ruhullah kembali melanjutkan pendidikannya di sebuah sekolah yang didirikan oleh pemerintaha, pendirian sekolah ini dalam rangka upaya untuk modernisasi Iran. Disekolah ini beliau belajar tentang aritmetika, sejarah, geografi, bahasa arab, Syair persia, Kaligrafi dan ilmu dasar lainnya.71 Ketika berusia lima belas tahun, mulai belajar agama, tata bahasa Arab, kepada saudara kandungnya, Sayyid Murtadha (kelak dikenal dengan sebutan Ayatullah Pasandideh), selain belajar dengan kakaknya, Ruhullah juga belajar

69

Iqbal, Pemikiran Politik Islam, 230-231.

70

Tempat membaca yang ada di Iran, biasanya seorang mullah tua dan wanita daerah setempat yang mengajar, mereka belajar tentang abjad dan pelafalan huruf-huruf Arab. Moin, “Ayatullah Khomeini,70.

71


(40)

mengenai logika dari Mirza Riza Najafi, yang merupakan Iparnya.72. Sejak kecil Ruhullah merupakan akan yang terampil dan kreatif, beliau sering menulis dan menyusun Syair Persia. Kemudian pendidikannya berlanjut dengan dibimbing oleh Mahallati, menurutnya saat itu Khomein sudah bukanlah tempat yang subur bagi kegiatan aspirasinya, kota Najaf merupakan pilihan yang ideal dalam hal itu. Setelah kematian ibunda serta bibinya secara beruntun ketika Khomeini berusia enam belas tahun telah membuat Khomeini bersedih.

Oleh karena itu, Pada usia 17 tahun, berangkatlah Khomeini ke Sultanabad untuk belajar agama kepada Syekh Abdul Karim Haeri Yazdi (w 1936), salah satu ulama termasyhur yang ada di Persia, ia merupakan ulama yang memiliki sudut pandang pemikiran modern dan dinamis. Setelah pindah ke Qum mengikuti gurunya, Abdul Karim Haeri Yazdi, Khomeini mendapatkan pendidikan bidang intelektual dan spiritual dalam tahap lanjutan sekaligus menjadi asisten Haeri di Madrasah Feiziyah di Qum. kelak, posisi Qum yang merupakan pusat keagamaan di Iran menjadi semakin baik, dengan di jadikannya Qum sebagi basis untuk melancarkan Revolusi Islam oleh Khomeini. Namun, setelah meninggalnya Abdul Karim Haeri Yazdi, Khomeini mulai mengajar di Madrasah Feiziyah dengan menjadi asisten dari Ayatullah Burujurdi (w.1961), yang merupakan pengganti Syekh Abdul Karim.73

Selain itu ditempat yang baru ini, Khomeini kembali memperdalam penguasaan belajarnya tentang retorika Syair dan tata bahasa kepada Syekh Muhammad Reza Masjed Syahi (w.1943).Setelah lama menetap untuk belajar di

72

Yamani, Wasiat Sufi Ayatullah, 28.

73


(41)

Qum, pada akhirnya Khomeini menyelesaikan pendidikannya dalam studi Fikih

dan Ushul dibawah bimbingan ulama dari Kasyan, yakni Ayatullah Alio Yasrebi

(w.1959) yang umurnya sebelas tahun lebih tua darinya.

Ketika Khomeini menginjak usia 25 tahun, tepatnya taun 1930-an, beliau diangkat menjadi Mujtahid dan mendapatkan amanah berupa Ijazah untuk menyampaikan hadis dari empat guru yang termasyhur. Guru pertama dari keempat guru tersebut ialah Syekh Muhsin Amin Ameli (w. 1952), ulama terkemuka di Lebanon. Yang kedua, Syekh Abbasal-Qummi (w. 1959), merupakan salah seorang ahli hadis dan sejarahwan terkenal, karyanya yang paling monumental berjudul Mafatih al-Jinan (kunci Surga). Yang ketiga, Abul Qasim Dehkrodi Isfahani (w. 1934), beliau seorang Mullah yang tersohor di Kota Isfahan. Dan guru yang terakhir adalah Muhammad Reza Masjed Syahi (w. 1943).74 Setelah lama menetap di Qum membuat Khomeini ingin mengembangkan minat belajarnya pada irfan, Guru pertamanya dalam bidang

irfan ialah Mirza Ali Akbar Yazdi (w. 1926), selain Mirza beberapa guru bidang

irfan lainnya termasuk Sayyid Abu Al-Hasan Rafii Qazwini (w. 1975) dan

Ayatullah Muhammad Ali Syahabadi (w. 1950) sebagai guru bidang hikmah. Berikutnya pengaruh dari Syahabadi sebagai guru yang paling dihormatinya atas Khomeini belakangan terbukti tidak hanya terkait pengaruh dalam irfan, akan tetapi Syahabadilah guru yang mengajarkan kepada Khomeini mengenai kaitan antara irfan dan Concern sosial politik.75

74

Khomeini, Palestine..., xxxviii.

75


(42)

Setelah lama mengembara ilmu dimana-mana, Khomeini memutuskan untuk mengahiri masa lajangnya tepat pada usia 27 tahun, ia menikahi putri seorang Ayatullah asal Teheran, yang bernama Syarifah Batul. Dari pernikahannya tersebut, mereka dikaruniai lima orang anak, yang terdiri dari dua putra dan tiga putri.76

Ayatullah Khomeini memulai karir akademiknya pada usia yang sangat muda yakni 27 tahun. Awalnya ia menjadi seorang guru dalam bidang Hikmah, yakni sebuah disiplin ilmu yang memiliki hubungan dekat dengan ‘irfan. Kemudian ia juga mengajar kuliah ketika masa pengasingannya di Najaf tahun

1972, dengan memberikan kuliah mengenai “jihad besar” yang dimaksudkan ialah

perang melawan hawa nafsu, hal ini tujuannya untuk mendidik murid-muridnya dalam hal akhlak dan keruhanian. Kuliah lain juga ia sampaikan terutama tentang masalah sistem politik Wilayah al-Faqih, yang dianggap sebagai kelengkapan dalam rangkaian kuliahnya.77

Selain mengajar, Khomeini juga mengadakan pengajian-pengajian dengan pembahasan tentang irfan secara sembunyi-sembunyi. Dalam kegiatan pengajian tersebut Khomeini juga sekaligus mendidik dan mengilhami beberapa rekan dekatnya, seperti Murtadha Mutahhari. Ketenaran Khomeini tidak hanya sebatas dalam bidang dakwah dan akademik (guru), ia juga banyak menghasilkan karya-karya fenomenal lewat tulisannya.78

Ia juga terkenal sebagai seorang ulama termasyhur dalam masyarakat Syiah Itsna Asyariyah (Dua Belas). Oleh sebab itu beliau di juluki dengan sebutan

76

Khomeini, Palestine...., xxxviii.

77

Yamani, Wasiat Sufi Ayatullah, 38.

78


(43)

Ayatullah atau Ayatullah al-Udzma. Kemudian dalam usia yang masih muda Khomeini sudah mencapai tingkat Mujtahid dalam bidang hukum Islam, dengan demikian beliau dapat mengeluarkan wewenangnya yang berupa fatwa yang dianut oleh seluruh kaum Syiah. Sebagaimana tradisi dalam dunia Syiah, sebenarnya untuk mencapai jenjang tersebut dibutuhkan banyak persyaratan yang sulit, yang diukur dengan akhlak maupun keluasan ìlmu pengetahuan. Setelah wafatnya Ayatullah Burujerdi sebagai tokoh sentral dalam Syiah pada 1961, oleh kaum Syiah di Iran Ayatullah Khomeini ditunjuk sebagai Marja dini.79 Berikut ini termasuk dari karya-karya Ayatullah Khomeini :

1. Syarh Dua As-Sahar (komentar mengenai Karya Imam Muhammad Baqir)

2. Mishbah Al-Hidayah (ringkasan tentang hakikat Nabi Muhammad Saw)

3. Syarh-i Chihil Hadits (Syarh atas 40 Hadis)80

4. Miraj Al-Salikin wa Shalah Al-Arifin atau Asrar Al-Shalah (risalah

makna-batin bagian Shalat dan Wudhu)

5. Adab As-Shalah

6. Syarh-i Hadits Junud-i Aql o Jahl (pandangan Ayatullah Khomeini mengenai

akhlak dan irfan)

7. Yadname-ye Ostad-e Syahid Mortaza Motahhari

8. Saragozasythaye Vizheh

9. Kasyf Al-Asrar (buku yang berisi jawaban-jawaban mengenai tuduhan kepada

kaum Syiah)

79

Azra, Ensiklopedi Islam, 111-112.

80

Ayatullah Ruhullah Al Musawi Al Khomeini, 40 Hadis Telaah Imam Khomeini Buku Dua”. Terj. Ilyas Hasan dan Faruq bin Shina (Bandung : Mizan, 1994).


(44)

10.Shahife-ye Nour (22 Jilid) (banyak mengandung rujukan terhadap concern-concern irfan dan akhlaki)

11.Al-Hukumah al-Islamiyyah (pemerintahan Islam, yang didalamnya terdapat

pandangan Ayatullah Khomeini mengenai politik, terutama tentang ide negara

Islam yang didasarkan pada konsep “Wilayah al-Faqih” (kepemimpinan kaum

ulama’))81

Selain buku-buku diatas, Khomeini juga banyak melontarkan komentar-komentarnya atau catatan pinggir terhadap beberapa karya tulis, seperti catatan pinggir atas karya Qaisari dalam Fuushush Al-Hikam dan Mishbah Al-Uns, komentar Hamzah Ibn Fanari atas Miftah Al-Ghaib, karya Al-Qunawi sehingga beberapa gurunya perlu menulis atas buku-buku karya Khomeini.82

Sampai detik akhir hayatnya, Khomeini tetap memberikan kontribusinya pada negara dan agamanya, hari-harinya dipenuhi dengan upaya untuk membimbing bangsa Iran agar menuju hal yang diyakininya sebagai cita-cita Islam, Ia juga dikenal sebagai sosok wali faqih yang sederhana, zuhud, alim, dan baik hati. Ayatullah Khomeini meninggal pada usia sembilan puluh tahun pada 3 Juni 1989 M sebagai pemimpin tertinggi suatu negara yang kaya akan sumber daya alam minyaknya,83setelah sepuluh tahun memimpin revolusi Islam Iran dan menjadi pemimpin spiritual Iran.84

C. Karakteristik Pemikiran Ayatullah Muhammad Baqir Al-Shadr dan Ayatullah Khomeini dalam politik Syiah

81

Azra, Ensiklopedi Islam, 112.

82

Yamani, Wasiat Sufi Ayatullah, 33-34.

83

Ibid.,47-48. John ObertVoll, Islam Continuity and Change in The Modern World : Vol 2nd(Boulder : Syracuse University Press, 1994), 299.

84


(45)

Pemikiran Baqir al-Shadr tentang politik Syiah, sebagai seorang syiah yang hidup dan besar dengan tradisi Syiah yang beraliran Imamiyah, tentunya sejak dini ia telah terbentuk karakteristik pemikirannya yang berhubungan erat dengan dunia Syiah, terutama masalah politik Syiah. Pembentukan karakter pemikiran al-Shadr juga dipengaruhi oleh kondisi sosial politik dan lingkungan saat itu, dimana konfrontasi antara Ulama Syiah dengan pemerintahan Bagdad sudah berlangsung sejak lama, hal ini disebabkan dominasi kelompok minoritas Arab Sunni di panggung politik Baghdad menjadi sumber utama konfrontasi kaum syiah terhadap rezim Saddam. Pemberontakan kaum syiah di Irak pertama kali sejak kemerdekaannya terjadi pada 1935, kemudian konfrontasi tersebut berlangsung hingga partai Baath85 berkuasa pada 196886 serta didukung adanya ketegangan antara kota Najaf dengan Bagdad.

Hal ini tentunya juga didukung dengan keberadaan al-Shadr ditengah-tengah sebuah konfrontasi intelektual yang memilukan diantara Najaf Tradisional dan kelompok komunis, pandangannya atas dunia dibentuk oleh dua segmen latar belakang intelektual : yakni sebuah seruan kaum sosialis – komunis untuk memperbaiki situasi Timur Tengah secara menyeluruh, yang mencuri perhatian

85

Partai Baath terdiri dari beberapa partai politik yang mewakili sisi politik gerakan Ba'ath .Pada awalnya partai Ba'ath berfungsi sebagai partai pan-Arab dengan cabang di beberapa negara Arab.Pada tahun 1996 partai ini terpecah dua, satu cabang berbasis di Suriah dan satu lagi di Irak. Kedua partai Ba'ath ini memiliki struktur yang paralel di dunia Arab.Partai Ba'ath mulai memegang kuasa di Suriah pada tanggal 8 Maret 1963 dan tetap berpengaruh sampai sekarang; Ba'ath memegang kuasa di Irak sejak Februari 1968 sampai 2003. Setelah penyingkiran de facto pemimpin Ba’ath Saddam Hussein pada perang Irak 2003, pemerintahan yang menduduki Irak melarang Partai Ba'ath pada Juni 2003. A.R Zainuddin, Pemikiran Politik Islam : Islam, Timur Tengahdan Benturan Ideologi (Jakarta : Grafika Indah,2004), 90.

86


(46)

dalam tulisannya dengan “pertanyaan sosial”, dan pendidikan tradisional para Ulama termasuk struktur hieraki mereka yang sangat ketat.87

Selain dari dua segmen diatas yang membentuk karakter pandangan al-Shadr terhadap dunia politik. Tentunya karakter pemikiran al-al-Shadr juga dipengaruhi oleh konsep Imamah yang ada dalam dunia Syiah. Dasar dalam landasan teori otoritas politik Imamiyah yang dikemukakan al-Shadr dalam bukunya yang berjudul Khilafah dan Imamah, yakni bahwasannya keberadaan seorang imam keturunan Nabi Shallᾱ Allᾱh alayh Wasallam yang jelas ditunjuk oleh (imam) sebelumnya untuk mengemban tugas kepemimpinan umat Islam.Merupakan sebuah kewajiban agama (al-takalif al-Syar’iyyah) yang dibebankan kepada semua pengikut imam untuk mengakui otoritas dari imam tersebut.

Dalam pandangan Syiah Imamiyah pemerintahan milik imam saja, karena dia juga berhak dalam kepemimpinan politik dan otoritas agama. Akan tetapi, meskipun imam memiliki hak atas kepemimpinan politik dan agama, imamahnya.88

Sama halnya dengan kehidupan yang dialami Baqir al-Shadr, Ayatullah Khomeini juga berasal dari keluarga Syiah, yang sejak dini ia sudah diperkenalkan dengan tradisi keagamaan Syiah dan pembelajaran yang berkaitan dengan dunia Syiah, khususnya sekte Imamiyah. Lingkungan dan kondisi sosial politik di Iran juga bisa dikatakan sebagai faktor pemicu pembentukan karakter Khomeini mengenai pemikirannya dalam politik Syiah. Apalagi kondisi

87

Mallat, Menyegarkan Islam, 23.

88


(47)

lingkungan Iran yang saat itu sedang dalam fase kemunduran moralitas dan kediktatoran pemerintah, selain itu permasalahan yang mendukung terjadinya revolusi Islam di Iran ialah kezaliman rezim Reza Syah yang anti ulama, dan ulama yang bersikap apatis terhadap situasi sosial Politik di Iran, oleh sebab itu ia mengkritik dengan tegas terhadap kondisi Ulama yang apatis, beliau juga menyuarakan agar para Mullah89 mencoba untuk berpartisipasi dalam menghadapi kondisi sosial politik yang terjadi di Iran, walaupun tidak berarti mereka harus menjadi Syah, Menteri, Panglima Militer, tetapi tugas mereka haruslah mengawasi badan Legislatif dan Eksekutif.90

Bagi pandangan Khomeini, pendirian sebuah pemerintahan Islam itu bergantung dan ditujukan pada penyucian spiritual masyarakat Muslim serta para pemimpinnya, yaitu para ulama’.dikutip dari bukunya Iqbal menurut Khomeini, kekuasaan monarki (kerajaan) haruslah dibatasi oleh ketentuan syariat sebagaimana yang dipahami oleh mujtahid. Ia juga menegaskan bahwa pemerintahan oleh para mujtahid harus segera direalisasikan.91

Pandangan Khomeini tentang politik Islam, yang akan dituangkannya dalam politik Syiah itu tidak lepas dari pengaruh Imamiyah. Gagasan kenegaraan Khomeini yang lebih ekspresif dikemukakannya dalam karyanya yang berjudul

Hukumat-i Islami (versi Persia), atau Islamic Goverment (versi Inggris).

Keseluruhan dari gagasan kenegaraannya disandarkan pada tradisi teologi-politik Syiah Imamiyah tentang Imamah, karena visi terpenting dari ajaran Syiah adalah

89

Sebutan bagi tokoh agama, ulama, sarjana, atau cendekiawan. Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 831.

90

Noor Arif Maulana, Revolusi Islam Iran dan Realisasi Vilayah-I Vaqih (Yogyakarta : Kreasi Wacana Yogyakarta,), 123. Iqbal,Pemikiran Politik Islam,232.

91


(48)

tentang Imamah. Dalam pandangan Syiah, Imamah merupakan bagian dari keyakinan keagamaan.92 Menurut Khomeini dalam bukunya Islamic Goverment, kebutuhan akan pemerintahan Islam sangatlah dibutuhkan oleh masyarakat, mengenai keberadaan hukum-hukum yang telah ada dan tersusun baik tidaklah cukup untuk mereformasi masayarakat. Karenanya harus ada kekuasaan eksekutif dan administratif didalamnya, gunanya untuk memastikan bahwa hukum-hukum tersebut dapat mendukung reformasi dan menciptakan kebahagiaan pada masyarakat.

Pemikiran ini didasari oleh fakta yang terjadi pada masa Rasulullah Shallᾱ

Allᾱh ‘alayh Wasallam ketika masa pemerintahannya, beliau membentuk institusi eksekutif dan administratif bagi masyarakat. Oleh sebab itu, sepeninggal Nabi

Shallᾱ Allᾱh ‘alayh Wasallam, kaum muslim masih tetap memerlukan seseorang yang dapat menerapkan hukum dan menegakkan institusi Islam dalam masyarakat. Dan orang yang pantas menduduki jabatan kekuasaan eksekutif tersebut, disebut dengan Wali Amr,93 As-Sunnah94 dan Thariqah (jalan hidup) Nabi Shallᾱ Allᾱh ‘alayh Wasallam menyajikan bukti atas kebutuhan tegaknyan pemerintahan.95

Dari gagasan Syiah tentang Imamah yang diperoleh Khomeini selama belajarnya, maka ia mencoba untuk mengembangkannya lewat konsepsinya

92

Ibid., 235&239.

93

Sebutan bagi seseorang yang mempunyai otoritas untuk memutuskan suatu perkara atau permasalahan umat. Imam Khomeini, Sistem Pemerintahan IslamIslam, Terj. Anis Maulachela (Jakarta : Pustaka Zahra,2002), 28.

94

Semua hal yang ada kaitannya dengan perilaku, perkataan, taqriri Nabi yang dijadikan sebagai pegangan umat Islam dalam bertindak. Ibid., 28.

95


(49)

mengenai wilayah al-faqih,96 dari hasil pemikirannya mengenai konsepsi wilayah

al-faqih tersebut, Khomeini di kenal sebagai pengagas pertama konsep

pemerintahan Islam yang di aplikasikan pada era dunia modern, lewat negaranya, Iran, setelah ia menggulingkan kekuasaan tirani rezim Reza Shah di Iran.97

96

Wilayah al-Faqihmerupakan konsep pemikiran tentang pemerintahan Islam yang di kemukakan oleh Ayatullah Khomeini, selain itu di dalam konsep tersebut ia menyatakan bahwa konsep ini juga berkaitan dengan konsep-konsep dasar pemikiran politik religius Syi’ah, seperti kesetiaan,

imamah dan taqlid. Didin Saefuddin, Pemikiran Moder dan Postmodern Islam : Biografi Intelektual 17 Tokoh (Jakarta : PT. Grasindo, 2003),123.

97

Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah : Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (Jakarta : Gaya Media Pratama,2001), 27.


(50)

KHOMEINI SERTA DAMPAKNYA

A. Gerakan Politik Ayatullah Baqir al-Shadr

Al-Shadr adalah salah satu cendekiawan Muslim abad 20-an yang populer, khususnya dalam bidang ekonomi dan filsafat, selain itu tetapi ia turut memberikan pengaruhnya dalam dunia politik, khususnya di Irak. Ia besar di Irak, yang saat itu sedang dalam kondisi lingkungan politik disintegrasi dan konfrontasi antara pemerintah Bagdad dan para ulama, khususnya Syiah, dari pertentangan yang berlangsung sekian lama dan panjang inilah yang membangkitkan semangat ulama Syiah untuk terus berjuang demi membela Islam Syiah. Dengan demikian kebangkitan dari intelektual di Najaf di simbolkan oleh al-Shadr pada periode 1950-1980, yang saat itu ciri mencolok dari kebangkitan tersebut ialah terletak pada dimensi politiknya.98

Titik awal terjunnya al-Shadr dalam dunia politik, Kiprahnya dimulai sebelum tahun 60-an dimana ia bergabungnya dengan gerakan Politik yang berbasis Islam Syiah seperti, Hizb Dawah al-Islamiyah (Partai Dawah Islam),99

dan Jamaat al-Ulama, dari partisipasinya dalam gerakan politik Islam tersebut ia

telah menunjukkan eksistensi dalam dunia politik.

Gerakan politik Islam di Irak sebenarnya sudah ada sejak tahun 1920, dimana saat itu gerakan tersebut melakukan perlawanan terhadap invasi kolonialis

98

Shadr,Syahadat kedua : Ketika Keimanan Saja Tak Cukup, 11-12.

99


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, Nina Karina Setyo & Retno Sasongowati, History of The World : Sejarah Dunia Kuno dan Modern. Yogyakarta: Indoliterasi,2015. Anwar, Dessy.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru.Surabaya: Amelia

Surabaya, 2003.

Ash-Shadr,Muhammad Baqir.Falsafatuna : Pandangan Muhammad Baqir ash-Shadr Terhadap Pelbagai Aliran Filsafat Dunia, Terj. M.Nur Mufid bin Ali. Bandung: Mizan, 1993.

Ash-Shadr, Syahid Muhammad Baqir.Islam dan Mazhab Ekonomi.Terj. M.Hashem. Jakarta: Pustaka Zahra, 2002.

Azra, Azyumardi. Ensiklopedi Islam Jilid 4.Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005.

Cahyo,Agus Nur.Tokoh-Tokoh Dunia Yang Paling DiMusuhi Amerika dan Sekutunya.Jogjakarta: Diva Press, 2011.

Chapra,Umer.Masa Depan Ilmu Ekonomi : Sebuah Tinjauan Islam.Terj.Ikhwan Abidin.Jakarta : Gema Insani Press, 2001. Dipoyudo, Kirdi. Timur TengahPusaran Strategis Dunia. Jakarta : Centre

For Strategic and International Studies,1981.

Esposito,John L. Islam dan Politik.Terj.H.M Joesoef Sou’yb.Jakarta: Bulan Bintang, 1990.

Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika, 2012.


(2)

Idrus, Mohammad .Metode Penelitian Ilmu Sosial : Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif (Edisi Kedua). Jakarta: Erlangga, 2009.

Iqbal, Muhammad & Amien Husein Nasution. Pemikiran Politik Islam : Dari Masa Klasik Hingga Indonesia Kontemporer.Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013.

Iqbal,Muhammad.Fiqh Siyasah : Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001.

Jindan,Khalid Ibrahim.Teori Politik Islam : Telaah Kritis Ibnu Taimiyah tentang Pemerintahan Islam.Terj.Masrohin.Surabaya: Risalah Gusti, 1995.

Juliansyah, Noor Metodologi Penelitian : Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah.Jakarta: penerbit Kencana, 2012.

Kaplan, David.Teori Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.

Khan, Muhammad Mojlum.100 Muslim Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah.Terj.Wiyanto Su’ud & Khairul Imam.Jakarta: Mizan Publika, 2012.

Khomeini, Imam. Palestina dalam Pandangan Imam Khomeini.Terj.Muhammad Anis Maulachela. Jakarta: Pustaka Zahra, 2004.

Khomeini, Imam. Sistem Pemerintahan Islam.Terj.Anis Maulachela. Jakarta: Pustaka Zahra, 2002.


(3)

Khomeini,Ayatullah Ruhullah Al Musawi Al.40 hadis telaah Imam Khomeini.Terj. Ilyas Hasan dan Faruq bin Shina. Bandung: Mizan, 1994.

Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah : Edisi Kedua. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,2003.

Lapidus,Ira M. Sejarah Sosial Umat Islam.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000.

Mallat,Chibli.Para Perintis Zaman Baru Islam.Editor Ali Rahnema.Bandung: Penerbit Mizan, 1996.

Menyegarkan Islam :Kajian Komprehansif Pertama atas Hidup dan Karya Muhammad Baqir al-Shadr.Terj.Santi Indra Astuti. Bandung: Mizan, 2001.

The Pioneers of Islamic Revival :Muhammad Baqir as-Sadr, Edited by Ali Rahnema. London and New Jersey : Zed Book Ltd, 1994.

Mardalis, Metode Penelitian : Suatu Pendekatan Proposal.Jakarta: Bumi Aksara,1995.

Maulana, Noor Arif.Revolusi Islam Iran dan Realisasi Vilayah-I Vaqih.Yogyakarta: Kreasi Wacana Yogyakarta.

Poerwodarminto, WJS.Kamus Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka, 1993.

Rakhmat, Jalaludin. Rintihan Suci Ahlul Bait Nabi. Bandung: P:T Remaja Rosda Karya,1997.


(4)

Rochimah et.al.Ilmu Kalam.Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013. Saefuddin, Didin. Pemikiran Moder dan Postmodern Islam : Biografi

Intelektual 17 Tokoh. Jakarta: PT. Grasindo, 2003.

Shadr,Ayatullah Muhammad Baqir et.al.Khilafah dan Imamah, Terj.Hikmat Danaatmaja.Jakarta: Nur al Huda, 2012.

Shadr, Syahid Muhammad Baqir. Syahadat kedua : ketika keimanan saja tak cukup. Terj.Muhammad Abdul Qadir Alcaff.Jakarta: Pustaka Zahra, 2003.

Sihbudi, Riza.Menyandera Timur Tengah.Jakarta: Mizan, 2007.

Sihbudi,Muhammad Riza.Islam, Dunia Arab, Iran : Bara Timur Tengah. Bandung: Mizan, 1993.

Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian.Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998.

Voll, John Obert. Islam Continuity and Change in The Modern World : Vol 2nd.Boulder : Syracuse University Press, 1994.

Yamani.Wasiat Sufi Ayatullah Khomeini : Aspek Sufistik Ayatullah Khomeini yang Tak Banyak Diketahui. Bandung: Mizan, 2002. Yatim, Badri.Sejarah Peradaban Islam :Dirasah Islamiyah II. Jakarta: P.T

Raja Grafindo Persada, 2008.

Zahrah,Mohammad Abu.Sejarah Aliran-Aliran dalam Islam Bidang Politik dan Aqidah.Ponorogo: Pusat Studi Ilmu dan Amal, 1991. Zainuddin,A.R. Pemikiran Politik Islam : Islam, Timur Tengahdan Benturan


(5)

JURNAL& ARTIKEL

Abdulgani,Roeslan.Ambruknya Tentara Rezim Shah Kontra Kekuatan Rakyat Iran “Merdeka”,(Jum’at, 19 Oktober 1979).

Abdulgani,Roeslan.“Gema Revolusi Iran Dewasa Ini”.Merdeka (Jum’at, 12 Oktober 1979).

Aziz, TM. The Role of Muhammad Baqir Al-Sadr in Shi’i Political Activism in Iraq from 1958 to 1980, Editor Syafiq Mughni dalam An Anthology of Contemporary Middle Easten History.Canada : The Indonesia-Canada Islamic Higher Education Project, 2002.

Daud, Al-Husaini M dan Nurdan.“Kebangkitan Revolusi Islam Iran”.Prosiding SNYuBE (2013).

Kadir, Abdul.“Syi’ah dan Politik : Studi Republik Islam Iran”, Politik Profetik vol 5 nomor 1 (2015).

Mufidah,Luk Luk Nur.“Revolusi Islam Iran dan Kebangkitan Islam”, Episteme2 No.1 Juni 200788-100 (2007).

INTERNET

Astuti, Yuliana Indri. “Muhammad Baqir ash-Sadr”, dalam https://yulianaindriastuti.wordpress.com/2011/07/15/Muhammad-baqir-ash-sadr/(15 Februari 2017).

Kurniawan, Dista. “Pemikiran Politik Islam Ayatullah Khomeini tentang WilayahFaqih”,dalamhttp://www.academia.edu/11771677/PEMIKIRAN_


(6)

POLITIK_ISLAM_AYATULLAH_KHOMEINI_TENTANG_WILAYA H_FAQIH (24 Februari 2017)

http://www.artikata.com/arti-356106-uzlah.html (07 Maret 2017).

https://id.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Reza_Pahlavi (07 Maret 2017) Wati, Yuliana Irma. Sejarah Revolusi Iran”, dalam http://yulianairmawati.blogspot.co.id/2015/06/sejarah-revolusi-iran.html

(09 April 2017)

https://www.google.co.id/search?q=baqir+shadr&source=lnms&tbm=isch&sa= X&ved=0ahUKEwj9rfnGq57VAhWJp48KHRNSASUQ_AUIBigB&biw=1366 &bih=638(23 Juli 2017)